bhz jw

download bhz jw

of 49

Transcript of bhz jw

Dewasa ini banyak anak yang tidak memiliki rasa hormat lagi terhadap orang yang lebih tua, baik pada kakak kelas, guru, bahkan pada orang tua kandung mereka sendiri. Hal ini terjadi karena dalam kehidupan sehari-hari anak tersebut kurang mendapat perhatian dan didikan tentang berprilaku yang baik dan sopan terhadap orang yang lebih tua dari orang tuanya. Entah karena kedua orang tuanya sibuk bekerja sampai-sampi tidak sempat memperhatikan perkembangan kepribadian anaknya sendiri atau karena kedua orang tuanya memang tidak peduli lagi pada anak mereka. Interaksi yang kurang antara orang tua dan anak mengakibatkan anak menjadi tidak hormat pada orang yang lebih tua. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan kepribadian seseorang, karena keluargalah orang yang paling sering dilihat anak dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga apa yang dilakukan keluarganya akan ditiru anak dan berkembang menjadi kepribadian sang anak ketika usianya mulai bertambah. Masalah ini dapat diatasi dengan cara, orang tua membiasakan meluangkan waktunya untuk berinteraksi dengan anak sejak anak masih kecil, serta merawat dan memebesarkan sendiri anaknya, bukan malah menyerahkan perawatan anaknya pada orang lain seperti baby sister, atau pembantu. Coba kita bandingkan kepribadian anak yang dibesarkan sendiri oleh orang tuanya dengan anak yang perawatan anaknya diserahkan pada orang lain, tentu berbeda bukan? Anak yang dibesarkan sendiri oleh keduanya cenderung hormat pada mereka, tapi anak yang jarang melihat orang tua sendiri akan tumbuh menjadi anak yang tidak penurut, karena tidak ada yang mengawasi perkembangan kepribadiannya. Berinteraksi dengan anak harus dilakukan sejak anak masih kecil, dengan cara membiasakan selalu makan bersama, berkumpul bersama dalam berbagai kegiatan seperti nonton televisi bersama atau mengadakan acara sungkeman. Sungkeman yang merupakan budaya orang Yogyakarta adalah sebuah tradisi dimana anak bersimpuh dipangkuan orang tuanya dan meminta maaf atas semua kesalahan yang telah dilakukannya. Sungkeman biasa dilakukan pada saat hari raya Idul Fitri atau dalam upacara perkawinan. Dahulu sungkeman dilakukan dengan cara anak bersimpuh dikaki orang tuanya. Sehingga ada beberapa orang yang menganggap sungkeman seolah anak menyembah orang tuanya. Saya sebagai penulis kurang sependapat

tentang hal ini. Karena pada hakikatnya sungkeman hanyalah wujud permintaan maaf seorang anak pada orang tuanya jika selama ini memiliki kesalahan dan diaplikasikan dalam sebuah gerakan bersimpuh di kaki orang tuanya, dan bukan bermaksud untuk menyembah. Lagi pula saat ini sungkeman seperti itu telah jarang dilakukan lagi, namun anak hanya bersimpuh dipangkuan orang tuanya saja sehingga menimbulkan rasa hormat anak pada orang tuanya dan rasa sayang orang tua pada anaknya semakin kuat. Jika sungkeman pada setiap hari raya Idul Fitri selalu dilakukan sejak anak masih kecil maka lama-kelamaan anak akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki rasa hormat pada orang yang lebih tua. Sungkeman juga bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, namun kita sederhanakan dalam bentuk yang lebih simpel, yaitu mencium tangan orang tua sebelum bepergian, ini merupakan bentuk sederhana dari sungkeman dan masih mengandung nilai rasa permintaan maaf dan permohonan doa restu seorang anak pada orang tuanya, dan dapat kita lakukan setiap hari tidak hanya pada hari raya saja. Sungkeman juga telah berkembang keberbagai daerah namun dalm cara yang sedikit berbeda dan nama yang berbeda pula. Tapi tetap mengandung nilai dari sungkeman yaitu menunjukkan rasa hormat anak pada orang tuanya. Dapat kita tarik kesimpulan hubungan dari sungkeman dengan pembentukan kepribadian adalah : Sungkeman meningkatkan interaksi antara anak dengan orang tua. Sungkeman dapat meningkatkan rasa hormat seorang anak pada orang tuanya. Jika sungkeman telah biasa dilakukan sejak anak masih kecil, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki rasa hormat pada orang yang lebih tua, terutama orang tuanya sendiri.

Kepada Ibu Kandung Ibu, ijinkan kami kali ini tuk bersimpuh di pangkuanmu, tuk sekali lagi merasakan kasihsayangmu, tuk melebur kesalahan yang pernah kami lakukan kepadamu, untuk kembali memohon do'a dan restumu. Ibu, masih tergambar jelas dalam ingatanmu, perjalanan kehidupan kami sejak engkau mengandung kami. 9 bulan, bukanlah waktu yang singkat saat kau harus merasakan kepayahan, keletihan dan kesakitan. 9 bulan Ibu.. Belum hilang pula dari ingatanmu, suatu kondisi antara hidup dan mati, sakit yang tiada tara, cucuran keringat dan air mata, bercampur dengan haru dan bahagia, saat engkau melahirkan kami. melahirkan kami. Kemudian, entah berapa malammu yang hilang, siangmu yang gersang, waktumu yang terbuang, saat engkau harus menjaga kami, mendidik kenakalan- kenakalan kami, merawat sakit kami Ibu, kesabaran, ketabahan dan pengorbananmu menghadapi kami, bagaikan ombak yang tak pernah jera menerjang karang, untuk kami putra putrimu, harapanmu Ibu. Dan kini kami tlah dewasa Ibu, Ketika belum dapat kami memberikan senyuman di bibirmu, memberikan binar kebahagiaan di matamu atau berbakti atas segala jasa - jasamu. Hari ini kami akan memulai Sunnah Rosul Mulia, dalam sebuah bahligai rumah tangga, Ibu, Ajari kami tuk mencinta, cinta yang bermuara pada Allah semata. Bimbing kami tuk bersabar, kesabaran yang tak lekang diterpa cobaan, arahkan kami tuk memahami, kefahaman kehidupan sesuai risalah Islam yang hakiki. Dan janganlah untuk engkau lelah dalam mendoakan kami, do'a yang menguatkan ikatan, do'a yang meneguhkan kesabaran, do'a yang mengikhlaskan pengorbanan, yaitu do'a dalam sujud-sujud panjang tahajudmu, agar kami bisa menggapai sakinah, mawaddah, warahmah, karena..senyuman kebahagiaan kami adalah senyuman kebahagiaanmu juga. Kepada Ayah Kandung Begitu pula kami Ayah, kini kami bersimpuh dipangkuanmu, sebagai tanda bakti kami atas pengorbananmu, sebagai permohonan kami untuk do'a dan restumu. Ayah, walau apapun yang kami lakukan. .. tak kan pernah dapat mengobati penat dan lelahmu, tak kan pernah dapat membayar cucuran

keringatmu, tak kan pernah daapt menggantikan siang dan malammu, ketika engkau harus menafkahi kami, dengan nafkah yang halalan toyiban, nafkah yang mencari keridloan, nafkah yang menghasilkan senyuman, untuk kami putra putrimubahkan disaat sakitmu ayah, engkau tetap bersemangat melangkah mencari maisyah. Ayah, kami tahu bahwa semua keikhlasan pengorbananmu itu, karena ingin melihat senyuman di wajah kami, riang gembira dalam canda kami, dan kesuksesan dalam masa depan kami. Dan kini ayahketika belum sempat kami mengobati penat dan lelahmu, memberikan senyuman di bibirmu atau memberikan binar kebahagiaan di wajahmu sebagai tanda bakti kami kepadamu. Kinikami harus merepotkanmu karena kami akan menapaki bahtera rumah tangga, ayah, kumohon kembali do'a restumu, kumohon selalu bimbingan dan arahanmu. Bekali kami tuk memiliki tangan-tangan kokoh seperti tanganmu, tekad-tekad baja seperti tekadmu. Bimbing kami agar kuat memikul beratnya tanggung jawab, arahkan kami agar tidak salah jalan dalam melangkah, didik kami agar selalu dekat dengan Robbul Izzati dan do'akan kami agar bisa menggapai kebahagiaan dunia dan akhiratkarena kebahagiaan kami adalah kebahagiaanmu juga dan senyuman kami hakikatnya adalah senyumanmu juga. Kepada Ibu Mertua Ibu mertua, Ini adalah persimpuhan pertama kami di pangkuanmu, ketika kami telah menjadi putra- putrimu, ketika kami telah masuk ke dalam kehidupanmu, ketika kami telah menjadi bagian dari keluargamu. Harapan kami kepadamu, jangan anggap kami orang lain bagimu, Jangan bedakan kami dengan anak-anak kandungmu. Samakan perlakuanmu seperti kepada mereka. Dukung kami saat kami melangkah dalam kebenaran, ingatkan kami jika melangkah menuju jurang kesalahan. Ibu, dihari pertama kami menjadi putra-putrimu, kami memohon bimbingan dan arahanmu, kami memohon do'a dan restumu. Karena pada hari ini kami telah berikrar untuk mengarungi samudra rumah tangga, menapak jejak rosul mulia. Ibu, Ajari kami tentang kasih sayang, kasih sayang yang tak lekang dimakan usia, bimbing kami tuk bersabar, kesabaran yang seluas samudra, arahkan kami tuk menguatkan ikatan, ikatan pernikahan dalam bingkai ibadah. Ibu, beritahu kami dengan budaya keluargamu, ajari kami dengan adat istiadatmu, agar kami bisa beradaptasi dalam keluarga besarmu. Dan tak lupa kami mohon do'a restumu, do'akan kami agar bisa menggapai sakinah, mawaddah warahmah.

Kepada Ayah Mertua Begitu pula kami Ayah mertua, kini kami bersimpuh pula dipangkuanmu. Saat telah sah menjadi putra- putrimu, saat telah berijin untuk masuk ke dalam kehidupanmu, saat telah resmi menjadi bagian dari keluargamu. Jangan bedakan kami dengan anak-anakmu yang lain. Samakan kami dengan mereka dalam perlakuan maupun perkataan. Dukung kami kalau kami benar, ingatkan kami kalau kami salah dan bila perlu marahilah kami. Ayah, ajari kami tentang kerasnya kehidupan, pedihnya cobaan, dan kuatnya kesabaran. Bimbing kami tuk menumbuhkan kasih sayang diantara kami. Ajari kami cara terbaik tuk mendidik putra putri kami kelak, ajari kami tuk bermuamalah dengan keluarga besarmu ... keluarga yang kini telah menjadi bagian kami juga. Kokohkan tekad kami dalam memikul tanggung jawab. Dan selalulah do'akan kami agar dapat menggapai sakinah mawaddah warahmah. Do'akan kami agar mendapatkan keberkahan hidup dari pernikahan ini. Karena kebahagiaan kami adalah kebahagiaanmu juga.

SUNGKEMAN

Sungkeman adalah suatu upacara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin duduk jengkeng dengan memegang dan mencium lutut kedua orangtua, baik orangtua pengantin putra maupun orangtua pengantin putri. Makna upacara sungkeman adalah suatu simbol perwujudan rasa hormat anak kepada kedua orangtua.

