BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf ·...

36
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.851, 2017 KEMHAN. Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan. Industri Pertahanan. Perizinan Produksi. Ekspor dan Impor. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN INDUSTRI PERTAHANAN, PERIZINAN PRODUKSI, EKSPOR, DAN IMPOR ALAT PERALATAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kemampuan industri pertahanan yang memenuhi persyaratan dalam memproduksi alat peralatan pertahanan dan keamanan, diperlukan penetapan industri pertahanan, perizinan produksi, ekspor, dan impor alat peralatan pertahanan dan keamanan; b. bahwa Peraturan Menteri Pertahanan Nomor: PER/14/M/XI/2007 tentang Rekomendasi Perizinan untuk Produksi, Ekspor/Impor dan Agen/Distributor Barang/Jasa Militer di Lingkungan Departemen Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia sudah tidak sesuai dengan perkembangan peraturan perundang- undangan sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertahanan tentang Penetapan Industri Pertahanan, Perizinan Produksi, Ekspor, dan Impor Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan; www.peraturan.go.id

Transcript of BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf ·...

Page 1: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

BERITA NEGARA

REPUBLIK INDONESIA No.851, 2017 KEMHAN. Alat Peralatan Pertahanan dan

Keamanan. Industri Pertahanan. Perizinan Produksi. Ekspor dan Impor. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 6 TAHUN 2017

TENTANG

PENETAPAN INDUSTRI PERTAHANAN, PERIZINAN PRODUKSI, EKSPOR,

DAN IMPOR ALAT PERALATAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kemampuan industri

pertahanan yang memenuhi persyaratan dalam

memproduksi alat peralatan pertahanan dan keamanan,

diperlukan penetapan industri pertahanan, perizinan

produksi, ekspor, dan impor alat peralatan pertahanan

dan keamanan;

b. bahwa Peraturan Menteri Pertahanan Nomor:

PER/14/M/XI/2007 tentang Rekomendasi Perizinan

untuk Produksi, Ekspor/Impor dan Agen/Distributor

Barang/Jasa Militer di Lingkungan Departemen

Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia sudah tidak

sesuai dengan perkembangan peraturan perundang-

undangan sehingga perlu diganti;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan

Peraturan Menteri Pertahanan tentang Penetapan

Industri Pertahanan, Perizinan Produksi, Ekspor, dan

Impor Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan;

www.peraturan.go.id

Page 2: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -2-

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang

Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4169);

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri

Pertahanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2012 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5343);

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 76

Tahun 2014 tentang Mekanisme Imbal Dagang dalam

Pengadaan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan

dari Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 262, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5596);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTAHANAN TENTANG PENETAPAN

INDUSTRI PERTAHANAN, PERIZINAN PRODUKSI, EKSPOR,

DAN IMPOR ALAT PERALATAN PERTAHANAN DAN

KEAMANAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Penetapan Industri Pertahanan adalah suatu pernyataan

penetapan bahwa suatu Badan Usaha Milik Negara

dan/atau Badan Usaha Milik Swasta telah memenuhi

persyaratan untuk dapat memproduksi alat peralatan

pertahanan dan keamanan.

2. Industri Pertahanan adalah industri nasional yang terdiri

atas Badan Usaha Milik Negara dan/atau Badan Usaha

www.peraturan.go.id

Page 3: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -3-

Milik Swasta baik secara sendiri maupun berkelompok

yang ditetapkan oleh pemerintah untuk sebagian atau

seluruhnya menghasilkan alat peralatan pertahanan dan

keamanan, jasa pemeliharaan untuk memenuhi

kepentingan strategis di bidang pertahanan dan

keamanan yang berlokasi di wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

3. Produksi adalah kegiatan untuk menghasilkan produk

alat peralatan pertahanan dan keamanan dari Industri

dan/atau Badan Usaha Milik Negara dan/atau Badan

Usaha Milik Swasta yang telah ditetapkan sebagai

Industri Pertahanan.

4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang pertahanan.

5. Pengguna adalah pihak yang menggunakan dan/atau

memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan

yang dihasilkan oleh Industri Pertahanan.

6. Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan yang

selanjutnya disebut Alpalhankam adalah segala alat

perlengkapan untuk mendukung pertahanan negara

serta keamanan dan ketertiban masyarakat.

7. Perizinan adalah pemberian legalitas kepada badan

usaha dalam bentuk izin Produksi, ekspor, dan impor

Alpalhankam.

8. Ekspor Alpalhankam adalah mengeluarkan produk

Alpalhankam hasil Produksi Industri Pertahanan melalui

daerah Pabean Indonesia.

9. Impor Alpalhankam adalah memasukkan produk

Alpalhankam melalui daerah Pabean Indonesia.

10. Kementerian Pertahanan yang selanjutnya disebut

Kemhan adalah unsur pelaksana fungsi pemerintah di

bidang pertahanan.

11. Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat

TNI adalah komponen utama yang siap digunakan

untuk melaksanakan tugas-tugas pertahanan negara.

www.peraturan.go.id

Page 4: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -4-

12. Alat Utama adalah produk berupa alat utama sistem

senjata untuk tujuan sistem pertahanan dan keamanan

negara.

13. Komponen Utama dan/atau Penunjang adalah produk

berupa bagian besar dan/atau vital atau penting dari Alat

Utama.

14. Komponen dan/atau Pendukung adalah produk berupa

bagian terkecil dari komponen utama atau Alat Utama

yang tidak bisa diuraikan lagi termasuk suku cadang.

15. Bahan Baku adalah bahan dasar dalam pembuatan

Komponen utama dan/atau Penunjang dan Komponen

dan/atau Pendukung.

16. Badan Usaha adalah badan hukum yang berbentuk

perusahaan perseroan, atau perseroan terbatas, yang

bergerak dalam usaha Produksi, Ekspor Alpalhankam

dan Impor Alpalhankam.

