Bencana Akibat Proses Tektonik

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Secara geografis, tiga lempeng tektonik utama dunia bertemu di wilayah Indonesia, yaitu di daerah Sumatera, Jawa, Bali Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Papua yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gempabumi tektonik dan tsunami. Ketiga lempeng tektonik utama dunia itu adalah kawasan barat Indonesia berupa lempeng benua (continental crust), yaitu lempeng benua Eurasia yang bergerak ke arah timur tenggara dengan kecepatan 1cm/tahun, dikawasan selatan Indonesia berupa lempeng benua (continental crust) dan lempeng samudera (oceanic crust), yaitu lempeng Australia-Hindia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan 7cm/tahun, dan di kawasan timur Indonesia berupa lempeng samudera (oceanic crust), yaitu lempeng pasifik yang bergerak ke arah barat-baratlaut dengan kecepatan 9cm/tahun. Selain interaksi antar lempeng tektonik utama dunia, di wilayah Indnesia terdapat pula interaksi antar lempeng mikro dan interaksi antar planet sehingga tidak perlu heran kalau terjadi gempa bumi tektonik dan tsunami yang saling bersusulan. Proses tektonik yang terjadi di alam semesta akan menyebabkan beberapa morfologi terubahkan karena terlipat, tersesarkan, atau terekahkan, akibat proses tektonik yang sangat beragam itu sehingga terjadi

description

Bencana Akibat Proses Tektonik

Transcript of Bencana Akibat Proses Tektonik

BAB IPENDAHULUAN

1.1 PendahuluanSecara geografis, tiga lempeng tektonik utama dunia bertemu di wilayah Indonesia, yaitu di daerah Sumatera, Jawa, Bali Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Papua yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gempabumi tektonik dan tsunami. Ketiga lempeng tektonik utama dunia itu adalah kawasan barat Indonesia berupa lempeng benua (continental crust), yaitu lempeng benua Eurasia yang bergerak ke arah timur tenggara dengan kecepatan 1cm/tahun, dikawasan selatan Indonesia berupa lempeng benua (continental crust) dan lempeng samudera (oceanic crust), yaitu lempeng Australia-Hindia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan 7cm/tahun, dan di kawasan timur Indonesia berupa lempeng samudera (oceanic crust), yaitu lempeng pasifik yang bergerak ke arah barat-baratlaut dengan kecepatan 9cm/tahun. Selain interaksi antar lempeng tektonik utama dunia, di wilayah Indnesia terdapat pula interaksi antar lempeng mikro dan interaksi antar planet sehingga tidak perlu heran kalau terjadi gempa bumi tektonik dan tsunami yang saling bersusulan.Proses tektonik yang terjadi di alam semesta akan menyebabkan beberapa morfologi terubahkan karena terlipat, tersesarkan, atau terekahkan, akibat proses tektonik yang sangat beragam itu sehingga terjadi beberapa bencana, seperti gempa bumi, dengan mengetahui proses tektonik suatu daerah dan proses tektonik yang bagaimana yang dapat menghasilkan bencana dengan skala besar, sehingga akan menghasilkan suatu usaha antisipasi untuk mencegah terjadinya bencana yang dapat mengakibatkan korban jiwa dengan skala besar.Berdasarkan keadaan tersebut maksud dalam laporan ini adalah untuk mengetahui bagaimana jenis-jenis tektonik seperti apa yang dapat menimbutkan bencana bagi masyarakat dan lingkungan disekitarnya, serta mengetahui tentang mitigasi bencana saat kejadian tersebut terjadi.Dimana berdasarkan maksud tersebut tujuan yang dapat kita ambil adalah kita dapat mengantisipasi korban jiwa yang akan berjatuhan apabila bencana akibat tektonik yang dihasilkan dapat berdampak sangat buruk bagi lingkungan sekitarnya, dengan melakukan mitigasi bencana diharapkan korban jiwa dapat berkurang, sehingga walaupun bencana tersebut terjadi, kita dapat mengantisipasi dengan cara yang benar, sehingga kita dapat menyelamatkan nyawa kita dan orang disekitar kita.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian TektonismeTektonisme adalah proses yang terjadi akibat pergerakan, pengangkatan, lipatan dan patahan pada struktur tanah di suatu daerah. Yang di maksud lipatan adalah bentuk muka bumi hasil gerakan tekanan secara horizontal yang menyebabkan lapisan permukaan bumi menjadi berkerut dan melipat. Patahan adalah permukaan bumi hasil dari gerakan tekanan horizontal dan tekanan vertikal yang menyebabkan lapisan bumi menjadi retak dan patah.

