Berita Puslitbangtan No. 60 2015

12

Transcript of Berita Puslitbangtan No. 60 2015

Page 1: Berita Puslitbangtan No. 60 2015
Page 2: Berita Puslitbangtan No. 60 2015

2 Berita Puslitbangtan 60 • Desember 2015

Penanggungjawab: Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Dr Made Jana MejayaDewan Redaksi: Eko Sri Mulyani, R. Heru Praptana, Hermanto, Haryo Radianto, Nuning Argosubekti,dan M. SyamTata Letak: Edi HikmatAlamat: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Jalan Merdeka 147, Bogor, 16111Telp. (0251) 8334089, 8311432, Faks. (0251) 8312755; E-mail: puslitbangtan@litbang.pertanian.go.idwww.pangan.litbang.pertanian.go.id

ISSN 0852-6230

Satu tim Puslitbang TanamanPangan mendapat tugas me-lakukan survei adopsi varietas

unggul padi oleh petani di Lampungselama tiga minggu dari pertengahanOktober hingga awal November 2015.Tim yang terdiri atas 16 orang itu turunke 67 desa terpilih secara acak di semuakabupaten di Lampung dengan total800an petani yang disurvei.

Lokasi survei mencakup juga desaterpencil yang sebagian di antaranyahanya dapat ditempuh melalui sepedamotor atau bahkan berjalan kaki. Jaraktempuh dari penginapan ke desa surveiberkisar antara 4-6 jam pulang pergi,bahkan lebih lama untuk desa-desatertentu. Setiap surveyor berdiskusidengan tiga petani setiap hari yangmemerlukan waktu minimal 1 jam bagisetiap petani. Pada saat survei ber-langsung, sebagian petani tidakmenanam padi karena air pengairantidak tersedia akibat kemarau panjang,apalagi pada lahan sawah tadah hujan.

Berdasarkan informasi yangdiperoleh dari petani, sebagian besarpertanaman padi di perdesaanLampung masih menggunakan varietasCiherang yang dilepas pada tahun 2000yang lalu. Kalaupun ada varietas lainyang cukup luas ditanam, ternyatabukan varietas unggul yang lebih barutetapi yang sudah dilepas lebihdulu,seperti IR64, Cisadane, Ciliwung,

Padi Ciherang Masih Perkasadi LampungAkankah sejarah dominasi varietas IR36 dan IR64 kembali terulang pada Ciherang? Dominasi varietasIR36 yang dilepas tahun 1978 hanya bertahan 10 tahun ketika diambil alih oleh IR64 yang dilepas tahun1986. IR64 mampu mempertahankan dominasinya selama dua dekade sebelum diambilalih oleh Ciherangpada tahun 2006. Sampai kini posisi varietas ini tampaknya belum terusik, terutama di Lampung yang60% areal pertanaman padinya masih diwarnai oleh varietas Ciherang.

Padi varietas Ciherang masih mewarnai sebagian besar areal pertanaman padi di Lampungkarena rasanya disukai petani dan konsumen.

Page 3: Berita Puslitbangtan No. 60 2015

3Berita Puslitbangtan 60 • Desember 2015

dan varietal lokal. Sejumlah petanimemang menanam varietas unggulbaru seperti Inpari 13 yang benihnyaberasal dari bantuan langsungpemerintah melalui penyuluh. Sebagianpetani menanam padi gogo lokal padalahan sawah tadah hujan. Beberapa diantara mereka menanam padi gogovarietas Situ Patenggang.

Hampir semua petani meng-ungkapkan bahwa benih padi yangmereka tanam berasal dari kiospertanian, dan sebagian lagi men-dapatkannya dari sesama petani. Ketikaditanya tentang varietas unggul baruInpari, sebagian besar petani men-jawab tidak kenal dan belum tahu.Fenomena ini mengindikasikan sistemperbenihan varietas unggul baru masihmenjadi masalah bagi petani, terutamayang berdomisili di perdesaan.

Kondisi serupa juga diungkapkanoleh sebagian petani di sentra produksipadi di Jawa, bahwa mereka masihmenanam varietas Ciherang, sebagai-mana terbukti dalam acara PromosiTeknologi Padi di Balai Besar PenelitianTanaman Padi (BB Padi) di Sukamandi,Jawa Barat, pada 26 Agustus 2015 yanglalu.

Alasan petani padi di Lampungmaupun Jawa yang masih meng-gunakan varietas Ciherang relatif sama,yaitu rasa nasinya enak. Padahal adabeberapa varietas unggul baru yang rasanasinya juga enak, antara lain Inpari 10Laeya. Hal ini mengindikasikan lemah-nya sosialisasi, penyediaan, dandistribusi benih kepada petani.Mengacu kepada kenyataan di atas,maka informasi dan penyediaan benihvarietas unggul baru padi bagi petaniperlu mendapat perhatian yang lebihbesar dari pihak terkait, terutama DinasPertanian, BPTP Lampung, danpenyuluhan. (HMT)

Berbuah Manis, PengembanganVarietas Unggul Kedelaidi Banyuwangi

Hasil varietas unggul kedelai yang dikembangkan di Banyuwangimenyentuh angka 2,86-3,78 t/ha. Ditinjau dari produktivitas aktualkedelai yang saat ini baru mencapai 1,3 t/ha, penerapan inovasiteknologi tampaknya memberi peluang bagi upaya peningkatanproduksi nasional kedelai.

