bermain-peran

19
BAB I PENDAHULUAN A . LATAR BELAKANG Dalam pembelajaran guru dan peserta didik sering dihadapkan pada berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut hubungan social. Pemecahan masalah pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara, melalui diskusi kelas, Tanya jawab antara guru dan peserta didik, penemuan dan inkuiri. Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang sesuai. Bermain peran merupakan salah satu alternative yang dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu model yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Manusia merupakan makhluk social dan individual, yang dalam hidupnya senantiasa berhadapan dengan manusia lain atau situasi di sekelilingnya. Mereka

description

hhhhhhhhhhhhhhhhh

Transcript of bermain-peran

Page 1: bermain-peran

BAB I

PENDAHULUAN

A . LATAR BELAKANG

Dalam pembelajaran guru dan peserta didik sering dihadapkan pada

berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang

menyangkut hubungan social. Pemecahan masalah pembelajaran dapat dilakukan

melalui berbagai cara, melalui diskusi kelas, Tanya jawab antara guru dan peserta

didik, penemuan dan inkuiri.

Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan baru dalam memecahkan

masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih

variasi lain yang sesuai. Bermain peran merupakan salah satu alternative yang

dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli

menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu model yang dapat

digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran

diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia,

terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.

Manusia merupakan makhluk social dan individual, yang dalam hidupnya

senantiasa berhadapan dengan manusia lain atau situasi di sekelilingnya. Mereka

berinteraksi, berinterdepedensi dan pengaruh mempengaruhi. Sebagai individu

manusia memiliki pola yang unik dalam berhubungan dengan manusia lain. Ia

memiliki rasa senang, tidak senang, percaya, curiga, dan ragu terhadap orang lain.

Namun perasaan tersebut diarahkan juga pada dirinya. Perasaan dan sikap

terhadap orang lain dan dirinya itu mempengaruhi pola respon individu terhadap

individu lain atau situasi di luar dirinya. Karena senang dan penasaran ia

cenderung mendekat. Karena tidak senang dan curiga ia cenderung menjauh

manifestasi tersebut disebut peran.

Page 2: bermain-peran

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini, kami mengambil beberapa rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan bermain peran?

2. apa saja jenis- jenis bermain peran?

3. Bagaiamana menerapkan bermain peran untuk anak usia dini dengan

menggunakan metode parsitifatif?

C. TUJUAN

Pembuatan makalah ini bertujuan sebagai berikut :

1. Sebagai wacana untuk memahami tentang bermain peran?

2. Sebagai wacana untukmengetahui jenis- jenis bermain peran.

3. Untuk mengetahui bagaimana menerapkan bermain peran untuk anak usia

dini, utamanya dengan menggunakan metodeparsitipatif

D. MANFAAT

Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

a. Untuk Guru

Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan

kemampuan anak, terutama kecerdasan fisik motorik dan

interpersonal dengan bermain peran

Dapat lebih paham apayang dimaksud bermain peran dan dapat

mengaplikasikannya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas

b. Untuk Siswa

Kecerdasan fisik motorik dan interpersonal anak dapat terasah

dengan bermain peran

Dapat meningkatkan sosiolisasi kepada sesama teman

Anak dapat memahami profesi tertentu

Page 3: bermain-peran

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BERMAIN PERAN

PENGERTIAN Peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan,

ucapan dan tindakan, sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh

individu terhadap individu lain. Peran yang dimainkan individu dalam hidupnya

dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Oleh

sebab itu, untuk dapat berperan dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap

peran pribadi dan orang lain. Pemahaman tersebut tidak terbatas pada tindakan,

tetapi pada factor penentunya, yakni perasaan, persepsi dan sikap. Bermain peran

berusaha membantu individu untuk memahami perannya sendiri dan peran yang

dimainkan orang lain sambil mengerti perasaan, sikap dannilaiyangmendasarinya.

Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah

melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan,

dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai

pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran harus mampu

menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik berinteraksi

dengan orang lain yag juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang

dipilih.

Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeranan dapat melatih sikap

empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Pemeranan

tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkan

dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan

perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeranan.

Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd. (2004:141) terdapat empat asumsi yang

mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-

nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya.

Page 4: bermain-peran

Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:

a Secara implicit bermain peran mendukung sustau situasi belajar berdasarkan

pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat

ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk

menciptakan analogy mengenai situasi kehidupan nyata. Tewrhadap analogy yang

diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons

emosional sambil belajar dari respons orang lain.

b. Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk

mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada

orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional

merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih

menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan

penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama.

Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah

pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari

pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan

emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam

psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual,

sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat

penting dalam pembelajaran.

c. Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke

taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan

tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi

pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Denagn demikian, para

peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan

masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaauntuk mengembangkan dirinya

secara optimal. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari

pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya

dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab

itu, model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang teralu

Page 5: bermain-peran

mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran

mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil

menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah

yang sedang dihadapi.

d. Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang

tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat

ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian,

para pserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain,

apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa

bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang

dimilikinya.

Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran

sebagai model pembelajaran, yakni (1) kualitas pemeranan, (2) analisis dalam

diskusi, (3) pandangan peserta didik terhadap peran yang ditampilkan

dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.

B. JENIS- JENIS BERMAIN PERAN

Bermain peran mikro, anak-anak belajar menjadi sutradara, memainkan

boneka, dan mainan berukuran kecil seperti rumah-rumahan, kursi sofa mini,

tempat tidur mini (seperti bermain boneka barbie). Biasanya mereka akan

menciptakan percakapan sendiri.

Dalam bermain peran makro, anak berperan menjadi seseorang yang mereka

inginkan. Bisa mama, papa, tante,polisi, sopir, pilot, dsb.

Saat bermain peran ini bisa menjadi ajang belajar bagi mereka, baik belajar

membaca, berhitung, mempelajari proses/alur dalam mengerjakan sesuatu,

mengenal tata tertib/tata cara di suatu tempat, yang semua ada dalam kehidupan

kita. Tentu saja kita hanya cukup memberikan informasi sebelum mereka mulai

bermain, dan atau lebih bik kalo kita terlibat dalam permainan tersebut agar kita

bisa menggali imaginasi dan mengenalkan informasi yang ingin kita kenalkan.

Page 6: bermain-peran

Contohnya saja: Kita ingin mengenalkan tentang Ikan (jenis, bagaimana ikan bisa

terhidang di meja makan, kandungan gizi,profesi halal). Layout tempat bermain

peran ini bisa diatur sedemikian rupa menjadi beberapa tempat yang berfungsi

sebagai rumah, pasar, pantai, jangan lupa selalu sediakan space untuk masjid.

Sediakan peralatan yang mendukung, tentu saja boleh buatan sendiri misal

pancing-pancingan, jala-jalaan, kotak dijadikan sebagai timbangan. Harus ada

uang mainan (tanamkan konsep bahwa agar ikannya halal untuk dimakan harus

dibeli menggunakan uang) Kenalkan proses distribusi mulai dari ikan ditangkap

nelayan, dijual ke pasar ikan, dibeli oleh pembeli dan dimasak oleh ibu (secara

tidak langsung mengenalkan profesi halal). Saat makan, informasikan kandungan

gizi apa saja yang ada dalam ikan. Untuk menuansakan agama, selalu diupayakan

ada adzan di sela-sela mereka bermain, tidak lain membiasakan anak untuk

berhenti bermain, melaksanakan sholat berjamaah, sesudah itu boleh meneruskan

bermain. Pasang tulisan informasi jenis ikan (misal di kotak tempat ikan di pasar),

nama tempat (masjid, pasar ikan, rumah keluarga Amir). Kalo unsur berhitung,

bisa saat menghitung ikan yang ditangkap atau yang dibeli.tentu saja semua

informasi dikenalkan melalui percakapan antar pemain.

C. PENERAPAN BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK

MELALUI METODE PARSITIPATIF

Dalam pembelajaran partisipatif terdapat tiga pihak sebagai pemegang peran

seperti diungkapkan oleh Prof. H.D. Sudjana S., S.Pd., M. Ed., Ph.D. yakni

pendidik, peserta didik, dan kurikulum yang menjadi kepedulian keduanya, yaitu

kepedulian pendidik dan peserta didik (siswa, warga belajar, peserta latihan).

Pendidik dengan penamaan lain baginya seperti pamong belajar, pembimbing, dan

pelatih atau widyaiswara, adalah sebagai pemegang utama dalam stiap strategi

kegiatan pembelajaran.

Strategi kegiatan pembelajaran dapat ditinjau berdasarkan pengertian secara

sempit dan pengertian secara luas. Secara sempit, strategi pembelajaran dapat

diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Page 7: bermain-peran

Sedangkan secara luas, strategi pembelajaran dapat diberi arti sebagai penetapan

semua aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk di

dalamnya adalah perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses, hasil dan

pengaruh kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan kegiatan yang diitimbulkannya, strategi pembelajaran dapat

dibagi menjadi dua bagian yaitu strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta

didik dan strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik.

Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah kegiatan

pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik

untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.

Strategi ini menekankan bahwa peserta didik adalah pemegang peran dalam

proses keseluruhan kegiatan pembelajaran, sedangkan pendidik berfungsi untuk

memfasilitasi peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik memiliki beberapa cirri.

Ciri tersebut adalah bahwa pembelajaran menitikberatkan pada keaktifan peserta

didik, kegiatan belajar dilakukan secara kritis dan analitik, motivasi belajar

relative tinggi, pendidik hanya berperan sebagai pembantu (fasilitator) peserta

didik dalam melakukan kegiatan belajar, memerlukan waktu yang memadai

(relative lama), dan memerlukan dukungan sarana belajar yang lengkap. Ciri

lainnya adalah bahwa strategi pembelajaran ini akan cocok untuk pembelajaran

lanjutan tentang konsep yang telah dipelajari sebelumnya, belajar dari pengalaman

peserta didik dalam kehidupannya, dan untuk pemecahan masalah yang dihadapi

bersama dalam kehidupan.

