BERITA NEGARA REPUBLIK...

29
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1914, 2014 KEMENPAR. Dekonsentrasi. Tugas Pembantuan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014P TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN PADA KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan telah ditetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.70/UM.001/MPEK/2013 tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; b. bahwa dengan adanya perubahan jenis kegiatan dan dalam rangka meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran serta memperhatikan Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian/Lembaga, maka Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.70/UM.001/MPEK/2013 tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pada

Transcript of BERITA NEGARA REPUBLIK...

Page 1: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

BERITA NEGARA

REPUBLIK INDONESIANo.1914, 2014 KEMENPAR. Dekonsentrasi. Tugas

Pembantuan. Pelaksanaan.

PERATURAN MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1 TAHUN 2014P

TENTANG

PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN

TUGAS PEMBANTUAN PADA KEMENTERIAN PARIWISATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (4)Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentangDekonsentrasi dan Tugas Pembantuan telahditetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan EkonomiKreatif Nomor PM.70/UM.001/MPEK/2013 tentangPelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi dan TugasPembantuan Pada Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif;

b. bahwa dengan adanya perubahan jenis kegiatan dandalam rangka meningkatkan kualitas perencanaandan penganggaran serta memperhatikan PeraturanPemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentangPenyusunan Rencana Kerja Dan AnggaranKementerian/Lembaga, maka Peraturan MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif NomorPM.70/UM.001/MPEK/2013 tentang PelaksanaanKegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pada

Page 2: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.1914 2

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif perludiganti;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlumenetapkan Peraturan Menteri Pariwisata tentangPelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi dan TugasPembantuan pada Kementerian Pariwisata;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4421);

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat danPemerintah Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 126, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentangKepariwisataan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4966);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentangPerfilman (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 141, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5060);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentangDekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4816);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentangPenyusunan Rencana Kerja dan AnggaranKementerian Negara/Lembaga (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5178);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentangRencana Induk Pembangunan KepariwisataanNasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5262);

Page 3: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.19143

8. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan PresidenNomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan danOrganisasi Kementerian Negara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2014 Nomor 24);

9. Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2014 tentangKoordinasi Strategis Lintas Sektor PenyelenggaraanKepariwisataan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2014 Nomor 147);

10. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentangPembentukan Kementerian dan Pengangkatan KabinetKerja Tahun 2014-2019;

11. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentangPenataan Tugas Dan Fungsi Kabinet Kerja (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);

12. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi KreatifNomor PM.7/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasidan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan EkonomiKreatif (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012Nomor 196);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA TENTANGPELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGASPEMBANTUAN PADA KEMENTERIAN PARIWISATA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepadaGubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi vertikaldi wilayah tertentu.

2. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerahdan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kotadan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepadadesa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajibanmelaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepadayang menugaskan.

Page 4: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.1914 4

3. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yangdilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah yangmencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangkapelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikanuntuk instansi vertikal pusat di daerah.

4. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yangdilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semuapenerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan TugasPembantuan.

5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPDadalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan dekonsentrasi/tugas pembantuan bidangtertentudi provinsi, kabupaten, atau kota.

6. Perubahan Anggaran yang selanjutnya disebut Revisi adalahperubahan anggaran belanja Kementerian yang telah ditetapkanberdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Daftar HasilPenelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembagadan/atau Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.

7. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga yang selanjutnyadisebut RKA-K/L adalah dokumen rencana keuangan tahunanKementerian/Lembaga yang disusun menurut bagian anggaranKementerian/Lembaga.

8. Daftar Hasil Penelaahan Rencana Kerja dan AnggaranKementerian/Lembaga yang selanjutnya disebut DHP RKA-K/L adalahdokumen yang berisi rangkuman RKA-K/L per unit eselon I danprogram dalam suatu Kementerian/Lembaga yang ditetapkanberdasarkan hasil penelaahan.

9. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPAatau dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA, adalah suatudokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh menteri/pimpinanlembaga serta disahkan oleh Menteri Keuangan dan berfungsi sebagaidokumen pelaksanaan pendanaan kegiatan serta dokumenpendukung kegiatan akuntansi pemerintah.

10. Aparat Pengawas Intern Pemerintah di lingkungan KementerianPariwisata yang selanjutnya disebut APIP Kementerian adalahInspektorat Jenderal yang secara fungsional melaksanakanpengawasan intern yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri.

11. Unit Kerja Eselon I adalah Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal,Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, DirektoratJenderal Pemasaran Pariwisata, Direktorat Jenderal Ekonomi KreatifBerbasis Seni dan Budaya, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif

Page 5: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.19145

Berbasis Media, Desain dan IPTEK, serta Badan PengembanganSumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang Kepariwisataan.

13. Kementerian adalah Kementerian yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang Kepariwisataan.

BAB II

MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi seluruh UnitKerja Eselon I di lingkungan Kementerian, Pemerintah Daerah, dan SKPDdalam melaksanakan kewenangan urusan Kementerian yang dilaksanakanmelalui kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Pasal 3

Peraturan Menteri ini bertujuan agar pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasidan Tugas Pembantuan Kementerian dapat berjalan secara efektif danefisien.

