BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN...

25
Bentuk Toleransi Antar Umat Beragama Di Kalangan Siswa SMK Kristen Pancasila BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN DALAM RANGKA MEMPERKOKOH PERSATUAN BANGSA Ni Made Rima Prihandini 10040254221 (PPKn, FIS, UNESA) [email protected] I Made Suwanda 0009075708 (PPKn, FIS, UNESA) [email protected] Abstrak Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa, budaya, ras, dan bahasa. Kondisi ini memungkinkan terjadinya konflik yang mewarnai, namun hal ini dapat dicegah dengan adanya rasa toleransi sejak usia muda. Salah satu contoh toleransi yang diterapkan pada usia remaja terdapat di SMK Kristen Pancasila Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan. SMK Kristen ini meskipun memakai nama sebuah agama, namun memiliki siswa yang berbeda keyakinan. Ada pula siswa yang menganut agama Islam selain mayoritas siswa beragama Kristen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai apa saja yang diterapkan dalam menjaga toleransi antar umat beragama dan bentuk-bentuk toleransi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah dengan menggunakan teori difusi dari Koentjaraningrat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang akan memaparkan data yang luas dan mendalam. Tempat penelitian berada di SMKK Pancasila dengan informan Kepala Sekolah, Guru PPKn, Guru Agama Islam dan Kristen, serta siswa-siswi yang berbeda agama. Teknik pengumpulan data yang digunakn berupa observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data mulai dari pengumpulan data, reduksi data, deskripsi data dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian nilai-nilai yang melandasi kehidupan bertoleransi siswa-siswi dalam kehidupan sehari-hari adalah nilai agama, nilai budaya, nilai nasionalisme dan nilai kesabaran. Sedangkan bentuk-bentuk dari toleransi yang diterapkan dalam kehidupan sehari- hari di sekolah adalah dengan adanya perayaan hari raya masing-masing agama yang selalu dihadiri oleh siswa-siswi yang berlainan agama untuk menghormati tiap-tiap agama yang ada. Kata Kunci : Toleransi, Siswa Muslim dan Kristen, dan Persatuan Bangsa Abstract Indonesia is a multicultural country which has many tribe, culture, and religion. For sure there are many conflict that burst the nation life. But there are also many ways to prevent the conflict. One of something is tolerance education since young age. For example, tolerance life that do in teenager age is located in Pancasila Christian Vocational School Kawedanan District Magetan Regency. 226

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : Ni Made Prihandini, I Suwanda,

Transcript of BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN...

Page 1: BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN DALAM RANGKA MEMPERKOKOH PERSATUAN BANGSA

Bentuk Toleransi Antar Umat Beragama Di Kalangan Siswa SMK Kristen Pancasila

BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN DALAM RANGKA MEMPERKOKOH

PERSATUAN BANGSA

Ni Made Rima Prihandini10040254221 (PPKn, FIS, UNESA) [email protected]

I Made Suwanda0009075708 (PPKn, FIS, UNESA) [email protected]

AbstrakIndonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa, budaya, ras, dan bahasa. Kondisi ini memungkinkan terjadinya konflik yang mewarnai, namun hal ini dapat dicegah dengan adanya rasa toleransi sejak usia muda. Salah satu contoh toleransi yang diterapkan pada usia remaja terdapat di SMK Kristen Pancasila Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan. SMK Kristen ini meskipun memakai nama sebuah agama, namun memiliki siswa yang berbeda keyakinan. Ada pula siswa yang menganut agama Islam selain mayoritas siswa beragama Kristen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai apa saja yang diterapkan dalam menjaga toleransi antar umat beragama dan bentuk-bentuk toleransi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah dengan menggunakan teori difusi dari Koentjaraningrat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang akan memaparkan data yang luas dan mendalam. Tempat penelitian berada di SMKK Pancasila dengan informan Kepala Sekolah, Guru PPKn, Guru Agama Islam dan Kristen, serta siswa-siswi yang berbeda agama. Teknik pengumpulan data yang digunakn berupa observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data mulai dari pengumpulan data, reduksi data, deskripsi data dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian nilai-nilai yang melandasi kehidupan bertoleransi siswa-siswi dalam kehidupan sehari-hari adalah nilai agama, nilai budaya, nilai nasionalisme dan nilai kesabaran. Sedangkan bentuk-bentuk dari toleransi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah adalah dengan adanya perayaan hari raya masing-masing agama yang selalu dihadiri oleh siswa-siswi yang berlainan agama untuk menghormati tiap-tiap agama yang ada.

Kata Kunci : Toleransi, Siswa Muslim dan Kristen, dan Persatuan Bangsa

Abstract

Indonesia is a multicultural country which has many tribe, culture, and religion. For sure there are many conflict that burst the nation life. But there are also many ways to prevent the conflict. One of something is tolerance education since young age. For example, tolerance life that do in teenager age is located in Pancasila Christian Vocational School Kawedanan District Magetan Regency. Although this school used a name of religion, it has many students that have different faith. There are many students that follows Islam religion. This research’s aim are to know the basic values to take care the inter-religion tolerance and to know the form of inter-religion tolerance that do in that school day by day with the Difussion Theory by Koentjaraningrat.This research is qualitative description that explain a wide and thorough data. This research located at Pancasila Christian Vocational School in Kawedanan District Magetan Regency with informan are headmaster, Civic & Pancasila teacher, Islam and Christian Religion teacher and students that has different religion. Data collection technique were observation, interviews and documentation. Analysis data technique were data collection, data reduction, data descripstion and making conclution.The result of this research are the basic value that based tolerance life day by day in Pancasila Christian Vocational School are religion value, culture value, nationalism value and patience value. The form of inter-religion tolerance in that school shown as memorial day celebration respectively that presented by the different religion students to give respect for the other religion student.

Keyword : Tolerance, Muslim’s and Christian’s Student, and United Nations

PENDAHULUANIndonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa, budaya, ras, dan

bahasa. Tetapi disatukan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berideologikan Pancasila dan bersemboyankan Bhinneka Tunggal Ika.

226

Page 2: BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN DALAM RANGKA MEMPERKOKOH PERSATUAN BANGSA

Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 03 Tahun 2015, Hal 226-240

Artinya walaupun warga negara Indonesia ini terdiri dari berbagai macam perbedaan tetapi mereka diharapkan bisa hidup rukun dan dapat menghargai setiap perbedaan yang ada dengan menciptakan toleransi sesama manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan demikian semangat persatuan di antara warga negaranya akan tumbuh dan menjadikan semua perbedaan tersebut adalah aset negara dimana Negara Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan. Bukan menjadikan perbedaan tersebut sebagai sebuah pemicu konflik yang berkedok SARA.

Namun pada kenyataannya yang ada di negara kita ini, banyak sekali timbul konflik yang berkedok SARA. Seperti contohnya, perbedaan agama merupakan salah satu pemicu konflik di Indonesia. Seringkali seseorang berbuat anarkis, karena merasa agamanyalah yang paling benar. Mereka cenderung antipati terhadap orang-orang yang tidak seiman dengan mereka. Anggapan tentang dirinyalah yang paling benar, menjadi salah satu alasan untuk menyalahkan orang lain. Mereka akan berusaha menundukkan kelompok kecil dan yang lebih lemah. Keadaann tersebut menimbulkan usaha untuk bela diri dengan melakukan perlawanan, sehingga suasana dalam masyarakat menjadi kacau, tidak lagi harmonis.

Indonesia sendiri memiliki berbagai agama yang tentu saja dapat memecah belah persatuan dan kesatuan negara, namun selalu ada cara untuk mengembalikan persatuan dan kesatuan ke tempatnya semula. Dengan adanya penanaman pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang matang dan terencana, maka rasa cinta tanah air dan saling memahami bahwa tidak semua orang sama akan tumbuh subur dan mengakar kuat pada tiap budaya di Indonesia. Pilar-pilar penyangga toleransi sebenarnya sudah terbentuk dari perwujudan budaya dari zaman dahulu, terbukti dengan adanya “selamatan” yang berguna untuk mendoakan arwah para leluhur agar tenang di alam selanjutnya dengan cara mengundang tetangga sekitar rumah tanpa membedakan agama mereka. Diharapkan pula, toleransi juga dapat berkembang di usia generasi muda agar selalu tercipta kedamaian yang abadi. Penanaman rasa kebangsaan dan cinta tanah air memang sebaiknya dimulai pada usia muda, agar tidak tergerus oleh kemajuan zaman, selain itu dapat mencegah berbagai bentuk serangan pada bangsa dalam bentuk kasat mata seperti globalisasi. Globalisasi memang dapat memberikan pengaruh positif bagi generasi muda, namun ada juga dampak negatif yang tidak tampak, yakni generasi muda cenderung lebih manja dengan adanya kemudahan yang ditawarkan. Selain itu generasi muda

lebih cuek dengan keadaan sekitarnya, istilahnya “autis” dengan “dunianya sendiri” daripada lingkungannya. Perilaku seperti ini akan semakin diperburuk apabila keluarga generasi muda juga terus-terusan bekerja tanpa memperhatikan tumbuh kembang anak mereka. Usia yang rawan dengan keadaan ini adalah usia remaja, usia dimana seseorang akan mencoba-coba berbuat sesuatu hal yang menurutnya menarik dan dilakukan oleh kebanyakan teman-temannya.