Keinginan untuk berswasembadakedelai belum berhasil hinggasaat ini, tapi pemerintah tetap

berupaya meningkatkan produksiuntuk memenuhi kebutuhan kedelaiyang terus meningkat. Ditinjau dari segiproduktivitas aktual yang saat ini barumencapai 1,5 t/ha, produksi nasionalkedelai masih memberi peluang untukditingkatkan jika dikaitkan potensi hasilkedelai di tingkat penelitian yang dapatmencapai 2-3 t/ha.

Hasil penelitian di lahan petani dibeberapa lokasi di Indonesia me-nunjukkan hasil kedelai memang masihdapat ditingkatkan dengan peng-gunaan varietas unggul, benih bermutu,dan teknologi budi daya spesifik lokasi.Mengacu kepada hasil penelitian BadanLitbang Pertanian, KementerianPertanian optimistis swasembadakedelai dapat dicapai. Badan LitbangPertanian pun terus berupaya me-ngembangkan teknologi produksikedelai melalui gelar teknologi dalamberbagai bentuk, termasuk di lahanpetani dalam skala luas. Dalam hal inipendampingan teknologi oleh penelitidan penyuluh pertanian memegangperanan penting.

Di Banyuwangi, Jawa Timur,Puslitbang Tanaman Pangan mengem-bangkan varietas unggul kedelai dilahan petani seluas 100 ha di antarahamparan lahan seluas 500 ha pada MKII 2015. Varietas unggul kedelai yangdikembangkan di lahan sawah setelahpanen padi adalah Burangrang, Dena1, Anjasmoro, Grobogan, Devon-1,Argomulyo, Dering dan Dewah.Sebelumnya, petani setempatmenggunakan varietas lokal Maroloyoatau Glugud atau Geek atau Jeprikdengan produktivitas yang sangatberagam, berkisar antara 1,0-2,0 t/ha.

Pengembangan varietas unggulkedelai di Banyuwangi melibatkan 234petani dari lima kelompok tani. Selainvarietas unggul baru, teknologi yangdikembangkan meliputi 1) benihbermutu; 2) pemupukan sesuai denganstatus hara tanah; 3) pengelolaan airirigasi bagi tanaman kedelai padamusim kemarau, dan 4) pengelolaanhama dan penyakit tanaman.Bimbingan dan pembinaan langsungoleh peneliti dan penyuluh di lapangdilakukan secara terus menerus agarteknologi yang diintroduksikan dapatdiadopsi dengan baik. Pendampingan

Page 4: Berita Puslitbangtan No. 60 2015

4 Berita Puslitbangtan 60 • Desember 2015

Argomulyo memberi hasil 2,97 t/ha,Dewah 2,92 t/ha, Dering 2,99 t/ha, danGrobogan 2,86 t/ha.

Produktivitas varietas-varietasunggul baru kedelai ini masih dapatditingkatkan jika air tersedia bagitanaman selama pertumbuhannya. Saattanam yang bertepatan dengan musimkemarau panjang, tampaknya menjadipenyebab tidak maksimalnya hasilvarietas unggul kedelai yangdikembangkan karena tidak mendapatpasokan air yang cukup selamapertumbuhannya.

Panen Raya dan Temu Lapang

Panen raya kedelai dan temu lapang dilokasi pengembangan pada 7

November 2015 adalah bagian daripengembangan teknologi produksikedelai. Kegiatan ini diikuti olehberbagai kalangan, terutama petani,penyuluh pertanian, dan pemangkukepentingan di daerah dan pusat.Kepala Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan, DrMade Jana Mejaya dalam temu lapangmenegaskan bahwa penggunaanvarietas unggul berperan penting dalammeningkatkan hasil kedelai, termasukpenggunaan sarana produksi secaraoptimal. Hal yang tidak kalah pentingnyamenurut Dr Made Jana Mejaya adalahpendampingan petani secara intensifdalam menerapkan teknologi.

Direktur Budidaya Aneka Kacangdan Ubi Kementerian Pertanian yang

teknologi bagi petani diikuti olehbimbingan teknis di lapang.

Berbuah Manis

Pengembangan teknologi produksikedelai di Banyuwangi berbuah manis.Hal ini ditandai oleh produktivitasvarietas unggul yang dikembangkanberkisar antara 2,86-3,78 t/ha pada MKII, sementara varietas lokal yang biasadigunakan sebelumnya oleh petanihanya menghasilkan 1,8 t/ha. Hasiltertinggi 3,78 t/ha diberikan olehvarietas Burangrang. Varietas Dena 1memberikan hasil 3,55 t/ha. VarietasDevon 1 dan Anjasmoro masing-masing mampu berproduksi 3,19 t/hadan 3,0 t/ha. Sementara varietas

Petani di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menyambut teknologi kedelai yang dikembangkan dengan penuh suka cita.

Page 5: Berita Puslitbangtan No. 60 2015

5Berita Puslitbangtan 60 • Desember 2015

Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Dr Made J Mejaya (keempat dari kiri), dan sejumlah pejabat Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, panenperdana varietas unggul kedelai yang dikembangkan seluas 100 ha di Banyuwangi.

hadir dalam acara ini juga optimistisproduksi kedelai dapat ditingkatkandengan penerapan teknologi.Optimistis ini tentu terkait denganproduktivitas kedelai yang dikembang-kan mampu menyentuh angka di atas 3t/ha. Angka ini dua kali lipat produktivitasnasional yang baru mencapai 1,5 t/ha.

