BGI Batu Pumice
-
Upload
fatima-tush-sholihah -
Category
Documents
-
view
72 -
download
0
Transcript of BGI Batu Pumice
LATAR BELAKANG
Batu Apung (pumice) adalah hasil gunung api yang kaya akan silika
dan mempunyai struktur porous, yang terjadi karena keluarnya uap dan gas-gas
yang larut di dalamnya pada waktu terbentuk, berbentuk blok padat, fragmen
hingga pasir atau bercampur halus dan kasar.Pumice terjadi bila magma asam
muncul ke permukaan dan bersentuhan dengan udara luas secara tiba-tiba.
Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunung api
yangmengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara
horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik.Eksplorasi secara umum
dilakukan dengan tambang terbuka dan secara manual, yaitu tidak membutuhkan
peralatan yang khusus untuk mendapatkannya. Kebanyakan batu apung yang
diperoleh dari penambangannya hanya berupa batu apung yang dipisah
berdasarkan ukurannyayang kemudian dijual dengan variasi ukuran
tersebutTeknik Penambangan batuapung terdiri dari Eksplorasi, Penambangan dan
Pengolahan. Keterdapatan batu apung di Indonesia selalu berkaitan dengan
rangkaian gunung api Kuarter sampai Tersier muda. Batu apung lebih banyak
digunakan di sektor industri.
1
PENDAHULUAN
Posisi geografis dan geologis Indonesia yang terletak di daerah tropis,
dimana sebagian besar di daerah di Indonesia terletak pada jalur pegunungan
berapi. Oleh karena itu, Indonesia sangat kaya dengan jenis-jenis batuan alam,
seperti misalnya bahan galian golongan C yang tersebar luas di beberapa daerah di
Indonesia. Bahan galian golongan C itu seperti batu kapur/ gamping, batu kali,
pasir (pasir urug dan pasir besi), batu bara, genteng, batu kerikil, gypsum,
kalsite, manner, pyrite, silt, batu lempung, trass, andesit,batu apung, dll. Namun
dalam makalah ini, kami hanya membahas batu apung.Batu apung atau pumice
adalah bahan galian industri yang termasuk golongan C yang cukup berperan
dalam sektor industri, baik sebagai bahan utama maupun sebagai bahan
tambahan. Batu Apung adalah hasil gunung api yang kaya akan silika dan
mempunyai struktur porous, yang terjadi karena keluarnya uap dan gas-gas yang
larut di dalamnya pada waktu terbentuk, berbentuk blok padat, fragmen
hingga pasir atau bercampur halus dan kasar. Batu Apung terdiri dari pada
silika, alumina, soda, besi oksida. Warna : putih, abu-abu kebiruan, abu-abu
gelap, kemerah-merahan, kekuning-kuningan, jingga. Bongkah-bongkah di
waktu kering dapat terapung diatas air.Penyelidikan umum dan eksplorasi batu
apung telah banyak dilakukan di Indonesia, salah satunya di beberapa daerah
yang tersebar di pulau lombok, NTB. Pulau Lombok salah daerah penghasil
batu apung terbanyak di Indonsia. Eksplorasi secara umum dilakukan dengan
tambang terbuka dan secara manual, yaitu tidak membutuhkan peralatan yang
khusus untuk mendapatkannya. Kebanyakan batu apung yang diperoleh dari
penambangannya hanya berupa batu apung yang dipisah berdasarkan
ukurannya yang kemudian dijual dengan variasi ukuran tersebut. Namun dalam
proses pengolahan selanjutnya untuk menghasilkan suatu produk yang berguna,
dilakukan oleh perusahaan yang cenderung menggunakan bahan baku batu apung,
contohnya industri cat.
2
Batu apung dapat diaplikasikan dalam sektor industri dan sektor
konstruksi.Aplikasinya dalam sektor industri cenderung memproduksi barang-
barang pelengkap, seperti cat, plamur, dan semen. Sedangkan pada sektor
konstruksi, cenderung menghasilkan bahan baku bangunan, seperti agregar
ringan beton.Perkembangan sector industri dan konstruksi, terutama di
Negara-negara maju, telah menunjukkan peningkatan yang berarti, dan hal ini
mengakibatkan segi permintaan akan batu apung Indonesia terus meningkat. Dari
segi pemasokan, produksi batu apung di Indonesia sebagian besar berasal dari
daerah Nusa Tenggara Barat dan sisanya dari daerah ternate, pulau Jawa
dan lain-lain. Sementara itu, impor batu apung dapat dikatakan tidak ada atau
untuk kebutuhan di dalam negeri sudah terpenuhi.Di Lombok Barat sedikitnya
ada 20 perusahaan pengololahan batuapung yang tersebar di berbagai wilayah.