Pasal 4

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:

a. dekonsentrasi;

b. tugas pembantuan;

c. mekanisme pencairan dana;

d. pelaporan dan pertanggungjawaban;

e. serah terima barang;

f. pemeriksaan;

g. pembinaan dan pengawasan; dan

h. sanksi administratif.

BAB III

DEKONSENTRASI

Bagian Kesatu

Pembagian Urusan

Paragraf 1

Umum

Pasal 5

(1) Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui Dekonsentrasimeliputi kegiatan bidang :

Page 6: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.1914 6

a. pengembangan destinasi pariwisata;

b. pemasaran pariwisata;

c. ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya;

d. ekonomi kreatif berbasis media, desain dan ilmu pengetahuandan teknologi; dan

e. pengembangan sumber daya pariwisata dan ekonomi kreatif.

(2) Kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antaralain :

a. sinkronisasi dan koordinasi perencanaan;

b. fasilitasi/dukungan;

c. bimbingan teknis;

d. pembekalan/pelatihan sumber daya manusia;

e. pemberian penghargaan;

f. penyuluhan;

g. supervisi;

h. penelitian;

i. survey dan pendataan;

j. pembinaan; dan

k. pengawasan dan pengendalian.

(3) Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud padaayat (2) tidak berupa penambahan aset tetap atau bersifat nonfisik.

(4) Dalam pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi, dapat dialokasikansebagian kecil dana penunjang untuk pelaksanaan tugas administratifdan/atau pengadaan input berupa barang habis pakai dan/atau asettetap.

(5) Besarnya alokasi dana penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat(4) harus memperhatikan asas:

a. kepatutan;

b. kewajaran;

c. ekonomis; dan

d. efisien.

Paragraf 2

Pengembangan Destinasi Pariwisata

Pasal 6

(1) Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui Dekonsentrasibidang pengembangan destinasi pariwisata, antara lain:

Page 7: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.19147

a. advokasi/pendampingan pelaksanaan tata cara pendaftaranusaha pariwisata;

b. profil investasi;

c. perencanaan kawasan destinasi pariwisata;

d. perencanaan desain teknis;

e. bimbingan teknis;

f. pemantauan dan evaluasi tugas pembantuan;

g. peningkatan kapasitas masyarakat dan pendampinganpengembangan desa wisata; dan

h. peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat Sadar Wisatadan pelaksanaan Sapta Pesona.

(2) Pelaksanaan kegiatanDekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) untuk setiap tahunnya berpedoman pada petunjuk teknis dariDirektorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata.

Paragraf 3

Pemasaran Pariwisata

Pasal 7

(1) Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui Dekonsentrasibidang pemasaran pariwisata meliputi :

a. sosialisasi Branding Pariwisata Indonesia;

b. pemasangan Iklan Pariwisata melalui media cetak, elektronik, danmedia ruang:

c. pengadaan atau penyediaan bahan promosi;

d. pemasaran paket wisata yang siap jual di masing-masing daerah;

e. partisipasi dalam event seni dan budaya, serta pasar wisata ditingkat nasional dan internasional, dengan tetap memprioritaskanfasilitasi bagi industri pariwisata daerah; dan

f. pelaksanaan Perjalanan Wisata Pengenalan di daerah-daerah.

(2) Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) untuk setiap tahunnya berpedoman pada petunjuk teknis dariDirektorat Jenderal Pemasaran Pariwisata.

Paragraf 4

Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya

Pasal 8

(1) Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui Dekonsentrasibidang ekonomi kreatif berbasis seni dan budaya berupa:

a. pengembangan ruang kreatif berbasis seni dan budaya yaitu

Page 8: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.1914 8

ruang tertutup atau terbuka yang memiliki daya tarik sepertisejarah, panorama alam, dan arsitektural bangunan, yang telahmenjadi tujuan wisata atau memiliki potensi menjadi destinasipariwisata seni dan budaya.

b. pendukungan kegiatan terdiri dari:

1. penguatan institusi;

2. pengelolaan asset seni dan budaya;

3. fasilitasi jejaring dan kolaborasi;

4. pendokumentasian/digitalisasi karya seni atau arsip; dan

5. publikasi.

(2) Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) untuk setiap tahunnya berpedoman pada petunjuk teknis dariDirektorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya.

Paragraf 5

Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Iptek

Pasal 9

(1) Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui Dekonsentrasibidang ekonomi kreatif berbasis media, desain, dan iptek meliputi:

a. pengembangan pusat kreatif berbasis media, desain dan iptek;

b. pemberian bantuan/fasilitasi peningkatan kualitas dan kuantitaspengembangan konten bidang media, desain dan Iptek;dan

c. pemberian bantuan/fasilitasi pengembangan dan penciptaanwirausaha bidang media, desain, dan iptek.

(2) Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) untuk setiap tahunnya berpedoman pada petunjuk teknis dariDirektorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain danIptek.

Paragraf 6

Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif

Pasal 10

(1) Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui Dekonsentrasibidang pengembangan sumber daya pariwisata dan ekonomi kreatif,meliputi :

a. pembekalan teknis bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;

b. pembekalan pelayanan prima;

c. penyelenggaraan TOT (Training Of Trainer);

Page 9: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.19149

d. pembekalan keterampilan bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;dan

e. penelitian dan survey.

