Berpikir kritis
-
Upload
mawar-makmaker -
Category
Documents
-
view
19 -
download
0
description
Transcript of Berpikir kritis
Penerapan Berpikir Kritis dalam Kasus Dugaan Penelantaran Pasien yang
Mengakibatkan Kematian
Mawar Makmaker/102013144
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat
E-mail : [email protected]
PENDAHULUAN
Setiap individu pasti membuat keputusan setiap harinya. Disadari atau tidak dalam
menjalankan kehidupan dan aktivitas sehari-hari, kita dituntut untuk membuat keputusan.
Setiap keputusan yang kita ambil tentunya mendatangkan resiko masing-masing. Diharapkan
kita dapat membuat keputusan secara bijak dan meminimalisir resiko negatifnya.
Sebagai seorang dokter, kita tentunya dituntut juga untuk membuat keputusan tentang
tindakan medis apa yang kita berikan pada pasien. Dalam menghadapi permasalahan kita
harus dapat melihat segala kemungkinan-kemungkinan yang ada. Keputusan yang tepat dapat
kita ambil, hanya jika kita mampu berpikir secara kritis dan sesuai dengan nalar. Belajar
berpikir kritis bukan hanya menyangkut apa yang dipelajari, tetapi tentang bagaimana kita
menerima, menilai, menimbang dan memutuskan sesuai dengan aspek yang ada. Setiap
keputusan dan tindakan medis yang kita ambil harus dapat dijelaskan dengan pola pikir
rasional dan disertai dengan alasan-alasan yang dapat diterima akal. [1]
ISI
2.1 Pengertian Berpikir Kritis dan Logika
John Chaffee, Direktur Pusat Bahasa dan Pemikiran Kritis, di LaGuardi Collage City
University of New York, mengatakan bahwa berpikir kritis sebagai berpikir untuk
menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Maksudnya tidak hanya memikirkan
dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaiman kita dan orang lain menggunakan bukti dan
logika. Dimotivasi oleh keinginan untuk menemukan jawaban dan mencapai pemahaman,
pemikir kritis meneliti proses berpikir mereka sendiri dan proses berpikir orang lain untuk
mengetahui apakah proses berpikir mereka masuk akal. Mereka mengevaluasi pemikiran
1
tersirat dari apa yang mereka dengar dan baca, dan mereka meneliti proses berpikir mereka
sendiri saat menulis, memecahkan masalah, membuat keputusan, atau mengembangkan
sebuah proyek. Pemikir kritis secara sistematis menganalisis aktivitas mental untuk menguji
tingkat keandalannya. Mereka tidak menerima begitu saja cara mengerjakan sesuatu hanya
karena selama ini memang begitulah cara mengerjakannya, dan mereka juga tidak
menganggap suatu pernyataan benar hanya karena orang lain membenarkannya. Mereka
meneliti sebuah pertanyaan untuk memastikan pertanyaan tersebut logis dan tidak berasal
dari asumsi yang salah. Pemikir kritis meneliti sebuah dalil untuk melihat apakah dalil
tersebut didukung oleh kebenaran atau merupakan produk kesalahpahaman.[2]
Sedangkan berpikir sesuai nalar atau logika merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan
hukum-hukum pemikiran dalam praktek.Tetapi bukan sembarangan berpikir yang diselidiki
dalam logika. Dalam logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan, ketepatannya. Karena
itu berpikir lurus,tepat merupakan obyek formal logika.Suatu pemikiran disebut lurus, tepat,
apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturan-aturan yang sudah ditetapkan
dalam logika. Kalau peraturan itu ditepati, maka berbagai kesalahan atau kesesatan dapat
dihindari. Dengan demikian kebenaran juga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan lebih
aman. Semua ini menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pegangan atau pedoaman
untuk pemikiran.[3]
2.2 Cara Berpikir Kritis
Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan untuk membantu kita berpikir secara kritis: [4]
1. Apa setepatnya yang dikemukakan:apa pernyataan atau pokok masalah yang hendak
dikemukakan ?