Membicarakan masalah agama dan perbedaan mungkin tidak akan ada ujungnya, sebab dengan adanya perbedaan itu pasti akan timbul suatu konflik yang akan memicu sebuah perseteruan. Untuk mencegah terjadinya suatu perpecahan, maka dibutuhkan adanya toleransi yang dapat meredam rasa perpecahan tersebut. Toleransi adalah sebuah bentuk rasa saling memahami di antara berbagai perbedaan yang ada, saling menghormati dan menjunjung tinggi perbedaan tersebut agar tercipta suatu perdamaian di nusantara. Toleransi antar umat tidak hanya diajarkan pada pendidikan agama di tiap tingkat satuan pendidikan, namun juga diberikan pada pendidikan kewarganegaraan agar tiap-tiap warga negara dapat memahami dengan baik apa yang dimaksud dengan toleransi.

Toleransi antar umat beragama yang ditanamkan pada generasi muda harus selalu diperbaharui setiap saat, agar tidak tertinggal oleh kemajuan zaman yang semakin menggila perkembangannya dan juga generasi muda tidak mudah terhasut oleh bujuk rayuan provokator yang seringkali memberikan dampak yang buruk pada kehidupannya di masa mendatang. Adanya penanaman rasa toleransi antar umat beragama yang kuat pada tiap-tiap generasi muda, maka mereka dapat menjaga kedamaian di tanah air ini di masa depan. Karena mereka telah memiliki akar yang kuat dan kokoh yang telah menopang keyakinan generasi muda.

Seringkali, adanya perbedaan agama di kalangan remaja juga dapat memicu sebuah “genk” yang hanya beranggotakan oleh remaja-remaja yang beragama sama, tanpa memandang remaja lain yang beragama berbeda. Tentunya hal ini adalah bibit-bibit dari adanya tindakan yang tidak mencerminkan sikap toleransi antar umat beragama. Seperti yang kita ketahui, agar tercipta suatu kedamaian, maka kita sebagai warga negara yang baik harus memegang teguh ajaran Pancasila yang menjadi segala sumber penyatuan berbagai perbedaan, termasuk agama. Dalam Pancasila sila pertama telah disebutkan Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti seluruh

227

Page 3: BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN DALAM RANGKA MEMPERKOKOH PERSATUAN BANGSA

Bentuk Toleransi Antar Umat Beragama Di Kalangan Siswa SMK Kristen Pancasila

warga negara Indonesia hanya mengakui adanya satu Tuhan, bukan satu agama, karena memang para pejuang kemerdekaan kita adalah orang-orang yang visioner, mereka dapat membayangkan dan menggambarkan bagaimana jika negara kita hanya ada satu agama saja yang sesungguhnya dapat memecah belah seluruh budaya dan bangsa yang telah diwariskan turun-temurun oleh nenek moyang terdahulu.

Adanya pemahaman tentang pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang baik dan dimaksimalkan dapat mendasari dan mencegah terjadinya berbagai konflik atas dasar agama, sebab tiap-tiap warga negara akan mengerti dan menyadari bahwa pasti akan selalu ada perbedaan pada setiap individu, dan hal itu tidak dapat dipungkiri, namun sebisa mungkin dapat diminimalkan. Apabila setiap warga negara dapat memahami apa yang dimaksud dengan perbedaan adalah hal yang wajar dan pemahaman akan toleransi serta implementasinya, maka akan tercipta kedamaian yang abadi di Indonesia. Namun ada kalanya beberapa oknum yang tidak menyukai perdamaian, mereka akan menghasut dan mencuci otak orang-orang yang pemahaman tentang pendidikan pancasila dan kewarganegaraannya masih dalam taraf yang kurang. Selain itu, masih ada hal-hal yang dapat diserang oleh para penghasut, adalah remaja yang labil dan masih mencari jati dirinya. Jika saat usia remaja, generasi muda lebih sering menggunakan emosi daripada menggunakan logika. Untuk itulah, pada saat remaja dibutuhkan penanaman nilai dan moral yang cukup kuat agar nantinya mereka dapat membawa diri saat mereka tumbuh dewasa nanti. Selain itu, remaja merupakan aset bangsa yang akan terus mengembangkan negara Indonesia dan diharapkan dapat mempertahankan kebudayaan dan ciri khan bangsa Indonesia sebelum tergerus oleh kemajuan teknologi yang akan datang.

Sebuah kota kecil di ujung barat provinsi Jawa Timur yang dahulu pernah menjadi basis pertahanan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada masanya, Magetan, yang memiliki berbagai komunitas dan agama yang berbeda. Magetan adalah salah satu kota yang pada tahun 1948 dan tahun 1965 terhasut oleh sebagian besar PKI yang merupakan salah satu partai terbesar pada zamannya. PKI pada masa itu berjaya, banyak warga Magetan menjadi pengikutnya, padahal mereka belum mengetahui bahwa PKI-lah yang akan menghancurkan kehidupan Indonesia nantinya. Dengan segala cara dan dalam waktu singkat, PKI berhasil menguasai sebagian besar wilayah dan warga Magetan serta sekitarnya. Inilah

salah satu kegagalan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada era lampau, karena kurang menekankan pada penanaman nilai dan moral yang menjadi pedoman berbangsa dan bernegara.

Tentunya penulis sebagai warga PPKn tidak menginginkan hal seperti yang diuraikan diatas terjadi lagi di masa sekarang, apalagi dengan kemajuan zaman yang nantinya dikhawatirkan akan memudarkan rasa toleransi antar umat beragama yang dimiliki oleh generasi muda, khususnya siswa SMK Kristen Pancasila di Kabupaten Magetan yang dahulu memiliki riwayat penghasutan partai komunis. Apalagi dengan pengertian toleransi antar umat beragama yang diajarkan tanpa adanya pemahaman yang mendalam akan menimbulkan kerancuan. Toleransi antar umat beragama di salah satu SMK di Kabupaten Magetan ini akan menjadi sebuah bukti dimana kedamaian dapat tercipta bahkan di tempat yang dulunya memiliki sejarah yang kelam. Namun dengan adanya sejarah yang kelam tersebut, diharapkan siswa SMK dapat menarik benang merah dari kesalahan yang telah dilakukan oleh para pendahulu mereka, bahwa para pendahulu mereka tidak memiliki ilmu dan pendidikan tentang Pancasila dan Kewarganegaraan yang cukup, sehingga mereka dengan mudahnya terhasut oleh bujuk rayu partai komunis yang dahulu nyaris berjaya di Indonesia.

Toleransi antar umat beragama juga perlu diterapkan di kalangan siswa SMK Kristen Pancasila agar dapat mencegah terjadi tindakan intoleran di kalangan remaja, karena hal itu merupakan bibit dari perpecahan yang akan berdampak buruk bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbagai tindakan intoleran dapat memicu berbagai konflik, khususnya masalah agama. Seharusnya agama menjadi payung dari perdamaian yang menciptakan rasa aman dan damai di antara para penganutnya. Kebebasan beragama memang salah satu paham yang dianut oleh negara kita, namun bukan berarti kita dapat memaksakan agama dan kepercayaan kita pada seseorang, mengingat agama adalah salah satu bagian dari hak asasi manusia yang dilindungi oleh dunia. Kebebasan dalam beragama sangat diberikan ruang yang luas, namun tentunya berbatasan dengan hak dan kebebasan beragama orang lain.

Toleransi antar umat beragama memberikan ruang yang cukup lega bagi para pemeluk agama yang diakui di Indonesia, namun tentunya dengan syarat bertanggung jawab dengan segala konsekuensi yang ada. Adanya sarana dan prasarana yang kurang memadai harus dapat dimaklumi apabila kita sedang tidak berada di tempat asal kita. Tiap generasi muda juga harus diberikan pendidikan toleransi antar umat

228

Page 4: BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN DALAM RANGKA MEMPERKOKOH PERSATUAN BANGSA

Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 03 Tahun 2015, Hal 226-240

beragama agar mereka dapat menyadari dan memahami segala perbedaan yang ada dan dapat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia ini. Agar nantinya tidak ada rasa iri dan dengki karena melihat perlakuan umat beragama yang berbeda dengan agama yang dianutnya.

