Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

19
38 Bersama Kafilah Ramadhan (9) Bulan Ramadhan adalah manifestasi ayat 48 Surat al-Maidah ”...Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan...” Bulan suci ini merupakan peluang bagi penghambaan dan mencapai derajat Khalifatullah. Di bulan ini, kita harus membersihkan diri kita dari ketergantungan kepada dunia, melebihi bulan-bulan lainnya. Melalui shalat, puasa, ibadah dan membaca al- Quran, kita harus berusaha menjadi bagian dari tamu istimewa Allah Swt, supaya kita dapat mengikuti jamuan Ilahi, meminta ampunan, mensucikan diri serta meraih nikmat Ilahi. Allah Swt saat mensifati bulan penuh berkah Ramadhan di surat al-Baqarah ayat 185 berfirman yang artinya, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)...” Di bulan ini Allah Swt menjadikan di antara malamnya sebagai malam qadr (Lailatul Qadr) serta menurunkan ajaran yang memberi petunjuk dan dimaksudkan untuk kebahagiaan manusia. Di awal surat al- Qadr Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” Filsafat diwajibkannya puasa disebutkan bahwa salah satu tujuan dari puasa adalah mencapai derajat takwa. Mencapai tahap ini, manusia membutuhkan peta jalan. Untuk mencapai jalan hidayah dan bergerak maju, manusia membutuhkan pembimbing. Pembimbing yang melangkah di jalan kebenaran dan tidak mendorong manusia ke arah jurang kehancuran. Allah Swt Sang Pencipta Alam Semesta telah memberikan pembimbing tersebut kepada manusia. Sang Maha Pencipta telah menentukan jalur hidayah dengan menurunkan al-Quran. Al-Quran adalah penunjuk jalan bagi manusia untuk mencapai hidayah dan faktor yang mendorong manusia mencapai derajat takwa. Allah Swt di surat al-Baqarah ayat kedua berfirman, “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”

description

Bulan Ramadhan adalah manifestasi ayat 48 Surat al-Maidah ”...Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan...” Bulan suci ini merupakan peluang bagi penghambaan dan mencapai derajat Khalifatullah. Di bulan ini, kita harus membersihkan diri kita dari ketergantungan kepada dunia, melebihi bulan-bulan lainnya. Melalui shalat, puasa, ibadah dan membaca al-Quran, kita harus berusaha menjadi bagian dari tamu istimewa Allah Swt, supaya kita dapat mengikuti jamuan Ilahi, meminta ampunan, mensucikan diri serta meraih nikmat Ilahi.

Transcript of Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

Page 1: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

38

Bersama Kafilah Ramadhan (9)

Bulan Ramadhan adalah manifestasi ayat 48 Surat al-Maidah ”...Maka berlomba-lombalah

berbuat kebajikan...” Bulan suci ini merupakan peluang bagi penghambaan dan mencapai

derajat Khalifatullah. Di bulan ini, kita harus membersihkan diri kita dari ketergantungan

kepada dunia, melebihi bulan-bulan lainnya. Melalui shalat, puasa, ibadah dan membaca al-

Quran, kita harus berusaha menjadi bagian dari tamu istimewa Allah Swt, supaya kita dapat

mengikuti jamuan Ilahi, meminta ampunan, mensucikan diri serta meraih nikmat Ilahi.

Allah Swt saat mensifati bulan penuh berkah Ramadhan di surat al-Baqarah ayat 185 berfirman yang artinya, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)...” Di bulan ini Allah Swt menjadikan di antara malamnya sebagai malam qadr (Lailatul Qadr) serta menurunkan ajaran yang memberi petunjuk dan dimaksudkan untuk kebahagiaan manusia. Di awal surat al-Qadr Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.”

Filsafat diwajibkannya puasa disebutkan bahwa salah satu tujuan dari puasa adalah mencapai derajat takwa. Mencapai tahap ini, manusia membutuhkan peta jalan. Untuk mencapai jalan hidayah dan bergerak maju, manusia membutuhkan pembimbing. Pembimbing yang melangkah di jalan kebenaran dan tidak mendorong manusia ke arah jurang kehancuran. Allah Swt Sang Pencipta Alam Semesta telah memberikan pembimbing tersebut kepada manusia. Sang Maha Pencipta telah menentukan jalur hidayah dengan menurunkan al-Quran. Al-Quran adalah penunjuk jalan bagi manusia untuk mencapai hidayah dan faktor yang mendorong manusia mencapai derajat takwa. Allah Swt di surat al-Baqarah ayat kedua berfirman, “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”

Page 2: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

39

Di bulan ini sangat dianjurkan untuk membaca al-Quran, karena setiap satu kata al-Quran merupakan cahaya (nur) dan akan membimbing hamba ke arah Tuhan. Dengan membaca setiap kata dan ayat al-Quran, akan bersinar cahaya terang di hati-hati yang mati dan lalai. Hati akan tergerak dan siap menerima hari-hari yang penuh maknawi. Oleh karena itu, ada hubungan istimewa antara bulan suci Ramadhan dan al-Quran.

Sama seperti musim semi ketika manusia dan alam mengalami keceriaan khusus serta kehidupan bersemi kembali, al-Quran juga musim semi bagi hati manusia. Dengan membaca al-Quran dan belajar memahami ajarannya, hati-hati akan senantiasa hidup. Imam Ali as bersabda, “Pelajarilah Kitabullah (al-Quran) karena ia adalah kata-kata yang paling indah dan nasehat paling jelas. Capailah pemahaman di al-Quran, karena ia adalah musim semi bagi setiap hati manusia.”