17. Sertifikat/Pernyataan Pengguna Akhir (End User

Certificate/Statement/EUC/S) adalah surat keterangan

dari pejabat berwenang yang ditunjuk oleh Menteri yang

menyatakan bahwa materiil kontrak yang dibeli dan/atau

dijual dari negara asal tidak akan dijual atau

dipindahtangankan kepada pihak lain dan hanya

digunakan untuk kepentingan sendiri.

18. Certificate of Origin yang selanjutnya disingkat CoO

adalah surat keterangan tentang keaslian barang yang

dikeluarkan oleh prinsipal/pabrik pembuat/Industri

Alpalhankam.

19. Pemberitahuan Ekspor Barang yang selanjutnya

disingkat PEB adalah dokumen utama yang dipakai

untuk pencatatan ekspor baik atas dasar letter of credit

maupun tanpa letter of credit.

20. Pemberitahuan Impor Barang yang selanjutnya disingkat

PIB adalah dokumen utama yang dipakai untuk

pencatatan impor baik atas dasar letter of credit maupun

tanpa letter of credit.

21. Security Clearance yang selanjutnya disingkat SC adalah

surat keterangan/pernyataan dari instansi keamanan

www.peraturan.go.id

Page 5: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -5-

dalam hal ini yang dikeluarkan oleh Staf Intelijen

Panglima Tentara Nasional Indonesia kepada personel,

materiil maupun badan hukum/perusahaan untuk

dapat menyelenggarakan kegiatan ditinjau dari aspek

pengamanan yang mempunyai tingkat

keterbatasan/kerahasiaan dan hanya dapat diketahui

oleh personel dan/atau instansi tertentu saja.

22. Penolakan Ekspor Alpalhankam adalah kebijakan politik

luar negeri Indonesia dalam tenggat waktu tertentu yang

melarang ekspor Alat Utama, Komponen Utama dan/atau

Penunjang, Komponen dan/atau Pendukung, Bahan

Baku dari wilayah hukum Indonesia kepada negara atau

aktor non-negara dengan pertimbangan faktor

keamanan, kerahasiaan, dan/atau kepentingan politik

luar negeri Indonesia.

23. Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kemhan yang

selanjutnya disebut Dirjen Pothan Kemhan adalah unsur

pelaksana tugas dan fungsi Kemhan dalam perumusan

kebijakan pengembangan teknologi Industri Pertahanan

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Menteri.

Pasal 2

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:

a. penggolongan Alpalhankam;

b. penetapan Industri Pertahanan; dan

c. Perizinan Produksi, Ekspor Alpalhankam, dan Impor

Alpalhankam.

Pasal 3

Pelaksanaan Penetapan Industri Pertahanan, pemberian izin

Produksi, Ekspor Alpalhankam, dan Impor Alpalhankam

berpedoman pada prinsip:

a. transparan yaitu sifatnya terbuka bagi masyarakat;

b. akuntabel yaitu harus mencapai sasaran fisik dan dapat

memberikan manfaat baik bagi Industri Pertahanan

www.peraturan.go.id

Page 6: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -6-

sebagai produsen Alpalhankam maupun bagi Pengguna

dalam menyelenggarakan pertahanan dan keamanan;

c. efisien dan efektif yaitu harus diupayakan menggunakan

dana, daya serta sarana dan prasarana yang ada sesuai

kebutuhan, dan dapat memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang

ditetapkan;

d. kehati-hatian yaitu harus memperhatikan aspek

kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa;

e. tidak disertai ikatan politik yaitu tidak berdasarkan

adanya suatu ikatan politik baik kepada produsen

maupun Pengguna Alpalhankam;

f. tidak memiliki muatan yang dapat mengganggu stabilitas

keamanan negara yaitu bahwa tidak diikuti oleh

ketentuan mengikat yang dapat merugikan kepentingan

dan kedaulatan negara; dan

g. integritas moral yaitu menerapkan nilai-nilai moral

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan agar terhindar dari pengaruh/ajakan pihak

tertentu yang dapat merongrong keamanan/keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB II

PENGGOLONGAN ALAT PERALATAN PERTAHANAN

DAN KEAMANAN

Pasal 4

Penggolongan Alpalhankam terdiri atas:

a. Alat Utama;

b. Komponen Utama dan/atau Penunjang;

c. Komponen dan/atau Pendukung; dan

d. Bahan Baku.

Pasal 5

Alat Utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a

meliputi:

a. kendaraan khusus;

www.peraturan.go.id

Page 7: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -7-

b. senjata;

c. amunisi;

d. pesawat terbang;

e. alat berat khusus;

f. penjinak bahan peledak;

g. perlengkapan tempur perorangan;

h. radar;

i. kapal; dan

j. Alat Utama lainnya yang ditetapkan.

Pasal 6

Alat Utama kendaraan khusus sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 5 huruf a terdiri atas:

a. tank;

b. panser;

c. kendaraan angkut tank;

d. kendaraan penarik meriam;

e. kendaraan patroli khusus: truk dan/atau bagian dari

truk tempur, angkut pasukan, angkut logistik, dan

angkut hewan;

f. kendaraan penarik radar kendaraan komando;

g. kendaraan taktis (rantis);

h. kendaraan patroli beroda dua dengan kapasitas silinder

di atas 350 (tiga ratus lima puluh) cc;

i. kendaraan penarik peluru kendali; dan

j. perlengkapan dan suku cadang kendaraan di atas.

Pasal 7

Alat Utama senjata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

huruf b terdiri atas:

a. senjata infanteri ringan (perorangan);

b. senjata infanteri berat (kelompok);

c. senjata artileri;

d. senjata kavaleri;

e. senjata peluru kendali;

f. sistem senjata pesawat udara;

g. sistem senjata kapal;

www.peraturan.go.id

Page 8: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -8-

h. sistem senjata pertahanan udara; dan

i. sistem senjata roket.

