Berita Puslitbangtan No. 59 2015

12

Transcript of Berita Puslitbangtan No. 59 2015

Page 1: Berita Puslitbangtan No. 59 2015
Page 2: Berita Puslitbangtan No. 59 2015

2 Berita Puslitbangtan 59 • September 2015

Penanggungjawab: Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Dr Made Jana MejayaDewan Redaksi: Eko Sri Mulyani, R. Heru Praptana, Hermanto, Haryo Radianto, Nuning Argosubekti,dan M. SyamTata Letak: Edi HikmatAlamat: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Jalan Merdeka 147, Bogor, 16111Telp. (0251) 8334089, 8311432, Faks. (0251) 8312755; E-mail: puslitbangtan@litbang.pertanian.go.idwww.pangan.litbang.pertanian.go.id

ISSN 0852-6230

Gersang. Itulah pemandanganumum di sepanjang jalan dibeberapa daerah di Kabupaten

TTS, NTT. Sebagian areal pertanamanpalawija yang dibudidayakan petaniterancam kekeringan karena tidakmendapat pasokan air yang cukup.Tanaman jagung yang tercekamkekeringan ibarat hidup segan mati takmau. Sudah berumur hampir tiga bulantapi tinggi tanaman jagung yang seharus-nya 1,5 meter tumbuh kerdil menjadisekitar 0,5 meter saja dengan tongkolyang tidak merata dan hampir tak berbiji.

Bagi umumnya masyarakat per-tanian di NTT, khususnya di KabupatenTTS, kekeringan sudah menjadi bagiandari kehidupan. Di kawasan ini musimhujan hanya berlangsung 3-4 bulansetiap tahun dan 8-9 bulan musimkemarau. Peta iklim dan agroklimatmenununjukkan NTT termasuk kedalam wilayah kering beriklim keringdengan tipe iklim E.

Hingga Agustus 2015, sebagianpetani lahan kering dan tadah hujan didaerah ini, khususnya di KabupatenTTS, tidak berhasil panen padi danpalawija karena pertanaman merekakekeringan akibat kemarau panjang.Musim kemarau pada tahun 2015 disebagian besar wilayah di NTT lebihpanjang, diperkirakan 9-10 bulan.Sampai awal September 2015 belumada tanda-tanda akan turun hujan.

Gerakan Seribu Sumur untukMengatasi Ancaman KekeringanPresiden RI Joko Widodo menginstruksikan pembuatan seribu sumur untuk mengairi tanaman petani diKabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusatenggara Timur (NTT). Sebagai tindak lanjut, MenteriPertanian Amran Sulaiman telah menunjuk Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Dr Made Jana Mejaya,sebagai penanggung jawab Upaya Khusus (UPSUS) Penyelamatan Produksi Tanaman Pangan di NTT.Bagaimana perkembangan gerakan seribu sumur untuk pengairan tanaman yang terancam kekeringan?

Air sumur bor (tanda panah) yang dibuat secara swadaya oleh petani di Desa Oebelo diKecamatan Abanuman Selatan, NTT dapat mengairi tanaman jagung seluasa 0,5 ha denganbantuan mesin pompa air.

Instruksi Presiden

Berawal dari kunjungan kerja keKabupaten TTS pada 20 Desember 2014dalam rangka peletakkan batu pertama

Bendungan Raknamo, Presiden RI JokoWidodo mendapat informasi tentangmasalah kekeringan yang mengancamkeselamatan produksi pertanian warga,terutama padi dan palawija. Oleh karena

Page 3: Berita Puslitbangtan No. 59 2015

3Berita Puslitbangtan 59 • September 2015

itu, presiden menginstruksikan untuksegera membangun seribu sumur diKabupaten TTS. Menteri PertanianAmran Sulaiman pun bertindak cepatdan menyusun program sekaligusmenunjuk aparat di jajaran KemeterianPertanian yang bertanggung jawabdalam operasionalnya. Terhitung sejak24 Juli 2015 Kepala Puslitbang TanamanPangan, Dr Made Jana Mejaya, dipercayasebagai penanggung jawab UpayaKhusus (UPSUS) penyelamatanproduksi tanaman pangan di NTT,khususnya di empat kabupaten yaituSikka, Ende, Nagekeo, dan Ngada.

Pengamatan di lapangan menunjuk-kan muka air tanah di beberapa daerahyang mengalami kekeringan, terutamayang dekat pantai, relatif dekat denganpermukaan lahan, setinggi 5-6 meter.Kepala Puslitbang Tanaman Panganyang telah berkoordinasi dengan Pemdasetempat segera pula meresponkeinginan Menteri Pertanian denganmenugaskan Tim Puslitbang TanamanPangan turun ke Kabupaten TTS untukmemantau perkembangan imple-mentasi program pembuatan seribusumur di dua kecamatan di KabupatenTTS.

Kondisi di Lapangan

Instruksi pembuatan seribu sumur olehPresiden disambut suka cita oleh wargamasyarakat setempat yang umumnyapetani dan peternak. Sayangnya,gerakan seribu sumur ini belumterealisasi sepenuhnya karena danayang diperlukan belum cair.

