BERBAGI DIGITAL RESOURCES · (akses ke informasi, interoperabihtas, dan akuntabilitas), serta...

12

Transcript of BERBAGI DIGITAL RESOURCES · (akses ke informasi, interoperabihtas, dan akuntabilitas), serta...

Page 1: BERBAGI DIGITAL RESOURCES · (akses ke informasi, interoperabihtas, dan akuntabilitas), serta inklusi (aksesibilitas dan kcsetaraan). Hal yang sama juga disampaikan oleh La Porta
Page 2: BERBAGI DIGITAL RESOURCES · (akses ke informasi, interoperabihtas, dan akuntabilitas), serta inklusi (aksesibilitas dan kcsetaraan). Hal yang sama juga disampaikan oleh La Porta

BERBAGI DIGITAL RESOURCES:

SEBUAH UPAYA BERJEJARING UNTUK MENINGKATKAiN

DAYA SAING PERGURUAN TINGGI*

Nur Cahyati WahyuniUniversitas Gadjah Mada

ncahvati(d).ugm. ac. id

Intisari

Akreditasi merupakan salah satu aspek pengukuran yang menandai perbedaan kin»;rjaanlar perguruan tinggi. Perpustakaan sebagai salah satu unit keija pendukung perguruan tin ^2'.termasuk dalam penilaian kinerja tersebut. Satu perguruan tinggi dengan perguruan tinggi yanglain, adalah mitra yang dapat bekerja sama guna meraih pencapaian Tri Dharma Perguruan Tinggisecara lebih baik. Di sisi lain, satu perguruan tinggi merupakan kompetitor bagi perguruan tinggiyang lain dalam beberapa aspek.

Peluang kerjasama antar perguruan tinggi untuk menyiasati kompetisi secara positifadalah berbagi sumber daya koleksi digital {sumber daya elektronik dan repositori institusi).Koleksi digital dikumpulkan dan digunakan secara bersama-sama, serta tercatat sebagai kekayaanbersama dalam borang akreditasi. Organisasi profesi pustakawan dan perpustakaan, berperansebagai mediator dalam upaya tambal sulnm koleksi dan sumber daya manusia guna mencapaikinerja perpustakaan perguruan tinggi yang setara.

Kajian studi literatur ini diharapkan mampu menyajikan wacana untuk meningkatkankinerja dengan cara kerjasama antar perguruan tinggi dan upaya edukasi masyarakat menghadapiera open source fakses terbuka).

Kata kunci: Berbagi Sumber Daya Digital '(digital resource sharing). Perpustakaan Perguruan'Tinggi, Akreditasi, Keijasama Antarperpustakaan

1. Pendahuluan

Kebutuhan atas komunikasi ilmiah di antara para peneliti dan akademisi

bermula di akhir abad 19 (Budd, 1998, 62). Masa itu, asosiasi profesional dan

pembelajar mulai dibentuk dan mengkomunikasikan riset ilmiah dalam format

jumal, buku dan konferensi. Hal ini didorong oleh keinginan orang ketika

melakukan riset, mereka ingin juga menceritakannya kepada orang lain dan

belajar daii riset lain (1998, 63).

Memasuki abad 21, perubahan cara berkomunikasi secara ilmiah teijadi

dengan kehadiran internet. Para peneliti dan akademisi merasa perlu

mendiskusikan berbagai temuan terkini dalam bentuk karya ilmiah mereka secara

Disampaikan dalam Konferensi dan Musyawarah Daerah FPPTI Jawa Timur 21-23 September2016, di Sumenep, Madura, Jawa Timur

Page 3: BERBAGI DIGITAL RESOURCES · (akses ke informasi, interoperabihtas, dan akuntabilitas), serta inklusi (aksesibilitas dan kcsetaraan). Hal yang sama juga disampaikan oleh La Porta

lebih luas dalam tbrmat elektronik dengan menggunakan media internet (ARL,

2009: 8). Saat itulah, sumber daya elektronik (electronic resources) menjadi

bagian dari kehidupan perguruan tinggi dan perpustakaan (Budd, 1998, 204). Pada

poin ini, perpustakaan menjadi bagian dari komunikasi ilmiah, yaitu sebagai

institusi yang menyediakan sumber informasi bagi civitas academica,

mendokumentasikan karya ilmiah basil penelitiannya, dan mendiseminasikan

informasi tersebut kepada khalayak yang lebih luas (1998, 66).

