Bentuk Lahan Asal Struktural

46
BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Geomorfologi Umum yang Dibimbing oleh Bapak Drs. Sudarno Herlambang, Msi Oleh Kelompok 1 (Off B) : Nurjunita F. N 108351417255 M. Luthfi Arrohman 108351417259 Fauzi F. 108351417264 Ainun Zahriyah 108351417265 1

description

pembentukan lahan struktural terkait proses tektonisme

Transcript of Bentuk Lahan Asal Struktural

Page 1: Bentuk Lahan Asal Struktural

BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Geomorfologi Umum yang

Dibimbing oleh Bapak Drs. Sudarno Herlambang, Msi

Oleh

Kelompok 1 (Off B) :

Nurjunita F. N 108351417255

M. Luthfi Arrohman 108351417259

Fauzi F. 108351417264

Ainun Zahriyah 108351417265

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN GEOGRAFI

Oktober 2009

1

Page 2: Bentuk Lahan Asal Struktural

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sudarno Herlambang selaku

dosen matakuliah Geomorfologi Umum yang telah mengarahkan penulis dan membimbing

demi tercapainya makalah ini. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah

mendukung tercapainya makalah ini. Tidak ada suatu ucapan yang bermakna selain rasa

tulus terima kasih dari penulis.

Dalam penulisan makalah ini kami selaku penulis menyadari bahwa masih banyak

kesalahan-kesalahan baik dari segi ejaan, definisi maupun konseptual di dalam makalah

ini. Oleh karena itu penulis dengan hati terbuka berharap adanya masukan, saran, dan kritik

yang bersifat membangun oleh pembaca demi terciptanya kesempurnaan makalah ini.

Sehingga proses pembelajaran yang kami lakukan menjadi lebih bermanfaat baik bagi

khalayak umum atau bagi mahasiswa. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, 17 Oktober 2009

Penulis,

2

Page 3: Bentuk Lahan Asal Struktural

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang..................................................................................... 1

I.2 Rumusan Masalah................................................................................ 1

I.3 Tujuan Makalah................................................................................... 2

II. PEMBAHASAN

2.1 Bentuk Lahan Asal Struktural............................................................... 3

2.2 Tenaga pembentukan Lipatan, Patahan, dan Lengkungan.................... 5

2.3 Ciri-ciri Bentuk Lahan Asal Struktural…………………..…………... 9

2.4 Bentuk lahan di daerah struktur lipatan, patahan dan lengkungan…... 9

2.5 Macam-macam bentuk lahan Struktural…………………………….. 17

2.6 Satuan Bentuk Lahan Struktural…………………………..………….. 18

2.7 Ciri-ciri Sesar…......…………………………………………………... 20

2.8 Pemanfaatan Bentuk Lahan Asal struktural…………………………... 22

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………. 24

3.2 Saran…………………………………………………………………... 27

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 28

3

Page 4: Bentuk Lahan Asal Struktural

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bentuk lahan atau landform adalah setiap unsur bentang lahan (landscape) yang

dicirikan oleh ekspresi permukaan yang jelas, struktur internal atau kedua – duanya

menjadi pembeda yang mencolok dalam mendiskripsi fisiografi suatu daerah.

Landform juga merupakan batas permukaan antara atmosfer, hidrosfer, biosfer,

pedosfer, dan lakmus dimana kehidupan berada di atas bumi. Bentuk lahan merupakan

kenampakan medan (terrain) yan terbentuk oleh proses alami, memiliki komposisi

tertentu, memiliki julat (range) karakteristik fisikal dan visual tertentu dimanapun

medan tersebut terjadi.

Pembentukan lahan pada proses geomorfologis mempunyai banyak asal yang

berguna untuk mengawali kajian tekstur lahannya. Salah satunya adalah bentuk lahan

asal struktural. Bentuk lahan asal struktural merupakan proses pembentukan lahan

yang disebabkan oleh adaya proses endogen. Misalnya proses pengangkatan,

penurunan dan pelipatan kerak bumi. Contoh dari bentuk lahan asal struktural adalah

pegunungan lipatan, pegunungan patahan dan pegunungan kubah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses terbentuknya bentuk lahan asal struktural?

2. Bagaimana tenaga endogen pembentuk lipatan, patahan dan lengkungan?

3. Apa saja ciri-ciri bentuk lahan asal struktural?

4. Bagaimana bentuk lahan yang ada di daerah struktur lipatan, patahan dan

lengkungan?

5. Apa saja macam-macam bentuk lahan struktural?

6. Apa saja satuan bentuk lahan asal struktural?

7. Apa saja ciri-ciri sesar?

8. Bagaimana pemanfaatan bentuk lahan asal struktural?

4

Page 5: Bentuk Lahan Asal Struktural

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui tentang bentuk lahan asal struktural.

2. Mengetahui Tenaga pembentuk lipatan, patahan dan lengkungan

3. Mengetahui ciri-ciri bentuk lahan asal struktural.

4. Mengetahui bentuk lahan di daerah struktur lipatan, patahan dan lengkungan.

5. Mengetahui macam-macam bentuk lahan struktural.

6. Mengetahui satuan bentuk lahan asal struktural.

7. Mengetahui ciri-ciri sesar.

8. Mengetahui pemanfaatan bentuk lahan asal struktural.

5

Page 6: Bentuk Lahan Asal Struktural

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL

Bentuk lahan asal proses struktural tersusun dari seseri lapisan, baik yang telah

terusik oleh suatu tekanan maupun yang belum terusik. Terbentuk karena adanya

proses endogen berupa tektonisme dan diatropisme. Proses ini meliputi pengangkatan,

penurunan, pelengkungan, pelenturan dan pelipatan kerak bumi sehingga terbentuk

struktur geologi lipatan dan patahan. Selain itu terdapat struktur horisontal yang

merupakan struktur asli sebelum mengalami perubahan. dari struktur pokok tersebut

dapat dirinci menjadi berbagai bentuk berdasarkan sikap lapisan batuan dan

kemiringannya. Dapat digambarkan dengan diagram berikut ini:

Serta penjelasan lebih rincinya adalah sebagai berikut:

Tenaga Endogen

Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan

perubahan pada kulit bumi. Tenaga endogen ini sifatnya membentuk permukaan

bumi menjadi tidak rata. Mungkin saja di suatu daerah dulunya permukaan bumi

rata (datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit atau

pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah

atau jurang. Secara umum tenaga endogen dibagi dalam tiga jenis yaitu tektonisme,

vulkanisme, dan seisme atau gempa.

Tektonisme

Seperti telah dijelaskan, keragaman muka bumi dipengaruhi oleh adanya gerakan-

gerakan di kerak bumi, baik gerakan mendatar maupun gerakan tegak. Gerakan-

gerakan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang menghasilkan

pola baru yang disebut struktur diastropik. Bentuk baru yang termasuk dalam

struktur diastropik adalah pelengkungan, pelipatan, patahan, dan retakan.

6

Tenaga Endogen

Tektonisme/Diatropisme

Menghasilkan:-lipatan-patahan-lengkungan-retakan

Mengalami:-pengangkatan-penurunan- pelengkungan- pelenturan-pelipatan(kerak bumi)

Page 7: Bentuk Lahan Asal Struktural

a. Lipatan :

lapisan kulit bumi yang mendapat tekanan arah mendatar akan membentuk

lipatan. Punggung lipatan disebut antiklinal. Lembah lipatan disebut sinklinal.

