Bentuk Lapisan Batubara Dedy

21
BENTUK LAPISAN BATUBARA Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi lingkungan pengendapan tertentu. Akumulasi tersebut telah dikenai pengaruh-pengaruh synsedimentary dan post-sedimentary. Akibat pengaruh-pengaruh tersebut dihasilkanlah batubara dengan tingkat (rank) dan kerumitan struktur yang bervariasi. Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Potensi batubara Indonesia masih memungkinkan untuk lebih ditingkatkan lagi dengan memberikan prioritas yang lebih besar pada pengembangan dan pemanfaatannya untuk meningkatkan peranan batubara. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi. Di Indonesia produksi batubara pada tahun 1995 mencapai sebesar 44 juta ton. Sekitar 33 juta ton dieksport dan sisanya sebesar 11

Transcript of Bentuk Lapisan Batubara Dedy

Page 1: Bentuk Lapisan Batubara Dedy

BENTUK LAPISAN BATUBARA

Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi

lingkungan pengendapan tertentu. Akumulasi tersebut telah dikenai

pengaruh-pengaruh synsedimentary dan post-sedimentary. Akibat pengaruh-

pengaruh tersebut dihasilkanlah batubara dengan tingkat (rank) dan

kerumitan struktur yang bervariasi.

Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari

endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk

melalui proses pembatubaraan. Potensi batubara Indonesia masih

memungkinkan untuk lebih ditingkatkan lagi dengan memberikan prioritas

yang lebih besar pada pengembangan dan pemanfaatannya untuk

meningkatkan peranan batubara.

Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di

cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk

Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara

ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Eosen

atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau

sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu

geologi.

Di Indonesia produksi batubara pada tahun 1995 mencapai sebesar 44 juta

ton. Sekitar 33 juta ton dieksport dan sisanya sebesar 11 juta ton untuk

konsumsi dalam negeri. Dari jumlah 11 juta ton tersebut 60 % atau sekitar

6.5 juta ton digunakan untuk pembangkit listrik, 30 % untuk industri semen

dan sisanya digunakan untuk rumah tangga dan industri kecil.

Page 2: Bentuk Lapisan Batubara Dedy

Materi Pembentuk Batubara

Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis

tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah

sebagai berikut:

•Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal.

Hasil endapan batubara dari periode ini sangat sedikit.

•Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari

alga. Sedikit endapan batubara dari periode ini.

•Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama

pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tumbuh-

tumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh

di iklim hangat.

•Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur

Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal

pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti

gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian

seperti di Australia, India dan Afrika.

•Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan

modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga,

kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang

dapat terawetkan.

Potensi batubara di Indonsia masih memungkinkan untuk lebih ditingkatkan

lagi dengan memberikan prioritas yang lebih besar pada pengembangan dan

pemanfaatannya untuk meningkatkan peranan batubara menjelang tinggal

landas pada awal Pelita VI. Salah satu dukungan yang disarankan adalah

pemantapan perencanaan dan pelaksanaan produksi secara terpadu,

sehingga kapasitas produksi selalu dapat memenuhi peningkatan

permintaan batubara baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Page 3: Bentuk Lapisan Batubara Dedy

Batubara terbentuk dengan cara yang sangat kompleks dan memerlukan

waktu yang lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) di bawah pengaruh

fisika, kimia ataupun keadaan geologi. Untuk memahami bagaimana

batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan perlu diketahui di mana batubara

terbentuk dan factor-faktor yang akan mempengaruhinya, serta bentuk

lapisan batubara.

Pembentukan Batubara

Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan mati dengan komposisi utama dari

cellulose. Proses pembentukan batubara atau coalification yang dibantu oleh

factor fisika, kimia alam akan mengubah cellulosa menjadi lignit,

subbitumine dan antrasite. Gas-gas yang terbentuk selama proses

pembentukan batubara akan masuk ke dalam celah-celah vein batulempung

dan ini sangat berbahaya. Gas metan yang sudah terakumulasi di dalan

celah vein, terlebih-lebih apabila terjadi kenaikan temperature, karena tidak

dapat keluar, sewaktu-waktu dapat meledak dan terjadi kebakaran. Oleh

karena itu, mengatahui bentuk deposit batubara dapat menentukan cara

penambangan yang akan dipilih dan juga meningkatkan keselamatan kerja.