Tiga Nasehat Posted by: Gatot Pramono on: September 21, 2008 In: Akhlaq | Aqidah

77 Komentar Rasulullah SAW pernah memberikan tiga buah nasehat kepada kedua sehabatnya Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman bin Jabal:

Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji. HR. Tirmidzi Tiga pesan Rasulullah SAW tersebut layak untuk kita perhatikan karena sangat berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari. 1- BERTAQWA DIMANA SAJA Definisi dari kata taqwa dapat dilihat dari percakapan antara sahabat Umar dan Ubay bin Kaab ra. Suatu ketika sahabat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Kaab apakah taqwa itu? Dia menjawab; Pernahkah kamu melalui jalan berduri? Umar menjawab; Pernah! Ubay menyambung, Lalu apa yang kamu lakukan? Umar menjawab; Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan. Maka Ubay berkata; Maka demikian pulalah taqwa! Sedang menurut Sayyid Qutub dalam tafsirnyaFi Zhilal al-Qur`antaqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri atau halangan dalam kehidupan. Kalau ada suatu iklan minuman ringan: Dimana saja dan kapan saja , maka nasehat Nabi SAW ini menunjukkan bahwa kita harus bertaqwa dimana saja. Sedang perintah taqwa kapan saja terdapat dalam surat Ali Imron 102:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam

Jadi dimanapun dan kapanpun kita harus menjaga ketaqwaan kita. Taqwa dimana saja memang sulit untuk dilakukan dan harus usaha yang dilakukan harus ekstra keras. Akan sangat mudah ketaqwaan itu diraih ketika kita bersama orang lain, tetapi bila tidak ada orang lain maka maksiyat dapat dilaksanakan. Sebagai contoh, ketika kita berkumpul di dalam suatu majelis zikir, pikiran dan pandangan kita akan terjaga dengan baik. Tetapi ketika kita berjalan sendirian di suatu tempat perbelanjaan, maka pikiran dan pandangan kita bisa tidak terjaga. Untuk menjaga ketaqwaan kita dimanapun saja, maka perlunya kita menyadari akan pengawasan Allah SWT baik secara langsung maupun melalui malaikat-Nya. 2 KEBAIKAN YANG MENGHAPUSKAN KESALAHAN Setiap orang selalu melakukan kesalahan. Hari ini mungkin kita sudah melakukan kesalahan baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari. Oleh sebab itu, segera setelah kita melaksanakan kesalahan, lakukan kebaikan. Kebaikan tersebut dapat menghapuskan kesalahan yang telah dilakukan. Untuk dosa yang merugikan diri sendiri, maka salah satu cara untuk menghapusnya adalah dengan bersedekah. Rasulullah SAW bersabdasedekah itu menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api. Maka ada orang yang ketika dia sakit maka dia akan memberikan sedekah agar penyakitnya segera sembuh. Hal ini dikarenakan segala penyakit yang kita miliki itu adalah karena kesalahan yang kita pernah lakukan. Sedang dosa yang dilakukan terhadap orang lain maka yang perlu dilakukan adalah memohon maaf yang bagi beberapa orang sangat sulit untuk dilakukan. Padahal Rasulullah SAW selalu minta maaf ketika bersalah bahkan terhadap Ibnu Ummi Maktum beliau memeluknya dengan hangat seraya berkata Inilah orangnya, yang membuat aku ditegur oleh Allah (QS. Abasa). Setelah minta maaf kemudian bawalah sesuatu hadiah atau makanan kepada orang tersebut, maka kesalahan tersebut insya Allah akan dihapuskan. 3- AKHLAQ YANG TERPUJI Akhlaq terpuji adalah keharusan dari setiap muslim. Tidak memiliki akhlaq tersebut akan dapat mendekatkan seseorang dalam siksaan api neraka. Dari beberapa jenis akhlaq kita terhadap orang lain, yang perlu diperhatikan adalah akhlaq terhadap tetangga.

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti tetangganya. (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)

Dari Abu Syuraih ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman. Ada yang bertanya: Siapa itu Ya Rasulullah?Jawab Nabi: Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.(HR. Bukhari) Dari hadits tersebut, peringatan Allah sangat keras sampai diulangi tiga kali yaitu tidak termasuk golongan orang beriman bagi tetangganya yang tidak aman dari gangguannya. Maka terkadang kita perlu instropeksi dengan menanyakan kepada tetangga apakah kita mengganggu mereka. Wallahualam bish showab. gatot pramono Berdoa di Bulan Ramadhan Posted by: Gatot Pramono on: September 9, 2008 In: Ibadah | Tips

19 Komentar Aturan untuk shoum di bulan Ramadhan telah ditetapkan Allah SWT dalam surat Al Baqarah dari ayat 183 sampai ayat 187. Hampir seluruh ayat tersebut terdapat kata-kata shoum:

(Al Baqarah 183)

Al Baqarah 184)

(Al Baqarah 185)

Al Baqarah 187) Hanya ayat 186 yang tidak mengandung kata shoum:

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Peletakan ayat ini diantara ayat-ayat tentang shoum Ramadhan bukan tanpa maksud. Kalau ditilik dari asbabun nuzul ayat ini adalah berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya:Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya? Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lain). Menurut riwayat lain, ayat ini turun berkenaan dengan sabda Rasulullah SAW: Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman Uduni astajib lakum (berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya) (QS 40:60). Berkatalah salah seorang di antara mereka:Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana?Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini (Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir yang bersumber dari Ali.)

Menurut Sayyid Qutb dalam kitabnya Fii Zhilalil Quran, Allah menjawab langsung tentang keberadaanNya yang sangat dekat dan langsung berfirman bahwa Dia akan mengabulkan segala doa kita. Dalam ayat ini juga terdapat tiga syarat untuk diterimanya suatu doa. Pertama, doa tersebut harus dipanjatkan kepada-Nya secara langsung. Jadi janganlah kita berdoa kepada mahluk Allah seperti jin, makam atau pohon. Dan kalaupun berdoa akan lebih baik apabila doa tersebut diucapkan secara langsung kepada-Nya. Syarat kedua dalam berdoa adalah kita harus memenuhi segala perintah Allah SWT. Seperti ketika seorang anak sebaiknya mengikuti nasehat/perintah orang tuanya untuk mendapatkan yang diinginkannya. Sedang syarat ketiga adalah kita harus beriman kepada-Nya agar doa kita diterima. Walaupun ayat 186 ini tidak mengandung kata shoum, tapi penempatan ayat ini menunjukkan pentingnya kita berdoa pada bulan Ramadhan. Hal ini sesuai dengan hadits nabi SAW:

Orang yang berpuasa memiliki doa yang mustajab pada waktu berbuka. (Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud) Atau dalam hadits lain, nabi SAW bersabda:

Ada tiga orang yang tidak akan ditolak doanya yaitu pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sehingga dia berbuka dan orang yang dianiaya. Doa mereka diangkat oleh Allah di bawah awan pada hari kiamat dan dibukakan untuknya pintu-pintu langit dan Allah berfirman, Demi keagungan-Ku, Aku akan menolongmu walaupun sesudah suatu waktu (Riwayat Imam Ahmad, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah) Demikianlah, urgensi dari berdoa dalam bulan Ramadhan karena hal itu meningkatkan kemungkinan doa kita diterima. Maka perbanyaklah kita berdoa dalam bulan Ramadhan. Semoga Allah SWT menerima doa kita.

Wallahualam bish showab. gatot pramono Doa Pembuka Posted by: Gatot Pramono on: Juli 16, 2008 In: Tips

77 Komentar Assalamualaikum wr wb, Teman-teman yang dirahmati Allah, karena ada yang menanyakan doa pembuka kultum, berikut saya cantumkan salah satu versi dari doa tersebut:

Segala puji milik Allah. Kami memohon pertolonganNya, dan mohon ampun kepada Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diriku dan keburukan amalku. Barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada siapapun yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada siapapun yang dapat menunjukinya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, aku mengesakanNya dan tidak mempersekutukanNya.

Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hambaNya dan rosulNya, tidak ada nabi setelah Dia. Ya Allah, berikan sholawat, salam dan kebaikan atas nabi Muhammad, keluarganya dan sahabatnya. Semoga bermanfaat. Wassalam, gatot pramono Membiasakan Berbuat Baik Posted by: Gatot Pramono on: Juni 11, 2008 In: Amal

84 Komentar Dalam suatu hadits qudsi, Allah SWT berfirman Jikalau seseorang hamba itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta dan jikalau ia mendekal padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas. (HR. Bukhari) Didalam melihat jalan hidup masyarakat di sekitar kita, bisa kita lihat bahwa beberapa orang mempunyai kecenderungan tertentu. Orang yang terbiasa berbuat maksiyat, maka dari hari kehari dia akan semakin terjerumus kedalam lembah yang hitam. Sebaliknya orang yang suka sholat berjamaah ke masjid, maka dia akan ramah ke tetangganya, rutin berinfaq dan bahagia kehidupan keluarganya. Semakin seseorang memperbanyak dan membiasakan berbuat baik, maka semakin banyak terbuka pintu-pintu kebaikan yang lain. Hal ini sesuai dengan hadits qudsi diatas bahwa semakin tinggi intensitas dan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT maka semakin dekatlah kita dengan-Nya. Salah satu kunci kesuksesan hidup kita adalah bagaimana kita membiasakan berbuat baik. Semakin kita terbiasa berbuat baik, maka semakin mudah jalan kita untuk mencapai kebahagiaan hidup. Agar manusia terbiasa beribadah, maka beberapa ibadah dilakukan berulang dalam kurun waktu

tertentu seperti sholat lima kali dalam sehari, puasa sunnah dua kali seminggu dan sholat jumat sekali sepekan. Permasalahan awal yang biasanya ditemukan dalam melakukan sesuatu yaitu dalam memulainya. Memulai suatu aktifitas terkadang lebih berat dibandingkan ketika melaksanakannya. Maka ketika kita mendorong mobil yang mogok, akan diperlukan tenaga yang besar saat sebelum mobil bergerak. Setelah mobil tersesebut bergerak, diperlukan daya dorong yang kecil. Ada juga sifat kita yang menunda perbuatan baik, padahal perbuakan baik janganlah ditunda. Kalau kita ada keinginan untuk menunda, maka tundalah untuk menunda. Hal ini seperti yang disampaikan Rasulullah saw: Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga datang tujuh perkara. Apakah akan terus kamu tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang: kemiskinan yang membuatmu lupa, kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas, sakit yang merusakmu, usia lanjut yang membuatmu pikun, kematian yang tiba-tiba menjemputmu, dajjal, suatu perkara gaib terburuk yang ditunggu, saat kiamat, saat bencana yang lebih dahsyat dan siksanya yang amat pedih. (HR. Tirmidzi) Salah satu cara untuk mempermudah kita dalam memulai suatu amal ibadah adalah dengan mengetahui akan besarnya manfaat yang akan dirasakan. Segala hambatan atau godaan untuk tidak melaksanakan kebaikan tersebut akan bisa dilewatkan dengan keyakinan yang kuat. Oleh sebab itu, kita wajib untuk mencari ilmu tentang fadhilah (kelebihan) dari suatu amalan atau ibadah. Bahkan untuk menguatkan hati, kita juga perlu mencari ilmu secara berulang kali. Bahkan beberapa pengulangan dalam Al Quran digunakan agar manusia semakin ingat.

Dan sesungguhnya dalam Al Quran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatanperingatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari. (QS. Al Israa 41) Jadi, mulailah perbuatan baik yang ingin anda lakukan sekarang dan jangan ditunda. Kalau belum yakin, perluas dan perdalam ilmu agar kita semakin yakin. Wallahu alam bish showab.

gatot h. pramono 3 Cara Allah SWT Mengawasi Posted by: Gatot Pramono on: Februari 11, 2008 In: Aqidah

85 Komentar Karena taku didatangi pencuri, maka warga suatu perumahan menyewa penjaga atau hansip. Tetapi terkadang pencurian masih terjadi walau hansip sudah dibayar. Hal ini bisa terjadi bila hansip tersebut lengah atau ketiduran, sehingga si pencuri bisa melakukan aksinya. Hansip juga manusia! Bagaimana dengan Yang Maha Mengetahui? Allah SWT mengawasi manusia 24 jam sehari atau setiap detik tidak ada lengah. Didalam melakukan pengawasan, ada 3 cara yang dilakukan Allah SWT: 1 Allah SWT melakukan pengawasan secara langsung. Tidak tanggungtanggung, Yang Menciptakan kita selalu bersama dengan kita dimanapun dan kapanpun saja. Bila kita bertiga, maka Dia yang keempat. Bila kita berlima, maka Dia yang keenam (QS. Al Mujadilah 7). Bahkan Allah SWT teramat dekat dengan kita yaitu lebih dekat dari urat leher

kita. Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (QS. Qaaf 16) 2 Allah SWT melakukan pengawasan melalui malaikat.

ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. (QS. Qaaf 17) Kedua malaikat ini akan mencatat segala amal perbuatan kita yang baik

maupun yang buruk; yang besar maupun yang kecil. Tidak ada yang tertinggal. Catatan tersebut kemudian dibukukan dan diserahkan kepada kita (QS. Al Kahfi 49). 3 Allah SWT melakukan pengawasan melalui diri kita sendiri. Ketika kelak nanti meninggal maka anggota tubuh kita seperti tangan dan kaki akan menjadi saksi bagi kita. Kita tidak akan memiliki kontrol terhadap anggota tubuh tersebut untuk memberikan kesaksian sebenarnya.

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (QS. Yaasiin 65) Kesimpulannya, kita hidup tidak akan bisa terlepas dimanapun dan kapanpun saja dari pengawasan Allah SWT. Tidak ada waktu untuk berbuat maksiyat. Tidak ada tempat untuk mengingkari Allah SWT. Yakinlah bahwa perbuatan sekecil apapun akan tercatat dan akan dipertanyakan oleh Allah SWT dihari perhitungan kelak. Wallahu alam bish showab. gatot h. pramono diolah dari ceramah ust. Zaki Pentingnya Menghafal dan Memahami Al Quran Posted by: Gatot Pramono on: Januari 4, 2008 In: Ibadah

19 Komentar Al Quran diturunkan kepada Muhammad Rasulullah SAW selama 23 tahun masa kerasulan beliau. Al Quran di turunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW dengan perantaraan malaikat Jibril. Malaikat Jibril menurunkan Al Quran ke dalam hati Rasulullah dan beliaupun langsung memahaminya. Hal ini disebutkan dalam Al Quran surat Al Baqarah (2) : 97.

Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. Kemudian Rasulullah SAW mengajarkan Al Quran itu kepada para shahabatnya. Mereka menuliskannya di pelepah daun daun kering, batu, tulang dll. Pada saat itu belum ada kertas seperti zaman modern sekarang ini. Kemudian para shahabat langsung menghafalnya dan mengamalkannya. Demkian Al Qur;an di ajarkan kepada para shahabat-shahabat yang lain. Al Quran difahami dengan menghafal. Bukan dengan sekedar membaca. Pada saat Rasulullah telah wafat, banyak terjadi peperangan. Dalam peperangan Yamamah misalnya , banyak para sahabat pemghafal Quran yang syahid. Melihat kondisi ini Umarpun meminta Abu bakar sebagai khalifah untuk membuat Mushaf Al Quran. Abu bakar sempat menolak. Apakah engkau meminta aku untuk melakukan apa yang Rasulullah tidak lakukan ? ujar beliau. Tapi dengan gigih Umar bin Khattab menjelaskan urgensinya pembuatan Mushaf bagi kepentingan kaum muslimin di masa yang datang. Akhirnya Abu Bakarpun dapat diyakinkan dan kemudian setuju dengan ide Umar bin Khattab. Abu Bakarpun lalu meminta Zaid bin Haritsah untuk melakukan tugas ini. Zaid bin Haritsah pun sempat berkata : Apakah engkau meminta aku untuk melakukan apa yang Rasulullah tidak lakukan ?. Tapi akhirnya Zaidpun setuju dan mulai mengumpulkan shahifah-sahhifah yang tersebar di tangan para shahabat yang lain. Batu, daun-daun kering, tulang dll itupun disimpan di rumah Hafsah. Barulah pada zaman Khalifah Utsman bin Affan, Mushaf Al Quran selesai sebanyak 5 buah. Satu disimpan Utsman dan 4 yang lain disebar ke : Makkah, Syria, Basrah dan Kufah. Jadi pada saat itu para shahabat, tabiit dan thabii tabiin mempelajari al Quran dengan menghafal karena jumlah Mushaf yang sangat sedikit.

Bagaimana dengan kondisi zaman sekarang? Bila kita perhatikan di sekitar kita, diantara teman-teman dan keluarga kita, ada berapa persen diantara mereka yang hafal Al Quran ? Berapa persen yang sedang menghafal Al Quran? Mungkin kita susah memberikan persentase karena dihitung dengan jari-jari tangan kita belum tentu genap semuanya. Kaum muslimin saat ini masih cukup berpuas diri dengan membaca Mushaf Al Quran dan tidak memahami maknanya. Padahal membaca Al Quran baru langkah awal interaksi Al Quran. Al Quran sebagai petunjuk bagi kita tidak cukup dibaca tapi juga dihafal dan difahami. Mungkin ada sebagian yang berkata mengapa perlu menghafal ? Tidakkah cukup dengan membaca Mushaf dan membaca tarjemahan ? Ternyata tidak cukup. Dengan menghafal Al Quran ada rasa (atau zauk) yang diberikan Allah kepada hati kita. Rasa ini didapat karena ayat-ayat yang dibaca berulang-ulang. Pengulangan kalam-kalam suci itulah yang menjadi makanan untuk hati. Dan sesuai dengan ayat di Al Baqarah : 97 diatas, Al Quran itu diturunkan di hati Nabi Muhammad. Bukan di akal fikiran beliau. Artinya Al Quran itu konsumsi/makanan hati bukan sekedar fikiran. Rasa inilah yang menjadikan kita nikmat mengenal Allah, memahami kehendakNya dan ringan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya. Rasa ini kurang ada juga sedikit ketika kita hanya membaca. Apalagi bila membacanya tidak diiringi dengan pemahaman artinya. Dan membaca tidak diulang-ulang. Efeknya sangat berbeda dengan mengulang-ulangnya. Kaum muslimin saat ini cukup berpuas diri dengan membaca buta Al Quran dan menimba ilmu dari para ustadz, kiai dan pemuka-pemuka agama. Tanpa menghilangkan rasa hormat kepada para penyampai-penyampai risalah agama, kita sebagai hamba Allah, secara individual juga mempunyai kewajiban berusaha memahami Al Quran dari aslinya langsung dari firmanfirmanNya. Bila kita menghafal dan mentadaburi Al Quran maka Allah akan mengajarkan kepada kita pengetahuan melalui hati kita dengan perantaraan ilham. Seperti yang difirmankan Allah SWT dalam surat Asy Syams ayat 8-10:

Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan

Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. Ilham ini dapat dirasakan dengan dalam hati kita. Bukankah kita pernah bingung tentang suatu masalah, kemudian pada suatu saat kita, cling mememukan cara untuk menyelesaikan masalah dengan baik. Itulah ilham. Atau ilham itu sebagai furqan atau pembeda mana-mana amal yang haq dan mana-man yang bathil. Sebagai misal ketika kita masuk ke tempat maksiat maka hati kita akan terasa tidak enak, tidak nyaman. Itulah peringatan dari hati kita yang bersih. Furqan inilah yang dibutuhkan di dalam kehidupan ketika berperang dengan bisikan-bisikan syaithan yang membujuk-bujuk kita untuk berbuat maksiat dengan iming-iming duniawi yang menggiurkan. Karena itu sangatlah kita memerlukan furqan yang menjadikan kita mantap mengetahui yang haq dan yang bathil. Seperti disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam surat Al Anfaal ayat 29:

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar. Al Quran juga sebuah petunjuk/pedoman hidup bagi kita kaum muslimin :

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (QS Al Baqarah : 2) Jadi intinya Al Quan adalah pedoman hidup. Tapi hanya segelintir orang yang hafal dan faham Al Quran. Bagaimana Al Quran bisa menjadi pedoman hidup seorang muslim secara individual bila membaca dan memahaminya secara tuntas saja belum dilakukan ? Dan banyak diantara kaum muslimin yang meninggal dalam keadaan belum pernah membaca dengan tuntas Al Quran.

Bayangkan apabila kita akan pergi ke puncak Gunung Semeru. Sebelum pergi kita dibekali dengan peta, rambu-rambu dan petunjuk-petunjuk oleh seorang pendaki gunung profesional. Tetapi kita tidak memahami petunjukpetunjuk tersebut. Apakah kita dijamin akan sampai di puncak gunung semeru dengan selamat ? Kita mungkin lebih senang bertanya dengan penduduk setempat. Bila kita bertemu dengan penduduk yang sangat kenal gunung semeru mungkin kita akan sampai dengan selamat. Tetapi bila orang kita tanya juga kurang faham jalan ke puncak gunung, akankah kita sampai ke puncak dengan selamat atau mungkin kita bisa tersesat ? Padahal bila kita memahami, petunjuk, peta dan juga bertanya maka kita akan mendapat jalan pintas untuk sampai ke puncak gunung. Memang solusi pemahaman Al Quran ini tidak akan dapat berhasil bila sistem pendidikan agama tidak berjalan intensif sejak dini. Sebagai permisalan, bahasa Inggris diajarkan sejak SD. Maka kita lihat ketika lulus SMA para mahasiswa sudah bisa belajat dari diktat berbahas Inggris. Bila sistem ini diterpakan juga untuk bahasa Arab (sebagai media inti pemahaman Al Quran) maka ketika berumur 20-25 seorang muslim sudah mulai bisa memahami Al Quran dengan mandiri. Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin, memahami Al Quran bukan fardhu kifayah yang dibebankan kepada ulama, kiai atau ustadz. Tapi seperti dicontohkan oleh para sahabat, membaca, menghafal, memahami dan melaksanakan Al Quran dilakukan sebagai kewajiban indivial setiap kaum muslimin. Bila secara individu seorang muslim meningkat kualitasnya, keluarga yang dibinanya juga akan berkulaitas sehingga akhirnya sebuah masyarakat madani yang dirindukan selama ini juga dapat terwujud. Demikianlah renungan kita tentang Al Quran. Semoga Allah memberikan taufik dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita menjadi orangorang yang mencintai Al Quran, membacanya, menghafalkannya, memahaminya dan mengamalkannya. Wallahu alam bi shawab Ummu Alya Iman yang Haq Posted by: Gatot Pramono on: Desember 13, 2007 In: Aqidah

13 Komentar Kita sebagai orang yang memeluk agama Islam tidak boleh berpuas diri dengan predikat seorang Muslim. Karena keislaman seseorang tidak cukup untuk dapat menurunkan pertolongan Allah dalam kehidupan kita di dunia. Keislaman juga belum tentu bisa menyelamatkan kita dari siksa api neraka. Hanya orang-orang yang beriman sejati yang mendapatkan semua janji2Nya yaitu kebahagian dunia dan akhirat. Bagaimanakah kriteria atau ciri-ciri orang-orang beriman yang sering dipanggil Allah dengan mesra yaa ayyuhal ladzina aamanu.. ? Allah yang Maha Pengasih telah menyebutkan di dalam Al Quran surat Al Anfal :24 Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia. Dalam firman Allah SWT tersebut jelas sekali menyebutkan bahwa seorang mukmin yang Haq, yang benar-benar tulen, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut> 1. Hatinya yang gemetar hatinya bila disebutkan Asma Allah Gemetarnya bisa disebabkan karena banyak hal, karena kagum dan takluk pada Kebesaran Allah. Kebesaran dan Kemuliaan Dzat , Sifat maupun PerbuatanNya. Bisa juga karena takut terhadap siksa api neraka yang sangat pedih dan terbayangkan dosa dan kebodohan yang telah dilakukan. Bisa juga gemetar karena berharap karunia surga dunia maupun akhirat-. Terkadang gemetar haru mengingat sifat Kasih Sayang dan PengampunNya ataupun gemetar hati karena melihat Kebesaran ciptaanNya. Asma Allah yang disebutkan dalam Al Quran dan hadits biasa disebut dengan 99 Asmaul Husna (bahkan lebih dari itu) menunjukkan Sifat-Sifat Allah yang Agung yang wajib kita ketahui, fahami dan hayati maknanya. Pemahaman atas makna dan tafakkur pada ciptaan2Nya dan Kebesaran

