BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf ·...

23
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.301, 2014 KEMENTAN. Pengawasan. Intern. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/RC.200/3/2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih (clean government) dan tatakelola yang baik (good governance), Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian sebagai pelaksana pengawasan intern di Kementerian Pertanian dituntut mampu merespon secara signifikan berbagai permasalahan dan perubahan yang terjadi; b. bahwa untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik, bersih, efektif, efisien, dan taat terhadap peraturan perundang-undangan, diperlukan kebijakan pengawasan di lingkungan internal Kementerian Pertanian; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, dipandang perlu menetapkan Kebijakan Pengawasan Intern Kementerian Pertanian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara www.djpp.kemenkumham.go.id

Transcript of BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf ·...

Page 1: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

BERITA NEGARAREPUBLIK INDONESIA

No.301, 2014 KEMENTAN. Pengawasan. Intern. Kebijakan.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 36/Permentan/RC.200/3/2014

TENTANG

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN

KEMENTERIAN PERTANIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pemerintahan yangbersih (clean government) dan tatakelola yang baik(good governance), Inspektorat Jenderal KementerianPertanian sebagai pelaksana pengawasan intern diKementerian Pertanian dituntut mampu meresponsecara signifikan berbagai permasalahan danperubahan yang terjadi;

b. bahwa untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik,bersih, efektif, efisien, dan taat terhadap peraturanperundang-undangan, diperlukan kebijakanpengawasan di lingkungan internal KementerianPertanian;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan huruf b, dipandang perlumenetapkan Kebijakan Pengawasan InternKementerian Pertanian;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentangPenyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dariKorupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 2: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.301 2

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tidak Pidana Korupsi sebagaimanatelah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4150);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan TanggungjawabKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 66, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentangPengesahan United Nations Convention AgainstCoruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003) (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2006 Nomor 32, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4620);

5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentangKementerian Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 166, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja InstansiPemerintah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2006 Nomor 25, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 4614);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentangSistem Pengendalian Intern Pemerintah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127,Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor4890);

8. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentangPembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;

9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013Nomor 125);

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 3: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.3013

10. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentangKedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negaraserta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon IKementerian Negara sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2013 Nomor 126);

11. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentangStrategi Nasional Pencegahan dan PemberantasanKorupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 danJangka Menengah Tahun 2012-2014 (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 122);

12. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur NegaraNomor KEP/118/M.PAN/8/2004 tentang PedomanUmum Penanganan Pengaduan Masyarakat BagiInstansi Pemerintah;

13. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara tentang Nomor KEP/94/M.PAN/ 8/2005tentang Pedoman Umum Koordinasi, Monitoring danEvaluasi Pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 5Tahun 2004 tentang Percepatan PemberantasanKorupsi sebagaimana telah diubah terakhir denganNomor Keputusan Menteri Negara PendayagunaanAparatur Negara KEP/120/M.PAN/03/2006;

14. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negaradan Reformasi Birokrasi Nomor 60 Tahun 2012tentang Pedoman Pembangunan Zona IntegritasMenuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan WilayahBirokrasi Bersih dan Melayani di LingkunganKementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah;

15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi danTata Kerja Kementerian Pertanian;

16. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 4909/Kpts/KP.450/11/2013 tentang Piagam Audit InternKementerian Pertanian;

Memperhatikan

1. Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah;

2. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang PercepatanPemberantasan Korupsi;

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 4: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.301 4

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN KEMENTERIANPERTANIAN.

Pasal 1

Kebijakan Pengawasan Intern Kementerian Pertanian sebagaimanatercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan ini.

Pasal 2

Kebijakan Pengawasan Intern Kementerian Pertanian sebagaimanadimaksud dalam Pasal 1 dimaksudkan sebagai acuan dalam pelaksanaanPengawasan Intern di Kementerian Pertanian.

Pasal 3

(1) Kebijakan Pengawasan Intern Kementerian Pertanian ditetapkansebagai berikut:

a. Reorientasi dan penguatan pelaksanaan pengawasan;

b. Pengawalan reformasi birokrasi Kementerian Pertanian;

c. Implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) diKementerian Pertanian;

d. Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Kementerian Pertanian;

e. Peningkatan kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah(LAKIP) Kementerian Pertanian;

f. Pembinaan Tekad Anti Korupsi;

g. Peningkatan profesionalisme dan kompetensi sumber dayamanusia Inspektorat Jenderal;

h. Peningkatan kapasitas pengawasan intern Kementerian Pertanian.

(2) Kebijakan Pengawasan Intern Kementerian Pertanian sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dirinci dalam tema pengawasan unggulanyang menjadi kegiatan prioritas Inspektorat Jenderal bersama uniteselon I.

Pasal 4

Seluruh unit Eselon I di Lingkungan Kementerian Pertanian dan parapemangku kepentingan (stakeholder) wajib mendukung terlaksananyaKebijakan Pengawasan Intern Kementerian Pertanian.

Pasal 5

Inspektur Jenderal menyampaikan laporan pelaksanaan KebijakanPengawasan Intern secara berkala kepada Menteri Pertanian.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 5: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.3015

Pasal 6

Penetapan tema pengawasan unggulan sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 ayat (2) harus mendapatkan persetujuan dari Inspektorat Jenderaldan Unit Eselon I terkait.