(2) Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) untuk setiap tahunnya berpedoman pada petunjuk teknis dariBadan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Bagian Kedua

Perencanaan dan Penganggaran

Pasal 11

(1) Perencanaan dan penganggaran kegiatan Dekonsentrasi dilaksanakanoleh Menteri dan didelegasikan kepada Pejabat Eselon I terkait sebagaipenanggung jawab kegiatan dengan memperhatikan hasilperencanaan daerah.

(2) Perencanaan dan penganggaran kegiatan Dekonsentrasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal.

(3) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukankepada Gubernur mengenai rencana kegiatan Dekonsentrasi untuktahun anggaran berikutnya setelah ditetapkannya Pagu Anggaran.

(4) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),Gubernur memberikan jawaban tertulis kepada Menteri dengantembusan kepada Sekretaris Jenderal dan Pejabat Eselon I terkaitpaling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah pemberitahuan dariMenteri diterima.

(5) Dalam hal Gubernur tidak memberikan jawaban sampai dengan bataswaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Gubernur dianggap tidakbersedia menerima kegiatan Dekonsentrasi.

(6) Berdasarkan jawaban Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (4),Menteri menetapkan lingkup kegiatan Dekonsentrasi dandisampaikan kepada Gubernur yang bersedia menerima kegiatanDekonsentrasi setelah ditetapkannya Keputusan Presiden tentangRincian Anggaran.

Pasal 12

(1) Penyusunan RKA-K/L Dekonsentrasi dilaksanakan sebanyak 2 (dua)kali dalam 1 (satu) tahun setelah turunnya Pagu Anggaran danAlokasi Anggaran dari Kementerian Keuangan.

(2) RKA-K/L hasil penyusunan dari Unit Kerja atau Satuan Kerja terkaitdiserahkan ke Sekretariat Jenderal c.q. Biro yang menangani bidangperencanaan untuk dilakukan penelitian.

(3) Penelitian RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukanmelalui verifikasi atas kelengkapan dan kebenaran dokumen yang

Page 10: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.1914 10

dipersyaratkan serta kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidahperencanaan penganggaran.

(4) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) difokuskan untukmeneliti:

a. konsistensi pencantuman sasaran kinerja meliputi volumekeluaran dan indikator kinerja kegiatan dalam RKA-K/L sesuaidengan sasaran kinerja dalam Rencana KerjaKementerian/Lembaga dan Rencana Kerja Pemerintah;

b. kesesuaian total pagu dalam RKA-K/L dengan Pagu AnggaranKementerian/Lembaga;

c. kesesuaian sumber dana dalam RKA-K/L dengan sumber danayang ditetapkan dalam Pagu Anggaran K/L;

d. kepatuhan dalam pencantuman tematik APBN pada levelkeluaran; dan

e. kelengkapan dokumen pendukung RKA-K/L antara lain RencanaKerja Anggaran Satuan Kerja, Kerangka Acuan Kerja (Term OfReference), Rincian Anggaran Biaya, dan dokumen pendukungterkait lainnya.

(5) Penelitian RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengacukepada Peraturan Menteri Keuangan tentang Petunjuk Penyusunandan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran KementerianNegara/Lembaga.

Pasal 13

(1) Inspektorat Jenderal selaku APIP Kementerian menerima RKA-K/Lhasil penelitian Sekretariat Jenderal untuk dilakukan reviu.

(2) Reviu RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difokuskanpada:

a. kelayakan anggaran untuk menghasilkan sebuah keluaran;

b. kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah perencanaanpenganggaran, antara lain:

1. penerapan standar biaya masukan dan standar biayakeluaran;

2. penggunaan akun;

3. hal-hal yang dibatasi;dan

4. kelengkapan dokumen pendukung RKA-K/L antara lainRencana Kerja Anggaran Satuan Kerja, Kerangka Acuan Kerja(Term Of Reference), Rincian Anggaran Biaya, dan dokumenpendukung terkait lainnya.

Page 11: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.191411

(3) Inspektorat Jenderal selaku APIP Kementerian menyerahkan kembaliRKA-K/L hasil reviu ke Unit Kerja atau Satuan Kerja untuk dilakukanperbaikan atau penyesuaian sesuai Catatan Hasil Reviu.

(4) APIP Kementerian dapat menyesuaikan dan mengembangkanlangkah-langkah dalam pedoman reviu RKA-K/L sebagaimanadimaksud pada ayat (3) sesuai dengan kebutuhan dan karakteristikmasing-masing Unit Kerja atau Satuan Kerja.

Pasal 14

(1) Proses penelaahan RKA-K/L Dekonsentrasi dilaksanakan di DirektoratJenderal Anggaran.

(2) RKA-K/L hasil penelaahan menjadi DHP RKA-K/L yang ditetapkanoleh Direktur Jenderal Anggaran c.q Direktur Anggaran I/DirekturAnggaran II/Direktur Anggaran III.

(3) DHP RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi dasarpenyusunan Keputusan Presiden tentang Rincian Anggaran BelanjaPemerintah Pusat.

(4) Keputusan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadidasar penyusunan dan pengesahan DIPA.