Tempat Terbentuknya Batubara

Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa

tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat

proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena

itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses

yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan

pembatubaraan (coalification).

Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman

geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan

lokasi pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan

panas bumi serta perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan

Page 4: Bentuk Lapisan Batubara Dedy

menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam.

Oleh karena itu, karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan

lapangan batubara (coal field) dan lapisannya (coal seam).

Gambar 1. Proses Terbentuknya Batubara

Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon

(Carboniferous Period) --dikenal sebagai zaman batu bara pertama-- yang

berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas dari

setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama

waktu pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik'. Proses

awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang

selanjutnya berubah menjadi batu bara muda (lignite) atau disebut pula batu

bara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batu bara dengan jenis

maturitas organik rendah.

Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama

jutaan tahun, maka batu bara muda akan mengalami perubahan yang

secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara

muda menjadi batu bara sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi

dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan

warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau

antrasit (anthracite).

Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin

tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Dalam proses

pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya menggambarkan perubahan

Page 5: Bentuk Lapisan Batubara Dedy

konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara. Berikut ini

ditunjukkan contoh analisis dari masing --masing unsur yang terdapat dalam

setiap tahapan pembatubaraan.

Tabel 1. Contoh Analisis Batubara (daf based)

Dalam pembentukan batubara, semakin tinggi tingkat pembatubaraan,maka

kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan

berkurang. Karena tingkat pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan

dengan mutu atau kualitas batubara, maka batubara dengan tingkat

pembatubaraan rendah disebut pula batubara bermutu rendah-- seperti

lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh

dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture)

yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya

juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras

dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu,

kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan

meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.

Untuk menjelaskan tempat terbentuknya batubara, dikenal dua macam teori

yaitu :

a. Teori Insitu

Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara,

terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan

demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengetahui proses

Page 6: Bentuk Lapisan Batubara Dedy

transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses

coalification. Jenis batubara yang terebentuk dengan cara ini mempunyai

penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadar abunya

relative kecil. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan di

lapangan batubara Muara Enir – Sumatera Selatan.

b. Teori Drift

Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara

terjadinya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup

dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati di angkut

oleh media air dan berakumulasi disuatu tempat, tertutupoleh batuan

sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk

dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas, tetapi di jumapi

dibeberapa tempat, kualitas kurang baik karena banyak mengandung

material pengotor yang terangkut bersama selama proses pengangkutan

dari tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi. Batubara yang terbentuk

seperti ini di Indonesia didapatkan dilapangan batubara delta Mahakam

Purba – Kalimantan Timur.

Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Batubara

Cara terbentuknya batubara merupakan proses yang komples, dalam asti

harus dipelajari dari berbagai sudut yang berbeda. Terdapat serangkaian

factor yang diperlukan dalam pembentukan batubara yaitu

a. Posisi Geotektonik

Adalah suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi oleh gaya-gaya

tektonik lempeng. Dalam pembentukan cekungan batubara, posisi

geotektonik merupakan factor yang dominan. Posisi ini akan mempengaruhi

iklim local dan morfologi cekungan pengendapan batubara maupun

kecepatan penurunannya. Pada fase terakhir, posisi geotektonik

Page 7: Bentuk Lapisan Batubara Dedy

mempengaruhi proses metamorfosa organic dan struktur dari lapangan

batubara melalui masa sejarah setelah pengendapan akhir.

b. Topografi (Morfologi)

Morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting

karena menentukan penyebaran rawa-rawa di mana batubara tersebut

terbentuk. Topografi mungkin mempunyai efek yang terbatas terhadap iklim

dan keadaannya bergantung pada posisi geotektonik.

c. Iklim

Kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan batubara dan

merupakan factor pengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai.

