Bersama Kafilah Ramadhan 23-24

9
100 Bersama Kafilah Ramadhan (23) Di bulan Ramadhan, kehadiran Allah Swt dalam kehidupan kita begitu terasa dan demikian juga dengan kehadiran kita di sisi-Nya. Kita hadir di sisi Allah Swt untuk memberi warna baru padahati, agama, iman, dan makna hidup. Suasana dan nuansa Ramadhan mengajak manusia untuk memiliki tatapan yang lebih indah dan juga menjalani kehidupan dengan cara yang lebih baik. Ramadhan merupakan sebuah kesempatan untuk memperbaiki cara hidup. Ketika kita membuka lembaran sejarah kehidupan sosial rakyat Iran dan bangsa-bangsa Muslim di negara lain, kita menemukan bahwa bulan puasa senantiasa menjadi momentum untuk menghidupkan nilai-nilai mulia dan tradisi baik. Tradisi baik ini berkisar tentang nilai-nilai kemanusiaan dan nuansa religius bulan Ramadhan. Ritual yang dikerjakan selama Ramadhan berpengaruh dalam memperkuat tali persahabatan, semangat saling membantu, dan pertalian hati di antara masyarakat. Dalam banyak tradisi tersebut kita bisa menemukan simbol keindahan penghambaan dan simbol keunggulan kemanusiaan. Tradisi baik ini kadang mampu membangkitkan semangat manusia dan membangunkan jiwa mereka. Kesulitan keuangan merupakan bagian dari masalah yang dihadapi manusia di tengah masyarakat. Pemerintah atau lembaga-lembaga amal tentu saja tidak mampu sendirian mengatasi masalah keuangan yang melilit masyarakat lemah. Salah satu tradisi mulia yang mulai populer setelah kemenangan Revolusi Islam di Iran adalah penggalangan bantuan masyarakat untuk mengatasi kesulitan keuangan golongan miskin. Di setiap bulan Ramadhan, pengumpulan dana dilakukan lewat berbagai kegiatan pada malam hari.Kegiatan ini disiarkan secara langsung melalui televisi-televisi milik Lembaga Penyiaran Nasional Republik Islam Iran (IRIB). Masyarakat Iran antusias menyambut kegiatan amal itu dan mereka mengajak seluruh anggota keluarganya untuk datang ke tempat pengumpulan dana. Di acara tersebut, para pejabat pemerintah, bintang film, atletis, dan figur-figur publik menyumbangkan bantuan mereka dan mendorong masyarakat

description

Ramadhan merupakan sebuah kesempatan untuk memperbaiki cara hidup. Ketika kita membuka lembaran sejarah kehidupan sosial rakyat Iran dan bangsa-bangsa Muslim di negara lain, kita menemukan bahwa bulan puasa senantiasa menjadi momentum untuk menghidupkan nilai-nilai mulia dan tradisi baik.Al-Quran sebagai kitab nasehat dan bimbingan yang diturunkan Allah Swt untuk menyembuhkan penyakit-penyakit ruh manusia dan juga untuk membantu manusia menggapai keutamaan akhlak, sangat menekankan nasehat dan pengingatan sebagai sarana efektif untuk menggembleng jiwa manusia.

Transcript of Bersama Kafilah Ramadhan 23-24

Page 1: Bersama Kafilah Ramadhan 23-24

100

Bersama Kafilah Ramadhan (23)

Di bulan Ramadhan, kehadiran Allah Swt dalam kehidupan kita begitu terasa dan demikian

juga dengan kehadiran kita di sisi-Nya. Kita hadir di sisi Allah Swt untuk memberi warna

baru padahati, agama, iman, dan makna hidup. Suasana dan nuansa Ramadhan mengajak

manusia untuk memiliki tatapan yang lebih indah dan juga menjalani kehidupan dengan cara

yang lebih baik. Ramadhan merupakan sebuah kesempatan untuk memperbaiki cara hidup.

Ketika kita membuka lembaran sejarah kehidupan sosial rakyat Iran dan bangsa-bangsa

Muslim di negara lain, kita menemukan bahwa bulan puasa senantiasa menjadi momentum

untuk menghidupkan nilai-nilai mulia dan tradisi baik.

Tradisi baik ini berkisar tentang nilai-nilai kemanusiaan dan nuansa religius bulan Ramadhan. Ritual yang dikerjakan selama Ramadhan berpengaruh dalam memperkuat tali persahabatan, semangat saling membantu, dan pertalian hati di antara masyarakat. Dalam banyak tradisi tersebut kita bisa menemukan simbol keindahan penghambaan dan simbol keunggulan kemanusiaan. Tradisi baik ini kadang mampu membangkitkan semangat manusia dan membangunkan jiwa mereka.

Kesulitan keuangan merupakan bagian dari masalah yang dihadapi manusia di tengah masyarakat. Pemerintah atau lembaga-lembaga amal tentu saja tidak mampu sendirian mengatasi masalah keuangan yang melilit masyarakat lemah. Salah satu tradisi mulia yang mulai populer setelah kemenangan Revolusi Islam di Iran adalah penggalangan bantuan masyarakat untuk mengatasi kesulitan keuangan golongan miskin. Di setiap bulan Ramadhan, pengumpulan dana dilakukan lewat berbagai kegiatan pada malam hari.Kegiatan ini disiarkan secara langsung melalui televisi-televisi milik Lembaga Penyiaran Nasional Republik Islam Iran (IRIB).

Masyarakat Iran antusias menyambut kegiatan amal itu dan mereka mengajak seluruh anggota keluarganya untuk datang ke tempat pengumpulan dana. Di acara tersebut, para pejabat pemerintah, bintang film, atletis, dan figur-figur publik menyumbangkan bantuan mereka dan mendorong masyarakat

Page 2: Bersama Kafilah Ramadhan 23-24

101

untuk terlibat dalam kegiatan amal. Masyarakat juga terpanggil untuk berbagi berkah Ramadhan dan mereka mendonasikan bantuan sesuai kemampuan masing-masing. Seluruh sumbangan tersebut kemudian dihitung oleh panitia dan biasanya dana terkumpul dalam jumlah besar.

Sumbangan masyarakat ini disalurkan untuk keluarga-keluarga yang kurang mampu, anak yatim, dan fakir-miskin. Salah satu bidang peruntukan dana ini adalah untuk membebaskan para tahanan yang tersangkut kasus kelalaian dan melunasi diyat (denda) mereka. Beginilah cara masyarakat Iran membayar diyat tahanan dan mengembalikan mereka ke pangkuan keluarganya.

Salah satu pelajaran Ramadhan adalah masalah rezeki yang halal. Nilai ibadah puasa juga terletak pada kesucian dan kehalalan makanan yang dikonsumsi untuk sahur dan berbuka. Sebuah doa yang disunnahkan untuk dibaca pada malam pertama bulan Ramadhan berbunyi, “Ya Allah! Jadikanlah menu berbuka kami dari rezeki yang halal. Ya Ilahi! Jadikanlah rezeki kami sebagai rezeki yang halal, baik, dan bebas dari kezaliman dan dosa, bersih dari kesalahan dan keburukan. Ya Tuhanku! Sucikanlah makanan kami sehingga tidak ada sedikit pun noda dan perkara haram di dalamnya.” (Kitab Al-Hayat, jilid 4)

Menurut Islam, rezeki yang halal sangat membantu manusia untuk mematuhi perintah-perintah agama. Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Jangan pernah meninggalkan usaha untuk mencari rezeki halal, karena itu akan membantumu dalam beragama. Ikat tungganganmu dan bertawakallah.”Rasulullah Saw juga bersabda, “Barang siapa memakan makanan yang halal selama 40 hari, niscaya Allah akan menerangi hatinya dan memancarkan cahaya hikmah dari hatinya melalui lisannya.” Sebaliknya, orang yang memakan makanan haram maka selama 40 malam shalatnya tidak diterima dan doanya tidak dikabulkan. Daging tubuhnya yang tumbuh dari makanan haram lebih layak dibakar di neraka. Satu suap makanan haram pun dapat menumbuhkan daging.

Suapan haram tentu saja memiliki makna yang lebih luas dan tidak hanya terbatas pada makanan dan minuman, tapi juga mencakupsemua perkara yang tidak diperoleh melalui jalur syariat dan hukum agama, baik itu didapatkan dengan cara mencuri, hasil suap atau penipuan maupun sikap curang dalam

Page 3: Bersama Kafilah Ramadhan 23-24

102

bekerja. Khumus dan zakat harta yang belum ditunaikan juga termasuk dari contoh suapan haram.

Usaha untuk memperoleh rezeki yang halal sangat penting untuk diperhatikan. Imam Musa al-Kadhim as berkata, “Barang siapa mencari rizki halal untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya, maka ia bagai orang yang berjihad di jalan Allah.”Namun, sungguh celaka orang-orang yang tidak sabar dalam mengumpulkan hartanya. Rasul Saw bersabda,“Barang siapa mencari kekayaan yang tidak halal, maka itu adalah bekalnya menuju neraka.” Berkenaan dengan pentingnya mencari rezeki yang halal, Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Barang siapa yang ingin doanya diterima, maka pendapatan yang ia peroleh harus halal dan menunaikan hak masyarakat. Tidak ada doa seorang hamba pun yang akan naik ke sisi Allah selama harta haram berada di perutnya atau hak masyarakat masih berada di pundaknya.”

Rezeki halal memiliki pengaruh besar dalam realitas keberadaan manusia serta dalam membentuk raga dan jiwanya. Ia juga memainkan peran vital dalam mengembangkan potensi baik dan menumbuhkan niat baik dalam diri manusia. Seorang arif besar Iran, Allamah Hasan Zadeh Amuli ketika menjelaskan masalah rezeki halal dalam bukunya Maqalat menulis, “… suapan makanan yang masuk ke mulut manusia, jika tanpa perhitungan maka akan membuat ia banyak makan, dan orang yang banyak makan, ia akan banyak berbicara.Oleh karena itu, salah satu bentuk penjagaan terbaik adalahmanusia harus mengawasi sesuatu yang masuk dan keluar dari mulutnya.”

Salah satu doa yang banyak diserukan selama bulan Ramadhan adalah meminta rezeki yang halal. Seperti disebut dalam doa sahar ini, “Ya Tuhanku! Aku memohon kepada-Mu berilah untukku rezeki yang halal dan suci.” Hanya makanan yang suci dan sehat yang dianggap halal oleh Islam dan melarang umatnya untuk mengkonsumsi makanan yang tidak suci dan haram. Rezeki yang halal juga akan membawa manusia pada jalan kemuliaan. Manusia mulia dan berwibawa dibesarkan dengan rezeki yang halal. Imam Husein as berkata, "Rezeki halal akan menjauhkan seseorang dari banyak kerusakan dan kehinaan dan mengubahnya menjadi pribadi yang berani dan mulia."

Page 4: Bersama Kafilah Ramadhan 23-24

103

Suatu hari, Rasulullah Saw sedang berkumpul bersama para sahabatnya di masjid, tiba-tiba seorang kakek muncul dan berkata, "Wahai Rasulullah. Saya sangat lapar, tolonglah saya dan saya tidak punya pakaian kecuali yang menempel di badanku ini."Sebenarnya, Rasul Saw sangat iba menyaksikan keadaan orang tua itu.Wajahnya pucat, bibirnya membiru, dan tangannya agak gemetar memegangi tongkatnya. Cuma kebetulan beliau sedang tidak punya apa-apa. Sudah habis diberikannya kepada yang lain.

Rasul Saw kemudian memerintahkan orang tua itu untuk datang ke rumah Fatimah as, mungkin ada sesuatu yang bisa diberikan untuknya. Maka pergilah kakek itu ke rumah Fatimah. Di sana ia berseru, "Wahai putri Rasulullah. Saya lapar sekali dan tidak punya pakaian. Saya datang kepada ayahmu, tetapi beliau tidak punya apa-apa. Saya disuruhnya datang menemuimu. Mungkin engkau punya sedekah untukku?"Namun, Fatimah juga sedang tidak memiliki sesuatu di rumahnya.Sesudah merenung sejenak, barulah ia teringat akan sebuah barang pemberian putri Hamzah bin Abdul Muthalib, bibinya. Buru-buru ia mengambil kalung itu dan menyerahkannya kepada si kakek.

Dengan suka cita orang tua itu pergi menemui kembali Rasul Saw di masjid. Ia memperlihatkan kepada beliau kalung emas pemberian Fatimah dan ingin menjualnya untuk bekal hidup.Setelah melihat itu, Rasul Saw bersabda, “Barang siapa yang membeli kalung ini,maka Allah tidak akan mengazabnya.”Ammar Yasir yang berada di sana bertanya, “Waha Rasulullah! Izinkan aku membeli kalung emas ini.” Beliau memberinya izin dan Ammar pun bertanya kepada kakek itu, “Berapa harga kalung itu?”Orang tua itu lantas menjawab, "Berikan kepadaku beberapa potong roti dan daging untuk mengganjal perutku, dan sekadar biaya kepulanganku ke kampung."

Ammar kemudian mengeluarkan dua puluh dinar dan seratus dirham, beberapa potong roti dan daging, pakaian, serta seekor unta untuk tunggangannya ke kampung.Setelah memenuhi semua kebutuhan si kakek itu, Ammar lalu menyuruh budaknya bernama, Saham untuk menyerahkan kalung tersebut kepada Rasulullah Saw dan juga dirinya sebagai budak pemberian Ammar. Rasul Saw tersenyum dan bersabda, "Kuterima

Page 5: Bersama Kafilah Ramadhan 23-24

104

pemberian itu. Sekarang lanjutkanlah perjalananmu ke rumah Fatimah. Serahkan kalung ini kepadanya, juga engkau kuberikan untuk Fatimah."

Saham lalu mendatangi Fatimah di rumahnya dan menceritakan pesan Rasulullah Saw. Fatimah dengan lega menyimpan kalung itu di tempat semula, lantas berkata kepada Saham, "Engkau sekarang telah menjadi hakku, karena itu engkau kubebaskan. Sejak hari ini engkau kembali menjadi orang merdeka."Saham tertawa nyaring sampai Fatimah keheranan, "Mengapa engkau tertawa?"Bekas budak itu menjawab, "Saya gembira menyaksikan riwayat sedekah dari satu tangan ke tangan berikutnya. Kalung ini tetap kembali kepadamu, karena dilandasi keikhlasan, kalung ini telah membuat kaya orang miskin, menutupi orang yang tidak punya pakaian, dan kini membebaskan aku menjadi manusia merdeka." (IRIB Indonesia/RM)

Page 6: Bersama Kafilah Ramadhan 23-24

105

Bersama Kafilah Ramadhan (24)

Salah satu keindahan bulan Ramadhan adalah kehadiran dalam acara-acara khutbah atau

siraman rohani. Al-Quran sebagai kitab nasehat dan bimbingan yang diturunkan Allah Swt

untuk menyembuhkan penyakit-penyakit ruh manusia dan juga untuk membantu manusia

menggapai keutamaan akhlak, sangat menekankan nasehat dan pengingatan sebagai sarana

efektif untuk menggembleng jiwa manusia. Hal itu banyak disebutkan dalam ayat-ayat al-

Quran. Menurut al-Quran, manusia sepanjang hidupnya selalu memerlukan nasehat dan

imbauan. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara tua dan muda. Acara-acara khutbah dan

nasehat merupakan kesempatan berharga untuk mengubah kondisi spiritual manusia.

Allah Swt dalam ayat 55 surat Dzariyat memerintahkan Rasulullah untuk selalu mengingatkan dan menasehati orang-orang mukmin, karena peringatan mendatangkan keuntungan bagi manusia. Rasulullah Saw selain menggunakan cara tersebut dalam membimbing masyarakat; juga mendorong umat Islam untuk saling mengingatkan. Kepada masyarakat Rasulullah Saw bersabda: “Ketahuilah! Acara-acara para ulama adalah sebuah kebun di antara banyak kebun di sorga, manfaatkanlah karena rahmat dan ampunan, dilimpahkan seperti hujan pada acara-acara tersebut. Para pendosa yang duduk di dalamnya akan bangkit sedangkan mereka telah diampuni dan selama bersama mereka, para malaikat akan memohonkan ampunan bagi mereka. Allah Swt juga akan menatap mereka serta mengampuni para ulama, murid, penonton dan orang-orang yang mencintai mereka.”

Kehadiran dalam acara-acara keagamaan pada bulan Ramadhan akan mengenalkan maarif Islam dan juga mengingatkan kembali nasehat dan ucapan para maksumin dan pemimpin agama sebagai sentuhan penting dalam melanjutkan hidup sementara menghindari acara-acara tersebut akan menjauhkan manusia dari maarif ilahi dan nilai-nilai luhur akhlak.

Page 7: Bersama Kafilah Ramadhan 23-24

106

Kehadiran para ulama dalam berbagai acara di bulan ini merupakan kesempatan baik untuk menimba makrifat dan wawasan agama terkait perintah dan hukum-hukum Islam. Selain itu hendaknya partisipasi dalam acara-acara tersebut terus dilanjutkan sepanjang tahun.

Al-Quran adalah kitab samawi dan suci umat Muslim yang penuh dengan imbauan, peringatan dan nasehat berharga. Selain menghadiri acara-acara khutbah dan siraman rohani, umat Islam pada bulan ini juga berusaha membaca satu juz al-Quran setiap hari, dan dengan perenungan ayat-ayat al-Quran, seorang Muslim dapat meresapi nasehat dan imbauan al-Quran. Telaah kisah-kisah al-Quran dan juga nasib para pemuja dunia, para raja-raja zalim, serta perjalanan hidup para nabi, merupakan pelajaran berharga yang akan menerangi jalan kehidupan manusia. Tidak hanya itu, pembacaan al-Quran secara harian juga akan memupuk kebiasaan untuk membacanya secara rutin sepanjang tahun.

Salah satu pesan utama puasa, adalah manajemen dan pencegahan berlebih-lebihan dalam makan dan minum. Diriwayatkan, Imam Ali as berkata: “Janganlah kalian berlebih-lebihan makan, karena ini akan menjauhkan dari israf dan akan membuat badan lebih sehat dan membantu lebih tekun beribadah.”

Makan dan minum secukupnya akan menambah kekuatan dan kemampuan manusia untuk beribadah. Juga menghindari dari kemalas-malasan akibat makan terlalu banyak serta melenyapkan kekerasan hati, kegelapan batin. Akan tetapi yang lebih penting adalah pemupukan pikiran dan kesejukan hati. Diriwayatkan dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Orang yang menjaga perutnya lapar pemikirannya akan terpupuk.” Dan ketika pemikiran manusia dibimbing di jalan yang benar, maka makrifat ilahi akan seperti cahaya yang akan menerangi hatinya.

Imam Ali as meriwayatkan dari Rasulullah Saw dan berkata bahwa Nabi Muhammad Saw dalam perjalanan Mi’raj bertanya: “Ya Allah! Apa manfaat dari puasa?” Allah Swt berfirman: “Puasa menciptakan hikmah, dan hikmah menciptakan makrifat dan pengenalan, adapun marifat menghasilkan keyakinan dan kepercayaan.”

Page 8: Bersama Kafilah Ramadhan 23-24

107

Ayatullah Mirza Malaki Tabrizi, seorang ulama kontemporer fiqih, akhlak dan irfan Islam, dalam buku terkenalnya Muraqebat menjelaskan mengapa Allah Swt memilih lapar untuk menjamu tamu-tamu-Nya di bulan Ramadhan ini. Beliau menulis, “Sedikit makan dan lapar di bulan Ramadhan adalah kesempatan baik untuk menyejukkan hati; karena kenyang akan menambah gas dari lambung ke otak dan mencegah manusia menjelajahi pemikiran dan perenungan spiritualitas. Padahal dalam kondisi lapar dan sedikit makan, akan mempersiapkan hati manusia untuk menerima makrifat. Dalam lapar, ada cahaya yang dapat dirasakan.”

Puasa dan malam-malamnya sedang bergulir. Dan sekarang Ramadhan telah sampai pada dua pertiga mendekati akhir. Betapa baik jika dalam kesempatan yang tersisa ini, kita tidak tidak menyia-nyiakan waktu dan segera memperbarui janji kita dengan Allah Swt, bertaubat, dan menaati seluruh perintah-Nya. Ayatullah Khamenei dalam hal ini mengatakan, “Kita perlu untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya pada jam-jam ini, pada hari-hari dan malam-malamnya yang penuh berkah ini. Dengan memperkokoh hubungan batin kita dengan alam spiritual, dengan alam ghaib, dengan kerendahan hati, dengan kekhusuan di hadapan Allah Swt, dan dengan memperkokoh hubungan kesetiaan kita dengan Ahlul bait. Ini adalah pokok semua pekerjaan baik yang dapat dilakukan oleh seorang manusia mukmin di jalan benar.”

Tentang urgensi suci Ramadhan, filsuf dan mufasir besar Ayatullah Jawadi Amoli mengatakan, "Bulan Ramadhan adalah bulan jamuan Tuhan. Pada bulan ini manusia menjadi tamu Allah swt. Dalam jamuan tersebut, selain rezeki lahiriah yang dianugerahkan Tuhan, manusia dikaruniai rezeki lain. Salah satu yang terpenting dari hidangan langit yang dianugerahkan Allah kepada manusia adalah pengenalan terhadap Al-Quran dan Ahlul Bait as. Menurut Rasulullah saw, al-Quran tidak terpisahkan dari itrah, maka di bulan ini kita harus mengambil manfaat dari keduanya. Al-Quran disebut sebagai hablullah atau tali Allah. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa di satu sisi al-Quran berada di tangan Tuhan dan di sisi lain berada di tangan manusia, maka peganglah erat-erat. Ini bukan tali yang akan putus jika ditarik oleh enam atau tujuh milyar manusia. Inilah tali yang sangat kuat, yang memenuhi seluruh keperluan manusia. Barang

Page 9: Bersama Kafilah Ramadhan 23-24

108

siapa yang bertanya dan memiliki keperluan, maka AlQuran akan menjawabnya. Al-Quran adalah kitab kehidupan. Sebuah ajaran praktis dari Allah swt bagi pembangunan manusia yang di samping mengatur dan memajukan urusan kehidupan materinya, manusia juga dapat memberikan warna ilahi kepada hal tersebut. Agar manusia membangun kehidupannya berdasarkan fitrah dan keinginan Allah. Al-Quran membimbing kita di jalan yang paling kokoh. Optimalkan kapasitas mu menjadi tamu kitab ini. Untuk itu bacalah dan tingkatkanlah. Jangan kalian menjual diri kalian dengan harga yang murah".

Bulan Ramadhan senantiasa mengingatkan keikhlasan dan ketulusan niat hamba Allah. Ali bin Abi Thalib as adalah manusia sempurna yang syahid di bulan Ramadhan. Di akhir nasehat kepada putranya, Imam Ali as menyampaikan beberapa poin penting dan penuh makna. Salah satu di antaranya adalah perhatian terhadap al-Quran dan mengamalkan ajarannya. Imam Ali as berkata, "Allah, Allah, tentang al-Quran jangan sampai orang lain mendahului kalian mengamalkan al-Quran".(IRIB Indonesia)