Keterangan:

a. lipatan tegak

b. lipatan miring

c. lipatan rebah

d. lipatan menggantung

e. lipatan isoklin

f. lipatan kelopak

b. Patahan :

terjadi karena adanya tekanan atau gerakan tektonik secara horizontal maupun

vertikal pada kulit bumi yang rapuh. Daerah patahan merupakan daerah yang

rawan gempa karena rapuh. Patahan sering disebut juga sesar.

Sesar ada bermacam-macam tipenya, tergantung dari gerakan relatif blok di

satu sisi sesar terhadap yang lain, diantaranya:

- Sesar Normal

hasil pergeseran kerak bumi sisi satu dengan sisi lainya, dimana pada

posisi hangingwall turun ke bawah dari sisi footwallnya, sesar ini hasil dari

gaya ekstensi kerak bumi.

- Sesar Naik (thrust fault)

hasil pergerakan kerak bumi sisi satu dengan sisi lainya, dimana pada

posisi hangingwall terdorong ke atas dari sisi footwallnya, sesar ini hasil

dari gaya kompresi kerak bumi.

- Sesar geser (strike-slip or transform, or wrench fault)

7

Page 8: Bentuk Lahan Asal Struktural

sesar permukaan dimana footwall bergerak ke kiri atau kekanan atau

pegerakan lateral dengan sedikit pergerakan vertikal.

c. Pelengkungan :

lapisan kulit bumi yang semula mendatar jika mendapat tekanan vertikal akan

membentuk struktur melengkung. Lengkungan tersebut dapat mengarah ke atas

yang disebut kubah (dome) dan dapat mengarah ke bawah yang disebut basin.

Gambar dome dan basin.

d. Retakan :

terjadi karena gaya regangan yang menyebabkan batuan menjadi retakretak.

2.2 TENAGA PEMBENTUK LIPATAN, PATAHAN DAN LENGKUNGAN

1. Tenaga Pembentuk Lipatan

Daerah yang berstruktur lipatan, kubah, dan struktur patahan, pada dasarnya

disebabkan oleh tenaga endogen. Hanya saja tenaga endogen pembentuk ketiga daerah

struktur lipatan, kubah, dan patahan tidak sama. Pada daerah berstruktur lipatan,

disebabkan oleh tenaga endogen yang arahnya mendatar berupa tekanan, sehingga

batuan sedimen yang letak lapisanlapisannya mendatar berubah menjadi terlipat atau

8

Page 9: Bentuk Lahan Asal Struktural

bergelombang. Daerah yang berstruktur demimikian disebut daerah lipatan, dalam

bahasa Inggris disebut folded zone. Untuk memberikan kejelasan tentang daerah

lipatan, berikut ini disajikan ilustrasi dalam Gambar: (Sudardja & Akub, 1977: 115).

Gambar. Daerah lipatan

Pada gambar di atas, dengan mudah dapat dilihat bahwa suatu lipatan tersebut

memilik beberapa bagian, sebagai akibat dari adanya lipatan tersebut. Unsur-unsur

tersebut adalah antiklinal, sinklinal, sayap antiklin. Di samping itu juga ada berupa

sumbu antiklinal dalam kaitannya dengan menentukan posisi suatu lipatan yaitu dip

(kemiringan) dan strike (jurus), serta sumbu sinklinal. Berbicara mengenai lipatan ada

beberapa macam sebagai akibat dari kekutan yang membentuknya, yaitu lipatan tegak,

miring, menggantung, isoklin, rebah, kelopak, antiklinoriun, dan sinklinorium. Di

dunia ini banyak terdapat daerah lipatan yang memperlihatkan bentukan topografi

yang jelas, lipatan yang terkenal adalah Sirkum Pasifik dan lipatan Alpina. Kedua

lipatan tersebut mempunyai kelanjutan di Indonesia. Lipatan Alpina di Indonesia

berupa sistem pegunungan Sunda yang terbentang di Indonesia mulai dari Sumatera,

Jawa, Nusra, Maluku, dan berakhir di P Banda. Lipatan ini merupakan busur dalam

yang Indonesia bersifat volkanis dan busur luar yang non vulkanis. Demikian pula

dengan lipatan Sirkum Pasifik dari Pilipina bercabang ke Kalimantan dan Sulawesi

dan seterusnya.

2. Tenaga Pembentuk Patahan

Tenaga pembentuk daerah yang berstruktur patahan, adalah tenaga endogen

yang mengakibatkan kulit bumi bergerak mendatar dengan berlawanan arah atau

bergerak ke bawah atau ke atas, yang sering disebut dengan kekar, rekahan atau

retakan yang cukup besar. Kulit bumi mengalami sesar dimana patahan yang disertai

dengan pergeseran kedudukan lapisan yang terputus hubungannya (fault).

9

Page 10: Bentuk Lahan Asal Struktural

Berdasarkan gerakan atau pergeseran kulit bumi terdapat tiga macam sesar (Mulfinger

& Snyder, 1979: 341), yaitu:

a. Dip slip fault, yaitu sesar yang tergeser arahnya vertikal (sesar vertikal),

sehingga salah satu dari blok terangkat dan membentuk bidang patahan.

b. Strike slip fault, yaitu sesar yang pergeserannya ke arah horisontal (sesar

mendatar), sehingga hasil dari aktivitas ini kadangkala dicirikan oleh

kenampakan aliran air sungai yang membelok patah-patah.

c. Oblique slip fault, yaitu sesar yang pergeseran vertikal sama dengan

pergeseran mendatar, yang sering disebut sesar miring (oblique).

Pergeseran kulit bumi pada tipe ini membentuk celah yang memanjang,

kalau terjadi di dasar laut/samudera terbentuk palung laut, dan bila di

daratan bisa berupa ngarai.

Lobeck (1939: 559) mengemukakan ada beberapa jenis sturktur patahan, yaitu:

a. Patahan Normal (normal fault)

b. Patahan bertingkat (step fault)

c. Patahan terserpih (fault splinter)

d. Patahan membalik (reverse fault)

e. Patahan kelopak (thrust fault)

f. Patahan kelopak majemuk (multi thrust fault)

g. Patahan mendatar (foult with horizontal movement)

h. Patahan lipatan (fault passing in to a fold).

Dari masing-masing jenis patahan di atas secara visual dapat diperhatikan dalam

Gambar berikut ini:

10

Page 11: Bentuk Lahan Asal Struktural

3. Tenaga Pembentuk Kubah/dome

Tenaga pembentuk daerah yang berstruktur kubah adalah tenaga endogen

mempunyai arah tegak lurus ke arah luar bumi, sehingga daerah yang luas mengalami

pencembungan akibat tenaga tersebut. Seperti juga lipatan, dome juga mempunyai

Dip, tetapi dip pada dume menuju kesemua arah. Kalau boleh diumpamakan bahwa

dome tersebut ibarat kuali yang ditelungkupkan. Kalau tenaga yang tegak lurus

tersebut menuju pusat bumi, maka bentuk yang dihasilkan merupakan kebalikan dari

dome, yaitu berupa basin atau cekungan ibarat kuali yang menghadap ke atas. Berikut

ini merupakan ilustrasi antara dome dan basin (Sudardja & Akub 1977: 122).

Berdasarkan pembentukannya dome, digolongkan menjadi beberapa macam,

yaitu:

a. Dome yang berintikan batuan beku yang terdiri dari dua jenis, yaitu dome

laccolith dan batolith. Terjadi karena penerobosan magma ke dalam kulit

bumi, sehingga lapisan kulit bumi yang terletak di atasnya terdesak yang

mengakibatkan kulit bumi tersebut cembung. Adapun bentuk dome beserta

lapisannya dapat diilustrasikan seperti gambar berikut (Sudardja & Akub

1977: 122).

b. Dome atau kubah garam. Kubah garam terjadi akibat intruisi massa garam ke

dalam lapisan batuan. Jadi kubah ini mempunyai inti berupa garam.

Diatasnya kadangkadang terdapat lapisan tudung berupa gips, batu gamping

atau dolomit yang pejal. Pada umum nya kubah garam ini kecil-kecil dengan

garis tengah 1 – 6 km dengan ketinggian ± 100 kaki dari daerah sekitarnya.

Banyak di antaranya mempunyai nilai ekonomis. Bentuk dome seperti ini

banyak terdapat di Jerman (Harz Mountains), Sayap kanan pegunungan

11

Page 12: Bentuk Lahan Asal Struktural

Karpatia (Rumania), Mesir, Persia, Spanyol, Maroko, dan Aljazair.

Terjadinya diduga bahwa lapisan garam yang terletak jauh di dalam lapisan

bumi, mendapat tekanan yang keras sehingga keadaanya menjadi plastis dan

pada bagian di bagian kulit bumi yang lemah ia naik dan mendorong lapisan

batuan yang ada di atasnya, sehingga cembung ke atas. Kubah garam ini

meskipun berstruktur kubah, sering kali memperlihatkan permukaan yang

cekung, karena garam merupakan lapisan yang mudah larut, akibatnya lapisan

yang terletak di atasnya mudah ambruk. Jadi dalam hal ini dapat dikatakan

bahwa daerah itu berstruktur positif tetapi topografi negatif.

c. Kubah akibat pengangkatan regional pada daerah yang luas. Kubah pada

golongan ini adalah akibat adanya pengangkatan regional didaerah yang luas.

Ukurannya luas dengan dip yang landai hingga hampir mendatar. Kubah ini

mungkin terjadi sebagai akibat dari desakan batuan volkanis dari dalam atau

kerena proses epirogenesisi

d. Kubah kriptovolkanis (Cryptovolcanic domes). Kubah ini terjadi sebagai

akibat dari desakan gas dari dalam bumi yang tergerak secara tiba-tiba,tetapi

dengan kekuatan kecil. Karena kekuatannya yang kecil sehingga tidak sampai

ke luar, melainkan hanya mendorong lapisan kulit bumi hingga cembung.

2.3 CIRI – CIRI BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL

1. Dip dan strike batuan resisten-non resisten jelas

2. Horison kunci jelas

3. Terdapat sesar, kekar, rekahan, gawir sesar, sesar bertingkat

4. Ada materi intrusif: dike, kubah granitik

2.4 BENTUK LAHAN DI DAERAH STRUKTUR LIPATAN, PATAHAN DAN

LENGKUNGAN

Bentuklahanan yang merupakan hasil bentukan asal struktural, seprti telah

dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa disebabkan oleh tenaga endogen (tenaga

yang berasal dari dalam bumi) yang bisa berupa proses tektonik atau

diastrofisme. Proses ini meliputi pengangkatan, penurunan, dan pelipatan kulit bumi,

sehingga terbentuk struktur geologi berupa lipatan dan patahan. Beberapa prinsip yang

perlu diperhatikan untuk mendasari interpretasi dan identifikasi bentuk struktural

adalah:

12

Page 13: Bentuk Lahan Asal Struktural

a. Perbedaan daya tahan (resistensi) lapisan batuan terhadap tenaga yang bekerja.

Lapisan batuan yang resisten akan menghasilkan relief yang berbeda dengan batuan

yang kurang atau tidak resisten.

b. Pola aliran pada bentukan struktural umumnya terkontrol oleh struktur.

c. Dalam melakukan identifikasi dan pengenalan terhadap bentukan struktural, dasar

pengenalan struktur adalah:

- Perlapisan (stratifikasi) batuan

- Attitude atau sikap lapisan (posisi bidang lapisan terhadap bidang horizontal

yang meliputi dip,strike, dip slope, face slope, dan scrap.

- Pola aliran

- Kontinuitas

- Dislokasi

- Morfologi permukaan

Bentuklahan hasil bentukan struktural ditentukan oleh tenaga endogen yang

menyababkan deformasi perlapisan batuan dengan menghasilkan lipatan, kubah, dan

patahan serta perkembangannya. Deformasi perlapisan batuan ini menyebabkan

adanya deformasi sikap perlapisan yang semula horisontal menjadi miring atau tegak

dan membentuk lipatan. Penentuan nama suatu bentuklahan struktural pada dasarnya

di dasarkan pada sikap perlapisan batuan (dip dan strike). Dip adalah sudut perlapisan

batuan yang diukur terhadap bidang horisontal dan tegak lurus terhadap jurus (strike).

Sedangkan jurus (strike) merupakan arah garis perpotongan yang dibentuk oleh

perpotongan

antara bidang perlapisan dengan bidan horizontal. Adapun mengenai Ilustrasi tentang

dip dan strike disajikan pada Gambar berikut:

Gambar. Dip dan Strike

13

Page 14: Bentuk Lahan Asal Struktural

1. Bentuk Lahan Di Daerah Struktur Lipatan

Pertama kali yang harus disadari bahwa suatu daerah yang berstruktur lipatan,

oleh tenaga eksogen dihancurkan melalui proses denudasional, sehingga

permukaan menjadi rata. Oleh karena itu kenanpakan topografi

seperti antiklinal dimungkinkan bukan menjadi punggungan topografi, demikian

pula sinklinal ditemukan bukan merupakan lembah. Di samping itu, dimungkinkan

pula terjadi pembalikan relief (inversion of relief) sebagai akibat dari bekerja

ulangnya tenaga endogen. Berikut ini disajikan mengenai perataan relief oleh

tenaga eksogen dan pembalikan relief seperti pada Gambar:

Gambar.Perataan reliefDari gambar tersebut tampak jelas bahwa proses eksogen telahbekerja secara mak-simal, sehingga terjadi perataan relief pada

daerah lipatan (Sudardja & Akub, 1977: 118)

Berdasarkan pada gambar di atas, maka relief pertama berupa daerah

struktur lipatan, dimana antiklin merupakan punggung pegunungan lipatan, tetapi

setelah mengalami proses geomorfik terjadi sebaliknya, yaitu terbentuk lembah

antiklin dan pegunungan sinklin. Bentukan khas yang terdapat pada daerah

berstruktur lipatan yang berkenaan dengan pembentukan lipatan kulit bumi belum

dijumpai pembentukan baru, pada umumnya telah mengalami beberapa siklus

geomorfologi, sehingga bentanglahan yang ada banyak yang dijumpai multisiklis.

Walaupun di banyak tempat dipermukaan bumi ini telah mengalami proses

demikian, di daerah yang berstruktur lipat dapat dijumpai

beberapa bentukan yang merupakan bentukan khasnya. Adapun bentukan-bentukan

khas tersebut berikut ini disajikan secara satu persatu.

a. Bentukan berupa pola aliran trellis

Pada bagian terdahulu telah dikemukan mengenai pola pengaliran trellis itu

terdiri atas lembahlembah besar yang sejajar sat sama lain (lembah subsekwen),

dan anak-anak sungainya yang bermuara tegak lurus pada sungai yang sejajar

tersebut. Anak-anak sungai tersebut merupakan lembah obsekuen, resekwen atau

konsekwen. Di bawah ini merupakan pola pengaliran pada struktur lipatan.

14

Page 15: Bentuk Lahan Asal Struktural

Gambar. Pola pengaliran di da erah strukturlipatan dengan pola pengaliran subsekuen,

resekuen, dan pola aliran konsekuen, (Lobeck, 1939: 170)

b. Bentukan berupa punggungan antiklinal (anticlinal ridge)

Merupakan punggungan atau pegunungan yang bertepatan dengan sinklinal.

Pada umumnya deretan pegunungan itu sejalan dengan sumbu/strike dari

antiklinal itu. Bentuk punggungannya membulat dan relief halus, dengan

lerengnya berupa dip dari struktur

c. Bentukan berupa lembah antiklinal (anticlinal valley),

merupakan lembah-lembah yang berkembang sepanjang sumbu antiklinal.

Bentukan ini benar-benar menunjukkan pembalikan relief.

d. Bentukan lembah sinklinal (synclinal valley),

merupakan lembah yang berkembang sepanjang sumbu sinklinal.

e. Bentukan punggungan sinklinal (synclinal ridge)

Merupakan punggungan yang berkembang sepanjang sumbu sinklin. Inipun

menunjukkan adanya pembalikan relief yang sempurna. Punggungannya

biasanya lebar dengan lereng yang curam.

f. Bentukan berupa punggungan homoklinal (homoclinal ridge)

Punggungan homoklinal merupakan punggungan yang terdapat disetiap

antiklinal/sinklinal akibat pengirisan lembah pada saya dan sepanjang sayap itu.,

dengan sendirinya punggungan ini akan berupa cuesta atau hogback tergatung

kepada besarnya kemiringan struktur. Bisanya bentukan ini dibatasi oleh adanya

pergantian kekerasan lapisan batuan yang berselang

seling antara lapisan batuan lunak dan lapisan yang keras. Cuesta adalah bentuk

punggungan atau bukit yang kemiringan lerengnya tidak sama sebagai akibat

dari kedudukan lapisan-lapisan batuan pembentuknya yang landai. Cuesta

mempunyai lereng belakang (back slope) yang landai dan lereng muka (inface)

lebih curam. Apabila cuesta dengan kedudukan lapisan batuan itu cukup curam

dan kedua lereng bukit mempunyai kemiringan yang hampir sama, maka

dinamakan Hogback. Sedangkan bila kedudukan lapisan itu mendatar, bukit

15

Page 16: Bentuk Lahan Asal Struktural

yang demikian dinamakan messa. Messa yang berukuran kecil disebut butte.

Berikut ini bentuk bentukan seperti cuesta, hogbeck, messa, butte, tersebut

disajikan dlam Gambar:

g. Bentukan berupa lembah homoklinal (homoclinal valley)

Merupakan lembah yang berkembang pada sayap antiklin atau sinklin. Sayap

antiklin yang berkembang menjadi lembah ini disebabkan oleh proses

erosi/denudasi yang kuat.Suatu sinklin atau antiklin tidak memanjang tanpa

batas, tetapi dapat menghilang atau berakhir secara berangsur-angsur. Tempat

dimana sinklin atau antiklin berakhir, dinamakan ujung antiklin atau pluging

point). Kenampakan ini akan sangat jelas terlihat pada bentukan cuesta atau

hogback. Jika ada kenampakan cuesta atau hogback yang berhadapan ini

menunjukkan bahwa di antara kedua bentukan tersebut adalah antiklinal dan

sebaliknya jika kedua bentukan tersebut saling membelakangi, maka di

antaranya terletak sinklinal. Untuk memperjelas bentukan yang telah dikemukan

yang berkaitan dengan daerah berstruktur lipatan, berikut ini disajikan secara

visual seperti dalam Gambar yaitu rangkaian bentuk punggungan dan lembah

pada daerah berstruktur lipatan

16

Page 17: Bentuk Lahan Asal Struktural

Perlu diingat bahwa ujung antiklinal biasanya agak membulat dan lerengnya

melandai. Tetapi terkadang juga ada yang curam dan kemudian menghilang

secara tiba-tiba. Sementara itu ujung sinklinal berakhirnya kelihatan lebih jelas,

karena menghilang dengan tiba-tiba, di samping makin menyempit dan dibatasi

dengan tebing yang curam. Guna memperjelas bagaimana cuesta yang terdapat

pada ujung antiklin, dapat dilihat pada Gambar:

Gambar. Cuesta pada ujung antiklinal

2. Bentuk Lahan Di Daerah Struktur Patahan

Dimuka telah pula dijelaskan secara panjang lebar, bahwa patahan itu terjadi

oleh tekanan atau tarikan yang menyertai bentuk lipatan, kubah, kerutan yang disertai

dengan pergesesran.

a. Flexure

Flexeure adalah suatu bentukan yang terjadi jika pergeseran ke arah vertikal

antara dua blok batuan yang besar, hanya melampaui jarak yang tidak panjang,

sehingga antara dua massa batuan yang bergeser tersebut tidak sampai putus,

melainkan hanya terjadi atau membentuk takikan saja. Kemudian mengenai

apakah sesar itu mampu membuat suatu morfologi yang jelas? Berkaitan dengan

pertanyaan tersebut ada dua pandangan yang satu sama lainnya mempunyai

perbedaan. Pandangan yang menjelaskan bahwa gradasi lebih cepat dari pada

sesar dalam mbentuk morfologi, sehingga sesar yang ada dianggap bukan hasil

patahan secara langsung, tetapi akibat erosi di atas sesar atau patahan yang telah

ada baik yang lama maupun yang masih baru. Sesar yang ada sekarang telah

tererosi sejak zaman Mesozoicum, pada saat awal terjadi pelipatan (Spurr ,

dalam Lobeck: 1930: 540). Pandangan yang kedua, menyatakan bahwa sesar

dapat mengalahkan degradasi sehingga dapat membentuk morfologi secara

langsung. Pada dasarnya keduanya mempunyai persamaan bahwa permukaan

17

Page 18: Bentuk Lahan Asal Struktural

bumi ini terbentukkarena adanya ketidak stabilan, apakah stabil dalam hal

geologi dan geomorfologi yang stabil atau tidaak stabil. Pada daerah yang stabil,

dimana morfologi akibat sesar merupakan hal yang biasa. Jadi kedua pandangan

tersebut masing-masing mempunyai kebenaran, artinya ada morfologi yang

langsung merupakan akibat sesar dan ada pula yang disebabkan oleh erosi di

atas daerah yang berstruktur patahan.

b. Tebing

Tidak setiap tebing merupaakan hasil patahan, karena ada yang disebabkan oleh

hal yang lain. Misalnya tebing pada cuesta, hogback, messa, butte , tebing pada

kelokan meander dan lain sebagainya terjadi bukan karena sesar. Tebing akibat

patahan disebut Fault scrap, sedangkan terjadi bukan kerena patahan disebut

Escarpment. Jadi Scarp ada dua yaitu fault scrap dan escarpment. Tebing yang

terjadi ada hubungannya dengan sesar ada dua macam (Lobeck, 1930: 563),

yaitu.

Fault scarp yaitu tebing yang terjadi langsung kerena sesar. Tebing seperti

ini mungkin mengalami pemunduran oleh erosi, pelapukan atau

masswasting. Oleh karena itu ada tebing muda, dewasa dan tua dalam

perkembangannya.

Fault line scarp, yaitu tebing yang terjadi oleh pengerjaan erosi pada garis

patahan, karena di kiri kanan garis patahan itu terdapat batuan yang

berlainan daya tahannya terhadap erosi. Kenyataanya, tebing bisa terbentuk

tersusun atau bertebing majemuk ataupun bertingkat

c. Horst (blok patahan yang relatif naik) dan graben (bagian dari blok patahan yang

relatif turun).

Bentuk horst dan graben (slank dan horst). Graben adalah suatu depresi patahan

yang sempit dan memanjang serta dibatasi oleh suatu bidang patanhan.

Sedangkan Hosrt merupakan blok memanjang yang muncul dan lebih tinggi dari

daerah sekitarnya. Graben dan horst ini mempunyai jenis yang bervariasi, yaitu:

1. Graben sederhana/tunggal,

2. Horst sederana/tunggal,

3. Graben campuran

4. Horsrt campuran,

5. Graben resekuen

6. Asosiasi Graben dengan fenomena volkanis

18

Page 19: Bentuk Lahan Asal Struktural

d. Bentukan khas pada sesar normal

Betukan topografi pada sesar normal, keadaanya berlain-lainan

tergantung kepada batuannya, apakah batuannya homogim atau batan yang

berlapis-lapis dengan kekerasan yang berbeda-beda pula sesuai dengan meterial

batuan penyusunnya. Pada batuan homogin, bentukan yang dihasilkan oleh sesar

tersebut adalah berupa pegunungan yang terangkat atau dimiringkan sepanjang

bidang patahan, kemudian pada batuan yang berlapis-lapis akat terdapat

topografi yang berlainan. Jika daerah tersebut berupa antiklinal yang terpatah-

patah atau merupakan suatu deretan hogbacks atu berupa deretan pegununan

homoklinal ataupu merupatan deretan cuesta tergantung kapada kemiringan

lapisan batuan yang tersesarkan.

e. Bentukan khas pada sesar naik bersudut besar

Akibat sesar naik dengan sudut yang besar menghasilakan bentukan

dengan pengulangan pelapisan. Jika mengalami erosi akan terbentuk pula pola

pengaliran yang sama dengan di daerah pelipatan atau daerah tersebut berlapis-

lapis, dimana perlapisannya miring silih berganti antara lapisan satu dengan

lapisan yang lainnya (lapisan keras dan lapisan yang lebih lunak. Bentukan

morfologinya adalah seperti pada Gambar:

f. Bentukan khas pada sesar naik bersudut kecil (kelopak/thrust fault)

Bentukan yang terjadi pada kondisi ini biasanya kurang jelas, karena pergesesran

yang terjadi meliputi daerah yang jauh, sebagai akibat dari pergerakan massa

kulit bumi yang relatif jauh dengan sudut kemuringan yang kecil, patahan ini

terjadi pada jenis trust fault (Lobeck, 1939: 559).

Setelah kelopak tererosi, terkadang yang tinggal hanya sisa-sia berupa bukit

kecil karena ada bagian batuan yang resisten. Bukit-bukit kecil tersebut diberi

nama klippe, yaitu secara topografi merupakan sisa kelopak (nappe outlier) yang

sama dengan cuesta outlier dan plateau outlier. Tetapi secara struktur tidak sama,

karena perlapisannya mempunyai perbedaan, yaitu lapisan yang lebih tua ada di

19

Page 20: Bentuk Lahan Asal Struktural

atas lapisan yang lenih muda, sebagai akibat dari lapisan yang tebal menyusup

ke bawah.

3. Bentuk Lahan Di Daerah Struktur Patahan

Bentukan khas di daerah struktur kubah dan antiklin adalah berbentuk elips dan

bentuknnya tergantung pula oleh kemiringan lapisan-lapiasn batuan penyusunnya serta

tingkat erosi yang telah terjadi pada daerah tersebut. Seperti halnya di daerah struktur

lipatan , pada struktur kubahpun pada umumnya telah mengalami erosi pada tingkat

lanjut dalam arti erosi yang bekerja sudah sangat

intensif. Berbicara mengenai bentukan khas, perlu mengingat kembali tentan

pembalikan relief seperti yang telah dibicarakan pada bagian terdahulu. Dari hasil

pembalikan relief tersebut akan dapat membedakan kubah secara struktur dan kubah

secara topografi. Kaitannya dengan keadaan tersebut, maka akan ditemukan struktur

positif dengan topografi negatif, struktur positif dengan topografi positif; dan struktur

negatif dengan topografi positf. Adapun bentukan-bentukan yang khas pada daerah

dengan struktur kubah adalah dalam hal:

a. Pola pengaliran

Pola pengaliran biasanya radial pada kubah muda dengan lembah termasuk

lembah konsekuen. Pola pengaliran anular pada kubah usia dewasa. Pola ini

memperlihatkan sungai-sungai besar membentuk lingkarann dan anak-anak

sungai bermuara tegak lurus dengan sengai induk. Lembah-lembah besar

melingkar berupa lembah subsekuen, sedangkan lembah-lembah cabangnya

berupa lembah resekuen/ konsekwen. Perlu diketahui pula pola pengaliran yang

sempurna seperti di atas hanya terjadi pada daerah dengan struktur kubah yang

luas dan pada kubah yang kecil (tidak luas) sungai-sungai tudak akan terbentuk.

Berikut ini disajikan mengenai pola pengaliran di daerah dome/kubah yang luas

b. Terdapat bentukan Cuesta, Hogback, Messa, Butte, Flat iron.

Messa, butte, dan flat iron ini pada dasarnya adalah suatu bukit sisa yang ada di

daehar yang berstruktur kubah. Biasanya bukitsisa ini material batuannya adalah

resisten, sehingga dengan meterial yang resisten terhadap erosi membentuk

topografi yang menjulang dibandingkan dengan deerah sekelilingnya.

2.5 MACAM-MACAM BENTUK LAHAN STRUKTURAL

1. Bentang alam dengan struktur mendatar (lapisan horizontal)

2. Dataran rendah, adalah daerah yang memiliki elevasi antara 0-500 kaki dari

permukaan air laut.20

Page 21: Bentuk Lahan Asal Struktural

3. Dataran tinggi (pletau), adalah daerah yang menempati eleevasi diatas 500

kaki diatas permukaan air laut, berlereng sangat landai atau datar berkedudukan

lebih tinggi daripada bentang alam di sekitarnya.

4. Bentang alam dengan struktur miring, dibagi menjadi 2 :

a. Cuesta, kemiringan antara kedua sisi lerengnya tidak simetri denag sudut

lereng yang searah perlapisan batuan kurang dari 300 (Tjia, 1987).

b. Hogback, sudut antara kedua sisinya relative sama, dengan sudut lereng

yang searah perlapisan batuan lebih dari 300 (Yjia, 1987). Hotback memiliki

kelerengan scarp slope dan dip slope yang hamper sama sehingga terlihat

simetri.

2.6 SATUAN BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL

1. Pegunungan sesar

Pegunungan ini merupakan hasil deformasi oleh sesar. Pada tahapan muda

pegunungan patahan memperlihatkan gawir-gawir terjal yang memisahkan antara

satu blok pegunungan dengan blok yang lain atau antara blok pegunungan dengan

blok lembah. Umumnya bidang gawir tajam relatif rata, belum tersayat oleh

lembah-lembah. Bentuk blok dapat persegi, berundak, atau membaji tergantung

kepada pola sesar. Pada tahapan dewasa menyebabkan adanya pengikisan pada

bagian muka atau punggungan blok dengan beberapa kenampakan bagian muka

dari blok masih lebih terjal dari pada bagian punggungan,masih terlihat adanya

kelurusan garis dasar sesar, adanya triangular facets yang merupakan sisa-sisa

bidang sesar stelah terkikis, adanya dataran aluvial berupa kipas aluvial yang

terletak berjajar dalam garis lurus sepanjang kaki bidang muka dan blok, serta

munculnya mata air. Pada tahapan tua, daerah pegunungan patahan menjadi

mendatar dan kehilangan bentuk simetrinya, dengan daerah aluvial yang meluas.

2. Gawir sesar yaitu tebing patahan memanjang terjadi karena adanya dislokasi.

Merupakan gejala struktur yang terbentuk akibat gejala sesar yang baru, yang

biasanya disertai dengan adanya perpindahan secara vertical, adanya jalur yang

21

Page 22: Bentuk Lahan Asal Struktural

hancur, pelurusan sungai, dan sebagainya. Fault scarps atau gawir sesar yaitu

suatu gawir memanjang mengikuti zona sesar,dapat ditemukan pada zona sesar

turun atau sesar naik,dalam keadaan tertentu scarps dapat ditemukan pada sesar

geser bila suatu bukit yang terpotong.dalam peta topografi scarps dapat

ditunjukkan oleh adanya kelurusan kontur yang rapat.

3. Pegunungan atau perbukitan antiklinal adalah pegunungan yang tersusun dari

batuan plastis, terdiri atas unit-unit punggung lipatan. Lembah yang terdapat

dipuncak antiklin setelah tererosi disebut combe.

4. Pegunungan atau perbukitan sinklinal, tersusun dari batuan plastis, terdiri atas

lembah-lembah lipatan.

5. Pegunungan/perbukitan monoklinal adalah pegunungan lipatan yang yang terjadi

karena adanya tekanan pada satu titik saja yang tingginya >500m disebut

pegunungan monoklinal, <500m disebut perbukitan monoklinal. Monoklinal

(homoklinal yang lerengnya 110 disebut cuesta.

6. Pegunungan/perbukitan kubah (Dome) Kubah diartikan sebagai struktur dari

suatu daerah yang luas dengan sifat lipatan regional dengan sudut kemiringan

yang kecil. Ada beberapa sebab terjadinya kubah, antara lain oleh intrusi garam

atau diapir, intrusi lakolit, dan intrusi batuan beku seperti batolit. Dalam tahapan

muda pegunungan kubah akan dikikis oleh sungai-sungai namun belum dalam,

bentuk kubah masih utuh, pengikisan dimulai di puncak dengan membentuk

cekungan erosi. Kadang-kadang inti kubah yang keras tampak di dasar cekungan

erosi kubah. Pada tahapan dewasa, pengikisan di puncak makin meluas dan

mendalam. Undak-undak gawir terbentuk sesuai dengan banyaknya lapisan-

lapisan yang resistan, serta punggungan-punggungan dengan lapisan miring

(hogbacks) terbentuk. Pada tahapan tua, mempunyai bentuk akhir dari pengikisan

kubah akan membentuk peneplane. Pola aliran annular hampir-hampir hilang.

Kubah besar dan tinggi dihasilkan oleh intrusi-intrusi batolit; yang lebih kecil

dihasilkan oleh intrusi lakolit, dan berbentuk kubah landai yang dihasilkan oleh

sill. Kubah-kubah kecil dapat dihasilkan oleh intrusi garam atau diapir lempung.

22

Page 23: Bentuk Lahan Asal Struktural

7. Pegunungan/perbukitan plato, merupakan tanah datar dengan struktur horisontal,

dengan ketinggian >500 m untuk pegunungan dan <500 m untuk perbukitan.

Pada umumnya dikelilingi oleh kelompok volkan atau rangkaian pegunungan.

8. Teras struktural, merupakan permukaan bertingkat yang terjdi oleh pengangkatan

yang berulang-ulang pada suatu tempat, misalnya step fault.

9. Perbukitan mesa adalah perbukitan yang puncaknya datar dengan struktur

horisontal sebagai akibat proses erosi. Perbukitan yang mirip mesa tetapi

puncaknya lebih sempit disebut butte. Mesa dan bute berasal dari plato yang

tererosi.

10. Graben (slenk) adalah tanah patahan yang turun sehingga permukaannya lebih

rendah dari daerah sekitar. Terjadi karena daerah tersebut mengalami

penurunan/penenggelaman.

11. Sembul (horst) adalah tanah patah yang lebih tinggi dari daerah sekitar, terjadi

karena pengangkatan (up lift).

Kenampakan dominan pada bentuk lahan asal struktural adalah adanya sesar yang

disebabkan oleh pergeseran posisi lapisan (dislokasi) batuan di suatu tempat.

Gambar. Graben dan Horst

2.7 CIRI – CIRI SESAR

Kenampakan dominan bentuk lahan struktural = sesar

1. Trapezeoidal facet, betuk daerah yang menyerupai trapesium.

2. Triangle facet, Kenampakan lereng bukit yang menyerupai jajaran segitiga-

segitiga yang memanjang lurus dan biasanya latar depannya berupa topografi

23

Page 24: Bentuk Lahan Asal Struktural

relatif datar dengan endapan kipas alluvial,hal ini terjadi sebagai hasil sisa erosi

setelah terjadi perubahan slope akibat sesar turun.

3. Hanging valley, suatu lembah yang letaknya diatas lembah yang sekarang ada.

4. Breksi sesar, diartikan sebagai breksi yang terbentuk akibat pengaruh langsung

dari suatu sesar,yang komponennya tersusun dari hancuran batuan yang

tersesarkan.breksi sesar lebih banyak terbentuk pada batuan yang lebih mudah

remuk.breksi sesar dapat dipakai untuk menentukan arah gerakan sesar dengan

memperhatikan susunan dan sifat penyebaran ukuran fragmennya,bila ditemukan

gradasi orientasi fragmenya,maka kearah kasar menunjukkan arah geseran blok

dihadapannya.suatu breksi sesar yang dapat terlihat oleh batuan beku,apabila

sewaktu terjadinya pergeseran disertai dengan injeksi magma atau berupa intrusi

maupun lelehan,pada zona sesar tersebut.

5. Milonit, Adalah microbreccia, biasanya berstruktur foliasi halus atau laminasi

gerusan. Di lapangan mylonite dapat ditemukan menyerupai lempung pada

bidang sesar.terbentuk pada daerah lebih dalam dari pada breksi sesar,akan tetapi

bila dijumpai bersamaan dengan breksi sesar, maka akan menunjukkan adanya

perubahan kondisi tekanan yang tidak merata.terbentuk pada tekanan yang tinggi

6. Jalur mata air pada tebing sesar, sebagai butiran permeabal tersingkap.

Mata air yang timbul akibat terpotongnya suatu formasi akuifer,dapat

menunjukkan suatu indikasi sesar,penjajaran mata air akan lebih dimungkinkan

oleh keterdapatan suatu jalur sesar.mata air panas diluar jalur gunung api dapat

mengindikasikan sesar aktif,hal ini terbentuk dari akibat gesekan atau tekanan

24

Page 25: Bentuk Lahan Asal Struktural

yang membesar pada kedalaman yang mana formasi akuifer terpotong oleh sesar

sehingga air panas muncul kepermukaan sebagai indikasi sesar aktif.

7. Slicken side, permukaan alur yang licin pada permukaan sesar karena gesekan.

8. Cermin sesar, permukaan mengkilap pada permukaan batuan karena gesekan.

Yaitu kenampakan-kenampakan adanya suatu kesan goresan halus dan

licin,akibat gesekan kedua blok batuan yang tersesarkan.goresan yang sifatnya

licin ini dapay pula berbentuk kasar dan tidak perlu selalu rata,cermin sesar ada

kecenderungan lebih banyak terbentuk pada sesar geser dimana pembentukannya

dengan tekanan yang relative tinggi,tanpa gelombang energi atau gerakan yang

tidak merata baik kecepatan maupun arahnya.cermin sesar dapat ditemukan

sebagai bidang sesar dan sulit dibedakan dengan bidang kekar gerus atau bidang

foliasi batuan.

9. Kelurusan, terdapat pola permukaan yang lurus karena patahan pada sesar.

10. Gawir sesar, merupakan dinding patahan yang terjal dan memanjang.

11. Perbedaan topografi yang menyolok pada daerah patahan.

12. Lapisan batuan tidak kontinu (omisi) karena adanya patahan.

2.8 PEMANFAATAN BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL

Patahan

Cara paling sederhana melihat patahan di permukaan bumi adalah ada suatu

daerah tinggi dengan lapisan atau jenis batuan penyusun tertentu kemudian di

sebelahnya ada jurang yang permukaan lembahnya tersusun dari jenis batuan

berbeda. Bisa disimpulkan di daerah tersebut telah terjadi patahan. Demikian juga

jika tebing salah satu sungai tersusun oleh pelapisan batuan yang ketinggiannya

berbeda dengan sisi satunya, hal itu menunjukkan indikasi patahan pada sungai itu.

Di bawah permukaan, patahan bisa diprediksi melalui kenampakan di

permukaan bumi, kemudian dibuat kemungkinan pola lapisannya ke arah dalam.

Adapun untuk bagian yang lebih dalam digunakan pengukuran dengan seismik

pantul.

25

Page 26: Bentuk Lahan Asal Struktural

Manfaat :

Bidang Industri

Patahan, baik yang terjadi di bawah permukaan maupun di bawah bumi

yang cukup dalam, mempunyai banyak manfaat. Manfaat itu di antaranya

terjadinya jebakan atau daerah tempat terakumulasinya minyak bumi. Akibat

tertutup patahan, minyak bumi tidak bisa mengalir ke tempat dengan tekanan

lebih rendah. Jebakan bisa ditemukan lewat eksplorasi dengan cara seismik.

Salah satu daerah yang terkenal dengan jebakan seperti ini adalah daerah Kutai,

Kalimantan.

Hal lain, banyak eksploitasi pertambangan menjadi mudah karena adanya

patahan. Bila di suatu daerah terdapat tambang batu bara dan di salah satu sisi

terjadi patahan, pola lapisan batu bara akan semakin terlihat. Tambang batu

bara seperti ini ada di Australia.

Bidang Pertanian

Patahan juga sangat bermanfaat untuk bidang pertanian, terutama di

pegunungan kapur selatan. Misalnya, di Kecamatan Besuki, Campurdarat, atau

Pakel dan sekitarnya di Tulungagung terlihat hamparan sawah atau ladang luas

yang dibatasi bukit kapur. Hamparan sawah itu dahulu merupakan pegunungan

kapur. Akibat patahan, bagian atas dari blok yang turun mengalami proses

sedimentasi sehingga permukaan tanah bisa dijadikan sawah. Hal serupa terjadi

di perladangan di Malang selatan.

Sebagai Obyek Wisata

Sering kali di suatu tebing mengucur mata air maupun air terjun. Hal ini

juga disebabkan patahan. Oleh karena itu, patahan atau sesar di suatu daerah

perlu disikapi dengan arif. Memang betul, patahan merupakan salah satu

sumber gempa bumi tektonik. Namun, masyarakat Indonesia tidak bisa

menolak atau menghindarinya. Untuk itu perlu dilakukan usaha memetakan

arah patahan dengan lebih teliti, khususnya di suatu daerah yang ada indikasi

patahan (bisa dilihat di peta geologi). Pemetaan ini bermanfaat untuk memberi

saran ke penduduk, swasta, ataupun pemerintah jika mereka hendak

membangun perumahan atau gedung. Bangunan hendaknya tidak memotong

atau dibangun di atas jalur patahan. Dengan demikian, jka terjadi gempa bumi

dampak kerusakan bisa diminimalisir.

26

Page 27: Bentuk Lahan Asal Struktural

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Bentuk lahan asal proses struktural tersusun dari seseri lapisan, baik yang telah

terusik oleh suatu tekanan maupun yang belum terusik. Terbentuk karena

adanya proses endogen berupa tektonisme dan diatropisme. Proses ini meliputi

pengangkatan, penurunan, pelengkungan, pelenturan dan pelipatan kerak bumi

sehingga terbentuk struktur geologi lipatan dan patahan. Selain itu terdapat

struktur horisontal yang merupakan struktur asli sebelum mengalami

perubahan. dari struktur pokok tersebut dapat dirinci menjadi berbagai bentuk

berdasarkan sikap lapisan batuan dan kemiringannya.

2. Tenaga pembentuk lipatan, patahan dan lengkungan adalah:

a. Pada daerah berstruktur lipatan, disebabkan oleh tenaga endogen yang

arahnya mendatar berupa tekanan, sehingga batuan sedimen yang letak

lapisanlapisannya mendatar berubah menjadi terlipat atau bergelombang.

b. Tenaga pembentuk daerah yang berstruktur patahan, adalah tenaga

endogen yang mengakibatkan kulit bumi bergerak mendatar dengan

berlawanan arah atau bergerak ke bawah atau ke atas, yang sering disebut

dengan kekar, rekahan atau retakan yang cukup besar. Kulit bumi

mengalami sesar dimana patahan yang disertai dengan pergeseran

kedudukan lapisan yang terputus hubungannya (fault).

c. Tenaga pembentuk daerah yang berstruktur kubah adalah tenaga endogen

mempunyai arah tegak lurus ke arah luar bumi, sehingga daerah yang luas

mengalami pencembungan akibat tenaga tersebut

3. Ciri-ciri bentuk lahan asal struktural adalah sebagia berikut:

a. Dip dan strike batuan resisten-non resisten jelas

b. Horison kunci jelas

c. Terdapat sesar, kekar, rekahan, gawir sesar, sesar bertingkat

d. Ada materi intrusif: dike, kubah granitik

4. Bentuk lahan di daerah struktur lipatan, patahan dan lengkungan

Bentuklahanan yang merupakan hasil bentukan asal struktural, seprti telah

dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa disebabkan oleh tenaga endogen

(tenaga yang berasal dari dalam bumi) yang bisa berupa proses tektonik atau

27

Page 28: Bentuk Lahan Asal Struktural

diastrofisme. Proses ini meliputi pengangkatan, penurunan, dan pelipatan kulit

bumi, sehingga terbentuk struktur geologi berupa lipatan dan patahan.

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan untuk mendasari interpretasi dan

identifikasi bentuk struktural adalah:

a. Perbedaan daya tahan (resistensi) lapisan batuan terhadap tenaga yang

bekerja. Lapisan batuan yang resisten akan menghasilkan relief yang

berbeda dengan batuan yang kurang atau tidak resisten.

b. Pola aliran pada bentukan struktural umumnya terkontrol oleh struktur.

c. Dalam melakukan identifikasi dan pengenalan terhadap bentukan struktural,

dasar pengenalan struktur adalah:

- Perlapisan (stratifikasi) batuan

- Attitude atau sikap lapisan (posisi bidang lapisan terhadap bidang

horizontal yang meliputi dip,strike, dip slope, face slope, dan scrap.

- Pola aliran

- Kontinuitas

- Dislokasi

- Morfologi permukaan

5. Bentuklahan hasil bentukan struktural ditentukan oleh tenaga endogen yang

menyababkan deformasi perlapisan batuan dengan menghasilkan lipatan,

kubah, dan patahan serta perkembangannya. Deformasi perlapisan batuan ini

menyebabkan adanya deformasi sikap perlapisan yang semula horisontal

menjadi miring atau tegak dan membentuk lipatan. Penentuan nama suatu

bentuklahan struktural pada dasarnya di dasarkan pada sikap perlapisan batuan

(dip dan strike). Dip adalah sudut perlapisan batuan yang diukur terhadap

bidang horisontal dan tegak lurus terhadap jurus (strike). Sedangkan jurus

(strike) merupakan arah garis perpotongan yang dibentuk oleh perpotongan

antara bidang perlapisan dengan bidang horizontal.

6. Macam-macam bentuk lahan struktural

1. Bentang alam dengan struktur mendatar (lapisan horizontal)

2. Dataran rendah, adalah daerah yang memiliki elevasi antara 0-500 kaki dari

permukaan air laut.

3. Dataran tinggi (pletau), adalah daerah yang menempati eleevasi diatas 500

kaki diatas permukaan air laut, berlereng sangat landai atau datar

berkedudukan lebih tinggi daripada bentang alam di sekitarnya.

28

Page 29: Bentuk Lahan Asal Struktural

4. Bentang alam dengan struktur miring, dibagi menjadi 2 :

a. Cuesta, kemiringan antara kedua sisi lerengnya tidak simetri denag

sudut lereng yang searah perlapisan batuan kurang dari 300 (Tjia, 1987).

b. Hogback, sudut antara kedua sisinya relative sama, dengan sudut lereng

yang searah perlapisan batuan lebih dari 300 (Yjia, 1987). Hotback

memiliki kelerengan scarp slope dan dip slope yang hamper sama

sehingga terlihat simetri

7. Satuan bentuk lahan asal struktural :

1. Pegunungan blok sesar.

2. Gawir sesar.

3. Pegunungan/perbukitan antiklinal.

4. Pegunungan/perbukitan sinklinal.

5. Pegunungan/perbukitan monoklinal.

6. Pegunungan/perbukitan kubah.

7. Pegunungan/perbukitan plato.

8. Teras structural.

9. Perbukitan mesa.

10. Graben (slenk).

11. Sembul (horst).

8. Ciri-ciri Sesar:

1. Trapezidal facet.

2. Triangle facet.

3. Hanging valley.

4. Breksi besar.

5. Milonit

6. Jalur mata air pada tebing sesar.

7. Slicken slide.

8. Cermin sesar.

9. Kelurusan.

10. Gawir sesar.

11. Perbedaan topografi

12. Lapisan batuan tidak kontinu

9. Pemanfaatan bentuk lahan asal struktural

Bidang Industri

29

Page 30: Bentuk Lahan Asal Struktural

Eksploitasi pertambangan menjadi mudah karena adanya patahan. Bila

di suatu daerah terdapat tambang batu bara dan di salah satu sisi terjadi

patahan, pola lapisan batu bara akan semakin terlihat. Tambang batu bara

seperti ini ada di Australia.

Bidang Pertanian

Patahan juga sangat bermanfaat untuk bidang pertanian hamparan

sawah itu dahulu merupakan pegunungan kapur. Akibat patahan, bagian

atas dari blok yang turun mengalami proses sedimentasi sehingga

permukaan tanah bisa dijadikan sawah. Hal serupa terjadi di perladangan

di Malang selatan.

Sebagai Obyek Wisata

Sering kali di suatu tebing mengucur mata air maupun air terjun. Hal

ini juga disebabkan patahan.

3.2 Saran

Desain bangunan di sekitar jalur patahan perlu diperhitungkan untuk

mengantisipasi aktifnya patahan, yang sewaktu-waktu bisa menimbulkan gempa.

Misalnya, bangunan didesain untuk tahan goncangan dan dibuat dari bahan yang

ringan. Walaupun merupakan salah satu sumber bencana yang perlu diwaspadai,

patahan di bumi banyak manfaatnya. Tanpa adanya patahan, kenampakan atau

morfologi daratan di Indonesia, khususnya Jatim, tidak akan seperti sekarang. Tanpa

adanya patahan, ladang pertanian dan tempat rekreasi tidak akan menarik dan lebih

bisa dimanfaatkan seperti sekarang.

30

Page 31: Bentuk Lahan Asal Struktural

DAFTAR PUSTAKA

Herlambang,Sudarno, 2004, Dasar-dasar Geomorfologi, Bahan Ajar Jurusan

geografi.

Buranda,J.P. 1990, Geologi Umum, Buku penunjang Perkuliahan Jurusan geografi

http://adityamulawardhani.blogspot.com/2009/bentang-alam-struktural.html

http://viq-pangea.blogspot.com/2009/04/macam-macam-proses-endogen.html

http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=135&fname=geo106_03.htm

http://sunarhadi.blog.friendster.com/

http://maulanusantara.wordpress.com/2009/09/02/gempa-bumi/

31