Pasal 7

Untuk membantu kelancaran pelaksanaan koordinasi dengan unit EselonI, Inspektur Jenderal dapat membentuk Tim Koordinasi PelaksanaanKegiatan Pengawasan Unggulan Lingkup Kementerian Pertanian.

Pasal 8

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi, Inspektorat Jenderal diberikankewenangan untuk mengakses data, catatan, dokumen dan fisik aset sertameminta data keterangan atau informasi dari auditan (entitas) yang terkaitdengan penugasan pengawasan.

Pasal 9

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita NegaraRepublik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 4 Maret 2014

MENTERI PERTANIAN

REPUBLIK INDONESIA,

SUSWONO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 6 Maret 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 6: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.301 6

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 36/Permentan/RC.200/3/2014

TENTANG

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN KEMENTERIAN PERTANIAN

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNKEMENTERIAN PERTANIAN

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengawasan intern pemerintah merupakan unsur manajemenpemerintah yang penting dalam rangka mewujudkan pemerintahanyang bersih (clean government) dan tatakelola yang baik (goodgovernance) yang pada akhirnya dapat mendorong terwujudnya tatakelola pemerintahan yang baik (good government governance). AparatPengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasanintern pemerintah harus mampu merespon secara signifikan berbagaipermasalahan dan perubahan yang terjadi, baik politik, ekonomi, dansosial melalui suatu program dan kegiatan yang ditetapkan dalamsuatu kebijakan pengawasan nasional maupun internal yang berlakusecara menyeluruh bagi APIP.

Perubahan yang terjadi akibat dinamika tuntutan masyarakat,tercermin dari diterbitkannya berbagai peraturan perundang-undangan yang mendukung penerapan prinsip-prinsip cleangovernment dan good governance serta peningkatan peran daerahdalam penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah telahmengeluarkan paket peraturan perundang-undangan yangmendukung untuk mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik(good government governance), antara lain: (1) Undang-Undang Nomor28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih danBebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; (2) Undang-Undang Nomor 20Tahun 2001 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; (3) InstruksiPresiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2004 tentang PercepatanPemberantasan Korupsi, dan Inpres Nomor 55 Tahun 2012 tentangStrategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas-PPK) Jangka Panjang 2010 – 2025 dan Jangka Menengah Tahun 2010– 2014; dan (4) Inpres Nomor 1 Tahun 2013 tentang Aksi Pencegahandan Pemberantasan Korupsi Tahun 2013. Selanjutnya dalam rangka

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 7: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.3017

mendukung pengelolaan keuangan negara yang efektif dan efisien,Pemerintah juga telah menetapkan paket Undang-undang PengelolaanKeuangan Negara, diantaranya: (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun2003; (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004; dan (3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, yang tujuannya mendorongpenerapan sistem administrasi keuangan negara yang berbasis kinerjasecara transparan dan akuntabel.

APIP memegang peran penting untuk memberikan keyakinan yangmemadai, bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pertanggungjawaban telah dilaksanakan secara transparan dan akuntabel. Dalamrangka optimalisasi peran pengawasan intern, APIP harus dapatmemilih skala prioritas terhadap sasaran pengawasan sesuai dengankewenangan, tugas dan fungsi masing-masing. Prioritas Sasaranpengawasan tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan secara tepatdan relevan dengan isu-isu aktual yang dirumuskan dengan jelas danrinci dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT). PKPTdigunakan sebagai acuan bagi seluruh jajaran APIP dalampelaksanaan tugas pengawasan sesuai dengan lingkup kewenanganserta tugas dan fungsi masing-masing.

APIP dalam menyusun PKPT harus mengacu pada Piagam AuditInternal (Audit Internal Charter/AIC), Rencana Strategis (Renstra) danKebijakan Pengawasan Intern masing-masing APIP. Selain itu,memperhatikan program-program Pemerintah, terutama yangtercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional(RPJM), Kebijakan Pengawasan Nasional, dan isu-isu aktual yangmuncul pada tahun-tahun terakhir, khususnya kasus-kasus yangterkait dengan tindak pidana korupsi.

Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian dalam rangka merespontuntutan masyarakat melakukan rekonstruksi dan transformasipengawasan intern Kementerian Pertanian, penyusunan Piagam AuditInternal (IAC), Renstra dan Kebijakan Pengawasan Intern dan PKPTdimaksudkan untuk meningkatkan kinerja pengawasan agar lebihefektif dan efisien, transparan dan akuntabel. Kebijakan PengawasanIntern Kementerian Pertanian diarahkan pada 6 (enam) kegiatanutama yaitu: (1) Transformasi Pengawasan Intern, (2) PengawalanReformasi Birokrasi Kementerian Pertanian, (3) Peningkatan KualitasLaporan Keuangan,dan (4) Peningkatan Kualitas SAKIP/LAKIPKementerian Pertanian, (5) Implementasi Sistem Pengendalian InternPemerintah (SPIP), (6) Pembinaan Tekad Anti Korupsi sebagai upayapencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi di lingkunganKementerian Pertanian; dan (7) Peningkatan Kompetensi Sumber DayaManusia (SDM) dan Kapasitas Pengawasan Intern KementerianPertanian.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 8: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.301 8

Pendekatan kebijakan pengawasan ini dilakukan tidak hanyaberorientasi pada kejadian-kejadian masa lalu dan jangka pendek,namun lebih berorientasi kepada pemecahan masalah-masalah untukpeningkatan kinerja ke depan guna mendukung tercapainya 4 (empat)sukses pembangunan pertanian, yaitu: (1) Peningkatan Swasembadadan Swasembada Berkelanjutan; (2) Peningkatan Diversifikasi Pangan;(3) Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor; dan (4)Peningkatan Kesejahteraan Petani. Selain itu, untuk mendorongpercepatan pencegahan dan pemberantasan korupsi di KementerianPertanian.

B. Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja KementerianPertanian, Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakanpengawasan intern di lingkungan Kementerian Pertanian, denganmengemban fungsi: (1) Penyiapan perumusan kebijakan pengawasanintern di lingkungan Kementerian Pertanian; (2) Pelaksanaanpengawasan intern di lingkungan Kementerian Pertanian terhadapkinerja dan keuangan melalui audit, review, evaluasi, pemantauandan kegiatan pengawasan lainnya; (3) Pelaksanaan pengawasan untuktujuan tertentu atas penugasan penugasan Menteri Pertanian; (4)Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan KementerianPertanian; dan (5) Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal.

C. Visi dan Misi

Visi Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian:

“Menjadi lembaga pengawasan yang profesional dalam menegakkankepemerintahan yang baik dan bebas dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme(KKN) di Kementerian Pertanian.”

Misi Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, yaitu:

1. Melaksanakan pengawasan secara profesional dan berintegritasdalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance)dan bebas dari KKN (clean government) di Kementerian Pertanian;

2. Mendorong terlaksananya program dan kegiatan pembangunanpertanian secara ekonomis, efisien, efektif serta sesuai ketentuanperundang-undangan yang berlaku di Kementerian Pertanian;

3. Mencegah terjadinya penyimpangan terhadap pelaksanaanprogram dan kegiatan pembangunan pertanian di KementerianPertanian;

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 9: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.3019

4. Mendorong terwujudnya sumberdaya manusia yang profesionaldan berintegritas tinggi di Kementerian Pertanian;

5. Mendorong terwujudnya penerapan sistem pengendalian internpada unit-unit kerja lingkup Kementerian Pertanian secara efektif;

6. Mendorong terwujudnya penerapan sistem akuntabilitas kinerjapada unit-unit kerja lingkup Kementerian Pertanian secara efektif;

7. Mendorong terwujudnya penerapan pengelolaan keuanganKementerian Pertanian sesuai dengan Sistem Akuntansi Instansi(SAI) dengan mendapatkan opini wajar.

D. Kewenangan dan Tanggungjawab

Sesuai dengan Piagam Audit Internal Inspektorat Jenderal diberikankewenangan penuh, bebas dan tidak dibatasi untuk: (1) Mengaksesdata/informasi/dokumen, aset/properti, dan personil (termasuk pihakketiga) yang terkait dengan pelaksanaan tugas dantanggungjawabnya, dengan tetap menjaga kerahasiaan data daninformasi yang diperoleh; (2) Mengalokasikan sumberdaya danmenentukan metode audit dan pengawasan lainnya sesuai dengankebutuhan.

Inspektorat Jenderal bertanggung jawab terhadap pelaksanaan auditintern yang meliputi penilaian dan evaluasi tingkat kecukupan danefektivitas tatakelola organisasi, manajemen risiko dan kualitaskinerja program/kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuanorganisasi, mencakup:

1. Penilaian kehandalan penerapan Sistem Pengendalian InternPemerintah (SPIP).

2. Penilaian tingkat efisiensi, efektivitas, ekonomis dan ketaatanterhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dalampengelolaan sumberdaya.

3. Pemantauan dan evaluasi kinerja organisasi dan proses tata kelolapemerintahan.

4. Pemantauan dan evaluasi tingkat efektivitas pelaksanaanmanajemen risiko.

5. Pelaksanaan fungsi konsultansi dan asistensi tata kelolapemerintahan untuk tercapainya tujuan dan sasaran organisasi.

6. Pengembangan kebijakan pengawasan intern denganmenyempurnakan sistem dan manajemen audit intern.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 10: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.301 10

7. Peringatan dini terhadap potensi penyimpangan termasuk risikokecurangan (fraud) dan masalah penting lainnya.

8. Pelaporan terjadinya tindak pidana korupsi kepada aparat penegakhukum lainnya atas ijin Menteri Pertanian.

9. Pemantauan tindak lanjut rekomendasi hasil audit danpengawasan lainnya.

Dalam menjalankan kewenangan dan tanggungjawabnya, InspektoratJenderal menjunjung tinggi nilai profesionalisme, independensi,obyektivitas, integritas dengan berpedoman pada Kode Etik danStandar Audit (KESA) serta Kode Etik Pegawai Inspektorat Jenderal.Selanjutnya, Inspektorat Jenderal mempertanggungjawabkan tugasdan kewajibannya kepada Menteri Pertanian.

