Bell Palsy

15
BELL’S PALSY I. Pengertian Bell’s Palsy (BP) adalah kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-supuratif, non-neoplastik, non- degeneratif primer maupun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang mulainya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. II. Anatomi Nervus facialis (saraf kranial VII) merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Nervus facialis mempunyai tiga nukleus: (1) nukleus motorik utama, (2) nukleus parasimpatis, dan (3)nukelus sensorik.

description

bell

Transcript of Bell Palsy

BELLS PALSYI. Pengertian

Bells Palsy (BP) adalah kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-supuratif, non-neoplastik, non-degeneratif primer maupun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang mulainya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.II. Anatomi

Nervus facialis (saraf kranial VII) merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Nervus facialis mempunyai tiga nukleus: (1) nukleus motorik utama, (2) nukleus parasimpatis, dan (3)nukelus sensorik.

Perjalanan Nervus Facialis

Nervus facialis memiliki radiks motorik dan sensorik. Serabut radiks motorik mula-mula berjalan ke posterior mengelilingi sisi medial nukleus abdusens. Selanjutnya, serabut-serabut ini mengelilingi nukleus di bawah colliculus facialis di lantai ventricular quartus. Akhirnya, berjalan ke anterior dan muncul dari batang otak.

Radiks sensorik (nervus intermedius) dibentuk oleh procesus centralis sel-sel unipolar ganglion geniculatum. Radiks ini juga mengandung serabut eferen parasimpatis postganglionik dari nuklei parasimpatis. Kedua radiks nukleus fasialis muncul dari permukaan anterior otak antara pons dan medula oblongata. Radiks tersebut berjalan ke lateral di dalam fossa cranii posterior bersama nervus vestibulocochlearis, kemudian masuk ke meatus acusticus internus di pars petrosa ossis temporalis. Di bawah meatus, nervus memasuki canalis facialis dan berjalan ke lateral melalui telinga dalam. Ketika mencapai dinding medial cavum timpani, nervus melebar membentuk ganglion sensorium geniculatum dan membelok tajam ke arah belakang di atas promontorium. Di dinding posterior cavum timpani, nervus facialis membelok ke bawah pada sisi medial aditus antrum mastoideum, turun di belakang pyramis, dan keluar dari foramen stylomastoideum.

Distribusi Nervus Facialis

Nukleus motorik mempersarafi otot-otot ekspresi wajah, musculus auricularis, stapedius, venter posterior musculus digastricus, dan musculus sylohyoideus. Nukleus salivatorius superior mempersarafi glandula submandibularis dan sublingualis serta glandula nasales dan palatinae. Nukleus lakrimalis mempersarafi glandula lakrimalis. Nukleus sensorik menerima serabut-serabut pengecap dari dua pertiga anterior lidah, dasar mulut, dan palatum.

Lesi Nervus Facialis

Bagian nukleus facialis yang mengendalikan otot-otot wajah bagian atas menerima serabut kortikonuklearis dari kedua hemispherium cerebri sehingga lesi yang mengenai upper motor neuron hanya menyebabkan paralisis otot-otot wajah bagian bawah. Akan tetapi, pasien dengan lesi pada nukleus motorius n.facialis atau nervus facialisnya saja-yaitu lesi lower motor neuron-semua otot wajah pada sisi lesi akan lumpuh. Kelopak mata bawah dan sudut mulut akan turun. Hal ini dikarenakan bagian nukleus yang mempersarafi otot-otot wajah baigan bawah hanya menerima serabut kortikonuklear dari hemispherium cerebri sisi yang berlawanan.

III. Cara Menegakkan DiagnosisAnamnesis:

Biasanya timbul secara mendadak, penderita menyadari adanya kelumpuhan pada salah satu sisi wajahnya pada waktu bangun pagi, bercermin atau saat sikat gigi/berkumur atau diberitahukan oleh orang lain/keluarga bahwa salah satu sudutnya lebih rendah. Tidak bisa menutup mata dengan sempurna Otalgia (nyeri pada telinga) Hiperakusis (sensitifitas berlebihan terhadap suara)

Gangguan atau kehilangan pengecapan.

