Berita irigas
Transcript of Berita irigas
BIDANG PENGAIRAN, PERTAMBANGAN DAN ENERGIGambaran Umum Pengelolaan Sumber Daya Air :Wilayah Kabupaten Sragen mempunyai tugas pelayanan kepada masyarakat bidang pengairan pertambangan dan energiTotal pelayanan seluas : 33.628 Ha terdiri dari :
Irigasi Teknis seluas: 23.158 Ha Irigasi 1/2 teknis seluas : 1.742 Ha. Irigasi sederhana 8.728 Ha
1. Irigasi teknis terdiri dari: Layanan irigasi dari Daerah Irigasi Colo Timur 9.717 ha Layanan irigasi diluar Daerah Irigasi Colo 13.441 ha
Daerah layanan DI Colo Timur dengan luas areal rencana ± 11.000 ha dengan debit air irigasi sebesar 8.50 m3/dt. Prasarana bangunan irigasi sebagai pendukung pelayanan berupa Saluran Induk Colo Timur di wilayah Sragen sepanjang 26 km, terdiri dari 21 km saluran tanah dan 5 km saluran pasangan batu. Bangunan air yang tersebar sepanjang Saluran Induk Colo Timur (SICT) disajikan dalam tabel. Kondisi SICT umumnya masih baik, namun terdapat beberapa kerusakan berupa : longsoran tanggul, erosi tanggul saluran pada inlet dan outlet pada bangunan siphon.
Suplesi air SICT sejak tahun 1995 menurun akibat sedimentasi pada dasar mulut pintu pengambilan Waduk Wonogiri dari kondisi normal +127.00 menjadi +130.00 dan pada tahun 2003 telah terjadi defisit kwantitas tampungan air waduk Wonogiri sebesar + 160 juta m3. Penurunan daya tampung waduk berdampak pada pasokan air pada Saluran Induk Colo Timur, dari debit sebesar 18 m3/dt menjadi 12 m3/dt.Daftar Jenis dan Bangunan di SICT :
A.Jenis dan Jumlah Bangunan SICT di Wilayah Kabupaten Sragen
No. Nama / Jenis Kode Jumlah1 Bangunan Sadap TOR 262 Bangunan Pengatur CKR 173 Jembatan BRR 394 Gorong-gorong CVR 85 Pembuang Silang CDR 766 Tempat Cuci WSR 187 Tempat Mandi Hewan BAR 148 Pelimpah SWR 109 Penguras WWR 610 Siphon SPR 2211 Drain Inlet DIR 712 Alat Ukur MDR 1
Jumlah 224
B. Jenis dan jumlah bangunan di luar DI. Colo Timur .
1. Bangunan waduk :7 buah2. Bangunan Embung :39 buah3. Bangunan Bendung : 76 buah4. Bangunan Pengatur Kali : 6 buah4. Bangunan Bagi : 130 buah5. Bangunan Ukur : 62 buah6. Bn. Bagi – Sadap : 27 buah7. Bangunan Sadap : 834 buah8. Kantong Lumpur : 10 buah9. Talang : 133 buah10.Sypon : 39 buah11.Jembatan : 529 buah12.Gorong-gorong : 839 buah13.Got Miring : - buah14.Bangunan Terjun : 313 buah15.Bangunan Pelimpah :102 buah16.Bangunan lain-lain : 390 buah17.Panjang Saluran Induk : 91,654 km’18.Panjang Saluran Sekunder : 294,790km’19.Panjang Saluran Pembuang : 47,720 km’20.Jalan Inspeksi : 41,865 km21.Sumber Air : 11 buah22.Saluran Tersier : 560 km23. Saluran Kuarter : 585 km24. Saluran Kantong Lumpur : 7 km25. Saluran Drainase : 39 km26. Bangunan Ukur : 61 Buah27. Bangunan Bagi : 130 Buah28. Bangunan Bagi-Sadap : 27 Buah29. Bangunan Sadap : 834 Buah30. Bangunan Talang : 145 Buah31. Bangunan Jembatan : 529 Buah32. Bangunan Gorong-gorong : 815 Buah33. Bangunan Pelimpah : 313 Buah34. Bangunan Terjun : 102 Buah35. Bangunan Sipon : 39 Buah36. Bangunan Pintu Air Irigasi : 1.017 Buah37. Bangunan Lain-lain : 43 Buah
DATA LAYANAN DAERAH IRIGASI SESUAI KEWENANGAN
NO JENIS IRIGASI
KEWENANGAN IRIGASI ( Ha)
KeteranganPemerintah
Pem. Prov
Pem. Kab
Jumlah
1 Teknis 9.717 6.364 7.077 23.158 Layanan Sawah Irigasi =33.628 Ha
2 Setengah Teknis - - 1.742 1.7423 Sederhana - - 8.728 8.7284 Tadah Hujan - - 5.912 5.912
Jumlah 9.717 6.364 23.459 39.540
DATA WADUK DI KAB. SRAGEN
1. Waduk Gebyar.Lokasi : Desa Jambean Kecamatan SambirejoLuas genangan waduk : 10 Ha.Kapasitas daya tampung : 701.295 m3.Areal pelayanan : 1.446 Ha.
2. Waduk Blimbing.Lokasi : Desa Blimbing Kecamatan SambirejoLuas genangan waduk : 2 Ha.Kapasitas daya tampung : 30.000 m3.Areal pelayanan : 284 Ha.
3. Waduk Kembangan.Lokasi : Desa Mojorejo Kecamatan Karangmalang.Luas genangan waduk : 13,4 Ha.Kapasitas daya tampung : 500.000 m3.Areal pelayanan : 358 Ha.
4. Waduk Botok.Lokasi : Desa Mojodoyong Kecamatan Kedawung.Luas genangan waduk : 13 Ha.Kapasitas daya tampung : 513.540 m3.Areal pelayanan : 2.488 Ha.
5. Waduk Brambang.L O K A S I : D E S A B R A M B A N G K E C A M A T A N K E D A W U N GLuas genangan waduk : 4,27 Ha.Kapasitas daya tampung : 103.415 m3.Areal pelayanan : 398 Ha.
6. Waduk Gembong.Lokasi : Desa Saradn Kecamatan Karangmalang.
Luas genangan waduk : 3,34 Ha.Kapasitas daya tampung : 22.875 m3.Areal pelayanan : 250 Ha.
7. Waduk Ketro.Lokasi : Desa Ketro Kecamatan TanonLuas genangan waduk : 85 Ha.Kapasitas daya tampung : 2.611.000 m3.Areal pelayanan : 892 Ha.Muka air banjir : + 100 m.Muka air nornal : + 99 m.Muka air minimum : +92,1 m.
Pertambangan di wilayah Kabupaten Sragen adalah pertambangan galian golongan C tanah urug untuk memenuhi permintaan masyarakat Sragen dan sekitarnya.a ) Pertambangan galian golongan C tanah urug bekum berijin .
-Jumlah penambang / pengusaha : 14 Pengusaha-Luas penambangan : 29 Ha-Jumlah tenaga kerja : 111 Orang-Alat yang digunakan : Back hoe-Rata- rata hasil penambangan : 75 rit / hari / lokasi
Dari 14 pengusaha penambangan yang belum berijin sampai saat ini kondisinya adalah :
Masih Jalan : 6 penambang Reklamasi : 7 penambang
Berhenti : 1 penambang
b ) Pertambangan galian golongan C tanah urug berijin-Jumlah penambang : 7 pengusaha-Luas penambangan : 29,69 Ha-Jumlah tenaga kerja : 56 orang-Alat yang digunakan : Back hoe-Rata - rata hasil penambangan : 90 rit / hari / lokasi
Dari pengusaha penambangan yang berijin sampai saat ini kondisinya adalah : Sudah berhenti tak diperpanjang ijinnya : 4 penambang Masih beroperasi ( ijin masih berlaku ) : 2 penambang
Sudah habis ijinya tapi masih beroperasi: 1 penambang
(Sumber : http://dpusragen.blogspot.com/2013/03/profil-dinas-pekerjaan-umum-kab-sragen.html)
Jumlah Satuan Kerja dan Alokasi Dana Tahun 2013
Satminkal : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Nama Satuan Kerja : PPK IRIGASI I
Sub Kegiatan: REHABILITASI JARINGAN IRIGASI
Paket
Rupiah Murni :
Pinjaman Luar Negeri
:
Tujuan : Lingkup : Manfaat : Lama Pelaksanaan : Jadwal Lelang
a. Tgl Pengumuman : 8 Januari 2009
b. Tgl Prakualifikasi : 4 Februari 2009
c. Tgl Undangan Aanwizing : 20 Januari 2009
d. Tgl Penjelasan Aanwizing : 21 Januari 2009
e. Tgl Penawaran : 5 Februari 2009
f. Tgl Pengumuman Pemenang : 13 Maret 2009
g. Tgl Penunjukkan Pemenang : 31 Maret 2009
Senin, 7 Oktober 2013 19:30 WIB | Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos |
PEMBAGIAN AIR IRIGASI
Petani Kena Pungli, Ketua GP3A Sragen Pilih MundurSolopos.com, SRAGEN – Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Kabupaten Sragen, Goman, mengundurkan diri dari
jabatan setelah didesak warga yang mengaku dari Kelurahan Nglorog.
Goman diminta mundur karena dinilai tidak becus mengelola air irigasi DI Colo Timur hingga membiarkan aksi pungutan liar air irigasi.
Ratusan warga mengaku dari Kelurahan Nglorog Sragen, Ngrampal dan Sambirejo, kembali mendatangi kantor Dinas Pekerjaan Umum
(DPU) Pengairan Kabupaten Sragen, Senin (7/10/2013).
DPU Pengairan Kabupaten Sragen memfasilitasi warga ihwal pungutan liar dan keberadaan pintu air liar di salah satu wilayah di Sragen.
Pertemuan itu buntut panjang dari pertemuan sebelum, Kamis (3/10/2013). Pada kesempatan itu hadir Ketua GP3A Kabupaten Sragen
Goman, Kepala Bidang (Kabid) Pengairan Pertambangan dan Energi DPU Sragen Ashari, Kepala Bidang Rehabilitasi Pengembangan
Lahan dan Sarana Produksi Dinas Pertanian Sragen Ismanto dan Gatot Dwi Cahyono, Pelaksana Teknik PPK O dan P SDA I BBWSBS.
Warga menumpahkan kekesalan ihwal transparansi dan pungutan liar pembagian air di Kelurahan Nglorog. Mereka mengaku membayar
Rp200.000-Rp600.000 per orang per pekan untuk membuka pintu air. Selain itu mereka membayar Rp20.000-Rp50.000 per orang per petak
sawah supaya air mengalir ke sawah masing-masing. Petani Nglorog mendapat jatah Jumat-Minggu setiap pekan.
Salah seorang petani dari Nglorog, Subandi, mengeluh kondisi petani musim tanam (MT) III kesulitan air. Di sisi lain mereka harus
membayar untuk mendapatkan air. Dia juga menceritakan harus mengeluarkan 30 kilogram (kg) beras atau Rp100.000 saat panen.
Hal senada disampaikan Ketua LSM Formas, Andang Basuki. Dia meminta pihak terkait membubarkan GP3A karena dinilai tidak becus
mengelola air irigasi sehingga menimbulkan gejolak masyarakat.
Andang terang-terangan menuding Dinas Pertanian Sragen dan BBWSBS tutup mata praktik pungutan liar.
“Kami butuh air tapi bayar. Padahal air untuk kepentingan masyarakat kok bayar. Kami minta pengairan diselesaikan dan dikelola dengan
baik. Sudah hampir 10 tahun seperti ini,” kata Subandi pada audiensi di Aula DPU Pengairan Kabupaten Sragen, Senin.
Ketua GP3A Kabupaten Sragen, Goman, menanggapi kritik dan tuntutan petani memilih legawa mengundurkan diri dari jabatan yang akan
berakhir Juli 2014. Namun dia mengaku tidak tahu menahu ihwal pungutan liar Rp200.000-Rp600.000 maupun Rp20.000-Rp50.000.
Goman hanya mengetahui Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) kecamatan menyepakati honor Rp400.000 per pekan per desa atau
kelurahan.
“Permasalahan ini tidak tahu. Saya enggak pernah meminta petani bayar. Rp400.000 kesepakatan P3A. Saya siap mundur. Saya minta
maaf segala salah dan khilaf,” tutur Goman dihadapan ratusan petani Nglorog.
Kepala Bidang (Kabid) Pengairan Pertambangan dan Energi DPU Sragen, Ashari, menjelaskan DPU Pengairan tidak memiliki wewenang
ihwal persoalan. Menurut Ashari DPU Pengairan sekadar memfasilitasi warga.
Persoalan pintu air liar menjadi kewenangan BBWSBS sedangkan regenerasi GP3A maupun P3A kewenangan Dinas Pertanian
(Sumber : http://www.solopos.com/2013/10/07/pembagian-air-irigasi-petani-kena-pungli-ketua-gp3a-
sragen-pilih-mundur-454342)
Kamis, 7 Februari 2013 01:56 WIB | Dian Erika Nugraheny/JIBI/SOLOPOS
SRAGEN – Saluran irigasi di 10 desa akan terpotong pembangunan jalan tol Solo-Mantingan. Saluran irigasi tersebut sebagian besar
berasal dari areal irigasi Colo Timur.
Data yang dihimpun Solopos.com dari Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA) Sragen, 10 desa itu antara lain Desa Karangmalang, Desa
Jati, Desa Krikilan (Kecamatan Masaran), Desa Bandung, Desa Kebonromo, Desa Karangudi (Kecamatan Ngrampal), Desa Bumiaji
(Kecamatan Gondang), Desa Banyurip, Desa Gringgingan, Desa Toyogo (Kecamatan Sambungmacan). Sementara luas sawah yang
terkena dampak terpotongnya irigasi seluas 300 hektare. Jumlah tersebut sudah digabung dengan sawah terdampak jalan tol di Kabupaten
Karanganyar.
Ditemui beberapa waktu lalu, Kepala Seksi (Kasi) Rehabilitasi Pengelolaan Lahan Dinas Pertanian (Dispertan) Sragen, Sudadi, mengatakan
ada tujuh kecamatan di Sragen yang masuk dalam areal irigasi Colo Timur. Luas sawah yang dialiri irigasi dari Colo Timur 9.717 hektare.
Luas sawah akan berkurang akibat pembangunan ruas jalan tol Solo-Mantingan. Namun, pihaknya belum mengetahui berapa jumlah
pengurangan. Menurutnya, meski ada pengurangan, pihaknya berkomitmen tetap mempertahankan luas sawah sebanyak 9.717 hektare.
Caranya, lanjut dia, diganti dengan lahan sawah lain yang masih bisa dijangkau areal irigasi Colo Timur.
Sementara itu, Kepala Bappeda Sragen, Simon Nugroho, saat ditemui Solopos.comdi ruang kerjanya, Rabu (6/2/2013), memastikan
pembangunan ruas jalan tol Solo-Mantingan yang melewati Sragen dilakukan tahun ini. Waktu permulaan pembangunan, ujarnya, belum
ditetapkan karena pihaknya belum mendapat laporan dari satuan kerja (satker) jalan tol.
Selain sawah, ada 18 desa di lima kecamatan yang akan dilewati ruas jalan tol Solo-Mantingan. Desa tersebut adalah Desa Karangmalang,
Desa Jati, Desa Pringanom, Desa Krikilan (Kecamatan Masaran), Desa Purwosuman, Desa Duyungan, Desa Jetak, Desa Singopadu, Desa
Pandak (Kecamatan Sidoharjo), Desa Karangtengah, Desa Tangkil (Kecamatan Sragen), Desa Kebonromo, Desa Bandung (Kecamatan
Ngrampal), Desa Bumiaji (Kecamatan Gondang), Desa Banyurip, Desa Gringgingan, Desa Karanganyar, dan Desa Toyogo (Kecamatan
Selasa, 24 September 2013 15:30 WIB
Saluran air di Dam Colo Timur, Nguter, Minggu (19/5/2013). Dam Colo Timur ini mengaliri saluran irigasi
di enam kecamatan di Sukoharjo. (JIBI/SOLOPOS/Dian Dewi Purnamasari)
Solopos.com, SUKOHARJO – Saluran induk irigasi Dam Colo akan kembali dikeringkan Oktober tahun ini. Petani di wilayah Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar, Sragen dan Klaten harus bersiap diri.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, penutupan pintu air saluran Colo akan dilakukan pada Rabu (9/10/2013) mendatang.
Selama ini penutupan saluran tersebut dilakukan mulai taggal 1 Oktober hingga akhir bulan.
Kasubag Umum Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), Sukoco, mengatakan, mundurnya agenda waktu penutupan pintu irigasi Colo untuk mewadahi aspirasi petani.
Pasalnya saat ini masih banyak petani di daerah irigasi Colo yang membutuhkan suplai air.
“Petani di daerah meminta penutupan pintu air tidak dilakukan per tanggal 1 Oktober. Kami tampung dan respons permintaan tersebut dengan mengundur jadwal penutupan pintu,” katanya.
Sukoco menjelaskan, penutupan pintu air saluran irigasi Colo merupakan agenda rutin setiap musim kemarau. Tujuannya untuk memperbaiki atau pemeliharaan fisik saluran.
Supaya tidak merugikan petani, rencana penutupan pintu air selalu dibahas bersama dalam forum Tim Koordinasi Pemanfaatan Sumber Daya Air (TKPSDA).“Semua pemangku kepentingan dilibatkan, ada unsur petani pemakai air, bidang kehutanan dan perwakilan instansi lainnya,” urai Sukoco.
Terpisah, Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo, Proboningsih, mengkonfirmasi adanya pengunduran waktu pengeringan saluran Colo. Kendati pengeringan baru dilakukan pada 9 Oktober, tapi jangka waktunya tetap 30 hari.
Artinya, dia menjelaskan, pintu air saluran Colo akan dibuka kembali pada Jumat (8/11/2013) mendatang. Untuk itu petani diminta bersiap-siap menghadapi situasi dimana ketersediaan air semakin menipis.
“Sekali lagi kami harap petani bersiap diri,” ujarnya.
Probo—panggilan akrabnya, mengklaim sudah melayangkan surat pemberitahuan agenda pengeringan saluran Colo kepada seluruh kepala UPTD Dinas Pertanian di Kota Makmur. Jajaran UPTD Dinas Pertanian harus mensosialisasikan lebih lanjut kepada kelompok tani.
Lebih lanjut Probo mengimbau petani tidak nekat melakukan penanaman baru padi pada musim kemarau.Informasi yang diperoleh Solopos.com, saluran irigasi Colo timur mengairi lahan pertanian seluas 19.600 hektare di Sukoharjo, Karanganyar dan Sragen.
Kamis, 7 Februari 2013
SRAGEN – Saluran irigasi di 10 desa akan terpotong pembangunan jalan tol Solo-Mantingan. Saluran irigasi tersebut sebagian besar berasal dari areal irigasi Colo Timur.
Data yang dihimpun Solopos.com dari Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA) Sragen, 10 desa itu antara lain Desa Karangmalang, Desa Jati, Desa Krikilan (Kecamatan Masaran), Desa Bandung, Desa Kebonromo, Desa Karangudi (Kecamatan Ngrampal), Desa Bumiaji (Kecamatan Gondang), Desa Banyurip, Desa Gringgingan, Desa Toyogo (Kecamatan Sambungmacan). Sementara luas sawah yang terkena dampak terpotongnya irigasi seluas 300 hektare. Jumlah tersebut sudah digabung dengan sawah terdampak jalan tol di Kabupaten Karanganyar.
Ditemui beberapa waktu lalu, Kepala Seksi (Kasi) Rehabilitasi Pengelolaan Lahan Dinas Pertanian (Dispertan) Sragen, Sudadi, mengatakan ada tujuh kecamatan di Sragen yang masuk dalam areal irigasi Colo Timur. Luas sawah yang dialiri irigasi dari Colo Timur 9.717 hektare. Luas sawah akan berkurang akibat pembangunan ruas jalan tol Solo-Mantingan. Namun, pihaknya belum mengetahui berapa jumlah pengurangan. Menurutnya, meski ada pengurangan,
pihaknya berkomitmen tetap mempertahankan luas sawah sebanyak 9.717 hektare. Caranya, lanjut dia, diganti dengan lahan sawah lain yang masih bisa dijangkau areal irigasi Colo Timur.
Sementara itu, Kepala Bappeda Sragen, Simon Nugroho, saat ditemui Solopos.comdi ruang kerjanya, Rabu (6/2/2013), memastikan pembangunan ruas jalan tol Solo-Mantingan yang melewati Sragen dilakukan tahun ini. Waktu permulaan pembangunan, ujarnya, belum ditetapkan karena pihaknya belum mendapat laporan dari satuan kerja (satker) jalan tol.
Selain sawah, ada 18 desa di lima kecamatan yang akan dilewati ruas jalan tol Solo-Mantingan. Desa tersebut adalah Desa Karangmalang, Desa Jati, Desa Pringanom, Desa Krikilan (Kecamatan Masaran), Desa Purwosuman, Desa Duyungan, Desa Jetak, Desa Singopadu, Desa Pandak (Kecamatan Sidoharjo), Desa Karangtengah, Desa Tangkil (Kecamatan Sragen), Desa Kebonromo, Desa Bandung (Kecamatan Ngrampal), Desa Bumiaji (Kecamatan Gondang), Desa Banyurip, Desa Gringgingan, Desa Karanganyar, dan Desa Toyogo (Kecamatan Sambungmacan).
http://www.solopos.com/2012/10/13/rehab-saluran-irigasi-colo-timur-dimulai-338609
Jumat , 12/10/2012
SUKOHARJO–Proyek rehabilitasi saluran irigasi Colo Timur di Desa Mulur, Kecamatan Bendosari,
Sukoharjo mulai dikerjakan PT Setia Darma sejak Jumat (12/10/2012).
Proyek ini ditarget selesai dalam waktu satu bulan sejak aliran air di dam Colo Timur ditutup Kamis
(11/10/2012) lalu.
Koordinator proyek, Sabari, 55, ketika ditemui Solopos.com di lokasi proyek, Sabtu (13/10/2012)
siang mengatakan perusahaannya sebagai rekanan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan
Solo mengerjakan rehabilitasi jaringan irigasi sepanjang sekitar 1,5 kilo meter.
Pekerjaan dibedakan menjadi dua, yaitu membangun penahan tanggul luar dan pengerjaan
penampang basah. Sabari menambahkan, proyek yang sedang ia kerjakan bernilai sekitar Rp6
miliar. Pihaknya ditarget menyelesaikan pekerjaan tui dalam waktu satu bulan. Untuk mencapai
target itu, ia mengerahkan 175 orang pekerja untuk lembur.
Senin (15/10/2012), ia berencana menambah jumlah pekerja khususnya untuk mengerjakan
pemasangan slep beton di dinding tanggul dalam.
“Kendalanya ada di hujan. Kalau hujannya hanya sesekali, kami yakin bisa mengerjakan proyek ini.
Tetapi kalau besok ada hujan yang turun berhari-hari, itu bisa jadi masalah buat kami,” ujar dia.
Sementara Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan BBWS Bengawan Solo, Danang Baskoro,
ketika ditemui wartawan di sela-sela rapat pleno Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air
Wilayah Sungai Bengawan Solo (TKPSDA), Rabu (10/10/2012), mengungkapkan salah satu alasan
pengeringan rutin Bendung Colo adalah memberi kesempatan kepada BBWS Bengawan Solo untuk
melakukan pemeliharaan saluran.
http://manteb.com/berita/17338/Saluran.Irigasi.Dikeringkan,.Petani.Dihimbau.Bersiap.
Sragen , Selasa 10 September 2013 - 18:33
MANTEB.com - Balai Besar Sungai Bengawan Solo berencana kembali melakukan penutupan dan pengeringan saluran irigasi Waduk Colo Timur pada awal
hingga akhir Oktober mendatang. Dengan adanya kegiatan perawatan rutin tersebut, para petani dihimbau mewaspadai kekeringan.
Hal itu disampaikan kepala bidang pemeliharaan Balai Besar Sungai Bengawan Solo, Danang Baskoro mengatakan, pada awal Oktober mendatang, pihak balai akan melakukan pemeliharaan rutin dan perbaikan saluran Irigasi Colo Timur. Pengeringan saluran air perlu dilakukan sebagai program tahunan yang rutin digelar. Untuk itu pihaknya meminta para petani di seluruh wilayah sekitar saluran air Irigasi Colo Timur, memahami situasi pengeringan tersebut.DAM Colo Barat mengaliri 3.600 hektare lahan pertanian di Wonogiri, Sukoharjo dan Klaten dengan debit air 5,2 meter kubik per detik. Sedangkan DAM Colo
Timur mengaliri lahan seluas 19.600 hektare milik petani di Sukoharjo, Karanganyar dan Sragen dengan debit air 24,3 meter kubik per detik. Jika pengairan
terganggu, maka yang dirugikan adalah para pemilik lahan itu sendiri. (Wisnu Tripranoto)
Senin, 10 Juni 2013 11:08 WIB | Ika Yuniati/JIBI/SOLOPOS
http://www.solopos.com/2013/06/10/pintu-air-irigasi-rusak-petani-bagan-merugi-414263
SRAGEN–Pintu air irigasi di Bagan, Kelurahan Nglorog, Kecamatan/Kabupaten Sragen, rusak parah.
Akibatnya, sejak dua tahun terakhir, bangunan yang digunakan untuk mengendalikan debit air itu tak bisa difungsikan. Petani di daerah
sekitar lokasi pintu air pun merugi karena sawahnya tak bisa dialiri saluran irigasi. Kerusakan pintu air irigasi itu tepatnya berada di RT
002/001, Nglorog.
Salah satu warga Bagan, Yati, mengatakan sejak pintu rusak, air yang melintasi saluran irigasi itu langsung mengalir menuju area
persawahan kampung sebelah.
“Pintunya rusak. Otomatis airnya kan langsung terus dan enggak bisa belok-belok ke sawah daerah sini,” terangnya, Minggu (9/6/2013).
Menurut Yati, akibat paling parah atas rusaknya pintu air disaluran irigasi selebebar tiga meter itu dirasakan saat kemarau tiba. Saat musim
kemarau, petani sampai berebut air agar bisa mengaliri lahan pertaniannya. Sementara, penduduk sekitar yang merasa sawahnya tak
mungkin lagi teraliri, memilih membuat sumur pompa atau sumur bor.
Ketua RW 01 yang juga pernah mengikuti kelompok tani setempat, Suwardi, menambahkan kerusakan pintu air itu terjadi sejak enam tahun
lalu. Saat itu menurutnya kerusakan masih tergolong ringan karena masih bisa difungsikan meski tak maksimal. Dua tahun terakhir terjadi
kerusakan total yang mengakibatkan pintu air itu sama sekali tak berfungsi dan bangunannya tak lagi tegak.
Ia memperkirakan, hal itu dikarenakan kontur tanah setempat. Suwardi mengaku sejak adanya kerusakan itu, ia memang belum pernah
mengadu ke pejabat terkait, misalkan kelurahan atau pejabat lainnya. Meski demikian, ia tetap berharap kerusakan itu segera diperbaiki
agar kembali
http://joglosemar.co/2013/09/banyak-pintu-air-colo-dicuri-petugas-resah.html
Kamis (5/9) 2010
SRAGEN—Kondisi pintu air dan kawasanlambiran (lahan di kanan kiri saluran air) di sepanjang aliran irigasi Dam Colo Timur dari
Karanganyar dan Sragen dikeluhkan. Pasalnya, selain banyak pintu air yang rusak dan tak berfungsi, sebagian titik lambiran dan saluran
juga dilaporkan banyak dijadikan pembuangan sampah medis dan limbah.
Fakta itu terungkap saat dilakukan pengarahan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) terhadap Petugas Pengatur Air
(PPA) dan Petugas Pekarya Saluran (PPS) Colo Timur dan Ngawi di kantor Lapangan Colo Timur, Desa Krikilan, Masaran, Kamis (5/9).
Kerusakan pintu air itu dilaporkan terjadi di Karanganyar dan Sragen. Sedangkan di wilayah Sukoharjo petugas mengeluhkan
kondisi lambiran dan saluran yang sebagian menjadi tempat pembuangan sampah medis serta limbah.
Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A) Dam Colo Timur wilayah Sragen, Sastro Purwoko mengatakan setidaknya ada
tiga pintu air di wilayah Sragen yang rusak, yakni di titik 14 dan 17 wilayah Duyungan, Kalibening, dan Purwosuman. “Banyak grat yang
giginya sudah hilang. Lalu besi kuningannya juga hilang dicuri orang. Rusaknya sudah enam tahun makanya kami jadi susah karena pintu
jadi tidak berfungsi.Ngatur airnya jadi susah karena langsung ngglondor,” ujarnya.
Senada, Ketua GP3A Kabupaten Karanganyar, Sumarno juga menyampaikan ada dua pintu air di wilayahnya yang rusak, yaitu di titik 10
dan 12. Karena tidak bisa berfungsi normal, petugas terpaksa harus menggunakan derek untuk menaikkan pintu air pada saat
jadwal droping air dari hulu dibuka. Akibat kondisi itu, banyak air yang hilang sehingga membuat petugas kewalahan serta petani resah.
Sementara, Ketua GP3A Colo Barat, Jigong Sarjanto mengeluhkan kondisi saluran di Wirun, Sukoharjo yang banyak dinodai dengan
sampah medis maupun limbah. Menurutnya, selain mengganggu kelancaran air, jika tidak segera ditangani maka bahan berbahaya yang
kemungkinan terkandung di sampah dikhawatirkan bisa berdampak buruk pada lahan atau tanaman.
Kabid Operasional dan Pemeliharaan BBWSBS, Danang Baskoro mengatakan untuk perbaikan pintu air dilaksanakan menyesuaikan skala
prioritas dan anggaran. Sementara untuk problem limbah maupun buangan sampah medis, akan dicek dulu dan diambil sampel sebelum
dilakukan tindak lanjut. “Kalau sudah diuji lab ternyata ada kandungan yang mengganggu tanaman, maka akan kami koordinasikan dengan
DPU bagaimana baiknya. Dinas Pertanian juga akan kita ajak untuk meninjau sejauh mana efeknya terhadap tanaman maupun lahan,”
urainya.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) OP, Yudhi Triana Dewi tidak menampik jika banyak pintu air yang rusak baik karena sudah terlalu tua
maupun yang hilang dicuri. Namun ia tidak hafal berapa jumlah pintu air yang ada dan berapa yang rusak. Menurutnya, itu memang
berdampak besar terhadap kehilangan air. Akan tetapi untuk perbaikan, pihaknya akan mengkaji terlebih dahulu semua laporan kerusakan
sebelum ditentukan penanganannya. Wardoyo
http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/03/18/6/139320/Panen-Raya-di-Sragen-Susut-
40-Persen
Senin, 18 Maret 2013 | 11:17 WIB
Metrotvnews.com, Sragen: Ribuan petani di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, menangis dalam duka, karena panen raya masa tanam I tahun ini harus berbagi
dengan hama yang memberangus padi mereka hampir 40% dari luas panenan yang mencapai 40 ribu hektare.
"Ini sungguh pukulan sangat berat bagi petani, karena perjuangan keras untuk menyelamatkan tanaman padi tidak mendapatkan dukungan sepenuhnya dari
pemerintah. Pemerintah selalu terlambat menyediakan obat-obatan," tukas Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan ( KTNA ) Sragen, Suratno, kepada Media
Indonesia, di Sragen, Senin (18/3).
Menurut dia, di tengah perjuangan keras membrantas wereng coklat, sundep, busuk leher, dan juga serbuan tikus, petani juga masih disibukkan mencari pupuk
majemuk (Kujang dan Pelangi) yang sulit dicari dalam tujuh bulan belakangan ini.
Tangisan petani tidak pernah didengar pemerintah, yang memaksakan petani Jawa Tengah, termasuk Sragen untuk menggunakan pupuk majemuk Petro yang
tidak begitu disukai. Pupuk majemuk Pelangi dan Kujang disamping menyuburkan tanah juga mampu mengurangi berlebihnya penggunaan urea yang selama
bertahun-tahun telah merusak unsur hara tanah.
"Jadi derita petani semakin komplet. Keterlambatan dan pembiaran pemerintah atas hilangnya pupuk majemuk ini menurut para petani jelas
sebuah kesengajaan. Namanya saja pupuk Indonesia, kok Jateng tidak boleh dapat Kujang dan Pelangi. Padahal jelas itu yang dimau petani, di tengah upaya
petani mengikis hama yang luar biasa," imbuh Suratno.
Sejumlah petani di Kecamatan Masaran dan Plupuh juga mengaku sangat dirugikan oleh masifnya gangguan hama mulai dari sundep, wereng coklat, busuk
leher, keong emas, dan terutama tikus.
"Sudah berjuang pagi sampai malam, panen dapatnya ya tidak maksimal. Sekitar 40% habis dimakan hama. Musim hujan yang ekstrem juga
mempengaruhi kualitas panen, sehingga membuat harga gabah jatuh. Saat ini harga gabah tinggal Rp3300 per kg," keluh Parjiono, petani
Masaran. (Widjajadi/Adf)
http://beritadaerah.com/2013-06-25/menteri-bumn-panen-raya-di-sragen
25 Jun 2013, 16:30
(Berita Daerah - Sragen) Menteri BUMN Dahlan Iskan (kedua kanan) bersama (ki-ka) Dirut PT Pupuk Sriwidjaja Musthofa, Bupati Sragen Agus
Fatchur Rahman dan Dirut PT Pupuk Indonesia Arifin Tasrif mengangkat padi pada panen raya program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan
Berbasis Koperasi (GP3BK) yang diselenggarakan PT Pupuk Indonesia di Desa Bandung, Ngrampal, Sragen, Jateng, Senin (24/6). Program GP3BK
dilaksanakan sebagai upaya pemerintah untuk memenuhi target surplus beras nasional 10 juta ton per tahun.
http://www.solopos.com/2013/08/21/jebakan-tikus-dinas-pertanian-sragen-larang-petani-gunakan-
setrum-basmi-tikus-439955
21 Agustus 2013 20:15
Solopos.com, SRAGEN – Dinas Pertanian Kabupaten Sragen membuat surat berisi imbauan larangan menggunakan aliran listrik untuk
membasmi hama tikus karena khawatir membahayakan manusia.
Surat ditandatangani Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, Djoko Purwanto, bersifat segera. Surat ditujukan seluruh petugas
Pengendali Organisme Pengganggu Tananam/Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP) di Kabupaten Sragen, Rabu (14/8/2013).
Surat berisi imbauan tidak menggunakan aliran listrik mengendalikan penyebaran hama tikus di Sragen. Di sisi lain Dinas Pertanian
memberikan beberapa alternatif mengendalikan hama tikus menggunakan sanitasi habitat, pengemposan, tanaman perangkap, pagar
plastik, musuh alami, obat pembasmi hama tikus dan cara pengendalian lokal.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, Djoko Purwanto, menuturkan surat dibuat mengantisipasi kemungkinan terburuk alat pembasmi
hama menggunakan aliran listrik menimpa manusia.
“Harapan kami panen raya di Sragen mencapai surplus 350.000 ton tercapai. Tetapi bukan dengan cara menggunakan alat pengendali
hama yang dapat membahayakan manusia. Petani silakan berkonsultasi dengan petugas di desa dan kecamatan untuk menemukan cara
lain lebih efektif membasmi tikus,” kata Djoko saat ditemui Solopos.com usai melakukan panen raya pepaya varietas California di samping
kantor Bapeluh Kabupaten Sragen, Rabu (21/8/2013).
Hal senada disampaikan Penyuluh Pertanian Kabupaten Sragen, Badan Pelaksana Penyuluh (Bapeluh) Kabupaten Sragen, Budiharjo. Dia
menegaskan tidak menganjurkan pengendalian hama tikus menggunakan aliran listrik. Dia tidak menampik teknologi itu lebih produktif
membasmi hama tikus tetapi petani harus memperhatikan risiko. Dia meminta seluruh petani berpikir bijak menggunakan teknologi.