Namun Saat ini penambangan batuapung di Lombok Barat banyak menuai
masalah, terutama masalah lingkungan, dimana sebagian besar penambangan
dilakukan tanpa memiliki perijinan dan tidak memperhatikan kelestarian
lingkungan.Limbah batu apung yang berasal dari pengayakan batu apung itu
sendiri telah merusak lingkungan. Hal ini dikarenakan pembuangannya pada
lahan yang masih produktif. Sehingga diperlukan suatu usaha untuk
menaggulangi limbah tersebut. Salah satunya yaitu dengan penggunaan limbah
batu apung sebagai bahan bangunan, berupa batako, paving blok, genteng
beton, beton ringan. Hal ini dikarenakan selain sebagai salah satu
penggulangan limbah batu apung, juga menjadi salah satu alternatif bahan
bangunan yang ekonomis, serta peluang lapangan kerja bagi masyarakat.
3
Definisi
Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari gelombang berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas vulkanik silikat.
Gambar 1 Batu Apung
Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunung api
yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi
secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batu apung
mempunyai sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak
(berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di dalamnya,
dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam
breksi gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam batu apung
adalah :
-Feldspar
-Kuarsa
-Obsidian
-Kristobalit
-Tridimit
4
Proses pembentukan
Pumice terjadi bila magma asam muncul ke permukaan dan bersentuhan
dengan udara luas secara tiba-tiba. Buih gelas alam dengan gas yang
terkandung di dalamnya mempunyai kesempatan untuk keluar dan magma
membeku dengan tiba-tiba.Pumice umumya terdapat sebagai fragmen yang
terlemparkan pada saat gunung api dengan ukuran dari kerikil sampai
bongkah. Pumice umumnya terdapat sebagai lelehan atau aliran permukaan,
bahan lepas, atau fragmen dalam breksi gunung api. Batu apung dapat pula dibuat
dengan cara memanaskan obsidian, sehingga gasnya keluar. Pemanasan yang
dilakukan pada obsidian dari Krakatau, suhu yang diperlukan untuk megubah
obsidian menjadi batu apung rata-rata 880 oC. Berat jenis obsidian yang semula
2,36 turun menjadi 0,416 sesudah perlakuan tersebut oleh sebab itu mengapung
didalam air. Batu apung ini mempunyai sifat hydraulis. Pumice berwarna putih
abu-abu, kekuningan sampai merah, tekstur vesikuler dengan ukuran lubang yang
bervariasi baik berhubungan satu sama lain atau tidak struktur skorious dengan
lubang yang terorientasi. Kadang-kadang lubang tersebut terisi oleh zeolit atau
kalsit. Batuan ini tahan terhadap pembekuan embun (frost), tidak begitu
higroskopis (mengisap air). Mempunyai sifat pengantar panas yang
rendah.Kekuatan tekan antara 30-20 kg/cm 2. Komposisi utama mineral silikat
amorf. Jenis batuan lainnya yang memiliki struktur fisika dan asal
terbentuknya sama dengan batu apung adalah pumicit, volkanik cinter, dan
scoria. Sedangkan mineral- mineral yang terdapat dalam batu apung adalah
feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit.Didasarkan pada cara
pembentukan (desposisi), distribusi ukuran partikel (fragmen) dan material
asalnya, endapan batu apung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Sub areal
- Sub aqueous
- New ardante, yaitu endapan yang dibentuk oleh pergerakan ke luar
secara horizontal dari gas dalam lava, yang menghasilkan campuran
5
fragmen dengan berbagai ukuran dalam suatu bentuk matriks.Hasil endapan
ulang (redeposit).
Gambar 2. Variasi ukuran batu apung
Gambar 3. Batu apung size 1-2 cm(triple small)
Gambar 4. Batu apung size 2-3 cm(double small)
6
Gambar 5. Batu apung size 3-5 cm(small)
Dari metamorfosisnya, hanya daerah-daerah yang relative ada gunung
api, akan mempunyai endapan batu apung yang ekonomis. Umur geologi dari
endapan-endapan ini antara tersier sampai sekarang. Gunung api yang aktif
selama umur geologi tersebut antara lain pada jalur pinggiran laut Pasifik dan
jalur yang mengarah dari laut Mediteran ke pegunungan Himalaya kemudian ke
India Timur.