Manusia yang bertakwa menjadikan al-Quran sebagai pedoman perilaku dan amal perbuatannya. Ia senantiasa mentaati perintah dan larangannya. Hati-hati orang bertakwa akan merasa tenang berada di samping al-Quran dan selalu meminta pertolongan kepada Kitab Suci ini setiap menghadapi kesukaran.

Al-Quran bersumber dari Zat dan Wujud paling suci selama 23 tahun diturunkan kepada Rasulullah Saw. Sumber jernih ini untuk mengalir membutuhkan lahan yang bersih dari kotoran dan hati-hati yang bersih dari dosa serta jiwa yang siap untuk menerima kebenaran. Dari petuah dan ajaran Nabi serta para ulama disimpulkan bahwa kesucian al-Quran harus dijaga dan diperlakukan dengan penuh penghormatan. Poin ini juga harus diperhatikan bahwa ketika membaca al-Quran, seseorang harus memiliki kepekaan, yaitu dia tengah berhadapan dengan Allah Swt dan mendengarkan wahyu Ilahi.

Membaca al-Quran memiliki adab dan tata cara, di antaranya adalah suci. Sama seperti Allah Swt adalah Maha Suci, maka syarat pertama membaca al-Quran juga diambil dari Zat Allah Yang Maha Suci seperti dijelaskan dalam surat al-Waqiah ayat 79 yang artinya, “Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.”

Menurut para wali Allah, mulut adalah tempat berlalunya Kalam Allah. Oleh karena itu, jalur ini harus suci, sehingga proses

Page 3: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

40

penyucian al-Quran terhadap hati dan jiwa manusia berjalan lebih baik. Rasulullah Saw bersabda, “Bersihkanlah jalan yang dilalui al-Quran. Kemudian beliau ditanya, “Wahai Rasulullah, apakah jalan al-Quran?” Beliau menjawab, “Mulut!” Sahabat kemudian bertanya, “Dengan apa kami membersihkan mulut?” Nabi menjawab, “Dengan menyikat gigi.”

Memandang halaman kitab suci al-Quran sudah termasuk ibadah. Menurut Rasulullah Saw, melihat yang termasuk ibadah ada pada tiga hal, salah satunya adalah memandang al-Quran. Membuka lembaran kitab suci al-Quran dan memandang lembarannya termasuk adab membaca wahyu Ilahi. Adab lainnya adalah diam ketika mendengar bacaan al-Quran dan merenungkannya. Seperti yang difirmankan Allah dalam surat al-A’raf ayat 204, “Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”

Berfikir dan merenungkan ayat Ilahi, termasuk adab dan kesopanan lain membaca al-Quran. Terkait hal ini Imam Sajjad as bersabda, “Ayat-ayat al-Quran merupakan harta karun ilmu dan pengetahuan. Dan setiap orang berakal akan mewajibkan dirinya ketika membuka setiap lembaran harta karun ini untuk memandangnya dan memanfaatkan keindahannya. Ia juga akan menjadikan hati dan jiwanya tersinari cahaya al-Quran dengan memikirkan dan merenungkan arti setiap ayatnya. Maka ketika itulah, ia mulai membaca ayat-ayat suci al-Quran.”

Tahapan lain yang harus dilalui seseorang dalam menghadapi wahyu Ilahi ini adalah membersihkan hati dari niat yang kotor dan syirik. Imam Ali as dalam pesannya kepada salah satu sahabatnya terkait membaca al-Quran bersabda, “Sebagian orang membaca al-Quran demi mencari kerelaan Allah Swt, sebagian lainnya untuk mencari hal-hal duniawi dan sebagian yang lain membaca al-Quran untuk bertikai dengan orang lain. Jika kamu memiliki kemampuan maka jadikan dirimu di antara mereka yang membaca al-Quran demi mencari kerelaan Allah.”

Di bulan Ramadhan semangat membantu orang lain di tengah-tengah masyarakat terlihat nyata. Saat itu, egoisme terkalahkan oleh sifat terpuji, rela berkorban dan membantu orang lain. Rasulullah Saw bersabda, siapa saja yang memberi buka orang yang berpuasa di bulan Ramadhan karena Allah, maka pahalanya seperti memerdekakan seorang budak dan dosa-dosanya

Page 4: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

41

diampuni.” Sebagian sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, kami tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya. Beliau menjawab, walau hanya dengan sebiji atau setengah kurma pun tidak masalah. Dan jika kalian tetap tidak mampu, berilah segelas air minum kepada orang yang berpuasa saat berbuka.”

Sejumlah sahabat Nabi bersama muslim lainnya berhijrah ke Madinah. Mengingat kondisi perekonomian mereka yang minim, akhirnya mereka tidak mendapat tempat berteduh. Oleh karena itu, mereka tinggal di bagian utara Masjid Nabawi. Bangunan ini dikenal dengan nama Suffah, sebuah bangunan yang berada di luar masjid, namun masih tetap tersambung ke rumah ibadah tersebut. Orang yang tinggal di bangungan tersebut, kemudian dikenal dengan Ahlu Suffah.

Ahlu Suffah meski tergolong miskin dan tidak memiliki harta, namun sangat beriman. Ketika terjadi perang, mereka termasuk prajurit-prajurit Islam terbaik. Warga Madinah mengenal mereka dan terkadang warga mengundang mereka untuk makan siang atau makan malam. Nabi sendiri sangat menyayangi mereka dan kerap mengunjunginya sambil membawa makanan.