Kepala Balitkabi, Dr Didik Harnowo,yang mendampingi Kepala PuslitbangTanaman Pangan menyatakan varietasunggul kedelai yang dikembangkanmemang cocok dengan lokasi se-tempat, tahan terhadap penyakit karatdaun dan hama pengerek polong, danlebih hemat pupuk. Dalam acara yangberlangsung akrab ini, Kepala Puslit-

bang Tanaman Pangan menyerahkanbantuan benih varietas unggul barukedelai kepada perwakilan petani se-Kabupaten Banyuwangi untuk di-tangkarkan dan dikembangkan lebihlanjut.

Secara terpisah Kepala DinasPertanian Banyuwangi menambahkanbahwa produktivitas kedelai diBanyuwangi sudah menyentuh angka1,7 t/ha. Dengan dikembangkanvarietas unggul dan teknologi budi dayakedelai bagi petani, produktivitaskedelai di Banyuwangi optimismeningkat dalam waktu cepat. Petanipun menyambut teknologi yang di-kembangkan dengan penuh suka cita.

Tindak Lanjut

Sebagai tindak lanjut, Badan LitbangPertanian akan memperluas pengem-bangan kedelai secara serentak dibeberapa kecamatan di Banyuwangipada musim hujan atau awal Desember2015. Hasil kedelai yang dikembangkannantinya akan dijadikan benih padamusim tanam berikut. Pengembangankedelai pada MK I 2016 akan dilakukandi Kecamatan Muncar seluas lebih dari100 hektar. Ke depan, Banyuwangidiharapkan menjadi barometer bagipengembangan kedelai di wilayah laindi Indonesia. (DH/GWASHRP)

Page 6: Berita Puslitbangtan No. 60 2015

6 Berita Puslitbangtan 60 • Desember 2015

Dr I Gusti Komang Dana Arsana, Sarat PengalamanLapang dan Cinta Pertanian dan PetaniDi balik tampilan fisik yang gempal, warna kulit yang gelap, dan kumis yang tebal, tersimpankehangatan dan kerendah-hatian. Pengalaman hidup dan kecintaannya pada pertanian dan petani,telah mengantarnya meraih gelar pendidikan tertinggi dengan predikat cum laude di UniversitasGadjah Mada.

Kesan pertama bagi yang belum pernah mengenalnya,mungkin “angker atau seram” sehingga lebih cocoksebagai aparat keamanan. Hal itu tercermin dari

ceritanya sendiri tentang seorang peneliti senior yang sedangmemperbaiki rumahnya di Yogya. Sang senior minta bantuanKDA (Komang Dana Arsana) untuk mendatangi toko bahanbangunan tempat dia memesan bahan yang tak kunjungdikirim. “Saya tidak banyak bicara, pak” ujarnya sambilterkekeh, “Saya hanya tanya apa betul bahan yang dimintapak senior dipesan di toko itu”. Sang pemilik toko tampakkaget setelah melihat tampang saya dan tanpa banyak bicaradia langsung bilang, “Segera kami kirim pak”. Dengantersenyum, KDA melanjutkan “Esoknya saya dapat info bahanyang dipesan pak senior sudah diantar”.

Sesungguhnya, tampilan luar KDA tidak mencerminkankepribadiannya. Karena begitu Anda membuka pembicaraandengannya, kesan angker itu akan segera sirna, berubahmenjadi hangat dan persahabatan yang diselingi humor. KDAmerupakan tipe pekerja keras yang menapak hidup daribawah sampai berhasil meraih gelar pendidikan tertinggi.

Dr AM Fagi, mantan Ka Balittan (Balai Penelitian TanamanPangan) Sukamandi sebelum menjadi Ka PuslitbangTanaman Pangan dan terakhir Sekretaris Badan LitbangPertanian, akan tersenyum lebar kalau bercerita tentang KDA.Tak dapat dipungkiri, ketika bertugas di Sukamandi, KDAmerupakan petugas lapang andalan Pak Fagi bersamaanggota Tim lainnya di bawah koordinasi alm. Ir Iis Samsiahdan Ir Sadeli P. Penguasaannya tentang masalah lapang dankemampuan berkomunikasi membuatnya tidak asing bagipimpinan Badan Litbang Pertanian dan bahkan MenteriPertanian pada masa itu. “Ketika bertugas membimbingpetani di pedalaman Kalimantan sana,” ujar pak Fagi “KDAmenjalin hubungan yang sangat erat dengan petani setempat.Saking sayangnya mereka kepada KDA, ketika masa tugasnyaberakhir, dia diantar dengan ditandu”. Ada nada bangga disitu. Hubungan KDA dengan Pak Fagi memang tak sekedar

atasan-bawahan, sudah jauh lebih dekat seperti anak denganayah asuh. “Beliau adalah idola saya” kata KDA serius, “Beliaujujur, sederhana, dan berhasil membina keluarga. Sayamerasa sangat dekat dengan beliau sekeluarga dan apa yangsudah saya raih sekarang tak bisa dilepaskan dari bimbinganbeliau.”

Pria yang lahir di Jembrana, Bali, di penghujung tahun1963 ini mulai menunjukkan jiwa petualangnya begitu tamatSMP. Dengan bekal seadanya, dia berlabuh di Bondowosoyang memberinya pelajaran hidup pertama dalam masalahsosial.”Di situ saya mendapat pengalaman yang sangatberkesan bahwa di tempat ‘kumuh’ pun bisa kita temukanhati yang bersih dan tulus” katanya. Lalu dia bercerita tentangbagaimana baiknya perlakuan penghuni “kumuh” tersebut

Dr I Gusti Komang Dana Arsana (kanan) bersama Dr Hasil Sembiring,Dirjen Tanaman Pangan (kiri) di BB Padi pada tahun 2014.