Sifat-sifat batu apung
Sifat-sifat kimia batu apung adalah sebagai berikut:
a. Komposisi kimianya:
SiO2 : 60,00 – 75,00%
Al2O3 : 12,00 – 15,00%
Fe2O3 : 0,90 – 4,00%
Na2O : 2,00 – 5,00%
K2O : 2,00 – 4,00%
MgO : 1,00 – 2,00%
CaO : 1,00 - 2,00%
Unsur lainnya : TiO2, SO3, dan Cl.
7
b. Hilang pijar (LOI atau loss of ignition) : 6%
c. pH : 5
d. Berwarna terang
e. Mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas.
f. Sifat fisika:
Bobot isi ruah : 480 – 960 kg/cm3
Peresapan air : 16,67%
Gravitasi spesifik:0,8 gr/cm3
Hantaran suara : rendah
Rasio kuat tekan terhadap beban : Tinggi
Konduktifitas panas : rendah
Ketahanan terhadap api : s.d 6 jam
Teknik Penambangan
Batu apung sebagai bahan galian tersingkap dekat permukaan, dan relatif
tidak keras. Oleh sebab itu, penambangan dilakukan dengan tambang terbuka
atau tambang permukaan dengan peralatan sederhana. Pemisahan terhadap
pengotor dilakukan dengan cara manual. Apabila dikehendaki ukuran butir
tertebtu proses pemecahan (grinding) dan pengayakan dapat dilakukan.
1) Eksplorasi
Penelusuran keterdapatan endapan batu apung dilakukan dengan
mempelajari struktur geologi batuan di daerah sekitar jalur gunung api,
antara lain dengan mencari singkapan-singkapan dengan geolistrik atau
melakukan pengeboran dan pembuatan beberapa sumur uji. Selanjutnya,
dibuat peta topografi daerah yang diperkirakan mengandung endapan batu
apung dengan skala yang besar guna melakukan eksplorasi detail. Eksplorasi
8
detail bertujuan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas cadangan dengan
lebih pasti. Metode eksplorasi yang digunakan diantaranya adalah dengan
pengeboran (bor tangan dan bor mesin) atau dengan pembuatan sumur
uji.Dalam menentukan metode mana yang akan dipakai, harus dilihat kondisi
dari lokasi yang akan dieksplorasi, yaitu didasarkan pada peta topografi yang
dibuat pada tahap penelusuran (prospeksi). Metode eksplorasi dengan
pembuatan sumur uji, diawali dengan membuat pola empat persegi panjang
(dapat juga dengan bentuk bujur sangkar) dengan jarak dari satu titik atau dari
sumur uji yang satu ke sumur uji berikutnya antara 25-50 m. peralatan yang
dipakai dalam pembuatan sumur uji diantaranya adalah cangkul, linggis,
belincong, ember dan tali.Pada eksplorasi dengan pengeboran dapat dilakukan
dengan menggunakan alat bor yang dilengkapi dengan bailer (penangkap
contoh), baik bor tangan ataupun bor mesin. Dalam eksplorasi ini, dilakukan
juga pengukuran dan pemetaan yang lebih detail untuk digunakan dalam
perhitungan cadangan dan pembuatan perencanaan tambang.
2) Penambangan
Pada umumnya, endapan batu apung terletak dekat ke permukaan bumi,
sehingga penambangannya dilakukan dengan cara tambang terbuka dan selektif.
Pengupasan tanah penutup dapat dilakukan dengan alat-alat sederhana (secara
manual) ataupun dengan alat-alat yang mekanis, seperti bulldozer, scraper,
dan lain-lain. Lapisan endapan batu apungnya sendiri dapat digali dengan
menggunakan excavator antara lain backhoe atau power shovel, lalu dimuat
langsung ke dalam truk untuk diangkut ke pabrik pengolahan.
9
Gambar 6. Eskavator
Gambar 7. Backhoe
10
Gambar 8. Power Shovel
3) Pengolahan
Untuk menghasilkan batu apung dengan kualitas yang sesuai dengan
persyaratan ekspor atau kebutuhan di sector konstruksi dan industri, batu apung
dari tambang diolah terlebih dahulu, antara lain dengan menghilangkan pengotor
dan mereduksi ukurannya.