Pasal 8

Alat Utama amunisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

huruf c terdiri atas:

a. Munisi Kaliber Kecil (MKK), Munisi Kaliber Besar (MKB),

dan Munisi Khusus (Musus);

b. ranjau, bom, roket, dan peluru kendali berikut

peluncurnya;

c. bahan peledak amunisi dan peralatan arsenal; dan

d. torpedo, amunisi sista udara, dan amunisi senjata

khusus.

Pasal 9

Alat Utama pesawat terbang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 5 huruf d, terdiri atas:

a. fixed wings;

b. rotary wings; dan

c. Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA).

Pasal 10

Alat Utama alat berat khusus sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 5 huruf e, terdiri atas:

a. alat berat zeni (alberzi); dan

b. alat berat lain yang ditetapkan.

Pasal 11

Alat Utama penjinak bahan peledak sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5 huruf f, terdiri atas:

a. metal detector;

b. demolition set; dan

c. kendaraan penjinak ranjau.

Pasal 12

Alat Utama perlengkapan tempur perorangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 huruf g, terdiri atas:

www.peraturan.go.id

Page 9: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -9-

a. perlengkapan selam, perlengkapan terjun, dan

perlengkapan penerbang;

b. perlengkapan pengendalian huru-hara, perlengkapan

pasukan khusus, dan perlengkapan intelijen;

c. perlengkapan keamanan kerja, dan perlengkapan

pendakian gunung;

d. perlengkapan perang nubika;

e. peralatan perang elektronika;

f. kompas, teropong, dan kendali tembak;

g. alat optik khusus;

h. alat perlengkapan khusus; dan

i. jaket dan/atau rompi anti peluru, helm anti peluru, dan

crash helmet.

Pasal 13

Alat Utama radar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf

h, terdiri atas:

a. radar darat, radar laut, dan radar udara; dan

b. radar perlengkapan bermesin.

Pasal 14

Alat Utama kapal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf

i, terdiri atas:

a. kapal atas air; dan

b. kapal bawah air.

Pasal 15

Komponen Utama dan/atau Penunjang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, terdiri atas:

a. peralatan fasilitas pangkalan (statis dan mobile);

b. komunikasi dan navigasi;

c. peralatan survei dan pemetaan;

d. peralatan kesehatan militer;

e. peralatan laboratorium;

f. peralatan pendidikan;

g. peralatan publikasi;

h. kendaraan atas air;

www.peraturan.go.id

Page 10: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -10-

i. peralatan listrik; dan

j. sound system.

Pasal 16

Peralatan fasilitas pangkalan (statis dan mobile) sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 15 huruf a, terdiri atas:

a. peralatan dock kapal, peralatan refuelling Unit, flow

meter, dan peralatan tambat;

b. Ground Support Equipment (GSE), runway sweeper;

c. peralatan meteorologi dan lalu lintas udara, serta flood

light;

d. arresting barrier dan pump; serta

e. peralatan search and rescue Militer.

Pasal 17

Komunikasi dan navigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

15 huruf b, terdiri atas:

a. jamminger, transceiver, dan repeater;

b. faximile, cryptograph, dan computer;

c. peralatan navigasi, peralatan Global Position System

(GPS) darat, Global Position System (GPS) laut, dan Global

Position System (GPS) udara;

d. alat komunikasi khusus;

e. alat bantu navigasi;

f. alat komunikasi satuan tempur;

g. radio monitoring dan observasi;

h. alat deteksi bawah air;

i. pesawat pemancar radio, peralatan komunikasi satelit,

dan radio microwave link;

j. kamera surveillance dan perlengkapan elektronik

Stationer, Transportable, Portable (RDF);

k. alat deteksi dan surveillance lainnya;

l. telepon digital/analog;

m. generating set dan alat ukur, directing finder;

n. processor dan/atau bilik hitung tekan (peralatan radar),

multiplexer, dan scrembler;

o. echo sounder;

www.peraturan.go.id

Page 11: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -11-

p. speed log, epirp, dan Frequency Shift Eyer (FSE);

q. gyrocompass; dan

r. PABX.

Pasal 18

Peralatan survei dan pemetaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15 huruf c, terdiri atas:

a. peralatan hidrografi dan topografi;

b. peralatan survei dan pemotretan udara; dan

c. peralatan kartografi dan peralatan grafika.

Pasal 19

Peralatan kesehatan militer sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15 huruf d, terdiri atas:

a. alat kesehatan; dan

b. ambulance.

Pasal 20

Peralatan laboratorium sebagaimana dimaksud dalam Pasal

15 huruf e, terdiri atas:

a. laboratorium senjata dan amunisi;

b. laboratorium elektronika, laboratorium kimia, dan

laboratorium mesin;

c. laboratorium kesehatan, laboratorium kriminal, dan

identifikasi;

d. laboratorium komponen pesawat terbang, laboratorium

radar, laboratorium pemotretan, dan laboratorium

avionic; dan

e. laboratorium presisi, laboratorium kapal, dan

laboratorium nubika.

Pasal 21

Peralatan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

15 huruf f terdiri atas:

a. alat instruksi simulator pesawat, simulator kapal, dan

simulator tempur;

b. alat instruksi Alat Utama; dan

www.peraturan.go.id

Page 12: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -12-

c. alat demonstrasi.

Pasal 22

Peralatan publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15

huruf g, terdiri atas:

a. technical order, manuals, dan services bulletin;

b. buku besar pembedaan; dan

c. peta navigasi.

Pasal 23

Kendaraan atas air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15

huruf h terdiri atas:

a. sekoci pendarat;

b. sekoci karet;

c. Landing Craft Vehicle Personel (LCVP), dan Landing Craft

Machine (LCM);

d. hidrofoil; dan

e. kapal rumah sakit.

Pasal 24

Peralatan listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf

i, terdiri atas:

a. generator diesel;

b. solar cell/tenaga surya; dan

c. accu/battery.