Asma-asma Allah itulah yang dapat menghantarkan seseorang pada wajilat quluubukum 2. Keimanannya bertambah bila dibacakan ayat-ayat Tuhan Ayat dalam bahasa Arab artinya bukti. Orang-orang yang imannya tulen bila dihadapannnya dibacakan ayat Al Quran (dalil naqli) ataupun bukti aqli yang berupa demonstrasi Kebesaran Allah dalam penciptaan makhlukmakhlukNya maka bibirnyapun berucap Subhanallah. Bila membaca Al Quran yang menyebutkan tentang janji-janji Allah keimanannya bertambah, semangat hidupnya makin membara dan semakin giat beramal shalih. Dan bila dia melihat Kebesaran Allah dalam penciptaan langit , buni dan jagad raya alam semesta maka diapun makin tunduk dan kagum pada Kuasa Allah. Bahkan ketika melihat betapa sempurna dan hebatnya pasukanpasukan Allah yang berupa misalnya lebah lebah dan madu yang dihasilkan, maka diapun makin yakin dan kagum pada Allah. Hari-hari orang beriman tidak pernah ada yang menjemukan. Setiap detik yang dilalui dipakai untuk melihat demonstrasi Kekuasaan Allah, bertafakkur dan kemudian bertasbih kepada Allah. Dan itu semua makin meningkatkan imannya. 3. Bertawakkal hanya kepada Allah Bagi orang yang imannya Haq, tidak pernah ada rasa takut dan gentar menghadapi pernak-pernik dan badai di dalam kehidupan dunia. Ketergantungannya kepada Allah dan keyakinan bahwa Allah selalu menuntun dan melindunginya menjadikan langkahnya pasti menapaki roda kehidupan. . Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangkasangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. Putus asa tidak ada dalam kamus hidupnya. Hidup dijalani dengan lapang dan mudah karena jalan keluar dalam tiap masalah, insya Allah ada. Dan rezeki juga sudah ditanggung oleh Allah Azza wa Jalla. 4. Mendirikan Shalat Mereka ini adalah orang-orang yang gandrung shalat. Shalat menjadi obat segala masalah kehidupan. Persis seperti yang disabdakan junjungan kita Rasulullah SAW :

Apabila engkau mempunyai masalah maka shalat (sunnah) lah 2 rakaat (HR Bukhari) Mereka ini bukan sekedar melakukan shalat tapi mendirikannya. Menjaga rukun-rukunnya, waktunya, sunnah-sunnahnya dan juga kekhusyuannya. Shalat merupakan saat-saat yang indah bermunajat kepada Allah, mengadukan beban hidup, memohonkan kemudahan hidup di dunia dan juga kemuliaan hidup di akhirat. Shalat tidaklah menjadi beban bagi mereka bahkan shalat merupakan saat beristirahat dari keruwetan hidup. Dan tepatlah sabda Rasulullah saat menyuruh Bilal adzan dengan berkata : Wahai Bilal, berilah istirahat kepada kita semua! Dan bukti mereka mendirikan shalat adalah akhlaknya di luar shalat. Mengapa ? Karena shalat itulah yang menghalangi mereka berbuat maksiat dan mungkar. Semakin baik mutu shalat maka semakin tinggilah akhlak seseorang 5. Menafkahkan rezeki yang dipunyai Ciri terakhir seorang mukmin yang tulen adalah mudahnya dia bersedekah. Baginya harta karunia Allah yang didalamnya ada hak fakir miskin. Sedekah adalah tanda syukur kepada Allah kerena diberi kelapangan dalam harta. Tapi dia juga bersedekah dalam keadaan sempit karena jalan kemudahan akan datang dengan derasnya sedekah. Hati orang yang mukmin tidak terikat oleh harta yang dimiliki. Harta diletakkannya di tangan bukan di hati Demikianlah ciri-ciri seorang mukmin yang Haq, yang tulen. Dan mukmin sejati inilah yang mendapatkan janji Allah yaitu kemuliaan derajat, pengampunan dosa-dosa dan rezeki yang halal dan berkah. Semoga bahasan ini bisa menjadi jalan intropeksi bagi diri kita masingmasing. Apakah kita sudah mempunyai 5 ciri-ciri di atas ? Bila sudah, kita harus mensyukuri dan meminta Allah mengekalkan sifat-sifat mulia ini dalam diri kita. Bila kita belum memiliki 5 ciri ini maka kita perlu berusaha semaksimal mungkin agar kita bisa menjadi seorang mukmin sejati, yang dicintai Allahu Rabbi. Ummu Alya Tehnik Menghafal dan Murajaah Al Quran Posted by: Gatot Pramono on: Desember 13, 2007 In: Ibadah | Tips

43 Komentar Bagi para penghafal Al Quran yang pemula, menambah hafalan mempunyai kesulitan tersendiri. Tetapi seiring dengan waktu kesulitan ini akan terlampaui. Ketika itu kesulitan lain timbul yaitu mengulang hafalan (murajaah). Pada saat hafalan makin bertambah banyak, murajaah juga semakin berat. Untuk surat-surat yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang (diatas 100 ayat), biasanya kita sangat hafal separuh awal dari surat tersebut. Untuk separuh terakhir sulit bagi kita untuk mengingatnya. Ini akan ditandai dengan macet ketika saat memurajaah. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini disebabkan kita selalu menghafal/murajaah dari awal surat (ayat 1). Ketika selesai menghafalkan sebuah surat, ayat-ayat awal itulah yang lebih sering dilafadzkan dibandingkan dengan ayat-ayat yang akhir. Sehingga otak kita lebih hafal ayat-ayat awal. Itulah sebabnya kita sangat hafal ayat-ayat awal surat dan sering lupa pada ayat-ayat akhir surat. Kesulitan kedua adalah ketika kita macet sulit bagi kita untuk mengetahui ayat selanjutnya. Ayat-ayat setelah ayat macet menjadi gelap. Ini dikarenakan kita menghafal secara sekuensial/berurutan, sehingga satu ayat selalu diingat setelah ayat sebelumnya. Sehingga kalau ayat sebelumnya macet maka ayat selanjutnya menjadi hilang juga. Dalm hal ini tidak ada cara lain untuk mengingatnya selain membuka mushaf Al Quran. Lalu bagaimana cara efektif untuk menanggulangi masalah tersebut? Kuncinya adalah ketika proses menghafal sebuah surat dilakukan. Hafalkan surat dengan cara memotongnya menjadi 10 ayat 10 ayat. Di dalam tiap sepuluh ayat potong-potong lagi menjadi 5 ayat-5 ayat. Misalnya kita menghafal surat An Naba yang didalamnya ada 40 ayat. Caranya adalah sebagai berikut : Hafalkan ayat 1 sampai lancar. Lakukan sampai ayat 5. Kemudian hafalkan secara berurut ayat 1 sampai dengan ayat 5. Ikatlah ayat 1 sampai ayat 5 dengan mengulang-ulangnya bersama-sama sampai lancar. Gerak-gerakkan jari-jari tangan anda sesuai dengan ayat yang sedang di hafal. Bila menghafal ayat 1 gerakkan ibu jari, ayat 2 gerakkan jari telunjuk,

ayat 3 gerakkan jari tengah, ayat 4 gerakkan jari manis dan ayat 5 gerakkan jari kelingking. Kemudian hafalkan ayat 6 sampai 10 sambil menggerak-gerakkan jari-jari tangan kiri sama seperti yang dilakukan oleh tangan kanan. Ulang-ulang ayat 6 sampai 10 sampai lancar. Kegiatan ini mengikat ayat 6 sampai dengan ayat 10 Sekarang mengulang menghafal ayat 1 sampai 10 dengan sambil menggerak-gerakkan jari sesuai dengan nomor ayat yang dilafazkan. Lakukan sampai lancar. Hal ini mengikat ayat 1 sampai 10. Lakukan langkah diatas untuk ayat 11-20, ayat 21-30 dan ayat 31-40. Terakhir gabungkan semua ayat (ayat 1 sampai 40) dalam surat tsb. Ulangulang sampai lancar Kemudian bagaimana anda murajaah sebuah surat bila kita telah menghafal secara konvensional? Bila surat tersebut ayat-ayatnya pendek maka kelompokkan menjadi 10 ayat-10 ayat. Hafalkan per 10 ayat. Bila suratnya berayat yang panjang-panjang seperti Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa dll, maka pecah 10 ayat menjadi 5 ayat-ayat. Manfaat dari menghafal dengan sistem potongan ini adalah: Ketika murajaah kita tidak selalu harus memulai dari awal surat ayat1sehingga untuk surat yang panjang murajaah dapat dilakukan sepotongsepotong di dalam shalat kita. Misalnya: untuk setiap rakaat shalat kita membaca 10 ayat. Maka ketika shubuh kita sudah dapat murajaah sampai 40 ayat (sunnat shubuh 2 rakaat dan shubuh 2 rakaat). Ini cukup bagus untuk surat An Naba yang 40 ayat. Atau untuk surat yang panjang seperti Al Baqarah, bila dilakukan 10 ayat untuk setiap rakaat shalat, maka selesai shalat isya kita sudah murajaah 100 ayat! Bila ditambah dengan shalat2 sunnah rawatib maka kita bisa murajaah 200 ayat dalam sehari. Dan bila ditambahkan dengan shalat dhuha dan tahajjud kita bisa mnyelesaikan 286 ayat Al Baqarah dalam shalat yang dilakukan sehari semalam! Kita tidak merasa susah murajaah karena seakan-akan kita sedang menghafal surat-surat yang pendek saja. Secara psikologis kita merasa lebih ringan. Dan di dalam memurajaah surat yang panjang kita mempunyai Menguatkan secara merata ayat-ayat di seluruh surat. Bukan hanya ayatayat awal surat saja. Ketika memurajaah surat-surat yang panjang dan

kemudian terputus oleh kondisi eksternal tamu datang, telfon berdering, anak menangis, masakan gosong dll- kita masih tetap bisa melanjutkan ayat selanjutnya setelah kondisi eksternal tertangani. Tanpa harus mengulangi dari awal surat. Dengan metoda menghafal konvensional maka kita kita harus selalu mengulangi mulai dari awal surat lagi. Kondisi-kondisi seperti ini akan menguatkan hafalan ayat-ayat awal dan menurunkan kualitas hafalan ayat-ayat akhir. Hafal nomot ayat tanpa kita sadari. Ini adalah bonus yang sangat bermanfaat untuk kita Mengatasi kasus ayat macet. Bila macet di satu ayat biasanya akan berhenti memurajaah surat tersebut karena ayat-ayat yang selanjutnya sangat bergantung pada ayat yang macet/lupa. Tetapi dengan sistem potong surat ini kita masih tetap bisa terus memurajaah ayat-ayat setelah ayat macet ini. Mengapa ? Karena dalam menghafal sistem ini setiap ayat independen diletakkan dalam memori otak kita. Sebuah ayat tidak hanya dikaitkan dengan ayat yang sebelumnya seperti dalam sistem menghafal konvensional- tapi juga dikaitkan dengan nomornya (yang diingat secara tidak sadar dengan menggerak-gerakkan jari tangan ketika menghafal). Ketika memori yang terkait dengan ayat sebelum terlupakan maka ada pengait yang lain yaitu nomor surat. Percaya atau tidak? Anda tinggal mencoba sistem ini dan merasakan hasilnya! Melakukan metoda ini tak sesulit membaca baris-baris di atas. Bila anda melakukannya ini adalah hal yang sangat simpel. Metoda ini menjadikan kita santai dan tidak stres dalam memurajaah. Karena kita mempunyai petunjuk/milestones dalam surat-surat hafalan kita yaitu ayat 1, 11, 21, 31, 41 dst. Kita akan memurajaah ayat-ayat pendek, yaitu 10 ayat saja. Cobalah anda praktekkan dan anda akan terkejut dengan hasilnya. Selamat bermurajaah! Ummu Alya Membangun Peradaban Posted by: Gatot Pramono on: November 2, 2007 In: Ummat

9 Komentar

kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang mumin dan bersikap tegas kepada orang kafir, yang berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela . (QS Al-Maidah: 54) Rasulullah saw yang telah membawa perubahan superbesar dalam sejarah kehidupan manusia memulai masa kenabiannya di usia 40 tahun. Dan hanya dalam 23 tahun masa kenabiannya, beliau mampu membangun dasar peradaban rabbani, yang menjunjung tinggi aspek superioritas hukum Islam, keseimbangan peran dan kewajiban antarkomponen masyarakat. Ketika ada pertanyaan bagaimana bisa dalam waktu sesingkat itu dapat terbangun sebuah sistem yang mengalami masa kejayaan selama berabadabad, maka jawaban yang paling tepat adalah karena Rasulullah menggunakan sistem ilahiyah dalam membangun peradabannya. Sistem yang mengacu kepada kitabullah. Sistem ini integral dan komprehensif serta mampu memecahkan seluruh persoalan hidup manusia. Menurut Dr Ali Abdul Halim Mahmud setidaknya ada 2 pilar pokok yang harus dibangun ketika kita ingin membangun (kembali) sebuah peradaban rabbani. Pertama adalah pilar tarbawi (pembinaan dan pendidikan), berupa pola belajar-mengajar, dengan ragam perangkatnya dengan tujuan untuk menyempurnakan potensi pribadi. Kemudian yang kedua, yaitu pilar tanzhimi (institusional) berupa pembangunan institusi internal masyarakat yang mengatur kode etik dalam kehidupan bermasyarakat, dan institusi eksternal yang mengatur kekuasaan dan hubungan antarbangsa. Perubahan peradaban ini bisa dimulai. Caranya dengan membangun kepribadian individu Muslim dengan Islam pada seluruh aspek kehidupan. Kemudian pembentukan keluarga-keluarga shalihah dengan seluruh nilai dan moralitasnya. Akhirnya akan terbentuk sistem masyarakat dengan seluruh

interaksi sosial dan pengaturannya yang dinaungi dalam wadah institusi yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilahiyah. Muaranya adalah perubahan peradaban. Perubahan yang berakar pada tegaknya sistem nilai yang mengacu pada nilai-nilai transendental dan ilahiyah. Peradaban yang di dalamnya terbentuk struktur kemasyarakatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran ilahi.

