besaran dan Vektor
-
Upload
dzirwatul-muna -
Category
Documents
-
view
313 -
download
0
description
Transcript of besaran dan Vektor
KOMPETENSI INTI, KOMPETENSI DASAR, INDIKATOR DAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Kompetensi Inti :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi dasar
1.1. Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad raya
melaluipengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti;
cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam melakukan percobaan , melaporkan, dan
berdiskusi.
2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil
percobaan.
3.1. Memahami hakikat fisika dan prinsip-prinsip pengukuran (ketepatan,
ketelitian, dan aturan angka penting).
3.2. Menerapkan prinsip penjumlahan vektor (dengan pendekatan geometri).
4.1. Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan
dan teknik yang tepat untuk suatu penyelidikan ilmiah.
Indikator Pembelajaran :
Besaran dan pengukuran
Menuliskan besaran pokok dan besaran turunan.
Menuliskan satuan besaran pokok dan besaran turunan.
Menentukan konversi satuan.
Menuliskan notasi ilmiah
Menentukan dimensi besaran pokok dan besaran turunan.
Menganalisis kegunaan dimensi
Menyebutkan nama besaran dan satuan dengan teliti
Menentukan dimensi besaran dengan semangat ingin tahu.
Menyebutkan nama-nama alat ukur dan ketelitiannya.
Menggunakan alat-alat ukur besaran panjang, massa dan waktu.
Menyatakan hasil pengukuran
Menyebutkan nama alat ukur dengan teliti
Menggunakan alat ukur dengan dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
Menyatakan hasil pengukuran dengan teliti
Menyebutkan aturan angka penting.
Menentukan jumlah angka penting dari hasil pengukuran dan operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian.
Menyebutkan aturan angka penting dengan rasa ingin tahu.
Menentukan jumlah angka penting dari hasil pengukuran dan operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dengan teliti.
Vektor
Mendefinisikan besaran vektor dan besaran skalar
Menyebutkan contoh besaran vektor dan besaran skalar
Melukiskan vektor.
Melukiskan penjumlahan dan selisih vektor
Menjumlahkan dua vektor, atau lebih dengan metode: jajaran genjang dan
poligon (grafis).
Mendefinisikan besaran vektor dan besaran skalar dengan rasa ingin tahu.
Melukiskan vektor dengan teliti.
Menjumlahkan dua vektor, atau lebih dengan metode: jajaran genjang dan
poligon (grafis) dengan teliti.
Tujuan Pembelajaran:
Besaran dan pengukuran
Setelah dilakukan pembelajaran siswa dapat:
Menuliskan besaran pokok dan besaran turunan dengan benar.
Menuliskan satuan besaran pokok dan besaran turunan dengan benar.
Menentukan konversi satuan dengan benar.
Menuliskan notasi ilmiah dengan benar.
Menentukan dimensi besaran pokok dan besaran turunan dengan benar.
Menganalisis kegunaan dimensi dengan benar.
Menyebutkan nama besaran dan satuan dengan teliti dengan benar.
Menentukan dimensi besaran dengan benar.
Menyebutkan nama-nama alat ukur dan ketelitiannya dengan benar.
Menggunakan alat-alat ukur besaran panjang, massa dan waktu dengan
benar.
Menyatakan hasil pengukuran denganbaik dan benar.
Menyebutkan nama alat ukur dengan teliti dengan benar.
Menggunakan alat ukur dengan dengan dengan baik dan benar.
Menyatakan hasil pengukuran dengan teliti dengan benar.
Menyebutkan aturan angka penting dengan benar.
Menentukan jumlah angka penting dari hasil pengukuran dan operasi
penjumlahan, perkalian, pembagian, pengurangan dengan benar.
Menyebutkan aturan angka penting dengan dengan benar.
Menentukan jumlah angka penting dari hasil pengukuran dan operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dengan benar dan teliti.
Vektor
Setelah dilakukan pembelajaran siswa dapat:
Mendefinisikan besaran vektor dan besaran skalar dengan benar.
Menyebutkan contoh besaran vektor dan besaran skalar dengan benar.
Melukiskan vektor dengan benar.
Melukiskan penjumlahan dan selisih vektor dengan benar.
Menjumlahkan dua vektor, atau lebih dengan metode: jajaran genjang dan
poligon (grafis) dengan benar..
Mendefinisikan besaran vektor dan besaran skalar dengan benar.
Melukiskan vektor dengan benar dan teliti.
Menjumlahkan dua vektor, atau lebih dengan metode: jajaran genjang dan
poligon (grafis) dengan benar dan teliti.
BESARAN DAN PENGUKURAN
a. Besaran
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai hal-hal yang
berkaitan dengan besaran, satuan dan pengukuran. Diantaranya yaitu saat kita
sakit kemudian untuk mengkur suhu badan maka dokter akan menggunakan
termometer. Suhu badan kita biasanya dokter menyatakan dalam satuan ℃ .