2. Apakah dasar-dasar atau alasan-alasannya? Apakah cukup alasan-alasan ?
3. Bagaimana jalan pikirannya, bagaimana langkah-langkahnya, serta kaitan antara langkah
yang satu dengan langkah yang berikutnya?
4. Apakah pernyataan itu benar? Apa tepat? Pasti?Hampir pasti? Sangat mungkin? Sangat
mungkin tidak benar ?
5. Apakah arti istilah yang digunakan ? Apa maksud di belakang kata-kata yang dipakai itu?
6. Apakah subyek pernyataan tersebut melompat ke suatu kesimpulan yang umum ?
2
7. Apakah ada prinsip yang tidak dengan jelas dirumuskan ?
8. Apakah informasi yang menjadi dasar pernyataan tersebut cukup, benar, dan tepat ?
9. Apa konsekuensi-konsekuensinya ?
10. Jika tidak setuju, apa argumen balasan yang bisa kita kemukakan ?
Selain 10 pertanyaan tersebut, ada juga 8 langkah bagaimana cara agar kita dapat berpikir
kritis yang akan diuraikan sebagai berikut: [2]
1.Apa sebenarmya isu, masalah, keputusan, atau kegiatan yang sedang dipertimbangkan ?
Ungkapkan dengan jelas.
Sebuah masalah atau isu mustahil bisa diteliti sebelum masalah atau isu tersebut
digambarkan dengan jelas. Oleh karena itu, subjek yang diteliti harus dijelaskan
dengan setepat-tepatnya. Mungkin subjek itu berupa sebuah isu. Isu adalah sebuah
topik pelik yang dapat memunculkan perselisihan. Tidak seperti isu, masalah tidak
menyebabkan perselisihan pendapat. Kita sepakat bahwa masalah ada dan suatu solusi
harus ditemukan.
2. Apa sudut pandangnya ?
Sudut pandang, sudut pribadi yang kita gunakan dalam memandang sesuatu, dapat
membutakan kita dari kebenaran. Bahkan, sudut pandang dapat mencemari pikiran
kita sehingga kita dengan sadar menerima alasan yang buruk dan kesimpulan yang
tidak masuk akal dan mempertahankannya. Karena sudut pandang membuat kita
memilih satu posisi tertentu, pemikir kritis berusaha untuk menyadarinya, lalu
menangguhkan pandangan mereka yang penuh prasangka. Mereka berusaha untuk
sementara menangguhkan pilihan sebjektif mereka dan pada saat yang sama dengan
sistematis, mereka melakukan pertimbangan-pertimbangan untuk meningkatkan
pengetahuan dan mendapatkan pemahaman. Pemikir kritis menganalisis dengan hati-
hati, mereka waspada terhadap bahasa manipulatif, logika yang cacat, dan bukti yang
lemah.
3. Apa alasan yang diajukan ?
Sebenarnya kita semua percaya bahwa keyakinan dan tindakan kita didasarkan pada
alasan yang masuk akal. Jika kita berharap untuk membujuk orang lain agar
3
menerima keyakinan kita dan memaafkan tindakan kita, kita harus bersedia
memberikan alasan yang menyakinkan. Sebaliknya, agar kita bisa menerima apa yang
kita baca atau dengar, kita menuntut alasan yang bagus. Kekuatan dari sebuah alasan
bergantung pada konteksnya. Alasan kita bisa berupa penjelasan atas suatu kejadian,
menegaskan sebuah ide umum, atau mengambil bentuk-bentuk lainnya. Tugas
pemikir kritis adalah mengidentifikasi alasan dan bertanya apakah alasan-alasan yang
dikemukakan masuk akal dengan konteknya. Alasan yang bagus didasarkan pada
informasi yang dapat dipercaya dan relevan dengan kesimpulan yang ditarik
sesudahnya.