KUMPULAN NASEHAT DI BULAN RAMADHAN KUMPULAN TAUSIYAH RENUNGAN DI BULAN ROMADHON 1 : Suatu kali, penulis bersilaturrahim kepada seorang dokter muslim. Penulis melihat banyak gambar orang laki-laki dan perempuan di pajang di dinding. Penulis lalu mengingatkannya dengan larangan Rasulullah dalam soal memajang gambar-gambar. Tetapi ia menolak sambil mengatakan, Mereka kawan-kawan saya di universitas. Padahal sebagian besar dari mereka adalah orang-orang kafir. Apalagi para wanitanya yang memperlihatkan rambut dan perhiasannya di dalam gambar tersebut, dan mereka berasal dari negeri komunis. Sang dokter ini juga mencukur jenggotnya. Penulis berusaha menasihati, tetapi ia malah bangga dengan dosa yang ia lakukan, seraya mengatakan bahwa ia akan mati dalam keadaan mencukur jenggot. Suatu hal yang mengherankan, dokter yang melanggar ajaran-ajaran Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam tersebut mengaku bahwa ia mencintai Nabi. Kepada penulis ia berkata, Katakanlah wahai Rasulullah, aku ada dalam perlindunganmu! Dalam hati penulis berkata, Engkau mendurhakai perintahnya, bagaimana mungkin akan masuk dalam perlindungannya. Dan, apakah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam akan rela dengan syirik tersebut? (yaitu karena dokter tersebut meminta perlindungan kepada rasulullah yang sudah wafat). Sesungguhnya kita dan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam berada di bawah perlindungan Allah semata. ============================================== =

KUMPULAN NASEHAT DI BULAN RAMADHAN KUMPULAN TAUSIYAH RENUNGAN DI BULAN ROMADHON 2 : Jika anda menanyakan kepada seorang muslim, Apakah anda mencintai Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam ? Ia akan menjawab, Benar, aku korbankan jiwa dan hartaku untuk beliau. Tetapi jika selanjutnya ditanyakan, Kenapa anda mencukur jenggot dan melanggar perintahnya dalam masalah ini dan itu, dan anda tidak meneladaninya dalam penampilan, akhlak dan ketauhidan Nabi? Dia akan menjawab, Kecintaan itu letaknya di dalam hati. Dan alhamdulillah, hati saya baik. Kita mengatakan padanya, Seandainya hatimu baik, niscaya akan tampak secara lahiriah, baik dalam penampilan, akhlak maupun ketaatanmu dalam beribadah mengesakan Allah semata. Sebab Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda, Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad itu terdapat segumpal daging. Bila ia baik maka akan baiklah seluruh jasad itu, dan bila ia rusak maka akan rusaklah seluruh jasad itu. Ketahuilah, ia adalah hati. (HR. Al-Bukhari dan Muslim) ============================================== == KUMPULAN NASEHAT DI BULAN RAMADHAN KUMPULAN TAUSIYAH RENUNGAN DI BULAN ROMADHON 3 : Lewat manakah Islam akan tampil kembali memimpin dunia? Dai besar Muhammad Qutb menjawab persoalan ini dalam sebuah kuliah yang disampaikannya di Daarul Hadits, Makkah Al-Mukarramah. Teks pertanyaan itu sebagai berikut: Sebagian orang berpendapat bahwa Islam akan kembali tampil lewat kekuasaan, sebagian lain berpendapat bahwa Islam akan kembali dengan jalan meluruskan akidah, dan tarbiyah (pendidikan) masyarakat. Manakah di antara dua pendapat ini yang benar? Beliau menjawab: Bagaimana Islam akan tampil berkuasa di bumi, jika para duat belum meluruskan akidah umat, sehingga kaum muslimin beriman secara benar dan diuji keteguhan agama mereka, lalu mereka bersabar dan berjihad di jalan Allah. Bila berbagai hal itu telah diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, barulah agama Allah akan berkuasa dan hukumhukumNya diterapkan di persada bumi. Persoalan ini amat jelas sekali.

Kekuasaan itu tidak datang dari langit, tidak serta merta turun dari langit. Memang benar, segala sesuatu datang dari langit, tetapi melalui kesungguhan dan usaha manusia. Hal itulah yang diwajibkan oleh Allah atas manusia dengan firmanNya: Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka, tetapi Allah hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain. (Muhammad: 4) Karena itu, kita mesti memulai dengan meluruskan aqidah, mendidik generasi berikut atas dasar akidah yang benar, sehingga terwujud suatu generasi yang tahan uji dan sabar oleh berbagai cobaan, sebagaimana yang terjadi pada generasi awal Islam. ============================================== == KUMPULAN NASEHAT DI BULAN RAMADHAN KUMPULAN TAUSIYAH RENUNGAN DI BULAN ROMADHON 4 :

Berilmulah, wahai saudaraku ! Dan jadikanlah tujuan kalian dalam menuntut ilmu, mencari keridhaan Alloh Jalla Jalaluhu, jujur dan kembali kepadaNya. Janganlah engkau jadikan tujuan menuntut ilmu dalam rangka membantah ulama, menonjolkan diri dalam majelis, bersaing dan pamer kepada khalayak ramai. Rasulullah Shalallohu alaihi wa salam bersabda. Barang siapa menuntut ilmu untuk membodohi orang, atau menantang para ulama, atau mencari perhatian manusia, maka dia masuk neraka [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Muqaddimah 253, dan dishahihkan Al Albani lihat AlMisykat 225226 ; bersumber dari sahabat Ibnu Umar Rhadiyallahu anhu] Hadits ini merupakan peringatan keras bagi orang yang tidak ikhlas dalam menuntut ilmu, serta tujuannya dalam menuntut ilmu tidak dalam rangka mencari keridhoan Alloh Jalla Jalaluhu. Sebagaimana yang telah saya sampaikan sebelumnya, bahwa syetan selalu mengintai dan membisikkan kepadamu untuk tidak berbuat ikhlas kepada Alloh Jalla Jalaluhu, maka janganlah engkau menggubrisnya dan upayakanlah

dirimu untuk senantiasa ikhlas dalam segala hal, utamanya menuntut ilmu, oleh karena itu teruslah menuntut ilmu !. Berkata Sufyan AtsTsauri : Dulu kami menuntut ilmu untuk selain Alloh tetapi ilmu itu enggan kecuali hanya untuk Alloh Jalla Jalaluhu. Maknanya, jiwa itu selalu memiliki tuntutan serta keinginan, terlebih lagi ketika menginjak usia muda dan memasuki usia remaja, jiwa ini memiliki keinginan dan dorongan yang sangat kuat untuk melakukan berbagai macam perkara sesuai dengan kadar kejahilannya, atau ilmu yang dimiliki serta keikhlasan kepada Rabbnya serta keikhlasan kepada Rabbnya serta rasa ittibanya kepada Rasulullah Shalallohu alaihi wa salam. [Disalin dari Majalah Al-Furqon Edisi 8 Tahun V/Rabiul Awwal 1427H/April 2006. Dengan Judul Nasehat Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid AlHalabi Al-Atsari Hafizhahullah. Penerbit Lajnah Dakwah Mahad Al-Furqon, Alamat Maktabah Mahad Al-Furqon, Srowo Sidayu Gresik Jatim 61153, Judul artikel oleh Redaksi Almanhaj] Sumber : http://www.almanhaj.or.id/content/1869/slash/0

sumber: Manhaj firqoh an najiyah karya syaikh muhammad jamil zainu www.sunniy.wordpress.com Suka One blogger likes this post.

Filed under: nasehat kumpulan sms ucapan selamat makan sahur sms selamat berbuka puasa sms buka puasa di bulan ramadhan sms makan sahur di bulan puasa kumpulan sms buka puasa sms berbuka puasa sms ucapan selamat berbuka puasa 13 Tanggapan

081325537150 - 085325118364 - 081328228534 - 081328051636 081227719395 - 08973171464 - 085328105069 - 081227718413, on Agustus 23, 2009 at 1:19 pm said: MARI KITA DUKUNG POLIGAMI YANG ADIL DAN BERADAB Diambil dari mailing list [email protected] Message: 16 Date: Tue, 03 May 2005 15:48:02 +0700 From: Admin Jilbab Online Subject: ::Kisah:: Jeritan seorang Perawan Tua Jeritan seorang Perawan Tua Fenomena bertambahnya jumlah wanita yang terlambat menikah (perawan tua) menjadi satu perkara yang menakutkan saat ini, mengancam kebanyakan pemudi-pemudi di masyarakat kita yang Islami, bahkan di seluruh dunia. Berikut ini marilah kita mendengarkan salah satu jeritan mereka : Majalah Al-Usrah edisi 80 Dzulqadah 1420 H menuliskan jeritan seorang perawan tua dari Madinah Munawaroh,Semula saya sangat bimbang sebelum menulis untuk kalian karena ketakutan terhadap kaum wanita karena saya tahu bahwasanya mereka akan mengatakan bahwa aku ini sudah gila, atau kesurupan. Akan tetapi, realita yang aku alami dan dialami pula oleh sejumlah besar perawan-perawan tua, yang tidak seorang pun mengetahuinya, membuatku memberanikan diri. Saya akan menuliskan kisahku ini dengan ringkas. Ketika umurku mulai mendekati 20 tahun, saya seperti gadis lainnya memimpikan seorang pemuda yang multazim dan berakhlak mulia. Dahulu saya membangun pemikiran serta harapan-harapan; bagaimana kami hidup nanti dan bagaimana kami mendidik anak-anak kami dan.. dan Saya adalah salah seorang yang sangat memerangi taadud (poligami). Hanya semata mendengar orang berkata kepadaku, Fulan menikah lagi yang kedua, tanpa sadar saya mendoakan agar ia celaka. Saya berkata, Kalau saya adalah istrinya -yang pertama- pastilah saya akan mencampakkannya,

sebagaimana ia telah mencampakkanku. Saya sering berdiskusi dengan saudaraku dan terkadang dengan pamanku mengenai masalah taaddud. Mereka berusaha agar saya mau menerima taaddud, sementara saya tetap keras kepala tidak mau menerima syariat taaddud. Saya katakan kepada mereka, Mustahil wanita lain akan bersama denganku mendampingi suamiku. Terkadang saya menjadi penyebab munculnya problema-problema antara suami-istri karena ia ingin memadu istri pertamanya; saya menghasutnya sehingga ia melawan kepada suaminya. Begitulah, hari terus berlalu sedangkan aku masih menanti pemuda impianku. Saya menanti akan tetapi ia belum juga datang dan saya masih terus menanti. Hampir 30 tahun umurku dalam penantian. Telah lewat 30 tahun oh Illahi, apa yang harus kuperbuat? Apakah saya harus keluar untuk mencari pengantin laki-laki? Saya tidak sanggup, orang-orang akan berkata wanita ini tidak punya malu. Jadi, apa yang akan saya kerjakan? Tidak ada yang bisa saya perbuat, selain dari menunggu. Pada suatu hari ketika saya sedang duduk-duduk, saya mendengar salah seorang dari wanita berkata, Fulanah jadi perawan tua. Aku berkata kepada diriku sendiri, Kasihan Fulanah jadi perawan tua, akan tetapi fulanah yang dimaksud itu ternyata aku. Ya Illahi! Sesungguhnya itu adalah namaku saya telah menjadi perawan tua. Bagaimanapun saya melukiskannya kepada kalian, kalian tidak akan bisa merasakannya. Saya dihadapkan pada sebuah kenyataan sebagai perawan tua. Saya mulai mengulang kembali perhitungan-perhitunganku, apa yang saya kerjakan? Waktu terus berlalu, hari silih berganti, dan saya ingin menjerit. Saya ingin seorang suami, seorang laki-laki tempat saya bernaung di bawah naungannya, membantuku menyelesaikan problema-problemaku Saudaraku yang laki-laki memang tidak melalaikanku sedikit pun, tetapi dia bukan seperti seorang suami. Saya ingin hidup; ingin melahirkan, dan menikmati kehidupan. Akan tetapi, saya tidak sanggup mengucapkan perkataan ini kepada kaum laki-laki. Mereka akan mengatakan, Wanita ini tidak malu. Tidak ada yang bisa saya lakukan selain daripada diam. Saya tertawa akan tetapi bukan dari hatiku. Apakah kalian ingin saya tertawa, sedangkan tanganku menggenggam bara api? Saya tidak sanggup