Keberadaan sumber daya elektronik ini berpengaruh pada tata kelola

perpustakaan perguruan tinggi yang melibatkan 3 (tiga) sumber daya yang lain,

yaitu sumber daya infrastruktur (perangkal kuras, perangkat lunak), sumber daya

manusia, dan sumber daya keuangan. Ketiga sumber daya tersebut dikelola oleh

manajemen perpustakaan untuk mencapai visi misi organisasi sebagai

keunggulan kompetitif untuk menjaga keberlangsungan organisasi jangka panjaiig

(Barney, 1991). Menurut teori Resource-Based View (RBV), organisasi dikatakan

memiliki keunggulan kompetitif jika memiliki sumber daya yang memiliki sifat

bemilai {value)^ kelangkaan {rareness), tidak dapat dipalsukan {inimitability), dan

tidak tergantikan {non-substitutability).

■ Pada konteks perpustakaan, sumber daya digital (e-resources dan

institutional repository), sumber daya manusia, dan keijasama dapat menjadi

andalan perguruan tinggi, bemilai, langka. tidak dapat dipalsukan, dan tidak

tergantikan. Masing-masing perpustakaan memiliki keunggulan dan kekhasannya

masing-masing dan tidak ada yang benar benar mirip, yang menjadi modal bagi

peningkatan kineija perpustakaan. Meski demikian, ada peluang untuk

meningkatkan kineija dengan kerjasama antar perpustakaan.

Sumber daya digital mengarahkan pada kerjasama yang berfokus pada

berbagi informasi, koodinasi dalam pengembilan keputusan manajemen koleksi,

dan berbagi akses database dan bibliografi (1998, 204). Konsorsium perpustakaan

merupakan salah satu cara untuk berbagi dan meningkatkan keunggulan

kompetitif perpustakaan, terutama di era digital ini. Studi berbasis literatur ini

berupaya untuk melihat praktek baik dari kerjasama antar perpustakaan perguruan

tinggi dalam konsorsium untuk menemukan peluang peningkatan keija sama ke

depamiya.

Page 4: BERBAGI DIGITAL RESOURCES · (akses ke informasi, interoperabihtas, dan akuntabilitas), serta inklusi (aksesibilitas dan kcsetaraan). Hal yang sama juga disampaikan oleh La Porta

Dalam borang akreditasi, sumber daya tersebut menjadi aitem penilaian

sebagai modal dan basil kerja. Demikian pula dengan keijasama merupakan salah

satu faktor penilaian dalam borang akreditasi, termasuk di antaranya: Akreditasi

Perpustakaan (Perpustakaan Nasional), Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi

(AIPT), Akreditasi Program Studi Sarjana, Akreditasi Program Studi

Pascasarjana.

Tabel 1.1.

Perbandingan Sumber Daya

No Komponen BorangPerpustakaan Nasional

Komponen BorangAkreditasi BAN-PT

AIPT BAN-PT - ProgiuinStudi Diploma

Program StudiPascasariana

1 I. KomponenJumlah Ketja Samainternal dan ekstemal.

Standar 7.

KegiatanKerjasama denganInstansi Lain

Standar 7. KegiatanKeijasama denganInstansi Lain

2 11. KomponenKoleksi Cetak dan

Elektronik sesuai dengankurikulum (buku,majalah, surat kabar,jumal ilmiah perprodi,koleksi khusus penelitianskripsi/tesis/ disertasi dansumber daya elektronik),laman web perpustakaan

Standar 2. Tata

Pamong,Kepemimpinan,Sistem

Pengelolaan, danPenjaminan Mutu

Standar 2. Tata

Pamong,Kepemimpinan,Sistem Pengelolaan,dan PenjaminanMutu

Standar 2. Tata

Pamong,Kepemimpinan,Sistem Pengelolaan,dan PenjaminanMutu

3 V. KomponenSumber Daya Manusiadalam pcndidikun,

pelatihan, danpengembangan profesiberkelanjutan, organisasiprofesi (Kepalapcrpustakaa, tenagaperpustakaanTotal

Standar 4.