Di salah satu malam di bulan Ramadhan, warga Madinah mengundang sekitar 40 Ahlu Suffah untuk berbuka puasa. Namun masih ada 30 lainnya yang tidak mendapat undangan. Mereka kemudian mengerjakan shalat dan duduk di pojok-pojok tempat tinggal mereka serta sebagian lainnya bersandar di dinding. Mereka belum juga berbuka puasa. Saat itu, Nabi dengan muka cerah dan tersenyum memasuki Suffah sambil menjinjing sebuah wadah yang penuh makanan dan tertutup rapat.

Ahlu Suffah yang menyaksikan kedatangan Nabi, langsung berdiri dan menyerbu Rasulullah. Nabi kemudian duduk dan mulai membuka hidangan yang beliau bawa. Bau makanan tersebar di Suffah. Dengan penuh kasih sayang, Nabi mulai membagi makanan bagi semua orang dan beliau menjadi orang terakhir yang makan.(IRIB Indonesia)

Page 5: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

42

Bersama Kafilah Ramadhan (10)

Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Di bulan ini, hati dan jiwa orang mukmin yang tengah

menjalankan ibadah puasa merupakan hakikat pertama yang mendapat limpahan berkah

bulan suci Ramadhan. Hati-hati orang mukmin yang berpuasa di bulan ini lebih dekat dengan

Tuhan dan menjadi tempat meraih anugerah Allah Swt. Ramadhan adalah bulan penuh

berkah bagi hamba-hamba saleh dan hamba terkasih Allah, karena bulan ini merupakan

waktu tepat untuk bermunajat dan berdoa kepada Sang Pencipta Alam Semesta.

Manusia dari hari ke hari membutuhkan interaksi dengan Tuhan, berdoa dan meminta pertolongan-Nya. Ini adalah kebutuhan mendasar dan primer. Manusia tanpa kehadiran Tuhan dan jalinan dengan-Nya, akan merasa hampa dan kehilangan kekuatannya saat menghadapi musibah dan kesulitan. Manusia mukmin di kondisi tersulit pun menyadari masih ada kekuatan mutlak yang mendengar rintihannya dan ketika Ia diseru, langsung menjawab. Allah Swt di ayat al-Quran surat al-Ghafir ayat 60 memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya dan kemudian Ia pun akan mengabulkannya.

Mengingat Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya memberi semangat baru kejiwaan kepada fisik manusia yang lelah serta membuat hidupnya penuh dengan optimisme. Ini wajar karena manusia menyadari bahwa Tuhan pada akhirnya akan membimbingnya ke jalan terbaik. Doa mengikat hati manusia dan Tuhan dan membuat jiwa manusia penuh dengan spiritualitas. Doa juga membimbing pikiran dan benak manusia.

Menjalin hubungan dengan Tuhan tidak boleh diremehkan. Nasib seluruh manusia tergantung pada hubungan ini. Hubungan inilah yang menenangkan hati manusia supaya tidak takut terhadap selain Tuhan. Hubungan dan interaksi dengan Tuhan yang memenuhi hati-hati manusia mencintai mukmin dan pencari kebenaran. Keterikatan dengan Tuhan merupakan faktor yang mendorong manusia senantiasa mencari kerelaan Penciptanya

Page 6: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

43

dan tidak akan bersedia mengorbankan perintah Tuhan demi memuaskan kepentingan pribadi serta hawa nafsu.

Interaksi ini tidak mengenal pria dan wanita, tua atau muda dan antara kaya dan miskin, bahkan tidak pula mengenal waktu dan tempat. Setiap saat manusia dapat menghadap Tuhan dan memohon bantuan-Nya. Ia pun tidak perlu melakukan syarat atau adab tertentu. Meski menjaga adab doa menunjukkan kesopanan seorang hamba dan ulama serta pemuka agama telah memberi tuntutan yang diperlukan kepada kita dalam masalah ini. Oleh karena itu, setiap ada kesempatan untuk memperkokoh hubungan antara manusia dan Tuhan, maka peluang tersebut harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Bulan Ramadhan termasuk salah satu peluang yang harus dimanfaatkan.

Doa yakni meminta dan memohon. Permintaan yang muncul dari kebutuhan. Mereka yang memahami ketidakpunyaan dirinya dihadapan Tuhan, maka doanya akan terkabul. Di surat al-Furqan ayat 77 dijelaskan nilai doa dan berlindung kepada Tuhan. Allah Swt berfirman, “Katakanlah (kepada orang-orang musyrik): "Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu)".

Hal ini dikarenakan doa manifestasi ketidakpunyaan dan kebutuhan terhadap Tuhan Yang Maha Kaya. Pernyataan akan kelemahan dihadapan Tuhan akan membuat manusia yang tercipta dari tanah mencapai kesempurnaan dan mengangkatnya hingga ke Arsh Ilahi. Naiknya ruh manusia ini dengan sendirinya merupakan salah satu dari rahasia doa.

Tuhan pemilik sejati alam semesta dan pemberi rizki seluruh makhluk. Mayoritas nikmat Tuhan kepada hamba-Nya diberikan tanpa permintaan hamba tersebut. namun ada sebagian nikmat yang diberikan berdasarkan kemampuan setiap manusia. Potensi dan kemampuan ini juga diraih melalui doa. Imam Sadiq as kepada salah satu sahabatnya bersabda, “...Tuhan memiliki satu maqam (kedudukan) yang tidak mungkin diraih kecuali dengan doa. Ketika seorang hamba mengunci mulutnya dan tidak bersedia memohon, maka ia tidak akan mendapatkan apa pun. Oleh karena itu, berdoalah sehingga kalian mendapatkannya.