Pasal 25

Sound system sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf j,

terdiri atas:

a. PA;

b. mixer;

c. speaker;

d. microphone; dan

e. aqualizer.

www.peraturan.go.id

Page 13: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -13-

Pasal 26

Komponen dan/atau pendukung sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 huruf c, meliputi:

a. suku cadang Alat Utama;

b. suku cadang alat pendukung militer;

c. perbekalan; dan

d. komponen pendukung atau suku cadang dan/atau

penunjang lainnya yang ditetapkan.

Pasal 27

Suku cadang Alat Utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal

26 huruf a, meliputi:

a. suku cadang kendaraan tempur;

b. suku cadang senjata;

c. suku cadang pesawat terbang;

d. suku cadang kapal;

e. suku cadang alat berat;

f. suku cadang penjinak bahan peledak;

g. suku cadang perlengkapan tempur perorangan;

h. suku cadang radar;

i. suku cadang rudal;

j. suku cadang roket; dan

k. suku cadang alat pernika.

Pasal 28

Suku cadang alat pendukung militer sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 26 huruf b, meliputi:

a. suku cadang peralatan dan fasilitas pangkalan (static dan

mobile);

b. suku cadang komunikasi dan navigasi;

c. suku cadang peralatan survei dan pemetaan;

d. suku cadang peralatan kesehatan;

e. suku cadang peralatan laboratorium;

f. suku cadang peralatan pendidikan dan peralatan

publikasi; dan

www.peraturan.go.id

Page 14: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -14-

g. suku cadang kendaraan atas air, kendaraan bawah air,

dan kendaraan bermotor.

Pasal 29

Perbekalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c

meliputi:

a. bekal makanan terdiri atas:

1. beras; dan

2. ransum tempur

b. bekal kaporsatlap terdiri atas:

1. bekal perorangan; dan

2. bekal satuan lapangan

c. bekal minyak dan pelumas terdiri atas:

1. jenis minyak; dan

2. pelumas umum dan khusus.

d. bekal alsatri dan alkaptor terdiri atas:

1. bekal kesatrian; dan

2. bekal perkantoran

Pasal 30

Komponen pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal

26 huruf d meliputi:

a. fasilitas permesinan; dan

b. fasilitas uji.

Pasal 31

Bahan Baku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d

meliputi Bahan Baku yang digunakan untuk memproduksi

Alat Utama, Komponen Utama dan/atau Penunjang, dan

Komponen dan/atau Pendukung, terdiri atas:

a. material logam;

b. material karet; dan

c. material kain.

www.peraturan.go.id

Page 15: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -15-

BAB III

PENETAPAN INDUSTRI PERTAHANAN

Pasal 32

(1) Menteri menetapkan Industri Pertahanan.

(2) Penetapan Industri Pertahanan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilaksanakan oleh Dirjen Pothan Kemhan.

Pasal 33

(1) Dalam menetapkan Industri Pertahanan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2), Dirjen Pothan Kemhan

membentuk Tim Verifikasi Penetapan Industri

Pertahanan.

(2) Tim Verifikasi Penetapan Industri Pertahanan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas

personel:

a. Kemhan;

b. TNI; dan/atau

c. instansi terkait.

Pasal 34

Tim Verifikasi Penetapan Industri Pertahanan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) bertugas:

a. mencocokkan dan meneliti legalitas dokumen

persyaratan;

b. membuat dan menandatangani berita acara hasil

verifikasi; dan

c. mengajukan permohonan persetujuan atau penolakan

Penetapan Industri Pertahanan.

Pasal 35

Industri yang ditetapkan sebagai Industri Pertahanan harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. berbadan hukum dalam bentuk PT. (Persero) atau PT;

b. memiliki Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang masih

berlaku;

www.peraturan.go.id

Page 16: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -16-

c. memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau Surat

Izin Usaha Industri (SIUI);

d. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat

Keterangan Tanggungan Pajak (SKTP), Surat

Pemberitahuan Penghasilan Kena Pajak (SPPKP), Surat

Pajak Terhutang (SPT), Surat Setoran Pajak (SSP)dan

bukti penyelesaian pajak 3 (tiga) tahun terakhir kecuali

badan usaha yang baru berdiri;

e. tidak sedang menjalani proses hukum atau masuk dalam

daftar hitam;

f. memiliki fasilitas Produksi, infrastruktur, sarana dan

prasarana sesuai dengan bidangnya;

g. memiliki bukti adanya ketersediaan Bahan Baku;

h. memiliki persyaratan teknis sesuai bidang dan sub

bidangnya, serta personel yang terdidik dan/atau terlatih

dan bersertifikat untuk bidang dan/atau subbidangnya;

i. surat keterangan tidak terdaftar sebagai pihak dalam

register kepailitan dari Pengadilan Negeri atau Pengadilan

Niaga setempat;

j. surat pernyataan kemampuan modal;

k. surat pernyataan kemampuan penyediaan Bahan Baku

utama Produksi;

l. surat pernyataan tunduk kepada peraturan perundang-

undangan;

m. surat pernyataan tidak melakukan pembuatan dan/atau

Produksi barang militer yang dilarang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

n. surat pernyataan keabsahan dokumen.

Pasal 36

(1) Mekanisme prosedur Penetapan Industri Pertahanan

sebagai berikut:

a. mengajukan permohonan kepada Menteri dalam

hal ini Dirjen Pothan Kemhan dengan persyaratan

administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

35, dengan rincian data produk Alpalhankam yang

akan ditetapkan;

www.peraturan.go.id

Page 17: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -17-

b. permohonan sebagaimana dimaksud dalam huruf a

diteliti dan diverifikasi dari aspek kelengkapan dan

keaslian dokumen badan usaha serta peninjauan

langsung terhadap fasilitas, sarana dan prasarana

Produksi oleh Tim Verifikasi, selanjutnya dituangkan

dalam berita acara;

c. Tim Verifikasi melaporkan hasil verifikasi kepada

Menteri dalam hal ini Dirjen Pothan Kemhan,

selanjutnya mengajukan saran untuk disetujui atau

ditolak permohonannya;

d. Dirjen Pothan Kemhan atas nama Menteri

menerbitkan surat Penetapan Industri Pertahanan,

apabila permohonan disetujui;

e. Dirjen Pothan Kemhan atas nama Menteri

menerbitkan surat penolakan, apabila permohonan

ditolak; dan

f. masa berlaku surat Penetapan Industri Pertahanan

selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang

selama 5 (lima) tahun.

