BERDASARKAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Larasati …

12
ANALISIS YURIDIS MODIFIKASI CIPTAAN OBJEK WISATA RABBIT TOWN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Larasati Phasa Januari (Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: [email protected]) Dr. Rr. Aline Gratika Nugrahani (Dosen Fakultas Hukum Trisakti) (Email: [email protected]) ABSTRAK Kasus Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, menyadarkan bahwa Indonesia butuh pengaturan mengenai Hak Cipta yang lebih jelas dan tegas. Objek wisata Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, menimbulkan permasalahan mengenai pakah karya cipta pada Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, berupa seni instalasi memenuhi kriteria Modifikasi Ciptaan dari karya Chris Burden dan Museum of Ice Cream di Amerika. Apakah karya cipta pada Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, melanggar hak cipta dari Chris Burden dan Museum of Ice Cream di Amerika berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Untuk menjawab permasalahan hukum tersebut dilakukan penelitian secara yuridis normatif terhadap peraturan perundang- undangan dan penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Data yang digunakan data sekunder dan pengolahan data yang dilakukan menggunakan metode kualitatif. Pengambilan kesimpulan dilakukan secara logika deduktif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa objek wisata Love Light yang serupa dengan Urban Light milik Chris Burden maupun objek wisata instalasi-instalasi Pink Ice Cream yang serupa dengan MOIC tidak memenuhi syarat Modifikasi Ciptaan karena tidak memiliki izin dan lisensi yang sah. Objek wisata tersebut melanggar ketentuan hak moral dan hak ekonomi suatu Hak Cipta dan Modifikasi Ciptaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, namun sampai sekarang tidak ada tuntutan dari pihak pemilik karya orisinil terhadap Pihak Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat. Kata Kunci: Hukum Kekayaan Intelektual, Hak Cipta, Rabbit Town Bandung, Jawa Barat.

Transcript of BERDASARKAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Larasati …

Page 1: BERDASARKAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Larasati …

ANALISIS YURIDIS MODIFIKASI CIPTAAN OBJEK WISATA RABBIT TOWN

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA

Larasati Phasa Januari

(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti)

(Email: [email protected])

Dr. Rr. Aline Gratika Nugrahani

(Dosen Fakultas Hukum Trisakti)

(Email: [email protected])

ABSTRAK

Kasus Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, menyadarkan bahwa Indonesia butuh

pengaturan mengenai Hak Cipta yang lebih jelas dan tegas. Objek wisata Rabbit Town

di Bandung, Jawa Barat, menimbulkan permasalahan mengenai pakah karya cipta pada

Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, berupa seni instalasi memenuhi kriteria

Modifikasi Ciptaan dari karya Chris Burden dan Museum of Ice Cream di Amerika.

Apakah karya cipta pada Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, melanggar hak cipta

dari Chris Burden dan Museum of Ice Cream di Amerika berdasarkan Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Untuk menjawab permasalahan hukum

tersebut dilakukan penelitian secara yuridis normatif terhadap peraturan perundang-

undangan dan penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Data yang digunakan data

sekunder dan pengolahan data yang dilakukan menggunakan metode kualitatif.

Pengambilan kesimpulan dilakukan secara logika deduktif. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa objek wisata Love Light yang serupa dengan Urban Light milik

Chris Burden maupun objek wisata instalasi-instalasi Pink Ice Cream yang serupa

dengan MOIC tidak memenuhi syarat Modifikasi Ciptaan karena tidak memiliki izin

dan lisensi yang sah. Objek wisata tersebut melanggar ketentuan hak moral dan hak

ekonomi suatu Hak Cipta dan Modifikasi Ciptaan berdasarkan Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, namun sampai sekarang tidak ada tuntutan dari

pihak pemilik karya orisinil terhadap Pihak Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat.

Kata Kunci: Hukum Kekayaan Intelektual, Hak Cipta, Rabbit Town Bandung, Jawa

Barat.

Page 2: BERDASARKAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Larasati …

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dewasa ini, minimnya kesadaran masyarakat untuk menghargai seorang Pencipta atas

hasil karyanya mengakibatkan banyak terjadi tindakan menyimpang yang merugikan si

Pencipta. Dengan tumbuh pesatnya Ilmu Pendidikan dan Teknologi sekarang ini, di

samping memberikan hal positif juga memberi dampak negatif khususnya di bidang seni.