Tenagakependidikan

Standar 4.

Tenagakependidikan

Standar 4.

Tenagakependidikan

4 Kriteria 5.

Kurikulum,Pembelajaran danSuasana Akademik

5 VII. Komponen Jumlahanggaran dan alokasiAnggaran

Standar 6.

Pembiayaan,Sarana Dan

Prasarana Serta

Sistem

Informasi

Standar 6.

Pembiayaan, SaranaDan Prasarana Serta

Sistem

Informasi

Standar 6.

Pembiayaan, SaranaDan Prasarana Serta

Sistem

Informasi

Sumber: BAN-PT (2010, 2015) dan Perpustakaan Nasional (2015)

Dengan demikian, perlu strategi untuk dapat memenuhi kebutuhan yang

berkelanjutan atas sumber daya manusia, sumber daya koleksi, dan sumber daya

keuangan agar perguruan tinggi dapat tumbuh bersama-sama dari sisi layanan

perpustakaannya. Terlebih dengan meningkatnya kebutuhan komunikasi ilmiah,

tingginya harga publikasi di jumal intemasional, dan anggaran perpustakaan yang

Page 5: BERBAGI DIGITAL RESOURCES · (akses ke informasi, interoperabihtas, dan akuntabilitas), serta inklusi (aksesibilitas dan kcsetaraan). Hal yang sama juga disampaikan oleh La Porta

ketat untuk melanggan jumal intemasional yang berbayar (Farida, 2015). Strategi

meningkatkan keunggulan kompetitif melalui konsorsium perpustakaan menjadi

fokus pada pembahasan ini.

Berbagi Sumber Daya Digital nielaiui Konsorsium PerpustakaanKonsorsium perpustakaan adalah grup perpustakaan yang bekeija bersama

untuk mencapai tujuan bersama (EIFL, 2014). Grup ini memudahkan anggotanya

dalam menggunakan Koleksi, layanan, dan sumber daya manusia, serta pendanaan.

Manfaat bergabung dalam konsorsium ini adalah mengurangi biaya pengadaan

sumber daya elektronik melalui kemampuan dalam negosiasi aturan dan kondisi

penggunaannya, meluaskan pelayakan dan sumber daya, berbagi keahlian dan

ketrampilan staf untuk mengembangkan kepemimpinan perpustakaan,

meningkatkan efektifitas advokasi pada perubahan kebijakan, dan

mempromosikan efektif biaya dan dan layanan berbasis pengguna.

Nilai penggerak dari keijasama perpustakaan ini menurut Misuraca et al

(2011) dalam Pendit (2011) adalah kineija (efisiensi, efektifitas), keterbukaan

(akses ke informasi, interoperabihtas, dan akuntabilitas), serta inklusi

(aksesibilitas dan kcsetaraan). Hal yang sama juga disampaikan oleh La Porta

(1997), bahwa ikatan jaringan kekerabatan lemah dan kerjasama yang setara akan

menguatkan kepercayaan dan mengarahkan pada pencapaian pendidikan yang

lebih tinggi. Kepercayaan (Trust) menjadi modal penting untuk berbagi sumber

daya digital ini.

Asosiasi Perpustakaan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan

pendidikan melalui perpustakaan, dapat mulai membangun kepercayaan ini. Jika

langsung mendapatkan kepercayaan dari seluruh anggota dirasakan membutuhkan

waktu sangat lama, maka perlu untuk menciptakan pioner {in house champion).

Pioner program ini dipilih sesuai dengan kriteria di atas, yaitu perpustakaan

perguruan tinggi yang setara kedudukannya, tidak ada yang lebih dominan dari

yang lain.