Page 7: Berita Puslitbangtan No. 60 2015

7Berita Puslitbangtan 60 • Desember 2015

terhadapnya sampai akhirnya berkat bantuan seorang camatsetempat, KDA berhasil masuk sekolah di SPMA PemerintahDaerah di kota itu. Di sekolah ini, KDA dan beberapa temannyabergulat mengubah lahan pekarangan sekolah yang cukupluas dan dibiarkan terlantar menjadi produktif denganditanami ubi kayu. Traktor yang semula dibiarkan tergeletakberkarat dan tak berfungsi, dia perbaiki untuk digunakanmengolah tanah. Hasil panen jerih payah mereka ditampungoleh pedagang pasar setempat dengan harga yang lumayan.

Setelah menamatkan sekolahnya di SPMA, KDA dimintamengelola perkebunan cengkeh seorang perwira angkatanlaut yang kebetulan masih keluarga dekatnya. Akan tetapi diamerasa kurang betah dan tak sampai dua tahun KDAmeninggalkan perkebunan yang telah dikelolanya denganbaik tersebut. Pertemuan dengan seorang keluarga jauhnya,mengantarkan KDA bergabung di Proyek P3HTA (ProyekPenyelamatan Hutan Tanah dan Air), daerah aliran sungai(DAS) Brantas , Blitar, Jawa Timur. Dia bekerja sebagaipelaksana lapang proyek di bawah Ir Hasil Sembiring yangkini menjadi Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Pengalamandi proyek ini menambah wawasannya akan penelitian danpengembangan pertanian di lahan kritis DAS serta bergaullebih dekat dengan petani dan petugas lainnya.

Ketika kemudian bergabung dengan Balittan Sukamandipada tahun 1988, KDA mendapat berbagai penugasan lapang,termasuk di Subang, Indramayu, Magelang, dan Lampung.Berbagai kegiatan penelitian lapang telah digelutinya sepertitata guna air, tabela (tanam benih secara langsung), minapadi,sistem pertanian padi-ikan-bebek, sistem legowo, IP300 padi,dan usahatani yang melibatkan jagung kedelai, kacang hijau,dan sayuran. KDA juga terlibat dalam kegiatan kerja sama

Proyek SPCL-OECF Jepang dengan Direktorat JenderalPerkebunan untuk menanam 45 ribu ha padi gogo dan 37ribu ha jagung di 25 provinsi pada awal tahun 2000an. Diproyek ini KDA mengalami kecelakaan di Merauke, Papua,yang tak mungkin hilang dari ingatannya. Mobil yangditumpanginya bersama staf Direktorat Jenderal Perkebunanmasuk jurang sedalam 6 meter. “Untung, semua penumpangselamat” kata KDA serius.

Ketika menimba ilmu di Kota Gudeg, KDA mendapatberbagai pengalaman berharga yang selalu dikenangnyadalam mengarungi kehidupan. Para dosennya yang dia nilaiberilmu tinggi ternyata jauh dari sifat sombong. Di sisi lain,maksud yang baik belum tentu membuahkan hasil yang baikpula. KDA yang menyelesaikan studi S1 di UniversitasSingaperbangsa, Karawang, pada tahun 1994 dan S2 diInstitut Pertanian Bogor tahun 2001 telah mengikuti berbagaipelatihan di bidang pertanian serta melatih petugas pertaniandi Ethiopia, Afrika. Di dalam negeri KDA telah melatih petugaspertanian dan petani di berbagai lokasi, dari Riau, Sumsel,Banten, Jateng, Bali, NTB, NTT, Kaltim sampai Merauke. Dikenalsebagai pria yang ringan tangan dan selalu terbuka untukmembantu orang lain, KDA menikah dengan I Gusti AyuMegawati yang bekerja sebagai PNS di SMA Negeri 2 Denpasar.Kini mereka telah dikaruniai seorang putra, I Gusti NgurahKrisna Dana dan seorang putri, I Gusti Ayu Ananda Putri.Dalam menatap perjalanan hidup ke depan, pria yang tetaprajin ke lapang ini dihadapkan kepada berbagai tantanganyang lebih tinggi, seperti penelitian yang lebih ke hulu sertaketahanan mental sebagaimana petuah dari mahagurunya:kesiapan untuk tidak dihargai, bahkan cacian, meski berhasilmeraih gelar pendidikan tertinggi. (MS/HMT)

Dr I Gusti Komang Dana Arsana (kedua dari kanan) bersama keluarga dan sang idola, Dr AM Fagi (kanan).

Page 8: Berita Puslitbangtan No. 60 2015

8 Berita Puslitbangtan 60 • Desember 2015

Kesepakatan Tim Redaksi BuletinIPTEK Tanaman Pangan (BuletinIPTEK) dengan Pimpinan Pus-

litbang Tanaman Pangan untuk me-lakukan pembinaan penulisan karyatulis ilmiah review hasil penelitian bagipeneliti di BB Padi, Balitkabi, danBalitsereal sudah berlangsung padabulan November 2015. Sebagainarasumber adalah Prof Dr Sumarno diBalitkabi, Drs Mahyuddin Syam, MPS diBalitsereal, Prof Dr Djoko SaidDamardjati dan Prof Dr Zulkifli Zaini diBB Padi. Materi pelatihan di masing-masing balai dipersiapkan oleh Prof DrSumarno yang dikenal sebagai penelitihandal yang produktif di jamannya,bahkan ketika masih aktif memegangbeberapa jabatan struktural. Setelahpurnatugas pun Dr. Sumarno masihtampak energik dan tetap aktif menulis.

