Benign Prostat Hyperplasia

26
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) Satrio Adiras Putra 102011323 [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat Pendahuluan Latar Belakang Prostat adalah kelenjar eksokrin pada sistem reproduksi pria. Fungsi utamanya adalah untuk mengeluarkan dan menyimpan sejenis cairan yang menjadi dua per tiga bagian dari air mani . kelenjar prostat memproduksi cairan seminal dan sekresi lain yang membuat sakuran uretra terjaga kelembapannya. Pembesaran prostat adalah masalah yang sering ditemui di Indonesia. Umumnya diderita oleh pria berumur 50 tahun keatas. Kelenjar prostat yang membesar dapat menghambat saluran saluran keluarnya urin yang berdampak sakit dan keluarnya urin menjadi tidak tuntas. Rumusan Masalah

description

asdasd

Transcript of Benign Prostat Hyperplasia

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)Satrio Adiras [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat

PendahuluanLatar BelakangProstat adalah kelenjar eksokrin pada sistem reproduksi pria. Fungsi utamanya adalah untuk mengeluarkan dan menyimpan sejenis cairan yang menjadi dua per tiga bagian dari air mani . kelenjar prostat memproduksi cairan seminal dan sekresi lain yang membuat sakuran uretra terjaga kelembapannya. Pembesaran prostat adalah masalah yang sering ditemui di Indonesia. Umumnya diderita oleh pria berumur 50 tahun keatas. Kelenjar prostat yang membesar dapat menghambat saluran saluran keluarnya urin yang berdampak sakit dan keluarnya urin menjadi tidak tuntas. Rumusan MasalahRumusan masalah dalam makalah ini adalah seorang pria berusia 60 tahun keluhan sering buang air kecil, terutama pada malam hari.HipotesisHipotesis dalam makalah ini adalah seorang pria berusia 60 tahun tersebut menderita Benign Prostat Hyperplasia.

1.Anatomi Kelenjar ProstatKelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran organ ini menekan uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urin keluar dari vesika urinaria.1Prostat merupakan kelenjar aksesori terbesar pada pria; tebalnya 2 cm dan panjangnya 3 cm dengan lebarnya 4 cm, dan berat 20 gram. Prostat mengelilingi uretra pars prostatika dan ditembus di bagian posterior oleh dua buah duktus ejakulatorius.1Secara histologi prostat terdiri atas 30-50 kelenjar tubulo alveolar yang mencurahkan sekretnya ke dalam 15-25 saluran keluar yang terpisah.Saluran ini bermuara ke uretra pada kedua sisi kolikulus seminalis. Kelenjar ini terbenam dalam stroma yang terutama terdiri dari otot polos yang dipisahkan oleh jaringan ikat kolagen dan serat elastis. Otot membentuk masa padat dan dibungkus oleh kapsula yang tipis dan kuat serta melekat erat pada stroma.Alveoli dan tubuli kelenjar sangat tidak teratur dan sangat beragam bentuk ukurannya, alveoli dan tubuli bercabang berkali- kali dan keduanya mempunyai lumen yang lebar, lamina basal kurang jelas dan epitel sangat berlipat-lipat.Jenis epitelnya berlapis atau bertingkat dan bervariasi dari silindris sampai kubus rendah tergantung pada status endokrin dan kegiatan kelenjar.Sitoplasma mengandung sekret yang berbutir-butir halus, lisosom dan butir lipid .Nukleus biasanya satu, bulat dan biasanya terletak basal.Nukleoli biasanya terlihat ditengah, bulat dan kecil.1 Kelenjar prostat terbagi atas 5 lobus yaitu lobus medius, lobus lateralis, lobus anterior, dan lobus posterior. 12.Fisiologi Kelenjar ProstatSekret kelenjar prostat adalah cairan seperti susu yang bersama-sama sekret dari vesikula seminalis merupakan komponen utama dari cairan semen. Semen berisi sejumlah asam sitrat sehingga pH nya agak asam .Selain itu dapat ditemukan enzim yang bekerja sebagai fibrinolisin yang kuat, fosfatase asam, enzim-enzim lain dan lipid.Sekret prostat dikeluarkan selama ejakulasi melalui kontraksi otot polos.23.AnamnesisAnamnesis dilakukan untuk menggali keluhan utama serta gejala BPH.Di samping itu ditanya juga riwayat kesehatan pada umumnya seperti riwayat pembedahan, riwayat penyakit saraf, penyakit metabolik seperti diabetes melitus, dan riwayat pemakaian obat-obatan.Untuk menilai gejala obstruktif dan iritatif dapat diperolehmelalui kuesioner, dimana yang umumnya dipakai saat ini adalah International Prostate Symptom Score (IPSS).Anamnesis yang dilakukan adalah :31. Perasaan vesika urinaria tidak kosong setelah miksi2. Sering / tidaknya miksi3. Terdapat arus kemih yang berhenti saat miksi / tidak4. Tidak dapat menahan miksi / dapat5. Terjadi arus lemah saat miksi / tidak6. Terjadi kesulitan memulai miksi / tidak7. Nokturia

4.Pemeriksaan FisikPemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur, harus diperhatikan konsistensi prostat (pada pembesaran prostat jinak konsistensinya adalah kenyal), adakah asimetri, adakah nodul pada prostat, apakah batas atas dapat diraba. Pada karsinoma prostat, prostat teraba keras atau teraba benjolan yang konsistensinya lebih keras dari sekitarnya atau ada prostat asimetri dengan bagian yang lebih keras. Dengan colok dubur dapat pula diketahui batu prostat bila teraba krepitasi.25.Pemeriksaan PenunjangDengan pemeriksaan radiologik, seperti foto polos perut dan pielografi intravena, dapat diperoleh keterangan mengenali penyakit ikutan, misalnya batu saluran kemih, hidronefrosis atau divertikulum kandung kemih. Kalau dibuat foto setelah miksi, dapat dilihat sisa urin. Pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi defek isian kontras pada dasar kandung kemih. Secara tidak langsung, pembesaran prostat dapat diperkirakan apabila dasar buli-buli pada gambaran sistogram tampak terangkat atau ujung distal ureter membelok ke atas berbentuk seperti mata kail. Apabila fungsi ginjal buruk sehingga eksresi ginjal kurang baik atau penderita sudah dipasang kateter menetap, dapat dilakukan sistogram retrograd. Ultrasonografi dapat dilakukan secara transabdominal atau transrektal (transrektal ultrasonography= TRUS). Selain untuk mengetahui pembesaran prostat, pemeriksaan ultrasonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukur sisa urin, dan keadaan patologi lain seperti divertikulum, tumor dan batu. Dengan ultrasonografi transrektal, dapat diukur besar prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat pula dilakukan dengan ultrasonografi suprapubik. CT scan atau MRI jarang dilakukan.Pemeriksaan sistografi dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan urin ditemukan mikrohematuria. Pemeriksaan untuk ini dapat memberi gambaran kemungkinan tumor di dalam kandung kemih atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen di dalam vesika. Selain itu, sistokopi dapat juga memberi keterangan mengenai besar prostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam uretra.4 Terdapat dua pemeriksaan yang terpenting, yaitu darah dan urin.Pemeriksaan darah yang perlu dilakukan khusus untuk prostat adalah kreatinin serum, elektrolit (Natrium dan Kalium), dan PSA. Pemeriksaan urin yang perlu dilakukan adalah sedimen urin dan kultur.Nilai PSA normal di negara-negara yang mempunyai prevalensi kanker prostat yang tinggi adalah di bawah 4 ng/ml. Nilai PSA 4-10 ng/ml dianggap sebagai daerah kelabu (gray area), perlu dilakukan penghitungan PSA Density (PSAD), yaitu serum PSA dibagi dengan volume prostat. Apabila nilai PSAD > 0.15, perlu dilakukan biopsi prostat. Bila nilai PSAD < 0.15, tidak perlu dilakukan biopsi prostat.Nilai PSA > 10 ng/ml dianjurkan untuk dilakukan biopsi prostat.Di negara-negara Asia, di mana prevalensi kanker prostat rendah, terdapat perbedaan nilai normal PSA. Di Indonesia, di mana rata-rata nilai PSA pada penderita PPJ 12.9 + 24.6 ng/ml, nilai normal PSA 8 ng/ml, sedangkan nilai daerah kelabu 8-30 ng/ml. Untuk nilai PSAD > 0.20 baru perlu dilakukan biopsi prostat. Tingginya angka PSA di Indonesia berhubungan erat dengan kateterisasi dan volume prostat, mengingat sebagian besar pasien datang dalam keadaan retensi dan dalam volume prostat yang besar.5

6.Benign Prostat Hyperplasiaa.DefinisiHiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Tanda klinis BPH biasanya muncul pada lebih dari 50% laki-laki yang berusia 50 tahun ke atas. Hiperplasia prostatik adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk dalam prostat; pertumbuhan tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang jumlahnya berbeda-beda. Prostat tersebut mengelilingi uretra, dan pembesaran bagian periuretral akan menyebabkan obstruksi leher kandung kemih. 4b.EtiologiDengan bertambahnya usia, akan terjadi perubahan keseimbangan testosteron estrogen karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa perifer. Berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat ditemukan pada usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomik. Pada lelaki usia 50 tahun, angka kejadiannya sekitar 50% dan pada usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dari angka tersebut di atas akan menyebabkan gejala dan tanda klinis. 4Karena proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan, efek perubahan juga terjadi perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher vesika dan daerah prostat meningkat, dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor ke dalam kandung kemih dengan sistokopi akan terlihat seperti balok yang disebut trabekulasi (buli-buli balok). Mukosa dapat menerobos keluar di antara serat detrusor. Tonjolan mukosa yang dinamakan sakula, sedangkan yang besar disebut divertikulum. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi otot dinding. Apabila keadaan berlanjut, detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. 4

C. PatofisiologiBiasanya ditemukan gejala dan tanda obstruksi dan iritasi. Gejala dan tanda obstruksi saluran kemih berarti penderita harus menunggu pada permulaan miksi, miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran miksi menjadi lemah, dan rasa belum puas sehabis miksi. Gejala iritasi disebabkan hipersensitivitas otot detrusor berarti bertambahnya frekuensi miksi, nokturia, miksi sulit ditahan, dan disuria. 4Gejala obstruksi terjadi karena detrusor gagal berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehingga koneksi terputus-putus. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada kandung kemih sehingga vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejala dan tanda ini diberi skor untuk menentukan berat keluhan klinis. 4Apabila vesika menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih, dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika keadaaan ini berlanjut, pada suatu saat akan terjadi kemacetan total sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. Karena produksi urin terus-menerus terjadi, pada suatu saat vesika tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intra-vesika terus meningkat. 4Apabila tekanan vesika menjadi lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan obstruksi, akan terjadi inkontinensia paradoks. Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu miksi, penderita harus selalu mengedan sehingga lama-kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid.4Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan di dalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks, dapat terjadi pielonefritis. 4d.Gejala KlinisTanda dan gejala yang sering terjadi adalah gabungan dari hal-hal berikut dalam derajat yang berbeda-beda yaitu sering berkemih. Nokturia, urgensi (kebelet), urgensi dengan inkontinensia, tersendat-sendat, mengeluarkan tenaga untuk mengalirkan kemih, rasa tidak lampias, inkontinensia overflow, dan kemih yang menetes setelah berkemih. Kandung kemih yang teregang dapat teraba pada pemeriksaan abdomen, dan tekanan suprapubik pada kandung kemih yang penuh akan menimbulkan rasa ingin berkemih. Prostat diraba sewaktu pemeriksaan rektal untuk menilai besarnya kelenjar. 6Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa urin setelah miksi spontan. Sisa urin ditentukan dengan mengukur urin yang masih dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa urin dapat pula diketahui dengan melakukan ultrasonografi kandung kemih setelah miksi. Sisa urin lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas untuk indikasi melakukan intervensi pada hipertrofi prostat. Derajat berat obstruksi dapat pula diukur dengan mengukur pancaran urin pada waktu miksi, yang disebut uroflowmetri. 6Angka normal pancaran kemih rata-rata 10-12 ml/detik dan pancaran maksimal sampai sekitar 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, pancaran menurun antara 6-8 ml/ detik, sedangkan maksimal pancaran menjadi 15 ml/ detik atau kurang. Kelemahan detrusor dan obstruksi intravesikal tidak dapat dibedakan dengan pengukuran pancaran kemih. 6e.PenatalaksanaanPenderita datang ke dokter bila hipertrofi prostat telah memberikan keluhan klinis. Derajat berat gejala klinis dibagi menjadi empat gradasi berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa volume urin. 4DerajatColok duburSisa volume urin

IPenonjolan prostat, batas atas mudah diraba100 ml

IVRetensi urin total

Tabel I. Derajat berat hipertrofi prostat berdasarkan gambaran klinisOrganisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut WHO PSS (WHO prostate symptom score). Skor ini dihitung berdasarkan jawaban penderita atas delapan pertanyaan mengenai miksi. 4PertanyaanJawaban dan skor

Keluhan pada bulan terakhirTidak ada sama sekali