Iklim tergantung pada posisi geografi dan lebih luas lagi dipengaruhi oleh

posisi geotektonik. Temperature yang lembab pada iklim tropis dan sub

tropis pada umumnya sesuai untuk pertumbuhan flora dibandingkan wilayah

yang lebih dingin. Hasil pengkajian menyatakan bahwa hutan rawa tropis

mempunyai siklus pertumbuhan setipa 7 – 9 tahun dengan ketinggian pohon

sekitar 30 meter. Sedangkan pada iklim yang lebih dingin, ketinggian pohon

hanya mencapai 5 – 6 meter dalam selang waktu yang sama.

d. Penurunan

Penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya tekonik. Jika

penurunan dan pengandapan gambut seimbang akan dihasilkan endapan

batubara tebal. Pergantian transgresi dan regresi mempengaruhi

pertumbuhan flora dan pengendapannya. Hal ini menyebabkan adanya

infiltrasi material dan mineral yang mempengaruhi mutu dari batubara yang

terbantuk.

e. Umur Geologi

Proses geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan berbagai

macam tumbuhan. Dalam masa perkembangan geologi secara tidak

Page 8: Bentuk Lapisan Batubara Dedy

langsung membahas sejaran pengendapan batubara dan metamorfosa

organic. Makin tua umur batuan makin dalam penimbunan yang terjadi,

sehingga terbentuk batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada batubara

yang mempunyai umur geologi lebih tua selalu ada resiko mengalami

deformasi tektonik yang membentuk struktur perlipatan atau patahan pada

lapisan batubara. Disamping itu factor erosi akan merusak semua bagian

dari endapan batubara.

f. Tumbuhan

Flora merupakan unsure utama pembentuk batubara. Pertumbuhan dari flora

terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisografi dengan iklim dan

topografi tertentu. Flora merupakan factor penentu terbentuknya berbagai

tipe batubara. Evolusi dari kehidupan menciptakan kondisi yang berbeda

selama masa sejarah geologi. Mulai dari Paleozoic hingga Devon pertamakali

terbentuk lapisan batubara di daerah lagon yang dangkal. Periode ini

merupakan titik awal dari pertumbuhan flora secara besar-besaran dalam

waktu singkat pada setiap kontinen. Hutan tumbuh dengan subur selama

masa Karbon. Pada masa tersier merupakan perkembangan yang sangat

luas dari berbagai jenis tanaman.

g. Dekomposisi

Dekomposisi flora yang merupakan bagian dari transformasi biokimia dari

organic merupakan titik awal untuk seluruh alterasi. Dalam pertumbuhan

gambut, sisa tumbuhan akan mengalami perubahan, baik secara fisik

maupun kimiawi. Setelah tumbuhan mati, proses degradasi biokimia lebih

berperan. Proses pembusukan akan terjadi oleh kerja mikrobiologi (bakteri

anaerob). Kecepatan pertumbuhan gambut bergantung pada kecepatan

perkembangan tumbuhan dan proses pembusukan. Bila tumbuhan tertutup

oleh air dengan cepat, maka akan terhindar oleh proses pembusukan, tetapi

terjadi proses desintegrasi atau penguraian oleh mikrobiologi. Bila tumbuhan

yang telah mati terlalu lama berada di udara terbuka, maka kecepatan

Page 9: Bentuk Lapisan Batubara Dedy

pembusukan gambut akan berkurang sehingga hanya bagian keras saja

tertinggal yang menyulitkan penguraian oleh mikribiologi.

h. Sejarah Sesudah Pengendapan

Searah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisi geotektonik

yang mempengaruhi perkembangan batubara dan cekungan batubara.