Suatu hari, saudaraku yang paling besar mendatangiku dan berkata, Hari ini telah datang calon pengantin, tapi saya menolaknya Tanpa terasa saya berkata, Kenapa kamu lakukan? Itu tidak boleh! Ia berkata kepadaku, Dikarenakan ia menginginkanmu sebagai istri kedua, dan saya tahu kalau kamu sangat memerangi taaddud (poligami). Hampir saja saya berteriak di hadapannya, Kenapa kamu tidak menyetujuinya? Saya rela menjadi istri kedua, atau ketiga, atau keempat Kedua tanganku di dalam api. Saya setuju, ya saya yang dulu memerangi taaddud, sekarang menerimanya. Saudaraku berkata, Sudah terlambat Sekarang saya mengetahui hikmah dalam taaddud. Satu hikmah ini telah membuatku menerima, bagaimana dengan hikmah-hikmah yang lain? Ya ALlah, ampunilah dosaku. Sesungguhnya saya dahulu tidak mengetahui. Kata-kata ini saya tujukan untuk kaum laki-laki, Bertaaddud-lah, nikahilah satu, dua, tiga, atau empat dengan syarat mampu dan adil. Saya ingatkan kalian dengan firman-Nya, Maka nikahilah olehmu apa yang baik bagimu dari wanita, dua, atau tiga, atau empat, maka jika kalian takut tidak mampu berlaku adil, maka satu Selamatkanlah kami. Kami adalah manusia seperti kalian, merasakan juga kepedihan. Tutupilah kami, kasihanilah kami. Dan kata-kata berikut saya tujukan kepada saudariku muslimah yang telah bersuami, Syukurilah nikmat ini karena kamu tidak merasakan panasnya api menjadi perawan tua. Saya harap kamu tidak marah apabila suamimu ingin menikah lagi dengan wanita lain. Janganlah kamu mencegahnya, akan tetapi doronglah ia. Saya tahu bahwa ini sangat berat atasmu. Akan tetapi, harapkanlah pahala di sisi ALlah. Lihatlah keadaan suadarimu yang menjadi perawan tua, wanita yang dicerai, dan janda yang ditinggal mati; siapa yang akan mengayomi mereka? Anggaplah ia saudarimu, kamu pasti akan mendapatkan pahala yang sangat besar dengan kesabaranmu Engkau mungkin mengatakan kepadaku, Akan datang seorang bujangan yang akan menikahinya. Saya katakan kepadamu, Lihatlah sensus penduduk. Sesungguhnya jumlah wanita lebih banyak daripada laki-laki. Jika setiap laki-laki menikah dengan satu wanita, niscaya banyak dari wanita-wanita kita yang menjadi perawan tua. Jangan hanya memikirkan diri sendiri saja. Akan tetapi, pikirkan juga saudarimu. Anggaplah dirimu berada dalam posisinya.

Engkau mungkin juga mengatakan, Semua itu tidak penting bagiku, yang penting suamiku tidak menikah lagi. Saya katakan kepadamu, Tangan yang berada di air tidak seperti tangan yang berada di bara api. Ini mungkin terjadi. Jika suamimu menikah lagi dengan wanita lain, ketahuilah bahwasanya dunia ini adalah fana, akhiratlah yang kekal. Janganlah kamu egois, dan janganlah kamu halangi saudarimu dari nikmat ini. Tidak akan sempurna keimanan seseorang sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri. (1) Demi ALlah, kalau kamu merasakan api menjadi perawan tua, kemudian kamu menikah, kamu pasti akan berkata kepada suamimu Menikahlah dengan saudariku dan jagalah ia. Ya ALlah, sesungguhnya kami memohon kepadamu kemuliaan, kesucian, dan suami yang shalih A.A.N -Madinah 1. HR. Bukhari dalam kitan Iman no 13 dan Muslim no 45. Disalin oleh Jilbab Online dari buku Istriku Menikahkanku, As-Sayid bin Abdul Aziz As-Sadani, Darul Falah, cet. Agustus 2004 saya, on Agustus 23, 2009 at 11:26 pm said: hm menarik Ocie, on September 9, 2009 at 2:52 am said: Subhanallah semoga Allah menganugerahkan yang terbaik untuk duniaku untuk akhiratku hingga dapat kupenjut jodohku di surga-MU Ya Allah ikhlaskan hamba-MU Karuniakan ketulusan dalam diriku untu menempuh semua ini. saudariku bersabarlah Allah ada bersama kita 081325537150 - 085325118364 - 081328228534 - 081328051636 081227719395 - 08973171464 - 085328105069 - 081227718413, on Agustus 23, 2009 at 1:20 pm said: NASIONALISME BERTENTANGAN DENGAN AJARAN ISLAM

Bagi kaum Muslim, nasionalisme menjadi racun yang sangat menyakitkan. Persatuan Dunia Islam yang tadinya merupakan kekuatan tangguh yang menyatukan negeri-negeri Islam, kemudian tercabik-cabik hanya karena penyebaran ide nasionalisme ini. Barat kemudian melakukan pembagian negeri-negeri Islam dengan hanya menggunakan penggaris dan pensil. Dalam bidang politik dan ideologi kaum muslimin tertipu oleh faham nasionalisme yang dianggap sebagai ideologi. Lewat faham nasionalisme yang diinduksikan oleh negara kafir imperialis ke seluruh dunia Islam menjelang perang dunia pertama itu, kaum muslimin terpecah-belah menjadi lebih dari 50 negara dengan kebangsaannya masing-masing. Dengan nasionalisme berarti kepentingan nasional di atas segala-galanya termasuk diatas akidah Islam. Tersebarnya paham nasionalisme ini menjadikan kaum Muslim sedunia yang tadinya bersatu menjadi hendak berdiri sendiri-sendiri. Muncullah PanArabisme, lalu diikuti dengan munculnya tuntutan untuk mendirikan negara-negara nasional lepas dari kekuasaan Khalifah Utsmaniyah saat itu. Akhirnya, melalui Musthafa Kemal yang didukung oleh Inggris dan negara-negara besar saat itu, pada tanggal 24 Maret 1924, Khilafah diruntuhkan. Kaum Muslim tidak lagi memiliki benteng yang senantiasa menjaga dan memeliharanya. Setelah keruntuhan Khilafah, negeri-negeri Muslim dipecah-belah menjadi banyak negara. Terbentuklah negara-negara merdeka atas dasar nasionalisme. Iran (1921), Saudi Arabia (1921), Mesir (1922), Irak (1932), Jordan (1945), Lebanon (1945), Syria (1945), Indonesia (1945), Pakistan (1947), Maroko (1956), Nigeria (1960), Somalia (1960), Kuwait (1961), Algeria (1962) dan banyak lagi. Akibat nasionalisme itulah, kenapa, misalnya, krisis ekonomi yang menimpa Indonesia selama ini dibiarkan begitu saja oleh para penguasa kaum muslimin lain yang kaya, karena meskipun sama-sama beragama islam tetapi bangsa indonesia dianggap bukan bangsanya karena diluar wilayah teritorial negaranya. Akhirnya, sabda Nabi SAW bahwa umat Islam sebagai satu tubuh itu tidak menjelma dalam realitas. Islam tidak mengenal ikatan apapun yang lebih tinggi, selain ikatan iman dan ukhuwah Islamiyah, untuk seluruh kaum Muslimin. Ikatan ini berarti hanya menjadikan akidah Islam, mabda (ideologi) Islam, sebagai satusatunya pengikat antar kaum Muslimin. Ikatan-ikatan lainnya seperti ikatan kelompok, golongan, suku, keluarga, bangsa/nasionalisme, dan sejenisnya masuk dalam kategori ikatan-ikatan yang mempropagandakan syiar-syiar

Jahiliyah. Seruan terhadap ikatan-ikatan tersebut sama artinya kita kembali ke jaman Jahiliyah, jaman paganisme, jaman penyembahan terhadap berhala. Ikatan keluarga tidak ada artinya apabila di antara anggota keluarga terdapat orang-orang yang bersebarangan akidahnya dengan kaum Muslimin. Bapak dan anak, suami dan isteri, begitu pula kakak dan adik kandung tidak ada artinya di sisi Allah jika salah satu di antara mereka kafir. Firman Allah SWT : Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya; sekalipun orang-orang itu adalah bapak-bapak, anakanak, saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. (QS. Al Mujadalah [58]: 22) Dengan demikian, ikatan yang mampu menjalin keberagaman masyarakat, yang di dalam sejarah umat manusia mampu menyatukan suku-suku, ras, kelompok, bangsa-bangsa, dari semenanjung Andalus di daratan Eropa hingga Kepulauan Nusantara, dari pegunungan Kaukasus hingga pedalaman hutan Afrika, hanyalah ikatan akidah dan ukhuwah Islam, menjadikan Islam sebagai mabda (ideologi). Selain ikatan Islam, tidak akan behasil menjalin heterogenitas masyarakat, betapapun keras upaya untuk menyatukannya. Ikatan ini terbukti mampu bertahan selama lebih dari 13 abad sampai institusi yang menyatukan masyarakat Islam runtuh, yaitu hancurnya negara Khilafah Islamiyah di Istambul Turki. Sejak saat itu umat terpecah belah, terkerat-kerat oleh sistem hukum yang dibuatnya sendiri, terkotak-kotak oleh kepentingan politik, dan diperdaya oleh negara-negara Barat yang kafir Oleh karena itu, setiap pemikiran kufur/sesat seperti demokrasi, HAM, sekularisme, nasionalisme, dan lain-lain harus kita bantah dan kita serang balik serta kita tunjukkan kepada umat dimana letak kepalsuan dan kebatilannya. Dengan demikian, umat akan terbebaskan dari pengaruh dan belenggu dominasi pemikiran dan kebudayaan kufur serta kembali kepada kesucian Islam. Kenapa umat Islam kini sedang didominir dan dikuasai oleh negara-negara Barat seperti AS, Inggris, Perancis, dll. Baik secara ekonomi maupun politik? Jawabnya adalah dikarena kan umat ini telah dicekoki dengan racun pemikiran barat (westoxication). Kaum muslimin adalah ummat yang satu, yang berbeda dengan ummatummat lainnya. Allah SWT telah menyatukan kaum muslimin karena kesamaan aqidahnya (keimanannya kepada Allah dan RasulNya). Rasulullah