(2) Perpanjangan Penetapan Industri Pertahanan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dan

ditentukan sebagai berikut:

a. permohonan perpanjangan Penetapan Industri

Pertahanan diajukan kepada Menteri paling lama 2

(dua) bulan sebelum berakhirnya masa berlakunya

penetapan; dan

b. dalam proses permohonan perpanjangan Penetapan

Industri Pertahanan berlaku ketentuan mengenai

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

35.

www.peraturan.go.id

Page 18: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -18-

BAB IV

PERIZINAN PRODUKSI ALAT PERALATAN

PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Pasal 37

(1) Menteri berwenang menerbitkan izin Produksi

Alpalhankam.

(2) Penerbitan izin Produksi Alpalhankam sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Dirjen Pothan

Kemhan.

Pasal 38

(1) Dalam menerbitkan izin Produksi Alpalhankam

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 Dirjen Pothan

Kemhan membentuk Tim Verifikasi izin Produksi

Alpalhankam.

(2) Tim Verifikasi Izin Produksi Alpalhankam sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terdiri atas personel:

a. Kemhan;

b. TNI; dan/atau

c. instansi terkait.

Pasal 39

Tim Verifikasi Izin Produksi Alpalhankam sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) bertugas:

a. menilai kemampuan Produksi Industri Pertahanan;

b. memeriksa kondisi perusahaan dan kebenaran barang

yang akan diproduksi;

c. membuat dan menandatangani berita acara hasil

verifikasi;

d. memberikan supervisi terhadap Industri Pertahanan yang

memproduksi Alpalhankam; dan

e. mengajukan permohonan persetujuan atau penolakan

izin Produksi Alpalhankam kepada Dirjen Pothan

Kemhan.

www.peraturan.go.id

Page 19: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -19-

Pasal 40

(1) Industri Pertahanan sebelum melaksanakan kegiatan

Produksi harus terlebih dahulu memperoleh izin Produksi

dari Kemhan.

(2) Industri Pertahanan yang akan mengajukan izin Produksi

Alpalhankam, harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

a. telah mendapat surat Penetapan Industri Pertahanan

dari Kemhan dalam hal ini Dirjen Pothan Kemhan;

b. memiliki business plan;

c. memiliki standar mutu yang ditetapkan untuk

produk yang dihasilkan; dan

d. memiliki kemampuan desain, Produksi, dan after

sales service.

Pasal 41

(1) Prosedur pengajuan Perizinan Produksi Alpalhankam

sebagai berikut:

a. mengajukan surat permohonan izin Produksi

Alpalhankam kepada Menteri dalam hal ini Dirjen

Pothan Kemhan dengan dilengkapi:

1. persyaratan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 40 ayat (2); dan

2. data materiil yang akan diproduksi dilengkapi

dengan rincian mengenai jenis dan kapasitas

Produksi Alpalhankam yang diajukan

permohonan izin Produksi;

b. Tim Verifikasi melaksanakan verifikasi terhadap

jenis Alpalhankam yang akan diproduksi;

c. permohonan sebagaimana dimaksud dalam huruf a

dipelajari, diteliti, dan ditelaah serta ditinjau secara

langsung oleh Tim Verifikasi dan selanjutnya

dituangkan dalam berita acara;

d. berdasarkan berita acara sebagaimana dimaksud

dalam huruf c, Tim Verifikasi melaporkan hasil

verifikasi kepada Menteri dalam hal ini Dirjen

Pothan Kemhan untuk selanjutnya mengajukan

www.peraturan.go.id

Page 20: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -20-

saran untuk mengabulkan dan/atau menolak

permohonan sebagaimana dimaksud dalam huruf

a;

e. Dirjen Pothan Kemhan atas nama Menteri

menerbitkan surat izin Produksi Alpalhankam,

apabila permohonan disetujui;

f. Dirjen Pothan Kemhan atas nama Menteri

menerbitkan surat penolakan, apabila permohonan

izin Produksi Alpalhankam tidak disetujui; dan

g. masa berlaku surat izin Produksi Alpahankam

selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang

selama 5 (lima) tahun.

(2) Perpanjangan izin Produksi Alpalhankam sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf g ditentukan sebagai

berikut:

a. permohonan perpanjangan izin Produksi

Alpalhankam diajukan kepada Menteri paling lama 2

(dua) bulan sebelum berakhirnya masa berlaku izin

Produksi; dan

b. proses perpanjangan izin Produksi sebagaimana

dimaksud dalam huruf a berlaku ketentuan

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

40 ayat (2) dengan melampirkan laporan kegiatan

dan rencana kegiatan Produksi.

Pasal 42

Ketentuan mengenai bagan mekanisme prosedur Penetapan

Industri Pertahanan dan mekanisme Perizinan Produksi

Alpalhankam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1)

dan Pasal 41 ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri

ini.

Pasal 43

Industri Pertahanan yang telah mendapatkan persetujuan

Penetapan Industri Pertahanan dan mendapatkan persetujuan

izin Produksi Alpalhankam harus:

www.peraturan.go.id

Page 21: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -21-

a. menyampaikan perkembangan Produksi setiap semester

dan laporan tahunan kepada Dirjen Pothan Kemhan

dengan tembusan kepada Menteri; dan

b. melaporkan kejadian insidentil di lingkungan Industri

Pertahanan yang karena kesalahan dan/atau kelalaian

manusia atau karena bencana alam yang mengakibatkan

kerugian korban jiwa manusia atau materiil dan/atau

kerusakan lingkungan, paling lama dalam waktu 2 x 24

(dua kali dua puluh empat) jam kepada Dirjen Pothan

Kemhan dengan tembusan kepada Menteri.