2.2 Jenis-jenis TektonismeAda dua jenis tektonisme, yaitu Epirogenesa dan Orogenesa. a. Epirogenesa adalah proses perubahan bentuk daratan yang disebabkan oleh tenaga lambat dari dalam bumi dengan arah vertikal, baik ke atas maupun ke bawah melewati daerah luas. Ada dua Epirogenesa:1) Epirogenesa positif, yaitu gerakan yang mengakibatkan turunnya lapisan kulit bumi, sehingga permukaan air laut terlihat naik

Gambar 2.1 Gerak Epirogenesa positif

2) Epirogenesa negatif, yaitu gerakan yang mengakibatkan naiknya lapisan kulit bumi, sehingga permukaan air laut terlihat turun.

Gambar 2.2 Gerak Epirogenesa negatif

b. Orogenesa adalah pergerakan lempeng tektonis yang sangat cepat dan meliputi wilayah yang sempit. Tektonik Orogenesa biasanya disertai proses pelengkungan (Warping, lipatan (Folding, patahan (Faulting) dan retakan (Jointing). Serta salah satu contoh hasil Orogenesa adalah deretan Pegunungan Mediterania.

Gambar 2.3 Gerak Orogenesa

Tektonisme akan mengubah bentuk muka Bumi menjadi naik atau turun. Adanya patahan, lipatan, dan retakan pada kulit Bumi menjadi bukti adanya gerakan tektonisme. Pegunungan merupakan salah satu bentang alam yang dibentuk oleh aktivitas ini. Pegunungan merupakan rangkaian gunung yang terbentuk akibat kerak Bumi (litosfer) mengalami pelipatan atau patahan. Contoh pegunungan di Indonesia yaitu: Pegunungan Bukit Barisan (Sumatra), Pegunungan Seribu (Jawa), dan Pegunungan Verbeek (Sulawesi). Lipatan dan patahan merupakan gerak orogenesa yang termasuk dalam jenis proses diastropisme. Gerakan diastropisme menyebabkan kerak Bumi retak, terlipat, bahkan patah. Gerakan ini dibedakan menjadi dua, yaitu gerak epirogenetik dan orogenetika. Gerak EpirogenetikGerakan ini akan mengubah bentuk muka Bumi dalam waktu yang sangat lambat hingga membutuhkan waktu lama. Efek gerakan ini meliputi wilayah yang sangat luas. Gerakan ini masih dibedakan lagi menjadi gerak epirogenetik positif dan epirogenetik negatif. Fenomena epirogenetik positif pernah terjadi di Kepulauan Maluku dan Banda. Sedangkan fenomena epirogenetik negatif pernah terjadi di Pulau Buton dan Timor.b. Gerak OrogenetikBerkebalikan dengan gerak epirogenetik, gerak orogenetik berlangsung singkat dan meliputi wilayah yang sempit. Gerak ini berpengaruh besar terhadap terbentuknya pegunungan, patahan, retakan, dan lipatan.

1) LipatanTerjadinya lipatan disebabkan oleh gerakan dari dalam Bumi akibat tekanan yang besar dan temperatur yang tinggi, sehingga menjadikan sifat batuan menjadi cair liat atau plastis. Keplastisannya ini membuat batuan tersebut akan terlipat apabila ada dorongan tenaga tektonik. Lipatan lapisan Bumi ini akan membentuk pegunungan, yang punggungnya disebut antiklinal dan wilayah lembahnya disebut sinklinal. Perbedaan tingkat keplastisan dan kekuatan tenaga tektonik menjadikan batuan terlipat dengan berbagai bentuk.