Selain itu, pendidikan tentang toleransi antar umat beragama diberikan pada siswa SMK agar penulis mengetahui sejauh mana siswa SMK (remaja) memahami segala perbedaan yang telah menjadi ciri khas dari setiap individu. Dan diharapkan para generasi muda dapat menjaga rasa kebhinekaan yang menjadi tujuan dari bangasa dan negara Indonesia. Rasa kebhinekaan harus selalu ditanamkan dan melekat pada tiap jiwa warga negara Indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satunya dengan memberikan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada materi toleransi antar umat beragama agar remaja tidak mudah terhanyut akan bujuk rayu aliran yang menyesatkan dan merugikan bagi kehidupannya di masa yang akan datang. Di SMK Kristen Pancasila ini terdapat 118 siswa dengan 44 siswa bearagama Kristen sedangkan sisanya beragama Islam. Hal ini dikarenakan adanya sebuah Panti Asuhan Kristen Maranatha yang berada di lingkungan sekolah SMK-K Pancasila. Digambarkan dalam tabel berikut.

Data Siswa yang Berbeda Agama Agama Islam Kristen

Jumlah 74 44

Sumber : SMKK Pancasila

Di dalam materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan terdapat berbagai ilmu yang mempelajari dasar-dasar negara dan landasan-landasan yang digunakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehari-hari. Tanpa adanya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, maka tidak akan ada rasa nasionalisame dan kebhinekaan yang dapat menjaga persatuan dan kesatuan NKRI. Selain itu, dengan adanya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat memberikan pengetahuan bahwa dengan berbagai agama, suku, budaya dan etnis, kita adalah warga negara Indonesia yang beradab dan menjunjung tinggi rasa memiliki negara Indonesia tanpa membawa masing-masing ciri khas dari setiap komunitas.

Pengaruh agama dan budaya dalam memandang pluralitas kehidupan terlihat sangat menonjol dalam cara seseorang atau sekelompok orang bersikap dan mengambil kesimpulan. Hal ini memang absah, sebab kalau agama mempengaruhi cara pandang dan sikap para pemeluknya, maka adat istiadat juga demikian. Clifford Geertz mengatakan : “Berkembangnya kebudayaan nasional merupakan salah satu faktor perekat warga masyarakat yang penting”. Bahkan Gluckman dalam penelitiannya membuktikan kaitan antara kepercayaan agama, ritual, dan kebudayaan menyebabkan potensi konflik dalam masyarakat tidak sampai menghancurkan sistem sosial.

Sinergi keduanya (agama dan budaya) juga telah dan akan terus memberikan kontribusinya yang sangat penting bagi terciptanya harmonitas kehidupan bangsa kita sepanjang dapt dijaga dan ditegakkan penganut dan pendukunganya saat berpapasan dengan budaya global yang terus-menerus menghadangnya. Dikatakan demikian, karena masyarakat kita yang berbeda agama sejak semula telah dipertemukan oleh norma-norma dan nilai-nilai adat yang sama-sama dianutnya. Keadaan ini akan bertahan sepanjang penganut agama dan pendukung kebudayaan dapat menegakkan jati dirinya di tengah gempuran globalisasi, termasuk globalisasi budaya. Untuk itu, kepada setiap komponen bangsa dan kelompok masyarakat perlu dilakukan internalisasi (penghayatan) mengenainya. (Harahap;2011,9-10) Sangat menarik ketika menyadari bahwa saat agama-agama masuk ke negeri ini, sebenarnya penduduk negeri ini telah menganut dan menggenggam budaya yang telah sekian lama mendorong aktualisasi potensi rasa bersama (homo socius) penduduknya. Dengan begitu, maka penduduk negeri ini sebenarnya tidak bersedia berpisah dengan keluarga yang diikat adat istiadat hanya karena perbedaan agama yang dianutnya. Dikatakan demikian, karena tidak ada agama yang dianut masyarakat Indonesia yang harus mengisolasi diri dari pergaulan sosial dan budaya dengan keluarganya. (Harahap;2011,11-12)

Islam mengakui hak hidup agama-agama lain, dan membenarkan para pemeluk agama lain tersebut untuk menjalankan ajaran agama masing-masing. Di sini, terdapat dasar ajaran Islam mengenai toleransi beragama. Toleransi tidak diartikan sebagai sikap masa bodoh terhadap agamanya, atau bahkan tidak perlu mendakwahkan ajaran kebenaran yang diyakininya itu.

Oleh karena itu, setiap orang yang beriman senantiasa terpanggil untuk menyampaikan kebenaran yang diketahui dan diyakininya, tetapi harus

229

Page 5: BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN DALAM RANGKA MEMPERKOKOH PERSATUAN BANGSA

Bentuk Toleransi Antar Umat Beragama Di Kalangan Siswa SMK Kristen Pancasila

berpegang teguh pada etika dan tata krama sosial, serta tetap menghargai hak-hak individu untuk menentukan pilihan hidupnya masing-masing secara sukarela. (Madani, Warta.2013. Toleransi Agama Menurut Nurcholis Madjid. http://www.wartamadani.com/2013/03/toleransi-antar-umat-beragama-menurut-nurcholis-madjid.html diakses 16 Januari 2015)

Secara horizontal dapat dilihat, bila seseorang atau sekelompok orang yang memeluk suatu agama menemukan orang-orang yang seagama dan seiman dengannya, maka rasa seagama itu akan melahirkan ikatan persaudaraan, kemudian persaudaraan seagama ini pun pada gilirannya, akan membentuk kelompok yang lebih besar yang dapat menembus batas-batas kesukuan, kebangsaan, geografi, dan seterusnya. Dengan demikian lahirlah lembaga-lembaga keagamaan seperti MUI, PPGI, MAWI, WALUBI, PARISADA HINDU, BUDHA, MATAKIN, dan lain-lain. Di sini terlihat nyata bahwa agama dapat dipandang sebagai integrative factor (faktor pemersatu) dan bahkan semestinya heterogenitas dalam beragama merupakan jaminan bagi stabilitas politik.

K.H Abdurrahman Wahid atau yang terkenal dengan nama Gusdur, mengungkapkan bahwa agama-agama minoritaslah yang membutuhkan berbagai perlindungan dari berbagai pihak, beliau mendapatkan pemikiran tersebut ketika mempelajari sosial dan budaya yang ada di Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan sebagian besar masyarakatnya beragama Islam, namun bukan negara yang secara identitas negara Muslim, sebab masih memiliki agama-agama minoritas.

Sosial dan budaya yang kuat di Indonesia menyebabkan Gusdur ingin melindungi serta melestarikan kedua hal tersebut. Gusdur juga berpendapat bahwa Islam sudah jauh lebih kuat dibandingkan para pemeluk agama minoritas, oleh sebab itu juga Gusdur menginginkan perlindungan yang sempurna untuk para pemeluk agama minoritas di Indonesia (Smile, Anan.2014.Gus Dur│ Bapak Pluralisme. http://warkopmbahlalar.com/3467/gus-dur-bapak-pluralisme/ diakses tanggal 17 Januari 2015)

Namun sebaliknya, karena adanya keyakinan pada semua pemeluk agama, terutama Islam dan Kristen, bahwa, mengajak orang lain untuk meyakini agamanya adalah tugas suci, maka muncullah kegiatan dakwah dan misi. Kalau masing-masing agama berhadapan dalam posisi seperti ini, niscaya konflik-konflik pun tak mungkin dihindari lagi. Dilihat dari sisi ini, maka agama, disamping

dipandang sebagai integrative factor seperti disebut di atas juga dapat sebagai disintegrative factor (faktor pemecah belah). (Harahap;2011,48-49)

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa di berbagai tempat dan setiap waktu sering terjadi kecenderungan sebagian pemeluk agama untuk “tidak cocok” dengan umat beragama yang lain, yang oleh beberapa tokoh agama dinilai merupakan semacam “muntahan” dari situasi ketidakadilan yang sering terjadi di berbagai bagian dunia, termasuk Indonesia sepanjang sejarah. Gejala ini merupakan salah satu dampak dari perubahan sosial yang terjadi, yang akhirnya menimbulkan krisis, di mana sebagian orang mengalami dislokasi, tidak yahu posisinya dalam tatanan masyarakat yang tengah berubah. Atau sebagian mereka mengalami disorientasi, kehilangan orientasi dan arah tujuan hidupnya akibat transisi kehidupan yang tidak dapat dikuasainya. (Harahap;2011,79)

Agama atau keberagaman masyarakat tampaknya tidak bisa menghindarkan diri dari benturan-benturan akibat perubahan sosial. Manusia sebagai umat beragama juga harus menghadapi dilema-dilema yang pelik menyangkut benturan antar-agama dan perubahan sosial. (Harahap;2011,82)

Setiap terjadi konflik antar-umat beragama kita merasa kesulitan untuk mendeteksi akar tunggal yang menjadi penyebab utamanya. Sebab seringkali penyebab utamanya bukan pada aspek doktrin yang merupakan inti agama, melainkan pada akar serabut nonteologis, terutama persaingan politik dan ekonomi para pemimpinnya. (Harahap;2011,91)

Keyakinan beragama yang berbeda-beda mengakibatkan penilaian yang berbeda-beda pula terhadap ungkapan atau terhadap bentuk-bentuk tertentu pengungkapan pengalaman keagamaan. Menurut Whitehead, “Ungkapan adalah suatu yang sakramen yang fundamental. Ia adalah isyarat yang lahiriah untuk yang batiniah dan yang terlihat untuk rahman yang tak terlihat (Wach,1996;96)

