BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

35
i BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- GOTA PADUAN SUARA DI GEREJA KRISTEN INDONESIA (GKI) SALATIGA TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Teologi memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai Gelar Sarjana Sains Ilmu Teologi (S.Si-Teol) Program Studi Teologi Oleh: Maldin Tita 712013098 FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA 2019

Transcript of BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

Page 1: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

i

BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG-

GOTA PADUAN SUARA DI GEREJA KRISTEN INDONESIA

(GKI) SALATIGA

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Fakultas Teologi

memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai

Gelar Sarjana Sains Ilmu Teologi (S.Si-Teol)

Program Studi Teologi

Oleh:

Maldin Tita

712013098

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

2019

Page 2: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

ii

Page 3: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

iii

Page 4: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

iv

Page 5: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

v

Page 6: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

vi

MOTTO

Maju Pantang Mundur

Kemudian Kalem Berusaha menentramkan hati bangsa itu,

dihadapan Musa katanya, “Tidak, kita akan maju menduduki

negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya.

(Bilangan 13 : 30)

Page 7: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan karena atas kasih dan sayang-Nya kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “BERN-

YANYI SEBAGAI BENTUK SPIRITUALITAS ANGGOTA PADUAN SUARA

DI GEREJA KRISTEN INDONESIA (GKI) SALATIGA”. ini dengan baik.

Perjalanan panjang telah penulis lalui dalam rangka perampunagn penulisan tugas

akhir ini. Banyak hambatan yang dihadapi dalam penyusunannya, namun brkat

kehendak-Nyalah sehingga penulis berhasil menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh

karena itu, dengan penuh kerendahan hati, dan pada kesempatan ini kiranya penu-

lis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua, papa Semuel Tita dan mama Martha Tita/Loupatty, dan

kedua kakak tercinta Magreth Tita, Rehnato Tita dan adik tercinta Loisa Tita

serta keluarga besar Tita dan Loupatty.

2. Dr. David Samiyono, M.T.S., M.S.L.S selaku Dekan Fakultas Teologi UKSW Salati-

ga.

3. Pdt. Izak.Y.M. Lattu,. Ph.D selaku dosen wali dan sekaligus dosen pembimbing yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan selama penyusunan tugas

akhir.

4. Para pegawai tata usaha serta seluruh jajaran Dosen dan staf Fakultas Teologi UKSW,

terima kasih untuk bantuan dan informasi yang diberikan selama penulis menempuh

studi di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Kiranya Tuhan

memberkati kalian dengan berkat yang selalu melimpah.

5. Pembimbing Voice of SWCU, Juanita Theresia Adimurti. S.Sn., M.Pd, serta

pelatih Eriyani Tenga Lunga, S.Mus dan Yulius Istarto, S.Sn.,M.Pd. yang telah

mengajarkan banyak hal tentang musik dan bernyanyi.

6. Pelatih Vocal Group Lentera kasih UKSW, Bagus Gangsar Wibisono yang biasa di

sapa om BG atau mas BG, terima kasih telah menerima dan membimbing dalam berla-

tih VG.

7. Ketua majelis jemaat, pendeta jemaat serta staf GKI Salatiga yang telah menerima

penulis untuk berpenelitian dan terima kasih untuk informasi yang diberikan.

8. Pelatih paduan suara GKI Salatiga serta anggotanya, terima kasih telah mengi-

jinkan penulis untuk berproses bersama dalam berpaduan suara.

Page 8: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

viii

9. Anggota Voice of SWCU dan VG Lentera Kasih telah berproses bersama da-

lam bernyanyi.

10. Pelatih paduan suara Ekklesia Madrigal dan anggota-anggotanya terima kasih

telah berproses dan sharing dalam musik bersama serta menemani kekosongan

dan kegundahan dalam pengerjaan tugas akhir ini.

11. Bapak kos putri Cemara 2 no 41, pak Subandi yang telah menerima penulis

untuk tinggal selama berada di Salatiga serta teman-teman kos yang bersahabat.

Akhir kata, penulis berharap penulisan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca sekalian. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati.

Salatiga, 28 Oktober 2019

Maldin Tita

Page 9: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

ix

Abstrak

Tujuan dari ditulisnya jurnal ini adalah untuk mendeskripsikan penelitian

yang berjudul “Bernyanyi Sebagai Bentuk Ekspresi Spiritualitas Anggota Paduan

Suara di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Salatiga”. Penilitian ini berupaya untuk

mendeskripsikan bahwa paduan suara memiliki peranan penting terhadap

peningkatan spiritual dan mempunyai peran penting terhadap ibadah.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan menggunakan pendekatan yang

ditawarkan oleh Santo Agustinus sebagai landasan pikiran untuk mengkaji

penilitian ini agar tetap fokus terhadap spiritualitas dan paduan suara. Dalam

proses penilitian ini juga penulis menggunakan penilitian kualitatif. Data-data

yang penulis dapatkan dari hasil wawancara,buku,jurnal dan situs.

Dari hasil penilitian ini penulis menyimpulkan apa yang dikatakan oleh

Santo Agustinus bahwa seorang yang bernyanyi dengan baik sama dengan berdoa

dua kali. Pernyataan ini sangat sesuai dengan apa yang terjadi dan yang dialami

oleh anggota PS di GKI Salatiga, karena jika telah membawakan suatu pujian

dengan baik, ada perasaan senang dan damai yang di dapatkan. Spiritualitas

bertumbuh dan meningkat jika anggota PS di GKI Salatiga telah bernyanyi

dengan baik. Paduan suara sangat berperan penting juga didalam ibadah, karena

tanpa suatu nyanyian maka suatu ibadah akan terkesan hampa dan monoton.

Penulis menyarankan kepada pra anggota paduan suara agar selalu bernyayi

dengan sepenuh hati dan tidak berhenti belajar teknik bernyanyi di dalam paduan

suara, karena teknik akan di butuhkan untuk membawa jemaat mengerti alur dan

makna lagu yang dinyanyikan.

Kata kunci : Bernyanyi, Spiritualitas, Paduan suara, GKI Salatiga

Page 10: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

x

DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………..………….. i

LEMBARAN PENGESAHAN …………………………………….....……….ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ………………………………………….iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ……………………...…..………. iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……………….....…….……..v

MOTTO …...……………..…………………………………….……..................vi

KATA PENGANTAR … …...………………...........….……………………….vii

ABSTRAK ……………………………..…….……………….……....................ix

DAFTAR ISI ……………………….......……………..……...………...……... x

PENDAHULUAN ……………………...…………..……………..….......1

Teori Spiritualitas ………………………………………..…...………....6

Musik Vokal dan Paduan Suara ………………………………….....…9

Hasil Penilitian………………………...…………………......................11

Sejarah GKI Salatiga …..…………………….……………………….….11

Sejarah Paduan Suara di GKI salatiga ...……………......……...……...…12

Respon Anggota Paduan di GKI salatiga Terhadap Paduan suara…...…..14

Analisa Data ………...…………………………………………………. 17

Paduan Suara Sebagai sarana Meningkatkan Spiritualitas

Anggota Paduan suara …..………………...………………….………….18

Peran Paduan Suara dalam Ibadah di GKI Salatiga ………………….….20

Kesimpulan dan Saran ………………………………………………...21

Daftar Pustaka …………………………………………………………24

Page 11: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

1

“Bernyanyi Sebagai Bentuk Ekspresi Spiritualitas

Anggota Paduan Suara di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Salatiga”

Latar belakang

Dalam jemaat GKI Salatiga (Gereja Kristen Indonesia Salatiga) terdapat

berbagai macam kegiatan yang dapat menumbuhkan spriritualitas dari jemaat

misalnya; pelatihan musik, reetret, lomba cerdas cermat Alkitab, ibadah dan lain

sebagainya.salah satu contoh kegiatan yang sanagt berperan penting dalam

penumbuhan iman dan spiritual jemaat adalah ibadah. Ibadah adalah salah satu

kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang percaya, terkhususnya

umat Kristen. Ibadah menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah

suatu perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan

mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.1 Menurut Paul W. Hoon,

Ibadah Kristen adalah penghayatan diri Allah sendiri dalam Yesus Kristus dan

tanggapan manusia terhadapnya, atau suatu tindakan ganda: yaitu, tindakan Allah

kepada jiwa manusia dalam Yesus Kristus dan dalam tindakan tanggapan manusia

melalui Yesus Kristus.2 Ibadah itu sendiri terbagi atas dua yakni Ibadah umum

dan Ibadah pribadi. Ibadah umum merupakan Ibadah yang dipersembahkan

jemaat yang berkumpul bersama di dalam suatu persekutuan yang disebut

persekutuan Kristus, sedangkan Ibadah pribadi merupakan ibadah yang dilakukan

oleh masing-masing pribadi setiap orang.