Gambar 2.4 Lipatan Lipatan TegakDihasilkan dari kekuatan yang sama yang mendorong dua sisi dengan seimbang. Lipatan MiringKetika kekuatan tenaga pendorong di salah satunya sisi lebih kuat, maka akan menghasilkan kenampakan yang salah satu sisinya lebih curam. OverfoldSaat tekanan bekerja pada salah satu sisi dengan lebih kuat, sisi tersebut akan terlipat sesuai arah lipatan. Lipatan Recumbent FoldTerbentuk pada saat lipatan yang satu menekan sisi yang lain, menyebabkan sumbu lipat hampir datar. Lipatan OverthrustTerbentuk ketika tenaga tekan menekan satu sisi dengan kuatnya hingga menyebabkan lipatan menjadi retak. NappeTerbentuk setelah lipatan overthrust rusak sepanjang garis retakan. Dalam perkembangannya, wilayah sinklinal maupun antiklinal mengalami proses perombakan oleh tenaga yang berasal dari luar Bumi. Contohnya, wilayah sinklinal mengalami perombakan sampai membentuk rangkaian pegunungan dan lembah berselang-seling yang selanjutnya disebut sinklinorium. Begitu pula dengan antiklinal yang terombak hingga terbentuk rangkaian pegunungan dan lembah yang selanjutnya disebut antiklinorium.2) PatahanPatahan terjadi ketika kulit Bumi yang bersifat padat dan keras mengalami retak atau patah pada saat terjadi gerakan orogenesa. Pada patahan, massa batuan mengalami pergeseran titik atau tempat yang semula bertampalan (kontak) kemudian berpindah lokasi (dislocated/displaced). Gerakan ini menimbulkan terjadinya patahan dengan gaya tekan (compression) dan gaya regangan (tension). Ekspresi topografi dari adanya patahan sangat beraneka ragam, antara lain gawir sesar, triangle facet, lembah sesar, fault, rift, graben, horst, dan basin (cekungan struktural). Pada perkembangannya, kenampakan ini mengalami perubahan akibat tenaga endogen. Ciri adanya patahan dapat kamu kenali dari adanya perbedaan ketinggian yang mencolok. Di Indonesia, beberapa patahan dapat kamu jumpai di Semangko (Sumatra) dan Piyungan (Yogyakarta).

2.3 Dampak TektonismeDinamika Bumi oleh tenaga tektonisme akan memberi dampak pada banyak hal. Dampak nyata dapat langsung dilihat pada muka Bumi yang terpengaruh secara langsung. Pergeseran kerak Bumi mendorong terbentuknya berbagai jenis pegunungan dan cekungan sedimen. Lebih lanjut terjadinya tekanan, regangan, dan deformasi pada kerak Bumi (pengangkatan, amblesan, retakan, patahan, serta lipatan) didukung dengan adanya gaya gravitasi Bumi akan menimbulkan terjadinya erosi, longsoran, dan sedimentasi. Dari proses yang terjadi ini dapat menimbulkan bencana alam yang mengakibatkan kerugian materiil, harta benda, dan nyawa.Beberapa dampak di atas dapat digolongkan sebagai dampak negatif. Ada juga dampak positif yang ditimbulkannya, meskipun terkadang banyak orang tidak menyadari. Kantong-kantong minyak dan gas alam banyak ditemukan di lipatan-lipatan dan sesar-sesar batuan yang kondisinya memenuhi syarat. Salah satunya terdapat di sisi utara maupun selatan rangkaian pegunungan yang melintasi Pulau Jawa.

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHSAN

Bencana yang disebabkan oleh proses tektonik akibat pergeseran lempeng pada umumnya menghasilkan gempa bumi, dari gempa bumi bisa menyebabkan adanya tsunami, pergerakan lempeng bisa menyebabkan adanya erupsi gunung api, yaitu fissure yang merupakan erupsi gunung api yang tidak keluar melalui lubang utama, tetapi melalui rekahan, rekahan tersebut bisa disebabkan akibat lempeng yang bergerak, jika terjadinya fissure tidak ada upaya antisipasi dan pencegahan maka akan menyebabkan kerusakan dan bisa saja menghasilkan korban jiwa.Gempa bumi adalah getaran (goncangan) yang terjadi karena pergerakan (bergesernya) lapisan batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi dan juga bisa dikarenakan adanya letusan gunungapi. Berdasarkan peristiwa yang menimbulkannya, gempa dibagi menjadi gempa tektonik, gempa vulkanik, dan gempa runtuhan : Gempa tektonik merupakan jenis gempa yang terkuat dan bisa meliputi wilayah yang luas. Gempa ini merupakan akibat dari gerakan gempa tektonik yaitu berupa patahan atau retakan. Gempa vulkanik yaitu gempa yang terjadi sebelum atau pada saat gunungapi meletus. Gempa ini hanya terasa di daerah sekitar gunungapi, sehingga tidak begitu kuat jika dibandingkan dengan gempa tektonik. Gempa runtuhan yaitu gempa yang terjadi akibat runtuhnya atap gua yang terdapat di dalam lithosfer, seperti gua kapur atau terowongan tambang.