Gambar 9. Batu apung yang telah dipilah sesuai ukuran
Secara garis besar, proses pengolahan batu apung terdiri atas:
a. Pemilahan (sorting); untuk memisahkan batu apung yang bersih dari batu
apung yang masih banyak pengotornya (impuritis), dan dilakukan dengan
scalping screens.
11
Gambar 10. Scalping Screens
b. Peremukan (crushing); dengan tujuan untuk mereduksi ukuran, dengan
menggunakan crusher, hamm er mills, dan roll mills.
Gambar 11. Impact crusher
Gambar 12. Cone crusher
12
Gambar 13. Roll Mill
c. Sizing; untuk memilah material berdasarkan ukuran yang sesuai dengan permintaan pasar, yang dilakukan dengan menggunakan saringan (screen).
Gambar 14. Vibrating screen
d. Pengeringan (drying); dilakukan jika material dari tambang banyak
mengandung air, yang salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan
rotary dryer.
13
Gambar 15. Rotary Dryer
Gambar 16. Proses pengayaan batu apung
14
POTENSI
Tempat Diketemukan
Keterdapatan batu apung di Indonesia selalu berkaitan dengan
rangkaian gunung api Kuarter sampai Tersier muda. Tempat dimana batu
apung didapatkan antara lain:
1. Jambi: Salambuku Lubukgaung, Kec. Bangko, Kab. Sarko (merupakan
piroklastik halus yang berasal dari satuan batuan gunung api atau tufa dengan
komponen batu apung diameter 0,5-0,15 cm terdapat dalam formasi Kasai).
2. Lampung: sekitar Kepulauan Krakatau terutama di P.Panjang (sebagai hasil
letusan gunung Krakatau yang memuntahkan batu apung).
3. Jawa Barat: Kawah Danu, Banten sepanjang pantai laut sebelah barat
(diduga hasil kegiatan Gunung Krakatau); Nagreg, Kab. Bandung (berupa
fragmen dalam batuan tufa).
4. Mancak, Pabuaran Kab. Serang (mutu baik untuk agregat beton, berupa
fragmen pada batuan tufa dan aliran permukaan) Cicurug Kab.Sukabumi
(kandungan SiO2= 6 3,20%, Al 2O3= 12,5% berupa fragmen pada batuan tufa);
Cikatomas, Cicurug, Gunung Kiaraberes Bogor.
5. Daerah Istimewa Yogyakarta; Kulon Progo pada Formasi Andesit Tua.
6. Nusa Tenggara Barat: Lendangnangka, Jurit, Rempung, Pringgasela (tebal
singkapan 2-5 m sebaran 1000 Ha): Masbagik Utara
7. Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur (tebal singkapan 2-5 m
sebaran 1000 Ha); Tanah Beak, Kec. Batukliang Kab. Lombok Tengah
(dimanfaatkan sebagai campuran beton ringan dan filter); Kopang, Mantang
Kec. Batukliang Kab. Lombok Barat (telah dimanfaatkan untuk batako,
15
sebaran 3000 Ha); Narimaga Kec Rembiga Kab. Lombok Barat (tebal
singkapan 2-4 m, telah diusahakan rakyat).
8. Maluku: Rum, Gato, Tidore (kandungan SiO2 = 35,92-67,89%; Al2O3= 6,4-
16,98%).
Pemanfaatan
Batu apung lebih banyak digunakan di sektor industri dibandingkan dengan
sektor konstruksi.
1. Di sektor konstruksi
Di bidang konstruksi, batu apung banyak dimanfaatkan untuk
pembuatan agregat ringan dan beton. Agregat ringan karena mempunyai
karakteristik yang sangat menguntungkan yaitu ringan dan kedap suara (high
in sulation). Berat spesifik batu apung sebesar 650 kg/cm3 sebandingkan
dengan bata biasa seberat 1.800 – 2.000 kg/cm3. Dari batu apung lebih
mudah dibuat blok-blok yang berukuran besar, sehingga dapat mengurangi
pelesteran. Kelebihan lain dari penggunaan batu apung dalam pembuatan agregat
adalah tahan terhadap api, kondensi, jamur dan panas, serta cocok untuk akustik.
2. Di sektor industri
Di bidang industri, batu apung digunakan sebagai bahan pengisi,
pemoles/penggosok, pembersih, stonewashing, abrasif, isolator temperature
tinggi dan lain-lain.