Selain itu saat ketika dipasar dalam transaksi jual beli sering menyebutkan
bahwa beratnya beras sebagai contoh misalnya 25 kg. Selain kg satuan lain
yang sdigunakan untuk menyatakan berat beras dalam masyrakat adalah
kuintal atau ton. Lalu saat kita mengukur berat badan misalnya dalam
pendaftaran sekolah pun tertera isian berapa kg.
Dalam contoh-contoh diatas dapat kita temukan beberapa macam
contoh besaran yaitu : suhu dan berat. Dalam masyarakat kita mengenal satuan
untuk berat ada beberapa, lalu apakah satun untuk suhu ada beberapa pula,
layaknya satuan untuk berat? Lalu apakah benar satuan untuk berat adalah kg
kuintal atau ton ? untuk itu, maka kita akan mempelajari tentang Besaran dan
Pengukuran.
1. Pengertian Besaran
Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan
angka-angka.
2. Macam Besaran
Berdasarkan satuannya, besaran dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah
didefinisikan terlebih dahulu.
Dalam fisika ada tujuh macam besaran pokok. Adapun ketujuh besaran
pokok, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1 Tabel Besaran Pokok
No Nama Besaran Simbol Nama satuan Simbol Satuan
1 Panjang ℓ Meter m
2 Massa m kilogram kg
3 Waktu t sekon s
4 Suhu T kelvin K
5 Kuat arus listrik I ampere A
6 Intensitas Cahaya J candela Cd
7 Jumlah Zat N mol mol
Besaran pokok bersifat bebas, yaitu satu sama lain tidak saling
tergantung.
b. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari
satuan besaran pokok. Berikut adalah contoh besaran turunan, satuan dan
simbol satuan dinyatakan dalam tabel berikut :
Tabel 1.2 Tabel Besaran Turunan
No Nama Besaran Simbol Satuan (SI) Simbol Satuan
1 Luas A meter persegi m 2
2 Volume V meter kubik m 3
3 Kecepatan v meter per sekon m/s
4 Percepatan A meter per sekon
kuadrat
m/s2
5 Gaya F kilogram meter
per sekon
kuadrat
kg m/s2
6 Massa jenis kilogram per
meter kubik
kg/ m 3
7 Usaha W newton meter N m
8 Berat W kilogram meter
per sekon
kg m/s2
kuadrat
9 Tekanan P newton per meter
kubik
N/ m 3
3. Sistem Satuan
Satuan adalah suatu patokan (standar) yang digunakan untuk
menyatakan suatu besaran. Pada tahun 1866 Perancis secara resmi
menggunakan sistem satuan metrik yang terdiri dari:
Sistem MKS (meter, kilo, sekon)
Sistem CGS (centi, gram, sekon)
Pada tahun 1960 di Perancis para ilmuwan menetapkan satuan stándar yang
disebut Satuan Internasional(SI).
- Konversi Satuan:
Panjang : 1 in = 2,54 cm
1 cm = 0,394 in
1 ft = 30,5 cm
1 m = 3,28 ft
1 km = 0,621 mil
1 yard = 3 ft = 36 in
Volume: 1 liter = 54,6 in3
1 m3 = 35,31 ft3 = 1000 liter
Sudut : 1 radian = 57,3o
1 o = 0,01745 rad
Gaya : 1 lb = 4,45 N
1 N = 10 5 dyne = 0,225 lb
Energi : 1 J = 10 7 erg = 0,738 ft. lb
1 kkal = 4,18 x 10 3 j
1 eV = 1,602 x 10 -19 j
Daya : 1 kwh = 3,60 x 10 6 j
1 hp = 746 watt
4. Notasi Ilmiah
Dalam fisika akan berhubungan dengan bilangan-bilangan yang
sangat besar maupun yang sangat kecil sehingga akan mengalami kesulitan
dalam penulisannya. Untuk mengatasi masalah tersebut maka disusunNotasi
Ilmiah.
Aturan penulisan notasi ilmiah adalah sebagai berikut:
Penulisan bilangan dengan notasi ilmiah, yaitu menuliskan bilangan hasil
kali bilangan antara 1 dan 9,99 dengan bilangan 10 yang berpangkat,
yang disebut orde.