Page 7: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

44

Ketahuilah bahwa pintu-pintu rahmat Ilahi terbuka bagi hamba-Nya yang membutuhkan dan bersedia memohon kepada-Nya.”

Berdoa dengan membaca doa memiliki perbedaan. Terkadang doa terlontar karena kebiasaan dan pengulangan. Di kondisi seperti ini tidak akan ada perubahan yang terjadi dalam diri orang yang berdoa. Namun terkadang dan khususnya di kondisi terjepit, di mana bukan hanya dengan lidah, namun seluruh anggota badan manusia memohon kepada Allah. Dengan segenap jiwanya manusia memohon kepada Tuhan dan merasa lemah. Allah Swt sendiri telah bersumpah dengan Asma-Nya menjadikan wali-Nya sebagai perantara (pemberi syafaat).

Di hadis Qudsi diriwayatkan, Allah Swt kepada Nabi Isa as berkata,”Wahai Isa! Ketika kamu menyeru-Ku bersikaplah seperti orang yang akan tenggelam dan berteriak meminta pertolongan! Wahai Isa jadikan hatimu khusyu dan tunduk dihadapan-ku dan waktu sepi, perbanyaklah mengingat-ku serta ketahuilah bahwa Aku sangat senang menyaksikanmu tunduk dihadapan-Ku. Oleh karena itu, ketika kamu berdoa, serulah Aku dengan segenap jiwa ragamu.”

Salah satu jalan bagi terkabulnya doa adalah takwa, karena menurut ayat 27 Surat al-Maidah, “Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa”. Dikisahkan seorang ulama ditanya, “Kami berdoa kepada Tuhan, namun tidak dikabulkan. Ulama tersebut berkata, kalian mengenal Tuhan, namun tidak mentaati-Nya. Kalian membaca al-Quran, namun tidak mengamalkannya. Kalian memakan nikmat Tuhan, namun tidak mensyukurinya.

Ulama ini menambahkan, “...Kalian mengetahui bahwa surga diperuntukkan bagi orang-orang yang taat, namun tidak memintanya. Kalian mengetahui alam barzakh dan kalian tidak lari darinya. Kalian mengetahui bahwa kematian itu sesuatu yang pasti, namun tidak bersiap-siap. Kalian mengubur orang tua kalian, namun tidak mengambil pelajaran darinya. Kalian mengetahui bahwa syaitan adalah musuh, namun bukan saja kalian tidak memusuhinya, tapi malah bersahabat dengannya. Kalian tidak menghapus cela kalian, tapi malah sibuk mencari keburukan orang lain. Orang seperti ini bagaimana doanya akan terkabul.”

Page 8: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

45

Salah satu dampak bulan suci Ramadhan bagi muslimin adalah lebih perhatian untuk berziarah ke tempat-tempat suci. Menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, umat Muslim berbondong-bondong membersihkan masjid, tempat ibadah dan kuburan menyambut bulan penuh berkah ini. Di sisi lain, dengan tibanya bulan Ramadhan, umat Muslim mendatangi tempat-tempat suci ini untuk berziarah, membaca al-Quran dan bermunajat. Mereka dengan antusias meningkatkan sisi spiritualitasnya.

Banyak hadis yang menjelaskan keutamaan membaca ziarah Imam Husein as khususnya malam pertama, pertengahan dan akhir serta terkait malam lailatul qadar. Seperti riwayat dari Imam Sadiq as yang menyebutkan bahwa ketika malam lailatul qadar terdengar seruan dari langit ketujuh yang mengatakan bahwa Allah Swt akan mengampuni dosa mereka yang berziarah ke makam Imam Husein as. Di riwayat lain disebutkan, bahwa barang siapa yang berziarah ke makam Imam Husein dan shalat dua rakaat serta memohon kepada Allah untuk dimasukkan ke surga dan dijauhkan dari api neraka, maka Allah akan mengabulkan doanya.

Sementara itu, para ulama besar selama bulan Ramadhan juga mengamalkan hal ini. Mereka mendatangi tempat-tempat suci, selain berziarah juga menunjukkan kecintaannya kepada Ahlul Bait Nabi. Allamah Tabatabai ketika tinggal di kota suci Qom, di bulan Ramadhan sebelum berbuka puasa senantiasa berziarah ke makam Sayidah Maksumah. Adapun Allamah Syahid Muthahhari, ketika menyebutkan nama gurunya, Allamah Tabatabai, mengatakan, “Semoga jiwaku jadi tebusannya!”.

Salah seorang cendikiawan bertanya kepada Syahid Muthahhari, “Apa yang mendorongmu memberikan penghormatan dan pujian sedemikian besar kepada Allamah Tabatabai?” Beliau menjawab, “Aku sering menyaksikan filosof dan Arif, dan penghormatanku kepada Allamah Tabatabai bukan disebabkan karena ia filosuf, namun karena ia sangat mencintai Ahlul Bait Nabi. Allamah Tabatabai di bulan Ramadhan berbuka puasa dengan mencium zarih makam Sayidah Maksumah. Pertama-tama beliau berjalan dari rumah ke arah haram Sayidah Maksumah meski usianya saat itu sangat lanjut, kemudian mencium zarih makam wanita suci ini, baru kemudian pulang ke rumah dan berbuka puasa.”