4. Asumsi-Asumsi apa saja yang dibuat ?
Asumsi adalah ide-ide yang kita terima apa adanya. Kita mengangap asumsi sebagai
kebenaran yang sudah terbukti, dan kita berharap orang lain mau bergabung dengan
kita untuk menerima kebenaran asumsi tersebut. Pemikir yang kritis enggan
memasukkan asumsi dalam argumen yang mereka buat, mereka juga tidak menerima
asumsi yang terdapat dalam materi yang dibuat oleh orang lain. Mortimer Adler,
seorang filsuf terkenal, mengatakan bahwa menerima asumsi sama dengan
melepaskan tanggung jawab untuk membentuk ide kita sendiri. Pengetahuan
didasarkan pada akal dan membawa kita pada kebenaran. Asumsi mengundang
perdebatan. Asumsi baru bisa diterima apabila jelas, logis, dan didasarkan pada
pengalaman yang luas. Semakin sedikit asumsi yang kita buat dalam diskusi, semakin
besar kemungkinan diskusi tersebut mencapai kesepakatan. Pemikir kritis
menyalahkan asumsi karena melemahkan argumen. Pemikir kritis, mempertanyakan
asumsi sebagai sarana untuk menggantikan asumsi tersebut dengan kebenaran baru.
5. Apakah bahasanya jelas ?
Pemikir kritis berusaha untuk memahami. Dalam mencari makna mereka sangat
memperhatikan kata-kata. Mereka senantiasa ingat bahwa kata-kata membentuk ide,
karena itu pemikir kritis harus terus-menerus memeriksa bahasa mereka sendiri dan
bahasa orang lain
6. Apakah alasan didasarkan pada bukti-bukti yang menyakinkan ?
Bukti adalah informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Kita mengajukan bukti
khususnya untuk menjelaskan tuntutan, untuk memperkuat generalisasi, untuk
4
membedakan pengetahuan dengan keyakinan, untuk mendukung sebuah kesimpulan,
atau untuk membuktikan sebuah pendapat. Kita mencari bukti dari apa yang kita
dengan atau baca. Tentu saja bukti bisa membuktikan sebuah kasus atau juga bisa
tidak. Efektivitasnya bergantung pada apakah bukti tersebut dapat dipercaya atau
tidak. Bukti yang dapat dipercaya berasal dari pengalaman pribadi, pengalaman orang
lain, dari perkataan para ahli, dan dari data statistika yang akurat. Apapun sumbernya,
bukti bisa disajikan dalam berbagai cara, seperti dalam bentuk contoh, kutipan,
deskripsi, atau daftar bukti. Tugas dari pemikir kritis adalah menilai bukti. Bukti yang
kuat menyakinkan kita bahwa, setidaknya sampai informasi baru muncul untuk
mengubah pemikiran kita.
7. Apa kesimpulannya ?
Langkah-langkah efektif untuk menentukan apakah sebuah kesimpulan dibenarkan
termasuk pertama, mengidentifikasi setiap alasan yang disampaikan untuk
mendukung kesimpulan tersebut, kemudian menanyakan apakah alasan-alasan yang
diberikan benar-benar kuat, dan yang terakhir menanyakan apakah kesimpulan yang
diambil sesuai dan konsisten dengan alasan yang mendasarinya. Sebuah alasan yang
keliru membuat kesimpulan menjadi lemah, begitu juga alasan yang tidak relevan.
8. Apakah implikasi dari kesimpulan-kesimpulan yang sudah diambil ?
Kesimpulan yang menyangkut persoalan pribadi maupun publik hampir selalu
memiliki efek samping yang tidak diharapkan. Karena mudah sekali melupakan
konsekuensi dari kesimpulan yang sudah diambil, maka penting untuk bertanya : “
Mengapa kesimpulan ini penting ?Efek apa yang akan ditimbulkan pada orang ?”.
Sebelum menerima sebuah kesimpulan, pemikir kritis berusaha untuk memprediksi
dan mengevaluasi efek samping yang mungkin timbul. Seandainya pemikiran yang
kritis mengindikasi bahwa kesimpulan yang diambil tidak akan merugikan, pemikir
kritis mungkin akan memakainya.
Selain dua hal di atas kita juga dapat mengajukan 3 pertanyaan dasar yang meliputi:[4]
1. Apa yang terjadi sesungguhnya?
2. Apa yang dapat dan tidak dapat saya ketahui ?
3. Apa yang semestinya saya lakukan ?
5
2.3 Hukum Dasar penyimpulan
Penyimpulan adalah suatu kegiatan manusia yang tertentu. Dalam dan dengan kegiatan itu ia
bergerak menuju ke pengetahuan yang baru, dari pengetahuan yang telah dimilikinya dan
berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya itu. Sehubungan dengan ini baiklah diberikan
hukum-hukum yang berlaku untuk segala macam penyimpulan, yang dijabarkan sebagai
berikut: [3]
Jika premis-premis benar, maka kesimpulan juga benar.
Jika premis-premis salah, maka kesimpulan dapat salah, tetapi dapat juga benar.
Jika kesimpulan salah, maka premis-premis juga salah.
Jika kesimpulan benar, maka premis-premis dapat benar, tetapi juga dapat salah.
Dengan ini mau dikatakan bahwa:
Jika premis-premis benar, tapi kesimpulan salah, maka jalan pikirannya ( bentuknya )
tidak lurus.
Jika jalan pikiran ( bentuknya ) memang lurus, tetapi kesimpulannya tidak benar,
maka premis-premisnya salah. Dari salahnya kesimpulan dapat dibuktikan salahnya
premis-premis.
2.4 Prosedur Standar Penanganan Medis
Standar layanan Kesehatan merupakan bagian dari layanan kesehatan itu sendiri
dan memainkan peranan yang penting dalam mengatasi masalah mutu layanan
kesehatan. Jika suatu organisasi kesehatan ingin menyelenggarakan layanan kesehatan
yang bermutu secara taat asas atau konsisten, keinginan tersebut harus dijabarkan
menjadi suatu standar layanan kesehatan. Secara luas, pengertian standar layanan
kesehatan ialah suatu pernyataan tentang mutu yang diharapkan, yaitu akan
menyangkut masukan, proses dan keluaran (outcome) sistem layanan kesehatan.
Standar layanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu
layanan kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang
terlibat dalam layanan kesehatan akan terkait dalal suatu sistem, baik pasien, penyedia
layanan kesehatan, penunjang layanan kesehatan, ataupun manajemen organisasi
layanan kesehatan, dan akan bertanggung gugat dalam melaksanakan tugas dan
perannya masing-masing. Standar, indikator dan angka nilai ambang batas menjadi
unsur-unsur yang akan membuat jaminan mutu layanan kesehatan itu dapat diukur,
6
objektif dan bersifat kualitatif. Dikalangan profesi layanan kesehatan sendiri, terdapat
berbagai definisi tentang standar layanan kesehatan. Kadang-kadang standar layanan
kesehatan itu diartikan sebagai protokol, standar prosedur operasional (SPO) dan
petunjuk pelaksanaan.[5]
2.5 Pembahasan Skenario
Skenario D
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia ( YLKI ) dan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
( LBHI ) menuntut seorang dokter di sebuah rumah sakit ternama atas tuduhan malpraktik.
Dokter tertuduh diduga menelantarkan seorang pasien gagal jantung yang meninggal dunia
karena komplikasi. Pasien itu kebetulan adalah pasien tidak mampu yang hidup tanpa
jaminan asuransi kesehatan. Pasien tersebut adalah juga kepala keluarga denagn dua orang
anak yang masih kecil. Kebetulan pasien itu hidup di lingkungan yang tidak sehat ( padat
penduduk ) dan punya kebiasaan yang juga tidak sehat ( merokok ). Berdasarkan diagnosa
medis, si pasien mengalami kelainan jantung sejak muda. Berdasarkan rekam jejak di rumah
sakit itu, dokter yang bersangkutan juga memiliki kebiasaan sering pergi parktik ke rumah
sakit lain yang lebih menguntungkan. Meskipun demikian, catatan rumah sakit menunjukkan
bahwa di awal penangan kasus ini dokter tertuduh telah bertindak sesuai dengan prosedur
tetap emergency.
Sebagai seorang cardiolog yang juga menjabat di Ikatan Dokter Indonesia ( IDI ), Anda
diminta memberikan opini sebagai ahli dalam kasus ini. Kebetulan dokter yang bersangkutan
adalah sahabat karib Anda ketika mahasiswa.
Dari skenario di atas, pokok permasalahan yang ada adalah dokter diduga menelantarkan
pasien yang menyebabkan kematian. Dari pokok permasalahan ini ada dua opini yang akan
terbentuk yaitu opini kita sebagai pribadi seutuhnya dan opini ahli sebagai dokter.
7
Dokter menelantarkan pasien yang mengakibatkan kematian
Opini Pribadi
Opini ahli sebagai dokter
Menguraikan persoalan berdasarkan hukum dasar penyimpulan
Menyelidiki persoalan
berdasarkan pedoman 10 pertanyaan
kritis
Mengajukan 3 pertanyaan
dasarProsedur Standart
Penanganan Medis Menyusun
sillogisme hipotesis dari
kasus yang ada
Menyusun opini baik sebagai ahli/pribadi
mengenai kasus dan menggunakan
kaidah baku penulisan ilmiah
Analisis Kasus
1.Opini Pribadi
Opini pribadi ini terbentuk dikarenakan kita adalah sahabat dari dokter yang diduga
menelantarkan pasien tersebut. Untuk dapat mengambil keputusan yang bijak yang perlu kita
lakukan adalah sebagai berikut :
Mengajukan 3 pertanyaan dasar
a) Apa yang terjadi sesungguhnya
8
Disini kita harus menyelidiki dan mengamati dengan benar, apa yang sesungguhnya
terjadi dalam kasus ini. Dari kasus ini yang sungguh terjadi adalah seorang dokter
dituntut atas tuduhan malpraktik, dokter lebih mengutamakan pasien yang mampu
terlebih dahulu dibandingkan dengan yang tidak mampu. Hal ini dibuktikan dengan
pasien yang di duga ditelantarkan tersebut adalah pasien tidak mampu dan tidak
memiliki jaminan asuransi kesehatan. Selain itu, akibat dari dugaan penelantaraan
yang dilakukan oleh dokter yang bersangkut, menyebabkan hilangnya nyawa pasien.
b)Apa yang dapat dan tidak dapat saya ketahui
Hal yang tidak diketahui adalah riwayat kesehatan pasien. Dituliskan bahwa pasien
memiliki kebiasaan merokok, padahal pasien memiliki kelainan jantung sejak muda.
Jadi sebenarnya kasus ini juga belum tentu merupakan kasus malpraktik karena pasien
memang memiliki kebisan merokok, sedangkan dia menderita kelainan jantung.
Sehingga mungkin saja kematian pasien disebabkan oleh kesalahan pasien sendiri
yang tidak mau menjaga kesehatan dan mengubah kebiasan buruknya merokok.
Diketahui juga bahwa dokter juga telah bertindak sesuai dengan prosedur tetap
emergency.
a) Apa yang semestinya saya lakukan
Yang semestinya kita lakukan pertama-tama adalah menasehati dokter yang
bersangkutan untuk mengatakan sejujurnya apa yang terjadi, apakah benar ia
menlantarkan pasien atau tidak, karena dokter yang bersangkutan adalah sahabat kita.