Riwayat pekerjaan dan adakah aktivitas yang dilakukan pada malam hari di ruangan terbuka atau di luar ruangan.

Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita seperti infeksi saluran pernafasan, otitis, herpes, dan lain-lain.Pemeriksaan:

Pemeriksaan neurologis ditemukan parese N.VII tipe perifer.

Gerakan volunteer yang diperiksa, dianjurkan minimal:

1. Mengerutkan dahi

2. Memejamkan mata

3. Mengembangkan cuping hidung

4. Tersenyum

5. Bersiul

6. Mengencangkan kedua bibirBells palsy hampir selalu unilateral. Gambaran klinis dapat berupa hilangnya semua gerakan volunter pada kelumpuhan total. Pada sisi wajah yang terkena, ekspresi akan menghilang sehingga lipatan nasolabialis akan menghilang. Bila penderita disuruh untuk memejamkan matanya maka kelopak mata pada sisi yang lumpuh akan tetap terbuka (disebut lagoftalmus) dan bola mata berputar ke atas (phenomena Bell). Karena kedipan mata berkurang maka akan terjadi iritasi oleh debu dan angin, sehingga menimbulkan epifora. Dalam mengembungkan pipi terlihat bahwa pada sisi yang lumpuh tidak mengembung. Disamping itu makanan cenderung terkumpil diantara pipi dan gusi yang lumpuh. Selain kelumpuhan seluruh otot wajah sesisi, tidak didapati gangguan lain yang mengiringnya, bila paresisnya benar-benar bersifat Bells palsy.

IV. IndikatorSKALA UGO FISCH untuk mengevaluasi kemajuan motorik penderita Bells palsy. SKALA UGO FISCHDinilai kondisi simetris atau asimetris antara sisi sehat dan sisi sakit pada 5 posisi:POSISINILAIPERSENTASE (%)

0, 30, 70, 100SKOR

Istirahat20

Mengerutkan Dahi10

Menutup Mata30

Tersenyum30

Bersiul10

TOTAL

Ada 3 pola penilaian yaitu:

Subjective Global Evaluation, dimana penderita sendiri yang diminta menilai dirinya (mengamati wajah dengan cermin).Objective Global Evaluation, atau Physicians Global Evaluation

Physicians Detailed Evaluation

Penilaian presentase: 0% : asimetris komplit, tidak ada gerakan volunter

30% : simetri, poor/jelek, kesembuhan yang ada lebih dekat ke asimetris komplit daripada simetris normal.

70% : simetris, fair/cukup, kesmbuhan parsial yang cenderung kea rah normal.

100% : simetris, normal komplit.

Misalnya dalam menutup mata nilai fair (70%), maka didapat 70%x30 point = 21 point. Kemudian ke-5 penilaian dijumlahkan. Pada keadaan normal nilai yang didapat adalah 100. Makin besar nilai yang didapat maka prognosis neurologis maupun fungsional akan lebih baik.

V. Pemeriksaan Penunjang Uji kepekaan saraf(nerve excitability test)

Pemeriksaan ini membandingkan kontraksi otot-otot wajah kiri & kanan setelah diberi rangsang listrik. Perbedaan rangsang lebih 3,5 mA menunjukkan keadaan patologik dan jika lebih 20 mA menunjukkan kerusakanitfasialis ireversibel. Uji konduksi saraf(nerve conduction test)

Pemeriksaan untuk menentukan derajat denervasi dengan cara mengukur kecepatan hantaran listrik pada n. fasialis kiri dan kanan. Elektromiografi

Pemeriksaan yang menggambarkan masih berfungsi atau tidaknya otot-otot wajah.

Uji fungsi pengecap 2/3 bagian depan lidah

pemeriksaan fungsi pengecap dengan cara sederhana yaitu rasa manis (gula), rasa asin dan rasa pahit (pil kina).