Page 9: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

46

Disebutkan pula bahwa Allamah Tabatabai di bidang irfan dan suluk telah menempuh beberapa tahapan. Beliau dikenal sebagai ahli zikir dan doa. Di sepanjang jalan, bibir beliau tak pernah lepas dari berzikir kepada Tuhan. Saat memberikan pelajaran dan kelas dalam kondisi tenang, beliau selalu menyempatkan diri untuk berzikir. Beliau sangat komitmen dengan shalat sunnah. Malam-malam bulan Ramadhan, Allamah Tabatabai tidak pernah tidur dan selain belajar, malam yang penuh berkah ini beliau manfaatkan untuk berdoa, membaca al-Quran, shalat dan berzikir.(IRIB Indonesia)

Page 10: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

47

Bersama Kafilah Ramadhan (11)

Seiring dengan datangnya bulan suci Ramadhan, seluruh umat Muslim di penjuru dunia

mulai berpuasa. Umat Muslim di bulan suci ini semakin giat beribadah dan memoles ruh

mereka. Mungkin pertanyaan ini kerap memenuhi benak kita, apakah berpuasa dan menahan

makan serta minum selama berjam-jam tidak berbahaya bagi kesehatan badan?

Kesehatan merupakan nikmat besar dan semua orang memahami pentingnya kesehatan. Agama Islam yang diturunkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan sosial masyarakat, secara khusus memberikan perhatian atas masalah ini. Imam Ali as di Nahjul Balaghah menyebut ada tiga nikmat besar bagi manusia dan salah satunya adalah kesehatan.

Berpuasa termasuk salah satu hukum Islam yang bermanfaat membentuk karakter manusia dan memainkan peran vital bagi kesehatan serta mengobati berbagai penyakit fisik manusia. Di berbagai riwayat disebutkan manfaat berpuasa bagi kesehatan badan manusia. Rasulullah Saw dalam hal ini bersabda, “Berpuasalah supaya badanmu sehat.”

Lambung dan alat pencernaan termasuk anggota badan manusia yang paling banyak bekerja. Dengan tiga kali makan sehari, hampir setiap jam alat pencernaan manusia mengunyah, memisahkan, menyerap makanan serta membuang zat-zat yang berbahaya bagi badan. Puasa dari satu sisi membuat alat ini memiliki waktu istirahat dan terjaga dari kerusakan serta dapat menyerap energi baru.

Begitu juga jika sepanjang tahun, dengan berbagai faktor, timbunan gajih yang tidak dapat diurai terus menumpuk, maka badan akan memiliki kesempatan dalam setahun sekali dan dalam tempo satu bulan ketika manusia berpuasa, secara bertahap dan tanpa efek samping, timbunan gajih tersebut dibakar, sehingga badan akan menjadi ringan. Oleh karena itu,

Page 11: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

48

berpuasa dan menahan diri dari makan serta minum merupakan cara pengobatan paling baik.

Ramadhan adalah bulan munajat. Terkait munajat di bulan Ramadhan, Rasulullah Saw bersabda, “Wahai manusia! Angkatlah tangan kalian untuk berdoa kepada Allah Swt di bulan Ramadhan dan di saat shalat. Ini adalah saat paling utama dalam kehidupan kalian, karena saat itu Allah Swt memandang hamba-Nya dengan penuh kasih sayang.”

Doa memiliki adab dan syarat. Memperhatikan kebesaran dan kekuasaan Tuhan dari satu sisi dan merasa sangat membutuhkan, dari sisi lain, akan membawa manusia kepada satu hakikat bahwa jika ingin menghadap Tuhan dan memohon kebutuhannya, maka ia harus menjaga adab berdoa. Artinya seperti seseorang yang ingin meminta kepada orang lain, sejak awal ia telah mempersiapkan segala sesuatunya dan menjaga tata kesopanan serta dengan cara yang khusus ia menyampaikan permintaannya tersebut.

Hal ini juga berlaku ketika hamba memohon sesuatu kepada Tuhan, maka ia harus menjaga prinsip dan adab bermunajat. Adab ini dijelaskan dalam al-Quran dan juga diterangkan oleh para Imam Maksum as. Poin penting di adab ini adalah mereka yang mengangkat tangannya untuk berdoa, sebelumnya ia harus berperasangka baik kepada Tuhan. Seorang hamba harus berdoa dengan segenap jiwa raganya serta meyakini bahwa Tuhan Maha Mendengar dan Melihat. Seluruh amal ibadahnya disaksikan oleh Tuhan dan Allah Swt mampu mengabulkan seluruh permintaan hamba-Nya dalam waktu yang paling singkat.

Mengangkat wajah dan menghadap ke Ka’bah, mengharuskan seseorang memiliki hati bersih, niat jujur dan hati yang kosong dari perbuatan haram. Diriwayatkan bahwa seorang pria dari Bani Israel berdoa kepada Allah Swt selama tiga tahun dan memohon diberi keturunan. Namun selama itu, doanya belum juga terkabulkan. Kemudian di doanya, ia berkata kepada Tuhan, “Wahai Tuhanku! Apakah aku telah sangat jauh dari-Mu, sehingga Engkau tidak mendengar doaku. Atau apakah aku dekat dengan-Mu, namun mengapa doaku tidak Engkau kabulkan?

Lantas di suatu malam ia bermimpi dan mendengar suara, “Kamu berdoa kepada-Ku selama tiga tahun dengan mulut dan hati yang

Page 12: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

49

kotor serta niat yang tidak bersih! Jika kamu ingin dikabulkan doamu, jagalah mulutmu, bersihkan hatimu dan perbaikilah niatmu! Ketika ia terbangun dari tidurnya, ia telah membulatkan tekadnya dan menjalankan apa yang telah diperintahkan Allah Swt. Setelah satu tahun, doanya pun dikabulkan oleh Allah Swt.

Mendoakan orang lain termasuk salah satu keindahan manusia dan sisi kemanusiaan. Mereka yang berdoa kepada Allah Swt bagi kemudahan orang lain dan terdepan dalam menyelesaikan kesulitan sesamanya, sejatinya telah berhasil mengalahkan rasa ego dan kesombongannya serta kian mendekat dengan Tuhan. Di kondisi seperti inilah, doa seorang hamba akan cepat terkabul. Rasul Saw bersabda, “Orang yang ketika berdoa, dan sebelumnya telah meringankan kesulitan 40 saudara seimannya, maka doanya terkait dirinya sendiri dan 40 orang tersebut akan terkabulkan.”

Di sebuah riwayat dari Imam Sadiq as disebutkan, beliau bersabda, “Barang siapa yang mendoakan saudara seimannya tanpa diketahui oleh orang lain, maka akan terdengar seruan dari langit, Wahai fulan! Kamu mendapatkan apa yang kamu doakan bagi saudaramu tersebut dan bagimu pahala seratus kali lipat.”

Perbuatan lain yang berpengaruh bagi terkabulnya doa adalah berdoa secara bersama-sama dan hal ini mengindikasikan perhatian besar Islam terhadap dimensi sosial. Salah satu hikmah dari berkumpul dan bersosial adalah semakin besar jumlah anggota perkumpulan ini, setiap orang dengan kebaikan karakteristiknya telah berhasil menarik perhatian Tuhan dan kian mendekatkan doa untuk dikabulkan.

Imam Sadiq as bersabda, “Jika ada sesuatu yang menyedihkan ayahku (Imam Baqir as), beliau mengumpulkan perempuan dan anak-anak, kemudian berdoa serta mereka mengucapkan amin.” Hal ini karena Allah Swt telah berjanji, “Tidak ada 40 orang yang berkumpul dan kemudian berdoa bersama-sama, kemudian Allah tidak mengabulkannya. Oleh karena itu, jika ada 40 orang dan kemudian menyeru Allah Swt sebanyak sepuluh kali, Allah pasti mengabulkan doa mereka. Jika tidak ada 40 orang dan hanya satu orang, maka ia menyeru sebanyak 40 kali, kemudian Allah akan mengabulkan doanya.”

Page 13: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

50

Salah satu tradisi mulia di bulan Ramadhan adalah menghormati dan mengasuh anak yatim. Terkait tradisi mulia ini, banyak ayat dan riwayat Islam yang menganjurkannya. Rasulullah Saw bersabda, “Allah Swt mendorong berbuat baik kepada anak-anak yatim yang ditinggalkan orang tua mereka. Oleh karena itu, siapa saja yang menjaga dan mengasuh mereka, Allah pasti akan menjaganya.”

Di bulan ini, umat Muslim semakin giat memperhatikan anak-anak yatim dan berusaha memanfaatkan kesempatan di bulan penuh berkah ini. Mereka berlomba-lomba memberi makan serta mengasuh anak yatim. Allah Swt sendiri telah memberikan janji-Nya kepada orang mukmin yang bersedia melakukan tradisi mulia ini dengan kebaikan sepuluh kali lipat.

Disebutkan ada seorang Arif bernama Abdul Jabbar al-Mustaufi pergi haji dan membawa uang sebanyak 1000 dinar. Ketika melewati jalan di kota Kufah, ia menyaksikan bangunan yang rusak. Ada seorang wanita yang mencari sesuatu di tengah reruntuhan bangunan tersebut. Ketika mata wanita tersebut menyaksikan bangkai seekor burung, langsung ia menyambarnya dan menyembunyikannya di balik pakaian. Kemudian ia pun pulang ke rumahnya.

Abdul Jabbar kemudian bertekad mengikuti perempuan tersebut dan mencari tahu, apa sebenarnya yang terjadi. Abdul Jabbar pun mengikuti sang perempuan hingga ke rumah. Perempuan itu pun kemudian masuk ke rumahnya. Anak-anaknya dengan gembira menghampiri sang ibu dan berkata, Ibu! “Apa yang kami bawa untuk kami, kini kami hampir mati kelaparan.” Ibu berkata, “Sayangku! Aku membawakan ayam buat kalian, sebentar lagi aku akan membuatkan ayam bakar untuk kalian.”

Abdul Jabbar ketika mendengar pembicaraan tersebut lantas menangis. Kemudian ia bertanya kepada tetangga perempuan dan menanyakan kondisinya. Para tetangga mengatakan, ia adalah istri Abdullah bin Zaid dan suaminya dibunuh oleh Hajjaj Tsaqafi serta meninggalkan beberapa anak yatim. Abdul Jabbar kemudian berpikir dan mengetuk pintu sang janda. Ia lantas memberikan uang seribu dinar bekalnya untuk haji kepada janda Abdullah bin Zaid.

Page 14: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

51

Abdul Jabbar al-Mustaufi tahun itu tidak berangkat haji dan sibuk bekerja memikul air bagi mereka yang membutuhkan di Kufah. Ketika musim haji lewat dan rombongan haji kembali, warga menyambut mereka. Abdul Jabbar pun turut menyambut rombongan haji yang baru kembali dari Mekah. Ketika ia dekat dengan rombongan tersebut, ia menyaksikan orang asing yang berjalan di muka rombongan.