Jika memang cara tersebut tidak berhasil, maka kita harus tetap bertindak sesuai
dengan aturan dan hukum-hukum yang ada. Sebelumnya, kita juga harus melakukan
invertigasi lebih lanjut tentang data-data medis pasien yang meninggal sehingga kita
bisa mengetahui penyebab dari kematian pasien. Dalam hal ini kita harus bersikap
seobjektif mungkin, walaupun dokter yang bersangkutan adalah sahabat kita sendiri,
kita tidak boleh melindungi kesalahannya. Intinya kita harus menindak sesuai dengan
bukti yang ada.
Menyelidiki persoalan dengan pedoman 10 pertanyaan kritis.
2. Opini Ahli sebagai Dokter
Opini ahli sebagai dokter ada karena kita adalah seorang cardiolog yang menjabat di Ikatan
Dokter Indonesia. Disini diperlukan pendapat kita yang seobjektif mungkin tentang kasus ini.
9
Opini yang dapat kita kemukakan adalah tentang prosedur standart penanganan medisnya.
Hal tersebut meliputi :
Menangani pasien sesuai prosedur standart penangan yang ada.
Tidak boleh membedakan pasien berdasarkan status ekonomi, setiap pasien diposisi
keadaan yang sama harus mendapatkan penangan yang sama pula. Sangat jelas dalam
kasus ini bahwa dokter tersebut sangat materealisme dalam menangani pasien.
Mengutamakan pasien emergeny.
Tahu tanggung jawab dan tugas sebagai seorang dokter.
Kepentingan pasien diatas kepentingan sendiri
Bersikap profesional.
3. Menguraikan persoalan menggunakan hukum dasar penyimpulan.
4. Menyusun sillogisme hipotesa dari kasus yang ada.
5. Menyusun opini baik sebagai ahli atau pribadi mengenai kasus dan menggunakan kaidah
baku penulisan ilmiah
KESIMPULAN
Setelah menganalisis kasus berdasarkan opini pribadi, opini ahli sebagai dokter, dan
menggunakan hukum dasar penyimpulan, dari kasus yang ada dapat disimpulkan bahwa,
dokter yang bersangkutan memang telah menelantarkan pasiennya yang mengakibatkan
kematian. Walaupun dokter tersebut telah menangani sesuai dengan prosedur penangann
emergeny, namun penanganan yang diberikan terlambat. Selain itu dokter juga bersifat
materialisme, terbukti dokter tersebut sering pergi ke rumah sakit lain yang lebih
menguntungkan. Jadi, dokter tersebut bersalah dan terbukti melakukan malpraktik dengan
menelantarkan pasien sehingga mengakibatkan kematian. Pasien merupakan pasien tidak
mampu dan tidak memiliki jaminan asuransi.
Dalam mengambil keputusan kita harus menyikapi dan berpikir secara kritis, sehingga
keputusan yang kita ambil dapat menjadi keputusan yang terbaik. Setiap permasalahan yang
ada harus kita harus dapat melihat setiap kemungkinan-kemungkinan yang ada. Belajar
berpikir kritis bukan hanya menyangkut apa yang dipelajari, tetapi tentang bagaimana kita
menerima, menilai, menimbang dan memutuskan sesuai dengan aspek yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
10
1. Mara RR. Pengantar logika. Jakarta: Grasindo; 2007.h.86-8.
2. Johnson EB. Contextual teaching and learning: what it is and why it’s here to stay.
California: Corwin Press; 2002.h 190-201.
3. Lanur A. Logika selayang pandang. Jogja: Kanisius; 2002.h. 7-8, 39-40.
4. Poespoprodjo W, Gilarso EK. Logika ilmu menalar. Bandung: Pusat Grafika; 1999.h.
30.
5. Pohan IS. Jaminan mutu layanan kesehatan. Jakarta: EGC; 2007.h.28-30.
11