Dalam buku Ilmu Perbandingan Negara (Wach,1996;107), disebutkan bahwa yang membedakan kegiatan nyata dari semua cakrawala pengalaman keagamaan yang lain ialah di dalamnya terjadi pergantian eksistensi. Ia adalah hasil atau pemantapan dari perubahan dan dalam masing-masing hal tersebut dia bukan semata-mata merupakan sebuah rencana untuk berbuat, tetapi perbuatan itu sendiri. Ibadat terdiri dari segala sesuatu yang terdapat dalam tingkah laku kehidupan semacam itu. Tidak ada agama yang di dalamnya terdapat ketidak-cocokan mendasar antara agam dan etika, antara ketaan dan peribadatan. Oakes, seorang analis yang netral

230

Page 6: BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN DALAM RANGKA MEMPERKOKOH PERSATUAN BANGSA

Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 03 Tahun 2015, Hal 226-240

menyebutkan bahwa tugas etika dalah untuk memberitahukan kepada kita apa yang secara intrinsik baik dan untuk menunjukkan sarana-sarana guna mencapainya. Etika juga memberitahukan kepada kita apa yang harus kita kerjakan dan melengkapi diri kita dengan suatu kriteria praktis perbuatan yang benar. Etika menetapkan apa yang bernilai dan cara untuk melaksanakannya. Pendek kata, etika adalah suatu usaha untuk menetapkan apa yang akan kita kerjakan dan bagaimana kita akan hidup.

Kemajemukan yang ada di Indonesia antara lain yaitu :1) Suku Bangsa

Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus, yang askpiratif (ada sejak kelahiran), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Kekhususan dari suku bangsa dari sebuah golongan sosial ditandai oleh ciri-cirinya, yaitu : diperoleh secara askritif atau didapat begitu saja bersama dengan kelahirannya, muncul dalam interaksi berdasarkan atas adanya pengakuan oleh warga suku bangsa yang bersangkutan dan diakui oleh suku bangsa lainnya.

2) Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat, model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai referensi atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan sesuai dengan lingkungan yang dihadapi) Meskipun Indonesia memiliki suku bangsa yang berbeda-beda dan kebudayaan yang bermacam-macamtentu saja kita tidak ingin melihat perbedaan tersebut sebagai penghambat untuk kita bersatu, justru dengan adanya perbedaan itu memberikan motivasi kepada kita untuk menjadi bangsa yang bersatu dan bukan bangsa yang terpecah-pecah akibat adanya perbedaan.

3) BahasaKebijakan bahasa nasional sangat penting salam menciptakan kesatuan Indonesia dan identitas nasional Indonesia. Di Asia Tenggara mungkin hanya Indonesia satu-satunya negara yang menggunakan bahasa minoritas sebagai bahasa nasional. Bahasa nasional Indonesi adahulu dikenal sebagai bahasa melayu, bahasa minoritas yang berasal dari Palembang pada abad ke-7. Bahasa ini kemudian dipakai sebagai bahasa

penghubung bagi berbagai kelompok etnis di kepulauan tersebut dan menjadi bahasa berkomunikasi di pasar di kalangan etnis Indonesia dan orang asing.

4) Kasta dan KelasKasta adalah pembagian sosial atas dasar agama. Dalam agama Hindu, para penganutnya dikelompokkan ke dalam beberapa kasta. Kelas menurut Weber ialah suatu kelompok orang-orang dalam situasi kelas yang sama, yaitu kesempatan untuk memperoleh barang-barang dan untuk menentukan sendiri keadaan kehidupan ekstern dan nasib pribadi, sejauh kesempatan ini tergantung dari dipunyai atau tidak dipunyai milik yang dapat dimanfaatkan di pasaran barang-barang atau pasaran kerja.

5) Agama Selain suku isu, ada isu lain dalam politik Indonesia ; yaitu agama yang dihubungkan dengan kesukuan. Agama-agama yang ada di Indonesia yaitu Islam, Kristen Katolik, Kristern Protestan, Hindu, Budha, dan Khonghucu. Agam Khonghucu pada zaman orde baru tida diakui sebagai agama resmi di Indonesiaa, sedangkan kelima agama lainnnya diakui secara resmi oleh pemerintahan orde baru.Prinsip-Prinsip Persatuan Dan Kesatuan Bangsa1. Prinsip Bhineka Tunggal Ika

Prinsip ini mengharuskan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama, dan adat kebiasaan yang majemuk sehingga harus bersatu sebagai bangsa Indonesia.

2. Prinsip Nasionalisme Indonesia Nasionalisme Indonesia tidak berarti

bahwa merasa lebih unggul daripada bangsa lain. Melainkan setiap bangsa harus saling menghormati dan bekerjasama untuk memperkaya peradaban dan memperjuangkan kepentingan nasional masing-masing. Nasionalisme sebagai unifikasi/penyatuan nasional yang merujuk pada proses pembentukan bangsa dan negara yang merdeka.

3. Prinsip Kebebasan yang Bertanggung Jawab

Manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki kebebasan dan tanggung jawab tertentu terhadap dirinya, terhadap

231

Page 7: BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN DALAM RANGKA MEMPERKOKOH PERSATUAN BANGSA

Bentuk Toleransi Antar Umat Beragama Di Kalangan Siswa SMK Kristen Pancasila

sesamanya dan dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Suatu kebebasan yang dimiliki dibatasi oleh kebebasan orang lain sehingga tidak dapat digunakan secara sewenang-wenang.

4. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-Cita Reformasi

Dengan semangat persatuan Indonesia harus dapat mengisi kemerdekaan dan melanjutkan pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur.

5. Prinsip Wawasan NusantaraWawasan nusantara adalah cara

pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yaitu Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi bangsa yang merdeka, berdaulat dan bermartabat ditengah-tengah mencapai tujuan perjuangan bangsa. Dengan wawasan nusantara, kedudukan manusia Indonesia ditempatkan dalam kerangka kesatuan politik, sosial, budaya ekonomi serta pertahanan keamanan. Manusia Indonesia merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita pembangunan nasional (Prabowo, Singgih.2011. Persatuan dan Kesatuan. http://singgihcongol.wordpress.com/artikel-2/persatuan-dan kesatuan/ diakses tanggal 22 April 2014)

Faktor-faktor yang dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa adalah sebagai berikut :a. Keutuhan dan kedaulatan wilayah dari

Sabang sampai Meraukeb. Pancasila dan UUD 1945 sebagai acuan

dasar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

c. Konsep wawasan nusantara dan ketahanan sebagai acuan operasional

d. Kekayaan budaya bangsa Indonesia termasuk hasil-hasil pembangunan

Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa memiliki ruang lingkup masing-masing yang berjangkauan universal, berlaku seluruh umat manusia sehingga terasa sulit untuk

dibatasi “sisi ke-Indonesia-an” belaka. Hal ini langsung tampak pada upaya Pancasila untuk menekankan sisi kelapangan dada dan toleransi dalam kehidupan antar umat beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Jelas setiap agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa memiliki visi eksklusivistiknya sendiri, di samping visi universal yang mempersamakan semua agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, wawasan Pancasila tentang kebersamaan antara agama-agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak sepenuhnya sama dengan wawasan sekian agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang satu sama lain saling berbeda itu. Pancasila diharapkan menjadi “polisi lalu lintas” kehidupan beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pancasila harus difungsikan dalam proses memahami wawasan terjauh dari agama-agama yang ada dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pancasila tidak dapat dibandingkan (baik disejajarkan maupun dipertentangkan) dengan agama, karena ia tidak memiliki sisi keberadaan dirinya sebagai kebenaran mutlak, sesuatu yang dimiliki oleh agama.

Sebenarnya sudah tidak relevan lagi untuk melihat, apakah nilai-nilai dasar itu ditarik oleh Pancasila dari agama-agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena ajaran agama-agama juga tetap menjadi referensi umum bagi Pancasila, dan agama-agama harus memperhitungkan eksistensi Pancasila sebagai “polisi lalu lintas yang akan menjamin semua pihak menggunakan jalan raya kehidupan bangsa tanpa kecuali. Jika itu yang terjadi, artinya Pancasila bersikap netral dan tidak memenangkan pihak manapun di antara agama-agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berkembang di negeri kita, maka tidak akan muncul persoalan apapun. (Oesman,

Oetojo dan Alfian; 1991,167-168)

Persebaran unsur-unsur budaya memang sudah ada sejak dahulu. unsur-unsur kebudayaan ke seluruh penjuru dunia itulah yang disebut proses difusi (Kontjaraningrat, 2002:244). Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi, yang dibawa oleh kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi. Difusi juga

232

Page 8: BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN DALAM RANGKA MEMPERKOKOH PERSATUAN BANGSA

Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 03 Tahun 2015, Hal 226-240

dapat terjadi tanpa ada perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa dari satu tempat ke tempat lain, tetapi oleh karena ada individu-individu tertentu yang membawa unsur-unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali. Misalnya pada zaman penyebaran agama-agama besar, para pendeta agama Budha, para pendeta agama Nasrani, dan kaum Muslimin mendifusikan berbagai unsur dari kebudayaan-kebudayaan asal mereka.