(5) DIPA berfungsi sebagai dasar pelaksanaan anggaran setelah mendapatpengesahan dari menteri keuangan.

Pasal 15

DIPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (5) terdiri atas:

a. DIPA Induk; dan

b. DIPA Petikan.

Pasal 16

(1) DIPA Induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf amerupakan akumulasi dari DIPA per Satker yang disusun olehPengguna Anggaran menurut Unit Eselon I KementerianNegara/Lembaga.

(2) DIPA Induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun olehPengguna Anggaran dengan menunjuk dan menetapkan SekretarisJenderal sebagai penanggung jawab pelaksanaan program danmemiliki alokasi anggaran pada Bagian Anggaran, sebagai pejabatpenanda tangan DIPA Induk atas nama Menteri/Pimpinan lembaga.

(3) Pejabat penanda tangan DIPA Induk sebagaimana dimaksud padaayat (2) meneliti kebenaran substansi DIPA Induk yang disusunberdasarkan Keputusan Presiden mengenai Rincian Anggaran BelanjaPemerintah Pusat.

Page 12: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.1914 12

(4) DIPA Induk yang telah ditandatangani disampaikan kepada DirektoratJenderal Anggaran untuk mendapat pengesahan dari MenteriKeuangan.

Pasal 17

(1) DIPA Petikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf bmerupakan DIPA per Satker yang dicetak secara otomatis melaluisistem.

(2) DIPA Petikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagaidasar pelaksanaan kegiatan Satker dan pencairan dana/pengesahanbagi Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara yangmerupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dari DIPA Induk.

(3) DIPA Petikan merupakan penjabaran dari DIPA Induk untuk masing-masing Satker.

(4) DIPA Petikan dicetak secara otomatis melalui sistem dan dilengkapidengan kode pengaman berupa digital stamp sebagai pengganti tandatangan pengesahan (otentifikasi).

(5) DIPA Petikan Dana Dekonsentrasi merupakan DIPA dalam rangkapelaksanaan dana Dekonsentrasi yang dikelola SKPD Provinsi yangditunjuk oleh Gubernur.

(6) DIPA Petikan yang telah dicetak didistribusikan atau dikirimkan olehDirektorat Jenderal Anggaran kepada KPPN dan KPA paling lambat 2(dua) minggu setelah DIPA Induk disahkan.

Pasal 18

KPA SKPD wajib menyampaikan fotokopi DIPA Dekonsentrasi dan/ataurevisi DIPA Dekonsentrasi yang diterbitkan didaerah kepada Unit KerjaEselon I terkait dan Sekretaris Jenderal paling lambat 7 (tujuh) hari kerjasetelah DIPA diterima.

Pasal 19

(1) Revisi dokumen anggaran Dekonsentrasi dilakukan denganberpedoman pada tujuan, sasaran, dan dokumen perencanaan jangkamenengah dan tahunan yang telah ditetapkan.

(2) Revisi dokumen anggaran Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) berpedoman pada peraturan yang diterbitkan oleh MenteriKeuangan.

(3) Revisi dokumen anggaran Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud padaayat (1) yang bersifat mengubah isi dan rincian dalam DIPADekonsentrasi, wajib diajukan oleh masing-masing KPA SKPD kepadaUnit Kerja Eselon I terkait dengan tembusan Sekretaris Jenderal.

Page 13: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.191413

(4) Hasil penelaahan usulan revisi dari Unit Kerja Eselon I terkaitdisampaikan kepada Sekretaris Jenderal, selanjutnya akan diteruskankepada Kementerian Keuangan untuk mendapatkan persetujuan.

(5) KPA SKPD menyampaikan setiap revisi anggaran Dekonsentrasi yangdilakukan terhadap perubahan Aplikasi Data Komputer Rencana Kerjadan Anggaran kepada Sekretariat Jenderal c.q. Biro yang menanganibidang perencanaan dengan tembusan kepada Unit Kerja Eselon Iterkait.

(6) Perubahan terhadap isi dan rincian dalam DIPA Dekonsentrasisebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada SekretarisJenderal sebagai bahan untuk melakukan perubahan KeputusanMenteri tentang Penetapan Kegiatan Yang Dilaksanakan MelaluiDekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Pasal 20

Rencana program dan usulan kegiatan Dekonsentrasi besertaperubahannya harus mengacu pada Keputusan Menteri tentang PenetapanKegiatan Yang Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi dan TugasPembantuan.

Bagian Ketiga

Pelaksanaan

Pasal 21

Dalam melaksanakan kegiatan Dekonsentrasi, Gubernur menetapkan :

a. SKPD yang memiliki tugas dan fungsi bidang pariwisata dan ekonomikreatif; dan

b. Kuasa Pengguna Anggaran.

Pasal 22

(1) Pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam pelaksanaanDekonsentrasi dilakukan secara terpisah dari APBD dan APBN TugasPembantuan.

(2) Pengelolaan dana Dekonsentrasi dilaksanakan sesuai denganPeraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Pengelolaan DanaDekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan.

Pasal 23

(1) Pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi dilakukan setelah adanyapelimpahan urusan pemerintahan yang merupakan kewenanganKementerian dari Menteri kepada Gubernur.