BAB V

PERIZINAN EKSPOR DAN IMPOR ALAT PERALATAN

PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Bagian Kesatu

Perizinan Ekspor Alpalhankam

Paragraf 1

Kewenangan

Pasal 44

(1) Menteri berwenang menerbitkan izin Ekspor

Alpalhankam.

(2) Penerbitan izin Ekspor Alpalhankam sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) oleh Dirjen Pothan Kemhan.

Paragraf 2

Persyaratan dan Prosedur

Pasal 45

(1) Industri Pertahanan yang mengajukan izin Ekspor

Alpalhankam harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

a. mengajukan permohonan izin Ekspor Alpalhankam

kepada Dirjen Pothan Kemhan dengan melampirkan

www.peraturan.go.id

Page 22: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -22-

salinan dokumen surat Penetapan Industri

Pertahanan dari Kemhan;

b. memiliki Sertifikat/Pernyataan Pengguna Akhir

(End User Certificate/Statetment/EUC/S) dari

Pengguna barang yang telah disetujui (diendorse)

oleh Atase Pertahanan Republik Indonesia atau

perwakilan Indonesia di negara setempat;

c. menyebutkan negara tujuan;

d. memiliki dokumen materiil serta gambar produk

Alpalhankam yang akan diekspor;

e. memiliki sertifikat kelaikan yang diterbitkan oleh

Kemhan;

f. memiliki CoO yang diterbitkan oleh Industri

Pertahanan; dan

g. memiliki invoice dan/atau packing list dari Industri

Pertahanan dan/atau forwarder.

(2) Ketentuan mengenai Format Sertifikat/Pernyataan

Pengguna Akhir (End User Certificate/Statetment/ EUC/S)

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 46

(1) Prosedur pengajuan Perizinan Ekspor Alpalhankam

sebagai berikut:

a. Industri Pertahanan mengajukan permohonan izin

Ekspor Alpalhankam kepada Dirjen Pothan Kemhan,

dengan mencantumkan jenis, jumlah produk

Alpalhankam, dan negara tujuan serta melampirkan

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45

ayat (1);

b. Dirjen Pothan Kemhan mengajukan permohonan SC

sebagaimana dimaksud dalam huruf a kepada

Panglima TNI dalam hal ini Asisten Intelijen

Panglima TNI;

c. Asisten Intelijen Panglima TNI memproses

penerbitan SC sebagaimana dimaksud dalam huruf

www.peraturan.go.id

Page 23: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -23-

b berdasarkan masukan dari Badan Intelijen

Strategis TNI setelah mendapat konfirmasi dari Atase

Pertahanan Republik Indonesia negara tujuan

mengenai keabsahan dokumen Ekspor

Alpalhankam;

d. dalam hal Asisten Intelijen Panglima TNI atas nama

Panglima TNI menyetujui permohonan pengajuan SC

yang diajukan Badan Intelijen Strategis TNI, Asisten

Inteligen Panglima TNI menerbitkan SC kepada

Industri Pertahanan;

e. dalam hal Asisten Intelijen Panglima TNI atas nama

Panglima TNI tidak menyetujui permohonan

pengajuan SC, yang diajukan oleh Badan Intelijen

Strategis TNI, Asisten Intelijen Panglima TNI

menerbitkan surat penolakan SC kepada Industri

Pertahanan;

f. Dirjen Pothan Kemhan menerbitkan izin Ekspor

Alpalhankam apabila permohonan yang diajukan

Industri Pertahanan disetujui;

g. Dirjen Pothan Kemhan menerbitkan surat

pemberitahuan penolakan pemberian izin Ekspor

Alpalhankam apabila permohonan yang diajukan

Industri Pertahanan tidak disetujui; dan

h. Industri Pertahanan yang telah mendapat izin

Ekspor Alpalhankam dari Dirjen Pothan Kemhan

sebagaimana dimaksud dalam huruf f, diberikan

surat izin Ekspor Alpalhankam dengan tembusan

kepada Menteri Perdagangan dalam hal ini Direktur

Jenderal Perdagangan Luar Negeri.

(2) Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan

pertahanan, Dirjen Pothan Kemhan dapat menerbitkan

surat izin Ekspor Alpalhankam sambil menunggu

rekomendasi SC yang diterbitkan dari Asisten Intelijen

Panglima TNI.

(3) Dalam hal rekomendasi SC yang diajukan sebagaimana

yang dimaksud pada ayat (2) Asisten Intelijen Panglima

TNI tidak menyetujui permohonan tersebut, Dirjen

www.peraturan.go.id

Page 24: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -24-

Pothan dapat membatalkan permohonan izin Ekspor

Alpalhankam yang diterbitkan.

(4) Ketentuan mengenai bagan mekanisme Perizinan Ekspor

Alpalhankam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Paragraf 3

Pemeriksaan Fisik dan Pengawasan

Pasal 47

(1) Pemeriksaan fisik dan pengawasan terhadap

Alpalhankam yang akan diekspor dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian

Keuangan dan/atau independent surveyor yang ditunjuk

oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) Khusus untuk senjata api, amunisi, bahan peledak, dan

zat kimia, pemeriksaan fisik atas keluarnya barang

melalui Pabean Ekspor Alpalhankam dilaksanakan oleh

Badan Intelijen Strategis TNI.

(3) Apabila diperlukan, Direktorat Jenderal Potensi

Pertahanan Kemhan dapat melakukan penilaian

kepatuhan (post audit) kepada Industri Pertahanan

yang telah mendapatkan izin Ekspor Alpalhankam

mengenai:

a. kebenaran realisasi Ekspor Alpalhankam;

b. kesesuaian barang yang diekspor dengan izin yang

telah diberikan; dan

c. kepatuhan terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan yang terkait di bidang Ekspor

Alpalhankam.