Batu apung Media Filtrasi
16
Sebagai media filtrasi, batu apung banyak digunakan untuk membersihkan
limbah perkotaan dan industry. Karena mempunyai luas area permukaan yang
besar serta berpori banyak, sehingga batu apung idea untuk digunakan sebagai
agen filtrasi.Suatu badan penelitian berkembang telah menunjukkan apung
menjadi media yang efektif untuk penyaringan air minum. Struktur berbusa dan
kemurnian dekat-putih Hess apung membuatnya ideal untuk menangkap dan
menahan cyanobacterial racun dan kotoran lainnya yang ditemukan mengotori air
minum.
Batu apung memiliki beberapa keunggulan dibandingkan media filtrasi
lain seperti tanah liat diperluas, antrasit, pasir, dan PFA disinter. Tes dilakukan
perbandingan antara pasir unggun dan filter batu apung untuk mengobati air
ditemukan apung menjadi keunggulan dalam kinerja kekeruhan penghapusan dan
kerugian head.
Manfaat batu apung untuk aplikasi pengolahan air meliputi:
- Peningkatan tingkat filtrasi
- pemanfaatan energy rendah
- Sebagai alas dasar yang baik dalam medium filtrasi
- Lebih besar luas permukaan
- Rendah-biaya perawatan filter
- Ekonomis: menghemat pengeluaran modal untuk pemban gkit pengobatan limbah baru
1. Filtrasi Minuman
Pemurnian bahan dan bahkan minuman jadi penting untuk rasa konsistensi
dan kualitas. Hal yang sama karakteristik yang membuat batu apung media filtrasi
yang superior untuk air juga berlaku untuk minuman dan cairan lainnya. Batu
17
apung adalah tidak beracun, benar-benar inert dan sangat serbaguna-dapat tanah
secara konsisten terhadap berbagai spesifikasi.
2. Sebagai penghias lampu hias
Dalam perkembangannya, batu apung banyak digunakan sebagai
penghias lampu hias. Seperti yang telah dilakukan oleh Deddy Effend y,
perajin asal Yogyakarta, yang memanfaatkan serpihan batu apung untuk
mempercantik desain atau model lampu bias buatannya. Proses pembuatannya
dimulai dengan memotong batu apung dengan gergaji mesin menjadi lempengan
setebal 2-3 milimeter dengan panjang dan lebarn ya sekitar 10-15 cm.
Berikut adalah beberapa contoh spesifikasi batu apung yang digunakan
dalam sector industri:
a) Untuk pigmen adalah sebagai berikut:
- Hilang pijar : maks. 5%
- Zat terbang : maks. 1%
- Lolos saringan 300 m : min. 70%
- Lolos saringan 150 m : maks. 30%
b) Untuk keramik tembikar
- SiO2 : 69,80%
- Al2O3: 17,70%
- Fe2 O3: 1,58%
- MgO : 0,53%
- CaO : 1,49%
- Na2O: 2,45%
- K2O: 4,17%
18
- H2O : 2,04%
- Kadar air : 21%
- Kuat lentur: 31,89 kg/cm3
- Peresapan air : 16,66%
- Berat volume : 1,18 gr/cm2
- Keplastisan : Plastis
- Ukuran butir : 15 – 150 mesh
Komposisi bahan untuk keramik tembikar ini terdiri atas pumice , tanah
liat, dan kapur dengan perbandingan masing-masing 35%, 60% dan 5%.
Penggunaan batu apung ini dimaksudkan untuk mengurangi bobot dan
meningkatkan kualitas tembikar. Di samping disector konstruksi dan industri,
batu apung juga dimanfaatkan pada bidang pertanian, yaitu sebagai bahan aditif
dan substitusi pada tanah pertanian.
Gambar 2. Batu apung
Tingkat kerusakan lahan akibat Penambangan batu apung
Tingkat kerusakan lahan akibat penambangan galian-C batu apung
didekati dengan melihat beberapa faktor: kedalaman galian, luasan
penambangan, kemiringan lahan, keberadaan vegetasi dan aktivitas konservasi
paska penambangan. Berdasarkan skor yang digunakan, tingkat kerusakan
19
lahan (rusak berat, sedang dan ringan) bervariasi pada masing-masing lokasi
penambangan. Di sentra penambangan batu apung Lombok Barat sekitar
34% termasuk rusak berat, 61% rusak sedang dan 5% rusak ringan. Di
Lombok Tengah sekitar 20% rusak berat, 75% rusak sedang dan 5% rusak
ringan, sementara di Kabupaten Lombok Timur sekitar 12% rusak berat, 80%
rusak sedang dan 8% rusak ringan. Kerusakan berat tersebut disebabkan oleh
penggalian dalam (>3m), lereng yang curam (>20%), dan tanpa adanya upaya
pengelolaan lahan konservatif paska penambangan.