(2) Dalam hal pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi menghasilkanpenerimaan negara berupa pajak dan penerimaan negara bukan

Page 14: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.1914 14

pajak, maka penerimaan tersebut merupakan pendapatan APBN danharus disetor ke rekening kas negara.

BAB IV

TUGAS PEMBANTUAN

Bagian Kesatu

Pembagian Urusan

Pasal 24

(1) Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui kegiatan TugasPembantuan yaitu bidang pengembangan destinasi pariwisata;

(2) Kegiatan Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berupa kegiatan yang menghasilkan keluaran yang menambah asettetap atau bersifat fisik.

(3) Kegiatan bersifat fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antaralain berupa bangunan, peralatan, dan jalan.

(4) Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuansebagaimana dimaksud pada ayat (2), sebagian kecil Dana TugasPembantuan dapat dialokasikan sebagai dana penunjang untukpelaksanaan tugas administratif dan/atau pengadaan input berupabarang habis pakai dan/atau aset tetap.

(5) Besarnya alokasi dana penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat(4) harus memperhatikan asas kepatutan, kewajaran, ekonomis danefisien, serta disesuaikan dengan karakteristik kegiatan Kementerian.

Pasal 25

(1) Urusan Kementerian yang dapat dilaksanakan melalui TugasPembantuan Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata, meliputiantara lain :

a. pembuatan ruang ganti/toilet di lokasi daya tarik wisata;

b. pembuatan gazebo/rumah panggung kecil di ruang terbuka;

c. pembangunan menara pandang;

d. pembuatan jalur pejalan kaki/jalan setapak dan pedestrian dikawasan pariwisata;

e. pembuatan rambu-rambu petunjuk arah;

f. penataan taman (pembuatan pergola, pemasangan lampu taman,pembuatan pagar pembatas, panggung kesenian, panggungterbuka);

g. pembangunan pusat informasi wisata/Tourism Information Center(TIC);

Page 15: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.191415

h. pembuatan tempat penonton (tribun), tempat pertunjukan danamphitheater;

i. pembangunan dan penataan kawasan pariwisata, pelataran, kioscinderamata, kios kaki lima, pendopo, rest area, plaza, pusatjajanan/kuliner, dan tempat ibadah;

j. pembangunan dive center dan pengadaan peralatan selam;

k. pembangunan jembatan dan broadwalk di kawasan pariwisata;

l. pembangunan gapura/gerbang masuk/pintu masuk/entrance;dan

m. pembangunan dan perbaikan dermaga/jetty di kawasanpariwisata.

(2) Pelaksanaan Tugas Pembantuan sebagaimana di maksud pada ayat(1) dapat berupa rehabilitasi.

(3) Pelaksanaan Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan ayat (2) untuk setiap tahunnya berpedoman pada petunjuk teknisdari Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata.

Bagian Kedua

Perencanaan dan Penganggaran

Pasal 26

(1) Perencanaan dan penganggaran kegiatan Tugas Pembantuandilaksanakan oleh Menteri dan didelegasikan kepada Pejabat Eselon Iterkait sebagai penanggung jawab kegiatan dengan memperhatikanhasil perencanaan daerah.

(2) Perencanaan dan penganggaran kegiatan Tugas Pembantuansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh SekretarisJenderal.

(3) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukankepada Gubernur/Bupati/Walikota mengenai rencana kegiatan TugasPembantuan untuk tahun anggaran berikutnya setelah ditetapkannyaPagu Anggaran.

(4) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),Gubernur/Bupati/Walikota memberikan jawaban tertulis kepadaMenteri dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal dan PejabatEselon I terkait paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelahpemberitahuan dari Menteri diterima.

(5) Dalam hal Gubernur/Bupati/Walikota tidak memberikan jawabansampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4),Gubernur/Bupati/Walikota dianggap tidak bersedia melaksanakankegiatan Tugas Pembantuan.

Page 16: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.1914 16

(6) Berdasarkan jawaban Gubernur/Bupati/Walikota sebagaimanadimaksud pada ayat (4), Menteri menetapkan lingkup kegiatan TugasPembantuan dan disampaikan kepada Gubernur/Bupati/Walikotayang bersedia melaksanakan kegiatan Tugas Pembantuan setelahditetapkannya Keputusan Presiden tentang Rincian Anggaran.

Pasal 27

(1) Penyusunan RKA-K/L Tugas Pembantuan dilaksanakan sebanyak 2(dua) kali dalam 1 (satu) tahun setelah turunnya Pagu Anggaran danAlokasi Anggaran dari Kementerian Keuangan.

(2) RKA-K/L hasil penyusunan dari Unit Kerja atau Satuan Kerja terkaitdiserahkan ke Sekretariat Jenderal c.q Biro yang menangani bidangperencanaan untuk dilakukan penelitian.

(3) Penelitian RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukanmelalui verifikasi atas kelengkapan dan kebenaran dokumen yangdipersyaratkan serta kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidahperencanaan penganggaran.

(4) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) difokuskan untukmeneliti:

a. konsistensi pencantuman sasaran kinerja meliputi volumekeluaran dan indikator kinerja kegiatan dalam RKA-K/L sesuaidengan sasaran kinerja dalam Rencana KerjaKementerian/Lembaga dan Rencana Kerja Pemerintah;

b. kesesuaian total pagu dalam RKA-K/L dengan Pagu AnggaranK/L;

c. kesesuaian sumber dana dalam RKA-K/L dengan sumber danayang ditetapkan dalam Pagu Anggaran K/L;

d. kepatuhan dalam pencantuman tematik APBN pada levelkeluaran; dan

e. kelengkapan dokumen pendukung RKA-K/L antara lain RencanaKerja Anggaran Satuan Kerja, Kerangka Acuan Kerja (Term ofReference) Rincian Anggaran Biaya, dan dokumen pendukungterkait lainnya.

(5) Penelitian RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengacukepada Peraturan Menteri Keuangan tentang Petunjuk Penyusunandan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran KementerianNegara/Lembaga.

Pasal 28

(1) Inspektorat Jenderal selaku APIP Kementerian menerima RKA-K/Lhasil penelitian Sekretariat Jenderal untuk dilakukan reviu.

Page 17: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.191417

(2) Reviu RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difokuskanpada:

a. kelayakan anggaran untuk menghasilkan sebuah keluaran;

b. kepatuhan dalam penerapan kaidah-kaidah perencanaanpenganggaran, antara lain:

1. penerapan standar biaya masukan dan standar biayakeluaran;

2. penggunaan akun;dan

3. hal-hal yang dibatasi.

c. kelengkapan dokumen pendukung RKA-K/L antara lain RencanaKerja Anggaran Satuan Kerja, Kerangka Acuan Kerja (Term ofReference), Rincian Anggaran Biaya, dan dokumen pendukungterkait lainnya.

(3) Inspektorat Jenderal selaku APIP Kementerian menyerahkan kembaliRKA-K/L hasil reviu ke Unit Kerja atau Satuan Kerja untuk dilakukanperbaikan atau penyesuaian sesuai Catatan Hasil Reviu.

(4) APIP Kementerian dapat menyesuaikan dan mengembangkanlangkah-langkah dalam pedoman reviu RKA-K/L sebagaimanadimaksud pada ayat (3) sesuai dengan kebutuhan dan karakteristikmasing-masing Unit Kerja atau Satuan Kerja.

Pasal 29

(1) Proses penelaahan RKA-K/L Tugas Pembantuan dilaksanakan diDirektorat Jenderal Anggaran.

(2) RKA-K/L hasil penelaahan menjadi DHP RKA-K/L yang ditetapkanoleh Direktur Jenderal Anggaran c.q Direktur Anggaran I/ DirekturAnggaran II/Direktur Anggaran III.

(3) DHP RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi dasarpenyusunan Keputusan Presiden tentang Rincian Anggaran BelanjaPemerintah Pusat.

(4) Keputusan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadidasar penyusunan dan pengesahan DIPA.

(5) DIPA berfungsi sebagai dasar pelaksanaan anggaran setelah mendapatpengesahan dari Menteri Keuangan.

Pasal 30

DIPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (5) terdiri atas:

a. DIPA Induk; dan

b. DIPA Petikan.

Page 18: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.1914 18

Pasal 31

(1) DIPA Induk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf amerupakan akumulasi dari DIPA per Satker yang disusun olehPengguna Anggaran menurut Unit Eselon I KementerianNegara/Lembaga.

(2) DIPA Induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun olehPengguna Anggaran dengan menunjuk dan menetapkan SekretarisJenderal sebagai penanggung jawab pelaksanaan program danmemiliki alokasi anggaran pada Bagian Anggaran, sebagai pejabatpenanda tangan DIPA Induk atas nama Menteri/Pimpinan lembaga.

(3) Pejabat penanda tangan DIPA Induk sebagaimana dimaksud padaayat (2) meneliti kebenaran substansi DIPA Induk yang disusunberdasarkan Keputusan Presiden mengenai Rincian Anggaran BelanjaPemerintah Pusat.

(4) DIPA Induk yang telah ditandatangani disampaikan kepada DirektoratJenderal Anggaran untuk mendapat pengesahan dari MenteriKeuangan.

Pasal 32

(1) DIPA Petikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf bmerupakan DIPA per Satker yang dicetak secara otomatis melaluisistem.

(2) DIPA Petikan digunakan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan Satkerdan pencairan dana/pengesahan bagi Bendahara UmumNegara/Kuasa Bendahara Umum Negara yang merupakan kesatuanyang tidak terpisahkan dari DIPA Induk.

(3) DIPA Petikan merupakan penjabaran dari DIPA Induk untuk masing-masing Satker.

(4) DIPA Petikan dicetak secara otomatis melalui sistem dan dilengkapidengan kode pengaman berupa digital stamp sebagai pengganti tandatangan pengesahan (otentifikasi).

(5) DIPA Petikan Dana Tugas Pembantuan merupakan DIPA dalamrangka pelaksanaan dana Tugas Pembantuan yang dikelola SKPDProvinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh Menteri.

(6) DIPA Petikan yang telah dicetak didistribusikan atau dikirimkan olehDirektorat Jenderal Anggaran kepada Kantor PelayananPerbendaharaan Negara dan KPA paling lambat 2 (dua) minggu setelahDIPA Induk disahkan.