Elektrogustometrimembandingkan reaksi antara sisi yang sehat dan yang sakit dengan stimulasi listrik pada 2/3 bagian depan lidah terhadap rasa kecap pahit atau metalik. Gangguan rasa kecap pada BP menunjukkan letak lesi n. fasialis setinggi khorda timpani atau proksimalnya.

Uji Schirmer

Pemeriksaan ini menggunakan kertas filter khusus yang diletakkan di belakang kelopak mata bagian bawah kiri dan kanan. Penilaian berdasarkan atas rembesan air mata pada kertas filter;berkurang atau mengeringnya air mate menunjukkan lesi n. fasialis setinggi ggl. genikulatum CT SCAN/MRIVI. Diagnosis Banding

Otitis media Ramsay Hunt Syndrome Lyme Disease Polineuropati tumor metastase multiple sklerosis

VII. Terapia) Terapi medikamentosa : Golongan kortikosteroid sampai sekarang masih kontroversi juga dalam diberikan neurotropik. Kortikosteroid, misalnya Prednison harus diberikan dalam waktu tidak lebih dari 2 hari setelah timbulnya gejala dan dilanjutkan sampai 1-2 minggu. Dosis 1mg/kg bb /hari atau 60mg p.o diturunkan sec tapp off.

b) Terapi operatif : Tindakan bedah dekompresi masih kontroversi.

c) Rehabilitasi Medik

REHABILITASI MEDIK PADA PENDERITA BELLS PALSY

Rehabilitasi medik menurut WHO adalah semua tindakan yang ditunjukan guna mengurangi dampak cacat handicap serta meningkatkan kemampuan penyandang cacat mengenai intergritas sosial.Tujuan rehabilitasi medik adalah:1. Meniadakan keadaan cacat bila mungkin

2. Mengurangi keadaan cacat sebanyak mungkin

3. Melatih orang dengan sisa keadaan cacat badan untuk dapat hidup dan bekerja dengan apa yang tertinggal.

Untuk mencapai keberhasilan dalam tujuan rehabilitasi yang efektif dan efisien maka diperlukan tim rehabilitasi medik yang terdiri dari dokter, fisioterapi, okupasi terapis, ortotis prostetis, ahli wicara, psikolog, petugas sosial medik dan perawat rehabilitasi medik. Sesuai dengan konsep rehabilitasi medik yaitu usaha gabungan terpadu dari segi medik, sosial dan kekaryaan, maka tujuan rehabilitasi medik pada Bells palsy adalah untuk mengurangi/mencegah paresis menjadi bertambah dan membantu mengatasi problem sosial serta psikologinya agar penderita tetap dapat melaksanakan aktivitas kegiatan sehari-hari. Program-program yang diberikan adalah program fisioterapi, okupasi, social medik, psikolog dan ortotik prostetik, sedang program perawatan pesawat rehabilitasi dan terapi wicara tidak banyak berperan.Program Fisioterapi

1. Pemanasan

a) Pemanasan superficial dengan infra red.

b) Pemanasan dalam berupa Shortwave Diathermy atau Microwave Diathermy

2. Stimulasi listrik

Tujuan pemberian stimulasi listrik yaitu menstimulasi otot untuk mencegah/memperlambat terjadi atrofi sambil menunggu proses regenerasi dan memperkuat otot yang masih lemah. Misalnya dengan faradisasi yang tujuannya adalah untuk menstimulasi otot, redukasi dari aksi otot, melatih fungsi otot baru, meningkatkan sirkulasi serta mencegah/meregangkan perlengketan. Diberikan 2 minggu setelah onset.

3. Latihan otot-otot wajah dan massage wajah

Latihan gerak volunter diberikan setelah fase akut, latihan berupa mengangkat alis tahan 5 detik, mengerutkan dahi, menutup mata dan mengangkat sudut mulut, tersenyum, bersiul/meniup (dilakukan didepan kaca dengan konsentrasi penuh).