Contoh : Jarak rata-rata Matahari - Bumi adalah 149.600.000.000 meter,
maka agar efektif ditulis dalam bentuk notasi ilmiah menjadi : 1,496 x
10 11 m
Jari-jari bumi besarnya adalah r = 6 400 000 meter, maka ditulis notasi
ilmiah : r = 6,4 x 106 m
Tabel 1.3
Tabel Pangkat 10 dan Namanya
No Bilangan Pangkat 10 Awalan Simbol
1 0, 000 000 000 000 000
000 000 001
10 -24 yocto y
2 0, 000 000 000 000 000
000 001
10 -21 zepto z
3 0,000 000 000 000 000 001 10 -18 atto a
4 0,000 000 000 000 001 10 -15 femto F
5 0,000 000 000 001 10 -12 piko P
6 0, 000 000 001 10 -9 nano n
7 0, 000 001 10 -6 mikro
8 0, 001 10 -3 mili m
9 0,01 10 -2 centi c
10 0,1 10 -1 desi d
11 1 10 0 - -
12 10 10 1 deka da
13 100 10 2 hekta h
14 1000 10 3 kilo k
15 1 000 000 10 6 mega M
16 1 000 000 000 10 9 giga G
17 1 000 000 000 000 10 12 tera T
18 1 000 000 000 000 000 1015 Peta P
19 1 000 000 000 000 000 000 1018 Exa E
20 1 000 000 000 000 000 000
000
1021 Zetta Z
21 1 000 000 000 000 000 000
000 000
1024 Yotta Y
Manfaat dan keuntungan dari penulisan notasi ilmiah adalah :
1. Memudahkan dalam menentukan banyaknya angka penting pada hasil
pengukuran.
2. Memudahkan menentukan orde besaran yang diukur.
3. Memudahkan dalam perhitungan.
4. Memudahkan dalam menulis.
5. Memudahkan dalam mengingat nilai besaran.
5. Dimensi
Dimensi suatu besaran adalah cara dari suatu besaran disusun dari
besaran-besaran pokok.
Kegunaan dimensi yaiutu :
Menguji kesetaraan dua besaran fisis.
Menentukan kebenaran suatu persamaan.
Menurunkan persamaan suatu besaran fisis dari besaran fisis lainnya.
Dimensi besaran pokok dinyatakan pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.4 Tabel Besaran Pokok dan Dimensinya
No Besaran Pokok Simbol satuan Dimensi
1 Panjang m [ L ]
2 Massa Kg [ M ]
3 Waktu s [ T ]
4 Suhu K [ θ]
5 Kuat arus listrik A [ I ]
6 Intensitas Cahaya Cd [ J ]
7 Jumlah zat Mol [ N ]
Adapun untuk besaran turunan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 1.4 Tabel Besaran Turunan dan Dimensinya
No Nama Besaran Satuan Dimensi
1 Luas M 2 [L]2
2 Volume M 3 [L]3
3 Kecepatan m/s [L][T]-1
4 Percepatan m/s2 [L][T]-2
5 Gaya (N) atau kg
m/s2
[M] [L][T]-2
6 Massa jenis kg/ m 3 [M] [T]-3
7 Usaha (N m ) atau
kg m2/s2
[M] [L]2 [T]-
2
8 Berat kg m/s2 [M] [L][T]-2
9 Tekanan (N/ m 3) atau
kg /m2s2
[M] [L]-2
[T]-2
1) Menguji kesetaraan dua besaran fisis
Apakah besaran usaha dan energi adalah besaran yang setara
Usaha ⇒ W = F.s
= N.m
= kg m2/s2
Dimensi = [M] [L]-2 [T]-2
Energi misalkan Energi Kinetik
Energi Kinetik ⇒ EK = ½ mv2
= kg m2/s2
Dimensi = [M] [L]-2 [T]-2
Karena besaran usaha dan energi memiliki dimensi yangsama yaitu [M]
[L]-2 [T]-2 maka kedua besaran itu setara.
2) Menentukan kebenaran suatu persamaan
Untuk mengetahui apakah suatu rumus persamaannya benar atau salah
dapat kita lihat dari dimensinya.
Misalkan:
a). λ= v
T apakah persamaan ini benar atau salah?
λ= vT
[ L ] ? [ L ] [T ]−1
[T ]
[ L ] ≠ [ L ][ T ]−2karena dimensi di ruas kiri tidak sama dengan dimensi di
ruas kanan, maka persamaan salah.
b). v2=vo
2+2 as apakah persamaan ini benar atau salah?
v2? vo2+2as
[ L ]2 [T ]−2 ? [ L]2[T ]−2+2[ L ][ T ]−2 [ L ] (2 tidak berdimensi)
[ L ]2 [T ]−2=[ L]2[ T ]−2, karena dimensi di ruas kiri sama dengan dimensi
diruas kanan maka persamaannya benar
3) Menurunkan persamaan suatu besaran fisis dari besaran fisis
lainnya
Analisis dimensi untuk menentukan dimensi konstanta
contoh:
Gaya gesekan yang dialami oleh sebuah bola dengan jari-jari r yang
bergerak dengan kelajuan v di dalam sejenis zat cair kental
dirumuskan oleh F= k r v, dengan k adalah konstanta. Tentukan
dimensi dari k?
F= k r v ⇒k= F
r .v ⇒k= [ M ] [ L ][ T ]−2
[ L ]( [ L ][ T ]−1 ) =[M][L]-1[T]-1
Analisis dimensi untuk menurunkan persamaan
contoh:
Gerak melingkar horizontal yang ditempuh oleh sebuah batu yang
diikat pada ujung seutas tali. Kita anggap bahwa gaya tegang F dalam
kawat memiliki kesebandingan dengan besaran-besaran berikut: massa
batu m, kelajuan batu v, dan jari-jari lintasan r. Tentukan persamaan
gaya tegang dalam kawat (F).
kita dapat menuliskan gaya tegang dengan persamaan:
F=kmx v y rz
Dimana x,y, dan z merupakan pangkat yang tak diketahui dan k
adalah konstanta.