Pelatihan ini tampaknya memberiwarna baru bagi peneliti dalam menggalipotensi pembuatan karya tulis ilmiah.Hasilnya, meskipun baru sebatasmembahas dan menyepakati judulmakalah dari peserta pelatihan karenadibatasi oleh waktu yang relatif pendek,tetapi ada harapan untuk terealisasidalam waktu yang tidak terlalu lama. DiBalitkabi sudah disepakati 29 judulmakalah, di Balitsereal 20 judulmakalah, dan di BB Padi 27 judulmakalah review yang diajukan olehmasing-masing peneliti dalam pelatihantersebut. Sebagian peneliti me-

nyanggupi merealisasikan judul-judulitu menjadi makalah review lengkapdalam tempo dua minggu karenasudah dipersiapkan sebelumnya dansebagian besar satu bulan.

Keberhasilan pelatihan ini tentutidak hanya terletak di pundak nara-sumber, tetapi juga memerlukanperhatian yang lebih besar dari masing-masing Kepala Balai. Peneliti perludidorong untuk segera merealisasikanjudul-judul tersebut ke dalam bentuktulisan ilmiah yang dapat dipublikasikanpada Buletin IPTEK Tanaman Pangan.Selama ini sangat sedikit naskah yangditerima Tim Redaksi Buletin IPTEKuntuk dapat diterbitkan secara teraturagar mendapat akreditasi dari LIPI.

Balitkabi Lebih Produktif

Di Balitsereal, diskusi dengan penelitidiawali dengan penyajian data jumlahartikel Buletin IPTEK yang diterbitkantahun 2009-2015 berdasarkan instansidan aspek/disiplin ilmu (Tabel 1 dan 2).Ternyata Balitkabi paling produktifdengan 26 artikel dari 94 artikel yangditerbitkan dalam periode tersebut. Halini tampaknya berkaitan dengan jumlahkomoditas yang ditangani dan jumlahpeneliti meski harus dipahami jumlahpeneliti di kantor pusat PuslitbangTanaman Pangan adalah yang terendah.

Selain itu, nilai kredit dari artikelBuletin Iptek yang akhir-akhir ini rendah

Mengapa Peneliti Sulit MenghasilkanKarya Tulis Ilmiah?Sebagian besar peneliti merasa kesulitan menuangkan ide dan pemikiran dalam bentuk tertulis.Masalah penelusuran dan pemahaman literatur juga turut mengemuka dalam workshop penulisankarya ilmiah di Balitsereal November lalu. Kurangnya waktu yang diluangkan untuk membacapublikasi ilmiah dan lemahnya penguasaan bahasa Inggris tampaknya menjadi faktor pentingyang turut menentukan kualitas karya tulis ilmiah peneliti.

karena belum terakreditasi ulangtampaknya mengurangi motivasipeneliti untuk menulis. Dari segi aspek/bidang keilmuan, agronomi/tanahmemberikan angka tertinggi.

Tabel 1. Jumlah artikel pada BuletinIptek Tanaman Pangan 2009-2015, berdasarkan unit kerja.

Unit kerja Jumlah artikel

Puslitbang TP 15BB Padi 17Balitkabi 26Balit Sereal 16Lain-lain 20

Total 94

Tabel 2. Jumlah artikel pada BuletinIptek Tanaman Pangan 2009-2015, berdasarkan aspek/disiplin ilmu.

Aspek Jumlah artikel

Agronomi/Tanah 27Pemuliaan Tanaman/Benih 17Hama/Penyakit 18Pascapanen 7Sosek 14Lain-lain 11

Total 94

Page 9: Berita Puslitbangtan No. 60 2015

9Berita Puslitbangtan 60 • Desember 2015

Masalah Utama Penulisan

Di Balitsereal, ketika peserta diskusidiminta memilih masalah utama yangdihadapi dalam penulisan makalahreview melalui angket sederhana,jawaban yang paling banyak adalah sulitmenuangkan ide dan pemikiran dalambentuk tertulis, diikuti oleh kesulitanmencari dan memahami literatur.

Jawaban peneliti tampaknya sudahdapat diduga dan merupakan gejalaumum. Tidak banyak di antara merekayang memahami tugas utama sebagaipeneliti, yaitu meneliti dan menulis hasilpenelitiannya dalam bentuk laporanmaupun tulisan ilmiah. Di sisi lain,meskipun sebagian literatur dapatditelusuri melalui internet, penelititampaknya belum banyak yangmelakukan itu. Kelemahan berbahasaInggris juga menjadi salah satupenyebab sulitnya peneliti memahamisubstansi literatur.

Perhatian dan bimbingan darisenior serta lingkungan penelitian yangkondusif tampaknya masih perluditingkatkan di semua balai penelitian,terutama di lingkungan PuslitbangTanaman Pangan. Untuk itu, peranpimpinan Balai sangat menentukan.