Langkah yang harus dilakukan adalah membangun kepercayaan internal

anggota asosiasi dan ekstemal organisasi. Semangat dari berjejaring adalah

bekeija bersama untuk mendongrak kinerja perguruan tinggi masing-masing

dengan semangat keterbukaan dan inklusi. Artinya, ada upaya dan jaminan untuk

Page 6: BERBAGI DIGITAL RESOURCES · (akses ke informasi, interoperabihtas, dan akuntabilitas), serta inklusi (aksesibilitas dan kcsetaraan). Hal yang sama juga disampaikan oleh La Porta

bersama-sama meiakukan efisiensi dari perspektif ekonomi dalam waktu tertentu

dan sesuai dengan prosedur. Selanjutnya adalah upaya dan jaminan untuk

menggunakan teknologi, penggunaan data secara bersama, partisipasi yang

merata, bantuan jasa untuk pihak yang kekurangan sumber daya, ketersediaan

teknologi, kemudahan bagi pihak yang tidak mampu dan kemudahan bagi

kelompok pinggiran.

Konsorsium perpustakaan dapat mempersiapkan kebijakan akses, akuisisi,

administrasi, kerjasama, diseminasi, manajemen infrastruktur dan jaringan,

sumber daya manusia dan perlindungan hak kekayaan intelektuktua), serta

mengedukasi civitas academica mengenai fenomena akses terbuka repositori

(open access) dan berbagi sumber daya (resource sharing).

Peluang Kerjasama dalam Berbagi Sumber Daya DigitalPrasetiawan (2015) memberikan masukan FPPTI untuk bergabung dalam

EIFL guna mcmperluas kerjasama dan mengayakan koleksi perpustakaan dalam

konsorsium perpustakaan intemasional. Konsorsium perpustakaan intemasional

ini dibangun dengan tujuan utama berbagi sumber daya secara efektif dan efisien

(EIFL, 2014). Kegiatan yang dilakukan secara bersama yaitu pengadaan sumber-

sumber elektronik, pendidikan dan pelatihan pengguna, penggalangan dana,

menciptakan dan menjadikan konten lokal elektronik mudah diakses,

implementasi otomasi perpustakaan.

Yang menarik adalah berbagi konten lokal atau repositori institusi dalam

format open access (akses terbuka). Sebagai contoh, Lesotho Library Consortium

(LELICO), telah menginisiasi hal tersebut. Peluangnya adalah hanya ada satu

perpustakaan universitas di negara tersebut, selebihnya adalah perpustakaan

umum dan kliusus. Kendala yang dihadapi adalah kurangnya kebijakan dan

hukum nasional yang memungkinkan akses publik atas informasi dan kurangnya

kapasitas dan miskinnya infrastruktur teknologi komunikasi dan informasi, serta

pendanaan untuk digitalisasi sumber daya koleksi yang tercetak (UNESCO,

2014).

Pada tahun 2011, portal Garuda yang dipelopori oleh Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, mengajak dan menggerakkan civitas

academica untuk mengunggah karya ilmiah di portal tersebut, agar dapat diakses

Page 7: BERBAGI DIGITAL RESOURCES · (akses ke informasi, interoperabihtas, dan akuntabilitas), serta inklusi (aksesibilitas dan kcsetaraan). Hal yang sama juga disampaikan oleh La Porta

secara terbuka (Farida, 2015; Surachman, 2011). Sampai dengan hari ini, hanya

beberapa institusi yang masih bertahan untuk itu, selebihnya menghentikan

kehendak untuk berbagi secara terbuka. Sebagian yang lain, membuka repositori

institusi secara langsung dari portal perpustakaan masing-masing.

Pada tahun 2014, ada 42 institusi di Indonesia dari 1.746 repositori di

seluruh dunia yang repositori institusinya masuk dalam daftar peringkat

Webometric (Farida, 2015). Hanya 35 di antaranya yang sudah terdaftar di

Directory Open Access Repositories (OpenDOAR). Jumlah yang sangat sedikit

jika dibandingkan dengan jumlah perguruan tinggi di Indoonesia yang mencapai

ribuan. Menurut penelitian Abrizah (2015), buda^a penggunaan dan

pengembangan dari repositori ini, menjadi tantangan bagi pengembangan

repositori institusi. Masyarakat akademis belum terbiasa dengan budaya open

access terscbut. Menjadi tugas bersama, perpustakaan perguruan tinggi, asosiasi,

dan konsorsium perpustakaan, untuk menyiapkan masyarakat menghadapi

keterbukaan akses repositori institusi.