Bentuk difusi yang lain adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang berdasarkan pertemuan-pertemuan antara individu-individu dalam suatu kelompok manusia dengan individu-individu kelompok tetangga. Pertemuan ini dapat berlangsung dengan berbagai cara. Salah satunya yaitu karena perdagangan. Unsur-unsur kebudayaan asing dibawa oleh para pedagang masuk ke dalam kebudayaan penerima dengan tidak sengaja dan tanpa paksaan atau istilah lainnya pemasukan secara damai. Pemasukan secara damai tentu juga ada pada bentuk hubungan yang disebabkan karena usaha dari penyiar agama.

Dalam zaman modern sekarang ini difusi unsur-unsur kebudayaan yang timbul di salah satu tempat di muka bumi berlangsung dengan cepat sekali, bahkan seringkali tanpa kontak yang nyata antara individu-individu. Hal ini disebabkan karena adanya alat-alat yang sangat efektif seperti surat kabar, telepon, buku, radio, film dan televisi. Akhirnya dapat disimpulkan apabila proses difusi tidak hanya dari sudut bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain tetapi terutama sebagai suatu proses dimana unsur-unsur kebudayaan dibawa oleh individu-individu dari suatu kebudayaanan dan harus diterima oleh individu-individu dari kebudayaan lain. Unsur-unsur itu selalu berpindah-pindah sebagai suatu gabungan atau suatu kompleks yang tidak mudah dipisahkan. Gabungan dari unsur-unsur kebudayaan yang menyebar antarkebudayaan diberi nama kultur-kompleks (Koentjaraningrat, 2002:247)

Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas, dapat

dirumuskan beberapa pertanyaan yang melintasi pikiran penulis yaitu :

1. Nilai-nilai dasar apa yang menjadi landasan terbentuknya toleransi antar umat beragama di kalangan siswa SMK Kristen Pancasila ?

2. Bagaimana bentuk-bentuk toleransi antar umat beragama yang diterapkan oleh siswa SMK ?

Tujuan PenelitianPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui :

1. Nilai-nilai dasar toleransi antar umat beragama yang dilaksanakan dalam lingkungan sekolah SMK Kristen Pancasila dan untuk mengetahui bentuk-bentuk toleransi yang diterapkan di lingkungan sekolah sebelum memahami dengan benar di ruang lingkup yang kecil terlebih dahulu agar siswa SMK (remaja) tidak merasa kaget dengan kehidupan yang akan dihadapinya di kehidupan yang akan datang.

2. Bentuk-bentuk toleransi yang diterapkan oleh siswa SMK di kehidupan sehari-hari di sekolahnya.

METODEJenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Dengan pendekatan kualitatif (qualitative research) akan menghasilkan data kualitatif berupa pemahaman dari subjek studi. Menurut Reinharz, (dalam Pujianto;2009,17) bahwa metode kualitatif dapat memberikan data luas dan mendalam, karena adanya peluang bagi peneliti dan informan untuk berinteraksi secara leluasa dan mendalam.

Informan PenelitanInforman adalah orang yang memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan yang diambil dalam penelitian ini harus mempunyai banyak pengetahuan tentang latar dari penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah warga SMK Kristen Pancasila, peneliti akan menggunakan teknik social situation, yang nantinya peneliti akan masuk ke sebuah situasi sosial dan melakukan observasi terlebih dahulu, kemudian peneliti akan menentukan siapa saja yang akan menjadi sampel penelitian ini dengan purposive sampling (sampel yang disengaja) yaitu pemilihan atau pengambilan subjek penelitian dengan menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian yang dilakukan secara sengaja. (Bungin;2006,53)

233

Page 9: BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN DALAM RANGKA MEMPERKOKOH PERSATUAN BANGSA

Bentuk Toleransi Antar Umat Beragama Di Kalangan Siswa SMK Kristen Pancasila

Dalam mempertimbangkan pemilihan informan penelitian, digunakan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1. Seorang yang telah mengetahui dan mengelola keadaan di sekolah, sebagai contoh Kepala Sekolah.

2. Guru Mata Pelajaran Agama yang telah memberikan perngertian yang mendalam bagi siswanya agar mampu memahami arti sebuah toleransi.

3. Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah memahami bentuk-bentuk toleransi dan menerapkannya di lingkungan sekolah.

4. Siswa-siswi yang berbeda agama dan keyakinan.

Total informan pada penelitian ini adalah :

Informan Jumlah

Kepala Sekolah 1

Guru Agama (Islam&Kristen)

2

Guru PPKn 1

Siswa yang Berbeda Agama

6

Σ 10

Sumber : SMKK Pancasila

Fokus PenelitianFokus penelitian menggali pada nilai-nilai dasar toleransi yang ditanamkan pada siswa-siswi SMKK Pancasila dan bentuk bentuk toleransi yang diterapkan pada kehidupan setiap harinya yang diharapkan dapat memupuk dan menjaga rasa toleransi antar umat beragama yang di dapatkan dari sekolah di masyarakat dimana siswa-siswi berbaur nantinya.Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu sehingga proses penelitian dapat berjalan lancar.

(1) Observasi

Observasi dilakukan di SMK Kristen Pancasila Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan dengan maksud mendapatkan data tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh warga SMK Kristen Pancasila Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan sebagai wujud sikap toleransi. Dan sekaligus sebagai bahan untuk mengetahui situasi dan kondisi warga SMK Kristen Pancasila. Pada observasi diperoleh data pengamatan lingkungan sebagai bahan untuk mengajukan berbagai pertanyaan.

(2) Wawancara MendalamWawancara mendalam dilakukan

untuk mendapatkan informasi secara jelas dan lengkap dari apa yang diteliti. Teknik wawancara yang dilakukan dengan menyiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan supaya tidak keluar dari permasalahan penelitian. Wawancara ini digunakan untuk menggali data tentang nilai-nilai dasar yang menjadi landasan terbentuknya toleransi antar umat beragama serta sekaligus untuk mengetahui bentuk-bentuk toleransi antar siswa Islam dan Kristen di SMK Kristen Pancasila dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa . Dari wawancara mendalam diharapkan dapat memperoleh data dari pertanyaan yang muncul pada saat observasi sehingga dapat dijadikan sebagai sumber data dan dianalisa sebagai hasil penelitian.

(3) DokumentasiData-data penunjang lain diperoleh

melalui dokumen-dokumen penting seperti dokumen yang memuat sejarah SMK Kristen Pancasila sampai terdapat dua agama yaitu Islam dan Kristen . Di samping itu, foto maupun sumber tertulis lainnya juga dapat digunakan dalam proses dokumentasi.

Teknik Analisis DataTeknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik analisis data model interaktif (interactive model of analysis) yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (dalam Pujianto;2009,26). Maksud analisis data model interaktif, yaitu pada teknik ini ada 3 tahapan (1) reduksi data, (2) penyajian data dan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi.

Tahap pertama, reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakaan dan transformasi data kasar, yang mundul dari catatan-catatan tertulis di

234

Page 10: BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN DALAM RANGKA MEMPERKOKOH PERSATUAN BANGSA

Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 03 Tahun 2015, Hal 226-240

lapangan. Proses reduksi data ini merupakan bentuk analisis yang berfungsi untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang data mana yang relevan dan data mana yang tidak relevan dengan penelitian. Reduksi atau proses transformasi ini berlanjut sesudah penelitian lapangan hingga laporan akhir tersusun.

Tahap kedua, penyajian data yang dimaksud adalah sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan dan pengambilan makna atau pengertian dalam bentuk teks naratif. Melalui penyajian data akan diperoleh deskripsi atau gambaran bentuk penggabungan informasi yang tersusun dari keseluruhan atau bagian-bagian data tertentu dari lapangan secara lebih menarik dan akurat. Dalam penelitian, data yang disajikan berupa teks naratif yang menceritakan bagaimana bentuk toleransi yang ada di SMK Kristen Pancasila yang notabene merupakan sekolah umum yang dapat dimasuki berbagai agama sebagai bentuk rasa kebhinekaan di kalangan siswa-siswinya.

Tahap ketiga, penarikan kesimpulan/ verifikasi, merupakan salah satu bagian dari konfigurasi yang utuh selama penelitian berlangsung. Penarikan kesimpulan tidak menafikkan proses verifikasi dengan meninjau kembali catatan lapangan yang yang tersusun, yaitu kegiatan pemikiran kembali secara berkelanjutan untuk menganalisis dan mengelompokkan pemaknaan rasa toleransi antar umat beragama. Langkah-langkah analisis data model Miles dan Huberman ditunjukkan pada gambar berikut :

HASIL DAN PEMBAHASANSMK Kristen Pancasila Kawedanan adalah

salah satu sekolah yang berada di Jalan Karya Bhakti nomor 19 Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan. Sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil “Maranatha” (YPPI Maranatha) dengan Ketua Umum Yayasan Bapak Leonard James Tandaju. Sekolah ini

mendapatkan akreditasi B dengan nomor 073/BAP-SM/TU/X/2010 pada tanggal 30 Oktober 2010.

SMK Kristen Pancasila merupakan sekolah kejuruan yang memiliki dua jurusan yaitu jurusan mesin dan jurusan akuntansi. SMK Kristen Pancasila 1 adalah Sekolah Menengah Ekonomi Akuntansi (SMEA) dan SMK Kristen Pancasila 2 adalah Sekolah Teknik Mesin (STM). Dengan Kepala Sekolah Bapak Dukut, S.Pd sekolah ini dapat berjalan sebagaimana mestinya sebuah sekolah meskipun di sekolah tersebut memiliki 2 keyakinan yang berbeda, yaitu Islam dan Kristen. Sekolah yang berdiri pada tanggal 24 Desember 1984 ini memiliki dua agama yang mendominasi, hal ini menjadi bukti dimana dua agama yang berbeda dapat hidup berdampingan dengan damai tanpa pernah terjadi konflik antar agama sekalipun.

Nilai-nilai yang Menjadi Landasan Terbentuknya Toleransi Antar Umat Islam dan Kristen di SMKK Pancasila1) Nilai Agama

Nilai agama bersumber dari ajaran yang terdapat pada agama masing-masing baik itu agama Islam maupun Kristen yang menjelaskan tentang pentingnya sikap toleransi antar umat beragama. Seperti ajaran agama Kristen yang berlandaskan pada cinta kasih. Begitu pula dengan ajaran agama Islam yang selalu mengingatkan manusia bahwa seluruh umat manusia diciptakan Allah berbeda-beda agar manusia saling mengenal dan saling menghormati.

Berdasarkan observasi pada tanggal 14 Agustus 2014 yang melibatkan Bapak Sugeng Gestono seorang Guru PKn yang tentunya mengetahui situasi dan kondisi sekolah yang memiliki dua agama yang berbeda.

“Staff di sekolah ini beserta guru- guru yang ada 50% beragama muslim sedangkan sisanya beragama non muslim meskipun yayasan milik agama Kristen”. (Wawancara,14 Agustus 2014)

Begitupula siswa-siswinya, sebagian besar beragama muslim, dan ketika pelajaran agama diberikan sesuai dengan agama masing-masing, walaupun yayasan Kristen, namun tetap menjamin hak-hak agama masing-masing.

Serupa dengan yang diungkapkan oleh Bapak Sugeng Gestono, menurut Ibu Ratnawati, S.Th (Guru Agama Kristen) kegiatan keagamaan Kristen dilaksanakan tanpa adanya larangan dari pihak sekolah maupun yayasan.

“Kegiatan keagamaan kristen yang rutin dilakukan adalah Doa, Pujian, Penyembahan dan

235

Reduksi

Pengambilan data

Penyajian dataVerifikasi data

Page 11: BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN DALAM RANGKA MEMPERKOKOH PERSATUAN BANGSA

Bentuk Toleransi Antar Umat Beragama Di Kalangan Siswa SMK Kristen Pancasila

Firman. Dan ketika bulan romadhon tiba, maka siswa Kristen mengadakan kegiatan “Pondok Kasih” untuk mengimbangi kegiatan kerohanian Islam yaitu “Pondok Romadhon””. (Wawancara, 15 Agustus 2014)

Dasar yang menjadi pedoman kehidupan sehari-hari bagi pemeluk Agama Kristen adalah Kasih yang digunakan untuk menjaga kehidupan yang saling bertoleransi kepada warga sekolah yang berlainan agama. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Ratna berikut :

“Memang kehidupan beragama disini beragam, namun itu tidak menyurutkan niat siswa-siswi Kristen untuk menimba ilmu disini. Malah mereka dapat belajar bertoleransi dengan cara menghormati kepercayaan mereka dan menunjukkan kasih yang telah diajarkan oleh agama Kristen kepada mereka yang berlainan agama. Selain itu, dengan cara melebur dan memposisikan diri dengan baik, akan membuat mereka mendapatkan tempat yang diakui di sekolah ini”. (Wawancara, 15 Agustus 2014)

Hasil wawancara yang senada juga diungkapkan oleh Ibu Anis, Guru Agama Islam di SMKK Pancasila. Beliau menyatakan :

“Meskipun SMKK Pancasila memiliki berbagai corak agama yang berbeda, namun tidak pernah ada konflik yang timbul akibat perbedaan agama, hal ini disebabkan oleh toleransi yang tinggi serta tidak pernah saling membedakan di antara warga sekolah yang berbeda agama. Nilai-nilai yang terdapat pada Al-Qur’an dan Hadist menjadi pedoman nilai moral yang diajarkan pada siswa-siswi SMKK Pancasila yang beragama Islam, sehingga tidak pernah terjadi cek-cok antar agama”. (Wawancara, 15 Agustus 2014)

Bentuk-bentuk toleransi yang terlihat jelas ketika perayaan natal yang diadakan oleh sekolah, siswa muslim juga turut hadir untuk datang dan menghormati perayaan tersebut.

Kepala Sekolah Bapak Dukut turut memberikan pernyataan :

“Sekolah selalu memfasilitasi setiap kegiatan yang diadakan oleh siswa-siswi tanpa membedakan agama mereka. Bahkan ketika romadhon tiba, saya sendirilah yang memimpin pondok romadhon di masjid dekat sekolah, siswa-siswinya diajak berjalan ke masjid untuk menghormati siswa-siswi yang beragama kristen yang sedang mengadakan pondok kasih”. (Wawancara, 15 Agustus 2014)

Selain itu karena bapak Dukut adalah ketua RT di sekitar masjid yang dipakai untuk mengadakan pondok romadhon.

“Selain KBM, Pramuka, Peringatan 17 Agustus, dan Upacara yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh siswa dan guru serta staff sekolah, kegiatan yang terpisah pelaksanaannya hanyalah kegiatan keagamaan yang dianut oleh masing-masing siswa dan guru. Hal ini untuk memahami bahwa selalu ada hal yang berbeda, namun apabila kita menyikapinya dengan positif, maka perbedaan dapat berdampingan selamanya”. (Wawancara, 15 Agustus 2014)

Beberapa siswa yang menjadi subjek penelitian juga menyatakan beberapa hal yang sama dengan yang dikatakan oleh guru dan staff sekolah. Rensy Putri Wahyu Anantasari, siswa kelas XII Ak mengatakan bahwa sekolah di SMKK Pancasila menyenangkan, karena memiliki teman yang berbeda agama dan keyakinan, sehingga dapat memahami kebiasaan perayaan hari-hari raya agama lain dan meskipun ada perbedaan agama di sekolah, tidak pernah terjadi konflik sekalipun yang dipicu oleh perbedaan agama.

Eka Yulianti, siswa kelas XII Ak menyatakan bahwa meskipun SMKK Pancasila memiliki 2 agama yang dominan, namun tidak pernah sekalipun terjadi konflik karena agama, selain itu biaya sekolahnya juga murah dan apabila ada siswa berprestasi akan mendapatkan beasiswa dari sekolah. 2) Nilai Budaya

Nilai budaya lahir dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok orang dan telah menjadi tradisi di lingkungan masyarakat tertentu. Sekelompok orang yang telah lama tinggal dan bekerja sama dengan baik akan melahirkan sebuah kebiasaan dan mengakar pada suatu masa sehingga hal tersebut akan menjadi sebuah kebudayaan.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara bersamaan yaitu, upacara, MOS (Masa Orientasi Siswa) dan KBM, namun saat pelajaran agama yang berlainan agama akan keluar kelas untuk menerima pelajaran agama yang dianutnya. Adapula kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama diluar KBM yaitu bakti sosial yang diadakan tiap tahun sekali untuk membantu warga sekitar yang tidak mampu.

Bakti sosial yang diadakan tiap tahun akan menimbulkan sebuah kebiasaan yang mengakar pada kebudayaan untuk saling bantu-membantu kepada warga sekitar yang tidak mampu. Pada sisi positifnya, akan memberikan respon pada siswa-siswi yang akan menghadapi kehidupan sesudah sekolah nantinya. Mereka akan terbiasa meringankan beban orang lain dengan cara membantu semampu kesanggupan mereka.

236

Page 12: BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN DALAM RANGKA MEMPERKOKOH PERSATUAN BANGSA

Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 03 Tahun 2015, Hal 226-240

Dengan menaati tata tertib sekolah dan ajaran agama masing-masing agar tetap dapat mempertahankan rasa toleransi dalam kehidupan sehari-hari di sekolah dan di lingkungan sekitar. Selain itu selalu menjaga hubungan yang harmonis antar guru dan siswa, guru dengan guru kemudian siswa dengan siswa dan menghormati agama masing-masing adalah cara yang digunakan untuk menghindari perselisihan antar agama.3) Nilai Nasionalisme

Rasa nasionalisme merupakan suatu paham yang bangga menjadi bangsa Indonesia. Dengan bekal nasionalisme bangsa Indonesia mampu memperoleh kemerdekaan dari penjajah dan mampu mempersatukan seluruh kepulauan nusantara menjadi identitas tunggal yaitu bangsa Indonesia. Tidak berbeda dengan sekolah SMKK Pancasila yang mampu menyatukan berbagai kebudayaan dan agama di sekolah sehingga tercipta kehidupan sekolah yang harmonis.

Dwi Ratnasari kelas XII Ak menyatakan : “Sekolah di sini karena mencari perbedaan agar

dapat menghormati satu sama lain di masa depannya”. (Wawancara, 18 Agustus 2014)

Sekolahnya ini adalah tempat berlatih yang sempurna agar dapat memahami perbedaan dengan jelas dan terbuka.

Hal ini sesuai dengan sila ketiga Pancasila bahwa meskipun terdiri dari berbagai suku, agama, ras, dan budaya tetap bersatu menuju kejayaan bangsa. Tentunya nasionalisme ini diimbangi oleh sikap sabar dan berusaha menyelesaikan problematik hidup dengan cara damai dan tidak berat sebelah. Sesama orang Indonesia sudah selayaknya saling menghargai dan menghormati perbedaan agama yang ada karena kemajemukan inilah ciri khas bangsa yang mampu dikenal di kancah Internasional.

4) Nilai Kesabaran

Hidup berdampingan di lingkungan sekolah yang heterogen dibutuhkan ekstra kesabaran. Mengingat setiap individu memiliki kepentingan dan kebebasan sendiri-sendiri. Nilai kesabaran diharapkan mampu membangkitkan kesadaran siswa-siswi bahwa kebebasan tidak dapat dilakukan secara mutlak sebab dibatasi oleh kebebasan orang lain.

Debora Enjelina Samosir, Helmi Adelina Tampubolon, Ronita Rumapea Mastina Sinjintak adalah beberapa siswa yang beragama Kristen di SMKK Pancasila.

“Kami tinggal di Panti Maranatha yang merupakan tempat hidup bersama bagi siswa-siswi yang beragama Kristen, mereka hidup bersama dan sepenanggungan. Tiap hari Selasa, Kamis, Sabtu jam 5 sore dan Minggu pagi mereka pergi ke gereja yang berada di desa Rejosari dengan berjalan kaki karena hanya perlu menyeberang jalan dari Panti Maranatha”. (Wawancara, 18 Agustus 2014)

Selain itu, ketika pelajaran agama berlangsung, maka siswa yang beragama Kristen dapat meninggalkan kelas dan mendapatkan pelajaran agamanya bersama guru agama Kristen. Sebagai agama minoritas, siswa-siswi yang beragama kriten harus lebih mengalah demi kebaikan bersama. Hal ini secara tidak langsung akan mengajarkan nilai kesabaran kepada mereka agar terbentuk jiwa-jiwa yang lebih menghargai dan memahami toleransi antar umat beragama. a) Bentuk Toleransi Antar Umat Beragama

Islam dan Kristen di SMKK PancasilaTelah dinyatakan diatas bahwa sebagian

besar murid maupun siswa beragama muslim, meskipun sekolah tersebut milik yayasan Kristen, hal ini membuktikan bahwa toleransi yang sangat tinggi telah diterapkan di sekolah. Apabila hal ini terus dipelihara, maka tidak akan menimbulkan konflik akibat perbedaan agama. Selain itu, bermanfaat pula bagi siswa-siswi ketika mereka lulus dari sekolah nanti, karena mereka sudah terbiasa dengan perbedaan agama yang ada di sekolah.

Bentuk-bentuk toleransi yang terlihat jelas ketika perayaan natal yang diadakan oleh sekolah, siswa muslim juga turut hadir untuk datang dan menghormati perayaan tersebut. Siswa muslim terlihat pada barisan belakang dan turut andil dalam perayaan natal. Selain natal, ada juga perayaan paskah, yaitu ketika menghia telur paskah yang menjadi ciri khas dari hari raya paskah, telur tersebut secara bersama-sama dihias oleh siswa-siswi baik yang kristen maupun muslim.

Hal diatas secara tidak langsung menunjukkan bentuk-bentuk toleransi yang terbentuk di antara warga sekolah. Mereka akan terbiasa hidup dalam perbedaan yang akan berdampak positif pada kehidupan mereka nantinya. Mereka akan lebih menghargai pendapat orang lain dan lebih sabar terhadap segala sesuatu yang pada dasarnya berbeda dengan prinsip-prinsip yang mereka anut. Siswa-siswi yang akan lulus nantinya akan lebih bisa menahan diri dan berusaha mencari jalan keluar terhadap segala perbedaan yang ada.

237

Page 13: BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN DALAM RANGKA MEMPERKOKOH PERSATUAN BANGSA

Bentuk Toleransi Antar Umat Beragama Di Kalangan Siswa SMK Kristen Pancasila

Masalah agama dapat menjadi pemicu yang sangat mudah untuk menyulut emosi seseorang sehingga isu-isu tentang agama yang belum tentu kebenarannya akan mudah menimbulkan konflik. Namun masalah ini tidak pernah terjadi di SMKK Pancasila sebab sekolah ini sangat memelihara sikap toleransi. Dengan adanya sikap toleransi yang terpelihara dengan baik, maka perseteruan yang disebabkan oleh kesalahpahaman agama dapat dihindari.

Adanya diskriminasi antarumat beragama menimbulkan adanya perbedaan-perbedaan yang dapat menciptakan jurang pemisah antara pemeluk agama yang satu dengan yang lain. Hal ini akan menimbulkan perbedaan-perbedaan yang mencolok di dalam kehidupan bermasyarakat, padahal sebagai makhluk sosial manusia harus mampu bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungannya. Perbedaan agama bukan suatu penghalang bagi seseorang untuk bersosialisasi di masyarakat karena yang berbeda hanyalah agamanya bukan pemeluknya, jadi dia berhak untuk mendapat perlakuan yang sama di dalam kehidupan bermasyarakat.

Keanekaragaman agama bukan merupakan jurang pemisah yang akan membentuk diskriminasi di dalam kehidupan bermasyarakat. Agama yang dipeluk memang berbeda-beda tetapi kedudukan seseorang di dalam kehidupan bermasyarakat adalah sama. Tidak ada penggolongan status sosial seseorang karena agama yang dianut, sehingga dalam pergaulan di masyaakat tidak perlu membeda-bedakan agama atau hanya bergaul dengan orang dari agamanya saja.

Kerukunan antarumat beragama akan tetap terjalin apabila tidak ada sikap saling mengganggu ibadah umat agama lain karena umat agama lain juga menginginkan ketenangan dalam beribadah serta tidak ada pemaksaan kepada umat agama lain untuk mengikuti agama atau kepercayaan yang dianutnya. Menganut suatu agama dilakukan karena adanya kepercayaan seseorang terhadap agama yang akan dianutnya tersebut.

Kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing adalah hak asasi bagi setiap warga negara Indonesia, oleh karena itu pemerintah menjamin kebebasan tersebut di dalam UUD 1945 pasal 29 (2). Dengan adanya jaminan dari pemerintah tersebut, diharapkan tidak ada pihak memaksakan suatu agama atau kepercayaan kepada pihak lain dalam melakukan ibadah agama dan kepercayaannya.

Setiap orang selalu mempunyai caranya sendiri salam menunjukkan sikap toleransinya kepada umat agama lain. Tidak ada pihak yang membatasi sikap toleransi seseorang kepada umat agama lain selama sikap tersebut tidak dilakukan secara berlebihan. Ada sebagian pihak yang memperbolehkan memberikan ucapan hari raya untuk umat agama lain, namun ada sebagian pihak yang tidak setuju dengan hal tersebut.

Masih rendahnya pengetahuan masyarakat Indonesia terhadap pluralisme agama, sehingga masyarakat mudah terprovokasi untuk melakukan konflik antarumat beragama. Perlu adanya usaha dari pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia sehingga tercipta generasi muda yang berpendidikan lebih baik, sehingga tidak mudah untuk terprovokasi dengan hal-hal yang berbau SARA.

Terciptanya kerukunan antarumat beragama tidak semata-mata merupakan tugas dari pemerintah untuk mensosialisasikan pluralisme agama, tapi juga merupakan tugas dari setiap warga negara Indonesia untuk ikut menerapkan sikap sesuai dengan konsep-konsep yang ada di dalam pluralisme agama. Perlu adanya kerjasama yang baik dari pemerintah dan juga masyarakat Indonesia agar tetap tercipta hubungan yang harmonis antarumat beragama yang ada, karena keanekaragaman agama bukan untuk menjadi jurang pemisah bagi bangsa Indonesia.

Salah satu bentuk toleransi antar umat beragama di SMKK Pancasila adalah Perayaan Hari Besar Agama yang selalu menghadirkan siswa maupun guru yang berlainan agama. Hal ini dapat memupuk rasa toleransi diantara para siswa dan siswi yang besekolah disana tanpa mengkhawatirkan diri mereka yang berlainan agama.

Pembahasan Keragaman budaya dapat dijelaskan melalui

teori difusi Koentjaraningrat, yang berarti proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke seluruh penjuru dunia yang diakibatkan oleh migrasi suatu bangsa dari suatu tempat ke tempat yang lain, perpindahan individu dan penyebaran dengan teknologi informasi. Dengan difusi maka akan terdapat dua kebudayaan yaitu kebudayaan awal dengan kebudayaan baru akibat unsur-unsur budaya baru ke dalam unsur-unsur budaya lama. Seperti yang ada di SMKK Pancasila, terdapat dua kebudayaan yang bernafaskan Islami dan kebudaayan yang bernafaskan Kristiani.

Warga sekolah juga secara tidak sadar telah menerapkan teori difusi Koentjaraningrat, yang mana penganut agama Kristen mampu menempatkan diri

238

Page 14: BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN DALAM RANGKA MEMPERKOKOH PERSATUAN BANGSA

Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 01 Nomor 03 Tahun 2015, Hal 226-240

dan menyebarkan dirinya di antara para warga sekolah yang lain. Hal ini ditandai dengan adanya berbagai macam acara keagamaan yang dilakukan secara sama rata. Dengan adanya hal tersebut maka akan tercipta kedamaian yang selalu menyelimuti keadaan sekitar sekolah.

SMKK Pancasila ini dapat dikatakan sebagai sekolah yang memiliki berbagai latar belakang siswa, karena bukan hanya warga sekitar yang bersekolah di sana. Ada siswa yang berasal dari Medan, Sumatera Utara dilihat berdasarkan nama marga yang melekat. Mereka jauh-jauh bersekolah di SMKK Pancasila dengan alasan agar dapat mandiri dan merasakan jauh dari orang tua. Meskipun begitu, mereka tetap tidak lupa pada sebuah kewajiban yaitu pergi ke gereja setiap hari Selasa, Kamis, Sabtu jam 5 sore dan Minggu pagi tiap minggunya.

Mereka tinggal di Panti Maranatha yang menampung anak-anak Kristen yang bersekolah di SMKK Pancasila. Di Panti Maranatha mereka hidup bersama-sama dengan anak-anak Kristen lainnya yang tinggal di sana. Mereka hidup berbagi dan sepenanggungan, karena mereka jauh dari orang tua mereka. Selain itu mereka belajar bersosialisasi dengan teman yang berbeda agama di SMKK Pancasila.

Hidup berdampingan dengan warga sekolah yang berbeda agama akan menimbulkan sebuah rasa toleransi yang tinggi. Rasa toleransi itu diwujudkan ketika salah satu agama sedang merayakan hari raya agama masing-masing. Ketika warga sekolah yang beragama Islam merayakan, maka warga sekolah yang beragama Kristen turut menghadiri sebagai sebuah penghormatan, begitu pula sebaliknya. Karena perbedaan bukanlah menjadi alasan untuk menghindari sebuah pertemuan yang akan memperat rasa persaudaraan.

Adanya rasa toleransi, diharapkan nantinya dapat menjadi dasar/modal di kehidupan siswa-siswi SMKK Pancasila. Karena mereka telah mampu beradaptasi dengan baik di sekolah dan nantinya dapat digunakan di kehidupan yang akan dihadapinya ketika lulus dari sekolah. Para murid diharapkan segera mampu beradaptasi dengan cepat di kehidupan yang pastinya berbeda dengan kehidupan di SMKK Pancasila.

Untuk mengembangkan sikap toleran yang saling menghargai perbedaan agama maka keragaman harus bersinergi dalam rangkaian interaksi untuk saling mengisi dan melengkapi. Maksudnya agama-agama itu ada bukan hanya untuk dirinya sendiri atau saling ada, melainkan ada untuk keberadaan dan kehidupan bersama. Sehingga selain diperlukan

toleransi agama juga dibutuhkan toleransi sosial. toleransi social semua umat beragama menemukan dasar yang kokoh untuk saling mendekatkan diri satu juga berguna untuk yang lain bahkan juga membangun persaudaraan yang sejati. Dalam persaudaraan yang sejati, visi dan misi bersama dapat dijabarkan dalam bentuk kegiatan bersama dan atau kerjasama.Simpulan

Pendeskripsian data di atas telah dapat disimpulkan bahwa toleransi antar umat beragama di SMKK Pancasila telah terpelihara dengan baik, sehingga tidak pernah timbul persengketaan yang disebabkan oleh perbedaan agama yang terdapat di dalam sekolah tersebut. Maka kesimpulan yang dapat ditarik dari pemaparan data diatas adalah :1. Nilai-nilai dasar yang menjadi landasan

terbentuknya toleransi antar umat beragama di SMKK Pancasila antara lain, nilai agama, nilai budaya, nilai nasionalisme, dan nilai kesabaran.

2. Bentuk-bentuk toleransi yang ada di SMKK Pancasila antara lain ketika bulan puasa, pondok Romadhon selalu diadakan dan untuk mengimbanginya diadakan Pondok Kasih, dan ada pula kegiatan Bhakti Sosial yang diadakan setiap tahun untuk mengasah rasa kepedulian dan rasa berbagi kepada warga di sekitar sekolah dan panti asuhan yang berbeda agama.

SaranAdanya nilai-nilai toleransi antar umat

beragama yang diterapkan sedini mungkin pada anak usia sekolah, maka diharapkan anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang dimanapun tempatnya berada, karena ia telah memiliki modal yang baik dari sekolah, untuk itulah beberapa saran ini diperlukan untuk SMKK Pancasila yaitu :(1) Tetap menjaga dan berusaha meningkatkan sikap

toleransi di antara warga sekolah agar selalu terjaga kedamaian yang nyaman di SMKK Pancasila.

(2) Selain menjaga dan meningkatkan sikap toleransi, sekolah seharusnya membentuk organisasi sekolah yang mewadahi siswa yang berimbang anggotanya antar satu agama dan agama yang lain untuk menjaga kedamaian.

(3) Seharusnya sekolah seperti ini yang mengedepankan toleransi menjadi teladan bagi sekolah-sekolah lain, sebab meskipun dengan adanya perbedaan, SMKK Pancasila ini selalu damai aman dan tenteram tanpa pernah terjadi perselisihan karena masalah perbedaan agama yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

239

Page 15: BENTUK TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA SMK KRISTEN PANCASILA KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN DALAM RANGKA MEMPERKOKOH PERSATUAN BANGSA

Bentuk Toleransi Antar Umat Beragama Di Kalangan Siswa SMK Kristen Pancasila

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Basrowi, Muhammad dan Soenyono. 2004. Teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Surabaya: V De Press

Bungin, Burhan. 2006. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT RajaGrafindo Perkasa

Harahap, Syahrin. 2011. Teologi Kerukunan. Jakarta: Prenada

Hasani, Ismail. 2009. Berpihak dan bertindak Intoleran : Intoleransi Masyarakat dan Resrtriksi Negara dalam Kebebasan Beragama/ Berkeyakinan di Indonesia. Jakarta: Publikasi SETARA Institute

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta

Moloeng, Lexi. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya

Nurkayati, Linda. 2010. Makna Pluralisme Agama bagi Mahasiswa Prodi PPKn Univeritas Negeri Surabaya dalam Menciptakan Kerukunan Antar Umat Beragama pada subbab Realitas kemajemukan di Indonesia. Skripsi tidak diterbitkan: Jurusan PMP-KN FIS UNESA

Oesman, Oetojo dan Alfian. 1991. Pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa/ Bernegara. Jakarta: BP-7 Pusat

Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Wach, Joachim. 1996. Ilmu Perbandingan Negara. ______:________

Winataputra, Udin S. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan (Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani). Jakarta: Balai Pustaka

http://ghearoktoni.wordpress.com/category/artikel/pendidikan/artikel-pendidikan/tantangan-dan-permasalahan-dalam-upaya- memelihara-persatuan-dan-kesatuan-bangsa/ diakses 22 April 2014

Madani, Warta.2013. Toleransi Agama Menurut Nurcholis Madjid http://www.wartamadani.com/2013/03/toleransi-antar-umat-beragama-menurut-nurcholis-madjid.html diakses tanggal 16 Januari 2015

Prabowo, Singgih.2011. Persatuan dan Kesatuan. http://singgihcongol.wordpress.com/artikel-2/persatuan-dan kesatuan/ diakses tanggal 22 April 2014

Smile, Anan.2014.Gus Dur│ Bapak Pluralisme. http://warkopmbahlalar.com/3467/gus-dur-bapak-pluralisme/ diakses tanggal 17 Januari 2015

240