(4) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat

dilakukan oleh Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan

Kemhan dan Inspektorat Jenderal Kemhan bersama-

sama dengan instansi terkait lainnya.

www.peraturan.go.id

Page 25: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -25-

(5) Apabila diperlukan Direktorat Jenderal Potensi

Pertahanan Kemhan dapat meminta pertimbangan

Kementerian Luar Negeri terkait ketentuan dan/atau

konvensi internasional.

Paragraf 4

Kewajiban

Pasal 48

Industri Pertahanan yang diberi izin Ekspor Alpalhankam

berkewajiban untuk:

a. melaporkan pelaksanaan Ekspor Alpalhankam

dilengkapi dengan kopi PEB kepada Dirjen Pothan

Kemhan dengan tembusan kepada Menteri dan instansi

terkait; dan

b. menyusun laporan semester yang berisikan kegiatan

Ekspor Alpalhankam selama 1 (satu) semester ditujukan

kepada Dirjen Pothan Kemhan dengan tembusan kepada

Menteri dan instansi terkait.

Bagian Kedua

Perizinan Impor Alpalhankam

Paragraf 1

Kewenangan

Pasal 49

(1) Menteri berwenang menerbitkan izin Impor

Alpalhankam.

(2) Penerbitan izin Impor Alpalhankam sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Dirjen Pothan

Kemhan atas nama Menteri.

www.peraturan.go.id

Page 26: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -26-

Paragraf 2

Persyaratan dan Prosedur

Pasal 50

Izin Impor Alpalhankam harus memenuhi persyaratan yang

diberlakukan bagi Pengguna dan Industri Pertahanan.

Pasal 51

Dalam hal Pengguna dan Industri Pertahanan akan

mengajukan izin Impor Alpalhankam harus memenuhi

ketentuan:

a. belum dapat diproduksi oleh industri dalam negeri;

b. digunakan dalam rangka mendukung kegiatan

pemeliharaan Alpalhankam di dalam negeri;

c. telah melalui mekanisme pengadaan;

d. telah melalui mekanisme hibah atau ketentuan lainnya

bagi Pengguna; dan

e. tidak melanggar ketentuan dan/atau konvensi

internasional berdasarkan rekomendasi dari Kementerian

Luar Negeri atau Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan

Kemhan jika diperlukan.

Pasal 52

Pengguna dan Industri Pertahanan yang mengajukan izin

Impor Alpalhankam harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

a. mengajukan permohonan izin Impor Alpalhankam

kepada Dirjen Pothan Kemhan dengan melampirkan

salinan dokumen surat Penetapan Industri Pertahanan

dan surat izin Produksi dari Kemhan;

b. memiliki Angka Pengenal Importir-Produsen (API-P) yang

masih berlaku untuk Produksi Alpalhankam;

c. memiliki Angka Pengenal Importir (API) yang masih

berlaku untuk jasa pemeliharaan Alpalhankam;

d. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan bukti

penyelesaian kewajiban pajak 3 (tiga) tahun terakhir;

www.peraturan.go.id

Page 27: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -27-

e. adanya Sertifikat/Pernyataan Pengguna Akhir (End

User Certificate/Statetment/EUC/S) menyebutkan negara

asal barang;

f. memiliki Rencana Impor Barang (RIB) yang sudah

disahkan oleh Atase Pertahanan Republik Indonesia di

negara asal barang; dan

g. memiliki dokumen materiil serta gambar yang

diperlukan.

Pasal 53

(1) Prosedur pengajuan Perizinan Impor Alpalhankam

sebagai berikut:

a. Industri Pertahanan mengajukan permohonan izin

Impor Alpalhankam kepada Dirjen Pothan Kemhan,

dengan mencantumkan jenis, jumlah, dan negara

asal produk Alpalhankam, serta melampirkan

persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52;

b. permohonan izin Impor Alpalhankam sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dengan tembusan kepada

Menteri Perdagangan dalam hal ini Direktur

Jenderal Perdagangan Luar Negeri;

c. Dirjen Pothan Kemhan mengajukan permohonan SC

sebagaimana dimaksud dalam huruf a kepada

Panglima TNI dalam hal ini Asisten Intelijen

Panglima TNI;

d. Asisten Intelijen Panglima TNI memproses

penerbitan SC sebagaimana dimaksud dalam huruf

c berdasarkan masukan dari Badan Intelijen

Strategis TNI setelah mendapat konfirmasi dari Atase

Pertahanan Republik Indonesia di negara asal

barang tentang keabsahan dokumen Impor

Alpalhankam;

e. Dirjen Pothan Kemhan akan memberikan izin Impor

Alpalhankam apabila permohonan izin Impor

Alpalhankam yang diajukan Industri Pertahanan

sebagaimana dimaksud dalam huruf a telah

disetujui;

www.peraturan.go.id

Page 28: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -28-

f. dalam hal Asisten Intelijen Panglima TNI atas nama

Panglima TNI tidak menyetujui permohonan

pengajuan SC, yang diajukan oleh Badan Intelijen

Strategis TNI, Asisten Intelijen Panglima TNI

menerbitkan surat penolakan SC kepada Industri

Pertahanan;

g. Dirjen Pothan Kemhan menerbitkan izin Impor

Alpalhankam apabila permohonan yang diajukan

Industri Pertahanan disetujui;

h. Dirjen Pothan Kemhan menerbitkan surat

pemberitahuan penolakan pemberian izin Impor

Alpalhankam apabila permohonan yang diajukan

Industri Pertahanan tidak disetujui; dan

i. Industri Pertahanan yang telah mendapat izin Impor

Alpalhankam dari Dirjen Pothan Kemhan

sebagaimana dimaksud dalam huruf g, diberikan

surat izin Impor Alpalhankam dengan tembusan

kepada Menteri Perdagangan dalam hal ini Direktur

Jenderal Perdagangan Luar Negeri.