Selain berbagi sumber daya repositori institusi, praktek berbagi sumber daya

digital dalam bentuk jumal/buku elekironik yang dilanggan dari penyedia

database intemasional telali dilakukan oleh pemerintah melalui DIKTI (bagi

warga perguruan tinggi) dan Perpustakaan Nasional (bagi Waiga Negara

Indonesia yang mendaftarkan diri menjadi anggota). Sedangkan praktek baik dari

asosiasi dilakukan oleh Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI)

Jawa Timur melalui konsorsium pengadaan sumber daya elektronik berupa jumal

dan buku elektronik. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing

perpustakaan-perpustakaan yang memiliki sumber daya keuangan yang pas-pasan.

Pengadaan bersama ini meringankan beban anggaran, namun sekaligus

meningkatkan jumlah koleksi yang dimiliki oleh masing-masing peipustakaan.

Pekeijaan rumah selanjutnya menanti bagi FPPTI Jawa Timur, yaitu

melakukan dokumentasi dan preservasi digital. Salah satu tujuan preservasi

koleksi elektronik tersebut adalah agar mudah diakses dan saat audit tetap dapat

diakses dan ditandai sebagai koleksi dari perpustakaan perguruan tinggi anggota

konsorsium. Salah satu cara adalah menyimpannya dalam pangkalan data dengan

layanan berbasis jaringan intranet, artikel/buku elektronik yang sering

Page 8: BERBAGI DIGITAL RESOURCES · (akses ke informasi, interoperabihtas, dan akuntabilitas), serta inklusi (aksesibilitas dan kcsetaraan). Hal yang sama juga disampaikan oleh La Porta

dipergunakan oleh civitas academica disimpan sebagai rujukan bahan penulisan

karya tulis guna meningkatkan kualitas karya ilmiah dan komunikasi ilmiah

perguruan tinggi.

Praktek baik ini telah dilakukan di beberapa perpustakaan perguruan tinggi

lain secara mandiri. Namun akan lebih ringan beban kerjanya, jika konsorsium

dapat melakukannya secara bersama-sama dan hasilnya disimpan sebagai koleksi

konsorsium. Dokumentasi ini juga akan membantu perpustakaan anggota dalam

penghitungan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan untuk kepentingan

akreditasi.

Peluang lain untuk uicningkatkan komunikasi ilmiah antar anggo.a asosiasi,

sekaligus untuk meningkatkan jumlah koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan

dengan cara yang murah adalah berbagi sumber daya repositori institusi.

Repositori institusi berisi berbagai macam luaran dari institusi tersebut, termasuk

di dalamnya karya akhir mahasiswa, materi pembelajaran, dan buku yang

dihasiikan oleh civitas academica univei-sitas (Lynch, 2003; Jain, 2010;

Armbruster, 2010).

Repositori institusi yang terdiri atas lesis/disenasi/karya akhir, diproduksi

oleh civitas academica secara rutin dan tidak berbiaya. Meskipun demikian,

repositori institusi merupakan nilai strategik bagi sebuah institusi karena memiliki

ciri sebagai sumber daya yang memiliki nilai untuk keberlanjutan organisasi yaitu

bernilai tinggi, unik, tidak mudah dipalsukan, dan hanya dimiliki oleh satu

institusi saja (ARL, 2009; Barney, 1991). Sumber daya ini hanya dimiliki oleh

masing-masing perguruan tinggi, tidak ada duplikasi satu sama lain. Keunikan ini

seringkaii menjadi tantangan dalam proses berbagi repositori institusi, karena bisa

jadi ada informasi rahasia, penelitian berkelanjutan yang masih bisa

dikembangkan, dan karya yang berpotensi pada hak paten, serta sesuai dengan

kebijakan institusi masing-masing.

Untuk menjaga keberlanjutan dan meningkatkan visibilitas repositori

institusi tersebut, perlu koordinasi dan kolaborasi dengan dalam institusi dan luar

institusi. Keberlanjutan layanan ini tidak selalu mengenai dana, tapi lebih pada

komitmen organisasi dan kemampuan untuk membangun kolaborasi (ARL, 2009,

8, 33). Peran konsorsium adalah meyakinkan keberlangsungan komitmen

Page 9: BERBAGI DIGITAL RESOURCES · (akses ke informasi, interoperabihtas, dan akuntabilitas), serta inklusi (aksesibilitas dan kcsetaraan). Hal yang sama juga disampaikan oleh La Porta

organisasi anggota untuk tetap bekeija sama dalam berbagi sumber daya repositori

digital. Dengan bergabung dalam konsorsium ini, sumber daya yang terbatas jika

dikumpulkan dan menjadi milik bersama, dan memberikan nilai guna bagi

perguruan tinggi, selain untuk memenuhi kebutuhan borang akreditasi, namun

juga untuk mendukung Tri Dharma perguruan tinggi (Ulum et al., 2015)

Beberapa isu dan tantangan dalam pengembangan repositori institusi yaitu

terkait dengan cakupan repositori, manajemen hak kekayaan intelektual, kebijakan

hak akses, keberlanjutan pendanaan dan pengelolanya (ARL, 2009, 33; Rao, 2007,

689). Konsorsium perlu mempersiapkan beberapa hal, di antaranya yaitu:

a. Pemetaan anggota potensial

Sebagai awalan, perlu dilakukan pemetaan anggota potensial, tidak perlu

langsung merengkuh seluruh anggota dalam kerjasama ini. Lembaga yang

kecil yang tidak memiliki sumber daya yang cukup, seringkali memiliki

tingkat respon yang tinggi dan cepat dalam adopsi inovasi (Guo-Rui, 2007).

Penelitian Wahyuni (2016) menunjukkan bahwa menyiapkan pemimpin opini

dalam sebuah program inovasi, akan membantu meyakinkan pimpinan dan

anggota untuk mengadopsi inovasi tersebut secara lebih luas.

b. Pemetaan kebutuhan pendanaan

Koleksi tesis disertasi di berbagai perpustakaan masih memiliki 2 dua format

yaitu cetak dan elektronik. Untuk yang masih dalam format cetak, maka perlu

didigitasikan, tetapi membutuhkan pendanaan yang besar (Pioum, 2008).

Pilihannya adalah mengabaikan koleksi yang masih dalam bentuk cetak dan

langsung fokus pada koleksi dalam bentuk elektronik.

c. Pemetaan koleksi digital di perpustakaan-perpustakaan anggota

Pemetaan ini mempermudah konsorsium untuk mengambil keputusan koleksi

repositori yang akan dibagi bersama sebagai awalan.

d. Penyiapan Memorandum of Understanding (MOU)

MOU ini mencakup hal-hal berikut ini, yakni pilihan repositori institusi yang

akan dibagi, hak dan kewajiban anggota konsorsium sumber daya digital, hak

akses bagi anggota dan non-anggota, penentuan pengelola, kebijakan akses,

manajemen hak kekayaan intelektual, pendananaan, dan aturan perubahan

yang mungkin teijadi seiring perubahan jaman.

Page 10: BERBAGI DIGITAL RESOURCES · (akses ke informasi, interoperabihtas, dan akuntabilitas), serta inklusi (aksesibilitas dan kcsetaraan). Hal yang sama juga disampaikan oleh La Porta

e. Mendorong kebijakan penggunaan perangkat lunak program antiplagiarisme

Penyediaan program antiplagiarisme merupakan bagian dari menjaga hak

karya intelektual dari para penulis dan peneliti yang masuk dalam repositori

digital konsorsium. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan dari para

akademisi untuk tidak mendukung akses terbuka repositori institusi (Abrizah,

2015). Oleh karena itu, konsorsium perlu untuk mendorong penggunaan

program antiplagiarisme yang mampu membandingkan karya tulis mahasiswa

yang belum disahkan dalam ujian akhir/tertutup, dengan pangkalan data

repositori konsorsium untuk melihat tingkat duplikasi.

f. r cnyiapan naskah pedoman hak kekayaan intelektual

Praktek baik dari beberapa universitas yaitu dengan mencantumkan pedoman

hak kekayaan intelektual dalam naskah pedoman akademiknya (SPS UGM,

2011; MU, 2013).

g. Mengedukasi anggota konsorsium menuju masyarakat ilmiah yang siap

berbagi akses repositori dan sumber daya elekironik. Bagaimanapun juga,

sumber daya digital akan terns berkembang dengan sendirinya sehingga tiba

waktunya akses lebih terbuka dan diterima oleh masyarakat ilmiah (ARL,

2009).

Penutup

Keijasama antara Perguruan Tinggi dalam bentuk berbagi sumber daya

digital (sumber daya elektronik dan repositori institusi) merupakan salah satu

langkah strategik untuk mendorong kineija perguruan tinggi melalui unit keija

perpustakaan. Keijasama dalam bentuk konsorsium perpustakaan yang dimotori

oleh asosiasi perpustakaan dapat nieningkatkan keterbukaan akses, sekaligus

melengkapi borang akreditasi dari sisi sumber daya koleksi, sumber daya

manusia, dan keijasama.

Keijasama pengadaan melalui konsorsium telah dilakukan oleh FPPTl

Jatim. Selanjutnya, kesempatan bekeijasama dalam bentuk dokumentasi dan

preservasi digital sumber daya informasi yang telah dibagi tadi agar tetap

tersimpan dan menjadi kekayaan konsorsium.

Page 11: BERBAGI DIGITAL RESOURCES · (akses ke informasi, interoperabihtas, dan akuntabilitas), serta inklusi (aksesibilitas dan kcsetaraan). Hal yang sama juga disampaikan oleh La Porta

Sementara itu, keijasama berbagi repositori institusi digital melalui

konsorsium dapat menjadi langkah awal menuju open access yang sesungguhnya

dalam ruang Hngkup yang lebih luas. Konsorsium perpustakan dalam ha] ini

berperan sebagai motor penggerak untuk mempersiapkan perpustakaan dan civitas

academica sebagai bagian dari masyarakat ilmiah yang mendukung gerakan open

access. Beberapa langkah perlu dilakukan, yang utama adalah membangun

kepercayaan antar anggota perpustakaan konsorsium, meyakinan manajemen

perguruan tinggi dan civitas academica untuk berbagi sumber daya digital.

Kesetaraan posisi antar anggota menjadi pendorong terciptanya program berbagi

sumber daya digital untuk meningkatkan daya saing perguruan tinggi anggota

konsorsium dalam akreditasi dan visibilitas karya ilmiah civitas academicany^,

serta memperlancar komunikasi ilmiah antar anggota konsorsium pada khususnya,

seita masyarakat ilmiah dunia.

Daftar Pustaka

Abrizah, A., Hilmi, M., & Kassim, N. A., 2015, Resource-sharing through aninter-institutional repository. The Electronic Library. 33(4), 730-748.Retrieved from http://search.proquest.com/docview/1697397908?accountid=l 3771.

ARL, 2009, The research Library's Role in Digital Repositoj'y Services, FinalReport of ARL Digital repository Issue Task Force, Januaiy 2009.

Armburster, C. and Romary, L., 2010, Comparing repository tvpes: Challengesand barriers for subject-based repositories, research repositories, nationalrepository systems and institutional repositories in serving scholarlycommunication, https://arxiv.org/'ftp/arxiv/papers/l003/1003.4187.pdf.

BAN-PT, 2015, Borang Akreditasi Perguruan Tinggi Program Studi. Jakarta:BAN-PT.

BAN-PT, 2015, Borang Akreditasi Program Studi Diploma Baru. Jakarta: BAN-PT.