Massage adalah manipulasi sitemik dan ilmiah dari jaringan tubuh dengan maksud untuk perbaikan/pemulihan. Pada fase akut, Bells palsy diberi gentle massage secara perlahan dan berirama. Gentle massage memberikan efek mengurangi edema, memberikan relaksasi otot dan mempertahankan tonus otot. Setelah lewat fase akut diberi Deep Kneading Massage sebelum latihan gerakan volunteer otot wajah. Deep Kneading Massage memberikan efek mekanik terhadap pembuluh darah vena dan limfe, melancarkan pembuangan sisa metabolik, asam laktat, mengurangi edema, meningkatkan nutrisi serabut-serabut otot dan meningkatkan gerakan intramuskuler sehingga melepaskan perlengketan. Massage daerah wajah dibagi 4 area yaitu dagu, mulut, hidung dan dahi. Semua gerakan diarahkan keatas, lamanya 5-10 menit.

Program Terapi Okupasi

Pada dasarnya terapi disini memberikan latihan gerakan pada oto wajah. Latihan diberikan dalam bentuk aktivitas sehari-hari atau dalam bentuk permainan. Perlu diingat bahwa latihan secara bertahap dan melihat kondisi penderita, jangan sampai melelahkan penderita. Latihan dapat berupa latihan berkumur, latihan minum dengan menggunakan sedotan, latihan meniup lilin, latihan menutup mata dan mengerutkan dahi di depan cermin.Program Sosial Medik

Penderita Bells palsy sering merasa malu dan menarik diri dari pergaulan sosial. Problem sosial biasanya berhubungan dengan tempat kerja dan biaya. Petugas sosial medik dapat membantu mengatasi dengan menghubungi tempat kerja, mungkin untuk sementara waktu bekerja pada bagian yang tidak banyak berhubungan dengan umum. Untuk masalah biaya, dibantu dengan mencarikan fasilitas kesehatan di tempat kerja atau melalui keluarga. Selain itu memberikan penyuluhan bahwa kerja sama penderita dengan petugas yang merawat sangat penting untuk kesembuhan penderita.Program Psikologik

Untuk kasus-kasus tertentu dimana ada gangguan psikis amat menonjol, rasa cemas sering menyertai penderita terutama pada penderita muda wanita atau penderita yang mempunyai profesi yang mengharuskan ia sering tampil di depan umum, maka bantuan seorang psikolog sangat diperlukanProgram Ortotik Prostetik

Dapat dilakukan pemasangan Y plester dengan tujuan agar sudut mulut yang sakit tidak jatuh. Dianjurkan agar plester diganti tiap 8 jam. Perlu diperhatikan reaksi intoleransi kulit yang sering terjadi. Pemasangan Y plester dilakukan jika dalam waktu 3 bulan belum ada perubahan Zygomaticus selama parase dan mencegah terjadinya kontaktur.HOME PROGRAM1. Kompres hangat daerah sisi wajah yang sakit selama 20 menit

2. Massage wajah yang sakit ke arah atas dengan menggunakan tangan dari sisi wajah yang sehat

3. Latihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah disisi yang sakit, minum dengan sedotan, mengunyah permen karet

4. Perawatan mata:

a) Beri obat tetes mata (golongan artifial tears) 3x sehari

b) Memakai kacamata gelap sewaktu berpergian siang hari

c) Biasakan menutup kelopak mata secara pasif sebelum tidur

DAFTAR PUSTAKASnell RS. Neuroanatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006Angliadi LS, Sengkey L, Gessal J, dkk. Rehabilitasi Medik Pada Bells Palsy. Dalam: Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Manado: Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitas BLU RSUP Prof. dr. R. D. Kandou/FK UNSRAT, 2006: 42-49Annsilva. Bells Palsy. 2010. Available from: (http://annsilva.wordpress.com/2010/04/04/bell%E2%80%99s-palsy-case-report/ )

Taylor DC. 2013. Bells Palsy. (http://emedicine.medscape.com/article/1146903-overview#aw2aab6b2b3)