Pada tulisan kali ini akan lebih difokuskan pada gempa bumi tektonik, Gempa bumi tektonik adalah gerakan atau bentakan secara tiba-tiba akibat pelepasan energi yang terakumulasi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng tektonik, pergeseran sesar atau lainnya dari lepasan akumulasi energi di dalam bumi yang sifatnya sangat merusak, untuk suatu jangka waktu tertentu yang berasal dari suatu wilayah yang terbatas dan menyebarkan dari tersebut ke segala arah dengan peringatan dini yang sangat kecil. Menurut Boen (2000) salah satu dari teori yang digunakan untuk menjelaskan terjadinya gempa tektonik adalah elastic ribound theory, yang dikemukakan oleh Reid.Secara sederhana teori ini diformulasikan sebagai berikut. Dalam kulit bumi dan aktivitas geologi yang menyebabkan pergerakan relatif suatu massa batuan di dalam kulit bumi terhadap yang lain. Gaya-gaya yang menimbulkan pergerakan batuan-batuan ini disebut gaya-gaya tektonik. Batuan-batuan ini bersifat elastik dan dapat manimbulkan pergerakan regangan bilamana ditekan atau ditarik oleh gaya-gaya tektonik. Ketika regangan yang terjadi pada batuan tersebut melampaui kekuatannya, batuan tersebut akan hancur ke daerah terlemah yang disebut sesar (fault). Batuan yang hancur tersebut akan melepaskan sebagian atau seluruh tegangan untuk kembali ke dalam keadaan semula yang bebas tegangan.Lebih lanjut, dikatakan pula bahwa hancurnya batuan di dalam kulit bumi tersebu takan disertai dengan pemancaran gelombang-gelombang gempa ke segalah arah, bahkan sampai jauh sekali tergantung dari banyaknya energi yang dilepaskan. Kulit bumi tidak homogen dan terdiri dari bermacam-macam bahan dan lapisan, gelombanggelombang tersebut dalam perjalanannya mencapai permikaan bumi, yaitu diredam ,dipantulkan, dibiaskan baik padabatas-batas, lapisan-lapisan maupun pada permukaan. Akibatnya, jalannya gelombang-gelombang dengan cepat menjadi tidak beraturan, rumit, dan sulit untuk diperdiksi.Teori ini menyatakan bahwa tergantung dari arah terjadinya sesar yang pada dasarnya ada dipslip dan stikeslip. Suatu sesar dikatakan dipslip bila sesar itu terjadi dalam arah vertical (sesar normal dan sesar naik), sedangkan suatu sesar dikatakan strikeslip bila sesar itu terjadi dalam arah horizontal seperti sesar samping kekanan dan sesar samping kekiri.Suatu peristiwa gempabumi umumnya digambarkan dengan parameter-parameter sebagai berikut: Tanggal dan waktu kejadian Kedalaman hiposentrum Episentrum Magnitudo Intensitas maksimum

Titik dibawah permukaan bumi tempat gelombang pertama kali dipancarkan, disebut hiposentrum. Pusat gempa ini biasanya ditentukan melalui analisis data pada alat pencatat gempa (seismograf). Episentrum merupakan hasil proyeksi hipoosentrum ke permukaan bumi.Berdasarkan ke dalaman hiposentrum, suatu gempabumi dapat diklasifikasikan menjadi:a) Gempa dangkal, bila kedalamannya kurang dari60-70km.b) Gempa menengah, bila kedalamannya70-300km.c) Gempa dalam, lebih dari 300km.Pada umumnya besaran gempabumi dinyatakan dalam dua macam yang mempunyai makna berbeda yaitu magnitude dan intensitas. Besaran (magnitude) gempa menunjukan jumlah energy yang dilepaskan pada suatu pusat gempa (hiposentrum) yang dapat diukur dengan seismograf. Magnitude(M) pertama kalidi perkenalkan oleh Charles Richter tahun1935, sehingga selanjutnay sering disebut dengan Skala Richter. Menurut UNDP(1995) gempabumi didunia pernah tercatat mencapai 8,8-8,9 Skala Richter. Untuk mengetahui Skala Richter dapat diperhatikan pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Skala Richter(SR)MagnitudeCiri-ciri/Akibat