Saran Perbaikan

Pimpinan Puslitbang Tanaman Panganperlu mendorong Kepala Balai untukmemberikan dukungan penuh kepadapeneliti dalam kegiatan penelitian danpenulisan makalah ilmiah, baik primermaupun review. Fungsi Ketua Kelti danKetua Program Peneltian perlu lebihdiaktifkan demi terciptanya suasanapenelitian yang kondusif. Ketua Kelti/Program juga dapat berkontribusi padakegiatan redaksional publikasi selainhal-hal yang berkaitan denganpenelitian. (MS/HMT)

Teknologi Aplikatif Pertanian MasihMinim Kualitas dan Kuantitas?Oleh SumarnoPensiunan Prof Riset Puslitbang Tanaman Pangan

Pikiran dan hati seseorang padasaat memutuskan menjadipeneliti, secara sadar siap meng-

abdikan diri pada profesi dengan misipenemuan hal baru yang bermanfaat.Dengan demikian, pedoman berpikirdan bekerja sehari-hari seorang penelitiakan terbimbing oleh misi penemuanteknologi atau informasi baru yangdiperlukan pengguna. Apa pun disiplinilmunya dan kebijakan pemerintah ataupengelola (management) penelitian,misi tersebut mestinya tetap menjadiacuan atau guiding light kerja peneliti.

Dari proses meneliti untuk me-nemukan teknologi baru yang ber-manfaat akan diperoleh hasil sampingberupa publikasi ilmiah sebagai buktitertulis dari temuan yang diperoleh.Namun, bagi sebagian (besar) peneliti,hasil samping berupa publikasi ilmiahsering dijadikan tujuan akhir penelitian.Adanya salah tafsir terhadap misipenelitian, maka peneliti menjadi salaharah, mengejar jumlah publikasi ilmiah,tetapi melupakan misi penemuan tek-nologi baru yang bermanfaat. Publikasiilmiah sering tidak disaring atas dasarnilai kebaruan dan nilai aplikatif, se-hingga banyak yang belum memenuhisyarat novelty (kebaruan informasi) danmutu dari segi aplikatif praktis, sebagaisyarat utama publikasi.

Hal tersebut tidak saja terjadi padapublikasi para peneliti yang masihmuda, tetapi terkadang juga padapeneliti senior. Akibatnya terjadi senjangstatus profesi antara jenjang fungsionalyang tinggi dengan temuan baru (newfinding) yang bernilai rendah atausamar.

Peneliti di bawah KementerianPertanian harus mampu menemukanteknologi baru yang berguna bagikemajuan usaha pertanian, padaberbagai bidang dan aspek. Temuanteknologi baru itu dapat berupa saranapertanian yang lebih efektif, efisien,ramah lingkungan, dan memberikankeuntungan bagi pelaku usahatani.Temuan baru dapat pula berupa carapengelolaan usaha pertanian yang lebihproduktif, efisien, ramah lingkungandan menguntungkan petani. Temuanbaru hasil penelitian semestinya layakdiadopsi petani, karena memang ke-sanalah target capaian penelitian. Olehkarena itu, keberhasilan peneliti,termasuk jenjang fungsionalnya,semestinya lebih ditekankan kepadatemuan dan hasil karya yang telahdiadopsi pengguna atau yang ber-manfaat nyata bagi kemajuan usaha-tani.

Produktivitas peneliti seyogianyatidak semata-mata diukur dari jumlahkarya tulis yang dipublikasikan, yangsebenarnya hanya merupakan produksamping hasil penelitian, tetapi diukurdari temuan baru yang nyata ber-manfaat bagi pengguna atau bagipembuat kebijakan pertanian, yangakan berdampak terhadap kemajuanpertanian. Apabila jenjang fungsionalpeneliti “dikoreksi” berdasarkan ada-tidaknya temuan yang telah dimanfaat-kan pengguna, maka akan diperolehkesejajaran antara tingkat jenjangfungsional dengan teknologi yangdihasilkan untuk kemajuan usahapertanian. Implikasinya, kenaikanjenjang fungsional tidak menjadi lebih

Page 10: Berita Puslitbangtan No. 60 2015

10 Berita Puslitbangtan 60 • Desember 2015

mudah, jika peneliti tidak “berjasanyata” dalam memajukan pertanian.

Konsep yang dikemukakan di atastentu tidak serta merta diterima peneliti,namun akan menjadi cambuk agarmampu berkarya nyata. Apabila penelitimenyadari tugasnya adalah memaju-kan pertanian, maka hal tersebutpantas menjadi tolok ukur keberhasilanprofesi peneliti.

Apa yang Kurang?

Para peneliti tentu dapat mendiagnosisdiri sendiri, mengapa belum atau tidakmampu menghasilkan teknologi baruyang bermanfaat bagi kemajuanpertanian. Paling tidak terdapat limapenyebab rendahnya jumlah temuanteknologi baru yang dapat dimanfaat-kan, yaitu:1. Peneliti kurang mampu memilih dan

merumuskan permasalahan aktualdi lapangan, yang harus diteliti untukdicarikan teknologi pemecahannya.Masalah sebagai objek penelitianseringkali kurang memiliki dayaungkit terhadap kemajuan usahapertanian, apabila teknologinyaditemukan. Dengan demikian,teknologi yang ditemukan melaluipenelitian tidak memiliki dayadorong dan insentif ekonomi bagicalon penggunanya, sehingga tidakmenarik diadopsi.