Di gereja GKI Salatiga sendiri sering mengadakan ibadah umum. Ibadah

umum dilakukan ada berbagai ibadah umum yakni Ibadah Minggu, Ibadah

Sekolah Minggu, Ibadah Remaja, Ibadah Pemuda, Ibadah Lanjut Usia dan lain

sebagainya setiap minggunya. Adapun juga Ibadah hari-hari besar Gerejawi

seperti Ibadah Rabu Abu, Ibadah Kamis Putih, Ibadah Jumat Agung, Ibadah

Paskah, Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus, Ibadah keturunan Roh Kudus, dan Ibadah

Natal. Bukan hari-hari besar Gerejawi saja, hari-hari besar Nasional juga di

1 https://kbbi.web.id/ibadah (diakses pada 27 Juli 2017, pukul 02.13 WIB). 2 James F White, Introduction to Christian Worship/Pengantar Ibadah Kristen, Terjemahan. Liem

Sien Kie (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2002), 7.

Page 12: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

2

peringati dalam Ibadah, seperti Ibadah dalam memperingati lahirnya Pancasila,

Ibadah kemerdekaan RI 17 Agustus dan lain sebagainya.

Pada Ibadah Minggu dan hari-hari besar gerejawi dan Ibadah nasional

terdapat Paduan Suara yang terlibat di dalam ibadah tersebut. Paduan Suara yang

terlibat biasanya berasal dari Paduan Suara gabungan (misalnya : PS Cantata

Natal), paduan suara lanjut usia, paduan suara remaja dan pemuda. Paduan Suara

yang akan tampil disusun dalam liturgi ibadah jemaat pada hari minggu. Adapun

juga paduan suara dari luar jemaat GKI Salatiga yang memberitahukan satu

minggu sebelum ibadah diterima dengan baik oleh jemaat GKI Salatiga.

Paduan suara menekankan spiritualitas pada segi kebersamaan yang

dimana berbeda segala karakter menjadi satu paduan, berbeda jenis suara menjadi

satu harmoni. Bukan saja berarti ikut dalam paduan suara hanya untuk

menonjolkan diri kepada yang lain, melainkan seorang dengan yang lain harus

lebih memahami sapaan Allah melalui wajah sesama mereka, memaknai setiap

alur nada, penggalan kata yang di syairkan dalam sebuah lagu.

Hal yang juga harus di hayati oleh setiap orang yang menjadi bagian dari

paduan suara itu sendiri adalah bahwa dirinya menyanyi untuk melayani dan

memuliakan Tuhan. Fungsi paduan suara dalam ibadah itu sendiri adalah;

Pertama memberitakan Firman Tuhan melalui persembahan pujian. Seperti yang

dikatakan dalam Mazmur 92: 2-3, “Adalah baik menyanyikan syukur bagi Tuhan

untuk memberitakan kasih setia Tuhan” yang artinya salah satu fungsi paduan

suara adalah memberitakan firman melalui nyanyian. Di GKI Salatiga setiap

ibadah memiliki tema pemberitaan Firman. Jika diperhatikan setiap ibadah

minggu keseluruhan unsur dalam ibadah (nyanyian, doa, pembacaan firman,

khotbah dsb) akan mendukung tema ibadah minggu itu. Karena itu persembahan

pujian yang dinyanyikan oleh paduan suara pun harus mendukung tema tersebut.

Dengan demikian Firman Tuhan juga dapat disampaikan melalui persembahan

pujian. Kedua, menopang dan membimbing jemaat untuk bernyanyi.3 Perlu

diketahui, paduan suara dapat memandu jemaat dalam bernyanyi, seperti yang

dilakukan jemaat GKI Saltiga dalam suatu ibadah natal, paskah, dan ibadah yang

3 Kayu Putih, GKI. ”Paduan Suara Dalam Kebaktian”. http://www.gkikayuputih.or.id/paduan-suara-dalam-kebaktian/ (diakses pada 03 September 2017, pukul 12.20 WIB).

Page 13: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

3

lainnya. Paduan suara itu sangat membantu jemaat untuk dapat bernyanyi dan

menyanyikan setiap nyanyian jemaat dengan baik. Paduan suara yang menebarkan

semangat yang baik atau energi positif terhadap jemaat dan jemaat juga akan

merasakan pantulan energi dari paduan suara itu sendiri. Disini juga diperlukan

eksperesi atas ekspetasi lagu atau nyanyian jemaat yang dinyanyikan. Dibutuhkan

juga latihan yang teliti agar dapat membantu memuliakan nama Tuhan dalam

ibadah dengan baik.

Partisipasi dalam paduan suara juga adalah salah satu cara untuk

menyatakan iman serta mengekspresikan spiritualitas seseorang kepada Tuhan.

Bukan saja dengan menjadi lektor, atau menjadi pendeta, penatua, diaken dan lain

sebagainya. Bergabung dalam suatu komunitas paduan suara dapat mencerminkan

suatu spritualitas yang baik, bahkan dapat menyembuhkan spiritual yang dulunya

buruk dengan Tuhan dan tanpa disadari energi positif yang dapat dipancarkan

kepada jemaat juga dapat menyembuhkan spiritual dari jemaat yang

mendengarkan pujiannya. Paduan suara juga berfungsi untuk mendekatkan yang

jauh dengan Tuhan, dan mempererat kedekatan yang dekat dengan-Nya.

Paduan suara ada sudah sejak zaman perjanjian lama dan perjanjian baru.

Pada perjanjian lama dalam 1 Tawarikh 6:31-32, 1 Tawarikh 23:5, 25:1-8 terdapat

kelompok penyanyi menjalankan tugas pujian untuk disampaikan menjadi bagian

dalam ibadah di rumah Tuhan, bahkan menempati kedudukan khusus dalam

ibadah (1 Taw 6:31, 2 Taw 5:11-13). 4

Dalam Perjanjian Baru, secara rinci tidak disebut paduan suara. Yang

dapat dicatat adalah nyanyian-nyanyian dan puji-pujian sebagai suatu aktivitas

yang lazim dalam ibadah jemaat (Rom. 15:9; Ef. 5:19; Yak. 5:13). Selain itu,

beberapa nyanyian yang sudah dikenal adalah Magnificat atau nyanyian pujian

Maria (Luk. 1:46-55); Benedictus atau nyanyian pujian Zakharia (Luk. 1:68-79);

dan Hymn yang dinyanyikan Simeon (Luk. 2:29-32). Rasul Paulus kepada jemaat

di Kolose menyebutkan tiga macam nyanyian yang harus dipakai jemaat untuk

bersyukur dan menyikapi hidup dalam persekutuan selaku orang-orang yang

beriman, (Kol. 3:16). Yesus juga dalam pelayanan-Nya menaikkan puji-pujian

4 Kayu Putih, GKI. ”Paduan Suara Dalam Kebaktian”. http://www.gkikayuputih.or.id/paduan-suara-dalam-kebaktian/ (diakses pada 03 September 2017, pukul 12.20 WIB).

Page 14: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

4

bersama dengan para murid; barangkali bersama para pengikutnya juga?

(Mar. 14:26). Paulus dan Silas dengan nyanyian bersaksi tentang kebenaran

Tuhan dalam Yesus Kristus, membuat kepala penjara bertobat dan mengakui

Yesus adalah Juruselamat (Kis. 16:25).5

Puji-pujian dalam ibadah dalam kelompok penyanyi atau paduan suara

tersebut harus dipersiapkan dengan baik, sesuai dengan peraturan dan telah

dilatih. Puji-pujian yang disampaikan merupakan ekspresi iman dan spiritual,

bukan hanya sekedar keindahan. Menyanyikan puji-pujian tidak hanya dengan

mulut dan wajah yang menyanyi, tetapi hati dan jiwa harus menyatu dengan lagu.

Rasul Paulus dalam 1 Kor. 14:15 mengatakan, "Aku akan menyanyi dan memuji

dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku."

Dengan nyanyian iman orang percaya akan dikuatkan dan semakin bertumbuh di

dalam kasih Kristus. Dengan nyanyian banyak jiwa yang datang bertelut kepada

Tuhan dan mengaku Yesus Kristus adalah Juruselamat. Dengan paduan suara

sebagai alat, maka nyanyian -nyanyian indah akan tetap berkumandang di hati

jemaat Tuhan.

Alasan penulis mengambil judul “Bernyanyi Sebagai Bentuk Ekspresi

Spiritualitas Anggota Paduan Suara di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Salatiga”

dilihat dari banyaknya jemaat yang ikut partisipasi di dalam paduan suara yang

ada di GKI Salatiga dan peran serta dalam mengambil bagian dalam peribadahan

di gereja, maka penulis memiliki suatu asumsi bahwa paduan suara yang ada di

jemaat GKI Salatiga memiliki suatu kekayaan nilai spiritualitas yang perlu di kaji

lebih dalam lagi, agar dapat di ketahui kekayaan nilai spiritualitasnya.