2,0 - 3,4Tidak dapat direkam oleh manusia, hanya dapat direkam oleh seismograf

3,5 - 4`2Dapat dirasakan tapi hanya untuk sebagian orang saja

4,3 - 4,8Getaran dapat dirasakan banyak orang

4,9 - 5,4Getaran dapat dirasakan semua orang

5,5 - 6,1Terdapat sejumlah kecil bangunan yang rusak

6,2 - 6,9Bangunan banyak yang rusak

7,0 - 7,3Kerusakan bangunan lebih besar, bangunan runtuh, rel keretaapi bengkok

7,4 - 7,9Terjadi kerusakan yang hebat

>8.0Terjadi kerusakan total

Intensitas gempa adalah derajat kerusakan akibat gempa. Merupakan intensitas maksimum yang dihasilkan oleh gempa umumnya menggunakan skala intensitas menurut tingkat kerusakan atau dirasakan oleh manusia. Dengan melihat kerusakan struktur bangunan, segala sesuatu yang dirasakan manusia atau gerakan pada benda-benda yang ada diatas permukaan bumi saja dapat ditentukan intensitas gempa. Salah satu skala intensitas gempa yang paling terkenal pada tahun 1956 hingga saat ini adalah MMI (Medifit Mercalli Intensity) yang menggunakan skala-XII. Secara sederhana kaitan antara Skala Richter dan Intensitas Maksimum dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Hubungan perkiraan RM dan MMRihterIntensitasPengaruh-pengaruh tipikal

8,0X-XIRusak total dan hampir semua hancur

Wilayah Indonesia sering terjadi gempa merusak atau gempa dengan kekuatan sedang dan kuat seperti yang ditunjukan pada table 2.3Tabel 2.3 Kejadian gempa merusak di Indonesia 1979-2005Lokasi gempaBulan, tahunMagnitude