Strategi pembalajaran ini memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri.

Keunggulannya adalah pertama, peserta didik akan dapat merasakan bahwa

pembelajaran menjadi miliknya sendiri karena peserta didik diberi kesempatan

yang luas untuk berpartisipasi. Kedua, peserta didik memiliki motivasi yang kuat

untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Ketiga, tumbuhnya suasana demokratis

dalam pembelajaran sehingga akan terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar-

membelajarkan di antara peserta didik. Keempat, dapat menambah wawasan

Page 8: bermain-peran

pikiran dan pengetahuan bagi pendidik karena sesuatu yang dialami dan

disampaikan peserta didik mungkin belum diketahui sebelumnya oleh pendidik.

Adapun kelemahannya antara lain:

(1) membutuhkan waktu yang relative lebih lama dari waktu pembelajaran yang

telah ditetapkan sebelumnya,

(2) aktivitas dan pembelajaran cenderung akan didominasi oleh peserta didik

yang biasa atau senang berbicara sehingga peserta didik lainnya lebih banyak

mengikuti jalan pikiran peserta didik yang senang berbicara,

(3) pembicaraan dapat menyimpang dari arah pembelajaran yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik adalah kegiatan

pembelajaran yang menekankan terhadap pentingnya aktivitas pendidik dalam

mengajar atau membelajarkan peserta didik. Perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian proses serta hasil pembelajaran dilakukan dan dikendalikan oleh

pendidik sedangkan peserta didik berperan sebagai pengikut kegiatan yang

ditampilkan oleh pendidik.

D. TAHAP- TAHAP BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK- KANAK

Menurut Shaftel (1967) mengemukakan sembilan tahap bermain peran yang

dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran:

(1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik,

Dalam halini guru hendaknya memberikan anak berbagai motivasi atau

dorongan yang mengarah pada apa yang akan anak- anak perankan.

(2) memilih partisipan/peran,

Dalam bagian ini anak dipersilahkan memilih peran apa yang akan ia

perankan. Gurupun juga harus memberi bimbingan kepada anak bagaimana ia

memerankan tokoh yang ia pilih

Page 9: bermain-peran

(3) menyusun tahap-tahap peran,

(4) menyiapkan pengamat,

(5) pemeranan,

(6) diskusi dan evaluasi,

(7) pemeranan ulang,

(8) diskusi dan evaluasi tahap dua,

(9) membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan.

Kesembilan tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik terhadap

masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan

mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan

mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan. Masalah

dapat diangkat dari kehidupan peserta didik, agar dapat merasakan masalah itu

hadir dihadapan mereka, dan memiliki hasrat untuk mengetahui bagaimana

masalah yang hangat dan actual, langsung menyangkut kehidupan peserta didik,

menarik dan merangsang rasa ingin tahu peserta didik, serta memungkinkan

berbagai alternative pemecahan. Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk

memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat

penting dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan. Bermain peran

akan berhasil apabila peserta didik menaruh minat dan memperhatikan masalah

yang diajukan guru.

Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru

mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana

mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta

didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran. Jika para peserta

didik tidak menyambut tawaran tersebut, guru dapat menunjuk salah seorang

peserta didik yang pantas dan mampu memerankan posisi tertentu.

Page 10: bermain-peran

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, kami dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

Bahwa bermain peran itu dapat digunakan sebagai sebuah cara atau

metode untuk mengenalkan anak bersosialisasi dalam pembelajaran di

kelas

Bahwa metode bermain peran ini dapat membuat anak merasa senang

dalam melaksanakan sebuah pembelajaran

B. SARAN

Penulis dapat memberi saran sebagai berikut :

Guru hendaknya memberikan motivasi yang kuat kepada anak

didiknya, agar stimulus yang diberikan kepada anak dapat optimal

Guru hendaknya meningkatkan kompetensinya agar dapat mengajar

dengan meksimal. Selain itu hendaknya tenaga pendidik maupun

tenaga kependidikan memperhatikan fasilitas yng ada dalam Taman

Kanak- Kanak agarproses belajar mengajar menjwdi lancar.

Page 11: bermain-peran

DAFTAR PUSTAKA

Sudjana S., D. 2001. Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah

Production.

Tilaar, H.A.R. 1994. Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa

Depan. Bandung: Remaja Rosdakarya. www.google.com.

Page 12: bermain-peran

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN MELALUI

BERMIAN PERAN

Di Susun Oleh:

1. Nur Ratna 21114096

2. Elsa Yunianti 21114079

3. Jaenab Asriana 21114088

4. Hasriawati 21114083

5. ST. Husna

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

KENDARI

Page 13: bermain-peran

2013