Tidak disadari bahwa banyak orang yang terindikasi melakukan pelanggaran Hak Cipta

karya orang lain baik berupa tulisan, seni rupa, lagu maupun gambar. Ironisnya,

masyarakat menganggap hal tersebut lumrah dilakukan, terlebih kita berada di zaman

dimana teknologi internet sangat mudah digunakan dan diakses, mereka yang

menggunakan karya orang lain tanpa izin berpendapat bahwa karya cipta tersebut pun

sudah tersebar luas di jaringan internet dan dapat dengan mudahnya diakses maupun

digunakan orang lain.

Melihat kenyataan yang terjadi di masyarakat sekarang ini, maka dapat dipahami

bahwa masyarakat Indonesia perlu memiliki pemahaman mengenai Kekayaan Intelektual

khususnya pada perlindungan Hak Cipta.

Dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta memang

menyebutkan karya cipta yang dimodifikasi termasuk dalam Ciptaan yang dilindungi.

Kata modifikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah pengubahan.

Namun, objek wisata Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, secara visual, beberapa objek

wisata yang merupakan karya seni rupa tersebut masih tergolong sangat mirip dengan

karya seniman luar negeri walaupun menurut pihak Rabbit Town sendiri mereka hanya

terinspirasi dan melakukan sedikit pengubahan. Secara kasat mata, orang awam tidak

dapat membedakan adanya pengubahan berhubung pengubahan yang dilakukan memang

kecil. Hal ini menimbulkan tanda tanya mengenai apakah pengubahan yang dilakukan

oleh pihak Rabbit Town terhadap objek wisata Love Light dan Pink Ice Cream tergolong

dalam Modfikasi Ciptaan yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta atau termasuk dalam pelanggaran Hak Cipta.

Kenyataannya, memang di Indonesia sendiri pelanggaran terhadap Hak Cipta lebih

sering dilihat dari sudut pandang pelanggaran moral saja yang mana tidak semua Pencipta

Page 3: BERDASARKAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Larasati …

benar-benar membawa permasalahan pelanggaran Hak Cipta tersebut ke jalur hukum.

Maka dari hal itu, para Pencipta kehilangan hak ekonomi terhadap karya Ciptaanya.

Sehingga berdasarkan kasus yang penulis angkat, apabila dapat dibuktikan bahwa

beberapa objek wisata Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, termasuk dalam meniru

karya cipta seniman luar negeri, berdasarkan peraturan Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2014 tentang Hak Cipta, maka pemilik Rabbit Town Bandung dapat dikenakan sanksi

karena telah melakukan pelanggaran Hak Cipta.

2. Pokok Permasalahan

Berdasarkan penjelasan kasus yang telah dijabarkan sebelumnya, maka perumusan

masalah yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:

1. Apakah karya cipta pada Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, berupa seni instalasi

memenuhi kriteria Modifikasi Ciptaan dari karya Chris Burden dan Museum of Ice

Cream di Amerika?

2.Apakah karya cipta pada Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, melanggar hak cipta

dari Chris Burden dan Museum Of Ice Cream di Amerika berdasarkan Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta?

B. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian normatif, sehingga penelitian ini didasarkan pada

analisa norma hukum, baik yang terdapat pada peraturan perundang-undangan maupun

keputusan menteri mengenai kasus-kasus seperti di atas. Dimana dalam penelitian ini

termasuk dalam penelitian hukum normatif yang mencakup penelitian terhadap asas-asas

hukum Kekayaan Intelektual, khususnya hak cipta yang diharapkan dapat menganalisis

dan memecahkan permasalahan yang ada dalam penulisan skripsi ini mengenai karya

cipta objek wisata di Rabbit Town di bandung, Jawa Barat, yang mirip dengan karya

seniman di luar negeri

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah suatu penelitian deskriptif, dimaksudkan guna membantu

memperkuat teori-teori yang sudah ada, atau dalam rangka menyusun teori baru dengan

memberikan data-data sedetail mungkin mengenai manusia, suatu keadaan maupun

Page 4: BERDASARKAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Larasati …

gejala-gejala lainnya untuk memperkuat dan memperjelas hipotesa-hipotesa1 untuk

menyesuaikan dengan ketentuan yang ada di Peraturan Perundang-undangan.

3. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui studi

kepustakaan yang didukung oleh wawancara dengan beberapa narasumber yang dinilai

memahami konsep-konsep dan pemikiran yang ada dalam data sekunder tersebut. Data

sekunder dalam penelitian dibagi, yaitu:2

a. Bahan hukum primer adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta.

b. Bahan hukum sekunder terdiri dari 27 buku yang berkaitan dengan pembahasan

mengenai Hak Cipta, Kekayaan Intelektual, maupun mengenai Seni Rupa.

c. Bahan hukum tersier terdiri dari 1 kamus ilmiah dan 1 jurnal online mengenai Hak

Cipta.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dilakukan melalui studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi dan

wawancara atau interview. Yaitu dengan mempelajari, mengkaji dan menelaah materi

melalui Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, buku-buku mengenai

Hak Cipta maupun wawancara dengan kasubdit Pelayanan Hukum dan LMK Direktorat

Hak Cipta dan Desain Industri, Kepala Pusat Studi Rancang Reka Visual Fakultas Seni

Rupa dan Desain Universitas Trisakti, dan dosen Desain Komunikasi Visual Fakultas

Seni Rupa di Institut Kesenian Jakarta.

5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah menggunakan metode

kualitatif, metode kualitatif adalah tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif

yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata.3

Dimana dalam penelitian yang dilakukan menghasilkan data deskriptif

6. Cara Penarikkan Kesimpulan

1 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2012), hal. 10. 2 Ibid., hal. 52. 3 Ibid., hal. 32.

Page 5: BERDASARKAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Larasati …

Metode yang digunakan dalam hal pengambilan kesimpulan adalah menggunakan

pola pikir deduktif, yang berarti menghasilkan kesimpulan yang bersifat khusus dari suatu

keadaan-keadaan yang bersifat umum. Lawan dari pola pikir deduktif adalah pola pikir

induktif.4

7. Hasil Penelitian

Kasus dugaan pelanggaran Hak Cipta yang dilakukan oleh Rabbit Town, berawal

sejak kunjungan yang dilakukan oleh seorang guru seni rupa di sebuah sekolah swasta di

Jakarta. Dimana objek wisata Rabbit Town yaitu seni instalasi Love Light serupa dengan

karya Urban Light milik Chris Burden yang ditampilkan di LACMA sejak tahun 2008

dan juga seni-seni instalasi berupa buah pisang dan cone ice cream yang diberi nama Pink

Ice Cream serupa dengan karya seni khas milik MOIC di Amerika yaitu Banana Split dan

The Cone Lamp Installation. Namun, pihak Rabbit Town tidak mencantumkan nama-

nama seniman tersebut.

Pihak Rabbit Town yaitu Ferdi Candra selaku General Manager, mengatakan kepada

berita online Kumparan bahwa karya-karya yang dituduh plagiat tersebut memang

terinspirasi dari karya seniman lain dan bukan dari idenya sendiri, namun dengan jumlah

dan detail pada instalasi yang tidak sama. Seperti misalnya karya seni instalasi Urban

Light memiliki jumlah lampu sebanyak 155 buah, sedangkan instalasi serupa di Rabbit

Town yang diberi nama Love Light hanya berjumlah 88 buah. Instalasi berbentuk pisang-

pisang yang serupa dengan ciri khas MOIC juga menurutnya berbeda, dimana jumlah

ruangan yang ada di Rabbit Town hanya seluas 4 meter, sedangkan di tempat aslinya

lebih besar dari yang ada di Rabbit Town.

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

1. Apakah karya cipta pada Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, berupa seni

instalasi memenuhi kriteria Modifikasi Ciptaan dari karya Chris Burden dan

Museum of Ice Cream di Amerika

Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, objek wisata

Rabbit Town Bandung, Jawa Barat telah memenuhi unsur Ciptaan tersebut. Namun,

instalasi Love Light diduga memiliki kesamaan dengan karya seni Urban Lights milik

4 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2015) hal.5.

Page 6: BERDASARKAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Larasati …

Chris Burden yang ditampilkan di LACMA, dan Pink Ice Cream yang di dalamnya

terdapat instalasi berbentuk es krim dan instalasi berbentuk buah pisang berwarna merah

muda dan kuning serupa dengan The Cone Installation dan Banana Split memiliki

kesamaan dengan MOIC. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 mengenal adanya

Disortasi, Mutilasi dan Modifikasi Ciptaan. Dimana dijelaskan dalam penjelasan Pasal 5

ayat (1) huruf e :

"Yang dimaksud dengan modifikasi Ciptaan adalah pengubahan atas Ciptaan”.

Objek Wisata Pink Ice Cream

Objek Wisata Pink Ice Cream

Objek Wisata Love Light

Page 7: BERDASARKAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Larasati …

Berdasarkan wawancara dengan bapak Agung Darmasasongko selaku kasubdit

Pelayanan Hukum dan LMK Direktorat Hak Cipta dan Desain Industri dan bapak Wegig

Murwonugroho selaku Kepala Pusat Studi Rancang Reka Visual Fakultas Seni Rupa dan

Desain Universitas Trisakti, keduanya sepakat bahwa karya seni instalasi yang

merupakan objek wisata Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat merupakan Modifikasi

Ciptaan dengan mengambil sebagian substansial nya. Sedangkan seni instalasi yang

terdapat di ruangan bertema Pink Ice Cream menurutnya memiliki kesamaan pada

bentuknya dengan instalasi di MOIC sehingga menimbulkan kesan yang sama dan tidak

ada Modifikasi Ciptaan di sana.5

Oky Arfie H. selaku dosen Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa di Institut

Kesenian Jakarta berpendapat bahwa dilihat dari sisi seni tidak ada modifikasi terhadap

objek wisata Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat baik objek wisata seni instalasi Love

Light maupuan seni instalasi Pink Ice Cream.6

Modifikasi Ciptaan termasuk suatu Ciptaan yang dilindungi oleh Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2014 Pasal 40 huruf. Namun berdasarkan pasal 5 ayat 1 Undang-

Undang Hak Cipta dalam hal Modifikasi Ciptaan Pencipta berhak mempertahankan hak

nya yaitu dengan melakukan izin kepada Pencipta.

Sehingga Objek wisata Love Light di Rabbit Town benar mengalami perubahan secara

fisik sesuai dengan definisi modifikasi, namun objek wisata tersebut tidak memenuhi

kriteria Modifikasi Ciptaan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 karena pihak

Rabbit Town tidak memiliki Izin maupun pemegang lisensi yang sah terhadap seniman

yang asli sesuai pasal 80 mengingat Rabbit Town di Bandung bersifat komersil.

5 Agung Darmasasongko, selaku kasubdit Pelayanan Hukum dan LMK Direktorat Hak Cipta dan Desain

Industri, wawancara dengan penulis, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Jakarta, 3 Desember 2018. 6 Oky Arfie H, selaku dosen Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa di Institut Kesenian Jakarta,

wawancara dengan penulis, Institut Kesenian Jakarta, Jakarta, 8 Januari 2019.

Page 8: BERDASARKAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Larasati …

Sedangkan objek wisata berjudul Pink Ice Cream bukan termasuk Modifikasi Ciptaan,

melainkan termasuk tindakan meniru secara keseluruhan.

2. Analisis Karya Cipta Pada Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, Melanggar Hak

Ekonomi dan Hak Moral Dari Chris Burden Dan Museum Of Ice Cream di Amerika

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Hasil wawancara antara tim berita Online Kumparan dengan Rabbit Town di

Bandung, Jawa Barat ialah bahwa mereka menolak untuk meminta izin Lisensi dari pihak

seniman yang asli, karena menurutnya apabila menggunakan izin Lisensi maka benar

bahwa mereka meniru karya cipta tersebut, sedangkan menurutnya mereka hanya

terinspirasi dari karya seni Urban Lights milik Chris Burden dan karya seni instalasi milik

MOIC.7 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tidak melindungi konsep maupun ide,

sehingga selama perwujudannya berbeda walaupun berangkat dari ide dan konsep yang

sama, hal tersebut tidak melanggar Hak Cipta.

Pihak Rabbit Town di Bandung mengatakan akan mencantumkan nama seniman pada

objek wisatanya yang terinspirasi dari karya seniman tersebut. Namun, sampai pada saat

penulis mengunjungi tempat wisata Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat tersebut tidak

ada pencantuman nama seniman yang dimaksud.

Pihak Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat juga tidak menerima hak secara sah dari

Chris Burden maupun MOIC berdasarkan pasal 80 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2014 sehingga tidak berhak melakukan Modifikasi Ciptaan. Maka terkait dengan objek

wisata Pink Ice Cream dan Love Light, berdasarkan Pasal 9 mengenai hak ekonomi

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, pihak Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat

tidak memiliki hak untuk melakukan Penggandaan sebuah Ciptaan tanpa izin dari pemilik

Hak Cipta. Tindakan Rabbit Town dikatakan melanggar karena Ciptaan tersebut

dikomersilkan tanpa mencantumkan nama Pencipta sesuai pasal 5 Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2014.

Mengenai objek wisata Love Light, Agung darmasasongko berpendapat bahwa objek

wisata tersebut mengambil sebagian substansial dari karya seni Urban Lights milik Chris

Burden mengingat objek wisata Love Light mengalami sedikit perubahan pada detail nya

7 “Pengelola Rabbit Town Bandung soal Dituding Plagiat: Kami Terinspirasi” (On-Line), tersedia di:

https://kumparan.com/@kumparannews/pengelola-rabbit-town-bandung-soal-dituding-plagiat-kami-terinspirasi

(9 Desember 2018)

Page 9: BERDASARKAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Larasati …

yaitu pada bagian lampu dan tiang, berbeda dengan objek wisata instalasi-instalasi Pink

Ice Cream yang memiliki kesamaan serupa dan kesan yang sama dengan The Cone

Installation dan Banana Split milik MOIC.8

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Wegig Murwonugroho dan Oky Arfie. H.

dilihat dari sisi seni, objek wisata Love Light walaupun termasuk dalam Modifikasi

Ciptaan, objek wisata Love Light tetap dikatakan pelanggaran Hak Cipta karena

mengambil sebagian ciptaan orang lain. Sehingga, terkait objek wisata Love Light,

walaupun di dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 mengatakan bahwa

Modifikasi Ciptaan termasuk Hak Cipta yang dilindungi, pihak Rabbit Town di Bandung,

Jawa Barat tetap melanggar karena melakukan Modifikasi Ciptaan tetap harus meminta

izin dari Penciptanya, yaitu Chris Burden, Hal tersebut sesuai dengan ketentuan hak

moral Pasal 5 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. Sehingga

berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, maka tindakan terhadap

objek wisata Love Light tersebut tidak termasuk Modifikasi Ciptaan karena tidak

memiliki Izin Pencipta.

C. PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Objek wisata Love Light di Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, tidak memenuhi

syarat Modifikasi Ciptaan sesuai dengan Pasal 5 karena tidak memiliki izin namun

memang benar terdapat sedikit pengubahan dalam fisik atau wujudnya. Walaupun

sebenarnya karya seni instalasi Urban Light merupakan model lampu jalanan pada

umumnya, namun Chris Burden membuat lampu-lampu jalanan tersebut menjadi

suatu komposisi karya seni instalasi, artinya telah diwujudkan dalam bentuk nyata

sebagai sebuah Ciptaan yang dilindungi oleh Undang-Undang. Kemudian terhadap

objek wisata instalasi-instalasi Pink Ice Cream di Rabbit Town di Bandung, Jawa

Barat, juga tidak memenuhi syarat Modifikasi Ciptaan menurut Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Artinya, pihak Rabbit Town di Bandung,

Jawa Barat, melakukan Penggandaan Ciptaan tanpa izin terhadap karya seni instalasi

yang ada di MOIC yaitu The Cone Installation dan Banana Split.

8 Agung Darmasasongko, selaku kasubdit Pelayanan Hukum dan LMK Direktorat Hak Cipta dan Desain

Industri, wawancara dengan penulis, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Jakarta, 3 Desember 2018.

Page 10: BERDASARKAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Larasati …

b. Bahwa objek wisata Love Light di Rabbit Town di Bandung, Jawa Barat, tidak

termasuk dalam Modifikasi Ciptaan menurut Undang-Undang karena tidak memiliki

izin, sehingga baik objek wisata Love Light maupun Pink Ice Cream melanggar hak

moral yang melekat secara pribadi pada diri Pencipta berdasarkan Pasal 5 ayat (1)

huruf e. Tetap harus memperhatikan izin dan hak moral Pencipta nya agar hak

ekonomi si Pencipta tidak terganggu. Dan termasuk pelanggaran Hak Cipta yaitu

melanggar hak ekonomi Pasal 9 ayat (1) huruf b, dapat dikenakan sanksi pidana

sesuai Pasal 113 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

2. Saran

Pengaturan mengenai Hak Cipta di Indonesia harus lebih bersifat preventif dan tidak

mengabaikan perlindungan terhadap suatu Ciptaan atau karya seni. Masyarakat Indonesia

pada umumnya termasuk para praktisi seni harus lebih menyadari betapa pentingnya

perlindungan terhadap suatu Ciptaan, karena Indonesia sendiri memiliki banyak Kekayaan

Intelektual yang harus dilindungi. Terkait Modifikasi Ciptaan dalam Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, seharusnya diperjelas pengaturannya agar Ciptaan-Ciptaan

yang dilindungi tidak hanya sekedar mencontek Ciptaan yang sudah ada sehingga

menghasilkan suatu kreativitas.

REFERENSI

BUKU

Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.

Achmad Zein Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, Bandung: P.T. Alumni,

2005.

Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Agus Sachari, Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa Desain, Arsitektur, Seni Rupa

dan Kriya, Jakarta: Erlangga, 2005.

Budi Agus Riswandi, Pembatasan dan Pengecualian Hak Cipta di Era Digital, Bandung: PT

Citra Aditya Bakti, 2017.

Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Bandung: Alumni, 2003.

Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Page 11: BERDASARKAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Larasati …

Iswi Hariyani, Prosedur Mengurus HAKI Yang Benar, Yogyakarta: PT. Pustaka Yustisia,

2010.

M. Hawin, Budi Agus Riswandi, Isu-Isu Penting Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia,

Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press, 2017.

Mudji Sutrisno, Hendar Putranto, Teori-teori Kebudayaan, Yogyakarta: Kanisius, 2007.

Muhammad Abdul Kadir, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2007.

Muhammad Djumhana, R. Djumhana, Hak Milik Intelektual: Sejarah, Teori, dan Praktiknya

di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014.

Muhammad Firmansyah, Tata Cara Mengurus HaKI Jakarta: Visimedia, 2008.

Nasution, Rahmi Jened Parinduri, Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum

Persaingan (Penyalahgunaan HKI), Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Ok. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektal, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Rachmadi Usman, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Bandung: P.T. Alumni, 2003.

Rooseno Harjowidigdo, Mengenal Hak Cipta Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

1994.

Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1998.

Soelistyo Henry, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 2012.

_______, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, 2015.

Sri Rejeki Hartono, Hak Kekayaan Intelektual dalam Berbagai Perundang-undangan,

Bandung: Yrama WIdya, 2002.

Sri Soedewo Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata: Hukum Benda, Yogyakarta Liberty, 1981.

Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia Teori dan Analisis Harmonisasi Ketentuan

World Trade Organization/WTO-TRIP’s Agreement Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Tim Lindsey,et.al, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Jakarta: P.T. Alumni, 2002.

Tri Wahyu Handayani, Kuliah Jurusan Apa? Fakultas Seni Rupa Dan Desain, Jakarta:

Gramedia, 2015.

Yusran Isnaini, Buku Pintar HAKI, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010.

Page 12: BERDASARKAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Larasati …

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

JURNAL

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, “Perkembangan Sistem Perlindungan Hak

Kekayaan Intelektual di Indonesia” Media HKI: Buletin Informasi dan Keragaman Vol.

V No.3, Juni 2008.

ON-LINE DARI INTERNET

Zulvia Makka, “Aspek Hak Ekonomi Dan Hak Moral Dalam Hak Cipta”, e-Jurnal Akta

Yudisia Volume I No 1 februari 2016.

KAMUS

Pius A. Partanto, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: ARKOLA, 1994.