Secara singkat terjadi proses geokimia dan metamorfosa organic setelah

pengendapan gambut. Di samping itu sejarah geologi endapan batubara

bertanggung jawab terhadap terbentuknya struktur cekungan batubara,

berupa perlipatan, persesaran, intrusi magmatic dan sebagainya.

i. Struktur Cekungan Batubara

Terbentuknya batubara pada cekungan, umumnya mengalami deformasi

oleh gaya tektonik yang menghasilkan lapisan batubara dengan bentuk-

bentuk tertentu. Disamping itu adanya erosi yang intensif menyebabkan

bantuk lapisan batubara tidak menerus.

j. Metamorfosa Organik

Tingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah penimbunan atau

pengaburan oleh sedimen baru. Pada tingkat ini proses degradasi biokimia

tidak berperan lagi tetapi lebih didominasi oleh proses dinamokimia. Proses

ini menyebabkan terjadninya perubahan gambut menjadi batubara dalam

berbagai mutu. Selama proses ini terjadi pengurangan air lembab, oksigen

dan zat terbang serta bertambahnya prosentas karbon pada, belerang dan

kandungan abu. Tekanan dapat disebabkan oleh lapisan sedimen penutup

yang sangat tebal atau karena tektonik. Hal ini menyebabkan bertambahnya

tekanan dan percepatan proses metamorfosa organic. Proses ini akan dapat

mengubah gambut menjadi batubara sesuai dengan perubahan sifat kimia,

fisik, dan optiknya.

Terbentuknya Lapisan Batubara Tebal

Page 10: Bentuk Lapisan Batubara Dedy

Lapisan batubara tebal merupakan deposit batubara yang mempunyai nilai

ekonomis tinggi. Salam satu syarat yang dapat membentuk lapisan batubara

tebal adalah apabila terdapat suatu cekungan yang oleh karena adanya

beban pengendapan bahan-bahan pembentuk batubara di atasnya

mengakibatkan dasar cekungan tersebut turun secara perlahan-lahan.

Cekungan ini umumnya terdapat didaerah rawa-rawa (hutan bahaku) di tepai

pantai. Dasar cekungan yang turun secara perlahan-lahan dengan

pembentukan batubara memungkinkan permukaan air laut akan tetap dan

kondisi rawa stabil. Apabila karena proses geologi dasar cekungan turun

secara cepat, maka air laut akan masuk ke dalam cekungan sehingga

mengubah kondisi rawa menjadi kondisi laut.

Akibatnya di atas lapisan pembentuk batubara akan terendapkan lapisan

sedimen laut antara lain batugamping. Pada tahap selanjutnya akan terjadi

kembali pengendapan batulempung yang memungkinkan untuk kembali

terbentuk kondisi rawa. Proses selanjutnya akan terkumpul dan terendapkan

bahan-bahan pembentuk batubara (sisa tumbuhan) di atas lapisan

batulempung. Demikian seterusnya sehingga terbentuk lapisan batubara

dengan diselingi oleh lapisan antara yang berupa batugamping dan

batulempung. Tidak jarang dijumpau lapisan batubara sering terbentuk

lapisan antara yang berupa batulempung yang disebut sebagai clay band

atau clay parting.

Bentuk Lapisan Batubara

Pada kegiatan eksplorasi batubara, kita selalu menginginkan utk

mendapatkan lapisan batubara yang tebal. Dalam bentuk lapisan menerus

dgn ketebalan yang sama kesemua arah dan kualitas batubaranya baik.

Page 11: Bentuk Lapisan Batubara Dedy

Bentuk cekungan, proses sedimentasi, proses geologi selama dan sesudah

proses pembentukan batubara akan menentukan bentuk lapisan batubara.

Mengetahui bentuk lapisan batubara sangat menentukan dalam

menghintung cadangan dan merencanakan cara penambangannya.

Beberapa bentuk lapisan batu baru, yaitu :

Sebagai catatan, hasil pengamatan pada singkapan batubara yang diperoleh

dilapangan, dikombinasikan dengan hasil pemboran eksplorasi, akan dapat

diketahui berbagai macam bentuk lapisan batubara yang ada diantara

lapisan batuan sedimen.

