Bentuk Kerja Sama Asean

13
BENTUK KERJA SAMA ASEAN Hubungan kerja sama negara-negara anggota ASEAN dilakukan di berbagai bidang, antara lain dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan lain-lain. Hubungan kerja sama ini harus mengikuti atau mengohrmati prinsip-prinsip dalam Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara (Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia). Perjanjian ini ditanda tangani pada tanggal 24 Februari 1976 di Bali. Isi dari perjanjian tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Menghormati kemerdakaan, kedaulatan, kesamaan integritas wilayah Nasional dan identitas nasional setiap Negara 2. Tidak mencampuri urusan dalam negeri negera lain 3. Penyelesaian sengketa dengan cara-cara damai 1

description

kerjasama Asean

Transcript of Bentuk Kerja Sama Asean

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

Hubungan kerja sama negara-negara anggota ASEAN dilakukan di berbagai bidang, antara lain dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan lain-lain. Hubungan kerja sama ini harus mengikuti atau mengohrmati prinsip-prinsip dalam Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara (Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia). Perjanjian ini ditanda tangani pada tanggal 24 Februari 1976 di Bali. Isi dari perjanjian tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Menghormati kemerdakaan, kedaulatan, kesamaan integritas wilayah Nasional dan identitas nasional setiap Negara2. Tidak mencampuri urusan dalam negeri negera lain3. Penyelesaian sengketa dengan cara-cara damai4. Menghindari penggunaan atau ancaman melalui kedaulatan militer5. Kerjasama yang efektif antar Negara anggota

KERJASAMA BIDANG POLITIK DAN KEAMANANHubungan kerja sama Negara-negara anggota ASEAN dalam bidang bidangn politik dan keamanan diarahkan untuk menciptakan stabilitas kawasan. Stabilitas kawasan diperlukan untuk mendukung pembangaunan nasional di masing-masing Negara anggita. Itulah mengapa segala bentuk konflik atau sengketa yang terjadi di antara Negara anggota ASEAN harus diselesaikan dengan cara damai. 1. Perjanjian Mengenai Kawasan damai, bebas dan Netral atau one of peace, Freedom, and Neutrality (ZOPFAN) atau dikenal dengan Deklarasi Kuala Lumpur pada tanggal 27 November 1912. Perjanjian Persahabahan dan Kerja Sama di Asia Tenggara (Treaty of Amity and Cooperation in South East Asia) pada tanggal 24 Februari 1976 di Bali3. Perjanjian Kawasan Bebas Senjata Nuklir pada Tanggal 15 Desember 1997 di Bangkok4. Komunitas Keamanan ASEAN pada Tanggal 7 Oktober 2003 di Bali Perjanjian mengenai ZOPFAN atau deklarasi Kuala Lumpur berisikan keinginan untuk menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan damai, bebas dan netral. Perjanjian ini menginginkan kawasan Asia Tenggara bebas dari segala bentuk campur tangan kekuatan-kekuatan luar yang dapat memecah persatuan di antara Negara-negara ASEAN.Penandatangan perjanjian persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara pada Tanggal 27 November 1971 adalah untuk memberikan landasan atau prinsip-prinsip dalam menjalin hubungan antar Negara di kawasan. Lebih jauh kerjasama antarnegara anggota ASEAN dalam rangka menciptakan kawasan yang bebas damai, dan netral dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian Kawasan Bebas Senjata Nuklir.Perjanjian kawasan bebas senjata Nuklir antara lain melarang masing-masing Negara anggota (1) mengembangkan, memproduksi atau memiliki kendali atas senjata nukli; (2) menjadi tempat persinggahan senjata nuklir; (3) melakukan uji coba senjata nuklir.Peledakan bom di Bali pada Bulan Oktober 2002, serta masalah terorisme internasional mendorong negara-negara anggota ASEAN untuk memperkuat kerja sama dalam bidang keamanan melalui pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN. Perlu dicatat bahwa usulan pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN dari dari prakarsa Indonesia, melalui Komunitas Keamanan ASEAN maka akan didirikan sebuah pusat untuk memerangi terorisme, pelatihan pasukan penjaga perdamaian, dan pertemuan secara teratur antara polisi dan menteri pertahanan ASEAN.ASEAN menginginkkan kerja sama dalam bidang politik dan keamanan lebih luas lagi. Pada tahun 1994, ASEAn membentuk Asean Regional Forum (ARF). Forum ini mengikutkan Negara-negara lain di luar kawasan Asia Tenggara, antara lain Australia, Jepang, Amerika Serikat, Rusia, Korea Selatan, Korea Utara, Cina dan Kanada.

KERJA SAMA BIDANG EKONOMI Pada awal tahun pembentukan ASEAN, perdagangan atau pertukran barabf dan jasa antarnegara anggota ASEAN masih kecil atau tidak signifikan. Inilah mengapa kerangka kerja sama dalam bidang ekonomi pada awalnya diarahkan untuk meningkatkan perdanngan dengan sesame Negara anggota ASEAN. Bentuk kerja sama ini antara lain berupa penerapan tariff khusus bagi barang impor dari sesame Negara annggota ASEAN. Barang Negara lain bila ingin masuk ke negara kita ( barang impor) akan dikenakan pajak atau tariff. Mengapa? Pengenaan tariff dilakukan untuk berbagai tujuan antara lain untuk melindungi produk dalam negeri. Tetapi berdasarkan perjanjian di atas, pajak atau tarif atas barang impor yang masuk ke negara kita bila berasal dari negara sesama anggota ASEAN akan diberikan tariff lebih rendah dibandingkan dari Negara lain yang bukan Negara anggota ASEAN. Perjanjian ini terus diperbaiki dalam rangka meningkatkan perdagangan antarnegara anggota ASEAN lebih jauh. KTT ASEAN IV di Singapura pada tahun 1992 meluncurkan gagasan untuk menerapkan kawasan pedangan bebas atau dikenal dengan AFTA ( Asean Free Trade Area). Tujuan pembentukan kawasan ini adalah untuk meningkatkan daya saing kawasan agar mampu bersaing dengan Negara atau kawasan lain. Usaha ini dicapai melalui penghapusan tariff ataupun hambatan-hambatan lain dalam rangka meningkatkan efisiensi ekonomi, produktivits, dan daya saing. Kerja sama ekonomi juga dilakukan melalui pembentukan kawasan-kawasan pertumbuhan. Pembentukan kawasan pertumbuhan ini antara lain bertujuan untuk meningkatkan perdangan, investasi, pariwisata, perkebunan, dan perikanan pada suatu kawasan. Selain itu, pembentukan kawasan pertumbuhan juga ditujukan untuk mendorong peran swasta dalam pembangunan ekonomi suatu kawasan. pembentukan kawasan pertumbuhan antara Indonesia dengan Negara-negara ASEAN antara lain adalah pembentukan BIMP-EAGA ( Brunai Darusslam, Indonesia, Malaysia, Philippines East ASEAN Growth Area) dan IMT-GT (Indonesia, Malaysia,, and Thailand Growth Triangle). Sementara itu, pembentukan Dewan Usaha BIMP-EAGA (BIMP- EAGA Bussiness Council) adalah dalam rangka mendorong peran swasta dalam pembangunan ekonomi di sutua kawasan. Gagasan pembentukan BIMP-EAGA dating dari presiden Fidel Ramous (Filipina). BIMP-EAGA kemudian diresmikan pada tahun 1994. Kawasan pembentukan dalam rangka kerja sama BIMP-EAGA mencakup antara lain :1. Brunai Darussalam,2. Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua (Indonesia)3. Sabah, Serawak, dan Labuan ( Malaysia)4. Mindanao dan Palawan (Filipina)IMT-GT didirikan oleh Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Kerja sama ini diresmikan pada Pertemuan ke-I Tingkat Menteri IMT-GT di Langkawi, Malaysia, pada tanggal 20 Juli 1993. Kawasan IMT-GT mencakup antara lain sebagai berikut:1. Sumatera Utara danAceh (Indonesia)2. Kedah, Perlis, Penang, dan Perak (Malaysia)3. Satun, Narathiwat, Yala, Songkhla, dan Pattani (Thailand)Pada tahun 1997, kepala Negara dan pemerintahan negara-negara anggota ASEAN mengingikan integrasi ekonomi kawasan lebih jauh lagi. Integrasi ekonomi dilakukan untuk mengurangi hambatan-hambatan fisik dalam aliran barang, jasa, dan investasi, dari suatu Negara ke Negara lain masih dalam satu kawasan. Langkah ini dilakukan antara lain melalui pengembangan jaringan transportasi ASEAN.

KERJA SAMA FUNGSIONALPada awal terbentuknya ASEAN, kerja sama fungsional ASEAN disebut dengan kerjasama social budaya sebagaimana termaktub dalam Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1968 mengenai pendirian ASEAN. Istilah kerja sama fungsional muncul pertama kali dalam Deklarasi Manila, 15 Desember 1987.Kerjasam fungsional ASEAn mencakup berbagai kerja sama ASEAN di bidang penerangan dan kebudayaan, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, pembangunan dan kesejahteraan sosial, pembangunan dan kesejahteraan social, pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, penanggulangan bencanan alam, penanggulangan masalah narkotika dan obat terlarang, pemuda, wanita, serta Yayasan ASEAN.

PERAN INDONESIA DALAM LLINGKUNGAN NEGARA-NEGARA ASEANPeran Indonesia dalam lingkungan Negara-negara ASEAN dapat dilihat dalam berbagai bidang antara lain bidang keamanan, ekonomi, dan social-budaya. Peran Indonesia di kawasan Asia Tenggara juga tidak terlepas dari politik luar negeri bebas aktif sebagiamnan telah kita pelajari sebelumnya,1. Penggasan Kelahiran ASEANIndonesia jga menjadi salah satu penggagas lahirnya kerja sama Negara-negara ASEAN. Pada waktu itu, Indonesia diwakili oleh Menteri Luar Negeri Adam MAlik, menjelaskan visi Indonesi tentang Kawasan Asia Tenggara yang berdiri di atas kaki sendiri, mampu mempertahankan diri sendiri terhadappengaruh-pengaruh negative dari luar kawasan. Visi itu dapat terwujud jika ada kerja sama yang efektif antara Negara-negara di kawasan tersebut.2. Pembentukan Komunitas Keamanan ASEANDalam politik, Indonesia berhasil meluncurkan gagasan untuk membentuk Komunitas Keamanan ASEAn yang akan meningkatkan kerja sama politik dan keamanan. Indonesia mengedepankan proses pembangunan politik di kawasan itu guna mengatasi perbedaan sistem politik yang terlalu mencolok di antara sesame Negara ASEAN. Peran Indonesia dalam bidang plitik ini tidak hanya menyangkut hal-hal non-militer, seperti kejahatan lintas Negara, terorisme, separatisme, perampokan, dan sebagainya. 3. Menganjurkan Penghargaan serta Perlindungan Terhadap HAMIndonesia juga mendorong Negara-negara ASEAN agar lebih demokratsi dan menghargai serta melindungi HAM penduduknya. Selain itu, Negara-negara ASEAN harus memiliki norma-norma pergaulan antarnegara yang disepakati dan dihormati bersama. Indonesia belakangan ini mendorong Myanmar agar lebih demokratis dan menghargai hak-hak asasi manusia. 4. Memfasilitasi Pemerintah Filipina dengan Gerakan Pembebasan MoroAtas permintaan dari pemerintah Filipina, Indonesia membantu usaha perdamaian antara pemerintah Filipina dengan gerakan pembebasan Muslim Moro. Beberapa pertemuan antara keduanya berlangsung pada 1974. Pemerintah Indonesia menginginkan agar pemerintah Filipina dapat menjamin kebebasan beragama bagi umat muslim dan dapat hidup berdampingan secara damai di Filipina. 5. Jakarta Informal MeetingIndonesia berupaya untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai di Kamboja dengan mengusulkan sebuah pertemuan informal di Jakarta atau Jakarta Informal Meeting pada tahun 1988. Pertemuan ini kemudian membuka jalan untuk memasuki knferensi perdamaian di Paris pada tahun 1989. Pada tahun 1992, Indonesia kembali mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke Kamboja.

1