Menurut Kepala Dinas Pertanian danPerkebunan Kabupaten TTS, OtnialNeonane, S.TP, M.Si, program seribusumur diperuntukkan bagi dua desa diKecamatan Amanuban Selatan danenam desa di Kecamatan Kualin denganDana Alokasi Khusus (DAK) yangsebenarnya telah turun di Kantor PemdaKabupaten TTS. Namun, “Dana tersebutawalnya tidak diperuntukkan bagi pem-buatan sumur. Untuk mempercepatpencairan dana harus dibuatkan payunghukum dengan revisi seperlunya” kataKepala Dinas Pertanian dan PerkebunanKabupaten TTS kepada Tim PuslitbangTanaman Pangan.

Meski dana belum turun, petanitelah dikerahkan Pemda setempatuntuk pembuatan sumur secaraswadaya dan pelaksanaannya dilapangan dibantu oleh Babinsa (TNI).

Bantuan yang diperlukan oleh petaniadalah cincin-cincin beton agar tanahdi sekeliling dinding sumur tidak robohpada saat penggalian. Menurut catatan,Desa Oebelo Kecamatan AmanubanSelatan mengusulkan 326 sumur danDesa Noemoke di kecamatan yang sama136 sumur, sesuai dengan luas areapertanaman yang akan diairi.

Sebenarnya, Balai Besar PelatihanPenyuluhan Peternakan NTT telahmenangani banyak hal, termasukmasalah pembuatan sumur dangkal. Dibeberapa lokasi memang ada sumberair irigasi yang belum dimanfaatkanpetani, tetapi di lokasi lain kekuranganair. Menurut Kepala BB PelatihanPenyuluhan Peternakan NTT, Ir ApriHandono MS, pemerintah telah mem-bantu pembuatan sumur bagi ma-syarakat setempat, termasuk pemberiantangki besar (1.000 liter), mesin pompadan pemipaan. Namun yang menjadimasalah adalah kurangnya inisiatifmasyarakat untuk memanfaatkansistem pengairan ini bagi pengem-bangan budi daya tanaman. Oleh karenaitu, hal yang juga perlu menjadi perhatian,menurut Pak Apri, adalah bagaimanamenggerakkan dan mengarahkanmasyarakat setempat untuk mengem-bangkan usahatani mereka.

Kabupaten TTS prospektif untukpengembangan jagung yang merupa-kan pangan pokok penduduk NTT jikadikaitkan dengan program bantuanpembuatan sumur dangkal sebagaisumber air pengairan tanaman. Sebagaicontoh, di Desa Oebelo di KecamatanAmanuban Selatan, petani berswadayamembuat sumur bor dan membelimesin pompa air. Ternyata, air dari satusumur dapat mengairi tanaman jagungseluas 0,5 hektar. Oleh karena itu, upayamenggerakkan masyarakat untuk lebihserius mengembangkan dan mengelolausahataninya menjadi bagian pentingdari gerakan seribu sumur untukpengairan tanaman di Kabupaten TTS,NTT (HMT/MHS/EH).

Dr Made Jana Mejaya, Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, mendapat kepercayaan sebagaipenanggung jawab UPSUS penyelamatan produksi padi dan palawija di NTT.

Page 4: Berita Puslitbangtan No. 59 2015

4 Berita Puslitbangtan 59 • September 2015

Kemarau panjang tahun ini ber-potensi menurunkan arealtanam jagung yang akan mem-

pengaruhi keberhasilan pemerintahdalam mewujudkan swasembadapangan. Seminar Nasional ‘PeningkatanPeran Penelitian dan PengembanganSerealia Mendukung SwasembadaPangan’ yang diselenggarakan di Maros,Sulawesi Selatan, pada 30 April 2015,antara lain membahas hasil penelitianjagung hibrida silang puncak tolerankekeringan. Dalam kondisi tercekamkekeringan, beberapa galur masihmampu berproduksi 3,7-4,3 t/ha,sementara varietas pembanding Bima-11, BISI-2, Bima-3, dan P21 gagal panen.Pengembangan galur-galur ini diharap-kan dapat mengatasi dampak kemaraupanjang, yang masih berlangsunghingga saat ini, terhadap penurunanareal tanam dan produksi jagung.

Diinisiasi oleh Puslitbang TanamanPangan, seminar nasional ini dihadirioleh 250an peserta dari kalanganpeneliti, penyuluh pertanian, dosen,mahasiswa, pengusaha agribisnis,praktisi pertanian, dan perwakilankelompok tani. Badan Litbang Pertanianterus berupaya menghasilkan dan me-ngembangan teknologi yang mampumeningkatkan produksi mendukungswasembada pangan. PengembanganPTT jagung dengan komponen tekno-loginya diyakini mampu meningkatkanproduksi. Gayung pun bersambut,inovasi ini menjadi bagian penting dariprogram Kementerian Pertanian untukmeningkatkan produksi jagungnasional dengan nama GP-PTT. Dalampengembangan GP-PTT, penggunaan

varietas unggul dan penangkaran benihmandiri menjadi sangat strategis danrelevan dengan Program 1.000 DesaMandiri Benih.

Dalam pengembangan jagung kedepan, peneliti dari UniversitasHasanuddin lebih menyoroti keter-sediaan dan kondisi lahan. Di Indonesiaterdapat 102 juta ha lahan kering yangbersifat masam yang perlu ditelitipemanfaatannya secara optimal untukproduksi tanaman pangan. Untukmengatasi masalah ini direkomen-dasikan penggunaan kompos danzeolit. Sebagai pengganti zeolit yang sulitdiperoleh dapat memanfaatkan mikro-ba seperti Bacilus dan Pseudomonas.

Universitas Hasanuddin sebenarnyamendapat mandat dari DIKTI untukpengembangan jagung. Oleh karena itu,kerja samanya dengan Badan LitbangPertanian yang telah dibangun selamaini perlu terus ditingkatkan untukmenjawab tantangan pengembanganjagung di masa yang akan datang.

PT Golden Indonesia Seed yang me-rupakan mitra Badan Litbang Litbangtelah berperan aktif mengembangkanjagung hibrida Bima-3 Bantimurung,rakitan pemulia Balai PenelitianTanaman Jagung dan Serealia. Produksibenih F1 yang dihasilkan telah di-sebarluaskan dan mampu berproduksi8,3 t/ha di tingkat petani. Di tingkat

Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Dr Made Jana Mejaya, mendampingi Kepala Badan LitbangPertanian dalam pembukaan Seminar Nasional Peningkatan Peran Penelitian dan PengembanganSerealia Mendukung Swasembada Pangan di Maros 30 April 2015.

Jagung Hibrida Toleran KekeringanBeberapa galur jagung hibrida silang tunggal rakitan Balitsereal toleran kekeringan.Pengembangannya diharapkan dapat mengatasi dampak kemarau panjang terhadappenurunan area tanam dan produksi jagung.

Page 5: Berita Puslitbangtan No. 59 2015

5Berita Puslitbangtan 59 • September 2015

kelompok petani binaan Balitsereal dibeberapa lokasi di Jawa, hasil varietasBima-3 Bantimurung lebih tinggi lagi,berkisar 11-13 t/ha. Di salah satu lokasipengembangan di Jawa Tengah,Presiden RI, Joko Widodo, turutmemanen jagung unggul ini. Bima-3Bantimurung juga telah berkembang diSumatera Selatan, Sumatera Barat,Sulawesi Barat, dan NTB.

Peneliti Badan Litbang Pertanianjuga mengungkapkan keberhasilanpengembangan sistem produksi benihjagung berbasis komunal sejak tahun2003 di Nusa Tenggara Timur, SulawesiTengah, dan Nusa Tenggara Barat.Pemanfaatan limbah jagung dalam polatanam jagung-padi yang diintegrasikandengan ternak sapi menguntungkanpetani. Teknologi fermentasi jerami-dedak dengan perbandingan 9:1 danpenggunaan asam laktat sebagai startermenghasilkan pakan yang bermutu

untuk ternak sapi setelah 3 minggufermentasi.

Di Sumatera Selatan, pendapatanyang diperoleh dari penerapan polatanam jagung-padi yang diintegrasikandengan ternak sapi mencapai Rp 20 juta/ha, sedangkan tanpa ternak hanya Rp13 juta/ha. Penampilan jagung Bima-3di lahan pasang surut di SumateraSelatan menggembirakan, dengan pro-duksi mencapai 11,2 t/ha. Penggunaankompos dari limbah sawit sebanyak 10t/ha memberi-kan hasil 9,8 t/ha. Bima-3juga sudah dijadikan benih berbantuandi Sumatera Barat. Oleh karena itu,program Kawasan Desa Mandiri Benihperlu dipadukan dengan programtersebut.

Di Kalimantan Selatan, jagunghibrida rakitan Balitsereal mempunyaikeunggulan dan kelemahan di la-pangan. Keunggulannya, pertumbuhan

awal sangat baik dan jika diberi pupuklengkap memberikan hasil yang tinggi.Keunggulan lainnya adalah dauntanaman masih hijau pada saat panen(stay green) sehingga potensialdijadikan pakan ternak. Hal ini jugamendukung pengembangan ternaksapi di Kalimantan Selatan. Ke-lemahannya, klobotnya yang terbuka,sehingga menjadi masalah bagi petanikarena mereka sudah terbiasamenunda panen dengan tujuan untukmenurunkan kadar air biji jagungsebelum dipanen. Klobot yang terbukamenyebabkan biji cepat berjamur

Kajian diversifikasi pangan denganmemanfaatkan jagung pulut sebagaibahan roti menunjukkan tepung jagungdapat mensubtitusi 37% terigu dandisukai oleh sebagian besar masyarakatMaluku karena aroma dan rasanya yangenak. (Tim Perumus/HMT)

Di bawah lisensi PT GoldenIndonesia Seed, jagunghibrida varietas Bima-3Bantimurung telahberkembang di beberapaprovinsi sentra produksijagung di Indonesia.

Page 6: Berita Puslitbangtan No. 59 2015

6 Berita Puslitbangtan 59 • September 2015

Senyum lebar Pak Tantera menyambut kedatangan kamidi kediaman beliau yang asri dengan berbagai macamtanaman, termasuk anggrek, di Gianyar, Bali. Di usianya

yang 76 tahun, Pak Tantera masih kelihatan segar dan aktifdalam berbagai kegiatan seperti mengajar dan olah raga.Dengan motto “senantiasa berusaha untuk menjadi yangterbaik” beliau berhasil meraup peringkat atas di tingkat SR(SD), SMP, dan SMA meski waktu yang tersedia untuk belajarhanya sekitar 2-3 jam per hari. Pekerjaan rumah, termasukmencuci dan sterika, menyita sebagian besar waktu PakTantera di kediaman pamannya yang membiayai hidup dansekolahnya sampai SMA di Singaraja. Tampaknya hal inilahyang mendorong Pak Tantera melanjutkan studi di AkademiPertanian Ciawi yang menyediakan ikatan dinas danmemberinya kesempatan berinteraksi dengan mahasiswayang datang dari berbagai penjuru tanah air.

Setelah menyelesaikan studi di Akademi Pertanian Ciawitahun 1961, Pak Tantera diterima bekerja di LembagaPenelitian Hama dan Penyakit Tumbuhan. Ketika lembaga inibergabung dengan LP3, beliau pernah menjadi Ketua Kelti(kelompok peneliti) Penyakit Tanaman. Pada masa itu, Keltiini mendapat kepercayaan untuk mengelola peralatancanggih Mikroskop Elektron yang merupakan satu-satunyadi tanah air. Peralatan ini telah memberikan andil dalampenelitian penyakit tanaman, seperti penyakit virus tungro,kerdil rumput, dan kerdil hampa.

Pria yang, karena peristiwa G30 S tahun 1965, gagalmengikuti program exchange student ke Amerika Serikat yangdisponsori USAID, kemudian mendapat kesempatanmengikuti training Post Graduate Nematology Course diWageningen, Belanda, pada tahun 1968. Tawaran untukperpanjangan training di negeri ini dengan halus dia tolak,karena tekadnya yang tinggi untuk bisa meraih gelar MSc ataubahkan Doktor, bukan sekedar training.

Tekad yang tak pernah pudar itu akhirnya menjadikenyataan. Setelah berhasil memperoleh gelar Drs dariFakultas Biologi Universitas Nasional di Jakarta, Pak Tanterayang pernah bertugas di Irian Barat pada masa UNTEA,mendapat kesempatan untuk studi di Lousiana StateUniversity, Amerika Serikat. Gelar MSc dan PhD beliau raihdalam waktu relatif singkat (3,5 tahun) pada tahun 1972.Ketika singgah di IRRI dalam perjalanan pulang ke tanah air,Pak Tantera mendapat sambutan hangat di lembagainternasional ini dengan harapan terjalinnya kerja sama yangerat di masa depan.

Kunjungan tersebut menambah keyakinan beliau akanpentingnya arti penelitian nasional dan kerja samainternasional, apalagi setelah Pak Tantera dipercaya sebagaiDirektur National Rice Research Program (NRRP) pada tahun1974-79. Bersama Dr. Hank Beachell yang diperbantukan olehIRRI di Indonesia, pak Tantera dan beberapa peneliti padilainnya mengembangkan program GEU (GermplasmEvaluation and Utilization) yang dinilai berhasilmengoordinasikan kegiatan penelitian dan pengembanganpadi dengan melibatkan berbagai institusi, termasuk DitjenTanaman Pangan, BIMAS, dan Penyuluhan. Selain itu beliaujuga termasuk inisiator publikasi Puslitbang Tanaman Pangandan sempat menjadi Ketua Dewan Redaksi Jurnal PenelitianPertanian (PP) di Puslitbang Tanaman Pangan dan IndonesiaJournal of Crop Science di tingkat Badan Litbang Pertanianmelalui PUSTAKA.

Bagi sebagian rekan dan juniornya, Pak Tantera yang selalubersikap optimis ini memberikan kesan tersendiri. “Beliausenantiasa memberi motivasi kepada yang muda untukmeningkatkan kemampuan, baik dalam pendidikan bergelaratau nongelar, penelitian, maupun penulisan karya ilmiah”,ujar Dr M. Kosim Kardin yang pernah merasakan binaan PakTantera. “Kemampuan bahasa Inggris Pak Tantera, baik lisan

Dr Dewa Made Tantera Keramas, SelaluBerpikir Positif dan Berusaha Jadi yang TerbaikPada jamannya, lebih dari 40 tahun silam, Dr Dewa Made Tantera Keramas adalah Doktor pertama dantermuda di Lembaga Pusat Penelitian Pertanian (LP3—kini Puslitbang Tanaman Pangan). Pada masanyapula, Kelti Penyakit Tanaman yang pernah dia pimpin, dipercaya mengelola Mikroskop Elektron yangtergolong canggih dan satu-satunya di tanah air waktu itu. Di masa senjanya, pak Tantera tetap rajinmenulis dan aktif sebagai guru besar di Universitas Hindu Indonesia.

Page 7: Berita Puslitbangtan No. 59 2015

7Berita Puslitbangtan 59 • September 2015

maupun tulisan, pada masa 30-40 tahun silam bisa dikatakanyang terbaik dibandingkan senior lainnya. Oleh karena itu,beliau tampak sangat percaya diri dalam berinteraksi denganahli asing yang banyak diperbantukan pada masa itu. NamunPak Kosim yang juga pernah menjabat sebagai ketua keltipenyakit dan kini disibukkan oleh tanaman hias tampak sulitmenyembunyikan rasa penasarannya. “Sampai kini sayamasih heran, mengapa Pak Tantera tidak pernah memegangjabatan struktural seperti Kepala Balai apalagi Kepala Pusat.Padahal kemampuan dan visi beliau, menurut saya, sangatmumpuni”. Dengan menghela nafas, Pak Kosim melanjut-kan, ”Apa mungkin karena beliau tampak terlalu percaya diri,ya, jadi kurang berkenan bagi sebagian rekan dan atasannya”.

Meski demikian, jabatan struktural tampaknya bukansesuatu yang sangat didambakan Pak Tantera. Pada suatukesempatan beliau berkata, ”Seorang mantan Kapus pernahberkunjung ke ruang kerja saya. Beliau tampaknya ingin tahuperasaan saya yang tidak pernah memegang jabatan Ka Balaiatau Kapus”. Sambil tersenyum ringan, beliau melanjutkan,”Saya katakan kepada beliau bahwa saya menikmati danmenyukuri apa yang telah saya peroleh. Saya tidak pernahmerasa kecewa meski tak diberi jabatan struktural, karenabukan itu tujuan utama hidup saya”. Kesan itu beliautunjukkan dengan tak pernah merasa canggung dalamberinteraksi, baik dengan pejabat maupun ilmuwan dankaryawan biasa.

Periode 1990-1995 tampaknya merupakan masa yangpaling sibuk bagi Pak Tantera ketika beliau mendapatkepercayaan sebagai Manajer Program FAO untuk Palawijase-ASIA (disebut Regional Coordinator FAO/RAS 89/45) dengandana sebesar US$ 2,4 juta untuk 5 tahun. Sebagai ManajerRegional Coordinator, beliau harus berkeliling ke negaraanggota (Tiongkok, Korea, Thailand, Malaysia, Laos, Vietnam,Filipina, Indonesia, Bangladesh, India, Pakistan, Nepal,Srilanka,dan Myanmar) untuk menyelenggarakan workshop,seminar, atau training yang berkaitan dengan palawija.

Dalam usia menjelang 76 tahun, pria yang kelihatan masihsegar dan termasuk rajin muncul di facebook ini, merasayakin bantuan pemerintah kepada petani akan lebih efektifbila diberikan dalam bentuk subsidi hasil panen daripadasubsidi pupuk dan benih. Beliau tampak bahagia menikmatihari tua dengan istri, Nyoman Ayu Sukerni, yang selalu setiamendampingi. “Ibu menyelesaikan studinya di Fakultas Sastra,Universitas Udayana, sekitar setengah abad lalu,” ujar PakTantera yang senang tenis dan renang ini dengan tertawakecil, lalu segera melanjutkan, ”Kami bertemu ketika diabekerja di RRI Bogor.” Bu Tantera yang sempat menjabatsebagai Kepala Bagian Siaran tersebut mengangguk sambiltersenyum di wajah yang masih menyisakan kecantikannya.Keduanya dikaruniai tiga orang putra dan dua cucu. Dua putramereka lebih memilih tinggal di Bogor dan yang seorang lagimenemani keduanya di Gianyar. (MS/HMT)

Pak Tantera dan Ibu di halaman rumahnya yang asri.Beliau masih aktif mengajar dan rajin muncul difacebook.

Page 8: Berita Puslitbangtan No. 59 2015

8 Berita Puslitbangtan 59 • September 2015

Di Indonesia, jurnal penelitianbaru diakui eksistensinyasebagai majalah berkala ilmiah

nasional jika sudah mendapat akreditasidari LIPI bagi jurnal ilmiah dari lembagapenelitian yang bernaung di bawahkementerian dan dari Kemenristek Diktibagi jurnal ilmiah yang diterbitkanperguruan tinggi. Persyaratan akreditasisemakin ketat. Aspek yang dinilai men-cakup penamaan jurnal, kelembagaanpenerbit, penyunting dan manajemenpengelolaan terbitan, substansi artikelyang diterbitkan, gaya penulisan, pe-nampilan, keberkalaan, dan penyebar-luasan.

Di antara aspek yang dinilai, sub-stansi artikel memiliki porsi penilaianyang lebih besar, mencapai 39 persen.Oleh karena itu, dewan redaksi teknisdituntut untuk lebih jeli menelisiksubstansi artikel yang dikirimkanpenulis sebelum diterbitkan. Redaksipelaksana dituntut pula untuk lebihsigap dan teliti menelisik aspeknonteknis, termasuk penyuntinganredaksional, manajemen pengelolaanterbitan, gaya penulisan, menjagakonsistensi keberkalaan dan keber-lanjutan penyebarluasan terbitan.

Tetap Terakreditasi

Untuk pertama kalinya JPP TanamanPangan dinyatakan lolos akreditasi olehTim P2MI LIPI pada tahun 2009 dengannomor akreditasi 200/AU1/P2MBI/08/2009 dan berlaku untuk periode tigatahun ke depan. Pada tahun 2012, JPPTanaman Pangan terakreditasi kembalidengan nomor akreditasi 448/AU2/P2MI-LIPI/08/2012.

Pada tahun 2015 ini, JPP TanamanPangan juga harus diajukan kembaliakreditasinya. Oleh karena itu, DewanRedaksi dituntut menyiapkan semua

Jurnal Penelitian PertanianTanaman Pangan Tetap TerakreditasiKecemasan akan tidak berlanjutnya status akreditasi Jurnal Penelitian Pertanian(JPP) Tanaman Pangan sebagai majalah ilmiah nasional terjawab sudah. Pada 15Juli 2015, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengeluarkan SuratKeputusan Hasil Akreditas Majalah Ilmiah untuk berbagai bidang keilmuan. JPPTanaman Pangan tetap terakreditasi dan berlaku untuk tiga tahun ke depan.

persyaratan yang diperlukan untukakreditasi ulang. Upaya itu berbuahmanis. Sesuai dengan KeputusanKepala LIPI pada 15 Juli 2015, Jurnal JPPTanaman Pangan yang diterbitkan olehPuslitbang Tanaman Pangan ini tetapterakreditasi dengan nomor akreditasi646/AU3/P2MI-LIPI/2015.

Meski demikian, menjelang tahun2018 Dewan Redaksi masih harus be-kerja keras untuk meningkatkan kualitasJPP Tanaman Pangan. Mengapa? Adabeberapa cacatan penting penilaian LIPIyang harus diadaptasikan pada terbitan-terbitan sejak tahun 2015. (HMT).

STOP PRESS

Page 9: Berita Puslitbangtan No. 59 2015

9Berita Puslitbangtan 59 • September 2015

Keinginan pemerintah untukkembali berswasembadapangan, terutama beras, perlu

mendapat dukungan dari semua pihak.Di antara sekian banyak masalah yangdihadapi petani dalam berproduksi,kemarau panjang telah menyebabkanberkurangnya pasokan air bagi tanam-an sehingga mengancam keselamatanproduksi padi di banyak daerah, ter-masuk di sebagian lahan sawah irigasi.

Hingga Juli 2015, dilaporkan 111.000hektar area pertanaman padi terkenadampak kekeringan akibat kemaraupanjang. Angka ini diperkirakan akanmeningkat menjadi 200.000 hektar padaOktober 2015. Apabila ancamankekeringan ini tidak segera ditangani,ketersediaan beras di pasar tentu akanberkurang yang berimbas terhadapkenaikan harga. Harga beras impor pundiperkirakan akan naik karena

melemahnya nilai rupiah terhadapdolar Amerika

Beda Orientasi

Dalam acara Promosi Teknologi Padi diBalai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPadi) di Sukamandi, Jawa Barat, pada26 Agustus 2015, terungkap sebagianbesar petani di sentra produksi padi diJawa masih menanam benih padivarietas Ciherang. Alasannya seder-hana, padi Ciherang disukai banyakkonsumen karena rasa nasinya enak(kandungan amilosa 23 persen). Karenaitu, permintaan terhadap beras varietasCiherang tetap tinggi.

Di sisi lain, varietas Ciherang yangdilepas 15 tahun yang lalu tidak tolerankekeringan dan tidak lagi tahanterhadap hama dan penyakit utama,terutama hama wereng cokelat yangseringkali mengancam keselamatanproduksi padi. Hal ini menjadi salah satutopik diskusi dalam ‘Promosi TeknologiPadi’ yang diiniasi oleh Badan LitbangPertanian dan dihadiri oleh sejumlahpengusaha agribisnis, penangkar benih,perwakilan kelompok tani, dan peneliti.Dari diskusi yang digelar denganmoderator (host) dari televisi swastanasional ini terungkap bahwa petanilebih tertarik dengan preferensipedagang beras daripada penyuluhpertanian.

Padi Amfibi Toleran KekeringanHingga Juli 2015, dilaporkan 111.000 hektar area pertanaman padi yang terdampak kekeringanakibat kemarau panjang. Angka ini diperkirakan akan membengkak menjadi 200.000 hektarpada Oktober 2015. Sebagian besar pertanaman padi yang terancam kekeringan di sentraproduksi di Pantai Utara Jawa adalah varietas Ciherang yang dilepas 15 tahun yang lalu.Padahal Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan varietas unggul baru padi tolerankekeringan dengan potensi hasil dan rasa nasi yang relatif setara.

Padi unggul baru varietas Inpari 10 Laeya toleran kekeringan dengan potensi hasil 7-8 t/ha danrasa nasi enak, setara varietas Ciherang.

Page 10: Berita Puslitbangtan No. 59 2015

10 Berita Puslitbangtan 59 • September 2015

Pedagang beras menganjurkanpetani untuk memproduksi padi yangdigandrungi konsumen, misalnyavarietas Ciherang, karena pasarnyasudah jelas. Penyuluh Pertanian yangmenjadi kepanjangan tangan peme-rintah di perdesaan menganjurkanpenanaman padi unggul baru, ter-masuk varietas Inpari 10 Laeya.

Inpari 10 Laeya adalah varietasunggul padi yang bersifat amfibi (cocokditanam sebagai padi sawah maupunpadi gogo) dan efisien menggunakanair karena toleran kekeringan. Dalamkondisi relatif kekeringan, varietasInpari 10 Laeya masih mampu ber-produksi 4-5 ton per hektar, setaradengan produktivitas padi nasionalyang kini baru menyentuh angka 4,9 tonper hektar. Dalam kondisi iklim normaldengan pengairan yang cukup bagitanaman, hasil padi amfibi ini 7-8 tonper hektar. Keunggulan lainnya, varietasInpari 10 Laeya tahan hama werengcokelat dan rasa nasinya pun enak(kandungan amilosa 22%).

Selain Inpari 10 Laeya yang bersifatamfibi, Badan Litbang Pertanian dalam

beberapa tahun terakhir juga telahmelepas sejumlah varietas unggul barupadi dengan sifat-sifat tertentu, antaralain toleran kekeringan, toleran na-ungan, toleran rendaman, toleransalinitas, tahan hama dan penyakitutama, dan aromatik. Sayangnyavarietas unggul baru ini belum ber-kembang di petani yang merupakanujung tombak pembangunan pertaniandi lapangan.

Terobosan Alih Teknologi

Pengalaman empiris membuktikanpengembangan teknologi padi secaramenyeluruh telah berhasil mewujud-kan swasembada beras di Indonesia,yang untuk pertama kali pada tahun1984. Penyediaan varietas unggul padi,teknologi budi daya, dan saranaproduksi lainnya bagi petani denganpenyuluhan yang intensif, tampaknyamenjadi bagian penting yangmendorong keberhasilan itu.

Dari acara Promosi Teknologi Padiyang digelar di BB Padi tersirat pulabahwa petani memerlukan informasi

yang komprehensif dari berbagai aspek,tidak hanya dari aspek ekonomi dankemudahan pemasaran produksi.Aspek penting lain yang juga merekaperlukan adalah informasi yangberkaitan dengan keunggulan dankelemahan teknologi usahatani sertaantisipasi pemecahan masalah yangakan terjadi di lapangan.

Akan halnya upaya pemenuhaninformasi bagi petani hingga ke pelosoknegeri, penyuluhan yang intensif dankomprehensif di perdesaan tampaknyatetap memegang peranan pentingdalam pengembangan teknologipertanian. “Melihat bukti dulu sebelummencoba” adalah filosofi klasik yangtidak dapat dikesampingkan dalammempromosikan suatu produk,termasuk dalam alih teknologiusahatani. Oleh karena itu, promosi danpengembangan teknologi pertaniantidak cukup di acara resmi yangeksklusif, tetapi harus menyentuh petanidi perdesaan.

Penyuluhan yang dibarengi denganuji coba teknologi di lapangan yangmudah dijangkau dan dilihat petanidiperlukan jika mengacu kepada filosofiklasik tersebut. Pengembangan petakdemonstrasi uji coba teknologi secaraberkelanjutan hingga ke kecamatandan bahkan ke desa adalah bagianpenting dalam memenuhi kebutuhaninformasi teknologi bagi petani.

Aspek penting lainnya dalampengembangan teknologi pertanianadalah keterlibatan semua pihak terkait,termasuk pengusaha agribisnis, aparatpemerintah di daerah, dan tokohmasyarakat di perdesaan. Promositeknologi melalui media massa jugatidak kalah penting untuk diintensifkanguna mempercepat alih teknologisecara nasional, karena dapat me-nyentuh semua lapisan masyarakatdalam waktu yang cepat. (HMT)Dr Satoto, pemulia tanaman di BB Padi, mengungkapkan karakteristik varietas unggul baru yang

dihasilkan Badan Litbang Pertanian, dalam acara “Promosi Teknologi Padi” di Sukamandi 26Agustus 2015.

Page 11: Berita Puslitbangtan No. 59 2015

11Berita Puslitbangtan 59 • September 2015

Kenyataan yang dihadapi dalammeningkatkan produksi kedelaimenuju swasembada seakan

menemukan jalan yang semakin terjal.Hal ini terlihat dari luas tanam yang terusmenurun yang tentu saja berkorelasilangsung dengan produksi kedelai.Penyebabnya antara lain harga kedelaiyang tidak kondusif dan akhir-akhir iniperubahan iklim yang berdampakterhadap penurunan luas area tanamakibat kekeringan.

Mengacu pada keinginan pemerin-tah untuk mewujudkan swasembadapangan, termasuk kedelai, masalah inimenuntut Badan Litbang Pertanianuntuk mencarikan jalan pemecahan-nya. Oleh karena itu, PuslitbangTanaman Pangan melalui Balitkabimenyelenggarakan Seminar NasionalHasil Penelitian Aneka Kacang danUmbi di Malang, Jawa Timur, pada 19Mei 2015. Seminar ini bertujuan untukmenelisik teknologi aneka kacang danumbi yang dapat diterapkan untuk men-dukung kedaulatan pangan nasional.

Dibuka oleh Kepala Pusat Penelitiandan Pengembangan Tanaman Pangan,yang diwakili oleh Kepala Balitkabi, DrDidik Harnowo, Seminar membahasmakalah utama: (1) Kendala danlangkah strategis sistem pertaniandalam prespektif kedaulatan panganoleh Ir Rita Mezu, MM, Kasubdit Kedelai,Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,(2) Lesson Learned Agro Techno Parkdan Agro Science Park mendukungprogram kedaulatan pangan oleh DrSam Herodian, Dekan Fateta, InstitutPertanian Bogor.

Selain itu, seminar juga membahassejumlah makalah hasil penelitiananeka kacang dan umbi yangdipresentasikan. Diikuti oleh 168peserta dari Badan Litbang Pertanian,Dinas Pertanian, Perguruan Tinggi, danpihak terkait lainnya dari beberapadaerah di Indonesia, seminar me-rumuskan beberapa hal berikut:• Salah satu misi pemerintah dalam

periode 2015-2019 adalah mewujud-kan kedaulatan pangan berbasisagribisnis kerakyatan. Negaradituntut mandiri menentukankebijakan penyediaan pangan yangcukup bagi rakyat sesuai denganketersediaan sumber daya lokal.

• Tanaman aneka kacang dan umbimempunyai potensi besar men-dukung kedaulatan pangan na-sional, karena komoditas ini dapatdikembangkan menjadi berbagaiproduk pangan, diantaranyaberfungsi sebagai suplemen beras,penganekaragaman dan perbaikanmutu pangan.

• Produksi tanaman aneka kacangdan umbi di Indonesia, terutamakedelai, kacang tanah, kacanghijau, dan ubi kayu masih rendahdan belum mampu memenuhikebutuhan dalam negeri, sehinggamasih diperlukan upaya peningkat-an produksi secara berkelanjutan.

• Upaya peningkatan produksitanaman aneka kacang dan umbihingga mencapai swasembadamelalui ektensifikasi dan inten-sifikasi memerlukan varietas unggul

dan paket teknologi budi dayaspesifik lokasi. Varietas unggul danpaket teknologi spesifik lokasi yangsudah ada perlu terus diperbaikidan dikembangkan.

Upaya peningkatan produksitanaman aneka kacang dan umbi kedepan akan menghadapi berbagaimasalah, diantaranya (1) perubahaniklim yang berdampak pada perubahanekosistem pertanian, (2) kendala abiotikdan biotik, dan (3) masalah sosialekonomi petani terutama dalam halpenyediaan modal, serta masih adanyastigma bahwa makan umbi identikdengan kemiskinan. Oleh karena itu,kebijakan penelitian dan pengem-bangan tanaman aneka kacang danumbi diarahkan untuk:• Penguatan inovasi tanaman aneka

kacang dan umbi melalui teknikbudi daya dan perakitan varietasunggul dengan potensi hasil 10-20%lebih tinggi, umur sangat genjah,mampu beradaptasi pada lahan-lahan terkena dampak perubahaniklim seperti kekeringan, genangan,dan salinitas tinggi denganmemanfaatkan biosains danbioenjinering.

• Pengembangan jejaring kerja samakemitraan dengan dunia usaha,Pemerintah Daerah, LembagaPenelitian dalam dan luar negeri,yang mampu menghasilkanteknologi peningkatan potensi hasildan mengurangi emisi gas rumahkaca.

Menelisik Teknologi Aneka Kacang dan UmbiSwasembada kedelai tidak mudah terealisasi karena makin rumitnya kendala yangdihadapi. Perubahan iklim, misalnya, berdampak terhadap penurunan luas area tanamkarena sebagian pertanaman menderita kekeringan.

Page 12: Berita Puslitbangtan No. 59 2015

12 Berita Puslitbangtan 59 • September 2015

• Percepatan alih teknologi, pening-katan produktivitas, dan distribusibenih sumber tanaman anekakacang dan umbi kepada pengguna.

• Optimalisasi kapasitas unit kerja,profesionalisme SDM, dan pening-katan efektivitas rekomendasikebijakan untuk memecahkanberbagai masalah dan isu-isupembangunan pertanian tanamananeka kacang dan umbi yangsedang berkembang.

Untuk mempercepat alih teknologi,Badan Litbang Pertanian mulai tahun2015 akan membangun Taman SciencePertanian (TSP) di tingkat provinsi, danTaman Teknologi Pertanian (TTP) ditingkat kabupaten. Selanjutnya, TSPakan dibangun di tiap provinsi dan TTPdi 100 kabupaten/kota.

Pembangunan TSP diarahkansebagai: (1) penyedia pengetahuanterkini oleh dosen universitas setempat,peneliti dari lembaga litbang peme-rintah, dan pakar teknologi yang siapditerapkan untuk kegiatan ekonomi; (2)penyedia solusi-solusi teknologi yangtidak terselesaikan di ATP; dan (3) pusatpengembangan aplikasi teknologi lanjutbagi perekonomian lokal.

Pembangunan TTP diarahkansebagai: (1) pusat penerapan teknologidi bidang pertanian, peternakan,perikanan, dan pengolahan hasil(pascapanen) yang telah dikaji olehlembaga penelitian, swasta, perguruantinggi untuk diterapkan dalam skalaekonomi; dan (2) tempat pelatihan,pemagangan, pusat diseminasiteknologi, dan pusat advokasi bisnis kemasyarakat luas.

Makalah yang dipresentasikandalam seminar ini akan diterbitkandalam bentuk Prosiding SeminarNasional Hasil Penelitian TanamanAneka Kacang dan Umbi. (TimPerumus/HMT)

Doktor BaruSejumlah peneliti senior sudah dan akan memasuki purnatugas.Lalu bagaimana kualitas teknologi tanaman pangan yang akandihasilkan ke depan dan mampukah berkontribusi mewujudkanswasembada pangan?

Kegamangan akan turunnyakualitas teknologi yang di-hasilkan unit kerja penelitian

lingkup Puslitbang Tanaman Pangankarena sejumlah peneliti senior sudahdan akan memasuki masa purnatugasseakan terjawab setelah beberapapeneliti menyelesaikan tugas belajardan menyandang gelar doktor.Mereka kini dituntut untuk siapmeneliti dan menghasilkan teknologiyang diperlukan jutaan petani untukmengatasi masalah yang merekahadapi dalam berproduksi.

Pada tahun 2013 dan 2014 enampeneliti lingkup Puslitbang TanamanPangan telah menyelesaikan tugasbelajar pada program S3 di perguruantinggi ternama di dalam dan luarnegeri (lihat Berita Puslitbangtan No.58). Pada tahun 2015 satu peneliti

jagung dan satu peneliti padi jugasudah menyandang gelar doktor.Mereka adalah Dr Roy Efendi diBalitsereal dan Dr Agus W. Anggara diBB Padi.

Dr Roy menyelesaikan studi S3 diUnhas pada bulan Mei 2015 dengandisertasi Perakitan Varietas JagungHibrida dan Sintetik Toleran CekamanKekeringan dan Nitrogen Rendah. DrAgus lulus S3 di IPB pada April 2015dengan disertasi Vokalisasi TikusSawah (Rattus argentiventer) padaRentang Suara Terdengar sebagaiDasar Perakitan Teknologi Pengen-dalian. Doktor-doktor baru ini di-harapkan menjadi pionir dalammenghasilkan inovasi baru yangmampu berkontribusi meningkatkanproduksi padi dan palawija menujuswasembada pangan. (HMT/EH)

Dr Agus W. Anggara, penelitihama tikus di BB Padi

Dr Roy Efendi, pemuliajagung di Balitsereal