Bencana Alam dan Ciri-cirinya
-
Upload
lidya-saptenno -
Category
Documents
-
view
2.586 -
download
1
Transcript of Bencana Alam dan Ciri-cirinya
Pendahuluan:
Hampir setiap tahun di berbagai daerah di Indonesia terancam bencana alam.
Dalam sejarah manusia dengan akal budinya secara bersama-sama selalu dapat belajar
dari pengalaman bencana dan mencari alternatif-alternatif cara untuk menghadapinya.
Memang kekuatan alam yang terlihat dalam aneka bencana itu tidak bisa dilawan oleh
manusia begitu saja.
Di dunia yang selalu berubah ini, bencana alam menjadi masalah yang besar, para
ahli geologi sudah sering mengemukakan bahwa bumi ini terdiri dari berbagai macam
lempengan-lempengan tanah yang selalu bergerak perlahan-lahan satu sama lainnya.
Sehingga akibat adanya gesekan antara kedua lempengan inilah yang membuat beberapa
fenomena bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus dll.
Indonesia terletak di garis khatulistiwa dan persis berada ditengah-tengah antara
lempengan bumi sebelah atlantik dengan lempengan bumi sebelah pasifik. Dikarenakan
di perbatasan ke-dua lempengan besar ini sering terjadi pergesekan/konflik maka
terciptalah gunung-gunung berapi (volcanic mountain). Oleh karena itulah kita bisa
melihat kenapa negara Indonesia ini dikelilingi oleh banyak sekali gunung berapi yang
aktif maupun non-aktif, yang di permukaan maupun yang di bawah laut.
Tujuan:
Kita sebagai diri pribadi mampu bersikap dan bertindak dengan baik dan tepat
terhadap perubahan ekologi yang terjadi seperti bencana alam. Mencapai prilaku pribadi
yang baik dalam pengambilanan keputusan yang tepat, efektif dan sistematis terhadap
tindakan penanggulangan bencana alam. Serta diketahuinya berbagai macam jenis
bencana alam dan ciri-cirinya.
1
Pembahasan:
1.1 Bencana Alam:
Mengapa ada bencana alam? Pertanyaan diatas kerap kali ditanyakan orang-
orang disaat bencana sedang atau sudah terjadi tapi jarang sekali yang menanyakannya
sebelum terjadi. Bencana alam merupakan suatu fenomena rutin yang memang sudah
terjadi dari dahulu kala bahkan sebelum peradaban manusia. Kita sering kali terheran-
heran melihat tanah dapat bergerak sendiri, melihat gunung dapat memuntahkan lava atau
air hujan yang dapat menenggelamkan suatu kota, ini semua karena perilaku kita sebagai
manusia yang superior yang mempunyai persepsi bawaan bahwa bumi ini adalah benda
mati yang ada hanya untuk di manfaatkan atau di eksploitasi. Lalu karena kita berpegang
teguh terhadap pendirian kita yang percaya bahwa bumi ini hanya benda mati saja,
manusia akhirnya menciptakan mitos/ legenda/ dewa-dewa yang dikaitkan erat sebagai
penyebab dari bencana alam. Sampai pada akhirnya tibalah jaman modern, dimana
segala-galanya dapat dijelaskan dengan cara alamiah maupun ilmiah, termasuk bencana
alam akhirnya dikategorikan sebagai fenomena alam yang normal karena inilah tanda-
tanda yang diberikan oleh tuhan bahwa bumi itu hidup.