Pasal 33

Rencana program dan usulan kegiatan Tugas Pembantuan besertaperubahannya harus mengacu pada Keputusan Menteri tentang PenetapanKegiatan Yang Dilaksanakan Melalui Dekonsentrasi dan TugasPembantuan.

Page 19: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.191419

Bagian Ketiga

Pelaksanaan

Pasal 34

Dalam melaksanakan kegiatan Tugas Pembantuan, Menteri menetapkan:

a. SKPD yang memiliki tugas dan fungsi bidang pariwisata dan ekonomikreatif; dan

b. Kuasa Pengguna Anggaran atas usul dari Gubernur/Bupati/Walikota.

Pasal 35

(1) Pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam pelaksanaan TugasPembantuan dilakukan secara terpisah dari APBD dan APBNDekonsentrasi.

(2) Pengelolaan dana Tugas Pembantuan dilaksanakan sesuai denganPeraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Pengelolaan DanaDekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan.

Pasal 36

(1) Pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan dilakukan setelah adanyapenugasan urusan pemerintahan yang merupakan kewenanganKementerian dari Menteri kepada Gubernur/Bupati/Walikota.

(2) Dalam hal pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan menghasilkanpenerimaan negara berupa pajak dan penerimaan negara bukanpajak, maka penerimaan tersebut merupakan pendapatan APBN danharus disetor ke rekening kas negara.

BAB V

MEKANISME PENCAIRAN DANA

Pasal 37

(1) DIPA dan Petunjuk Operasional Kegiatan yang telah disahkandisampaikan kepada SKPD penerima dana Dekonsentrasi dan/ataudana Tugas Pembantuan sebagai dasar dalam penerbitan SuratPerintah Membayar.

(2) Penerbitan Surat Perintah Membayar oleh SKPD selaku KuasaPengguna Anggaran didasarkan pada alokasi dana yang tersediadalam DIPA dan Surat Perintah Membayar untuk Dekonsentrasi danDIPA untuk Tugas Pembantuan.

(3) Kepala SKPD yang menerima Dana Dekonsentrasi dan/atau DanaTugas Pembantuan menerbitkan dan menyampaikan Surat PerintahMembayar kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara selakuKuasa Bendahara Umum Negara.

Page 20: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.1914 20

(4) Setelah menerima Surat Perintah Membayar dari SKPD sebagaimanadimaksud dalam ayat (3), Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negarasetempat menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana.

BAB VI

PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Pasal 38

(1) SKPD yang menjadi pelaksana kegiatan Dana Dekonsentrasi dan/atauDana Tugas Pembantuan wajib menyusun laporanpertanggungjawaban yang meliputi:

a. laporan manajerial; dan

b. laporan akuntabilitas.

(2) Laporan Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan setiap bulan kepada Unit Kerja Eselon I Pembina Teknisdengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal dan Inspektur Jenderal.

(3) Laporan manajerial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf ameliputi:

a. perkembangan realisasi penyerapan dana;

b. pencapaian target keluaran;

c. kendala yang dihadapi; dan

d. saran tindak lanjut.

(4) Laporan akuntabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bmeliputi:

a. laporan realisasi anggaran;

b. neraca;

c. catatan atas laporan keuangan; dan

d. laporan barang.

(5) Laporan manajerial sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikandengan menggunakan contoh format I, II, III, IV, dan V.

(6) Laporan akuntabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibuatsesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan tentang Sistem AkuntansiInstansi.

BAB VII

SERAH TERIMA BARANG

Pasal 39

(1) Semua barang yang diperoleh dari pelaksanaan Dana Dekonsentrasidan Dana Tugas Pembantuan merupakan Barang Milik Negara dandapat dihibahkan kepada daerah sebagai aset dari pusat ke provinsi,kabupaten atau kota.

Page 21: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.191421

(2) SKPD yang melaksanakan kegiatan Dekonsentrasi dan TugasPembantuan berkewajiban melakukan penatausahaan Barang MilikNegara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Serah terima dalam rangka hibah sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilaksanakan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak realisasipengadaan barang kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuanselesai sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII

PEMERIKSAAN

Pasal 40

(1) Pemeriksaan eksternal pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi danTugas Pembantuan Kementerian dilaksanakan oleh Badan PemeriksaKeuangan.

(2) Pemeriksaan internal pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi dan TugasPembantuan Kementerian dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal.

(3) Inspektorat Jenderal menyusun program pemeriksaan tahunan untukmenghindari terjadinya tumpang tindih pemeriksaan.