saw telah berhasil menerapkan sistem dan hukum Islam dalam seluruh aspek kehidupan sejak berdirinya Negara Islam yang pertama kalinya di kota Madinah, kemudian penerapan sistem dan hukum Islam di bawah kekuasan Islam itu berlanjut di masa Khulafa Rasyidin, lalu Kekhilafahan di masa Umayyah, Abasiyah, hingga akhirnya masa Khilafah Islamiyah Utsmaniyah. Kaum muslimin saat itu memiliki hanya satu pemimpin (Khalifah), memiliki satu sistem dan hukum, yaitu sistem dan hukum Islam, mempunyai satu wilayah yang amat luas yaitu Daulah Khilafah Islamiyah, memiliki kekuasaan politik dan militer yang siap menjaga penerapan sistem dan hukum Islam, yang siaga memelihara kesatuan wilayah Islam, melindungi jiwa, harta dan kehormatan kaum muslimin dimana saja mereka berada, menghancurkan kebathilan dan kekufuran yang diemban oleh musuh-musuh Islam, merendahkan kemusyrikan dan kekafiran, meninggikan Islam dan memuliakan kaum muslimin. Carleton S, saat mengomentari peradaban Islam dari tahun 800 M hingga 1600 M, menyatakan, Peradaban Islam merupakan peradaban yang paling besar di dunia. Peradaban Islam sanggup menciptakan sebuah negara adidaya kontinental (continental super state) yang terbentang dari satu samudera ke samudera yang lain; dari iklim Utara hingga tropis dan gurun dengan ratusan juta orang tinggal di dalamnya, dengan perbedaan kepercayaan dan asal suku. L. Brown mengatakan, Seandainya orang muslim bersatu padu dalam satu pemerintahan niscaya hal ini sangat berbahaya bagi seluruh dunia. Sebaliknya hal itu akan mendatangkan kenikmatan tak terhingga bagi kaum muslimin. Tapi selagi mereka terus sikut-sikutan, maka mereka juga tetap terombang-ambing tidak mempunyai pedoman yang jelas dan tidak mempunyai pengaruh yang jelas dan tidak pengaruh yang berarti bagi dunia luar. Mengapa kita masih mau dipisahkan oleh faktor nasionalisme dan batas negara, yang notabene buatan manusia, ketimbang dipersatukan dalam satu akidah dan satu wadah negara, sebagaimana selama berabad-abad kaum Muslim pendahulu kita berada dalam satu naungan Kekhilafahan Islam? Maka, untuk meraih kembali kejayaan islam, kita harus memaksa umat Islam di berbagai negeri untuk menanggalkan ikatan-ikatan nasionalisme, patriotisme, primordialisme, sektarianisme, dan kedaerahan. Menempatkan kembali ikatan ukhuwah Islamiah pada tempatnya, menyadarkan kaum Muslim akan potensi/kekuatan mereka sebagai kekuatan yang bisa mengikat

mereka, dan menyadarkan mereka bahwa salah satu sebab utama kelemahan mereka adalah karena mereka terikat oleh belenggu primordialisme, nasionalisme, keturunan, dan sektarianisme dan sejenisnya. Sudah saatnya kini nyanyian jihad dikumandangkan oleh kaum muslimin di manapun karena hak Islam dan kaum muslimin dilanggar. Kita rindu penguasa muslim yang gagah berani yang berani mengumandangkan jihad fi sabilillah dalam rangka menegakkan kalimat Allah dan membela kaum muslimin yang tertindas. Kita sudah muak dan bosan dengan penguasa yang justru melindungi para penindas serta menghalangi jihad yang hendak membela kaum tertindas! Harus diakui bahwa saat ini industri militer Dunia Islam dalam keadaan mundur bahkan mengalami ketergantungan terhadap musuh-musuhnya. Akan tetapi, secara kuantitas jumlah pasukan militer di Dunia Islam sangat besar. Seandainya, dari satu miliar penduduk Dunia Islam direkrut 1 %-nya saja akan didapat 10 juta tentara. Karena itu, dapat dibayangkan jika mobilisasi pasukan militer ini dilakukan oleh sebuah negara, apalagi negara yang bersifat internasional seperti Daulah Khilafah Islamiyah. Akan tetapi, sayang, praktis sejak perang terakhir melawan Israel tahun 70-an, pasukan militer di negeri-negeri Islam hampir tidak pernah berperang melawan kekuatan penjajah, kecuali Irak dan Afganistan saat menghadapi serbuan AS. Sebagian besar pasukan militer di Dunia Islam justru sering digunakan oleh penguasa untuk menindas rakyatnya sendiri, bukan untuk melawan penjajah. Sekalipun khilafah Islamiyah belum berdiri dan daulah Islamiyah belum tegak, jihad tetap wajib hukumnya bagi kaum muslimin untuk dilakukan. Mengingat kondisi hari ini kaum muslimin terkotak-kota dalam berbagai negara, maka wajiblah para pemimpin dan panglima angkatan bersenjata negeri-negeri Islam untuk memobilisasi tentara kaum muslimin untuk dikirim ke daerah-daerah di mana kaum muslimin dizhalimi dan membebaskan mereka dari segala dominasi orang kafir. Jika ada pemimpin kaum muslimin yang mengobarkan jihad terhadap negara Yahudi Israel atau negara kafir lainnya, wajib bagi kaum muslimin menyambut seruannya. Rasulullah saw. bersabda: Jihad harus dilakukan, bersama pemimpin yang baik maupun yang fajir (buruk). Jihad terus berlangsung hingga hari kiamat.

Karena itu, apabila umat ini menghendaki darah, harta benda, dan kehormatan mereka terjaga serta tidak dinodai oleh siapa pun, tidak ada jalan lain selain kembali pada Islam. Sebab, hanya Islamlah satu-satunya yang bisa melindungi seluruh kemuliaan dan kehormatan umat manusia. Kini saatnya umat Islam di seluruh dunia bangkit melepaskan diri dari seluruh ikatan yang dikendalikan oleh kaum kafir imperialis; apapun bentuk, nama, dan kepentingannya. Setelah itu, mereka harus menyatukan negerinegeri Islam di bawah naungan Khilafah Islamiah, serta mengemban Islam ke seluruh penjuru dunia Allahu Akbar! author: unknown saya, on Agustus 23, 2009 at 11:31 pm said: author: unknown 081325537150 - 085325118364 - 081328228534 - 081328051636 081227719395 - 08973171464 - 085328105069 - 081227718413, on Agustus 23, 2009 at 1:21 pm said: Demokrasi adalah Berhala Modern BAHAYA DEMOKRASI BAGI UMAT ISLAM Disadari atau tidak, demokratisasi membentuk bahaya tersendiri bagi umat Islam. Pertama, bahaya yang paling besar bagi umat Islam, demokrasi nampak menjadi berhala baru yang merusak aqidah, hukum syara, dan akhlaq kaum muslimin. Secara aqidah, dengan demokrasi, umat Islam dikikis aqidahnya. Tokoh-tokoh demokrasi selalu menyerang agar umat Islam jangan merasa benar sendiri. Islam bukanlah satu-satunya agama yang benar. Jelas ini bisa meragukan keyakinan umat kepada Islam sebagai agama satu-satunya yang diridloi oleh Allah SWT(lihat QS. Ali Imran 19) dan rugilah orang yang mencari agama selain Islam (lihat QS. Ali Imran 85). Nampak bau taklid tokoh demokrasi kepada orang-orang kafir padahal Allah SWT sudah mewanti-wanti mereka. Demokrasi berasal dari pandangan bahwa manusialah yang berhak membuat peraturan (undang-undang). Sehingga menurut mereka rakyat adalah sumber kedaulatan, sekaligus pemilik kekuasaan yang sebenarnya. Rakyat yang membuat perundang-undangan. Rakyat yang menggaji kepala

negara untuk menjalankan undang-undang yang dibuat oleh rakyat. Rakyat pula yang berhak mencabut kekuasaan dari kepala negara, lalu menggantinya, termasuk merubah undang-undang sekehendak mereka. Jadi, Demokrasi itu berlandaskan kepada dua ide; (1). Kedaulatan di tangan rakyat, (2). Rakyat sebagai sumber kekuasaan. Dalam hal ini rakyat bertindak selaku Musyarri (pembuat hukum) dalam kedudukannya sebagai pemilik kedaulatan, dan berlaku sebagai Munaffidz (pelaksana hukum) dalam kedudukannya sebagai sumber kekuasaan. Ide Demokrasi, merupakan anak emas dari ide Sekularisme (pemisahan agama dari negara/politik). Sebab, Sekularisme telah memberikan wahana bagi rakyat untuk menentukan arah kehidupan mereka sendiri. Inilah makna dari rakyat sebagai pihak yang memiliki kedaulatan. Artinya rakyat sebagai Musyarri (pembuat hukum). Pemahaman semacam ini nyata-nyata bertolak belakang dengan ajaran Islam. Sebab, Islam telah meletakkan kedaulatan berada di tangan syara (atau di tangan Allah, sebagai Musyarri), bukan di tangan manusia. Firman Allah SWT : (Hak untuk) menetapkan hukum itu (hanyalah) hak Allah. (QS. Al Anaam [6]: 57) Bahkan al Quran tegas-tegas menggolongkan tidak beriman bagi siapa saja yang tidak menjadikan Rasulullah saw sebagai rujukan hukum. Maka demi Rabb-mu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim (pemutus) terhadap perkara yang mereka perselisihkan. (QS. An Nisa [4]: 65) Oleh karena itu, ide Demokrasi yang telah meletakkan kedaulatan berada di tangan manusia (dalam hal ini rakyat), dan kekuasaan (untuk menjalankan sistem hukum selain Islam) berada di tangan rakyat, adalah ide yang bathil, bertolak belakang dengan ajaran Islam. Dan Islam tidak mengenal Demokrasi, sejak kelahirannya hingga hari Kiamat. Dari segi hukum syara, demokrasi menolak hukum Islam dengan dalih negara ini bukan negara Islam dan bukan milik orang Islam. Negara plural. Padahal syariat Islam, bukanlah syariat buatan orang Islam dan khusus untuk orang Islam. Dia buatan Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan manusia dan menurunkan syariatnya dan mengutus rasul-Nya sebagai rahmat-Nya atas seluruh alam.

Umumnya tokoh muslim demokrat yang berpecah belah itu, selalu mengajak agar semua kembali kepada konstitusi dan melaksanakan perbedaan pendapat dengan koridor demokrasi, padahal Allah SWT menuntun mereka agar dalam menyelesaikan konflik kembali kepada Allah dan Rasul-Nya (Al Quran dan Sunnah) jika mereka masih beriman (lihat QS. An Nisa 59). Kerusakan moral atau akhlaq akibat meninggalkan syariat Allah lantaran tidak sopannya manusia kepada Tuhan mereka kiranya tidak perlu diuraikan lagi. Karena itu, kelompok manapun dari kaum Muslim, yang mempropagandakan ideologi dan ajaran selain islam, seperti Demokrasi, Sekularisme, Pluralisme, Emansipasi, Kapitalisme, Sosialisme, Globalisasi yang bertentangan dengan ajaran Islam, dan nyata-nyata ajaran tersebut berasal dari bangsa-bangsa kafir, haram hukumnya ! Demokrasi tidak sama dengan syura, karena syura berarti memberikan pendapat. Sedangkan demokrasi merupakan suatu pandangan hidup dan kumpulan ketentuan untuk seluruh konstitusi, undang-undang, dan peraturan, yang telah dibuat oleh manusia menurut akal mereka sendiri. Mereka menetapkan ketentuan-ketentuan itu berdasarkan kemaslahatan yang dipertimbangkan menurut akal, bukan menurut wahyu dari langit. Kaum muslimin wajib membuang demokrasi sejauh-jauhnya, karena demokrasi juga berarti bertahkim kepada thaghut. Bertahkim kepada thaghut berarti juga bertahkim kepada hukum-hukum yang tidak diturunkan Allah SWT. Dengan kata lain bertahkim kepada hukum-hukum kufur yang dibuat manusia, dan bertentangan dengan sistem hukum Islam. Allah SWT berfirman: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Al Quran) dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak bertahkim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. (QS. An Nisa [4]: 60) Sungguh amat nista, seorang muslim yang tega menyerukan seruan jahiliyah (berupa fanatisme golongan, kelompok, madzhab, tokoh), maupun menyerukan jargon-jargon kufur (seperti Demokrasi, Pluralisme, Sekularisme, Sosialisme, Kapitalisme), terlebih lagi satu dengan yang lain saling menyerang dan membunuh, demi ashabiyah (fanatisme golongan) nya maupun membela seruan-seruan kufur.