Negara Indonesia merupakan negara yang rawan bencana alam. Data dari Badan
Koordinasi Nasional (Bakornas) menunjukan bahwa pada tahun 2007 terdapat 379
bencana yang terjadi di Indonesia. Untuk itu diperlukan kesiapan dari tiap Individu untuk
mampu menghadapi dan mengatasi bencana tersebut. Penanggulangan bencana bukan
merupakan beban dan tanggung jawab pihak tertentu, namun merupakan tanggung jawab
kita bersama. 1
1.2 Jenis-jenis Bencana Alam di Indonesia:
Ada beberapa jenis bencana alam yang diketahui oleh manusia. Sebagian
merugikan dan sebagian tidak, sebagian adalah karena ulah perbuatan manusia dan
sebagian lagi tidak. Contohnya seperti:
1. Banjir:
Suatu keadaan dimana air dengan volume besar menggenangi suatu wilayah
biasanya di akibatkan oleh hujan lebat. Ditambah lagi oleh faktor drainase yang
kurang lancar. Pada dasarnya secara traditional, pengetahuan mengenai hal ini
sesungguhnya telah banyak dilakukan oleh nenek moyang kita. Ini dibuktikan
2
dengan model rumah panggung yang dibangun pada daerah-daerah di dataran
banjir maupun di rawa-rawa di berbagai daerah di Indonesia. Sayangnya kearifan
pengetahuan tradisional yang luhur tersebut, saat ini sudah banyak ditinggalkan
karena dianggap kurang modern. Rumah di dataran banjir dibangun dengan lantai
keramik di permukaan tanah. Untuk itu tidak aneh jika saat musim hujan terkena
banjir. 1
2. Letusan gunung berapi:
Suatu fenomena alam dimana gunung yang aktif memuntahkan lava (cairan
panas inti bumi) beserta asap dan debu volcanic. Biasanya penanganan awal
dalam kasus seperti ini adalah pengungsian warga di sekitar gunung dalam radius
tertentu. Akibat dari kejadian bencana alam seperti ini adalah kerusakan properti
dan harta benda warga bahkan bisa juga nyawa warga. Tetapi fenomena ini
menghasilkan dampak positif bagi tingkat kesuburan tanah di sekitar wilayah
yang terkena lava dan asap debu volcanic tersebut untuk jangka panjang dan
dapat terciptanya sungai baru. 1
3. Gempa bumi:
Suatu dampak dari bergesernya lempengan-lempengan bumi, berupa getaran
secara tiba-tiba, getaran tersebut dapat diukur oleh skala ritcher mulai dari tingkat
lemah sampai tingkat tinggi. 1
4. Gelombang pasang/abrasi:
5. Tanah longsor:
6. Kebakaran:
Kebakaran merupakan suatu bencana yang melibatkan unsur api. Di Indonesia
yang lembab ini jarang sekali terjadi kebakaran hutan akibat cuaca kering dan
panas. Justru yang sering terjadi adalah kebakaran yang disengaja oleh faktor
manusia. Selain peralatan memasak, alat untuk merokok, dan lilin, terdapat
banyak barang lain di rumah kita yang mudah terbakar. Berikut ini beberapa
saran penting penanganan yang tepat untuk mencegah kebakaran dan kecelakaan
akibat api.
3
a) Ketika membeli mabel yang berlapis kain, pilihlah yang tidak
mudah tersulut api dan terbakar. Anda dapat bertanya pada
pramuniaga tentang mebel dari bahan yang tidak mudah
terbakar.
b) Selalu memeriksa mebel yang digunakan perokok sebagai
tempat duduk. Mungkin saja tertinggal abu atau rokok yang
belum mati sepenuhnya. Benda-benda ini bisa saja terjatuh di
antara bantalan kursi atau di kolong mebel.
c) Jangan merokok di tempat tidur. Merokok di tempat tidur adalah
penyebab utama cedera dan kematian di rumah.
d) Taruh pematik, korek api, dan lilin di luar pandangan dan
jangkauan anak-anak. Anak umur dua tahun sudah dapat
menyalakan benda-benda ini.
e) Jangan pernah menyuruh atau membolehkan anak untuk
bermain dengan pematik atau korek api, atau
memperlakukannya sebagai mainan. Jangan pernah menghibur
anak-anak dengan benda-benda ini. Bila rasa ingin tahu mereka
tumbuh, mereka akan mencoba untuk mencari dan
menyalakannya.
f) Selalu memeriksa apakah api rokok sudah mati ketika
membuang abu atau puntung rokok dan membersihkan asbak.
Puntung yang masih menyala dapat membakar sampah dan
menyebabkan kebakaran.
g) Jangan pernah tidur meninggalkan lilin yang menyala ketika
semua penghuni tidur.
h) Jangan menaruh atau menyimpan zat yang mudah terbakar di
dapur. Jangan memanaskan lilin, cat, dan zat plitur lainnya di
atas kobaran api terbuka.
i) Jangan meletakkan permen atau kue dalam rak di atas kompor.
