bermain-peran
-
Upload
yulhy-thatmynames -
Category
Documents
-
view
31 -
download
0
description
Transcript of bermain-peran
BAB I
PENDAHULUAN
A . LATAR BELAKANG
Dalam pembelajaran guru dan peserta didik sering dihadapkan pada
berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang
menyangkut hubungan social. Pemecahan masalah pembelajaran dapat dilakukan
melalui berbagai cara, melalui diskusi kelas, Tanya jawab antara guru dan peserta
didik, penemuan dan inkuiri.
Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan baru dalam memecahkan
masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih
variasi lain yang sesuai. Bermain peran merupakan salah satu alternative yang
dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli
menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu model yang dapat
digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran
diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia,
terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Manusia merupakan makhluk social dan individual, yang dalam hidupnya
senantiasa berhadapan dengan manusia lain atau situasi di sekelilingnya. Mereka
berinteraksi, berinterdepedensi dan pengaruh mempengaruhi. Sebagai individu
manusia memiliki pola yang unik dalam berhubungan dengan manusia lain. Ia
memiliki rasa senang, tidak senang, percaya, curiga, dan ragu terhadap orang lain.
Namun perasaan tersebut diarahkan juga pada dirinya. Perasaan dan sikap
terhadap orang lain dan dirinya itu mempengaruhi pola respon individu terhadap
individu lain atau situasi di luar dirinya. Karena senang dan penasaran ia
cenderung mendekat. Karena tidak senang dan curiga ia cenderung menjauh
manifestasi tersebut disebut peran.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini, kami mengambil beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan bermain peran?
2. apa saja jenis- jenis bermain peran?
3. Bagaiamana menerapkan bermain peran untuk anak usia dini dengan
menggunakan metode parsitifatif?
C. TUJUAN
Pembuatan makalah ini bertujuan sebagai berikut :
1. Sebagai wacana untuk memahami tentang bermain peran?
2. Sebagai wacana untukmengetahui jenis- jenis bermain peran.
3. Untuk mengetahui bagaimana menerapkan bermain peran untuk anak usia
dini, utamanya dengan menggunakan metodeparsitipatif
D. MANFAAT
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
a. Untuk Guru
Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan
kemampuan anak, terutama kecerdasan fisik motorik dan
interpersonal dengan bermain peran
Dapat lebih paham apayang dimaksud bermain peran dan dapat
mengaplikasikannya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas
b. Untuk Siswa
Kecerdasan fisik motorik dan interpersonal anak dapat terasah
dengan bermain peran
Dapat meningkatkan sosiolisasi kepada sesama teman
Anak dapat memahami profesi tertentu
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BERMAIN PERAN
PENGERTIAN Peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan,
ucapan dan tindakan, sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh
individu terhadap individu lain. Peran yang dimainkan individu dalam hidupnya
dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Oleh
sebab itu, untuk dapat berperan dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap
peran pribadi dan orang lain. Pemahaman tersebut tidak terbatas pada tindakan,
tetapi pada factor penentunya, yakni perasaan, persepsi dan sikap. Bermain peran
berusaha membantu individu untuk memahami perannya sendiri dan peran yang
dimainkan orang lain sambil mengerti perasaan, sikap dannilaiyangmendasarinya.
Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah
melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan,
dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai
pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran harus mampu
menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik berinteraksi
dengan orang lain yag juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang
dipilih.
Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeranan dapat melatih sikap
empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Pemeranan
tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkan
dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan
perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeranan.
Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd. (2004:141) terdapat empat asumsi yang
mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-
nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya.
Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
a Secara implicit bermain peran mendukung sustau situasi belajar berdasarkan
pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat
ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk
menciptakan analogy mengenai situasi kehidupan nyata. Tewrhadap analogy yang
diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons
emosional sambil belajar dari respons orang lain.
b. Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk
mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada
orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional
merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih
menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan
penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama.
Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah
pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari
pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan
emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam
psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual,
sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat
penting dalam pembelajaran.
c. Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke
taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan
tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi
pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Denagn demikian, para
peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan
masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaauntuk mengembangkan dirinya
secara optimal. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari
pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya
dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab
itu, model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang teralu
mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran
mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil
menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah
yang sedang dihadapi.
d. Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang
tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat
ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian,
para pserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain,
apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa
bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang
dimilikinya.
Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran
sebagai model pembelajaran, yakni (1) kualitas pemeranan, (2) analisis dalam
diskusi, (3) pandangan peserta didik terhadap peran yang ditampilkan
dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.
B. JENIS- JENIS BERMAIN PERAN
Bermain peran mikro, anak-anak belajar menjadi sutradara, memainkan
boneka, dan mainan berukuran kecil seperti rumah-rumahan, kursi sofa mini,
tempat tidur mini (seperti bermain boneka barbie). Biasanya mereka akan
menciptakan percakapan sendiri.
Dalam bermain peran makro, anak berperan menjadi seseorang yang mereka
inginkan. Bisa mama, papa, tante,polisi, sopir, pilot, dsb.
Saat bermain peran ini bisa menjadi ajang belajar bagi mereka, baik belajar
membaca, berhitung, mempelajari proses/alur dalam mengerjakan sesuatu,
mengenal tata tertib/tata cara di suatu tempat, yang semua ada dalam kehidupan
kita. Tentu saja kita hanya cukup memberikan informasi sebelum mereka mulai
bermain, dan atau lebih bik kalo kita terlibat dalam permainan tersebut agar kita
bisa menggali imaginasi dan mengenalkan informasi yang ingin kita kenalkan.
Contohnya saja: Kita ingin mengenalkan tentang Ikan (jenis, bagaimana ikan bisa
terhidang di meja makan, kandungan gizi,profesi halal). Layout tempat bermain
peran ini bisa diatur sedemikian rupa menjadi beberapa tempat yang berfungsi
sebagai rumah, pasar, pantai, jangan lupa selalu sediakan space untuk masjid.
Sediakan peralatan yang mendukung, tentu saja boleh buatan sendiri misal
pancing-pancingan, jala-jalaan, kotak dijadikan sebagai timbangan. Harus ada
uang mainan (tanamkan konsep bahwa agar ikannya halal untuk dimakan harus
dibeli menggunakan uang) Kenalkan proses distribusi mulai dari ikan ditangkap
nelayan, dijual ke pasar ikan, dibeli oleh pembeli dan dimasak oleh ibu (secara
tidak langsung mengenalkan profesi halal). Saat makan, informasikan kandungan
gizi apa saja yang ada dalam ikan. Untuk menuansakan agama, selalu diupayakan
ada adzan di sela-sela mereka bermain, tidak lain membiasakan anak untuk
berhenti bermain, melaksanakan sholat berjamaah, sesudah itu boleh meneruskan
bermain. Pasang tulisan informasi jenis ikan (misal di kotak tempat ikan di pasar),
nama tempat (masjid, pasar ikan, rumah keluarga Amir). Kalo unsur berhitung,
bisa saat menghitung ikan yang ditangkap atau yang dibeli.tentu saja semua
informasi dikenalkan melalui percakapan antar pemain.
C. PENERAPAN BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK
MELALUI METODE PARSITIPATIF
Dalam pembelajaran partisipatif terdapat tiga pihak sebagai pemegang peran
seperti diungkapkan oleh Prof. H.D. Sudjana S., S.Pd., M. Ed., Ph.D. yakni
pendidik, peserta didik, dan kurikulum yang menjadi kepedulian keduanya, yaitu
kepedulian pendidik dan peserta didik (siswa, warga belajar, peserta latihan).
Pendidik dengan penamaan lain baginya seperti pamong belajar, pembimbing, dan
pelatih atau widyaiswara, adalah sebagai pemegang utama dalam stiap strategi
kegiatan pembelajaran.
Strategi kegiatan pembelajaran dapat ditinjau berdasarkan pengertian secara
sempit dan pengertian secara luas. Secara sempit, strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan secara luas, strategi pembelajaran dapat diberi arti sebagai penetapan
semua aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk di
dalamnya adalah perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses, hasil dan
pengaruh kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan kegiatan yang diitimbulkannya, strategi pembelajaran dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik dan strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah kegiatan
pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik
untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.
Strategi ini menekankan bahwa peserta didik adalah pemegang peran dalam
proses keseluruhan kegiatan pembelajaran, sedangkan pendidik berfungsi untuk
memfasilitasi peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik memiliki beberapa cirri.
Ciri tersebut adalah bahwa pembelajaran menitikberatkan pada keaktifan peserta
didik, kegiatan belajar dilakukan secara kritis dan analitik, motivasi belajar
relative tinggi, pendidik hanya berperan sebagai pembantu (fasilitator) peserta
didik dalam melakukan kegiatan belajar, memerlukan waktu yang memadai
(relative lama), dan memerlukan dukungan sarana belajar yang lengkap. Ciri
lainnya adalah bahwa strategi pembelajaran ini akan cocok untuk pembelajaran
lanjutan tentang konsep yang telah dipelajari sebelumnya, belajar dari pengalaman
peserta didik dalam kehidupannya, dan untuk pemecahan masalah yang dihadapi
bersama dalam kehidupan.
Strategi pembalajaran ini memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri.
Keunggulannya adalah pertama, peserta didik akan dapat merasakan bahwa
pembelajaran menjadi miliknya sendiri karena peserta didik diberi kesempatan
yang luas untuk berpartisipasi. Kedua, peserta didik memiliki motivasi yang kuat
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Ketiga, tumbuhnya suasana demokratis
dalam pembelajaran sehingga akan terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar-
membelajarkan di antara peserta didik. Keempat, dapat menambah wawasan
pikiran dan pengetahuan bagi pendidik karena sesuatu yang dialami dan
disampaikan peserta didik mungkin belum diketahui sebelumnya oleh pendidik.
Adapun kelemahannya antara lain:
(1) membutuhkan waktu yang relative lebih lama dari waktu pembelajaran yang
telah ditetapkan sebelumnya,
(2) aktivitas dan pembelajaran cenderung akan didominasi oleh peserta didik
yang biasa atau senang berbicara sehingga peserta didik lainnya lebih banyak
mengikuti jalan pikiran peserta didik yang senang berbicara,
(3) pembicaraan dapat menyimpang dari arah pembelajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik adalah kegiatan
pembelajaran yang menekankan terhadap pentingnya aktivitas pendidik dalam
mengajar atau membelajarkan peserta didik. Perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian proses serta hasil pembelajaran dilakukan dan dikendalikan oleh
pendidik sedangkan peserta didik berperan sebagai pengikut kegiatan yang
ditampilkan oleh pendidik.
D. TAHAP- TAHAP BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK- KANAK
Menurut Shaftel (1967) mengemukakan sembilan tahap bermain peran yang
dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran:
(1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik,
Dalam halini guru hendaknya memberikan anak berbagai motivasi atau
dorongan yang mengarah pada apa yang akan anak- anak perankan.
(2) memilih partisipan/peran,
Dalam bagian ini anak dipersilahkan memilih peran apa yang akan ia
perankan. Gurupun juga harus memberi bimbingan kepada anak bagaimana ia
memerankan tokoh yang ia pilih
(3) menyusun tahap-tahap peran,
(4) menyiapkan pengamat,
(5) pemeranan,
(6) diskusi dan evaluasi,
(7) pemeranan ulang,
(8) diskusi dan evaluasi tahap dua,
(9) membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan.
Kesembilan tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik terhadap
masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan
mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan. Masalah
dapat diangkat dari kehidupan peserta didik, agar dapat merasakan masalah itu
hadir dihadapan mereka, dan memiliki hasrat untuk mengetahui bagaimana
masalah yang hangat dan actual, langsung menyangkut kehidupan peserta didik,
menarik dan merangsang rasa ingin tahu peserta didik, serta memungkinkan
berbagai alternative pemecahan. Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk
memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat
penting dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan. Bermain peran
akan berhasil apabila peserta didik menaruh minat dan memperhatikan masalah
yang diajukan guru.
Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru
mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana
mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta
didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran. Jika para peserta
didik tidak menyambut tawaran tersebut, guru dapat menunjuk salah seorang
peserta didik yang pantas dan mampu memerankan posisi tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, kami dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
Bahwa bermain peran itu dapat digunakan sebagai sebuah cara atau
metode untuk mengenalkan anak bersosialisasi dalam pembelajaran di
kelas
Bahwa metode bermain peran ini dapat membuat anak merasa senang
dalam melaksanakan sebuah pembelajaran
B. SARAN
Penulis dapat memberi saran sebagai berikut :
Guru hendaknya memberikan motivasi yang kuat kepada anak
didiknya, agar stimulus yang diberikan kepada anak dapat optimal
Guru hendaknya meningkatkan kompetensinya agar dapat mengajar
dengan meksimal. Selain itu hendaknya tenaga pendidik maupun
tenaga kependidikan memperhatikan fasilitas yng ada dalam Taman
Kanak- Kanak agarproses belajar mengajar menjwdi lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana S., D. 2001. Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah
Production.
Tilaar, H.A.R. 1994. Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa
Depan. Bandung: Remaja Rosdakarya. www.google.com.
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN MELALUI
BERMIAN PERAN
Di Susun Oleh:
1. Nur Ratna 21114096
2. Elsa Yunianti 21114079
3. Jaenab Asriana 21114088
4. Hasriawati 21114083
5. ST. Husna
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDARI
2013