Bersin

2
Bersin, pilek, dan hidung gatal atau buntu yang sering terjadi di pagi hari merupakan salah satu gejala rinitis (pilek) alergi. Rinitis alergi adalah salah satu penyakit alergi yang umumnya diderita pada usia anak sekolah dan dapat terus berlangsung sampai dewasa apabila tidak ditangani dengan baik. Angka kejadian rhinitis alergi di dunia bervariasi dan dapat mencapai 40% populasi pada anak, dan sekitar 10-30% dewasa. Pada rhinitis alergi terjadi reaksi alergi yang menyebabkan peradangan pada daerah hidung yang dapat menyebabkan keluarnya sekret/lendir (pilek), rasa gatal, bersin, dan hidung buntu. Keluhan ini dapat disertai juga dengan mata merah, gatal, dan berair. Keluhan lain yang dapat menyertai adalah mimisan, tidur mengorok, gangguan pada telinga, sakit kepala apabila terjadi komplikasi sinusitis. Gejala-gejala ini bervariasi dari ringan-sedang sampai berat. Pada anak dengan gejala rhinitis alergi yang berat, maka kegiatan anak pada pagi hari dapat terganggu karena kualitas tidur malam yang tidak optimal akibat obstruksi/sumbatan pada hidung yang cukup berat. Konsentrasi anak di sekolah dapat terganggu karena anak merasa masih mengantuk, prestasi belajar dapat menurun. Penyakit alergi lain seperti asma atau dermatitis atopik (eksim) dapat juga menyertai rhinitis alergi ini. Bagi penderita asma, apabila rhinitis alergi tidak ditangani dengan baik, maka serangan asma dapat sulit dikontrol dan juga sebaliknya. Anak yang berisiko menderita rhinitis alergi adalah anak-anak dengan riwayat penyakit alergi pada keluarga. Perlu ditelusuri riwayat penyakit alergi seperti asma, rhinitis alergi, atau dermatitis atopik (eksim) pada orang tua dan saudara sekandung. Apabila ada orang tua atau saudara sekandung memiliki riwayat penyakit alergi, maka anak mempunyai risiko lebih tinggi menderita penyakit alergi termasuk rhinitis alergi. Penyebab rhinitis alergi paling sering di Indonesia adalah alergen (zat pencetus alergi) inhalan yaitu alergen yang masuk ke dalam tubuh dengan cara dihirup/melalui saluran napas. Alergen yang paling sering ditemukan pada rhinitis alergi di Indonesia atau negara tropis pada umumnya adalah tungau debu rumah, bulu binatang, kecoak; jenis alergen ini berbeda dengan penyebab rhinitis alergi di negara 4 musim yaitu polen. Alergen makanan sangat jarang menjadi pencetus rhinitis alergi. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi pencetus rhinitis alergi pada anak agar dapat dilakukan penghindaran dengan tepat dan seoptimal mungkin. Penentuan alergen penyebab rhinitis alergi dapat dilakukan melalui riwayat penyakit anak dan dapat didukung dengan tes alergi baik melalui darah atau pun tes kulit. Hal yang harus diperhatikan selain alergen adalah masalah polutan seperti asap rokok yang dapat merusak saluran napas. Polutan dapat memperberat penyakit alergi di saluran napas seperti asma dan rhinitis alergi.

description

bersin

Transcript of Bersin

Page 1: Bersin

Bersin, pilek, dan hidung gatal atau buntu yang sering terjadi di pagi hari merupakan salah satu gejala rinitis (pilek) alergi. Rinitis alergi adalah salah satu penyakit alergi yang umumnya diderita pada usia anak sekolah dan dapat terus berlangsung sampai dewasa apabila tidak ditangani dengan baik. Angka kejadian rhinitis alergi di dunia bervariasi dan dapat mencapai 40% populasi pada anak, dan sekitar 10-30% dewasa.

Pada rhinitis alergi terjadi reaksi alergi yang menyebabkan peradangan pada daerah hidung yang dapat menyebabkan keluarnya sekret/lendir (pilek), rasa gatal, bersin, dan hidung buntu. Keluhan ini dapat disertai juga dengan mata merah, gatal, dan berair. Keluhan lain yang dapat menyertai adalah mimisan, tidur mengorok, gangguan pada telinga, sakit kepala apabila terjadi komplikasi sinusitis.