[ F ]=k [ m ]x[ v ] y[ r ]z
[ M ][ L ][T ]−2=[ M ]x( [ L ][ T ]−1) y[ L ]z
[ M ]1 [ L ]1 [T ]−2=[ M ]x[ L] y+z [T ]− y, supaya dimensi diruas kiri sama
dengan di ruas kanan maka pangkat [M][L][T] di ruas kanan kita
peroleh:
pangkat [M] : 1 = x maka x = 1
pangkat [T] : -2=-y maka y = 2
pangkat [L] : 1 = y+z
1 = 2 + z maka z = -1
Sehingga persamaan gaya F= k m
1 v2 r-1 atau F=k
mv2
r
Contoh Soal
1. Konversikan satuan dibawah ini!
a. 1 cm = ......... m e. 1 liter =..........m3
b. 5 mm = ......... m f. 1 cm/s=......... m/s
c. 4 cm2 = ......... m2 g. 1 gr = ........ kg
d. 6 cm3 =.......... m3
2. Sebutkan dimensi dari: a) kecepatan, b). Percepatan, c). Gaya, d). Usaha
3. Nyatakan nilai dibawah dalam notasi ilmiah !
a. 0,001 d. 56870000
b. 0,0246 e. 0,00000000068
c. 5000 f. 86000000000
Pembahasan:
1. Konversi satuan :
a. 1 cm = 1 ×1
100m
1 cm = 1
100m
1 cm = 0 ,01 m
1 cm = 10−2m
b. 5 mm = 5 ×1
1000m
5 mm = 5
1000m
5 mm = 0,005m
5 mm = 5 ×10−3m
c. 4 cm2 = 4 ×1
10000
4cm2 = 4
10000m2
4cm2 = 0,0004 m2
4 cm2 = 4 ×10−4 m2
d. 6 cm3 =6 ×1
1000000m3
6 cm3 =6
1000000m3
6 cm3 =0,000006m3
6 cm3 =6 ×10−6m3
e. 1 liter = 1 dm3
1 dm3 = 1 ×1
1000 m3
1 dm3 = 1
1000 m3
1 dm3 = 0,001 m3
1 dm3 = 1 ×10−3 m3
f. 1 cm/s=1 ×1.
100 m/s
1 cm/s=1.
100 m/s
1 cm/s=0,01 m/s
1 cm/s=10−2 m/s
g. 1 gr = 1 ×1
1000 kg
1 gr = 1
1000 kg
1 gr = 0,001 kg
1 gr = 10−3 kg
2. Dimensi untuk satuan berikut adalah :
Besaran Turunan Dimensi
Kecepatan [L][T]-1
Percepatan [L][T]-2
Gaya [M] [L][T]-2
Usaha [M] [L]2 [T]-2
3. Notasi ilmiah
a. 10-3 d. 5,687 x 107
b. 2,46 x 10-2 e. 6,8 x 10-10
c. 5 x 103 f. 8,6 x 10-10
B. Pengukuran
1. Alat Ukur
a. Alat ukur besaran Panjang
Mistar
Mistar adalah alat ukur panjang yang memiliki skala terkecil 1 mm
dan ketelitian pengukuran sebesar 0,05 cm.
Untuk menghindari kesalahan dalam membaca skala pada mistar,
maka posisi mata pengamat harus tegak lurus dengan skala yang
dibaca. Lihat gambar di atas, cara pembacaan (a) dan (c) salah, karena
dapat menimbulkan kesalahan paralaks. Pembacaan yang benar adalah
(b).
Jangka Sorong
Jangka sorong memiliki dua bagian utama yaitu:
1. Rahang tetap : terdapat skala panjang yang disebut skala utama dan
satu skala utama besarnya 1 mm.
2. Rahang Geser (rahang sorong) : Memiliki skala pendek yang
disebut skala nonius atau vernier.
Pada Skala nonius terdapat 10 bagian yang panjangnya 9 mm,
sehingga tiap skala nonius besarnya 0,9 mm. Selisih satu skala utama
dengan satu skala nonius adalah 1 mm – 0,9 mm = 0,1 mm yang
0 10
0 1 2 3 6 7 8 10 cm
Rahang tetap
Rahang sorong
Mengukur diameter
luar
Mengukur diameter
dalam
Skala nonius
Rahang utama
0 1 2 3 4
50
45
40
Rahang geser
benda
Rahang tetap Roda bergigiSkala utama
Selubung luar
Selubung dalam
disebut skala terkecil jangka sorong. Adapun ketelitian jangka sorong
yaitu 0,05 mm atau 0,005 cm.
Perhatikan gambar jangka sorong berikut !