Untuk hal tesebut, dalam melakukan interpretasi geologi yang berkaitan

dalam usaha memahami bentuk lapisan batubara, di anjurkan memadukan

semua data geologi yang diperoleh pada saat melakukan pemetaan

permukaan (surface) dan pemetaan bawah permukaan (sub surface

Bentuk cekungan, proses sedimentasi, proses geologi selama dan sesudah

proses coalification akan menentukan bentuk lapisan batubara. Mengetahui

bentuk lapisan batubara sangat menentukan dalam menghitung cadangan

dan merencanakan cara penambangannya.

Dikenal beberapa bentuk lapisan batubara yaitu :

Bentuk Horse Back

Bentuk Pinch

Bentuk Clay Vein

Bentuk Burried Hill

Bentuk Fault

Bentuk Fold

Page 12: Bentuk Lapisan Batubara Dedy

Bentuk Horse Back

Bentuk ini dicirikan oleh lapisan batubara dan lapisan batuan sedimen yang

menutupinya melengkung ke arah atas, akibat adanya gaya kompresi.

Tingkat perlengkungan sangat ditentukan oleh besaran gaya kompresi.

Makin kuat gaya kompresi yang berpengaruh, makin besar tingkat

perlengkungannya. Ke arah lateral lapisan batubara mungkin akan sama

tebalnya atau menjadi tipis. Kenampakan ini dapat terlihat langsung pada

singkapan lapisan batubara yang tampak/dijumpai di lapangan (dalam skala

kecil), atau dapat diketahui dari hasil rekontruksi beberapa lubang pemboran

eksplorasi pada saat dilakukan coring secara sistematis. Akibat dari

perlengkungan ini lapisan batubara terlihat terpecah-pecah akibatnya

batubara menjadi kurang kompak.

Pengaruh air hujan, yang selanjutnya menjadi air tanah, akan

mengakibatkan sebagian dari butiran batuan sedimen yang terletak di

atasnya, bersama air tanah akan masuk di antara rekahan lapisan batubara.

Kejadian ini akan megakibatkan apabila batubara tersebut ditambang,

batubara mengalami pengotoran (kontaminasi) dalam bentuk butiran-butiran

batuan sedimen sebagai kontaminan anorganik, sehingga batubara menjadi

tidak bersih. Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan, apabila batubara

tersebut akan dipergunakan sebagai bahan bakar.

Page 13: Bentuk Lapisan Batubara Dedy

Gambar Perlapisan Batubara Berbentuk Horse Back

Bentuk Pinch

Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis di bagian tengah. Pada

umumnya bagian bawah (dasar) dari lapisan batubara merupakan batuan

yang plastis misalnya batulempung sedang di atas lapisan batubara secara

setempat ditutupi oleh batupasir yang  secara lateral merupakan pengisian

suatu alur. Sangat dimungkinkan, bentuk pinch ini bukan merupakan

penampakan tunggal, melainkan merupakan penampakan yang berulang-

ulang. Ukuran bentuk pinch bervariasi dari beberapa meter sampai puluhan

meter. Dalam proses penambangan batubara, batupasir yang mengisi pada

alur-alur tersebut tidak terhindarkan ikut tergali, sehingga keberadaan

fragmen-fragmen batupasir tersebut juga dianggap sebagai pengotor

anorganik. Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan apabila batubara

tersebut akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

Gambar . Perlapisan Batubara Berbentuk  Pinch

Bentuk Clay Vein

Bentuk ini terjadi apabila di antara dua bagian lapisan batubara terdapat

urat lempung ataupun pasir. Bentuk ini terjadi apabila pada satu seri lapisan

Page 14: Bentuk Lapisan Batubara Dedy

batubara mengalami patahan, kemudian pada bidang patahan yang

merupakan rekahan terbuka terisi oleh material lempung ataupun pasir.

Apabila batubaranya ditambang, bentukan Clay Vein ini dipastikan ikut

tertambang dan merupakan pengotor anorganik (mineral matter) yang tidak

diharapkan. Pengotor ini harus dihilangkan apabila batubara tersebut akan

dikonsumsi sebagai bahan bakar.