Gejala-gejala ini bervariasi dari ringan-sedang sampai berat. Pada anak dengan gejala rhinitis alergi yang berat, maka kegiatan anak pada pagi hari dapat terganggu karena kualitas tidur malam yang tidak optimal akibat obstruksi/sumbatan pada hidung yang cukup berat. Konsentrasi anak di sekolah dapat terganggu karena anak merasa masih mengantuk, prestasi belajar dapat menurun. Penyakit alergi lain seperti asma atau dermatitis atopik (eksim) dapat juga menyertai rhinitis alergi ini. Bagi penderita asma, apabila rhinitis alergi tidak ditangani dengan baik, maka serangan asma dapat sulit dikontrol dan juga sebaliknya.

Anak yang berisiko menderita rhinitis alergi adalah anak-anak dengan riwayat penyakit alergi pada keluarga. Perlu ditelusuri riwayat penyakit alergi seperti asma, rhinitis alergi, atau dermatitis atopik (eksim) pada orang tua dan saudara sekandung. Apabila ada orang tua atau saudara sekandung memiliki riwayat penyakit alergi, maka anak mempunyai risiko lebih tinggi menderita penyakit alergi termasuk rhinitis alergi.

Penyebab rhinitis alergi paling sering di Indonesia adalah alergen (zat pencetus alergi) inhalan yaitu alergen yang masuk ke dalam tubuh dengan cara dihirup/melalui saluran napas. Alergen yang paling sering ditemukan pada rhinitis alergi di Indonesia atau negara tropis pada umumnya adalah tungau debu rumah, bulu binatang, kecoak; jenis alergen ini berbeda dengan penyebab rhinitis alergi di negara 4 musim yaitu polen. Alergen makanan sangat jarang menjadi pencetus rhinitis alergi. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi pencetus rhinitis alergi pada anak agar dapat dilakukan penghindaran dengan tepat dan seoptimal mungkin. Penentuan alergen penyebab rhinitis alergi dapat dilakukan melalui riwayat penyakit anak dan dapat didukung dengan tes alergi baik melalui darah atau pun tes kulit. Hal yang harus diperhatikan selain alergen adalah masalah polutan seperti asap rokok yang dapat merusak saluran napas. Polutan dapat memperberat penyakit alergi di saluran napas seperti asma dan rhinitis alergi.

Tata laksana rhinitis alergi yang komprehensif meliputi penghindaran alergen, obat-obatan untuk mengurangi gejala dan kekambuhan. Bagi anak yang alergi terhadap tungau debu rumah, hindari kontak dengan tungau debu rumah. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari barang menumpuk di dalam kamar, hindari penggunaan karpet, kapuk, dan boneka bulu. Gantilah seprai, sarung bantal/guling, kelambu, gorden setiap 1 minggu sekali. Jemur atau vaccumtempat tidur 1 minggu sekali. Bersihkan pendingin ruangan setiap minimal 2-3 bulan sekali. Konsentrasi tungau debu rumah akan tinggi di tempat manusia sering berada, karena makanan tungau debu rumah adalah serpihan kulit manusia. Oleh karena itu, jumlah tungau debu rumah paling banyak di kamar tidur. Untuk itu, sebaiknya anak tidak terlalu sering berada di kamar tidur, anjurkan anak lebih banyak bermain di luar kamar.

Obat-obatan yang digunakan bergantung pada berat ringannya penyakit. Pada rhinitis alergi ringan dengan kekambuhan yang jarang, obat yang dapat digunakan adalah antihistamin. Sementara apabila rhinitis alergi berat atau dengan kekambuhan yang sering, anak akan diminta menggunakan obat semprot hidung yang berisi steroid dosis sangat rendah untuk mengurangi reaksi peradangan pada hidung. Lama penggunaan obat antihistamin dan obat semprot hidung steroid bervariasi dan dapat berlangsung sampai sekitar 6 bulan bergantung pada berat ringannya penyakit.

Page 2: Bersin

Anak juga diminta untuk dapat membersihkan hidungnya secara berkala agar tidak banyak secret menumpuk di dalam hidung. Apabila rhinitis alergi disertai dengan asma atau sinusitis, maka diperlukan obat-obatan untuk asma dan sinusitis. Antibiotik hanya digunakan apabila anak mengalami sinusitis akut yang ditandai dengan demam, nyeri kepala/nyeri tekan sinus yang berat.

Untuk gejala yang sangat berat dan tidak dapat ditangani dengan antihistamin dan obat semprot hidung steroid, maka dapat dipertimbangkan pemberian imunoterapi. Imunoterapi ini bertujuan agar tubuh lama kelamaan dapat beradaptasi dengan alergen penyebab alergi. Penanganan rhinitis alergi yang komprehensif dan optimal diharapkan akan mencegah komplikasi, mencegah rhinitis alergi berlanjut sampai dewasa, dan menjaga kualitas hidup anak secara keseluruhan.