BAN-PT, 2015, Borang Akreditasi Perguruan Tinggi Program Studi Magister.Jakarta: BAN-PT.

Barney, J., 1991, Firm Resources and Sustained Competitive Advantage, Journalof Management Vol. 17 (1), p. 99-120.

Budd, J. M., 1998, Changing Academic Library. ACRL Publication Series.Engelwood, Colo: Libraries unlimited.

EIFL, 2014, 10 reason to become EIFL Partners Country.http://www.eifl.net/svstem/files/resources/201408/benefits of ioining_eifl_cm.pdf.

Page 12: BERBAGI DIGITAL RESOURCES · (akses ke informasi, interoperabihtas, dan akuntabilitas), serta inklusi (aksesibilitas dan kcsetaraan). Hal yang sama juga disampaikan oleh La Porta

Farida, I., Tjakraatmadja, J. H., Firman, A., & Basuki, S., 2015, A conceptualmodel of open access institutional repository in Indonesia academiclibraries, Management. 36{\), 168. Retrieved from

http://search.proquest.com/docview/1648548112?accountid=13771Jain, P., 201, New trends and future applications/directions of institutional

repositories in academic institutions. Z.Xruo' Review. 60{2), 125-141.doi:http://dx.doi.org/l 0.1108/00242531111113078.

Monash University, 2013, Statute 11.2 - intellectual property: made by theMonash University Council version incorporating amendments as at 10July 2013.

Perpustakaan Nasional RI., 2015, Instrumen akreditasi perpustakaan. Jakarta:Perpustakaan Nasional RI.

Porta, R. L., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A., & Vishny, R. W., 1997, Trust inlarge organizations. The Ameriran Economic Review, 57(2), 333-338.Retrieved from

httt)://search.proquest.com/docview/233036449?accountid-13771.Prasetiawan, I. B., 2015, Membangun konsorsium e-reources di perguruan tinggi.

Materi presentasi dalam Semiloka Nasional Kepustakawanan Indonesia2015. Bandung. 19-21 Agustus 2015.

Surachman, A, 2011, Jaringan Perpustakaan Digital di Indonesia: Pembelajarandari Indonesia DLN, inherent DL, Portal Garuda, Jogja Library for All(JLA), dan Jogjalib.Net (DLN), dalam Prosiding Konferensi perpustakaanDigital Indonesia ke-4, Banjarmasin, 11-13 September 2011. Jakarta:Perpustakaan Nasional.

Pendit, P.L., 2011, Interoperabilitas dalam Pengembangan Perpustakaan Digital:Sisi Pandang Kebijakan Teknologi, dalam Prosiding Konferensiperpustakaan Digital Indonesia ke-4. B" anjarmasin. 11-13 September 2011,Perpustakaan Nasional, Jakarta.

Piorun, M. «& Palmer, L. A., 2008. Digitizing Dissertations for an InstitutionalRepository: A Process and Cost Analysis. Journal of Medical LibraryAssociation, 96(3), 223-229. Doi: 10.3163/1536-5050.96.3.008.

Rao, P. V. , 2007, Institutional Repositories: A Key Role for Libraries, theInternational CALIBER 2007, Panjab University Chamdigarh, 08-09February 2007.

Ulum, A., Munawaroh, Iswara, V. W., dan Mamahit, S. K., 2015, Tantangan DanPeluang Konsorsium Jumal Elektronik : Studi Kasus Forum PerpustakaanPerguruan Tinggi Indonesia Provinsi Jawa Timur (FPPTI Jatim), MakalahDalam Semiloka Nasional Kepustakawanan Indonesia 2015, Bandung, 19-21 Agustus 2015.

UNESCO, 2015, Global Access Portal: Leshoto http://www.unesc0.0rg/_new/en/communication-and-infomiation/portals-and-platforms/goap/access-bv-region/africa/lesotho/.

Wahyuni, N.C., 2016, Adopsi Inovasi Sistem Informasi Perpustakaan UniversitasGadjah Mada: Dari Perspektif Teori Difiisi Inovasi, Tesis UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta.