Bersama Kafilah Ramadhan 17-18

9
74 Bersama Kafilah Ramadhan (17) Bulan Ramadhan memiliki ritual, tradisi, dan keunikan tersendiri yang membuatnya istimewa dari bulan-bulan yang lain. Kaum Muslim di berbagai pelosok dunia dan khususnya di negara-negara Islam, memiliki tradisi unik dan cara khas yang sesuai dengan nilai budaya masing-masing untuk menyambut bulan Ramadhan. Tradisi itu tentu saja berbeda dari satu negara dengan negara lain dan bahkan dari satu kota dengan kota lain. Fenomena yang tampak seragam adalahkegiatan buka puasa bersama di masjid-masjid atau tempat ibadah. Intinyamereka ingin menyambut bulan yang penuh berkah ini dengan cara terbaik dan meriah. Salah satu karakteristik masyarakat Iran terletak pada perhatian dan komitmen mereka terhadap penyelenggaraan ritual dan acara keagamaan dan budaya. Di negara Islam ini, bulan Ramadhandisambut dengan kegiatan dan tradisi khusus yang sudah diwariskan secara turun-temurun dari keluarga mereka. Salah satu tradisi yang mudah ditemui di Iran selama Ramadhan adalah acara buka puasa bersama.Menjelang azan Magrib, masyarakat Iranberangkat ke masjid-masjid di sekitar lingkungan mereka dan di sana mereka bisa menikmati hidangan buka puasa secara berjamaah. Warga yang punya nazar biasanya membagi- bagikan kurma dan kue untuk menjamu tamu Allah Swt. Pada dasarnya, mereka selalu berharap bisa menyediakan hidangan berbuka untuk orang lain demi meraih pahala yang lebih besar. Di sepanjang Ramadhan, masjid-masjid dan rumah- rumah di Iran menggelar acara tadarus dan khataman al-Quran. Kaum laki-laki biasanya mengikuti acara tadarus di masjid-masjid yang dilakukan setelah shalat Zuhur. Mereka duduk membentuk barisan yang rapi dan kemudian memulai kegiatan tadarus yang dipandu oleh beberapa qari’ nasional dan ustadz bidang al-Quran. Sementara untuk kaum perempuan, kegiatan tadarus umumnya digelar di rumah-rumah secara bergiliran dengan tujuan membagi keberkahan Ramadhan. Acara tadarus dan tafsir al-Quran untuk kaum hawa biasanya dimulai pada pagi hari.

description

Kaum Muslim di berbagai pelosok dunia dan khususnya di negara-negara Islam, memiliki tradisi unik dan cara khas yang sesuai dengan nilai budaya masing-masing untuk menyambut bulan Ramadhan. Tradisi itu tentu saja berbeda dari satu negara dengan negara lain dan bahkan dari satu kota dengan kota lain. Fenomena yang tampak seragam adalahkegiatan buka puasa bersama di masjid-masjid atau tempat ibadah. Intinya mereka ingin menyambut bulan yang penuh berkah ini dengan cara terbaik dan meriah.Malam ini adalah malam 19 bulan Ramadhan. Kemungkinan malam ini adalah malam lailatul qadr. Malam lailatul qadr adalah salah satu malam sakral dan penuh berkah dalam Islam. Allah Swt mengagungkan malam lailatul qadr dalam al-Quran dan diturunkan satu surat dengan nama al-Qadr. Malam-malam sepanjang tahun, tidak dapat dibandingkan dengan malam lailatul qadr karena kebaikan dan keutamaannya. Malam ini adalah malam diturunkannya al-Quran, malam turunnya malaikat yang juga disebut dengan nama Ruh. Ibadah pada malam lailatul qadr lebih utama dari ibadah di 1.000 malam lainnya. Pada malam itu, akan ditetapkan takdir manusia dalam setahun begitu juga rezeki, usia dan berbagai urusan lain