Orang asing tersebut kemudian mengucapkan salam kepada Abdul Jabbar dan berkata, “Wahai Abdul Jabbar! Hari itu ketika kamu menitipkan seribu dinar kepadaku, lantas aku sibuk mencarimu. Ini ambillah uangmu kembali. Lantas orang asing tersebut memberikan uang tersebut kepada Abdul Jabbar dan langsung menghilang. Abdul Jabbar membuka buntalan tersebut dan melihat sepuluh ribu dinar. Kemudian ia mendengar suara dari langit, “Kamu memberikan seribu dinar di jalan Kami. Kemudian Kami memberikan kepadamu sepuluh kali lipat (sepuluh ribu dinar). Kami mengutus malaikat ke bumi untuk melakukan haji setiap tahun menggantikanmu, selama kamu hidup. Ketahuilah bahwa Kami tidak akan pernah melupakan pahala orang-orang yang berbuat baik.”(IRIB Indonesia)

Page 15: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

52

Bersama Kafilah Ramadhan (12)

Para pakar dan ulama Islam meyakini bahwa seluruh perintah dan hukum Ilahi diturunkan

berdasarkan kebaikan dan keburukan. Setiap hukum yang ada memiliki filasafah dan hikmah

tersendiri, di mana hal ini menjadi dasar bagi Allah Swt untuk mewajibkan hamba-Nya untuk

mengikuti perintah tersebut. Para dokter meyakini bahwa puasa memiliki peran menakjubkan

bagi keselamatan jiwa dan fisik manusia.

Dr.Carlo dari Amerika terkait hal ini mengatakan, puasa yang diwajibkan agama Islam merupakan jaminan paling besar bagi kesehatan manusia. Dr. Paknejad dari Iran meyakini, selama satu bulan puasa, manusia memiliki badan baru dan bebas dari segala jenis racun. Seorang dokter lain dalam masalah ini mengatakan, manfaat besar mengurangi makan dan menahan makan untuk waktu yang singkat, karena lambung selama 11 bulan terus bekerja maka selama satu bulan ia dapat beristirahat.

Puasa adalah menahan makan dan minum selama waktu tertentu dalam setahun. Ini merupakan metode paling tepat untuk menjaga kesehatan yang dipahami baik oleh dokter zaman dahulu maupun sekarang. Khususnya penyakit yang menyerang alat pencernaan dan hati, yang tidak dapat disembuhkan melalui obat, namun dengan baik dapat disembuhkan dengan puasa. Seluruh pendapat para pakar dan dokter ini telah diungkapkan oleh Rasul melalui sabdanya, “Perut adalah sumber seluruh penyakit dan menahan serta mengurangi makan merupakan solusi terbaik untuk mengobatinya.”

Puasa bukan saja berpengaruh pada fisik manusia, namun juga pada sisi kejiwaan. Riset psikolog membuktikan puasa memainkan peran signifikan dalam mempercepat proses pemulihan pasien yang mengalami stress. Perubahan perilaku dan fisiologis seseorang yang disebabkan puasa, selaras dengan proses pemulihan sang pasien.

Page 16: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

53

Puasa juga dapat mengurangi berbagai penyakit seperti alzaimer atau lemah ingatan akibat bertambahnya usia seseorang. Hal ini dikarenakan salah satu manfaat puasa, selain sisi spiritualitas adalah memperkuat daya ingat seseorang. Imam Ali as berkata, “Ada tiga hal yang membersihkan lendir (ingus) dan memperkuat ingatan, menggosok gigi, berpuasa dan membaca al-Quran.”

Setiap ibadah, khususnya puasa selain berpengaruh pada pengokohan jiwa dan spiritualitas manusia serta iman mereka, juga mampu menguatkan tekad dan mempertebal rasa percaya diri. Hasilnya adalah ketenangan dan kesehatan mental seseorang serta masyarakat terjaga. Tak hanya itu, pengaruh amal ibadah juga mampu menurunkan ketegangan dan instabilitas mental seseorang.

Menurut pengalaman di lapangan, orang yang taat beragama atau religi, tingkat represi kejiwaan dan kegalauannya lebih rendah di banding dengan yang lain serta lebih tegar dalam menghadapi pasang surut kehidupan. Sejatinya orang yang beragama dari sisi perspektif lebih kokoh dan mereka memiliki pandangan akan akibat dari kehidupan dan kematian. Mengingat mereka mendapat dukungan dari masyarakatnya dan kejiwaan yang tenang di masyarakat beragama, maka mereka memiliki kemampuan kejiwaan yang lebih dalam menghadapi peristiwa pahit dan kesulitan hidup.

Ajaran agama seperti tawakkal, takdir Ilahi, keyakinan terhadap keadilan serta adanya tujuan dalam sistem penciptaan dan lainnya menjaga orang yang beriman dari kebingungan menghadapi jalan bercabang dan mengambil keputusan yang sulit serta penyakit stress dan kegalauan jiwa.

Berpuasa memiliki banyak manfaat. Menguatkan tekad, merupakan buah pertama dari ibadah ini. Orang yang berpuasa selain harus menahan makan, juga harus mengontrol hawa nafsunya. Latihan ini membuat tekad dan keputusan di dalam diri manusia semakin kuat serta membebaskan jiwanya dari belenggu kekuasaan hawa nafsu. Para pemuka Islam mengatakan, “Orang paling baik adalah yang memerangi hawa nafsunya dan orang terkuat adalah yang berhasil mengalahkan hawa nafsunya.”

Puasa khususnya puasa sebulan di bulan Ramadhan membuat sisi ketakwaan seseorang berhasil mengalahkan kekuasaan hawa

Page 17: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

54

nafsu dan timbullah cahaya serta ketenangan batin. Di bawah pengaruh inilah, orang yang berpuasa tidak hanya menahan lapar dan haus, namun seluruh anggota badannya pun akan dijaga dari perbuatan haram. Bahkan ia dapat mencapai derajat takwa yang tinggi, ketika ia bukan saja berhasil menghindari perbuatan haram, namun juga tidak terlintas dalam benaknya untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh Tuhan. Ini adalah puncak dari cahaya Ilahi.

Imam Ali as juga mengisyaratkan derajat takwa ini dan bersabda, “Puasa hati dari memikirkan perbuatan dosa, lebih baik dari puasa perut dari makan dan minum. Namun ini bukan berarti zahir puasa menahan lapar dan haus ditinggalkan, tapi seseorang jangan hanya puas dengan zarih puasa dan ia harus berusaha untuk mencapai manfaat spiritual puasa.” Nabi Isa as terkait masalah ini berkata, “Wahai Hawariyun! Pertahankanlah perut kalian dalam keadaan kosong (puasa), semoga kalian dapat menyaksikan Tuhan melalui mata batinmu.”

Sabar termasuk manfaat lain dari puasa. Manusia dalam kehidupan individu dan sosialnya senantiasa menghadapi beragam kesulitan. Tanpa kesabaran, tidak mudah menyelesaikan kesulitan dan mencapai tujuan hidup. Sabar menambah kekuatan resistensi seseorang dan membuat tekad semakin solid. Sejatinya puasa menumbuhkan kesabaran di dalam diri manusia. Rasulullah Saw bersabda, “Puasa separuh dari sabar.”

Oleh karena itu, orang yang berpuasa tengah melatih dirinya untuk bersabar. Puasa khususnya di hari-hari yang panas dan panjang musim panas, di mana rasa haus terasa mencekik leher, memberikan kesabaran dalam diri manusia serta membuat kesulitan dan penderitaan semakin mudah dijalani. Mengingat manfaat ini, al-Quran menyamakan puasa dengan sabar, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.”

Diriwayatkan dari Imam Sadiq as ketika beliau menafsirkan ayat 45 surat al-Baqarah bersabda, “Maksud dari sabar di surat ini adalah puasa. Siapa saja yang menghadapi kesulitan maka berpuasalah, karena Allah sendiri berfirman, mintalah pertolongan dari puasa.” Sementara itu, Rasulullah Saw

Page 18: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

55

menamakan bulan Ramadhan sebagai bulan kesabaran dan bersabda, “Ramadhan adalah bulan kesabaran dan pahala bagi orang-orang yang bersabar adalah surga.”

Rasul bersabda, “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan berharap pahala dari Allah Swt, maka seluruh dosa-dosanya di masa lalu akan dihapus.” Di bulan Ramadhan, umat Muslim semakin optimis dengan rahmat Allah Swt dan bertaubat atas dosa-dosanya. Optimis akan rahmat Ilahi adalah sifat mulia dan penyelamat bagi mukmin. Artinya mukmin tidak bersandar pada amal perbuatannya dan hanya kemurahan Allah yang akan menyelamatkan dirinya dari api neraka.

Optimis akan rahmat Ilahi adalah perbuatan terpuji, namun sebaliknya, pesimis akan rahmat Ilahi merupakan perbuatan buruk dan dosa besar. Meski seseorang tenggelam dalam perbuatan maksiat, dia tidak seharusnya putus asa dari rahmat Ilahi dan mencap dirinya sebagai ahli neraka. Karena pandangan seperti ini akan membuat dirinya semakin tenggelam dalam perbuatan dosa dan menolak untuk bertaubat. Sebaliknya para pendosa yang optimis akan rahmat Ilahi, tidak akan terus tenggelam dalam kemaksiatan dan akan berusaha untuk mendapatkan rahmat Ilahi.

Dikisahkan ada seorang ahli ibadah (‘Abid) yang beribadah di luar kota selama 600 tahun. Ia berpuasa setiap hari dan malamnya dihabiskan dengan ibadah. Rumahnya berada di pinggir sungai yang jernih. Dari sungai inilah ia memenuhi kebutuhan air minumnya dan makan dari buah delima yang tumbuh di pinggir sungai. Ia memohon kepada Tuhan untuk dicabut umurnya untuk menyaksikan keadilan Tuhan.

Malaikat Jibril menceritakan kisah ini kepada Rasulullah dan beliau menyaksikan di Lauh Mahfud bahwa kiamat telah terjadi dan ahli ibadah tersebut dihadapkan kepada Tuhan. Tuhan berkata kepada hamba tersebut, “Masuklah surga dengan rahmatku! Hamba tersebut dengan congkak berkata, “Lantas 600 tahun ibadahku bagaimana perhitungannya, dan kini aku harus masuk surga dengan rahmat-Mu?

Allah Swt kemudian memerintahkannya untuk menghitung kembali amalnya dan membandingkan dengan keadilan Tuhan. Akhirnya Tuhan berkata kepadanya, 600 tahun ibadah dan rasa

Page 19: Bersama Kafilah Ramadhan 9-12

56

syukur yang kamu lakukan tidak sebanding dengan satu delima yang kamu makan. Kemudian Allah berkata kepadanya, lantas mana rasa syukur atas nikmat-nikmat yang lain yang kamu nikmati?

Hamba yang ahli ibadah tersebut dengan menundukkan kepala dan menyadari bahwa akibat rasa tidak syukurnya atas nikmat lain yang ia dapat maka ia menjadi ahli neraka. Saat itu, dengan memelas ia memohon Tuhan memperlakukan dirinya dengan kemurahan-Nya, bukan dengan keadilan. Kemudian atas kemurahan Tuhan, ia pun dimasukkan ke surga.(IRIB Indonesia)