Seruni, Yapen, PapuaSeptember 19796,4

Bali, LombokOktober 19795,8

Garut, TasikmalayaNovember 19796,4

Curup, BengkuluDesember 19796,0

Culik, BaliDesember 19796,1

Jayawijaya, PapuaJanuari 19816,7

Padang, SumbarNovember 19815,4

SukabumiFebruari 19825,3

Solor, Adonara, NTTDesember 19825,3

Banda AcehApril 19836,6

Sarula, tapanuliAgustus 19844,8

PaluFebruari 19855,5

Tarutung, sumatera utaraApril19876,0

Pulau Pantar, NTTNovember 19876,4

FloresDesember 19927,5

Nabire, PapuaJanuari 19945,8

HalmaheraJanuari 19946,8

Liwa, lampungJanuari 19946,5

Banggai, SulawesiMei 20006,5

BengkuluJuni 20007,3

SukabumiJuli 20005,3

Alor- NTTNovember 20046,0

Nangroe Aceh DarussalamDesember 20048,9

Garut, tasikmalayaMaret 20055,8

Pulau NiasApril 20056,7

Pulau TimorJuli 20055,6

Gempa bumi dapat menyebabkan terjadinya tsunami, Tsunami merupakan gelombang transie yang disebabkan oleh gempa tektonik ataupun oleh letusan gunungapi dan longsor yang terjadi di dasar laut. Deformasi kerak bumi pada dasar laut merambat pad perubahan massa air laut, yaitu kemudian bergerak secara frontal dengan trayek yang tegak lurus terhadap bidang perubahan massa kerak bumi tersebut. Sifat perjalanan tsunami frontal terhadap bidang subduksi, berarti trayek tsunami dapat diikuti. Kecepatan ini ditentukan oleh kedalaman laut. Pada garis besarnya bila kedalaman laut berkurang setengahnya maka kecepatannya berkurang lebih dengan kurang lebih. Sebagai contoh: gempa bumi tektonik yang terjadi dalam kedalaman laut 7300 meter mempunyai kecepatan rambat gelombang sebesar 960km/jam pada kedalaman 181km dan akhirnya menggenang pantai dengankecepatan 48km/jam.Daya rusak tsunami bukan saja karena banjir pasang tapi juga hantaman benda-benda yang dibawahnya seperti badan kapal, kayu-kayu gelondongan yang ada dilaut. Pada waktu surut kembali maka tsunami menyedot segala benda yang telah terhempas jauh ke daratan. Tsunami dapat didahului dengan susut laut karena perubahan tegangan pada lantai laut yang mempengarihi volume air laut.Trayek tsunami dapat diakui karena sifat perjalanannya frontal terhadap bidang subduksi. Misalnya gempabumi dilepas pantai Cili yang terjadi beberapa tahun yang lalu, dapat diketahui mengarah ke Jepang melalui Hawaii dan arena jaraknya cukup jauh, sedangkan kecepatan tsunami sekitar 700-900meter/jam maka warning dapat dikeluarkan. Perjalanan itu memerluka nwaktu cukup yaitu lebih dari 20jam. Negara-negara diseputar pasifik termasuk Indonesia bergabung dalam dalam asosiasi system peringatan dini tsunami pasifik yang berpusat di Honolulu Hawaii. Namun peringatan semacam ini hanya dapat dilakukan untuk tsunami yang sifatnya reginal di cekungan pasifik.Tsunami local yang disebabkan gempabumi tektonik yang hanya berjarak 100-200 kilometer dari pantai peringatan dini sulit atau tidak mungkin dilaksanakan. Jarak semacam ini hanya dapat ditempuh dalam waktu kurang dari10-20menit. Gempabumi tektonik pembangkit tsunami semacam ini sering mengancam wilayah pantai Nusantara. Langkah penting yang perlu diambil bukan pada warning melainkan pada persiapan dini (preparedness) atau tindak kewaspadaan.Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan saran dan prasarana fasilitas umum dan menumbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan dan penghidupan masyarakat perlu direduksi melalui penanggulangan bencana alam. Penanggulangan bencana alam adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan miliputi kegiatan pencegahan, mitigasi, penyelamatan, rehabilitasi dan rekonnstruksi baik sebelum, pada saat, maupun setelah bencana alam dan menghindarkan diri dari bencana alam yang terjadi. Mitigasi merupakan suatu tindakan sebelum bencana alam terjadi untuk mengurangi seminimal mungkin korban penderitaan manusia, kerugian hartab enda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana serta utilitas umum dan menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupandan penghidupan masyarakat.Mitigasi (mitigation) merupakan sejumlah tindakan sebelum musibah gempabumi tektonik dan tsunami terjadi untuk meminimalisasi korban dan penderita manusia, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana serta utilitas umum dan menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat. Pendekatan pertama yang harus dilakukan adalah: peta Zonasi gempabumi dan tsunami, dengan tujuan untuk memberikan gambaran derajat kerawanan suatu daerah. Pengguanaan peta tersebut tidak mudah terlepas dari peta tata guna lahan. Pelindungan yang akan diperoleh dari metode ini adalah pengurangan kerugian terhadap korban jiwa dan ekonomi. Perlu teknologi lain yang sifanya rekayasa yang disebut sebagai perlindungan dengan rekayasa perancangan, misalnya teknologi bangunan tahan gempa, tidak membangun tempat tinggal di daerah rawan gempa, misalnya dekat di daerah patahan (sesar) atau jika membangun di daerah rawan gempa, bangunan sebaiknya dibuat dengan konstruksi tahan gempa. Pemanfaatan keunggulan konstuksi local sangatdianjurkan. Pendidikan dan latihan bencana alam gempa tektonik dan tsunami kepada masyarakat perlu ditingkatkan agar mereka mengetahui dimana gempabumi dan tsunami akan terjadi, bagaimana respon masyarakat. system peringatan dini yang dilakukan secara efektif, apa yang harus dikerjakan ketika terjadi gempabumi dan tsunami. Sistem komunikasi dan informasi harus dibangun secara benar. perlu ada pelatihan dalam menghadapi bencana tersebut, strategi lain yang harus digunakan misalnya, kesiap siagaan terhadap gempabumi dan tsunami. Hal ini penting untuk menghilangkan trauma masyarakat terhadap gangguan dan psikologi ssetelah terjadi bencana, dengan demikian masyarakat segera dapat melakukan rehabilitasi daerah yang terkena bencana segera.