Berdasarkan latar belakang diatas maka judul yang saya ambil adalah

“Bernyanyi Sebagai Bentuk Ekspresi Spiritualitas Anggota Paduan Suara di

Gereja Kristen Indonesia (GKI) Salatiga”

Judul di atas bermaksud untuk menjelaskan bahwa ada banyak cara untuk

jemaat dapat mengekspresikan spiritualitas salah satu cara seseorang untuk

bagaimana mereka dapat mengekspresikan spritualitas mereka kepada Tuhan

5 Rohani Siahaan “Paduan Suara Dalam memperkuuh Spiritualitas Dan Memberi

kontribusi bagi ibadah jemaat”. Jurnal Jaffray, Sekolah Tinggi Theologia 2014. (diakses

25 juli 2018, pukul 11.46 WIB).

Page 15: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

5

lewat Paduan Suara. Paduan suara juga dapat membantu meningkatkan

spiritualitas jemaat melalui nyanyian yang dibawakan didalam ibadah.

Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian ini mengangkat beberapa

pertanyaan penting yaitu apakah Paduan Suara dapat menjadi sarana

meningkatkan Spiritualitas Anggota Paduan Suara di GKI Salatiga? dan

bagaimana peranan paduan suara dalam ibadah di Gereja Kristen Indonesia (GKI)

Salatiga sebagai bentuk ekspresi spiritualitas setiap anggota paduan suara.

Berdasarkan pertanyaan penting dia atas, maka tujuan dari penilitian adalah

mendeskripsikan paduan suara sebagai sarana menumbuhkan dan meningkatkan

spiritualitas anggota paduan suara GKI Salatiga serta mendeskripsikan peranan

paduan suara dalam ibadah di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Salatiga sebagai

bentuk ekspresi spiritualitas setiap anggota paduan suara. Manfaat dari penilitian

ini diharapkan dapat mengembangkan penilitian di bidang sipiritualitas dan

paduan suara (Musik Gerejawi) khususnya berkaitan dengan paduan suara di GKI

Salatiga dan juga di harapkan menghasilkan suatu sumbangan pemikiran bagi

Jemaat GKI Salatiga agar dapat menjaga dan melestarikan nilai Spiritualitas yang

selama ini sudah turun temurun. Penilitian ini juga diharapkan dapat

memperbanyak serta memperkaya pengetahuan kita tentang paduan suara dan

dapat mengoptimalkan talenta-talenta suara yang dikaruniakan oleh Tuhan agar

dapat menolong jemaat untuk lebih menghayati makna imannya saat kebaktian di

Gereja.

Pada penilitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Metode ini

digunakan karena penulis dapat memberikan informasi atau hasil yang lebih

mendetail. Kata Metode menunjuk pada teknik yang digunakan dalam penilitian

seperti survei, wawancara dan observasi. Penilitian kualitatif tidak menekankan

pada kuantum atau jumlah, jadi lebih menekankan pada segi kualitas secara

alamiah karena menyangkut pengertian, konsep, nilai serta ciri-ciri yang melekat

pada obyek penilitian lainnya.6

Secara umum metode penilitian didefinisikan sebagai suatu kegiatan

ilmiah yang terencana, terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu baik

praktis maupun teoritis. Secara definisi, penelitian kualitatif adalah suatu

6 H. Kaelan, M.S. “Metode Penilitian Kualitatif Interdesipliner” Yogyakarta: Paradigma, 2012), 4.

Page 16: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

6

penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks

sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang

mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.7

Penilitian kualitatif ini dituangkan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah. 8Alasan penulis memilih pendekatan

kualitatif ini karena penulis ingin berusaha memberikan suatu penjelasan dan

gambaran tentang alasan jemaat GKI Salatiga menggunakan paduan suara sebagai

suatu sarana untuk mengekspresikan spiritualitas mereka dan agar dapat dipahami

lebih dalam oleh jemaat GKI Salatiga dan kepada setiap individu yang ingin

bergabung dalam suatu paduan suara bukan hanya untuk menonjolkan

kemampuan tetapi untuk meningkatkan nilai spiritualitas mereka. Dalam

penilitian yang akan menjadi informan adalah anggota paduan suara Gereja

Kristen Indonesia (GKI) Salatiga. Pengambilan data yang dilakukan dengan

observasi terhadap paduan-paduan suara yang terlibat di GKI Salatiga. Teknik

observasi yang penulis pakai yaitu observasi secara langsung dan observasi

partisipasi yang artinya penulis secara langsung terjun ke lapangan, mengamati

dan berproses di dalam paduan suara GKI Salatiga. Data yang diperoleh penulis

melalui kaian kepustakaan dari berbagai data yang berhubungan dengan

penilitian, berupa buku-buku, data dari perpustakaan serta literatur-literatur yang

berkaitan dengan penilitian penulis.

Teori Spiritualitas

Spiritualitas adalah istilah baru yang menandakan „kerohanian‟ atau

„hidup rohani‟. Kata ini menekankan segi kebersamaan, bila dibandingkan dengan

kata yang lebih tua „kesalehan‟, yang menandakan hubungan orang perorangan

dengan Allah. Spiritualitas mencakup dua segi askese atau usaha melatih diri

secara teratur supaya terbuka dan peka terhadaap sapaan Allah. Segi yang lain

adalah segi mistik sebagai aneka bentuk dan tahap pertemuan pribadi dengan

7Haris Herdiansyah “ Metodologi penilitian kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial ” (Jakarta : Penerbit Salemba Humanika,2010), 10. 8 Moleong, J Lexy “ Metode Penilitian Kualitatif “ ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2010), 17.

Page 17: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

7

allah.9 Ciri pertama dari kehidupan rohani ialah usaha terus menerus untuk

melangkah dari kesepian menuju ke keheningan. Ciri kedua yang sama

pentingnya ialah usaha untuk membiarkan kecenderungan bermusuhan kita

diubah menjadi sikap keramahtamahan.10

Para teolog katolik Roma untuk merujuk pada hubungan mistis dengan

Tuhan, dan sekarang sering digunakan untuk merujuk kepada pelbagai macam

pendekatan yang ada di pelbagai cabang gereja yang memungkinkan perubahan

dalam kehidupan pribadi dalam hubungannya dengan Allah yang diwahyukan

dalam Yesus Kristus melalui karya Roh Kudus. Dalam abad sebelumnya, orang

Kristen sering menggunakan kata-kata seperti “pengabdian” atau “kesalehan,”

tetapi sekarang istilah ini telah mengembangkan sebuah “cita-rasa subjektif dunia

lain.11

Spiritualitas berasal dari bahasa latin kata benda yang abstrak yang berakar

pada kata “Spiritus” yang berarti roh. Kata spiritus atau roh ini tidak pertama-tama

dikaitkan dengan pengertian umum bahwa tubuh kita terdiri dari roh atau jiwa dan

badan, melainkan kata “ roh” atau “spiritus” merupakan terjemahan Latin untuk

kata Yunani “pneuma”. Kata Pneuma atau Roh menurut teologi rasul Paulus

biasanya dilawankan dengan daging. Namun daging yang dimaksudkan bukan

daging yang terdiri dari urat, otot darah, melainkan dengan istilah daging Paulus

tujukan pada kehidupan yang dikuasai oleh dosa. Di dalam Roma 8:6 Paulus

dengan jelas menulis “ Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan

Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Hidup oleh roh adalah makna spiritualitas

yang berarti yang dijiwai dan dipimpin oleh roh yakni Roh Kudus.12

Manusia adalah makhluk rohani. Kata „rohani‟ berasal dari kata Ibrani

ruah, yang berarti „nafas‟. Adanya hidup dalam tubuh manusia seiring

dipertalikan dengan adanya nafas. Spiritualitas adalah istilah baru yang

menandakan „kerohanian‟ atau „ hidup rohani‟. Kata ini menekankan segi

9 Adolf Heuken SJ, “Spiritualitas Kristiani” (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka 2002), 11.

10 Henri J.M Nouwen “Menggapai kematangan hidup rohani”(Yogyakarta: Penerbit Kanisius

1985), 61 11 Bradley Holt P., A Brief History of Christian Spirituality (Oxford: Lion Publishing, 1993) 16. 12

Emanuel Martasudjita, Pr. “Spiritualitas Liturgi” (Yogyakarta: Kanisius 2002), 11.

Page 18: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

8

kebersamaan, bila dibandingkan dengan kata yang lebih tua „kesalehan‟, yang

menandakan hubungan orang perorangan dengan Allah.

Menurut Henry Nouwen didalam bukunya “Menggapai Kematangan

Hidup Rohani” menjelaskan bahwa perubahan dan perkembangan hubungan

setiap individu yang terus menerus hidup dengan dirinya sendiri tampak berbuah

hasil, yaitu dalam perubahan dan perkembangan yang terus menerus berhubungan

dengan orang lain. Melangkah dari sikap memusuhi ke sikap ramah tamah adalah

gerak yang menentukan hubungan kita dengan orang lain.

Menurut Adolf Heuken SJ didalam bukunya “Spiritual kristiani”

Memaparkan bahwa spriritualitas merupakan segi hidup kita yang sangat pribadi

yakni mengamalkan iman akan Yesus Kristus pada masa ini, di tempat ini,

bersama dengan orang ini dan di masyarakat kita sebagaimana adanya.13

Spiritualitas bukan soal suatu sikap yang baik untuk diri sendiri saja

melainkan sikap yang baik yang dirtujukan dan dapat dilihat oleh orang lain.

Spiritualitas seseorang dapat juga bertumbuh dalam suatu komunitas iman

komunitas Kristiani,atau komunitas apapun yang terlibat bukan diri sendiri

melainkan dengan orang lain. Kata Komunitas biasanya menunjuk ke suatu

bentuk hidup bersama di mana setiap anggota merasa menjadi bagian dari

komunitas itu dalam arti sepenuhnya. Komunitas menunjuk ke suatu bentuk hidup

bersama di mana orang dapat mengalami dirinya sebagai pribadi yang mempunyai

peranan dalam kelompok yang lebih besar.

Dasar dari komunitas kristiani bukanlah hubungan keluarga, atau

kedudukan sosial-ekonomis yang sama, atau penderitaan dan kecemasan yang

sama, atau rasa saling tertarik, tepai panggilan ilahi. Komunitas kristiani terbentuk

bukan semerta-merta hasil mentah dari usaha manusia, tetapi Allah telah ikut

campur dengan segala perencanaan yang seturut kehendakNya.14

13 A Adolf Heuken SJ, “Spiritualitas Kristiani” (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka 2002), 205. 14 Henri J.M Nouwen “Menggapai kematangan hidup rohani”(Yogyakarta: Penerbit Kanisius 1985), 151.

Page 19: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

9

Musik Vocal dan Paduan suara

Musik adalah sebuah ekspresi yang dikeluarkan dalam bentuk

bunyi-bunyian. Menurut Agastya Rama Listya secara sederhana Musik gerejawi

dipahami sebagai semua musik entah itu merupakan musik vocal atau

instrumentalia yang menjadi bagian dari liturgi peribadatan.15

Menurut Pono Banoe dalam Jurnal Yakub Ongkowijoyo, kata musik

berasal dari kata “muse” yaitu “ Salah satu dewa dalam mitologi Yunani kuno

bagi cabang seni dan ilmu; dewaseni dan ilmu pengetahuan “.16

Musik

mengandung unsur nada, melodi, harnmoni, ritme, tempo, dan dinamika.17

Musik

Vokal adalah musik yang bersumber dari suara manusia, bisa dimainkan oleh

seorang penyanyi atau sekelompok orang. Jika dinyanyikan perorangan disebut

solo, dan jika dinyanyikan secara rampak disebut suara bersama (Samen Zingen).

Suara bersama ini apabila dinyanyikan dengan harmoni dan berbagai warna suara

(timbre) seperti sopran, mezzo sopran, alto, contralto, tenor, bariton bass disebut

musik paduan suara atau Choir (koor).18

Suatu susunan paduan suara merupakan

himpunan dari sejumlah penyanyi yang dikelompok-kelompokkan menurut jenis

suaranya. Untuk anak-anak maupun wanita, jenis-jenis suara itu adalah Sopran,

Mezzo-Sopran, Alto. Dan untuk laki-laki dewasa adalah Tenor, Bariton, dan Bas.

Jenis-jenis suara ini satu sama lain berbeda warna suara atau timbre.19

Semua orang bisa mengeluarkan bunyi-bunyi suara yang dapat di dengar

melalui suara yang dikeluarkan. Tapi itu bukan berarti sudah bermusik melalui

suara atau vokal. Disebut musik vokal jikalau seseorang dapat

mengharmonisasikan nada dengan benar. Butuh waktu yang cukup untuk berlatih,

hingga bertahun-tahun seseorang bisa dikatakan bisa bernyanyi dengan baik.

Bernyanyi didalam paduan suara bukan hal yang mudah bagi orang yang

mempunyai hobi bernyanyi tapi kekurangan dari teknis bernyanyi paduan suara

yang benar.

15 Agastya Rama Listya, ” Kontekstualisasi Musik Gerejawi: Sebuah Keniscayaan” Jurnal musik : Jurnal Seni Musik Vol. 1, No. 3 Februari 2010 16 Yakub Ongkowijoyo.”Pembelajaran Musik Piano di Harvest International Theological Seminary,” Jurnal seni Musik 4, no.2 (September 2007), 66. 17 Sila Widhyatama. Sejarah Musik dan Aspresiasi Seni di Asia,(Jakarta: PT Balai Pustaka,2012), 2-6. 18 N Simanungkalit.“Teknik Vocal Paduan Suara” (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2008), 4. 19Binsar Sitompul , “Paduan Suara dan Pemimpinnya” (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia 1986), 1.

Page 20: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

10

Owen Jender dalam Stanley Sadie Mengemukakan bahwa “Singing is a

fundamental mode of expression, and better suited than dancing (in Western

culture at least) to the expression of specific ideas, since it is almost always linked

to a text. Even without words, however, the voice is capable of emotional

utterance as unique, personal and identifiable as the cry of an infant to its

mother”.20

Pemahaman terhadap keistimewaan bunyi vokal, sejak manusia itu

dilahirkan telah mulai menjadi fokus perhatian utama dan lebih meningkat lagi,

ketika seseorang mulai belajar menyanyi secara terstruktur melalui bantuan

seorang guru atau pembimbing yang telah lebih dahulu mendalami masalah

tersebut.

Secara umum banyak orang yang berfikir bahwa menyanyi adalah salah

satu bakat yang murni dari Tuhan, bakat yang tidak campuri oleh hal yang lain

seperti latihan terus menerus untuk meningkatkan cara bernyanyi yang baik.

Untuk mencapai kualitas produksi suara yang optimal dalam kegiatan menyanyi

perlu dilakukan suatu kegiatan yang terstruktur dan mengarah pada pencapaian

tujuan tersebut. Di samping itu, minat seseorang terhadap suatu jenis musik

tertentu dan upaya-upaya yang dilakukannya dalam memahami karakter musik

tersebut melalui kegiatankegiatan yang bersifat apresiatif ikut menentukan

optimalisasi dalam pencapaian kualitas tersebut.

Bernyanyi di dalam paduan suara di kategorikan sebagai musik vokal

klasik yang tidaklah mudah untuk diproduksikan dan butuh waktu yang cukup

untuk bisa memproduksikan suara klasik yang baik.

Paduan suara yang bagus adalah paduan suara yang terdiri dari penyanyi

yang bagus pula. Tapi tidak semua paduan suara yang baik dapat membuat

spiritualitas dari anggota maupun orang yang mendengarkannya dapat

terekspresikan. Paduan suara yang baik adalah paduan suara yang bernyanyi

memakai perasaan tentang nyanyian yang dinyanyikan, mengerti alur nyanyian

dengan baik. Paduan suara yang baik juga memiliki pemimpin yang baik pula.

Semua saling berkaitan satu dengan yang lain, tidak bisa dipisahkan.

20 Owen Jender “Singing, Early History” dalam Stanley Sadie (ed.). The New Grove Dictionary of Music and Musicians vol. XVII. 1980 UK: Macmillan Publisher Limited.

Page 21: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

11

Hasil Penelitian

Sejarah Gereja Kristen Indonesia Salatiga21

Jemaat Salatiga mulai berdiri terasa sulit, mengingat catatan sejarah jemaat

ini amat minim. Kita hanya dapat menelusurinya ketika pada awal 1900 telah

berkumpul sejumlah orang Tionghoa di rumah pekabar Injil Jasper, Jl. Kotapraja

(kini Jl. Sukowati). Memang ada juga pekabar Injil Kamp yang melayani orang

Jawa di Jl. Beringin (kini Jl. Patimura). Kedua kelompok murid itu bergabung

sepeninggal kedua pekabar Injil di atas, yang kemudian dilayani oleh pekabar Injil

van der Veen. Karena beliau pindah ke Ungaran untuk mengajar di Sekolah

Teologi di sana, maka kelompok itu dilayani oleh pekabar Injil H. Bax. Hal itu

terjadi sekitar, tahun 1930-an, bahkan pada tahun 1932 mereka berhasil

membangun gedung gereja, yang kemudian dipergunakan oleh Gereja Kristen

Jawa Tengah Utara (GKJTU).

Pada tahun 1938, pekabar Injil H. Bax wafat dan pelayanan kepada mereka

digantikan oleh Pdt. Liem Siok Hie bersama Sdr. Liem Yok Sien, salah seorang

anggota jemaat. Berikutnya, Guru Injil Tjoa Tjin Touw (Basile Maruta) yang

berperan, disusul Guru Injil Tan Ik Hay (Iskak Gunawan), yang kemudian

ditahbiskan menjadi pendeta yang pertama. Pada masa itu, jemaat memakai nama

`Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee‟ Salatiga. Pdt. Tan Ik Hay bersama Pdt. Basoeki

Probowinoto mencetuskan berdirinya Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG)

pada tahun 1956, yang memiliki sarana yang amat sederhana, diantaranya

menggunakan rumah yang berdinding bambu. PTPG inilah yang merupakan cikal

bakal Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Menjelang kepindahan beliau ke GKI Ngupasan Yogyakarta, jumlah

anggota GKI Salatiga sudah mencapai 400 orang. Kepindahan itu terjadi pada

tanggal 3 Maret 1959. Pengganti beliau adalah Pdt. Go Eng Tjoe (Paulus Sudirgo)

yang semula melayani GKI Purwokerto. Pada masa pelayanan Pdt. Go Eng Tjoe,

jemaat berhasil membeli sebidang tanah di Jl. Jenderal Sudirman 111. Di atas

tanah inilah dibangun gedung gereja yang sekarang. Selanjutnya perkembangan

jumlah anggota bertambah pesat dengan kehadiran para mahasiswa UKSW dan

21 https://situsbudaya.id/sejarah-gereja-kristen-indonesia-salatiga/ (diakses pada 19 Mei 2018, pukul 14.00 WIB).

Page 22: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

12

para buruh dari PT. Damatex. Dengan demikian, cukup beragamlah kehadiran

pelbagai etnis di tengah jemaat GKI Salatiga.

Berikutnya, Pdt. Go Eng Tjoe pada tahun 1965 memenuhi panggilan GKI

Pengampon Cirebon dan beliau digantikan oleh Pdt. Tan Tjioe Gwan (Paulus

Widihandojo) yang semula melayani GKI Blora. Kemudian, jemaat juga

memanggil Sdr. The Koen Bik meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan di

Amerika Serikat pada tanggal 1 Oktober 1989, sehingga jemaat memanggil calon

pendeta atas diri Sdr. Yahya Wijaya, yang kemudian ditahbiskan pada tanggal 19

September 1991. Karena kepergian Pdt. Yahya Wijaya ke Inggris dalam rangka

proyeksi selaku calon dosen Fakultas Teologi `Duta Wacana‟ Yogyakarta, maka

dipanggilah Pdt. Iman Santoso, yang semula melayani GKI Parakan dan

diteguhkan pada tanggal 26 Mei 1998. Tercatat pada tahun 2000 ini jumlah

anggota jemaat GKI Salatiga sekitar 2000 orang. Dan dari tahun 1998 hingga

2019 sekarang ada pendeta yang melayani di GKI salatiga ada 3 pendeta yang

berpelayanan di GKI salatiga yaitu Pdt. Imam Santoso, Pdt Yefta Setiawan

Krisgunadi, dan Pdt. Helen Manurung.

Sejarah Paduan Suara di GKI Salatiga

Paduan suara yang pertama kali ada di GKI adalah paduan suara Komisi

Wanita sampai pada tahun 1990, dan paduan suara ini terbentuk karena

permintaan dari Pdt yahya Wijaya yang dulunya senang membuat liturgi yang

bervariasi dan kreatif. Pada tahun 1991 ada lomba pesparawi Klasis dan

diharapkan menjadi paduan suara campuran, sehingga paduan suara komisi wanita

ini merekrut bapak-bapak sehingga terbentuk suatu paduan suara campuran, yang

berganti nama menjadi paduan suara Imanuel yang dilatih pak Yacob. Pada tahun

1992 pak Yacob pindah ke Magelang, sehingga digantikan oleh ibu Lestari

Martini yang akrab di panggil ibu Tri, kemudian juga diambil alih oleh ibu Gi,

pendatang dari jakarta yang mencari paduan suara dan bergabung, kemudian juga

datang pak Budi dari Solo bergabung dengan PS Imanuel, dan menjadi pelatih

hingga sekarang.

Di paduan suara Imanuel dari awal terbentuk hingga sekarang mempunyai

pengurus, seperti ketua, sekertaris dan bendahara. Tugas pengurus itu mencari

Page 23: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

13

lagu yag cocok dengan liturgi, mengatur keuangan atau uang iuran dari anggota

paduan suara, mencari tempat pelayanan di dalam GKI Salatiga mampu diluar.

Kemudian untuk ibadah untuk anggota paduan suara atau retreet tidak ada pada

zaman itu, adanya hanya sebelum latihan, di awali dengan doa dan membaca

beberapa ayat Alkitab .

Pada waktu terbentuknya PS Imanuel ini, awalnya terdiri dari jemaat asli

dari Salatiga, tapi sekarang sudah banyak sekali para simpatisan dan anak-anak

mahasiswa UKSW yang bergereja di GKI saltiga yang ikut gabung dalam PS

Imanuel ini. Dulu juga jika ada acara paskah atau natal biasanya gereja

kekurangan paduan suara maka di umumkan di warta jemaat untuk setiap wilayah

harus mengeluarkan kelompok paduan suara kecil, tapi tidak semua wilayah ada

pelatih dan konduktor, maka hanya beberapa wilayah yang punya PS, tetapi yang

bertahan hanya wilayah 7. Di wilayah 7 banyak sekali yang rindu untuk

bergabung dalam PS, tetapi ada juga beberapa orang yang dari wilayah yang lain

yang ingin bergabung berlatih bersama wilayah 7 di karenakan tidak memiliki

pelatih di wilayah mereka masing-masing. PS wilayah 7 terus hidup, tetapi tidak

bisa bertahan terus dengan nama PS wilayah 7 karena anggota PS bukan hanya

dari wilayah 7, maka pada tanggal 15 agustus 2000, PS wilayah 7 berubah nama

menjadi PS Hosana.

Ada juga paduan suara etnis dari wilayah 7, paduan suara di etnis ini

biasanya ada jika ada ibadah etnis, biasanya membawa lagu etnis, dan paduan

suaranya sekarang namanya PS Efrata (dulu etnik Belanda) dan Sola Gratia

(etnik Tionghoa). Kedua paduan suara ini dulunya biasanya hanya akan

berpelayanan pada ibada etnik saja, tapi sekarang mereka bisa berpelayanan di

ibadah minggu dan ibadah yang lainnya.22

Adapun juga paduan suara pemuda yang dibawah naungan komisi

pemuda, paduan suara ini juga di bentuk karena kerinduan para muda-mudi yang

ingin memuji Tuhan lewat paduan suara yang dipimpin dulu oleh ibu Natalis

Sidanta, dan PS pemuda sekarang yang menjadi cikal bakal dari PS Magnificat.

Kemudian pada tahun 2005 di bentuk PS gabungan dari setiap golongan, dari

22 Wawancara dengan Ibu Lestari Martini sebagai sesepuh dan pemimpin paduan suara dari tahun 1992 sampai saat ini, (wawancara 17 Agustus 2019, pukul 14.30 WIB).

Page 24: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

14

anak-anak sampai komisi usia lanjut, dan PS gabungan ini akan ada saat

event-event lomba pesparawi, hari raya gerejawi seperti Paskah, Natal, Pentakosta

dan lain-lain, serta PS ini juga ada di saat ada ide-ide untuk membuat konser

cantata dan lain sebagainya. PS gabungan masih aktif hingga sekarang ini.23

Respon Anggota paduan suara di GKI Salatiga Terhadap Paduan Suara

Ada beberapa orang yang menjadi narasumber dari penilitian ini, dan

narasumber ini berasal dari berbagai golongan dari komisi usia lanjut, komisi

dewasa, komisi pemuda, komisi remaja, dan ada beberapa simpatisan yang

bergereja di GKI Salatiga yang juga bergabung dalam paduan suara yang di GKI

Salatiga.

Ibu Lestari Martini salah satu sesepuh di gereja GKI Salatiga yang sampai

sekarang masih ikut dalam paduan suara, bergabung dalam PS di GKI tahun 1975

sampai detik ini. Menurut beliau, “bernyanyi di dalam paduan suara itu sesuatu

membangkitkan semangat saat masih muda hingga usia sekarang ini”. Berpaduan

suara menurut Ibu Lestari yang akrab di pannggil ibu Tri, bernyanyi dengan

bersama orang banyak, yang mempunyai karakter dan kemampuan yang berbeda

yang mengharuskan sikap kita untuk bersabar dan menahan ego. Ibu Tri

mengikuti paduan suara di GKI karena musikalitas orang-orang yang berpaduan

suara di GKI Salatiga sangatlah berkembang pesat, walaupun sudah usia lanjut,

ibu Tri masih ingin terus belajar dan berproses bersama teman-teman sebayanya,

ataupun adik-adik dan anak-anak yang ikut dalam paduan suara tersebut. Dalam

sebuah liturgi ibadah paduan suara sangat membantu proses peribadahan, karena

didalam sebuah ibadah harus memiliki singers yang membantu kelancaran dari

suatu peribadahan.

Spiritualitasnya bertumbuh dengan proses latihan, lirik lagu yang di

nyanyikan yang membuat iman ibu Tri merasa semakin hari semakin

bertumbuh.24

23 Wawancara dengan Ibu Natalis Sidanta sebagai pelatih dan anggota paduan suara yang ada di GKI Salatiga, (wawancara 02 Februari 2019, pukul 19.30 WIB). 24 Wawancara dengan ibu Lestari Martini pelatih paduan suara Hosana di GKI Salatiga, (wawancara 12 Mei 2019, pukul 20.00 WIB).

Page 25: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

15

Menurut Ibu Evonny Eldertien Bangonan yang baru bergabung dalam PS

di GKI awal agustus 2018, mengatakan bahwa dia merasa bangga berbagabung

dalam paduan suara d GKI Salatiga, karena banyak belajar bersama orang-orang

yang mempunyai musikalitas yang baik, dan mendapatkan ilmu secara gratis dari

rekan-rekan paduan suara yang sudah bisa dikatakan cakap dalam bernyanyi dan

berpaduan suara. Ibu Evon merasa Rohnya bergejolak disaat sedang dalam proses

latihan dan dapat menmpilkan hal yang dilatihkan selama beberapa bulan kepada

jemaat, ibu Evon meresakan kepuasan tersendiri di dalam diriya karena bisa

menampilkan hasil latihan dia selama ini.25

Menurut ibu Natalis Sidanta, Bernyanyi itu salah satu cara untuk

mengekspresikan diri dan menyalurkan talenta yang telah di berikan oleh Tuhan.

Menurut beliau bernyanyi yang baik itu adalah bernyanyi yang sehat dan tidak

menyiksa atau membuat tenggorokan sakit, dan juga bernyanyi dari hati. Paduan

suara menurut ibu Natalis sidanta, adalah sekelompok suara yang di padukan dan

membentuk harmoni yang indah. Berpaduan suara juga, belajar untuk

bersosialisasi dengan rekan yang berbeda usia, belajar untuk tidak egois dalam

beryanyi maupun bersikap, belajar bersabar karena setiap orang memiliki

kemampuan yang berbeda-beda. Ibu Natalis Sidanta, bergabung di dalam PS yang

ada di GKI Salatiga dari tahun 1989 hingga saat ini, dan beliau merasakan

perasaan yang berbeda karena tiap tahun berganti generasi. Salah satu yang

menjadi tantangan juga menurut beliau dalamberpaduan suara adalah masalah

menyatukan keberagaman etnis dan usia.

Menurut ibu Natalis Sidanta, saya merasa bahagia, beliau mengutip dari kutipan

Santo Agustinus “Qui Bene Cantat Bis Orat atau di terjemahkan dalam bahasa

inggris “He who sings well, prays twice” dengan pengertian bahwa seorang yang

bernyanyi dengan baik sama dengan berdoa dua kali. Spiritualitas beliau

bertumbuh dari lirik-liri lagu yang dinyanyikan serta harmoni lagu dan menurut

beliau “ saya merasa terberkati dan menjadi berkat bagi orang yang mendengar

dan memaknai pujian yang kami bawakan”. Paduan suara sangat membantu

25 Wawancara dengan Ibu Evonny Eldertien Bangonan Anggota PS di GKI Salatiga, ((wawancara 17 Agustus 2019, pukul 20.30 WIB).

Page 26: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

16

liturgi serta proses ibadah, maka dari itu lagu yang dinyanyikan oleh paduan suara

harus sesuai dengan tema dari khotbah.26

Menurut Reina Sabia Listya berpaduan suara tidak bisa di pisahkan

dengan bernyanyi. “Bernyanyi itu mensyukuri apa yang sudah Tuhan kasih, serta

menjadi suatu wadah untuk mencurahkan isi hati”. Bernyanyi yang baik menurut

Reina, bernyanyi dari hati. Menurut Reina paduan suara itu sekelompok orang

yang bernyanyi dan memiliki tujuan yang sama, yaitu tujuan berpelayanan.

Selama proses Reina mengikuti paduan suara dari 2014 bergabung dalam PS

Magnificat dan PS gabungan, spiritualitasnya terus bertumbuh dan senang

melayani orang lain lewat talentanya. Paduan suara sangat membantu proses

ibadah karena dengan adanya paduan suara, maka ibadah tidak monoton dengan

liturgi yang biasa-biasa saja, tetapi ibadah lebih kelihatan lebih kreatif dan

menarik.27

Menurut Yambres Leunupun, selama dia mengikuti PS gabungan tahun

2018 untuk konser cantata natal PS gabungan GKI salatiga, dia merasa terberkati

dengan dengan lirik setiap lagu, merasa banyak pelajaran yang bisa dia ambil dari

proses latihan. Dia selalu berpegang teguh pada misi pelayanan gereja mempunyai

bagian yang integral, dalam bermusik gereja khususnya paduan suara, seperti apa

yang disampaikan oleh Marthin Luther King “ sekali bernyanyi ada 3 hal yang

terjadi; Bernyanyi, Berdoa dalam bentuk bernyanyi, dan Berkhotbah dalam

bentuk bernyanyi”. Menurut Yambres hal utama yang ingin di capai adalah

bagaimana orang dapat merasakan Tuhan, mengenal Tuhan, dan merasakan

betapa hebatnya Tuhan lewat pujian yang di bawakan dan Yambres mendapatkan

misi gereja di dalam paduan suara.28

Menurut Jefrey Nugroho, bernyanyi itu menyampaikan pesan dari sebuah

lagu, paduan suara adalah perpaduan dari beberapa suara untuk dijadikan suatu

harmoni, sehingga pesan lagu tersampaikan dengan baik. Jefrey ikut dalam PS di

GKI Salatiga dari tahun 2013 awalnya bergabung dengan PS Magnificat

26 Wawancara dengan Ibu Natalis Sidanta pelatih dan Anggota PS di GKI Salatiga, (wawancara 02 Februari 2019, pukul 19.30 WIB). 27 Wawancara dengan Reina Sabia Listya anggota PS di GKI Salatiga, (wawancara 02 Februari 2019, pukul 20.30 WIB). 28 Wawancara dengan Yambres Leunupun aanggota PS GKI di Salatiga, (wawancara 13 April 2019, pukul 13.10 WIB).

Page 27: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

17

kemudian tergabung dalam PS gabungan GKI untuk mengikuti hari raya gerejawi,

konser dan event-event paduan suara. Dia senang bergabung dengan PS di GKI

salatiga karena banyak orang yang punya materi yang baik tentang musik, dan

berjiwa berpelayanan serta menkankan teknik serta rasa dalam sebuah intrepertasi

lagu. Dalam proses dia tergabung dalam paduan suara, spiritualitasnya bertumbuh

karena dia jarang membaca Alkitab, oleh sebab itu lirik-lirik lagu dari paduan

suara itu bisa menguatkan imannya dengan pesan alkitab yang terkandung dalam

lagu yang dinyanyikan.29

Menurut Evangs Mailoa bernyanyi dan berpaduan suara itu sama

mengeluarkan suara, hanya saja berbedanya paduan suara harus di bentuk materi

suara seklasik mungkin karena, paduan suara biasanya menjurus ke klasik. Selama

bergabung dengan PS yang ada di GKI Salatiga dia merasa terberkati dan

menambah banyak ilmu tentang hobinya, dia juga merasa terhibur dan dikuatkan

iman dan spiritualnya melalui lirik lagu yang dinyanyikan.30

Menurut Christiana

Meganingsih, bernyanyi seperti bercerita tetapi memakai melodi atau nada. Untuk

menceritakan atau menyampaikan makna dari lagu yang dinaynyikan. Paduan

suara menurutnya adalah bernyanyi bersama-sama sehingga harmonis dan tidak

menonjolkan diri. Kak Christiana Meganingsih yang sering di panggil kak Nina,

bergabung dengan PS gabungan GKI Salatiga pada tahun 2016. Spiritualitasnya

terasa bersemangat bernyanyi bersama rekan-rekan dan memaknai maksud Tuhan

lewat lirik lagu yang dinyanyikan.31

Analisa Data

Dalam setiap kehidupan manusia, ada banyak cara yang bisa digunakan

untuk mengekspresikan kehidupannya. Salah satu ekspresi itu adalah bagaimana

manusia mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya dengan menggunakan

musik. Musik merupakan media ekspresi seni yang dianggap paling komunikatif.

Melalui musik kita mampu membuat jiwa seseorang tenang sehingga ia mampu 29 Wawancara dengan Jefrey Nugroho anggota PS GKI di Salatiga, (wawancara 14 April 2019, pukul 10.30 WIB). 30 Wawancara dengan Evangs Mailoa anggota PS GKI di Salatiga, (wawancara 17 Mei 2019, pukul 20.00 WIB). 31 Wawancara dengan Christiana Meganingsih anggota PS GKI di Salatiga, (wawancara 17 Mei 2019, pukul 20.30 WIB).

Page 28: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

18

merasakan sukacita. Paduan suara merupakan bagian dari music vocal. Sebagai

salah satu dari bagian yang tidak bisa di pisahkan dengan liturgi ibadah. Sebagai

bagian dari liturgi ibadah, paduan suara terdiri dari banyak orang yang bernyanyi

dengan menggunakan 4 suara yakni, sopran, alto, tenor dan bas. Namun dari hasil

pengamatan, penulis melihat fakta bahwa banyak gereja yang membutuhkan

paduan suara untuk membantu dan mendukung liturgi ibadah, bahkan banyak

gereja seiring perkembangan zaman paduan suara semakin berkembang, dan dari

paduan suara penumbuhan iman dan spiritualitas dari anggota paduan suara juga

semakin tumbuh. Karena itu penulis tertarik untuk mengetahui mengapa paduan

suara yang ada di GKI Salatiga mempunyai kualitas bukan hanya saja dalam

bernyanyi dalam paduan suara tetapi bagaimana menumbuhkan iman dan spiritual

setiap anggota PS yang ada di GKI Salatiga.

Untuk menjawab persoalan tersebut, maka penulis menggunakan metode

Kualitatif yaitu dengan melakukan wawancara terhadap subyek yang merupakan

bagian dari anggota paduan suara di GKI Salatiga, dari Anggota yang paling lama

bergabung dalam paduan suara hingga yang paling baru bergabung, dari anggota

yang paling tua, hingga anggota yang paling muda. Penulis menggunakan metode

wawancara karena metode ini menurut saya dapat memperoleh hasil jawaban

yang lebih lengkap dibandingkan metode lain. Sehingga berdasarkan metode ini,

maka adapun hasil analisa berdasarkan beberapa hasil wawancara yang saya dapat

sebagai berikut :

Paduan suara sebagai sarana meningkatkan spiritualitas anggota PS GKI

Salatiga

Paduan suara adalah salah satu ekspresi dari manusia, apa yang manusia

alami bisa dituangkan dalam kesenian yang mampu membuat manusia

menuangkan atau mengungkapkan apa yang ia alami melalui lirik lagu yang

dinyanyikan. Dan apa yang di ekspresikan itu bisa dilihat atau dimengerti oleh

orang yang mendengarkan dan agar terberkati juga dengan nyanyian yang

dilantunkan. Hal ini sama dengan apa yang dialami dan dilakukan oleh anggota

PS di GKI, bahwa mereka berpaduan suara untuk mengungkapkan rasa syukur

kepada Tuhan atas apa yang telah mereka alami dalam kehidupan.

Page 29: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

19

Paduan suara juga mampu menggerakkan hati para jemaat GKI Salatiga

untuk memahami dan memaknai kehidupan. Ini adalah salah satu cara yang

digunakan jemaat GKI Salatiga untuk lebih mendekatkan dan meningkatkan

spiritual jemaat yang beribadah. Ibu Natalis Sidanta mengatakan bahwa “ Ketika

kami berlatih untuk menyiapkan pujian yang akan dinyanyikan, kita harus

benar-benar memahami benar inti dari lirik lagu, kemudian di interpretasikan

kedalam dinamika nada dan harmoni yang ingin ditampilkan, saat menampilkan

hasil latihan kami, maka disaat kami Menampilkan dan mengekspresikan makna

dari lagu, maka pesan dari lagu yang kami lantunkan berhasil di terima dengan

baik oleh pendengar dan kami pun merasa terberkati dan spiritual kita pun

bertumbuh”. 32

Hal ini sama seperti apa yang di ungkapkan oleh Owen Jender

dalam Stanley Sadie Mengemukakan bahwa “Singing is a fundamental mode of

expression, and better suited than dancing (in Western culture at least) to the

expression of specific ideas, since it is almost always linked to a text. Even

without words, however, the voice is capable of emotional utterance as unique,

personal and identifiable as the cry of an infant to its mother”.33

Menurut Owen Jender dalam Stanley Sadie yang berhubungan dengan

ekspresi spiritual dalam paduan suara ini karena berdasarkan hasil penilitian

bahwa jika paduan suara tidak digunakan maka ada rasa kurang semangat atau

merasa hampa untuk beribadah dan ini berpengaruh penting untuk lebih

memaknai tema pada setiap ibadah jika di gunakan. Semangat itu akan muncul

seperti dan serasa batin berjumpa dengan Tuhan, dan uniknya dapat umpamakan

seperti tangisan bayi kepada ibunya, sehingga teori sangat tepat untuk

meningkatkan ekspresi spiritual setiap anggota PS di GKI maupun bagi orang

yang mendengarkan.

Natalis Sidanta mengatakan bahwa berpaduan suara bukan hanya tentang

belajar bernyanyi, tetapi juga belajar untuk bersosialisasi dengan rekan yang

berbeda usia, belajar untuk tidak egois dalam beryanyi maupun bersikap, belajar

32 Wawancara dengan ibu Natalis Sidanta pempin dan anggota PS di GKI Salatiga, , (wawancara 02 Februari 2019, pukul 19.30 WIB). 33 Owen Jender “Singing, Early History” dalam Stanley Sadie (ed.). The New Grove Dictionary of Music and Musicians vol. XVII. 1980 UK: Macmillan Publisher Limited.

Page 30: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

20

bersabar karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda.34

Ini

seperti yang di sampaikan oleh Menurut Henry Nouwen didalam bukunya

“Menggapai Kematangan Hidup Rohani” menjelaskan bahwa perubahan dan

perkembangan hubungan setiap individu yang terus menerus hidup dengan dirinya

sendiri tampak berbuah hasil, yaitu dalam perubahan dan perkembangan yang

terus menerus berhubungan dengan orang lain. Melangkah dari sikap memusuhi

ke sikap ramah tamah adalah gerak yang menentukan hubungan kita dengan orang

lain.35

Teori ini ingin mengatakan bahwa jemaat GKI Salatiga terkhususnya

anggota PS di GKI Salatiga harus saling mengenal pribadi setiap pribadi, berawal

dari yang tidak kenal antara satu dengan yang lain, membenci satu dengan yang

lain karena berbagai alasan, beranjak dari situ berpindah ke sikap ramah tamah,

menghargai satu dengan yang lain, dan mengasihi antara satu anggota PS di GKI

Salatiga dengan anggota lainnya. Maka peningkatan spiritual seseorang bukan

saja berasal dari diri sendiri, tetapi dapat di bantu dengan orang lain, contoh

wadahnya seperti didalam paduan suara. Berdasarkan hasil penilitian bahwa

menurut anggota PS di GKI Salatiga, Paduan suara ini menunjukkan bahwa

Tuhan benar-benar hadir dalam cara apapun, proses peningkatan spiritual dan

iman pun bukan secara peribadi sendiri tetapi bisa dibantu oleh orang lain.

Peranan Paduan suara dalam ibadah di GKI Salatiga

Peran yang dimaksud penulis ialah keistimewaan yang dimiliki paduan

suara yang dijadikan sebagai pendukung liturgi ibadah di GKI Salatiga. Disini

penulis melihat dari aspek musikal yaitu bernyanyi berpaduan suara. Menurut ibu

Lestari Martini di dalam sebuah liturgi ibadah paduan suara sangat membantu

proses peribadahan, karena didalam sebuah ibadah harus memiliki singers yang

membantu kelancaran dari suatu peribadahan. 36

Menurut Agastya Rama Listya

secara sederhana Musik gerejawi dipahami sebagai semua musik entah itu

merupakan musik vocal atau instrumentalia yang menjadi bagian dari liturgi

peribadahan. Menurut penulis, teori mengenai musik ini bersifat terikat karena,

34 Wawancara dengan ibu Natalis Sidanta pempin dan anggota PS di GKI Salatiga, , (wawancara 02 Februari 2019, pukul 19.30 WIB). 35 Henri J.M Nouwen “Menggapai kematangan hidup rohani”(Yogyakarta: Penerbit Kanisius 1985), 151. 36 Wawancara dengan ibu Lestari Martini, (wawancara 17 Agustus 2019, pukul 14.30 WIB).

Page 31: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

21

liturgi suatu ibadah tidak bisa di lepas pisahkan dengan musik, mau itu musik

berupa instrumen ataupun musik vokal. Penulis juga melihat selain bersifat terikat

dengan liturgi, bahwa paduan suara benar-benar terkandung nilai kreativitas dan

spiritual. Nilai kreativitas dilihat dari bagaimana anggota PS di GKI Salatiga yang

bernyanyi bisa memakai alat musik maupun bernyanyi secara akapela, mau itu

memakai alat musik tradisional, atau modern, atau memakai alat-alat dapur untuk

diciptakan menjadi suatu perpaduan harmonis yang baik. Nilai spiritual ini bisa

dilihat dari bagaimana anggota PS GKI Salatiga membawakan sebuah lagu yang

liriknya berisikan ayat-ayat Alkitab, kalimat ajakan untuk bertobat, dan lain

sebagainya. Dan juga tidak terlepas dari itu juga cara penginterpretasi sebuah lirik

lagu kemudian di buat menjadi suatu harmoni dan dinamika yang mendukung

untuk bagaimana bisa tersampaikan kepada pendengar dan pendengar dapat

memaknai makna lagu yang dinyanyikan.

Berdasarkan hasil penilitian, bagi jemaat GKI Salatiga, paduan suara

sangat penting bagi gereja dan jemaat karena dapat membantu proses dan

kelancaran suatu peribadahan. Maka dari itu, lewat gereja dalam ibadah, paduan

suara lebih bisa di tingkatkan dan harus di lestarikan dengan melihat nilai

kreativitas dan spiritualitas.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan

tentang Bernyanyi Sebagai Bentuk Ekspresi Spiritualitas Anggota Paduan Suara

Gereja Kristen Indonesia (GKI) Salatiga. Musik dapat membuat manusia menjadi

tenang dan damai. Musik juga bisa mengekspresikan apa yang dialami oleh

manusia dalam menjalani kehidupan. Musik juga sangat berpengaruh penting

dalam proses peribadahan di gereja, karena musik mampu menghipnotis manusia

agar dapat menghayati iman akan Tuhan. Paduan suara adalah bagian dari musik

vokal yang terdiri dari banyak orang yang digabung menjadi suatu harmoni yang

padu. Paduan suara juga mampu membantu meningkatkan spiritual seseorang,

melalui proses latihan, lirik lagu, nada dan melodi serta interpretasi lagu. Paduan

suara membantu meingkatkan spiritual berupa perubahan sikap dan tingkah laku

Page 32: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

22

seseorang. Paduan suara yang baik adalah paduan suara yang baik ialah padaun

suara yang mampu membawa suatu lagu dengan baik dan mengekspresikan suatu

lagu agar tersampaikan kepada pendengar yang mendengarnya. Karena menurut

Santo Agustinus, “Qui Bene Cantat Bis Orat atau di terjemahkan dalam bahasa

inggris “He who sings well, prays twice” dengan pengertian bahwa seorang yang

bernyanyi dengan baik sama dengan berdoa dua kali. Pernyataan ini benar-benar

di alami oleh anggota PS di GKI yang merasa terberkati setelah menyampaikan

cerita, dan makna dari sebuah lagu melalui harmoni. Karena itu, penulis

sependapat dengan pernyataan Santo Agustinus.

Paduan suara juga memiliki peran tersendiri dalam kreativitasnya

menyampaikan sebuah lagu, seperti memakai instrumen musik pembantu, atau

hanya bernyanyi memakai dinamika nada yang sudah diinterpretasikan oleh

pemimpin paduan suara. Nilai spiritual dari paduan suara bisa dilihat dari anggota

PS yang menyampaikan makna dari sebuah lagu yang dinyanyikan, serta jemaat

atau pendengar yang mendengar suara dan harmoni suatu paduan suara merasa

terberkati dan paduan suara bisa menjadi suatu sarana atau media untuk

berkomunikasi dengan Tuhan.

Saran

Gereja merupakan suatu tempat persekutuan bagi umat kristiani, yang

didalam persekutuan peribadahan tersebut terdapat lantunan instrumen musik dan

musik vokal salah satunya paduan suara dan sebagai salah satu cara untuk

menghayati keberadaan Tuhan serta iman akan Tuhan. Dalam ibadah bernyanyi

paduan suara merupakan salah satu anugerah dari Tuhan yang tidak semua orang

dapat di beri kesempatan itu. Karena itu paduan suara harus terus dijaga, di

lestarikan serta di tingkatkan lagi kemamuan anggota paduan suara agar dapat

membantu proses peribadahan dengan baik, dan penulis berharap

generasi-generasi anggota paduan suara bukan saja bernyanyi, tetapi harus

memilik teknik bernyanyi yang baik dan mampu menyampaikan serta

mengekspresikan makna dari lagu yang dibawakan, khususnya paduan suara yang

ada di GKI salatiga. Saran untuk penilitian selanjutnya agar bisa lebih terjun

kedalam proses latihan paduan suara yang ada di GKI Salatiga supaya bisa lebih

Page 33: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

23

memperdalam spiritual yang terbentuk bukan saja dalam pembawaan lagu, tetapi

dari proses latihan juga.

Page 34: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

24

Daftar Pustaka

Situs :

https://kbbi.web.id/ibadah

GKI Kayu Putih. Paduan suara Dalam Kebaktian

http://www.gkikayuputih.or.id/paduan-suara-dalam-kebaktian/ 03 September

2017.

https://situsbudaya.id/sejarah-gereja-kristen-indonesia-salatiga/

Di akses 23 februari 2019

http://www.ojs.sttjaffray.ac.id/index.php/JJV71/article/view/143/pdf_104

Di akses 15 Juni 2019

Jurnal :

Listya, Agastya Rama. “Kontekstulisasi Musik Gerejawi: Sebuah Keniscayaan,”

Jurnal Musik: Jurnal Seni Musik Vol.1, no.3 Februari 2010.

Ongkowijoyo, Yakub. “Pembelajaran Music Piano di Harvest International

Theological Seminary,” Jurnal Seni Music 4, no 2 (September 20017): 66.

Akses Juli, 18, 2019. dspace.library.uph.edu.

Shansky, Carol (2012) “Spirituality and Synagogue No.1, Article 6.Music : A

Case Study of Two Synagogue Music Ensembles,”Research Isues in

Music Education: Vol.10: No.1, Article 6.

Siahaan, Rohani “Paduan Suara Dalam memperkuuh Spiritualitas Dan Memberi

kontribusi bagi ibadah jemaat”. Jurnal Jaffray, Sekolah Tinggi Theologia

Jaffray 2014. Diakses 25 juli 2018.

Buku :

Herdiansyah, Haris, Metodologi penilitian kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial

Jakarta : Salemba Humanika ,2010.

Heuken, Adolf SJ. Spiritualitas Kristiani Jakarta: Yayasan Cipta Loka

Caraka,2002.

Holt, Bradley. A. Brief History of Christian Spirituality. Oxford: Lion

Publishing, 1993.

Martasudjita, Emanuel, Pr. Spiritualitas Liturgi Yogyakarta: Kanisius,2002.

Page 35: BERNYANYI SEBAGAI BENTUK EKSPRESI SPIRITUALITAS ANG- …

25

Moleong, Lexy J. Metode Penilitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosdakarya,

2010.

Nouwen, Henri J M. Menggapai Kematangan Hidup Rohani,

Yogyakarta: Kanisius 1985.

Prof. DR. Kaelan, H. M.S. Metode Penilitian Kualitatif Interdesipliner

Yogyakarta: Paradigma, 2012.

Simanungkalit, N. Teknik Vocal Paduan Suara Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2008.

Sitompul, binsar. Paduan Suara dan Pemimpinnya Jakarta: PT BPK Gunung

Mulia 1986.

White, James F. Introduction to Christian Worship/Pengantar Ibadah Kristen

Terjemahan Liem Sien Kie, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,2002.

Widhyatama, Sila. Sejarah Musik dan Aspresiasi Seni di Asia, Jakarta: PT Balai

Pustaka, 2012.