Bentuk Burried Hill

Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana batubara semula terbentuk

suatu kulminasi sehingga lapisan batubara seperti “terintrusi”. Sangat

dimungkinkan lapisan batubara pada bagian yang “terintrusi” menjadi

menipis atau hampir hilang sama sekali. Bentukan intrusi mempunyai ukuran

dari beberapa meter sampai puluhan meter. Data hasil pemboran inti pada

saat eksplorasi akan banyak membantu dalam menentukan dimensi

bentukan tersebut. Apabila bentukan intrusi tersebut merupakan batuan

beku, pada saat proses penambangan dapat dihindarkan, tetapi apabila

bentukan tersebut merupakan tubuh batupasir, dalam proses penambangan

sangat dimungkinkan ikut tergali. Oleh sebab itu ketelitian dalam

perencanaan penambangan sangat diperlukan, agar fragmen-fragmen intrusi

tersebut dalam batubara yang dihasilkan dari kegiatan penambangan dapat

dikurangi sehingga keberadaan pengotor anorganik tersebut jumlahnya

dapat diperkecil.

Page 15: Bentuk Lapisan Batubara Dedy

Gambar . Perlapisan Batubara Berbentuk Burried Hill

Bentuk Fault (Patahan)

Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana deposit batubara mengalami

beberapa seri patahan. Apabila hal ini terjadi, akan mempersulit dalam

melakukan perhitungan cadangan batubara. Hal ini disebabkan telah terjadi

pergeseran perlapisan batubara ke arah vertikal. Dalam melaksanakan

eksplorasi batubara di daerah yang memperlihatkan banyak gejala patahan,

diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi, tidak dibenarkan hanya

berpedoman pada hasil pemetaan geologi permukaan saja. Oleh sebab itu,

di samping kegiatan pemboran inti, akan lebih baik bila ditunjang oleh data

hasil penelitian geofisika.

Gambar III.6. Perlapisan Batubara Berbentuk Fault

Dengan demikian rekonstruksi perjalanan lapisan batubara dapat diikuti

dengan bantuan hasil interpretasi dari data geofisika. Apabila patahan-

patahan secara seri didapatkan, keadaan batubara pada daerah patahan

Page 16: Bentuk Lapisan Batubara Dedy

akan ikut hancur. Akibatnya keberadaan kontaminan anorganik pada

batubara tidak terhindarkan. Makin banyak patahan yang terjadi pada satu

seri sedimentasi endapan batubara, makin banyak kontaminan anorganik

yang terikut pada batubara pada saat ditambang.

Bentuk Fold (Perlipatan)

Bentuk ini terjadi apabila di daerah endapan batubara, mengalami proses

tektonik hingga terbentuk perlipatan. Perlipatan tersebut dimungkinkan

masih dalam bentuk sederhana, misalnya bentuk antiklin atau bentuk

sinklin, atau sudah merupakan kombinasi dari kedua bentuk tersebut.

Lapisan batubara bentuk fold, memberi petunjuk awal pada kita bahwa

batubara yang terdapat di daerah tersebut telah mengalami proses

coalification relatif lebih sempurna, akibatnya batubara yang diperoleh

kualitasnya relatif lebih baik. Sering sekali terjadi, lapisan batubara bentuk

fold berasosiasi dengan lapisan batubara berbentuk fault. Dalam melakukan

eksplorasi batubara di daerah yang banyak perlipatan dan patahan, kegiatan

pemboran inti perlu mendapat prioritas utama agar ahli geologi mampu

membuat rekonstruksi struktur dalam usaha menghitung jumlah cadangan

batubara

TUGAS PEMERCONTOHAN & ANALISIS BATUBARA

Page 17: Bentuk Lapisan Batubara Dedy

“Struktur – Struktur Perlapisan pada Batubara”

Oleh :

Nama : Deddy Kristian S

NIM : 1009045046

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA