Web viewBelajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan ... guru menggunakan metode...
Click here to load reader
Transcript of Web viewBelajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan ... guru menggunakan metode...
PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini adalah tidak lain
sebagai bukti nyata dari keberhasilan para kaum terpelajar yang selalu haus akan
ilmu pengetahuan. Mereka tidak pernah menghindarkan diri dari perbuatan belajar
dan selalu belajar. Berbagai teori diciptakan. Muncul teori baru, ilmu pun bertambah.
Teori lama dikoreksi dan dikritik dan akhirnya ada diantara teori itu tumbang dan
muncullah teori baru. Begitulah adanya. Itulah hasil daya cipta dan kreatifitas orang-
orang yang ingin kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu belajar sangat diperlukan untuk memperoleh pengetahuan
yang sebanyak-banyaknya agar tidak dikatakan sebagai orang yang bodoh. Kata
“bodoh” sangat tidak enak didengar bahkan sampai menyakitkan hati, karena kata
“bodoh” sering diterjemahkan sebagai orang yang tidak atau kurang sekali dalam
penguasaan ilmu pengetahuan. “bodoh” adalah suatu kata yang sangat populer
untuk menyudutkan orang pada deerajat yang sangat rendah. Walaupun derajatnya
tidak serendah binatang, dengan alasan manusua mempunyai kelebihan, yaitu
“akal”. Dengan akallah manusia memberantas kebodohan. Dengan ilmulah manusia
memberantas kemiskinan ilmu. Dengan ilmulah akan tercipta nur yang terang dalam
menatap masa depan.
Ilmu itu sangat luas. Dunia ini penuh misteri. Sebagian besar misteri dunia ini
akan tersingkap dengan melakukan kegiatan belajar. Belajar untuk mendapatkan
ilmu sama halnya berenang dilautan ilmu. Berenang dilautan ilmu berarti berenang
mencari nur. Ilmu adalah nur. Nur itu adalah cahaya. Cahaya itu adalah terang.
Maka belajar untuk mencari ilmu sama halnya mencari cahaya. Dengan cahaya
dunia ini menjadi terang. Seandainya ilmu diumpamakan sebagai “matahari” yang
menerangi jagat rayat ini dan biasanya menembus relung-relung kegelapan, maka
tak ayal lagi bahwa ilmu adalah suatu kekuatan yang sangat ampuh untuk
menghancurkan benteng kegelapan akal yang membelenggu dan memberantas
kesempitan berpikir.
1
PEMBAHASAN
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan
tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit
(tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut
individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah:
a. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau
pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan evaluasi.
b. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-
reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan,
partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
c. Sikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri
dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
Belajar Menurut Pandangan B.F.SkinerBelajar menurut pandangan B.F.Skiner (1958) adalah suatu proses adaptasi
atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut Skiner
dalam belajar ditemukan hal-hal berikut :
1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar,
2. Respon si belajar,
3. Konsekwensi yang bersifat menggunakan respon tersebut,baik konsekwensinya
sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman.
Skinner membagi dua jenis respon dalam proses belajar yakni :
1. respondents response yaitu respon yang terjadi karena stimuli khusus,
perangsang-perangsang yang demikian ini mendahului respons yang
ditimbulkannya.
2. operants conditioning dalam clasical condotioning menggambarkan suatu situasi
belajar dimana suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung
yaitu respon yang terjadi karena situasi random.
2
Menurut Skinner mengajar itu pada hakekatnya adalah rangkaian dari
penguatan yang terdiri dari suatu peristiwa dimana prilaku terjadi, perilaku itu sendiri,
dan akibat perilaku.
Belajar Menurut Pandangan Robert M. GagneMenurut Gagne (1970), Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan
hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebab oleh stimulasi yang
berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Belajar
terdiri dari tiga komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari
lingkungan dari acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan
internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan informasi
verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Robert M. Gagne mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk suatu
hirarki dari paling sederhana sampai paling kompleks yakni :
1. Belajar tanda-tanda atau isyarat (Signal Learning) yang menimbulkan
perasaan tertentu, mengambil sikap tertentu,yang dapat menimbulkan perasaan
sedih atau senang.
2. Belajar hubungan stimulus-respons (Stimulus Response-Learning)dimana
respon bersifat spesifik, tidak umum dan kabur.
3. Belajar menguasai rantai atau rangkaian hal (Chaining Learning) mengandung
asosiasi yang kebanyakan berkaitan dengan keterampilan motorik.
4. Belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal (Verbal Association) bersifat
asosiatif tingkat tinggi tetapi fungsi nalarlah yang menentukan.
5. Belajar membedakan atau diskriminasi (Discrimination Learning) yang
menghasilkan kemampuan membeda-bedakan berbagai gejala.
6. Belajar konsep-konsep (Concept Learning) yaitu corak belajar yang menentukan
ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pula pada berbagai
objek.
7. Belajar aturan atau hukum-hukum (Rule Learning) dengan cara mengumpulkan
sejumlah sifat kejadian yang kemudian dalam macam-macam aturan.
3
8. Belajar memecahkan masalah (Problem Solving) menggunakan aturan-aturan
yang ada disertai proses analysis dan penyimpulan.
Inti dari pembelajaran tersebut adalah interaksi dan proses untuk mengungkapkan
ilmu pengetahuan oleh pendidik dan peserta didik yang menghasilkan suatu hasil
belajar.
Dalam pemprosesan informasi terdapat tiga komponen utama didalamnya,
yaitu:
MEMORI JANGKA PENDEK
MEMORI JANGKA PANJANG
REGISTER PENGINDERAAN
Penyebab lupa yang terjadi pada proses interferensi, yaitu :
Hambatan Proaktif : Dimana berinterferensi dengan tugas yang dipelajari
kemudian
Hambatan Retroaktif : Dimana apabila mempelajari suatu tugas kedua membuat
seseorang lupa apa yang telah dipelajari sebelumnya
Belajar Menurut Pandangan Jean PiagetAda tiga aspek perkembangan intelektual yang diteliti oleh Jean Piaget yaitu :
1. Struktur, yaitu ada hubungan fungsional antara tindakan pisik, tindakan mental,
dan perkembangan berpikir logis anak.
2. Isi, yaitu pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang
diberikannya terhadap berbagai masalah atau masalah yang dihadapinya.
3. Fungsi, yaitu cara yanag digunakan organisme untuk membuat kemajuan
intelektual.
Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa belajar dalam hal ini dapat
mengandung makna sebagai perubahan struktural yang saling melengkapi antara
asimilasi dan akomodasi dalam proses menyusun kembali dan mengubah apa yang
telah diketahui melalui belajar.
Menurut Piaget ada empat tahapan perkembangan kognisi manusia, sebagai
berikut :
4
1. Tingkat Sensorimotor (0-2 thn)
Anak mulai belajar dan mengendalikan lingkungannya melalui kemampuan
panca indra dan gerakannya. Perilaku bayi pada tahap ini semata-mata
berdasarkan pada stimulus yang diterimanya. Sekitar usia 8 bulan, bayi memilki
pengetahuan object permanence yaitu walaupun object pada suatu saat tidak
terlihat didepan matanya, tidak berarti objek tersebut tidak ada. Sebelum usia 8
bulan bayi pada umumnya beranggapan bahwa benda yang tidak mereka lihat
berarti tidak ada. Pada tahap ini, bayi memiliki dunianya berdasarkan
pengamatannya atas dasar gerakan/aktivitas yang dilakukan orang-orang
disekelilingnya.
2. Tahap Preoporational (2-7 thn)
Anak-anak pada tahap ini sudah mampu berpikir sebelum bertindak, meskipun
kemampuan berpikirnya belum sampai pada tingkat kemampuan berpikir logis.
Masa 2-7 thn, kehidupan anak juga ditandai dengan sikap egosentris, dimana
mereka berpikir subyektif dan tidak mampu melihat obyektifitas pandangan
orang lain, sehingga mereka sukar menerima pandangan orang lain. Ciri lain
dari anak yang perkembangan kognisinya ada pada tahap preporational adalah
ketidakmampuannya membedakan bahwa 2 objek yang sama memiliki masa,
jumlah atau volume yang tetap walaupun bentuknya berubah-ubah. Karena
belum berpikir abstrak, maka anak-anak di usia ini lebih mudah belajar jika guru
melibatkan penggunaan benda yang konkrit daripada menggunakan hanya
kata-kata saja.
3. Tahap Concrete (7-11 thn)
Pada umumnya, pada tahap ini anak-anak sudah memiliki kemampuan
memahami konsep konservasi (concept of conservacy), yaitu meskipun suatu
benda berubah bentuknya, namun masa, jumlah atau volumenya adalah tetap.
Anak juga sudah mampu melakukan observasi, menilai dan mengevaluasi
sehingga mereka tidak se-egosentris sebelumnya. Kemampuan berpikir anak
pada tahap ini masih dalam bentuk konkrit, mereka belum mampu berpikir
abstrak, sehingga mereka juga hanya mampu menyelesaikan soal-soal
pelajaran yang bersifat konkrit. Aktifitas pembelajaran yang melibatkan siswa
5
dalam melibatkan siswa dalam pengalaman langsung sangat efektif
dibandingkan dengan penjelasan guru dalam bentuk verbal (kata-kata).
4. Tahap Formal Operations (11 thn ke atas)
Pada tahap ini, kemampuan siswa sudah berada pada tahap berpikir abstrak.
Mereka mampu mengajukan hipotesa, menghitung konsekuensi yang mungkin
terjadi serta menguji hipotesa yang mereka buat. Kalau dihadapkan pada suatu
persoalan, siswa pada tahap perkembangan formal operational mampu
memformulasikan semua kemungkinan dan menentukan kemungkinan yang
mana yang paling mungkin terjadi berdasarkan kemampuan berpikir analistis
dan logis.
Walaupun pada mulanya, piaget beranggapan bahwa pada usia sekitar 15
tahun, hampir semua remaja akan mencapai tahap perkembangan formal operation
ini. Namun kenyataan membuktikan bahwa banyak siswa SMU bahkan sebagian
orang dewasa sekali pun tidak memiliki kemampuan berpikir dalam tingkat ini.
Belajar Menurut Pandangan Carl R. RogersMenurut pendapat Carl R. Rogers (Ahli Psikoterapi) praktek pendidikan
menitik beratkan pada segi pengajaran, bukuan pada siswa yang belajar. Praktek
tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan
pelajaran.
Langkah-langkah dan sasaran pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru
menurut Rogers adalah meliputi : guru memberi kepercayaan kepada kelas agar
kelas memilih belajar secara terstruktur, guru dan siswa membuat kontrak belajar,
guru menggunakan metode inquiri atau belajar menemukan (discovery learning),
guru menggunakan metode simulasi, guru mengadakan latihan kepekaan agar
siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain, guru
bertindak sebagai fasilitator belajar dan sebaiknya guru menggunakan pengajaran
berprogram agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreatifitas dalam
belajar (Dimyati dan Mudjiono, 1999:17).
6
Jadi dapat ditegaskan belajar menurut Carl R. Rogers adalah untuk
membimbing anak kearah kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik
dan yang buruk, dapat melakukan pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan
penuh tanggung jawab sebagai hasil belajar. Kebebasan itu hanya dapat di pelajari
dengan memberi anak didik kebebasan sejak mulanya sejauh ia dapat memikulnya
sendiri, hal ini dilakukan dalam konteks belajar.
Belajar Menurut Pandangan Benjamin BloomKeseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hirarki atau taksonomi menurut
Benjamin Bloom (1956) menjadi tiga kawasan (dominan) yaitu : domain kognitif
mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas 6 macam
kemampuan yang disusun secara hirarki dari yang paling sederhana sampai yang
paling kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis dan
penilaian; domain afektif mencakup kemampuan-kemapuan emosional dalam
mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan
emosional disusun secara hirarki yaitu kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai,
pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri; domain psikomotor yaitu kemampuan-
kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari :
gerakan repleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani,
gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif.
Jadi dapat ditegaskan bahwa belajar adalah perubahan kualitas kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai
pribadi, masyarakat, maupun sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
Belajar Menurut Pandangan Jerome S. BrunerMenurut Bruner (1960) dalam proses belajar dapat dibedakan dalam tiga
fase yaitu : informasi, transpormasi dan evaluasi.Bruner mengemukan empat tema
pendidikan, tema pertama mengemukan pentingnya arti struktur pengetahuan, tema
kedua ialah tentang kesiapan (readines) untuk belajar, tema ketiga menekankan nilai
intuisi dalam proses pendidikan, tema keempat ialah tentang motivasi atau keinginan
7
untuk belajar, dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang
motivasi itu.
Bruner menyimpulkan bahwa pendidikan bukan sekedar persoalan teknik
pengelolaan informasi, bahkan bukan penerapan teori belajar di kelas atau
menggunakan hasil ujian prestasi yang berpusat pada mata pelajaran.
Teori Belajar Kogntif: Konsep Dasar dan Strateginya. Teori Belajar
Penemuan (Discovery Learning). yang disampaikan oleh Jerome Bruner Merupakan
suatu pendekatan dalam belajar, dimana siswa berinteraksi dengan lingkungannya
dengan jalan mengeksplor dan memanipulasi obyek, bergulat dengan sejumlah
pertanyaan dan kontroversi atau melakukan percobaan. Ide dasar dari teori ini
adalah siswa akan mudah mengingat suatu konsep jika konsep tersebut mereka
dapatkan sendiri melalui proses belajar penemuan. (Prinsip belajar : selidiki/inquiri
dan temukan/discover).
Jerome Bruner juga memperkenalkan konsep perkembangan kognisi anak-
anak yang mewakili 3 bentuk representasi:
1. Enactive: Pengetahuan anak diperoleh dari aktivitas gerak yang dilakukannya
seperi pengalaman langsung atau kegiatan konkrit
2. Iconic: Masa ketika pengetahuan anak diperoleh melalui sajian gambar atau
grafis lainnya seperti film dan gambar statis.
3. Symbolic: Suatu tahap dimana anak mampu memahami atau membangun
pengetahuan melalui proses bernalar dengan menggunakan simbol bahasa
seperti kata-kata atau simbolisasi abstrak lainnya.
Belajar Menurut Pandangan David AusebelTeori yang disampaikan oleh David Ausebel (1969). Beliau berpendapat
bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kongitif siswa melalui proses
belajar yang bermakna. Bermakna yaitu materi pelajaran yang baru match dengan
konsep yang ada dalam struktur kognisi siswa.
Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausebel beranggapan bahwa aktivitas
belajar siswa, terutama meraka yang berada di tingkat pendidikan dasar akan
bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun siswa
8
pada pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu.
Untuk mereka, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep,
demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
Menurut Ausubel, ada dua macam proses belajar yakni belajar bermakna
dan belajar menghafal.
Langkah-langkah yang biasanya dilakukan untuk menerapkan belajar
bermakna Ausebel sebagai berikut :
1. Advance Organizer (Handout)
Penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa diharapkan siswa
secara mental akan siap untuk menerima materi kalau mereka mengatahui
sebelumnya apa yang akan disampaikan guru.
2. Progressive Differensial
Materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya bertahap. Diawali dengan
hal-hal atau konsep yang umum, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus,
disertai dengan contoh-contoh.
3. Integrative Reconciliation
Penjelasan yang diberikan oleh guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-
konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari.
4. Consolidation
Pemantapan materi dalam bentuk menghadirkan lebih banyak contoh atau
latihan sehingga siswa bisa lebih paham dan selanjutnya siap menerima materi
baru.
Belajar bermakna berarti informasi baru diasimilasikan dalam struktur
pengertian lamanya. Belajar menghafal hanya perlu bila pembelajar mendapatkan
fenomena atau informasi yang sama sekali baru dan belum ada hubungannya dalam
struktur pengertian lamanya. Dengan cara demikian, pengetahuan pembelajar selalu
diperbarui dan dikonstruksikan terus-menerus. Jelaslah bahwa teori belajar
bermakna Ausubel bersifat konstruktif karena menekankan proses asimilasi dan
asosiasi fenomena, pengalaman, dan fakta baru ke dalam konsep atau pengertian
yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.
9
Berlandaskan teori Piaget dan dipengaruhi filsafat sainsnya Toulmin yang
mengatakan bahwa bagian terpenting dari pemahaman manusia adalah
perkembangan konsep secara evolutif, dengan terus manusia berani mengubah ide-
idenya, Posner dkk lantas mengembangkan teori belajar yang dikenal dengan teori
perubahan konsep. Tahap pertama dalam perubahan konsep disebut asimilasi,
yakni siswa menggunakan konsep yang sudah dimilikinya untuk menghadapi
fenomena baru. Namun demikian, suatu ketika siswa dihadapkan fenomena baru
yang tak bisa dipecahkan dengan pengetahuan lamanya, maka ia harus membuat
perubahan konsep secara radikal, inilah yang disebut tahap akomodasi.
Tugas pendidikan adalah bagaimana dua tahap tersebut bisa terus
berlangsung dengan terus memberi tantangan sehingga ada ketidakpuasan
terhadap konsep yang telah ada. Praktik pendidikan yang bersifat hafalan seperti
yang selama ini berlangsung jelas sudah tidak memadai lagi, bahkan bertentangan
dengan hakikat pengetahuan dan proses belajar itu sendiri.
Strategi KognitifStrategi kognitif merupakan keterampilan yang terorganisasi dari dalam yang
fungsinya untuk mengatur dan memonitor penggunaan konsep dan aturan atau
kemampuan internal yang terorganisasi yang dapat membantu siswa dalam proses
belajar, proses berpikir, memecahkan masalah dan mengambil keputusan (Gagne,
1974). Stretegi kognitif merupakan kemampuan tertinggi dari domain kognitif
(Gagne’s Taxonomy) setelah analisis, sintesis dan evaluasi (Bloom Taxonomy).
Adapun jenis Strategi Kognitif, antara lain :
1. Strategi memperhatikan dan melakukan pengamatan secara efektif
2. Strategi meng-encode materi yang dihadapi untuk penyimpanan jangka panjang
(image forming, focusing, scanning dsb)
3. Strategi mengingat kembali (retrival), (mnemonic system, visual images,
rhyming)
4. Strategi pemecahan masalah
Pemerolehan Strategi Kognitif kerapkali segera diperoleh dan
penggunaannya makin dapat diandalkan melalui latihan dan praktek.
10
Kondisi belajar untuk strategi kognitif, ditentukan oleh dua hal :
1. Kondisi dalam diri pelajar
2. Memahami konsep dengan mengatakan berkali-kali dalam hal menghafal
3. Kondisi dalam situasi belajar
4. Strategi yang berorientasi pada tugas dan ditemukan sendiri oleh pembelajar
Teori Kognitif: Pendekatan KonstruktivismePada dasarnya pengetahuan yang kita miliki adalah konstruktivisme
(bentukan) kita sendiri (Von Glaseserfeld, 1996). Seseorang yang belajar akan
membentuk pengertian, ia tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang
diajarkan atau yang ia baca, melainkan menciptakan pengertian baik secara
personal maupun sosial (Resnick, 1983 ; Bettencourt, 1989). Pengetahuan tersebut
dibentuk melalui interaksi dengan lingkungannya.
Agar dapat mengerti sesuatu yang dipelajari, maka pembelajar harus bisa
menemukan, mengorganisir, menyimpan, mengemukakan dan memikirkan suatu
konsep atau kejadian dalam proses yang aktif dan konstruktif. Melalui proses
pembentukan konsep yang terus menerus maka pengertian bisa dibangun
(Bettencourt, 1989).
Menurut Pandangan Konstruktivisme Mengajar bukanlah memindahkan
pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan
siswa membangun sendiri pengetahuannya (Bettencourt, 1989).
Berpikir yang baik lebih penting daripada mempunyai jawaban yang benar
(Von Glasersfeld, 1989).
Gagasan Konstruktivisme Tentang Pengetahuan, Siswa mengkonstruksi
skema kognitif, kategori, konsep dan struktur dalam membangun pengetahuan,
sehingga setiap siswa memiliki skema kognitif, kategori dan struktur yang berbeda
Proses abstraksi dan refleksi seseorang menjadi sangat berpengaruh dalam
kontribusi pengetahuan (Reflection/abstraction as primary).
Faktor Yang Mempengaruhi Konstruksi Pengetahuan
1. Hasil konstruksi yang telah dimiliki (Constructed Knowledge)
2. Domain pengalaman (Domain Of Experience)
11
3. Jaringan struktur kognitif (Existing Cognitive Structure)
Makna Belajar Dalam Konstruktivisme
a. Belajar berarti membentuk makna
b. Konstruksi merupakan proses yang terus menerus
c. Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi proses pengembangan
pemikiran dengan membuat pengertian
Peran Dalam Pembelajaran Konstruktivisme
a. Menyediakan pengalaman belajar
b. Memberikan kegiatan yang merangsang keingintahuan mahasiswa
c. Menyediakan sarana yang membuat mahasiswa berpikir produktif
d. Memonitor dan mengevaluasi hasil belajar mahasiswa
Proses Pembelajaran Konstruktivisme
a. Orientasi (Apersepsi)
b. Elisitasi, Pengungkapan ide siswa
c. Restrukturisasi ide : (menjelaskan ide, berargumentasi, membangun ide baru
dan mengevaluasi ide baru)
Strategi Pembelajaran Konstruktivisme antara lain Student-Centered
Learning Strategis, dimana siswa belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif dan
kolaboratif, self-regulated learning dan generative learning.
Implikasi Konstruktivisme terhadap Proses Belajar
Berdasarkan prinsip bahwa ”Dalam belajar seseorang harus mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya”, maka guru hendaknya mengusahakan agar murid aktif
berpartisipasi dalam membangun atau mengkonstruksi pengetahuannya.
Ada dua pertanyaan yang perlu dicermati guru, yaitu :
1. Pengalaman-pengalaman apa yang harus disediakan bagi para siswa supaya
dapat memperlancar proses belajar
2. Bagaimana pembelajar dapat mengungkapkan atau menyajikan apa yang telah
mereka ketahui untuk memberi arti pada pengalaman-pengalaman itu (Tobin,
Trippin dan Gallard, 1994)
Model pembelajaran yang menggambarkan prinsip konstruktivisme :
kesempatan yang luas bagi siswa untuk mengungkapkan gagasan dan
12
pemikirannya, siswa dibantu untuk lebih berpikir dan merefleksikan pengetahuan
mereka dalam kegiatan seperti : diskusi kelompok, debat, menulis paper, membuat
laporan penelitian dimajalah, berdiskusi dengan para ahli, meneliti dilapangan,
mengungkapkan pertanyaan dan sanggahan terhadap apa yang disampaikan guru,
dll.
Teori KonstruktivismeLebih dua dasa warsa terakhir ini, dunia pendidikan mendapat sumbangan
pemikiran dari teori konstruktivisme sehingga banyak negara mengadakan
perubahan-perubahan secara mendasar terhadap sistem dan praktik pendidikan
mereka, bahkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pun tak luput dari pengaruh
teori ini. Paul Suparno dalam “Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan” mencoba
mengurai implikasi filsafat konstruktivisme dalam praktik pendidikan.
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld).
Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan
yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan
seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan
untuk membentuk pengetahuan tersebut.
Jika behaviorisme menekankan ketrampilan atau tingkah laku sebagai tujuan
pendidikan, sedangkan maturasionisme menekankan pengetahuan yang
berkembang sesuai dengan usia, sementara konstruktivisme menekankan
perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai
konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun
pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang
pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berguna
untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan
sendiri oleh masing-masing orang. Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah
ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses itu
keaktivan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.
13
Jean Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat
konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi
kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik
dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur pemikiran
manusia. Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan
persoalan yang harus ditanggapinya secaca kognitif (mental). Untuk itu, manusia
harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan,
menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan
cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang.
konsep belajar cepat yang bagus dan tentunya juga menyenangkan yakni bisa dilakukan dengan cara:
1. Motivating your mind (memotivasi pikiran)
Langkah pertama dalam belajar cepat adalah motivasi. Ini penting sekali.
Berapa banyak orang yang berusaha untuk belajar tanpa motivasi? Mereka
menganggap belajar sebagai suatu bentuk "penderitaan" Dengan sikap seperti
ini bisa dibilang secara bawah sadar otak akan menolak informasi yang masuk
karena dianggap negatif! Jelas saja kita jadi sangat sulit belajar. Bandingkan
dengan orang yang termotivasi, yang menganggap belajar itu seru dan
mengasyikkan. Secara bawah sadar otak akan dengan senang hati
mempersilakan informasi untuk masuk.
2. Acquiring the information (memperoleh informasi)
Ada tiga gaya belajar utama, yaitu visual (melalui penglihatan), auditori (melalui
pendengaran), dan kinestetik (melalui tindakan). Kita akan lebih cepat
menangkap informasi kalau kita belajar sesuai dengan gaya belajar kita. Oleh
karenanya kita perlu mengenali gaya belajar yang cocok untuk kita lalu
mempraktekkannya. Hasilnya kita akan lebih cepat menangkap informasi.
3. Searching out the meaning (menyelidiki makna)
Sekedar membiarkan informasi masuk sama sekali tidak cukup. Kita harus
berusaha untuk mendapatkan makna dari informasi itu. Ini sama seperti
mencerna informasi yang masuk sampai memahami hakikatnya luar dalam. Jadi
14
bukan hanya menghafalkan fakta, tapi terus maju sampai memahami
konteksnya dan penerapannya untuk hal-hal lain. Berapa banyak orang yang
hanya berusaha menghafal fakta tanpa memahami maknanya ?
4. Triggering the memory (memicu memori)
Memahami makna merupakan hal yang sangat penting, tapi kita juga harus
mampu mengingat fakta. Banyak orang yang punya daya ingat luar biasa.
5. Exhibiting what you know (memamerkan apa yang anda ketahui)
Memamerkan di sini bukan berarti sok tahu. Yang dimaksud adalah kita harus
berusaha membagikan ilmu kita ke orang lain. Saat membagikan ilmu ke orang
lain kita justru akan mendapatkan lebih banyak lagi! Misalnya seorang guru
kadang lebih cepat paham dan menguasai materi pelajarannya tentang materi
pelajarannya setelah dia mengajarkannya pada murid-muridnya.
6. Reflecting what you've learned (merefleksikan bagaimana Anda belajar)
Pada langkah ini Kita mesti mengevaluasi cara belajar kita, Sebab setiap orang
punya cara belajar yang unik yang berbeda dengan orang lain. Kita mesti
mengembangkan gaya belajar pribadi yang paling cocok dengan kita. Dan ini
tentu tidak bisa dicapai dalam waktu semalam. Kita harus mencoba,
mengevaluasi, memperbaiki apa yang kurang, lalu mencoba lagi, dan seterusnya.
Dengan terus mengevaluasi perlahan-lahan gaya belajar kita akan semakin tajam
dan cocok dengan kita.
15
PENUTUP
Kesimpulan- Belajar menurut pandangan B.F.Skiner (1958) adalah suatu proses adaptasi
atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
- Menurut Gagne (1970), Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil
belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebab oleh stimulasi yang
berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.
- Belajar Menurut Pandangan Jean Piaget ditegaskan bahwa belajar dalam hal
ini dapat mengandung makna sebagai perubahan struktural yang saling
melengkapi antara asimilasi dan akomodasi dalam proses menyusun kembali
dan mengubah apa yang telah diketahui melalui belajar.
- Belajar menurut Carl R. Rogers adalah untuk membimbing anak kearah
kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik dan yang buruk,
dapat melakukan pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan penuh
tanggung jawab sebagai hasil belajar. Kebebasan itu hanya dapat di pelajari
dengan memberi anak didik kebebasan sejak mulanya sejauh ia dapat
memikulnya sendiri, hal ini dilakukan dalam konteks belajar.
- Menurut Pandangan Benjamin Bloom belajar adalah perubahan kualitas
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk meningkatkan taraf
hidupnya sebagai pribadi, masyarakat, maupun sebagai mahluk Tuhan Yang
Maha Esa.
- Menurut Bruner (1960) dalam proses belajar dapat dibedakan dalam tiga fase
yaitu : informasi, transpormasi dan evaluasi.
- Teori yang disampaikan oleh David Ausebel (1969). Beliau berpendapat
bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kongitif siswa melalui
proses belajar yang bermakna. Bermakna yaitu materi pelajaran yang baru
match dengan konsep yang ada dalam struktur kognisi siswa.
16
PesanOrang bijak mengatakan bahwa dengan seni hidup menjadi indah, dengan kitab suci
(alquran) hidup menjadi terarah, dan dengan ilmu ditaklukkan dunia, maka dengan
itulah carilah ilmu itu, taklukkan duniamu dengan ilmu itu, maka itu belajar dan
belajarlah supaya kau mendapatkan ilmu itu.
Wassalam....
Kelompok 1
17