2. Peneliti terbelenggu oleh bidangspesialisasi disiplin ilmunya, pada-hal bidang tersebut sebenarnyakurang memiliki bobot ekonomisdalam usahatani. Seharusnya pe-neliti fleksibel dalam memilih bidangtopik penelitian, menyesuaikandengan penting tidaknya masalah dilapangan. Profesi fungsional yangtelah ditetapkan berdasarkanketentuan jenjang fungsionalseharusnya tidak perlu mem-belenggu fleksibilitas bidangpenelitian yang akan dilakukan. Perludiingat bahwa program penelitian

UKP bukan ditujukan untuk me-melihara jenjang fungsional.

3. Kreativitas peneliti kurang terasah.Peneliti kurang jeli mengamati danmemahami permasalahan yangdihadapi pelaku usahatani. Ada-kalanya peneliti melakukanpenelitian atas dasar sekadar ingintahu, tanpa memiliki acuan prob-lem aktual di lapangan. Wawasanpeneliti sebagai inovator kurangberkembang oleh berbagai hal yangmenghalangi, termasuk pemikiransempit disiplin keilmuan dan tiada-nya empati terhadap kebutuhanteknologi calon penggunanya.

4. Peneliti tidak tertarik bekerja secaratim. Ada kecenderungan masing-masing peneliti membuat topikpenelitian sendiri, saling terpisahatau tidak komplementer denganpenelitian lain. Padahal penggunateknologi (petani) tidak mungkinmemisahkan berbagai aspek“disiplin keilmuan” dalam praktekusaha pertanian mereka.

5. Budaya kerja meneliti belum timbuldi hati dan pikiran peneliti, sehingganiat untuk menemukan hal barusebagai solusi atau teknologi ber-manfaat kurang menyala dankurang menggelora. Tugas menelitidianggap sebagai tugas rutinperkantoran.

Tulisan ini bukan kritikan, hanyamengingatkan dan ikut berpartisipasidalam memajukan litbang pertanian.Bagi peneliti yang tidak lagi sesuaidengan deskripsi tersebut harusdiapresiasi. Akan tetapi, bagi penelitiyang masih memiliki kesesuaian denganlima hal tersebut seyogianya berupayamengatasi dengan meningkatkankemampuan sebagai peneliti.

Upaya yang diperlukan untukmengatasi faktor penghambat kinerjapeneliti adalah menghilangkan ham-batan itu, atas kemauan dan kesadaransendiri.

Empat Pilar Penelitian

Pilar penelitian dimaksudkan sebagaitiang penyangga utama agar penelitimampu tegak kokoh untuk menemu-kan teknologi yang layak diadopsipengguna. Ada empat pilar penting yangperlu diketahui, yaitu:1. Pemahaman terhadap permasa-

lahan aktual di lapangan dankemampuan dalam merumus-kannya menjadi objek penelitian.

2. Pengayaan wawasan keilmuan danpenguasaan iptek dengan caramembaca banyak pustaka bermututinggi.

3. Pelaksanaan penelitian secara baikdan benar sesuai dengan kaidahilmiah, dan menghindarkan diri darisekadar menjadi “peneliti di ataskursi”.

4. Kemampuan mengkomunikasikanhasil penelitian melalui karya tulisilmiah bermutu dan bermakna,yang mampu menjawab perma-salahan yang diteliti secara jelas dankonklusif.

Empat pilar tersebut semestinyamulai dipahami sejak peneliti memasukiunit kerja penelitian. Semakin ber-tambah pengalaman kerja, masing-masing pilar tersebut menjadi semakinterasah, apalagi kalau peneliti mem-peroleh kesempatan belajar padaprogram S2 atau S3, yang kemudianmenduduki jenjang profesi tertinggisebagai peneliti.

Page 11: Berita Puslitbangtan No. 60 2015

11Berita Puslitbangtan 60 • Desember 2015

Badan Litbang Pertanian sejak2005 mengembangkan berbagaimodel diseminasi hasil pene-

litian, mulai dari Primatani, P4MI, P3MI,SLPTT, KRPL, P3WP/LSO, hingga AP2RL.Sejak 2013, teknologi hasil penelitiandikembangkan dalam skala yang lebihluas, antara lain melalui model P3LKIK-Bima dan P3LRL-Alabio. Modeldiseminasi ini memberi kontribusidalam peningkatan produksi beberapa

komoditas pertanian, terutamatanaman pangan.

Belajar dari pengalaman itu, pe-ngembangan teknologi hasil penelitiandisesuaikan dengan cakupan dandomainnya dalam bentuk Labora-torium Lapang Inovasi Pertanian (LLIP).Selaras dengan dinamika tantangandan lingkungan strategis, LLIP berperanpenting dalam alih teknologi melaluinetworking dan corporate culture. LLIP

adalah unit percontohan yang meng-implemetasikan program korporasiberskala pengembangan agribisnispada luasan tertentu, holistik dankomprehensif, dan sebagai ajang peng-kajian bagi perbaikan teknologi dansekaligus diseminasi teknologi kepadapetani/pengguna dengan dukungankelembagaan.

Sasaran LLIP adalah 1) percepatanalih teknologi dalam pembangunanpertanian perdesaan; 2) perluasanjangkauan inovasi teknologi kepengguna (petani dan stakeholder); 3)optimalisasi penggunaan sumber dayapertanian dan kelestarian/perbaikanlingkungan; dan 4) peningkatanproduktivitas, efisiensi usaha, pen-dapatan dan kesejahteraan petani(pemberdayaan masyarakat dan desa).

Pada tahun 2015 Badan LitbangPertanian mengembangkan LLIP dibeberapa daerah di Indonesia, diantaranya di Desa Tohe KecamatanRaihat, Desa Lamaksenulu, dan DesaMakir, Kecamatan Lamaknen,Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur(NTT). Sejalan dengan penanganan danpengelolaan wilayah perbatasan,Kabupaten Belu yang berdekatandengan Republik Demokratik TimorLeste (RDTL) dipilih menjadi salah satulokasi pengembangan LLIP.

Pengembangan Teknologi MelaluiLaboratorium Lapang di Daerah Perbatasan

Pengembangan teknologi pertanian di Kabupaten Belu, NTT, daerah perbatasan RI-Timor Leste,berbuah manis. Padi varietas Inpari 6 dan Inpari 30 berproduksi di atas 8 t/ha pada MT I 2015.Jagung varietas Lamuru menjadi primadona pula bagi masyarakat setempat. Kacang hijau varietasVima 3 dan kacang tanah varietas Tuban juga memberikan hasil yang tinggi. Sebelumnya, petanisetempat menggunakan varietas lokal dengan hasil yang rendah.

Padi unggul varietas Inpari 6 dan Inpari 30 yang ditanam dengan sistem tanam jajar legowomasing-masing mampu berproduksi di atas 8 t/ha di Kabupaten Belu, NTT.

Page 12: Berita Puslitbangtan No. 60 2015

12 Berita Puslitbangtan 60 • Desember 2015

Dalam pengembangan teknologipertanian, LLIP digerakkan olehorganisasi pelaksana dari lintas danmultidisiplin, dengan melibatkanstakeholder Pusat, Propinsi, Kabupaten,penyuluh pertanian dan petani. Dalamhal ini, Puslitbang Tanaman Panganditugaskan sebagai penanggungjawabLLIP Kabupaten Belu dan BPTP NTTsebagai pelaksana lapang yang bekerjasama dengan Pemerintah DaerahKabupaten Belu. Dalam pelaksana-annya di lapang, LLIP melibatkanpeneliti lingkup Badan Litbang Pertaniansesuai dengan keahilannya danpenyuluh pertanian. Kegiatan ini men-dapat dukungan penuh dari Pemda,DPRD, Bappeda, Distanbunhort, BP4K,BKP, Dinas PU, Dinas Koperasi, BadanPengelolaan Wilayah PerbatasanNasional dan pihak terkait lainnya diKabupaten Belu.

Komoditas unggulan yang di-kembangkan melalui LLIP sesuaidengan keinginan masyarakat se-tempat, antara lain varietas unggul padi,jagung, kacang hijau, dan kacang tanahpada lahan seluas hampir 100 hektardengan melibatkan 19 kelompok tani.Sesuai dengan permintaan masyarakatsetempat, dikembangkan pula formu-lasi pakan sapi dan teknologi budi dayabeberapa jenis sayuran.

Padi sawah varietas Inpari 1, Inpari6, Inpari 10, dan Inpari 30, serta padigogo varietas Inpago 9 dan Situbagenditmenjadi pilihan petani untuk di-kembangkan di lokasi LLIP karena duatahun sebelumnya BPTP NTT juga telahmemperkenalkan VUB padi di daerahini. Jagung varietas Lamuru menjadiprimadona masyarakat setempat.Sebagian masyarakat mengusahakanjagung yang dikombinasikan dengankacang hijau. Kacang hijau varietasVima 1 sudah dikembangkan di NTTsebelumnya, namun belum menyentuhdaerah perbatasan. Selain Vima 1, juga

dikembangkan varietas Vima 2 danVima 3. Kacang tanah varietas Tubanjuga diperkenalkan di salah satu lokasiLLIP. Di Desa Tohe terdapat kawasanhortikultura sekitar 25 hektar dandilakukan pendampingan budi dayacabai, terung, tomat dan paria seluas 5hektar. Di lokasi ini juga dikembangkantanaman lamtoro taramba tolerankekeringan seluas 10 hektar untuk pe-nyediaan pakan bagi ternak pendudukpada musim kemarau.

Masyarakat pertanian di wilayahperbatasan menaruh harapan yangtinggi terhadap teknologi yang di-kembangkan melalui LLIP gunameningkatkan produktivitas dan pen-dapatan. Mereka menyadari pentingnyailmu pengetahuan dan teknologi per-tanian dalam meningkatkan produksi.

Varietas Inpari 6 dan Inpari 30 yangmenjadi andalan petani setempat

mampu berproduksi di atas 8 t/ha padaMT I 2015. Kacang hijau varietas Vima 3dan kacang tanah varietas Tuban jugamemberikan hasil yang tinggi. Selamaini mereka menggunakan varietas lokaldengan berbagai keterbatasan, antaralain daya hasil yang rendah danberumur panjang.

Salah seorang ketua kelompok taniberminat menjadi penangkar benihpadi dan kacang hijau untuk memenuhikebutuhan petani setempat dan bah-kan petani lainnya di luar KabupatenBelu. Ketua kelompok tani lainnyaberinisiatif pula membuka kiospertanian di daerah tersebut. PemdaKabupaten Belu mendukung kegiatanLLIP yang tercermin dari perbaikan jalanusahatani, jalan menuju lokasipengembangan teknologi pertanian,jembatan penghubung kedua lokasiLLIP, dan perbaikan jaringan irigasi.(RHP)

Kacang tanah varietas Tuban disukai petani peserta program LLIP di Kabupaten Belu NTT karenaberdaya hasil tinggi dan relatif genjah. Dr R Heru Praptana (kiri) adalah pendamping teknologidari Puslitbang Tanaman Pangan.