Maka, apakah kita tetap tidak mengindahkan peringatan-peringatan ini?! Sudah nyata demokratisasi memberikan implikasi sangat buruk kepada kaum muslimin, baik ekonomi, politik, sosial, keamanan, bahkan keyakinan. Orientasi politik ekonomi keduniaan semata yang diajarkan oleh ideologi demokrasi telah mengesampingkan orientasi dunia akhirat sehingga yang terjadi kerusakan semata. Jika sudah demikian, masihkah kita berharap kepada demokrasi buatan manusia dan melupakan sistem peraturan Ilahi? Mari kita renungkan peringatan Allah SWT. Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta (QS. Thaha 124). Jelaslah betapa mahal harga proses demokratisasi yang dialam bangsa muslim terbesar di dunia ini. Kapankah mereka bertaubat dan kembali? Wallahu alam! saya, on Agustus 23, 2009 at 11:35 pm said:

sabar pak / bu 081325537150 - 085325118364 - 081328228534 - 081328051636 081227719395 - 08973171464 - 085328105069 - 081227718413, on Agustus 23, 2009 at 1:21 pm said: Hambatan-hambatan dalam menerapkan syariat Islam dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, kebencian orang-orang kafir, fasik, dan zalim terhadap syariat Islam. Kedua, kesalahan kaum Muslim dalam memahami syariat Islam. Akibatnya, muncullah keberatan yang sebenarnya lebih merupakan pencerminan pada ketakberhasilannya dalam mengapresiasi ajaran Islam. Hambatan dari orang-orang kafir jelas bukan dalam kendali kaum Muslim. Karenanya, yang lebih penting adalah bagaimana menata kembali sikap kaum Muslim yang masih miring terhadap syariat Islam, yang merupakan ajaran agama yang dianutnya.

Secara umum, kendala yang ada pada kaum Muslim dalam menerapkan syariat Islam, adalah lebih kepada masalah kekurangpahaman atau kebelumpahaman saja. Hal ini dapat dilihat dari keberatan yang sering diungkapkan. Di antara keberatan itu adalah: 1. Islam itu yang penting substansinya, bukan formalitasnya. Pendapat seperti ini bukan hanya berbahaya tetapi juga bertentangan dengan realitas. Pertama, tidak ada aturan yang diterapkan sekadar substansinya saja. Mengapa mereka begitu getol memperjuangkan sekularisme, demokrasi, dan berupaya mempertahankan formalitas sistem tersebut yang notabene warisan kolonial? Padahal, jika mereka konsisten dengan pendapatnya, semestinya cukup hanya substansi demokrasi saja yang dituntutnya, dan substansi sekularisme saja yang diinginkannya?! Akan tetapi, kenyataannya tidaklah demikian. Kedua, dengan tidak diformalkannya syariat Islam berarti hanya akan menciptakan peluang untuk main hakim sendiri. Padahal, semua sepakat bahwa tidak boleh main hakim sendiri. 2. Penduduk yang hidup di suatu negara bukan hanya Muslim, tetapi juga non-Muslim; tidak homogen tetapi heterogen. Pertama, dalih ini sebenarnya mencerminkan kegagalan pihak tersebut memahami realitas masyarakat. Pada kenyataannya, hukum manapun yang diterapkan tidaklah diperuntukkan hanya bagi kalangan yang homogen saja. Contohnya, di Amerika tidak semua penduduknya Kristen, akan tetapi aturan yang diterapkannya adalah kapitalisme. Di Indonesia, terdapat 4 agama resmi yang diakui, tetapi hukum yang diterapkan juga kapitalisme atas dasar sekularisme. Di Cina, puluhan juta umat Islam tinggal di sana, namun aturan yang diberlakukan aturan sosialisme-komunisme. Jadi, tidak rasional menolak ditegakkannya syariat Islam dengan alasan heterogenitas penduduknya. Mereka sendiri tidak pernah melarang penerapan sistem kapitalisme meskipun tidak semua penduduk berideologi kapitalisme; tidak pernah juga berteriak tidak boleh menerapkan sosialisme-komunisme dengan alasan tidak semua penduduknya berideologi sosialisme-komunisme. Sebenarnya persoalannya bukan terletak pada homogen atau heterogen, tetapi terletak pada sistem aturan mana yang akan diterapkan untuk mengatur penduduk (apapun agamanya) demi terciptanya keadilan, kesejahteraan, dan kebahagiaan masyarakat. Jawabannya, tentu saja Islam!

Kedua, adanya ketidakpahaman terhadap kenyataan hidup Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya. Sejarah menunjukkan bahwa penduduk negara Islam saat itu tidak hanya Muslim, tetapi juga Yahudi dan Nasrani. Pada Faktanya, lebih dari 10 abad syariat Islam bertahan. Ketiga, tidak adanya penghayatan bahwa syariat Islam itu adalah untuk kebaikan bersama. Sebagai contoh, ketika riba dilarang sebagai landasan perekonomian, hal ini tidaklah ditujukan hanya bagi kepentingan kaum Muslim, melainkan juga untuk kepentingan penduduk non-Muslim. Faktanya, akibat riba kini Indonesia dijerat utang luar negeri. Yang rugi? Semua penduduk, Muslim dan non-muslim. 3. Adanya ragam pendapat tentang sistem politik dan kenegaraan Islam; sistem mana yang akan diterapkan? Alasan ini pun terlihat genit. Sebab, dalam sistem manapun, sulit hanya ada satu pendapat saja. Misalnya, banyak beragam pendapat tentang sistem republik, presidensil, atau parlementer. Bentuknya pun pro-kontra; apakah kesatuan, federalisme, ataukah kesatuan dengan otonomi daerah. Pendapat dalam sistem pemilihan pun berbeda-beda, apakah harus pemilihan langsung (seperti keyakinan J.J. Rousseu), perwakilan, distrik, dan sebagainya. Realitasnya, perbedaan pendapat ini tidak menghalangi mereka menerapkan sistem demokrasi kapitalisme dalam berbagai bidang, termasuk politik. Lalu, mengapa adanya perbedaan pandangan tentang beberapa hal politik dan sistem kenegaraan Islam dijadikan dalih untuk tidak ditegakkannya syariat Islam? Sebaliknya, mengapa untuk sistem selain Islam tidak diungkapkan alasan serupa? 4. Hukum Islam itu kejam, diskriminatif, dan primitif. Tuduhan ini sebenarnya lebih menggambarkan ketakutan terhadap syariat Islam. Padahal, jika kita mau berpikir, manakah sesungguhnya yang lebih baik, misalnya: apakah masyarakat yang rata-rata kehidupan seksual para anggotanya bersih karena diberlakukan hukum Islam ataukah masyarakat yang permisif dan kacau; yang di dalamnya industri seks sudah dianggap sebagai hal yang lumrah, aurat tidak boleh dihalangi untuk dipamerkan karena diskriminatif, hukum ditentukan oleh yang kuat (hukum rimba)? Tentu, masyarakat jenis pertama merupakan masyarakat yang lebih luhur dan lebih sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Sebaliknya, yang kedua pada hakikatnya menjurus pada masyarakat binatang yang hidup di hutan belantara dengan hukum rimba, yang tidak jauh berbeda dengan hewan ternak (Lihat QS al-Arf [7]: 179). Akan tetapi, anehnya, banyak

masyarakat masih memandang bahwa masyarakat dan negara sekularkapitalistik yang serba permisif itulah yang dianggap masyarakat modern (lebih tepat sok modern), sedangkan masyarakat yang menerapkan dan berupaya untuk menegakkan hukum Islam dipandang sebagai masyarakat tradisional, konservatif, bahkan primitif. Mana yang lebih kejam, hukum yang memotong tangan pencuri yang betul-betul terbukti dalam pengadilan ataukah hukum yang memenjarakannya yang justru lebih mendidiknya menjadi seorang penjahat kawakan? Aturan mana yang lebih diskriminatif; apakah hukum yang memperlakukan semua orang secara adil ataukah hukum yang memenjarakan seorang pencuri sandal seharga Rp 4000 selama 4 bulan, sedangkan para perampok BLBI sebesar Rp 164 miliar bebas berkeliaran penuh percaya diri? Padahal, kalau tolok ukurnya pencurian sandal tersebut, seharusnya mereka dihukum 41.000.000 bulan atau 3.416.667 tahun! 5. Masyarakat tidak siap. Kita layak untuk bertanya, ketika di Indonesia diterapkan lebih dari 80% hukum Belanda (hingga sekarang), apakah rakyat ditanyai sudah siap atau belum? Ketika aturan untuk menerapkan syariat Islam bagi Muslim Indonesia dihapus oleh PPKI, apakah rakyat ditanya dulu siap atau tidak dengan penghapusan itu? Dulu, saat diterapkan demokrasi terpimpin dan demokrasi parlementer, apakah rakyat ditanyai kesiapannya lebih dulu? Tidak! Lalu, mengapa alasan masyarakat tidak siap itu hanya ditujukan kepada Islam. Padahal, benarkah masyarakat tidak siap? Ataukah pihak yang tidak siap itu adalah hanya mereka yang kini memegang kekuasaan, duduk di kursi empuk, dan banyak kejahatannya hingga takut kezalimannya itu terbongkar bahkan diadili? Itulah sebagian dalih yang diungkapkan untuk menolak syariat Islam. Namun, ternyata semuanya tidak sesuai dengan realitas alias mengada-ada. Berbagai dalih di atas hanya meneguhkan bahwa mereka tidak menggunakan akal sehat, tetapi sekadar karena dorongan hawa nafsu belaka. Wallahualam bishawab sumber: buletin al Islam no. 102 Blogger Pemula, on Agustus 25, 2009 at 5:09 am said: Koq komentarnya gak nyambung sama isi tulisan yah?

diazscript, on Agustus 25, 2009 at 4:21 pm said: aku ambil ya gan postingannya ku taruh di http://diazscript.wordpress.com 081325537150 - 085325118364 - 081328228534 - 081328051636 081227719395 - 08973171464 - 085328105069 - 081227718413, on Agustus 26, 2009 at 3:13 am said: TAQLID BUTA TERHADAP BANGSA BARAT Oleh Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin Pertanyaan Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya : Kami bertanya kepada yang mulia tentang fenomena yang berkembang di berbagai rumah sakit dan merasuk di kalangan masyarakat muslim, yang mana norma-norma masyarakat barat yang kafir telah berpindah kepada kita, yaitu berupa menghadiahkan bunga untuk orang-orang sakit yang kadang dibeli dengan harta yang sangat mahal. Bagaimana pendapat yang mulia mengenai tradisi ini? Jawaban Tidak diragukan lagi bahwa bunga-bunga itu tidak ada gunanya dan tidak ada fungsinya, itu tidak bisa mengobati yang sakit, tidak meringankan rasa sakit, tidak mendatangkan kesehatan dan tidak menghalau penyakit, karena bunga-bunga itu hanya berupa benda dengan berbagai bentuk dan warna tanaman yang berbunga yang disusun oleh tangan atau mesin kemudian dijual dengan harga yang tinggi. Produsennya mendapat untung besar sementara pembelinya merugi. Tradisi ini hanya menirukan barat tanpa pemikiran. Bunga-bunga itu dibeli dengan harga tinggi, lalu disimpan di samping orang yang sakit satu sampai dua jam, atau sehari sampai dua hari, kemudian dibuang tanpa manfaat apa-apa. Padahal yang lebih baik adalah mengalihkan dananya dan membelanjakannya untuk sesuatu yang bermanfaat bagi urusan dunia atau agama. Maka bagi yang melihat seseorang membelinya atau menjualnya, hendaknya mengingatkannya agar tidak melakukannya dengan harapan ia mau bertaubat dan meninggalkan jual beli yang benar-benar merugikan ini. [Al-Lu'lu' Al-Makin min Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin, hal. 58-59]