Penggalian dalam (>3m) ditemukan di beberapa lokasi penambangan di
Lombok bagian utara dan ten gah. Penggalian 1,5 – 3 meter merupakan
kedalaman penggalian yang paling dominan di semua lokasi. Penggalian dalam
(>3 m) pada lahan miring (>20%) dan tebing menimbulkan keruskan yang paling
parah, meskipun luas kerusakan relatif sempit. Penggalian dangkal pada pada
lahan datar tetapi tanpa adanya revegetasi pasca penggalian juga akan memacu
kerusakan lahan pada tahapan berikutnya. Bertambahnya luasan areal lahan
penambangan berimplikasi terhadap makin luasnya kerusakan lahan yang terjad i,
yang tentunya akan berimplikasi terhadap meningkatnya biaya pemulihan lahan
yang diperlukan. Penambangan yang dilakukan pada lahan dengan kemiringan
>20 % ditemukan di beberapa tempat yakni di Lombok Utara, Batukliang, dan
Pringgasela. Kemiringan lahan penambangan yang paling dominan di semua
lokasi berkisar antara 6 - 10%.
Dari semua lokasi penambangan yang diobservasi ternyata sebagian
besar belum dilakukan upaya pengelolaan lahan paska penambangan. Dengan
kata lain bekas penambangan sebagian besar masih dibiarkan terlantar tanpa
upaya rehabilitasi. Selain tiga aspek yang telah dibahas diatas, aspek luas
areal penambangan juga berperan penting dalam menciptakan image tentang
tingkat kerusakan lahan. Areal penambangan dengan rata-rata luasan >15 ha
ditemukan di Lombok Utara. Areal penambangan dengan luas antara 6 -10 ha
banyak d itemukan di Lombok Utara dan beberapa lokasi di Kec. Masbagik
20
Lombok Timur. Luas areal penambangan antara 1-5 Ha merupakan areal yang
paling banyak ditemukan di semua lokasi penambangan
PENUTUP
Batu apung terbentuk dari hasil letusan gunung api. Batuapung atau
pumice adalah jenis batuan yang berwarna terang,mengandung buih yang
terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan biasanya d isebut juga sebagai
21
batuan gelas vulkanik silikat. Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi
letusan gunung api yang mngeluarkan materialnya ke udara kemudian
mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan
piroklastik.
Batuapung mempunyai sifat nersikular yang tinggi, mengandung
jumlah sel yang banyak akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung
didalamnya. Pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-
fragmen dalam breksi gunung api. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat
dalam batuapung adalah feldpar, kuarsa, obsidian, cristobalit dan tridimit. Salah
satu potensi bahan galian gol C di Lombok Barat adalah batuapung, keberadaann
ya tersebar di beberapa kecamatan terutama di bagian utara Lombok Barat, seperti
Kecamatan Bayan, Gangga, Kayangan sebagian lagi di bagian tengah yaitu
kecamatan Narmada dan Lingsar. Keberadaannya adalah sebagai hasil
aktifitas gunung api Rinjani yang kaya akan silika dan mempunyai struktur
porous yang terjadi akibat keluarnya gas-gas yang ada didalamnya pada waktu
pembentukannya.
Di Lombok Barat sedikitnya ada 20 perusahaan pengololahan
batuapung yang tersebar di berbagai wilayah. Batuapung di Lombok Barat
merupakan komoditi ekspor terutama ke China sebagai salah satu bahan
dalam pencucian textile. Pada umumnya batuapung juga digunakan untuk
bahan penggosok, bahan bangunan ringan dan tahan api, pengisi isolator
temperatur tinggi, rendah dan akustik, sebagai bahan penyerap dan saringan.
Saat ini penambangan batuapung di Lombok Barat banyak menuai masalah,
terutama masalah lingkungan, dimana sebagian besar penambangan dilakukan
tanpa memiliki perijinan dan tidak memperhatikan kelestarian lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Fadhillah, Said. 2005.
Modul Pelatihan AMDAL Pertambangan.
22
Jakarta: Kementerian Pembangunan Daerah tertinggal
Sukandarrumudi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta:UGM Press
23