(2) Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan

pertahanan, Dirjen Pothan Kemhan dapat menerbitkan

surat izin Impor Alpalhankam sambil menunggu

rekomendasi SC yang diterbitkan dari Asisten Intelijen

Panglima TNI.

(3) Dalam hal rekomendasi SC yang diajukan sebagaimana

yang dimaksud pada ayat (2) Asisten Intelijen Panglima

TNI tidak menyetujui permohonan tersebut, Dirjen

Pothan Kemhan dapat membatalkan permohonan izin

Impor Alpalhankam yang diterbitkan.

(4) Ketentuan mengenai bagan mekanisme Perizinan Impor

Alpalhankam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

www.peraturan.go.id

Page 29: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -29-

Paragraf 3

Pemeriksaan Fisik dan Pengawasan

Pasal 54

(1) Pemeriksaan fisik dan pengawasan terhadap

Alpalhankam yang akan diimpor dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian

Keuangan dan/atau independent surveyor yang ditunjuk

oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) Khusus untuk senjata api, amunisi, dan bahan peledak

serta zat kimia, pemeriksaan fisik atas masuknya barang

melalui Pabean Impor Alpalhankam dilaksanakan oleh

Badan Intelijen Strategis TNI.

(3) Apabila diperlukan, Direktorat Jenderal Potensi

Pertahanan Kemhan dapat melakukan penilaian

kepatuhan (post audit) kepada Industri Pertahanan yang

telah mendapatkan izin Impor Alpalhankam mengenai:

a. kebenaran realisasi Impor Alpalhankam;

b. kesesuaian barang yang diimpor dengan izin yang

telah diberikan; dan

c. kepatuhan terhadap ketentuan perundang-

undangan terkait di bidang Impor Alpalhankam.

(4) Penilaian kepatuhan sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Potensi

Pertahanan Kemhan dan Inspektorat Jenderal Kemhan

bersama-sama dengan instansi terkait lainnya.

Paragaf 4

Kewajiban

Pasal 55

Industri Pertahanan yang diberikan izin Impor Alpalhankam

berkewajiban untuk:

a. melaporkan pelaksanaan Impor Alpalhankam dilengkapi

dengan kopi PIB kepada Dirjen Pothan Kemhan dengan

tembusan kepada Menteri dan instansi terkait;

www.peraturan.go.id

Page 30: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -30-

b. melaporkan peruntukan barang yang diimpor dan/atau

kontrak jual beli dengan pihak ketiga apabila barang

akan dijual kembali;

c. melaporkan peruntukan Alpalhankam yang diimpor baik

dalam rangka untuk kepentingan Produksi maupun

untuk pemenuhan kontrak jual beli; dan

d. menyusun laporan semester yang berisikan kegiatan

Impor Alpalhankam ditujukan kepada Dirjen Pothan

Kemhan dengan tembusan kepada Menteri dan instansi

terkait.

BAB VI

SANKSI

Pasal 56

(1) Industri Pertahanan yang diberi izin Produksi, izin

Ekspor Alpalhankam dan/atau izin Impor Alpalhankam

yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 43, Pasal 48, dan Pasal 55 dikenakan sanksi

administrasi sebagai berikut:

a. peringatan tertulis pertama;

b. peringatan tertulis kedua;

c. pencabutan izin Produksi Alpalhankam; dan

d. pencabutan Penetapan Industri Pertahanan.

(2) Sanksi administrasi berupa peringatan tertulis pertama

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan

kepada Industri Pertahanan sejak diketahuinya

pelanggaran.

(3) Sanksi administrasi berupa peringatan tertulis kedua

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan

kepada Industri Pertahanan setelah tenggang waktu 3

(tiga) bulan sejak peringatan tertulis pertama tidak

diindahkan.

(4) Pencabutan izin Produksi Alpalhankam dan pencabutan

Penetapan Industri Pertahanan diberikan kepada Industri

Pertahanan setelah tenggang waktu 3 (tiga) bulan sejak

peringatan tertulis kedua tidak diindahkan.

www.peraturan.go.id

Page 31: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -31-

(5) Sanksi pencabutan Penetapan Industri Pertahanan

dan/atau izin Produksi Alpalhankam sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d dapat

dilakukan langkah upaya hukum perdata dan/atau

hukum pidana.

Pasal 57

(1) Pencabutan penetapan sebagai Industri Pertahanan

dan/atau izin Produksi Alpalhankam sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 56 ayat (5) oleh Dirjen Pothan

Kemhan.

(2) Dirjen Pothan Kemhan dapat memberikan sanksi selain

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memasukan

Industri Pertahanan ke dalam daftar hitam.

(3) Daftar hitam sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dikenakan kepada Industri Pertahanan setelah tenggang

waktu 3 (tiga) bulan sejak peringatan tertulis kedua tidak

diindahkan.

BAB VII

PENDANAAN

Pasal 58

Pendanaan untuk penyelenggaraan kegiatan Penetapan

Industri Pertahanan, pemberian izin Produksi dan izin Ekspor

Alpalhankam dan/atau izin Impor Alpalhankam dibebankan

pada anggaran Kemhan.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 59

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan

Menteri Pertahanan Nomor PER/14/M/2007 tentang

Rekomendasi Perizinan untuk Produksi, Ekspor/Impor dan

Agen/Distributor Barang/Jasa Militer di Lingkungan

www.peraturan.go.id

Page 32: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -32-

Departemen Pertahanan dan TNI, dicabut dan dinyatakan

tidak berlaku.

Pasal 60

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 5 Juni 2017

MENTERI PERTAHANAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

RYAMIZARD RYACUDU

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 14 Juni 2017

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

www.peraturan.go.id

Page 33: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -33-

www.peraturan.go.id

Page 34: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -34-

www.peraturan.go.id

Page 35: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -35-

www.peraturan.go.id

Page 36: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA - …ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn851-2017.pdf · memanfaatkan alat peralatan pertahanan dan keamanan yang dihasilkan oleh Industri

2017, No. 851 -36-

www.peraturan.go.id