Kegunaan Jangka Sorong
1. Untuk mengukur diameter luar atau dalam sebuah tabung
2. Untuk mengukur tebal balok
3. Untuk mengukur kedalaman suatu lubang
Mikrometer Skrup
Mikrometer mempunyai dua skala, yaituskala utama dan skala nonius
(skala putar). Skala nonius terdiri atas 50 skala.
Jika selubung luar diputar satu putaran, maka rahang geser dan
selubung akan maju atau mundur sebesar 0,5 mm. Jarak rahang geser
jika diputar satu kali putaran adalah maju atau mundur adalah 0,5
mm adalah 0,5/ 50 = 0,01 mm. Jadi skala terkecil Mikrometer skrup
adalah 0,01 mm. Sehingga ketelitian mikrometer skrup yaitu 0,005
mm atau 0,0005 cm.
Kegunaan Mikrometer Skrop :
Untuk mengukur tebal kaca, tebal pelat, tebal kertas, diameter besi
dan lain-lain.
Contoh. Perhatikan gambar berikut !
Contoh pengukuran dengan menggunakan mikrometer skrup :
Mengukur tebal sebuah benda, dengan tebal AB, maka hasil
pengukuranya adalah :
Pembacaan pada skala utama = 4,5 mm
Pembacaan pada skala putar = 47 x 0,01 mm = 0,47 mm
Hasil pengukuran = 4,5 mm + 0,47 mm = 4,97 mm
Hasil : (4,97 ±0,005 ) mm.
b. Alat Ukur Besaran Massa
Untuk mengukur massa suatu benda alat yang digunakan adalah
timbangan, neraca Ohaus, neraca lengan, dan timbangan dacin.
Pada dasarnya prinsip kerja mengukur massa adalah
membandingkan massa benda yang diukur dengan sejumlah massa benda
telah terukur yang digunakan sebagai anak timbangan.
c. Alat Ukur Besaran Waktu
Alat untuk mengukur waktu adalah jam atau stopwatch. Ada
beberapa macam stopwatch, yaitu stopwatch pegas, stopwatch digital
(elektronik) yang ketelitianya sampai 0,001 sekon.
2. Ketidak Pastian pada Pengukuran
Ketidak pastian dalam pengukuran disebabkan kareana adanya
kesalahan dalam pengukuran. Kesalahan adalah penyimpangan nilai yang
diukur dari nilai benar. kesalahan digolongkan menjadi tiga:
a. kesalahan umum (keteledoran)
b. kesalahan sistematis
c. kesalahan acak
Keteledoran umumnya disebabkan karena keterbatasan pengamat
diantaranya kurang terampilnya dalam memakai instrumen.
Kesalahan sistematis disebabkan karena kesalahan instrumen (alat) itu
sendiri, anatara lain.
kesalahan kalibrasi
kesalahan titik nol
kesalahan komponen
kesalahan arah pandang baca
Kesalahan sistematis juga disebabkan oleh kondisi lingkungan yang
menyebabkan kerja instrumen.
Kesalahan acak disebabkan adanya fluktusi-fluktuasi yang halus pada
kondisi pengukuran. fluktuasi halus disebakan diantaranya gerak brown,
flukstuasi tegangan listrik, atau flukstuasi suara.
a) Ketidak pastian pengukuran tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan sekali saja.
ketidak pastian pada pengukuran tunggal sama dengan setengan skala
terkecil.
Δx=12
x skalaterkecil
1) Hasil pengukuran tunggal pada mistar
Skala terkecil pada mistar adalah 1 mm, sehingga ketidak pastian pada
mistar adalah setengah skala terkecil.
Δx=12
x1 mm=0,5 mm=0 ,05 cm
Hasil pengukuran dengan mistar dinyatakan dengan:
panjangL=( x±Δx )
misalkanL=(43 , 5±0,5)mm=(4 ,35±0 , 05 )cm
2) Hasil pengukuran tunggal pada jangka sorong
Skala terkecil pada jangka sorong adalah 0,1 mm, sehingga ketidak
pastian pada jangka sorong adalah setengan skala terkecil.
Δx=12
x0,1 mm=0 , 05mm=0 ,005cm
Hasil pengukuran dengan jangka sorong dinyatakan dengan:
panjangL=( x±Δx )
misalkanL=(21,,50±0 , 05)mm=(2 ,150±0 , 005 )cm
3) Hasil pengukuran tunggal pada mikrometer sekrup
Skala terkecil pada mikrometer sekrup adalah 0,01 mm, sehingga
ketidak pastian pada mikrometer sekrup adalah setengan skala
terkecil.
Δx=12
x0 , 01mm=0 , 005 mm=0 , 0005cm
Hasil pengukuran dengan mikrometer sekrup dinyatakan dengan:
panjangL=( x±Δx )
misalkanL=(4 ,970±0 , 005 )mm
4) Hasil pengukuran tunggal pada ampermeter
Misalkan sebuah basicmeter mempunyai 50 skala penuh, dan batas
ukurnya 10 mA. maka sekala terkecil dari basic meter adalah 150
x10mA=0,2mA . Dengan demikian ketidak pastian basic meter
ΔI=12
x 0,2=0,1 mA
Skala yang ditunjukkan basik meter adalah
I= skalaterbacaskalapenuh
xkuatarusmaksimum
I=3550
x10 mA=7 mA
Hasil pengukuran basicmeter dinyatakan:
I=I o±ΔI=(7,0±0,1)mA
b) Hasil pengukuran berulang
Nilai hasil pengukuran berulang : L = (x±sx )
c) Ketidak pastian pengukuran berulang
Nilai rata-rata dihitung dengan: x=
∑ x i
N=
x1+x2+ .. .+xn
N
Ketidak pastian ∆x dapat dinyatakan dengan simpangan baku nilai rata-
rata sx
sx=1N √ N∑ xi
2−(∑ xi )2
N−1
Banyak angka yang dapat dilaporkan dalam percobaan berulang dapat
mengikuti aturan:
Ketidak pastian relatif sekitar 10% berhak atas 2 angka
Ketidak pastian relatif sekitar 1% berhak atas 3 angka
Ketidak pastian relatif sekitar 0,1% berhak atas 4 angka
Ketidak pastian relatif dihitung dengan persamaan:
ketidakpastianrelatif = Δxx
x 100 %
d) Ketidakpsatian pengukuran campuran (sebagian pengukuran
tunggal, sebagian pengukuran berulang)
Jaminan hasil pengukuran tunggal dengan memadukan ketidakpastiannya
adalah 100%. Sedangkan untuk jaminan hasil pengukuran berulang
adalah 67% (atau 23
). Jika dimisalkan z = f(x,y) berbentuk z = axnym
dengan ∆ xberasal dari skala terkecil dan ∆ y = Sy . maka, ketidakpastian
relatif (KR) ∆ zz
adalah :
∆ zz
=√(n×23
∆ xx )
2
+(m S y
y )2
e) Angka Penting
Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil
pengukuran. Angka penting terdiri dari angka pasti dan satu angka
taksiran.
Pada gambar di atas, sebatang logam diukur panjangnya dengan
menggunakan mistar penggaris. Hasil bacaan pengukurannya mempunyai
dua kemungkinan, yaitu:
Hasil pengukuran = 1,5 cm atau 15 mm, atau:
Hasil pengukuran = 1,6 cm atau 16 mm
Angka 1 pada bilangan di atas adalah angka pasti, sedangkan
angka 5 atau angka 6 adalah angka taksiran.
Jumlah angka penting pada suatu hasil pengukuran tergantung
dari ketelitian alat. Semakin tinggi ketelitian suatu alat, maka jumlah
angka penting yang dihasilkan semakin banyak. Contoh, batang logam
pada gambar di atas ketika diukur dengan mistar penggaris panjangnya
adalah 1,5 cm (dua angka penting). Namun jika diukur dengan jangka
sorong yang lebih teliti, hasil pengukurannya bisa jadi 1,52 cm (tiga
angka penting).
1) Aturan – aturan angka penting :
a. Semua angka bukan nol merupakan angka penting
Contoh : 55,87 cm mempunyai 4 angka penting
0 1 2
67,9 gram mempunyai 3 angka penting
b. Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol merupakan
angka penting
Contoh : 4005,55 kg mempunyai 6 angka penting
606,07 m mempunyai 5 angka penting
c. Semua angka nol dibelakang angka bukan nol bukan merupakan
angka penting, kecuali ada penjelasan khusus.
Contoh : 5600000 kg mempunyai 5 angka penting
80000 m mempunyai 4 angka penting.
d. Angka nol dibelakang koma yang didahului angka bukan nol
merupakan angka penting (semua angka nol di belakang koma
desimal adalah angka penting)
Contoh : 75,00 gr mempunyai 4 angka penting
3454,00 m mempunyai 6 angka penting
e. Angka nol yang digunakan sebagai tanda desimal bukan nol bukan
angka penting (angka nol di depan angka bukan nol bukanlah
angka penting)
Contoh : 0,0067 m mempunyai 2 angka penting
0,040800 kg mempunyai 5 angka penting
2) Aturan Operasi Angka Penting
Pembulatan
Angka diatas 5 dibulatkan ke atas, angka dibawah 5 dibulatkan ke
bawah, angka tepat 5 dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya
angka ganjil dan dibulatkan ke bawah jika angka sebelumnya
angka genap.
Contoh :
75,865 dibulatkan menjadi 75,86 mempunyai 4 angka penting
25,675 dibulatkan menjadi 25,68 mempunyai 4 angka penting.
Penjumlahan atau pengurangan
x
:
x
Banyaknya angka penting pada hasil penjumlahan dan
pengurangan ditentukan oleh jumlah angka penting yang paling
sedikit, dan hanya boleh memiliki satu angka yang ditaksirkan.
Contoh : 250, 55 g ( 5 angka penting )
205, 5 g ( 4 angka penting )
+
456,05 g dibulatkan 456,0 gram, mempunyai 4AP
Perkalian atau pembagian
Hasil perkalian atau pembagian angka penting, mengikuti angka
penting yang paling sedikit dari faktor yang dikalikan atau dibagi.
Contoh : 5, 025 kg ( 4 angka penting )
2, 5 kg ( 2 angka penting )
12, 5625 kg dibulatkan 13 kg ( 2 AP )
18, 075 m ( 5 angka penting )
6, 05 m ( 3 angka penting )
2,9878033 m dibulatkan 2,99 m ( 3 AP)
Perkalian atau pembagian bilangan penting dengan bilangan eksak
atau sebaliknya, hasilnya ditulis sebanyak angka penting semula.
Contoh : 85,50 kg ( 4 angka penting )
25 ( bilangan eksak )
2137,5 kg dibulatkan 2138 kg ( 4 AP )
Hasil penarikan akar angka penting hasilnya ditulis sebanyak angka
penting yang ditarik akarnya.
Contoh : √225 = 15 maka ditulis 15,0 ( 3 angka penting )
Hasil pemangkatan angka penting hasilnya ditulis sebanyak angka
penting yang dipangkatkan
Contoh : (4,5 ) 2 = 20,25 ditulis 20 ( 2 angka penting )
Contoh soal :
1. Tuliskan jumlah angka penting pada hasil pengukuran berikut !a. 215,65 kg b. 406,50 kmc. 600000 m2
d. 0,00360 sJawab :
a. 5 AP
b. 5 AP
c. 4 AP
d. 3 AP
2. Hitunglah operasi bilangan berikut berdasarkan aturan angka penting:a. 25,45 g + 52,2 g + 480,98 gb. 686,24 kg – 343,12 kg – 15,5 kgc. 50,5 m x 245,50 md. 6250 kg : 12,5 kgJawab :
a. 77,6 g + 480,98 g = 558,6 g
b. 343,12 kg – 15,5 kg = 327,6 kg
c. 1,24 x 104 m2
d. 500 kg
A
B
VEKTOR
A. Pengertian Vektor
Besaran dalam fisika menurut arahnya dibedakan menjadi dua, yaitu
besaran skalar dan besaran vektor.
1. Besaran skalar.
Besaran Skalar adalah besaran yang memiliki nilai tetapi tidak
memiliki arah, misalnya : massa, waktu, luas, panjang, volume, kelajuan,
jarak, dan massa jenis.
2. Besaran Vektor
Besaran vektor adalah besaran yang memilki nilai juga memiliki
arah, misalnya : kecepatan, percepatan, gaya, berat, usaha gaya gesekan,
momentum, impuls dan sebagainya.
Sebuah vektor digambarkan dengan sebuah anak panah :
A : titik tangkap vektor, menyatakan tempat vektor
a
b
a
b
R = a + b
B : ujung vektor (terminal), menyatakan arah vektor
AB : panjang vektor, menyatakan besar vektor
: besar sudut, menyatakan arah vektor
Sebuah vektor A = B , artinya bahwa vektor A dan B memiliki
besar dan arah yang sama.
A B
Panjang vektor menyatakan besar vektor :
A
2 A
3 A
- 3 A
B. Menjumlahkan dan Mengurangkan Vektor
1. Menjumlahkan vektor
Menjumlahkan vektor secara geometris dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu :
a) Menjumlahkan vektor dengan metode Poligon
Contoh :
maka R = a + b
a
b R = a + b
a
b
a
-bR = a - b
a
b
b) Menjumlahkan vektor dengan metode Jajaran Genjang
maka R = a + b
2. Mengurangkan Vektor
Melukiskan resultan dua vektor atau lebih dari pengurangan vektor pada
prinsinya sama dengan penjumlahan vektor negatip.