Ini akan mencegah anak-anak untuk memanjat peralatan
4
memasak, sehingga membantu mencegah kemungkinan baju
mereka disambar api.
j) Jagalah kebersihan peralatan dan perlengkapan memasak yang
menghasilkan panas. Sisa makanan dan lemak dapat disambar
api.
k) Pakailah baju lengan lengan pendek atau pas di badan ketika
memasak.
l) Jangan meninggalkan kompor ketika sedang memasak. Selalu
mematikan kompor setelah memasak dan jangan
membiarkannya sampai menjadi merah panas. Bila anda
menggunakan alat bertekanan tinggi, jangan membiarkannya
mendidih hingga kering. 1
7. Tsunami:
Suatu gelombang ombak yang besar yang menghantam pesisir pantai. Semua
daerah pantai mungkin rawan terkena tsunami, bahkan yang berada ribuan
kilometer jauhnya dari sumbernya. Ini karena tsunami bisa dimulai pada satu sisi
lautan dan bergerak terus ke sisi lainnya. Namun demikian, kepulauan Pasifik
sangat berpotensi terhadap terjadinya tsunami karena merupakan wilayah-
wilayah yang rentan terhadap gempa bumi bersekala besar. Wilayah tersebut
meliputi daerah-daerah yang membentang dari Selandia Baru melewati Asia
Timur, pantai-pantai barat dan daerah Aleutia dari Amerika sepanjang jalan
menuju kepulauan Shetland Selatan.
Di Indonesia terdapat 3 pergerakan /tumpukan lempeng tektonik penyebab
gempa tektonik, yaitu; a) Pergerakan Indo-Australia dengan Eurasia.
b) Pergerakan Indo-Australia dengan Pasifik.
c) Pergerakan Pasifik dengan Indo-Australia.
Pertemuan-pertemuan lempeng ini merupakan tempat terjadinya gempa-gempa
besar dan berada di lautan dengan jarak 100-150 km dari pantai Sumatra, selatan
Jawa, selatan Nusa Tenggara, Maluku dan pantai utara Papua. 1
5
1.3 Dimensi Perubahan Lingkungan
a) Fisik:
- Hal yang dapat dilakukan individu/ masyarakat:
1. Jika kita sudah mendapat peringatan dari pemerintah dan kita sudah
melihat tanda-tanda misalkan gunung berapi akan meletus seperti
kumpulan asap.
2. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah
aliran lahar.
3. Ketika melihat lahar/ benda lain yang mendekati rumah anda, segera
selamatkan diri anda dan bukan barang anda, dan cari perlindungan
terdekat.
4. Lindungi diri dari debu dan awan panas.
5. Pakailah kacamata pelindung.
6. Pakai masker/ kain untuk menutup mulut dan hidung.
7. Bila dalam situasi evakuasi, pastikan untuk tidak kembali ke kediaman
sampai keadaan sudah dipastikan aman. 1
- Hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah/ pihak berwenang:
1. Sebelum terjadi letusan:
Menginventarisir data, mencakup sebaran dan prediksi volume
hasil letusan.
Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada gunung api yang
sedang aktif.
Pembuatan dan penyediaan peta kawasan rawan bencana letusan
gunung api, pada zona risiko bahaya gunung api, dengan pendukung
lainnya, seperti peta geologi gunung api.
Membuat langkah-langkah prosedur tetap penaggulangan bencana
letusan gunung api.
Melakukan bimbingan dan penyebarluasan informasi gunung api
kepada masyarakat.
Penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika dan geokimia di
gunung api.
6
Peningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya seperti
peningkatan sarana dan prasarananya. 1
b) Mental:
Setelah mengalami bencana kita akan melalui tahap-tahap kesedihan. Pada masing-
masing individu tahap ini tidak selalu sama dalam hal frekuensi, kadar, dan urutan
pentahapan yang dialami seseorang tidak selalu sama, pendidikan, perbedaan
pengalaman, keterampilan, ketahanan, kemandirian dan interaksi sosial seseorang
berpengaruh kepada reaksi seseorang ketika menghadapi dan mengatasi trauma bencana.
Memahami tahap-tahap kesedihan bermanfaat untuk dapat mengatasi dan mengubah
kesedihan menjadi peluang meraih masa depan. 1
Tahap-tahap Kesedihan:
1. Penolakan: cth: “Bukan, bukan saya....enggak mungkin hal ini menimpa
saya...” ini merupakan reaksi normal yang terjadi pada individu sangat
kehilangan orang yang sangat dicintainya (suami/ istri/ anak/ saudara)
atau benda (rumah/ mobil/ pakaian).
2. Kemarahan
3. Penawaran
4. Rasa tertekan (depresi)
5. Penerimaan. 1
c) Spiritual:
Respon manusia/masyarakat terhadap situasi yang terjadi di lingkungannya sangat
dipengaruhi oleh asumsi dan kebiasaan yang selama ini berlaku. Contohnya pada
kejadian di gunung Merapi yang penduduknya masih percaya kepada mitos daerah
setempat dan dipanutnya tokoh setempat Mbah Maridjan. Seharusnya kita lebih percaya
kepada Tuhan daripada orang pintar. 2
d) Sosial:
Membuat masyarakat untuk peduli antara sesama serta mengajak masyarakat untuk
membuat suatu Satgas (satuan petugas) untuk siaga bencana perlu dibentuk sebelum
terjadinya bencana. Satgas terdiri dari unsur perangkat desa/ kelurahan, tentara, polisi dan
relawan dari masyarakat yang berpengalaman dalam menangani bencana. Satgas harus
selalu siap di posko-posko yang telah disediakan, dan selalu koordinasi dengan suber-
7
sumber berita, dan badan-badan informasi bencana, sehingga dapat dengan segera
mengambil langkah-langkah yang diperlukan ketika bencana terjadi. 1
Membuat posko, posko (pos komando) harus selalu ada dan siap, terutama di daerah-
daerah yang memang rawan bencana tsunami. Tim satgas dan tim kesehatan harus selalu
siap di posko-posko yang telah disediakan. Dalam posko harus dipersiapkan peralatan-
peralatan yang dibutuhkan dalam kondisi darurat, seperti makanan, minuman, senter,
radio, kotak P3K, atau yang lainnya, buku direktori, dan nomor-nomor telepon darurat;
Palang Merah, Rumah sakit, atau lembaga-lembaga pemerintah yang lain. 1
1.4 Dimensi Perubahan Diri Pribadi
a) Fisik:
Dalam hubungannya dengan bencana alam, orang yang mengalami atau terkena
bencana alam (korban) dapat mengalami cidera ringan maupun parah. Sebagai contoh
kasus bencana kebakaran. Bernafas dalam kebakaran menyebabkan orang menghirup
asap yang mengandung gas, uap, dan zat yang berbahaya. Menghirup asap yang
mengandung zat berbahaya adalah penyebab lebih dari separuh gangguan kesehatan dan
kematian yang berkaitan dengan api. Zat yang disebabkan asap dan gas atau uap
membahayakan saluran pernafasan dan paru-paru melalui tiga cara, yaitu: timbul cedera
karena panas, terjadi iritasi dari jaringan yang menghubungkan tempat masuk udara
dengan paru-paru, dan terdapat kekurangan oksigen yang dibutuhkan jaringan tubuh.
Tanda-tanda dari cedera akibat panas adalah hangus atau terbakarnya bulu hidung,
luka bakar di sekitar hidung dan mulut, dan pembengkakan di dalam tenggorokan. Tanda-
tanda iritasi jaringan di tenggorokan dan paru-paru adalah nafas yang berbunyi, batuk,
suara yang berat dan kasar, ludah berwarna kelabu atau hitam, dan terdapat cairan di
paru-paru. 1
b) Mental:
Energi fisik merupakan bahan bakar mentah yang kita gunakan untuk menjalankan
kecakapan emosional dan bakat kita. Agar dapat menampilkan kinerja terbaik, kita harus
bisa merasakan emosi positif dan menyenangkan: kenikmatan, tantangan, petualangan,
dan kesempatan. Sedangkan emosi-emosi yang berasal dari ancaman atau yang bersifat
defisit seperti ketakutan, frustasi, dan kemarahan, cenderung meracuni dan terkait erat
8
dengan pengeluaran hormon-hormon stress tertentu, terutama sekali cortisol. Kecerdasan
emosional sederhananya merupakan kapasitas untuk terampil menata emosi demi
menghasilkan energi positif yang tinggi, juga merupakan sarana bagi keterlibatan penuh.
Dalam tataran praktis, “otot” kunci atau kompetensi-kompetensi yang menggerakkan
emosi-emosi positif antara lain: kepercayaan diri, pengendalian diri, kecakapan sosial
(kefektifan interpersonal), dan rasa empati. Sedangkan “otot” yang lebih kecil dan
sifatnya mendukung antara lain kesabaran, keterbukaan, kepercayaan, dan kesenangan. 2
c) Spiritual:
Manusia berkembang dan bertumbuh dari bawah ke atas dari dimensi fisik ke dimensi
emosional, terus ke dimensi mental, hingga ke dimensi spiritual. Maka perubahan
bergerak dari atas ke bawah. Spiritualitas merupakan sumber utama terciptanya tujuan,
yang energinya berasal dari keterkaitan kita dengan nilai-nilai yang kita pegang teguh dan
keterkaitan kita dengan tujuan lain di luar pribadi. Tujuan menciptakan sasaran. Memiliki
tujuan membuat kita berkeinginan mengeluarkan energi terfokus untuk aktifitas atau
sasaran tertentu, dan karenanya, kita bisa terlibat penuh. Kita menjadi terlibat penuh
hanya ketika kita benar-benar memerhatikan dan merasa bahwa apa yang kita lakukan
benar-benar berarti. Tujuan adalah hal yang menerangi kita, mengapungkan perahu kita,
dan merawat jiwa kita. 3
d) Sosial:
Manusia harus dapat mengendalikan diri mereka mulai dari faktor pada dalam diri
mereka sendiri sampai faktor luar yang dapat mempengaruhi, contohnya: Tekanan sosial
ekonomi, rasialisme, problem keluarga dan sebagainya. Namun olahraga juga dianggap
mampu meredam stres, demikian juga yoga karena mengajarkan meditasi dan olah nafas. 5
1.5 Membandingkan Teori dengan Realita
a) Energilah sumber daya paling berharga, bukan waktu.
Dulu kita pikir semakin cepat kinerja kita dan semakin banyak yang bisa
lakukan kita termasuk kedalam glongan orang yang sukses dan berhasil tetapi nyatanya
kita salah. Kita hanya manusia dan kita memiliki batasan-batasan / limit. kita tidak dapat
9
lagi bekerja 24/7 setiap hari. Badan, pikiran dan mental kita memiliki tingkat jenuh. Anda
bakal berkinerja baik, sehat, dan bahagia bila anda terampil mengelola energi anda.
b) Time is money to time is life.
Bagaimana jika kita telah banyak duit di waktu kita sangat tua? Inilah sebabnya
mengapa hal yang paling penting dalam hidup ini bukanlah waktu tapi kualitas hidup itu
sendiri.
c) One hat only.
Kita tidak bisa menghandle semuanya sendiri, harus ada pendelegasian tugas ke
orang lain. Lalu, mimpi boleh banyak tapi cita-cita hanya satu karena kita tidak punya
cukup waktu untuk menjadi semuanya. 6
1.6 Menyusun Prioritas Lewat Analisa Dmensi Prubahan
1. Menghargai menggunakan brainstorming & membuat to-do-list.
2. Menyusun prioritas.
3. Satu kalender untuk satu appointments-tapi buatlah fleksibel & kreatif.
4. Tetap pada plan dengan memasukkan kreativitas yang fleksibel. 6
1.7 Kemampuan Mengelola Perubahan
Speed management telah terdorong sampai limitnya. Dengan cara kembali ke
langkah hidup yang lebih berirama naturallah maka anda dapat menciptakan
keseimbangan yang sehat antara bergerak cepat dengan bergerak pelan-pelan.
Banyak orang sekarang sudah dapat menyadari betapa pentingnya untuk
memperlambat tempo kehidupan mereka. Dengan cara ini (melupakan waktu) mereka
akhirnya telah menemukan kembali keharmonisan hidup mereka.
Kemampuan mengelola perubahan pada diri manusia dapat didasari pada 2
motivasi, yaitu:
1. Motivasi Extrinsik
Ada beberapa orang yang termotivasi oleh hasil yang akan didapat di
akhir hari. Seperti mendapatkan duit, keamanan atau terkenal. Tipe ini
cenderung workholic dan mereka sering kali melewati masa-masa/waktu
proses yang menyenangkan atau menikmati hidup.
2. Motivasi Intrinsik
10
Tipe ini adalah tipe pemilih yang lebih mementingkan keegoisannya
sendiri jadi, mereka yang bertipe ini cenderung akan melaksanakan
perubahan yang mereka hadapi jika hal itu ada hubungannya dengan
kepentingan pribadi mereka. Jika tidak maka mereka akan meninggalkan
perubahan itu.
Perubahan dalam hidup berarti perubahan dalam pengelolaan waktu juga kita
perlu mengenali tipe pengelola waktu seperti apakah kita ini? Ada 2 tipe:
1. Monochronic Peolple.
a) Melakukan satu hal dalam sekali waktu.
b) Fokus dalam pekerjaan.
c) Menganggap deadline & timeframes sangat serius sekali.
d) Tidak context-oriented & butuh informasi.
e) Lebih mendedikasikan konsentrasi diri mereka kepada pekerjaan
mereka di atas apa saja..
f) Selalu berpegang teguh kepada rencana.
g) Tidak ingin mengganggu yang lain.
h) Cenderung suka bekerja sendiri. Mereka menghormati privacy.
i) Jarang sekali pinjam barang ke orang lain.
j) Lebih terbiasa dengan short-term relasi.
2. Polychronic People.
a) Mengerjakan segala macam pekerjaan sekaligus.
b) Dapat cepat terganggu/distraksi dan mudah terinterupsi.
c) Cenderung menganggap timeframe sebagai goal yang dapat dicapai jika
mungkin.
d) Sangat context-oriented & dapat mengumpulkan informasi secara tidak
sengaja.
e) Mendedikasikan hidup untuk orang lain & lebih suka interpersonal
relasi.
f) Mengubah rencana sering dan bahkan tanpa ragu-ragu.
h) Menghargai orang-orang disekitar.
i) Sangat menikmati berkolaborasi dengan orang lain lebih dari privacy
11
sendiri.
j) Meminjam sering.
k) Cenderung membangun life-long relasi.
Intinya dengan cara mengkombinasikan kedua tipe ini ke dalam pola kerja kita
sehari-hari akan meningkatkan personal produktivitas & efektivitas. 6
1.8 Model Pendekatan Masalah. 6
Penting bagi kita untuk mengetahui seberapa besar masalah yang akan kita hadapi
berpengaruh pada aspek kehidupan kita.
Gambar 1. Skema pembagian persentase kehidupan yang seimbang oleh Seiwerth J.
12
Life Balance
Health25%
Work25%
Social Contact25%
Purpose25%
Diet, Recreation, Relaxation, Fitness, Life expectancy (physical well-being)
Suitable job, Money, Success,Career, Prosperity, Wealth
Friends, Family, Attention, Recognition
Religion, Love, Self-determination, Fulfillment, Philosophy the future.
Kesimpulan:
Dari pembelajaran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa biar bagaimana pun
kerasnya manusia mencoba untuk mengerti prilaku alam. Tetap saja manusia masih tidak
dapat menghentikan bencana alam karena hal ini merupakan kuasa Allah dan sangat jauh
di luar jangkauan manusia. Tetapi dengan bertambahnya kesadaran manusia, manusia
dapat melakukan sesuatu untuk meminimalisir korban yang berjatuhan. Hal yang dapat
dilakukan oleh manusia adalah dengan cara mencerdasinya agar bencana itu dapat
dihadapi sehingga tidak lagi membahayakan atau menimbulkan banyak korban. Bencana
sebagai kenyataan hidup manusia membuka kesempatan bagi manusia untuk mengelola
hidup dan lingkungannya. Kenyataan bencana di Indonesia sebetulnya merupakan proses
pencerdasan masyarakat bahwa ada yang dapat dimanfaatkan dari potensi dan hasil dari
bencana.
Saran:
Penulis menyarankan agar dimasukkannya program penanggulangan bencana
alam kedalam materi sekolah mulai dari SD sehingga tingkat kecerdasan orang Indonesia
mengenai bahaya bencana alam dan bagaimana cara mengatasinya dapat meningkat.
Melihat letak geografis Indonesia yang sering terjadi bencana alam, saya melihat program
seperti ini akan sangat membantu sekali. Didalam materi penanggulangan bencana alam
sendiri sudah terdapat banyak ilmu yang melatih orang untuk terampil mengolah waktu,
berkoordinasi dengan pihak lain sampai menyusun skala prioritas mengenai hal-hal apa
saja yang harus dilakukan terlebih dahulu.
13
Daftar Pustaka
1. Alsaid A. Mencerdasi Bencana. Jakarta: PT GRASINDO. 2007.
2. Triyoga Lucas S. Manusia Jawa dan Gunung Merapi Persepsi dan
Kepercayaannya. Jogja: Gadjah Mada University Press. 2000.
3. Loeke J, Schwartz T. The Power of Full Engagement. New York: Free Press.
2003.
4. Losyk. B. Kendalikan Stress Anda! Cara mengatasi stress dan sukses di tempat
kerja. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2005
5. Hartono, LA dr. Stress dan Stroke. Yogyakarta: Kanisius. 2007.
6. Seiwert L J. Slow down to Speed up. Frankfurt: Campus Verlag. 2008.
14
15