E. Maksud dan Tujuan

Kebijakan pengawasan ini dimaksudkan sebagai pedoman/acuandalam penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan pengawasanpada unit kerja di lingkungan Kementerian Pertanian. Tujuanpenyusunan Kebijakan Pengawasan Intern Kementerian Pertanian,untuk:

1. Menetapkan arah kebijakan pengawasan intern KementerianPertanian;

2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pengawasanintern melalui sinergitas pengawasan fungsional;

3. Menjadi dasar penyusunan Kebijakan Pengawasan Tahunan danProgram Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) bagi InspektoratJenderal Kementerian Pertanian;

4. Menyamakan persepsi bagi auditor dan auditan dalampelaksanaan kegiatan audit serta aksi pencegahan danpemberantasan korupsi di Kementerian Pertanian;

5. Mendorong terwujudnya ZI-WBK dan WBBM di KementerianPertanian.

F. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kebijakan pengawasan ini terdiri dari: (1) TransformasiPelaksanaan Tugas Pengawasan, (2) Pengawalan Reformasi BirokrasiKementerian Pertanian, (3) Peningkatan Kualitas Laporan Keuangandan Dokumen Anggaran, (4) Peningkatan Kualitas SAKIP/LAKIPKementerian Pertanian, (5) Implementasi Sistem Pengendalian Intern

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 11: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.30111

Pemerintah (SPIP), (6) Pembinaan tekad anti korupsi sebagai upayapencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi di lingkunganKementerian Pertanian, dan (7) Peningkatan kompetensi Sumber DayaManusia (SDM) dan Pengembangan Kapasitas Pengawasan InternKementerian Pertanian.

G. Sasaran

Kebijakan Pengawasan Intern Kementerian Pertanian untukmeningkatkan efektivitas pelaksanaan kegiatan pengawasan diInspektorat Jenderal. Adapun kebijakan pengawasan interndiperuntukan bagi para penentu kebijakan internal InspektoratJenderal, para auditor, para pimpinan Unit Kerja eselon I, UnitPelaksana Teknis (UPT) lingkup Kementerian Pertanian dan PimpinanSatuan Kerja (Satker) Daerah serta para pemangku kepentingan(stakeholder) yang membidangi Pertanian.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 12: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.301 12

BAB II

KEBIJAKAN PENGAWASAN

Kebijakan Pengawasan merupakan keputusan di bidang pengawasan yangdiambil oleh manajemen dan dijadikan sebagai pedoman bagi seluruhanggota organisasi APIP dalam melaksanakan tugas-tugaspengawasannya. Manajemen disini adalah instansi atau pejabat yangmempunyai kewenangan, mengambil keputusan di bidang pengawasan.Instansi atau pejabat di bidang pengawasan, dalam hal ini adalah lembaganegara atau lembaga pemerintah seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),Presiden, Menteri, Ketua Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK),dan Pemerintah Daerah (Pemda). Keputusan yang diambil atau ditetapkanoleh instansi atau pejabat tersebut dapat berupa Ketetapan, Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan/ Peraturan Presiden,Keputusan/Peraturan Menteri/Kepala LPNK, dan Pemerintah Daerah,yang dalam konteks ini berada di bidang pengawasan. Keputusan tersebutsecara formal merupakan produk hukum yang mempunyai kekuatanmengikat bagi seluruh unsur manajemen di bawahnya, bahkan bagimasyarakat pada umumnya.

A. Arah Kebijakan Pengawasan

Kebijakan pengawasan Intern Kementerian Pertanian diarahkanuntuk meningkatkan peran dan fungsi Inspektorat Jenderal dalamrangka membantu dan mendorong pencapaian program pembangunanpertanian dan pelayanan publik di Kementerian Pertanian sesuaidengan kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan dicapai secaraefektif, efisien dan bersih dari KKN. Kebijakan pengawasan internKementerian Pertanian diarahkan pada: (1) peningkatan efektivitaspengawasan, koordinasi dan sinergitas pengawasan baik internmaupun ekstern; (2) percepatan pelaksanaan tindaklanjut hasilpengawasan; dan (3) pemberian sanksi kepada para pelaku tindakpidana korupsi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan kegiatanpengawasan intern di lingkungan Kementerian Pertanian, InspektoratJenderal menyusun kebijakan pengawasan intern untuk memberikanarah atau pedoman bagi seluruh auditor di lingkup InspektoratJenderal dalam melaksanakan tugas pengawasan, serta untukmenginformasikan kepada para pimpinan dan para pemangkukepentingan (stakeholder) terkait program/kegiatan pengawasan diInspektorat Jenderal Kementerian Pertanian.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 13: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.30113

B. Paradigma Pengawasan

Perubahan menjadi sebuah keniscayaan dan selalu terjadi secaraberkelanjutan yang harus dihadapi oleh siapapun. Setiap perubahanakan membawa konsekuensi dan menimbulkan risiko baru, sehinggaunit kerja harus mampu mengidentifikasikan perubahan yang terjadidan memberi keyakinan bahwa proses pengelolaan risiko olehmanajemen telah dilaksanakan dengan baik.

Menyikapi tuntutan perubahan tersebut, Inspektorat Jenderal selakuAPIP melakukan transformasi pengawasan dengan merubahparadigma pengawasan intern. Perubahan paradigma pengawasandimaksudkan untuk memberikan cara pandang baru bagi orang laindan terhadap diri dan lingkungannya untuk mempengaruhi polaberpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif) bagipimpinan APIP, auditor dan auditan terhadap penyelenggaranprogram/kegiatan pengawasan guna mendorong terwujudnyapemerintahan yang bersih (clean government) dan tata kelolapemerintahan yang baik (good governance).

Dalam dunia pengawasan dikenal ada tiga jenis pengawasan, yaituwatch dog, consulting partnership dan quality assurance. Masing-masing paradigma pengawasan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Watch Dog, paradigma ini pengawasan cenderung dilaksanakandengan pendekatan birokrasi, berorientasi menghukum, instruktif,kurang memberi solusi dan kurang memberi kesempatan kepadaauditan untuk menjelaskan sesuatu;

2. Consulting Partners, kegiatan pengawasan yang dititik beratkanpada pemberian solusi terhadap permasalahan dan hambatanyang dihadapi auditan dalam mencapai tujuan, dalam bentukkoordinasi, partisipasi dan konsultasi agar kinerja organisasi,kualitas sistem pengendalian intern, dan good governance dapatditingkatkan;

3. Quality Assurance, kegiatan pengawasan lebih sebagai penjamin(memberikan keyakinan)yang memadai bagi manajemen ataupihak yang membutuhkan, bahwa aktivitas yang dinilai telahdilaksanakan dengan efektif dan efisien. Dalam hal ini, peranpengawasan lebih mengarah kepada menjadi penjamin kualitasmanajemen dan penghantar suatu unit kerja untuk meningkatkankualitas kinerjanya sesuai rencana dan ketentuan yang berlaku.

Paradigma pengawasan Inspektorat Jenderal adalah consulting partner danmenuju ke quality assurance. Penyelenggaraan paradigma diperlukankomitmen bersama antara para pimpinan Inspektorat Jenderal dan

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 14: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.301 14

seluruh auditor serta dukungan dari berbagai pihak untuk memahamiperlunya paradigma baru yang secara umum telah mengalami pergeseran.

C. Kebijakan Pengawasan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur NegaraNomor PER/05/M.PAN/03/2008, bahwa APIP mempunyai peransebagai penjamin mutu (Quality Assurance) bagi manajemen. Kegiatanutama APIP meliputi audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatanpengawasan lainnya berupa sosialisasi, asistensi dan konsultansi.Inspektorat Jenderal menetapkan kebijakan pengawasan internKementerian Pertanian, sebagai berikut:

1. Transformasi Pelaksanaan Tugas Pengawasan

Pengawasan dilakukan mengacu pada kode etik dan standar audit,baik untuk kegiatan konsultasi maupun assurance.Program/kegiatan audit Inspektorat Jenderal diarahkan untukmendorong pelaksanaan kebijakan strategis KementerianPertanian dan program 4 (empat) target sukses pembangunanpertanian melalui peran sebagai: pendorong, pengarah, pemberiperingatan dini dengan pendekatan perubahan proses bisnismelalui:

a. Penyusunan tema audit unggulan dengan tahapan pemahamanbisnis auditan, pemilihan tema audit potensial, dan selanjutnyaberdasarkan tema audit potensial dilakukan pemilihan temaaudit unggulan;

b. Pembahasan tema audit unggulan bersama pimpinan uniteselon I dengan memperhatikan risiko (titik-titik kritis) yangdapat menghambat pencapaian tujuan organisasi;

c. Penyusunan rencana audit tematik untuk masing-masing temapengawasan unggulan yang kemudian dikompilasi menjadiProgram Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT);

d. Pelaksanaan audit lebih mengutamakan penyelesaian masalahyang dihadapi oleh masing-masing unit eselon I;

e. Optimalisasi pemantauan dan penyelesaian tindak lanjut hasilaudit (Inspektorat Jenderal, BPKP dan BPK-RI);

f. Upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi, kolusi,dan nepotisme (KKN), yang lebih ditekankan pada kegiatanyang bersifat preventif melalui pendampingan proses bisnis(asistensi dan konsultansi) dan audit dengan tujuan tertentuuntuk mewujudkan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dilingkungan Kementerian Pertanian.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 15: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.30115

2. Pengawalan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Dalam rangka mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik(good government governance), Inspektorat Jenderal melakukanpengawalan terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi dilingkungan Kementerian Pertanian, melalui:

a. Pemetaan hasil survei dari lembaga-lembaga yang menilaikinerja layanan publik Kementerian Pertanian;

b. Penetapan kegiatan/program yang dimonitoring didahuluidengan penilaian risiko kegiatan oleh Inspektorat Jenderalbersama Tim Reformasi Birokrasi Pusat dan/atau Tim TaskForce Reformasi Birokrasi Unit Eselon I;

c. Pelaksanaan penilaian mandiri (self assessment) reformasibirokrasi di masing-masing unit kerja di lingkunganKementerian Pertanian dilakukan oleh masing-masinginspektorat sesuai dengan tanggungjawabnya, fokus penilaiandilakukan terhadap yang lebih difokuskan pada penilaianIndikator Kinerja Utama (IKU) dalam rangka memberikanjaminan kualitas pelaksanaan RB di Kementerian Pertanian;dan

d. Pemantauan (monitoring) terhadap hal-hal yang sudah baik danhal-hal yang masih perlu perbaikan serta pelaksanaan rencanatindaklanjut perbaikan (action plan) hasil monitoring RB darimasing-masing unit kerja eselon I di lingkungan KementerianPertanian.

Pendekatan pengawalan reformasi birokrasi dapat dilakukanmelalui monitoring dan evaluasi serta kajian pelaksanaanReformasi Birokrasi di lingkup Kementerian Pertanian termasukpada pelaksanaan tugas dan fungsi pelayanan kepada masyarakat(public services).

3. Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan dan Dokumen Anggaran

Dalam rangka mewujudkan kontrak kinerja Menteri Pertaniandengan Presiden untuk memperoleh opini Wajar TanpaPengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ataslaporan keuangan Kementerian Pertanian dan memberikankeyakinan terbatas atas akurasi, keandalan dan keabsahan RKA-K/L maka Inspektorat Jenderal melaksanakan programpeningkatan kualitas laporan keuangan Kementerian Pertaniandan dokumen anggaran melalui kegiatan sebagai berikut:

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 16: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.301 16

a. Pemantauan (monitoring) dan asistensi penyusunan laporankeuangan;

b. Reviu laporan keuangan;

c. Penertiban Barang Milik Negara (BMN) melalui audit BMN dilingkungan Kementerian Pertanian;

d. Pendampingan pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

e. Pemantauan (monitoring) tindak lanjut temuan BPK ataslaporan keuangan;

f. Pengujian Sistem Akuntansi Instansi (SAI) pada Satuan Kerja(Satker) lingkup Kementerian Pertanian, yang dilakukan olehmasing-masing Inspektorat;

g. Reviu Rencana Kegiatan Anggaran Kementerian dan Lembaga(RKA-K/L) sebelum ditetapkan sebagai dokumen anggaran.

4. Peningkatan Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah

Dalam rangka meningkatkan kualitas Laporan AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Pertaniandilaksanakan program peningkatan kualitas LAKIP KementerianPertanian melalui kegiatan sebagai berikut:

a. Pemantauan (monitoring) dan asistensi penyusunan LAKIPKementerian Pertanian;

b. Evaluasi LAKIP Eselon I lingkup Kementerian Pertanian;

c. Pendampingan pelaksanaan evaluasi LAKIP KementerianPertanian yang dilakukan MenPAN & RB;

d. Pemantauan (monitoring) tindak lanjut temuan hasil evaluasiLAKIP dari MenPAN & RB;

e. Pengujian dan penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah (SAKIP) dan LAKIP pada satuan kerja lingkupKementerian Pertanian, yang dilakukan oleh masing-masingInspektorat sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawabnya.

5. Penyelenggaraan SPIP

Dalam rangka meningkatkan kualitas sistem pengendalian interndi lingkungan Kementerian Pertanian sesuai dengan amanahPeraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, maka InspektoratJenderal melaksanakan pembinaan penerapan (Implementasi)

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 17: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.30117

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada seluruh unitkerja dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup KementerianPertanian maupun Satuan Kerja (Satker) provinsi dankabupaten/kota yang membidangi pertanian melalui kegiatansebagai berikut:

a. Pembinaan, asistensi, konsultasi, dan penilaian implementasiSPIP di seluruh satker lingkup Kementerian Pertanian olehmasing-masing Inspektorat lingkup Inspektorat JenderalKementerian Pertanian;

b. Pemantauan (monitoring) dan Evaluasi penerapan SPIP diEselon I, Eselon II dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkupKementerian Pertanian oleh masing-masing Inspektorat lingkupInspektorat Jenderal;

c. Pengujian dan penilaian (diagnostic assessment) SPIP padaSatuan Kerja/UPT lingkup Kementerian Pertanian, yangdilakukan oleh masing-masing Inspektorat bekerja samadengan Sekretariat selaku koordinator, dan

d. Gerakan SPIP yang terdiri dari Pembinaan SPIP, Forum SPI danpenilaian (SPI Award) terhadap penyelenggaraan SPIP dilingkungan Kementerian Pertanian.

6. Pembinaan Tekad Antikorupsi

Dalam rangka membangun Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) danmewujudkan pemerintahan yang bersih (Clean Government) diKementerian Pertanian sesuai dengan amanah Instruksi Presiden(Inpres) Nomor 5 Tahun 2004, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor55 Tahun 2012 dan Inpres Nomor 1 Tahun 2013, serta PermenPAN& RB Nomor 60 Tahun 2012 tentang Pedoman Pembangunan ZI-WBK/WBBM pada Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah,Inspektorat Jenderal melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

a. Pembinaan Tekad Antikorupsi melalui Kegiatan Komitmen AntiKorupsi untuk Mewujudkan WBK di Kementerian Pertanian;

b. Pemantauan (monitoring) dan Evaluasi terhadap pelaksanaanWBK di Eselon I, Satker dan UPT lingkup KementerianPertanian;

c. Pengujian dan penilaian ZI-WBK/WBBM, asistensi terhadapkegiatan survey integritas pelayanan publik pada satuan kerjalingkup Kementerian Pertanian;

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 18: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.301 18

d. Pembangunan Unit Pengendali Gratifikasi (UPG),Membangunan Whistle Blowing System (WBS), dan PenangananPengaduan Masyarakat;

e. Pelaksanaan Strategi Komunikasi Pendidikan dan BudayaAntikorupsi (Strakom-PBAK);

f. Melaksanakan Gerakan WBK melalui kampanye antikorupsidan peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) danberperan aktif dalam kegiatan pencegahan dan pemberantasankorupsi.

7. Peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) danPengembangan Kapasitas Pengawasan Kementerian Pertanian.

Dalam rangka merespon perubahan dan tuntutan masyarakatterhadap peningkatan kinerja pengawasan, maka InspektoratJenderal Kementerian Pertanian melakukan peningkatkanprofesionalisme dan kompetensi pegawai (auditor) sertapengembangan kapasitas pengawasan intern KementerianPertanian, melalui:

a. Pendalaman materi substansi pengawasan melalui: PelatihanKantor Sendiri (PKS), Seminar dan Workshop Pengawasan;

b. Diklat Risk Based Audit, SPIP, Pengadaan Barang/Jasa, AuditInvestigatif, Audit Perencanaan, Reviu Laporan Keuangan,Jabatan Fungsional Auditor (JFA), dll;

c. Aktif dalam kegiatan sosialisasi dan Focus Group Discusion(FGD);

d. Pengiriman peserta diklat mandiri ke Badan PengawasanKeuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan IntelejenNegara;

e. Penataan manajemen pengawasan khususnya peran jabatanfungsional auditor dalam penugasan audit;

f. Responsif terhadap isu-isu aktual dan dinamika regulasi gunameningkatkan kualitas dan kapasitas kinerja penyelenggaraanaudit dan pengawasan lainnya di Kementerian Pertanian.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 19: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.30119

BAB III

BENTUK DAN JENIS PENGAWASAN

Sejalan dengan paradigma pengawasan yang telah ditetapkan, makabentuk dan jenis pengawasan lebih kearah preventif dan pre-emtif, namuntidak serta-merta meninggalkan bentuk represif dan korektif, jika haltersebut diperlukan. Masing-masing bentuk pengawasan tersebut dapatdijelaskan sebagai berikut:

1. Pengawasan represif lebih ditekankan untuk memberikan sanksi bagiyang melanggar Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dankebijakan yang telah ditetapkan, selain itu melanjutkan hasil auditterkait dengan kasus tindak pidana korupsi (tipikor) dan kerugiannegara kepada Aparat Penegak Hukum (APH);

2. Pengawasan korektif dilaksanakan dalam bentuk pelaksanaan auditkinerja, audit untuk tujuan tertentu (audit investigatif dan noninvestigatif) dan jenis pengawasan lainnya, seperti reviu laporankeuangan, evaluasi SAKIP/LAKIP, evaluasi program/kegiatan danpemantauan tindak lanjut hasil audit (TLHA);

3. Pengawasan preventif antara lain dilaksanakan melalui auditperencanaan (forcasting audit), reviu Rencana Kegiatan dan AnggaranKementerian/Lembaga (RKA-KL);

4. Pengawasan bersifat pre-emtif lebih diarahkan pada kegiatan-kegiatanpembinaan, seperti: Pembinaan tekad antikorupsi melalui KomitmenAnti Korupsi untuk Mewujudkan Wilayah Bebas dari Korupsi(Gerakan WBK); Pembinaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah(Gerakan SPIP), Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah(Gerakan SAKIP) dan Peningkatan Pelayanan Masyarakat melaluiGerakan Reformasi Birokrasi (Gerakan RB).

Inspektorat Jenderal memiliki tugas mendukung dan membantu MenteriPertanian dalam pencapaian program/kebijakan dan kegiatan dilingkungan Kementerian Pertanian. Dalam rangka mendorong pencapaianprogram/kebijakan Kementerian Pertanian, maka Inspektorat Jenderalmelaksanakan beberapa jenis-jenis pengawasan sebagai berikut:

a. Audit kinerja

Audit kinerja dimaksudkan untuk menilai capaian kinerja (value formoney) dari program/kegiatan atau satuan kerja/Satker pusat maupundaerah telah dilaksanakan secara efektif, efisien, ekonomis dan tertib,serta untuk memberikan saran perbaikan bagi manajemen.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 20: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.301 20

b. Audit dengan tujuan tertentu

Audit dengan tujuan tertentu, adalah audit di luar audit kinerja, antaralain audit investigatif, audit sanggah banding, dan audit terhadap isu-isu strategis atas perintah pimpinan dan adanya pengaduan darimasyarakat, sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan tindakpidana korupsi di lingkungan Kementerian Pertanian.

c. Reviu

Kegiatan reviu baik reviu laporan keuangan (LK) maupun dokumenanggaran (RKA-K/L) dilaksanakan sebagai upaya untuk memberikankeyakinan terbatas terhadap kualitas laporan keuangan dan dokumenanggaran yang disusun masing-masing eselon I dan KementerianPertanian apakah telah diselenggarakan sesuai dengan standar. Reviulaporan keuangan sebagai upaya membantu Kementerian Pertanianuntuk memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BadanPemeriksa Keuangan (BPK). Reviu RKA-K/L dimaksudkan untukmemperoleh dokumen anggaran yang sesuai dengan Rencana KerjaPemerintah (RKP), Rencana Kerja Kementerian/ Lembaga (Renja K/L)serta pagu anggaran mengikuti standar biaya dan kaidahpenganggaran lainnya.

d. Evaluasi

1.Evaluasi SAKIP/LAKIP

Evaluasi SAKIP/LAKIP dilaksanakan untuk: (1) mengetahui apakahpenerapan SAKIP telah dilaksanakan secara konsisten dan sesuaidengan Inpres Nomor 7 Tahun 1999, (2) menilai apakah LAKIP darimasing-masing eselon I, dan (3) menyiapkan LAKIP KementerianPertanian terkait dengan pelaksanaan evaluasi LAKIP yang dilakukanoleh MenPAN & RB, serta (4) memberikan pemahaman yang samaterhadap kaidah-kaidah penyusunan RENSTRA dan LAKIP, denganharapan dapat meningkatkan hasil evaluasi LAKIP KementerianPertanian.