Transcript of Bersama Kafilah Ramadhan 17-18

Page 1: Bersama Kafilah Ramadhan 17-18

74

Bersama Kafilah Ramadhan (17)

Bulan Ramadhan memiliki ritual, tradisi, dan keunikan tersendiri yang membuatnya istimewa dari bulan-bulan yang lain. Kaum Muslim di berbagai pelosok dunia dan khususnya di negara-negara Islam, memiliki tradisi unik dan cara khas yang sesuai dengan nilai budaya masing-masing untuk menyambut bulan Ramadhan. Tradisi itu tentu saja berbeda dari satu negara dengan negara lain dan bahkan dari satu kota dengan kota lain. Fenomena yang tampak seragam adalahkegiatan buka puasa bersama di masjid-masjid atau tempat ibadah. Intinyamereka ingin menyambut bulan yang penuh berkah ini dengan cara terbaik dan meriah.

Salah satu karakteristik masyarakat Iran terletak pada perhatian dan komitmen mereka terhadap penyelenggaraan ritual dan acara keagamaan dan budaya. Di negara Islam ini, bulan Ramadhandisambut dengan kegiatan dan tradisi khusus yang sudah diwariskan secara turun-temurun dari keluarga mereka. Salah satu tradisi yang mudah ditemui di Iran selama Ramadhan adalah acara buka puasa bersama.Menjelang azan Magrib, masyarakat Iranberangkat ke masjid-masjid di sekitar lingkungan mereka dan di sana mereka bisa menikmati hidangan buka puasa secara berjamaah. Warga yang punya nazar biasanya membagi-bagikan kurma dan kue untuk menjamu tamu Allah Swt.

Pada dasarnya, mereka selalu berharap bisa menyediakan hidangan berbuka untuk orang lain demi meraih pahala yang lebih besar. Di sepanjang Ramadhan, masjid-masjid dan rumah-rumah di Iran menggelar acara tadarus dan khataman al-Quran. Kaum laki-laki biasanya mengikuti acara tadarus di masjid-masjid yang dilakukan setelah shalat Zuhur. Mereka duduk membentuk barisan yang rapi dan kemudian memulai kegiatan tadarus yang dipandu oleh beberapa qari’ nasional dan ustadz bidang al-Quran. Sementara untuk kaum perempuan, kegiatan tadarus umumnya digelar di rumah-rumah secara bergiliran dengan tujuan membagi keberkahan Ramadhan. Acara tadarus dan tafsir al-Quran untuk kaum hawa biasanya dimulai pada pagi hari.

Page 2: Bersama Kafilah Ramadhan 17-18

75

Meskipun tidak dikenal istilah shalat tarawih, masyarakat Iran melakukan shalat sunah di rumah dan masjid. Masjid-masjid di malam Ramadhan diisi dengan ritual shalat sunah, doa bersama dan ceramah agama. Puncak kegiatan doa bersama di Iran jatuh pada malam ke 19, 21 dan 23 Ramadhan. Di ketiga malam itu, jalanan disesaki lalu lalang orang yang berangkat dan pulang dari masjid. Selama tiga hari, sekolah, universitas dan instansi lainnya diliburkan. Masyarakat Iran tua, muda, remaja, bahkan anak-anak berbondong-bondong memenuhi masjid.

Masyarakat Indonesia dengan mayoritas Muslim, menggelar berbagai acara dan tradisi untuk menyambut bulan Ramadhan sesuai dengan kultur daerah masing-masing.Namun, acara yang berbeda-beda ini memiliki semangat yang sama yaitu, mengucapkan rasa syukur dan meluapkan kegembiraan akan datangnya bulan puasa. Di banyak daerah di Indonesia, penduduknya memiliki aneka tradisi unik untuk menyambut bulan Ramadhan. Masyarakat Aceh menyambut bulan penuh berkah ini dengan cara khas, yakni tradisi Meugang(makan daging serentak). Tradisi ini telah melekat sejak era Kesultanan Aceh, sebuah tradisi yang dijalankan Sultan dan Sultanah di wilayahnya menjelang Ramadhan sebagai rasa syukur dan senang menyambut kedatangan bulan suci ini.

Nyadrah yang disebut juga ziarah kubur merupakan tradisi menyambut Ramadhan yang biasa dilakukan masyarakat Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Setiap orang akan berkunjung ke makam keluarga untuk berziarah sambil mendoakan mereka yang sudah meninggal.Tradisi ini diwariskan sejak zaman Wali Songo sebagai bentuk akulturasi Islam dengan budaya Jawa yang masih terpengaruh animisme kala itu. Tradisi ini tak hanya dalam bentuk ziarah, tapi juga dilakukan di masjid atau mushala.

Kegiatan yang rutin dilakukan setiap Ramadhan adalah buka bersama. Misalnya saja, Masjid Istiqlal Jakartasendiri menyediakan 3 ribu makanan buka puasa untuk kaum Muslim setiap harinya selama Ramadhan. Masjid terbesar di Asia Tenggara ini juga menyiapkan sejumlah program menarik lainnya mulai dari kuliah subuh, kuliah dzuhur, shalat tarawih, tadarus dan khataman al-Quran, ceramah agama, qiyamullail, pesantren kilat, peringatan nuzulul Quran, penerimaan dan pembagian

Page 3: Bersama Kafilah Ramadhan 17-18

76

zakat, perayaan malam takbir, hingga pelaksanaan shalat Idul Fitri.

Sejatinya, Ramadhan merupakan bulan untuk memperbaiki diri dan membiasakan diri dengan kegiatan-kegiatan baik dan positif. Salah satu tema yang sangat ditekankan oleh agama adalah menghiasi diri dengan budi pekerti yang baik.Rasulullah Saw dalam khutbah Sya’baniyah bersabda, “Wahai manusia! Siapa yang memperindah akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati shirat(jembatan) pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.” Nilai ucapan ini akan dimengerti oleh orang-orang yang berpuasa, ketika mereka dihimpit rasa lapar dan dahaga, di mana mereka dituntut untuk bersabar dan tetap menjaga perilaku dan sikap.

Manusia yang bisa menjaga perilaku dan sikapnya dari berbagai macam godaan di bulan Ramadhan, tentu saja akan memperoleh pahala atas akhlak mulianya. Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Akhlak mulia akan menghapus dosa-dosa, seperti cahaya matahari yang mencairkan es.” Seseorang kemudian meminta Imam Shadiq as untuk mendefinisikan akhlak mulia itu, beliau lalu berkata, “Akhlak mulia adalah memperlakukan orang asing dengan sopan dan lembut,menjaga ucapan selalu bersih dan diterima oleh masyarakat, serta bersikap ramah dengan saudara seiman.” Pada kesempatan lain, Imam Shadiq as berkata, “Akhlak mulia akan mempermudah pekerjaan.”

Salah satu keinginan orang Mukmin di Hari Kiamat adalahmengharapkan diberi kesempatan untuk duduk bersama Rasulullah Saw. Salah satu cara untuk mewujudkan keinginan tersebut ialah berakhlak mulia dan memiliki perilaku yang baik. Dalam sebuah riwayat Rasul Saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku pada Hari Kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.” Rasul Saw dan Ahlul Bait as selalu mengajak masyarakat untuk berakhlak mulia dan mereka sendiri menjadi teladan utama dalam hal ini.

Diriwayatkan bahwa seseorang meminta Imam Ali as untuk menyebut kesempurnaan akhlak Rasulullah Saw kepadanya. Imam berkata, “Aku ingin engkau lebih dulu menghitung nikmat-nikmat dunia untukku, sehingga aku juga menyebut kesempurnaan akhlak Rasul untukmu.”Orang tersebut lalu menjawab, “Bagaimana aku akan menghitung kesenangan dunia

Page 4: Bersama Kafilah Ramadhan 17-18

77

yang tidak ada habisnya ini?” Mendengar jawaban itu, Imam Ali kemudian berkata, “Allah dalam al-Quran menganggap kesenangan di dunia ini kecil (An-Nisa, ayat 77), tapi mengenai akhlak Rasul, Dia menggunakan kata-kata agung dan berfirman, ‘Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung.’”(Al-Qalam, ayat 4). Imam Ali lalu berkata, “Engkau tidak mampu menghitung kesenangan dunia ini untukku, lalu bagaimana engkau memintaku untuk menghitung sesuatu yang lebih agung dan lebih penting.”

Salah satu berkah Ramadhan adalah persatuan yang tercipta di tengah umat Islam dari belahan bumi timur hingga barat.Seluruh kaum Muslim merasa bahwa Ramadhan telah mendekatkan dan mempersatukan mereka dalam menunaikan salah satu syiar Allah Swt dan kewajiban agama. Di bulan mulai ini,mereka menemukan dirinya sebagai umat yang satu, dan mereka mengaktualisasikan nilai-nilai ikhlas dan penghambaan dalam kehidupan. Masjid-masjid terlihat sesak oleh jamaah shalat dan puasa, kegiatan ibadah dan ritual khusus di bulan ini memberikan sebuah keindahan lain bagi kehidupan kaum Muslim. Semua orang bisa merasakan keindahan dan kegembiraan ini.

Karin, seorang mualaf dari Jerman, juga menikmati nuansa religius dan keindahan ajaran-ajaran Islam lewat ibadah puasa. Dia berkata, “Di sepanjang bulan Ramadhan, semangat persatuan dan solidaritas di tengah kaum Muslim membuat diriku terpana olehnya dan aku juga merasakan hal itu. Aku sangat bahagia karena bisa beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt dan bahkan aku tidak terganggu dengan terik matahari dimusim panas. Aku benar-benar yakin bahwa puasaku diterima oleh Allah, karenaaku merasakan hal itu dengan seluruh wujudku.”

Persatuan kaum Muslim tampak lebih kental di bulan Ramadhan, sebab mereka sama-sama menunaikan ibadah puasa, menahan diri dari makan dan minum pada waktu yang sudah ditetapkan, memenuhi tempat ibadah untuk kegiatan yang sama, dan juga duduk berjajar untuk menikmati hidangan berbuka. Selain itu, Ramadhan juga diyakini oleh seluruh umat Islam sebagai bulan diturunkannya al-Quran, satu-satunya kitab yang menjadi referensi kaum Muslim dan pedoman hidup mereka di setiap waktu dan tempat. Dengan semua keindahan ini, kaum Muslim

Page 5: Bersama Kafilah Ramadhan 17-18

78

harus menjadikan nilai-nilai pemersatu sebagai teladan kehidupan mereka. Keindahanini mengisahkan tentang Islam sebagai agama yang abadi dan universal, sebuah agama yang memperkenalkan para pemeluknya sebagai saudara satu sama lain dan menetapkan keunggulan individu dalam ketakwaan dan kesucian. (IRIB Indonesia/RM)

Page 6: Bersama Kafilah Ramadhan 17-18

79

Bersama Kafilah Ramadhan (18)

Malam ini adalah malam 19 bulan Ramadhan. Kemungkinan malam ini adalah malam lailatul qadr. Malam lailatul qadr adalah salah satu malam sakral dan penuh berkah dalam Islam. Allah Swt mengagungkan malam lailatul qadr dalam al-Quran dan diturunkan satu surat dengan nama al-Qadr. Malam-malam sepanjang tahun, tidak dapat dibandingkan dengan malam lailatul qadr karena kebaikan dan keutamaannya. Malam ini adalah malam diturunkannya al-Quran, malam turunnya malaikat yang juga disebut dengan nama Ruh. Ibadah pada malam lailatul qadr lebih utama dari ibadah di 1.000 malam lainnya. Pada malam itu, akan ditetapkan takdir manusia dalam setahun begitu juga rezeki, usia dan berbagai urusan lain.

Qadr dalam bahasa berarti mengukur, menakar, meletakkan sesuatu pada jumlah tertentu dan dengan cara tertentu. Juga bermakna menyeimbangkan, meletakkan pada jumlah tertentu, pentakdiran dan perencanaan urusan makhluk, dan juga penghukuman dan qadha’ bermakna kadar tertentu berdasarkan maslahat dan hikmah. Maka malam lailatul qadr adalah malam khusus ditetapkannya nasib manusia dan perencanaannya. Oleh karena itulah malam itu dinamakan malam lailatul qadr; karena Allah Swt akan menetapkan dan merencanakan apa saja yang akan terjadi bagi makhluknya dalam satu tahun mendatang, seperti hidup, mati, kebaikan, keburukan, ketaatan, kemunkaran, kebahagiaan, kesedihan, kelapangan, kesempitan, rezeki dan lain sebagainya.

Penjelasan tersebut merupakan inti ayat keempat surat al-Dukhan yang secara gamblang dijelaskan;

فيھا يفرق کل أمر حکيم

Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah

Para fuqaha dan ahli tafsir memiliki berbagai pendapat soal penentuan malam lailatul qadr. Sebagian orang menyebutnya pada malam ke-19, sebagian lain menyebutnya pada malam 21

Page 7: Bersama Kafilah Ramadhan 17-18

80

atau malam ke-23. Adapun di kalangan Ahlussunnah, malam lailatul qadr adalah di malam ke-27.

Terjadinya sebagian peristiwa pada malam tersebut, menunjukkan pentingnya malam lailatul qadr. Imam Ali as pada malam ke-19 bulan Ramadhan, menjadi tamu di rumah putrinya, Ummu Kultsum. Diriwayatkan bahwa Imam Ali as pada malam itu terjaga dan kerap sekali keluar kamar serta menatap ke langit dan berkata, “Demi Allah! Aku tidak berbohong dan tidak dikatakan bohong kepadaku. Inilah malam di mana aku dijanjikan kesyahidan.” Ketika tiba saatnya shalat Subuh, Imam Ali masuk masjid Kufah dan membangunkan mereka yang terlelap di dalam masjid termasuk pembunuhnya, Abdurrahman ibnu Muljam Muradi yang tidur tengkurap, untuk bangun dan menunaikan shalat. Ketika bangun dari sujud pertama, Ibn Muljam mengayunkan pedangnya ke kepala Imam Ali as dan luka sabetan itu sedemikian dalam hingga terbuka sampai pada bagian sujud. Ketika itu Imam Ali as mengucapkan:

بسم و �� رسول مل�ة علی و با�� رسوله و � وعدنا ما ھذا الکعبة رب� و فزت ��

Peristiwa ini bagi umat Syiah menambah nilai penting malam lailatul qadr dan mereka pada malam tersebut, selain melaksanakan amalan mustahab seperti zikir dan pembacaan al-Quran, mereka juga berduka mengenang kesyahidan Imam Ali as.

Rasulullah Saw dalam khutbah di akhir bulan Sya’ban dalam menjelaskan keutamaan bulan Ramadan berkata: “Punggung kalian telah memikul beratnya dosa. Ringankanlah mereka dalam sujud yang panjang.” Orang-orang mukmin sejati, ketika mereka merasakan manisnya ibadah dan munajat, mereka akan merasakan gelora dan sensasi yang luar biasa dalam sujud. Mereka berpendapat bahwa sujud adalah kondisi terdekat manusia di hadapan Tuhannya, dan semakin lama dia bersujud maka semakin dekat dia dengan Allah Swt.

Semakin manusia dekat dengan tanah, maka semakin dekat pula dia dengan Allah Swt. Diriwayatkan bahwa salah satu yang paling dibenci setan adalah lamanya sujud. Karena sujud lama akan merontokkan dosa-dosa sama seperti tiupan angin merontokkan daun-daun pohon. Imam Ja’far as-Sadiq as berkata, “Ketika manusia berada di satu tempat yang tidak ada orang lain yang

Page 8: Bersama Kafilah Ramadhan 17-18

81

melihatnya sujud lama, setan berkata: celakalah aku, anak-anak Adam taat dan bersujud, akan tetapi aku bermaksiat dan menolak [sujud].”

Sujud lama di hadapan Allah Swt, memiliki pengaruh yang luar biasa besar bagi hamba. Jalan pintas paling dekat menuju Allah Swt adalah ketika manusia bersujud atas ketuhanan (rububiyah) Allah Swt dan menunjukkan penghambaannya.

Pada suatu hari, Rasulullah Saw sibuk memperbaiki rumah beliau dan ketika itu seorang laki-laki melintas. Lelaki itu mendekat dan berkata, “Wahai Rasulullah! Aku bisa menukang, apakah Anda memerlukan bantuan?” Rasulullah Saw pun mengijinkan lelaki itu membantu. Setelah pekerjaan selesai, Rasulullah Saw berkata kepada lelaki itu, “Sekarang apa yang kau inginkan sebagai imbalan jerih payahmu?” Lelaki itu langsung menjawab, “Aku menginginkan surga.” Rasulullah Saw sejenak menundukkan kepala dan kemudian menerima permintaannya. Ketika lelaki itu sedang meninggalkan rumah Rasulullah Saw dengan senang hati, Nabi Muhammad Saw memanggilnya dan berkata, “Wahai hamba Allah! Kamu juga harus membantu kami dengan sujud yang lama.”

Sujud adalah satu simbol penghambaan kepada Allah Swt. Sujud secara lahiriyah adalah ketika seseorang bersimpuh ke tanah dan meletakkan keningnya di atas tanah. Namun sesungguhnya kondisi lahiriyah tersebut adalah manifestasi dari kerendahan diri, penghambaan dan penyerahan diri. Dalam riwayat dari Imam Ali as disebutkan, “Sujud fisik adalah meletakkan tujuh titik pada tubuh dengan khusyu’ dan ikhlas ke atas tanah, akan tetapi sujud batin adalah pemisahan dan penjauhan hati dari urusan-urusan fana, dan berpaling menuju tekad terakhir dari urusan kekal, menanggalkan busana takabbur dan riya, serta memutus kecintaan duniawi dan menghiasai diri dengan akhlak kenabian.”

Bulan Ramadhan adalah bulan penerimaan taubat dan kembali kepada Allah Swt. Manusia dapat menyuci batin dan jiwanya pada bulan ini dengan memohon ampunan dari Allah Swt. Para imam maksum berkata, “Dosa-dosa akan diampuni.” Dan ini adalah adalah kabar gembira bagi mereka yang mengalami goncangan dan kalah di hadapan hawa nafsunya. Tidak diragukan lagi bahwa, para pendosa yang menyesali perbuatannya di bulan

Page 9: Bersama Kafilah Ramadhan 17-18

82

berkah Ramadhan ini, dengan mulut berpuasa memohon ampunan dan bertaubat, maka dia akan diampuni.

Diriwayatkan dari Rasulullah Saw, “Pada malam-malam bulan Ramadhan, Allah Swt mengampuni para pendosa sedemikian rupa sehingga hanya Dia yang mengetahui hitungannya, dan di akhir bulan Ramadhan, Allah Swt akan melepaskan dari neraka, seperti apa saja yang telah dikaruniakan-Nya selama satu bulan Ramadan. Maka barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dan menjauhi apa yang diharamkan Allah Swt, maka surga wajib baginya.”(IRIB Indonesia)