(4) Inspektorat Jenderal dapat mendelegasikan kewenangan pemeriksaankepada Inspektorat Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota untukmelakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),dengan ketentuan sebagai berikut:

a. inspektorat jenderal terlebih dahulu menyampaikan suratpermintaan/pendelegasian pelaksanaan pemeriksaan kepadainspektorat wilayah provinsi, kabupaten/kota yang terkait.

b. terkait dengan dana yang ditimbulkan untuk melaksanakanhuruf a, ditanggung oleh inspektorat jenderal sesuai ketentuanperaturan dan perundang-undangan;

c. menggunakan pedoman pemeriksaan yang berlaku di lingkungankementerian;

d. pejabat yang ditunjuk untuk memeriksa adalah pejabatfungsional auditor sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan olehMenteri yang bertanggungjawab dalam bidang aparatur negara;

e. laporan hasil pemeriksaan sesuai pedoman laporan hasilpemeriksaan Inspektorat Jenderal;

f. laporan hasil pemeriksaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuandisampaikan kepada Inspektur Jenderal;

g. inspektur jenderal menyampaikan laporan hasil pemeriksaansebagaimana dimaksud pada huruf f kepada Menteri, BadanPemeriksa Keuangan, SKPD terkait dengan tembusan

Page 22: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.1914 22

Gubernur/Bupati/Walikota terkait dan Pejabat Eselon I terkaitdengan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

h. penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan dilakukan olehSKPD yang bersangkutan dan bukti penyelesaiannyadisampaikan kepada inspektur jenderal, dengan tembusanPejabat Eselon I, Wakil Gubernur/Wakil Bupati/Wakil Walikotaterkait Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; dan

i. inspektorat jenderal melakukan monitoring dan evaluasi ataspenyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan Dekonsentrasi danTugas Pembantuan.

(5) Inspektorat Jenderal melakukan sosialisasi/diseminasi pedomanpengawasan yang berlaku di lingkungan Kementerian danmemberikan bimbingan teknis pemeriksaan kepada InspektoratWilayah Provinsi/Kabupaten/Kota;

(6) Apabila diperlukan, Inspektorat Jenderal dengan Inspektorat WilayahProvinsi/Kabupaten/Kota dapat melakukan pemeriksaan bersama(joint audit).

Pasal 41

Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,transparan, dan akuntabel, Kepala SKPD berkewajiban melakukanpengendalian atas penyelenggaraan kegiatan dengan berpedoman padaSistem Pengendalian Intern Pemerintah.

BAB IX

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 42

(1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan dalampenyelenggaraan Dekonsentrasi.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemberianpedoman, standar, fasilitasi dan bimbingan teknis, serta pemantauandan evaluasi.

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakandalam rangka pencapaian efisiensi dan dalam rangka bahanperumusan kebijakan pengalokasian dana Dekonsentrasi.

(4) Dalam pelaksanaan Dekonsentrasi, Menteri melalui Pejabat Eselon Iterkait melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasisesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Gubernur selaku penerima pelimpahan urusan pemerintahan dariPemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan kegiatanDekonsentrasi yang dilaksanakan oleh SKPD Provinsi.

Page 23: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.191423

Pasal 43

(1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan dalampenyelenggaraan Tugas Pembantuan.

(2) Gubernur/Bupati/Walikota selaku penerima penugasan dariPemerintah, melakukan pembinaan dan pengawasan TugasPembantuan yang dilaksanakan oleh SKPD Tugas Pembantuan.

(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemberianpedoman, standar, fasilitasi dan bimbingan teknis, serta pemantauandan evaluasi.

(4) Pembinaaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakandalam rangka pencapaian efisiensi dan efektifitas dalam rangka bahanperumusan kebijakan pengalokasian dana Tugas Pembantuan.

(6) Dalam pelaksanaan Tugas Pembantuan, Menteri melalui PejabatEselon I terkait melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan TugasPembantuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(7) Dalam pelaksanaan Tugas Pembantuan, Gubernur/Bupati/Walikotaterkait melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan TugasPembantuan yang dilaksanakan oleh SKPD Kabupaten/Kota.

BAB X

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 44

(1) SKPD yang secara sengaja dan/atau lalai dalam menyampaikanlaporan pertanggungjawaban kegiatan Dekonsentrasi dan TugasPembantuan dapat dikenakan sanksi administratif berupa:

a. penundaan pencairan Dana Dekonsentrasi dan Dana TugasPembantuan untuk triwulan berikutnya; dan

b. penghentian alokasi Dana Dekonsentrasi dan Dana TugasPembantuan untuk tahun anggaran berikutnya.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatdikenakan bagi SKPD yang secara sengaja melakukanperubahan/revisi kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuantanpa persetujuan Unit Kerja Eselon I.

(3) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan ayat (2) tidak membebaskan SKPD dari kewajiban menyampaikanlaporan pertanggungjawaban kegiatan Dekonsentrasi dan TugasPembantuan.

Page 24: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.1914 24

(4) Tata cara pemberian sanksi administratif sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 45

Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan kegiatan dan alokasipendanaan kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan padaKementerian Pariwisata ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Pasal 46

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan MenteriPariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.70/UM.001/MPEK/2013tentang Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuanpada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dicabut dan dinyatakantidak berlaku.

Pasal 47

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita NegaraRepublik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 12 Desember 2014

MENTERI PARIWISATA

REPUBLIK INDONESIA,

ARIEF YAHYA

Diundangkan di Jakartapada tanggal 16 Desember 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

Page 25: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.191425

Page 26: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.1914 26

Page 27: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.191427

Page 28: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.1914 28

Page 29: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171004140104PERMENKEMENPARN…Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah organisasi/lembaga

2014, No.191429