2. Evaluasi Program/Kegiatan

Kegiatan evaluasi bertujuan untuk menilai aspek teknis danmanajemen secara komprehensif menggunakan metodologi denganmelakukan analisis data maupun fakta untuk mengetahuikeberhasilan dan kegagalan program/kegiatan. Jenis kegiatan yangdievaluasi akan ditentukan oleh masing-masing inspektorat dilingkup Kementerian Pertanian. Evaluasi difokuskan pada program 4(empat) target sukses pembangunan pertanian.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 21: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.30121

3. Evaluasi Kinerja Organisasi

Inspektorat Jenderal selaku assessor dan quality assurancemanagement (QAM) mempunyai tugas melakukan Penilaian MandiriPelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMRB) atas penilaian mandiri (selfassessment) yang dilaksanakan penanggungjawab pelaksanaanreformasi birokrasi di masing-masing eselon I lingkup KementerianPertanian. Evaluasi bertujuan untuk menilai kualitas pelaksanaanreformasi birokrasi di Kementerian Pertanian.

4. Evaluasi/Kajian Pengembangan Sistem Pengendalian Intern

Kegiatan evaluasi/kajian pengembangan sistem pengendalian internbertujuan untuk inovasi dan penyempurnaan kelembagaan dantatalaksana sistem pengendalian intern pada Inspektorat Jenderaldan lingkup Kementerian Pertanian.

e. Pengawasan Lainnya

Jenis-jenis pengawasan dimaksud yaitu: Penyelenggaraan SPIP, danupaya pencegahan dan pemberantasan korupsi melalui pembinaantekad antikorupsi dan pendampingan proses bisnis yang dilaksanakanEselon I maupun Kementerian. Masing-masing dapat dijelaskansebagai berikut:

1. Penyelenggaraan SPIP

Penyelenggaraan SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yangmemadai bagi pimpinan terhadap efektivitas dan efisiensipencapaian tujuan dan sasaran kegiatan, kehandalan laporankeuangan, pengamanan aset negara dan taat terhadap peraturanperundang-undangan. Dalam rangka penerapan SPIP di lingkunganKementerian Pertanian Inspektorat Jenderal telah menginisiasibeberapa kegiatan yaitu: Pembinaan (asistensi/konsultasi) SPI,Workshop SPI, Forum SPI dan SPI Award bagi seluruh Satker/UPTlingkup Kementerian Pertanian.

2. Pembinaan Tekad Antikorupsi

Inspektorat Jenderal menginisiasi kegiatan pencegahan danpemberantasan korupsi di lingkungan Kementerian Pertanianmelalui pembinaan tekad antikorupsi, dirancang sebagai upayapencegahan (preventif) dan pre-emtif terhadap terjadinya tindakpidana korupsi. Kegiatan bertujuan untuk menghilangkan penyebabutama terjadinya tindak pidana korupsi, melalui pelurusan niat danperbaikan sistem, sehingga tindak pidana korupsi di lingkunganKementerian Pertanian dapat ditekan/dikurangi. Selain itu,Inspektorat Jenderal melakukan Penilaian Zona Integritasmewujudkan Wilayah Bebas dari Korupsi/Wilayah Birokrasi BersihMelayani (ZI-WBK/WBBM), serta Pelaksanaan Strategi Komunikasi

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 22: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.301 22

Pendidikan dan Budaya Antikorupsi (Strakom-PBAK) pada unit kerjapelayanan di lingkup Kementerian Pertanian.

3. Pendampingan proses bisnis

Pendampingan proses bisnis merupakan penyelenggaraan asistensidan konsultansi kepada eselon I lingkup Kementerian Pertaniansebagai upaya pencegahan terjadinya tindak pidana korupsi, kolusi,dan nepotisme (KKN), diantaranya; melalui pendampingan prosespenyusunan rencana kegiatan dan pengadaan barang/jasapemerintah. Atas pelaksanaan pendampingan tersebut tidak berartipersonil pendamping dari Inspektorat Jenderal mengambil alihtanggungjawab manajemen.

4. Peningkatan kompetensi SDM

Peningkatan kompetensi SDM bertujuan untuk peningkatanprofesionalisme auditor dan SDM pelaksana pengawasan lainnya,menyangkut teknis pelaksanaan dan kebijakan mitra kerja lingkupKementerian Pertanian serta berbagai pelatihan teknisaudit/pengawasan serta penjenjangan auditor.

www.djpp.kemenkumham.go.id

Page 23: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn301-2014.pdf · Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara

2014, No.30123

BAB IV

PENUTUP

Pengawasan Intern oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pertaniandiarahkan untuk merespon secara cepat terhadap masalah aktual (currentissue) yang berkembang di tingkat nasional maupun di internalKementerian Pertanian. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kepercayaanmasyarakat terhadap citra dan kinerja Kementerian Pertanian sertamemberikan masukan yang cepat dan tepat kepada Menteri Pertanianterhadap permasalahan yang berkembang.

Demikian Kebijakan Pengawasan Intern Kementerian Pertanian disusunagar dapat digunakan sebagai acuan oleh Inspektorat Jenderal dalammelaksanakan tugas pengawasan, dan seluruh unit eselon I wajibmendukung terlaksananya kebijakan pengawasan intern ini. KebijakanPengawasan Intern ini bersifat dinamis dan dapat disempurnakan sesuaidengan kebutuhan seiring dengan perkembangan lingkungan strategisatas masukan-masukan dari pemangku kepentingan (stakeholder).

MENTERI PERTANIAN

REPUBLIK INDONESIA,

SUSWONO

www.djpp.kemenkumham.go.id