Contoh:
maka R = a - b
= a + ( -b )
Jika vektor bertitik tangkap sama, maka pengurangan vektor menjadi:
maka
3. Menentukan besar resultan vektor pada titik tangkap sama
a. Penjumlahan Vektor
Dua buah vektor gaya F1 dan F2 bertitik tangkap sama dan mengapit
sudut , maka resultan penjumlahan vektor gaya tersebut adalah :
a
b
a
- R = a -
F1
F2 FR
F1
F2 FR
F2 cos
F2 F2 sin
FR = F1 + F2
F1 = besar vektor F1
F2 = besar vektor F2
FR = besar vektor resultan FR
θ = sudut apit antar F1 dan F2
Besar resultan dari kedua vektor tersebut diselesaikan dengan cara
sebagai berikut:
Dengan menggunakan dalil Phytagoras, besarnya FR memenuhi
persamaan:
FR = √( F1+F2cosθ )2+( F2sin θ )2
= √( F12+2 F1 F2 cosθ+F2
2 cos2 θ+F22 sin2 θ
= √( F12+2 F1 F2cosθ+F2
2 (cos2θ+sin2θ )
Karena cos2 θ+sin2θ=1 , didapatkan persamaan :
FR=√F12+F2
2+2 F1 F2 cosθ
Contoh soal :
F1 = 100 N dan F2 = 300 N θ = 60o
Besar resultan gaya
FR =√ F12+F
22+ 2 F1 F2 cos θ
=√ (100 )2+ (300 )2+(2 ) (100 ) (300 ) cos 60o
F2
F1
-F2 FR
(180o- )
=√10 000 +90 0 00 +(2 ) (30 000 ) (0,5 )=√130 000
= 100√13 N
b. Pengurangan Vektor
Pengurangan dua vektor F1 dan F2 yang bertitik tangkap sama dan
mengapit sudut pada dasarnya sama dengan penjumlahan vektor,
yaitu :
FR = F1 + (- F2 )
Besar resultan pengurangan vektor adalah :
FR=√F12+F2
2+2 F1 F2cos (180−θ )
Karena cos (180 - ) = - cos , sehingga persamaan tersebut dapat juga
ditulis dalam bentuk lain sebagai:
FR=√F12+F2
2−2 F1 F2 cosθ
C. Menguraikan Vektor
Sebuah vektor yang membentuk sudut terhadap sumbu-x diuraikan
menjadi dua komponen yang saling tegak lurus, yaitu komponen vektor pada
sumbu-x dan komponen vektor pada sumbu-y. Misalnya, vektor gaya F
membentuk sudut terhadap sumbu-x positif, komponen vektor pada sumbu-x
adalah Fx dan komponen vektor pada sumbu-y adalah Fy.
Fx
Fy F
x
y
0
vy
vx
v
y
x30o
Komponen pada sumbu-x
cos θ=Fx
F
Fx=F cos θ
Komponen pada sumbu-y
sin θ=F y
F
F y=F sin θ
Contoh soal:
1. Sebuah vektor kecepatan besarnya 20 m/s dengan arah membentuk sudut
30º terhadap sumbu x positif. Tentukan komponen vektor terhadap sumbu x
dan sumbu y !
Jawab:
Fx
Fy
y
FR
60o 120ox
vx = v cos vy = v sin
= 20 cos 30º = 20 sin 30o
= 20 . ½ √3 = 20. 0,5
= 10√3 m/s = 10 m/s
2. Sebuah vektor gaya besarnya 80 N, dengan arah membentuk sudut 120º
terhadap sumbu x positif. Tentukan besar komponen gaya terhadap sumbu x
dan sumbu y !
Jawab.
Fx = F cos Fy = F sin
Fx = 80 cos 60º = 80 sin 60o
= 80 .( -½ ) = 80. 0,5√3
= -40 m/ = 40 √3 m/s
D. Menjumlahkan Vektor Secara Analisis
Beberapa vektor V bekerja pada kordinat kartesius x-y dengan
masing-masing vektor membentuk sudut terhadap sumbu-x. Resultan dari
vektor-vektor tersebut dapat dijumlahkan dengan metode analisis, langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Menguraikan setiap vektor menjadi komponen-komponennya pada
sumbu x dan sumbu y, dengan persamaan :
vx = v cos dan vy = v sin
b) Menjumlahkan semua komponen vektor pada sumbu x dan sumbu y.
0
Rx = Vx = V1x + V2x + V3x + …
Ry = Vy = V1y + V2y + V3y + …
c) Komponen vektor Vx dan Vy, harus menentukan letak kuadran sudut
pada sistem koordinat :
V pada
KuadranI II III IV
Vx + -- -- +
Vy + + -- --
4) Besar dan arah resultan digunakan persamaan sebagai berikut :
R= √ Rx2+Ry
2
arah vektor resultan adalah : tan =
R y
Rx
Contoh Soal:
1. Pada sebuah benda bekerja empat buah gaya yang besar dan arahnya
masing-masing adalah :
F1 = 10 N, membentuk sudut 60º terhadap sumbu x positif
F2 = 4 N, membentuk sudut 120º terhadap sumbu x positif
F3 = 1 N, membentuk sudut 180º terhadap sumbu x positif
F4 = 5√3 N, membentuk sudut 270º terhadap sumbu x positif,
Tentukan besar dan arah resultan vektor empat macam gaya tersebut!
Penyelesaian:
F ( N ) Fx = F cos Fy = F sin
10 10 cos 60º = 5 10 sin 60º = 5 √3
4 4 cos 120º = -2 4 sin 120º = 2 √3
1 1 cos 180º = -1 1 sin 180º = 0
5√3 5√3cos 270º = 0 5√3 sin 270º = - 5√3
Fx = 2 N Fy = 2 √3 N
Maka besar resultan gaya :
R= √ Fx2+F y
2
= √22+(2√3 )2
= √16
= 4 N , arah resultan gaya tan =
∑ F y
∑ Fx =
2√32 = √3
Sudut arah R arc tan = arc tan √3 = 60º
0