Bela Jalan Lingkar

download Bela Jalan Lingkar

of 99

description

thesis

Transcript of Bela Jalan Lingkar

USULAN PENELITIAN

PENENTUAN SKALA PRIORITAS PENANGANAN JALAN KABUPATEN DI PULAU NUSA PENIDA

I PUTU BELA YUSDIANTIKA

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANADENPASAR2014

DAFTAR ISI

BAB I3PENDAHULUAN31.1Latar Belakang31.2 RUMUSAN MASALAH41.3 BATASAN MASALAH51.4 TUJUAN PENELITIAN51.5 MANFAAT PENELITIAN61.6 SISTEMATIKA PENULISAN6BAB II8TINJAUAN PUSTAKA82.1 Pengertian Jalan82.2 Klasifikasi Jalan82.2.1 Klasifikasi Jalan Menurut Fungsinya82.2.2 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Muatan Sumbu92.2.3 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Administrasi Pemerintahan92.3 Volume lalu lintas102.4 Penanganan Jalan112.4.1 Pekerjaan Berat12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPulau Nusa Penida merupakan bagian dari Kabupaten Klungkung. Bila dilihat perbandingan komposisi luas wilayahnya dua pertiganya terletak di Pulau Nusa Penida (20.284 Ha Termasuk Pulau Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan) dan sepertiga Luas Kabupaten Klungkung terletak di daratan Pulau Bali (11.216 Ha). Meskipun secara geografis luas wilayahnya lebih besar, namun kondisi sosial-ekonomi dan pembangunan dirasakan sangat tertinggal dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang berada di daratan Pulau Bali. Kedua wilayah yang dipisahkan oleh laut ini, mengalami kesenjangan pertumbuhan sosial ekonomi yang mencolok. kesenjangan pertumbuhan ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kondisi sarana transportasi di dalam dan ke wilayah ini yang kurang memadai.Komposisi perjalanan terbesar ada di wilayah Nusa Penida bagian Utara dan Timur. Hal ini dikarenakan wilayahnya datar, populasi termasuk padat, adanya berbagai sentra bisnis, pusat pemerintahan kecamatan, adanya pelabuhan-pelabuhan penyeberangan utama dan jasa layanan lainnya, sehingga kondisi perjalanan dan lalu-lintas di daerah ini menunjukkan kepadatan yang relatif tinggi. Sedangkan, perjalanan yang mengarah ke wilayah bagian Barat dan Selatan Nusa Penida menunjukkan kondisi yang sebaliknya. (Tim FS Jalan Lingkar Nusa Penida, 2014).Ruas jalan yang memiliki status jalan kabupaten di Pulau Nusa Penida berjumlah 40 buah dengan total panjang 235 km dan kondisinya 60% sudah rusak (Tim FS Jalan Lingkar Nusa Penida, 2014). Sehingga menetukan prioritas penanganannya adalah hal yang tidak mudah. Pemerintah Kabupaten sejak lama menggunakan ketentuan SK No.77 Dirjen Bina Marga, Tahun 1990, yang digunakan sebagai dasar penentuan prioritas penanganan jalan adalah Lintas Harian Rata-Rata (LHR) dan Net Present Value (NPV). Namun permasalahannya tidak sesederhana itu, karena jalan kabupaten di Pulau Nusa Penida umumnya mempunyai volume lalu-lintas yang rendah, dan banyak faktor lain yang bisa dijadikan pertimbangan misalnya kebutuhan akses masyarakat, potensi ekonomi, pariwisata, dll.I Dewa Ayu Alit Putri (2010) dalam pemelitiannya memperoleh bahwa penentuan skala prioritas penanganan jalan dengan metode Analytical Hirarchy Process (AHP) memeperoleh bobot masing-masing kriteria diurut berdasarkan urutannya yaitu : kondisi jalan (23,9%), volume lalu lintas (22,9%), ekonomi (22,8%), tata guna lahan (15,3%) dan kebijakan (15,1%). Perolehan urutan prioritas penanganan jalan dengan metode AHP berbeda hasilnya dengan menggunakan SK No.77 Dirjen Bina Marga, Tahun 1990. Hal ini disebabkan tidak hanya mengutamakan nilai NPV tetapi adanya kombinasi beberapa faktor kriteria. Beberapa perubahan tersebut terlihat pada ruas jalan yang LHRnya kecil, dengan nilai NPV rendah tetapi dibutuhkan masyarakat memperoleh urutan skala prioritas tinggi.Selanjutnya dalam penelitian D.M. Priyantha Wedagama (2012) disebutkan bahwa metode AHP telah banyak digunakan untuk menentukan bobot kriteria di dalam penentuan prioritas penanganan jalan. Akan tetapi karena keragu-raguan merupakan hal yang lazim terjadi di dalam pengambilan keputusan, maka teknik fuzzy dapat dikombinasikan ke dalam metode AHP. Studi dilakukan pada penentuan prioritas penanganan jalan kabupaten untuk kondisi rusak berat di Kabupaten Badung, Bali dengan metode Fuzzy AHP (FAHP) dan (Technique For Others Reference by Similarity to Ideal Solution) TOPSIS. Metode FAHP digunakan untuk pembobotan kriteria sedangkan metode TOPSIS digunakan untuk penentuan urutan ruas jalan yang akan mendapat penanganan. Metode AHP memberikan hasil yang sedikit berbeda dengan metode SK.NO.77/KPTS/Db/1990. Sementara itu FAHP dan metode TOPSIS memberikan hasil yang sama dengan metode SK.NO.77/KPTS/Db/1990 karena Volume lalu lintas merupakan faktor yang paling berpengaruh pada penelitian terhadap penanganan ruas jalan di Kabupaten Badung.Untuk itu diperlukan suatu penelitian mengenai penentuan prioritas penanganan ruas jalan kabupaten di Kecamatan Nusa Penida tersebut. Dalam penelitian ini ditentukan kriteria yang berpengaruh terhadap prioritas penanganan selanjutnya menggunakan fuzzy AHP untuk pembobotan kriteria tersebut. Terakhir, metode TOPSIS digunakan untuk penentuan urutan ruas jalan yang akan mendapat penanganan. Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan bagi Dinas/Pejabat yang berwenang untuk mengambil langkah penanganan ruas jalan kabupaten di Kecamatan Nusa Penida .

1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dirumuskan beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:1. Kriteria-kriteria apa saja yang berpengaruh dalam proses penentuan prioritas penanganan ruas jalan kabupaten di Pulau Nusa Penida?2. Ruas jalan yang mana yang menjadi prioritas dalam penanganan?

1.3 BATASAN MASALAHUntuk menghidari meluasnya pembahasan dalam studi ini, maka perlu adanya pembatasan masalah yang akan di bahas yaitu antara lain :1. Lokasi penelitian berada di wilayah Pulau Nusa Penida, Kecamatan Nusa Penida, Propinsi Bali. 2. Ruas jalan yang diteliti merupakan ruas jalan kabupaten Data jalan kabupaten yang digunakan pada penelitian tesis ini adalah data jalan kabupaten di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Klungkung tahun anggaran 2014-20163. Dalam penelitian ini kriteria dan yang berpengaruh terhadap prioritas penanganan ruas jalan kabupaten di Pulau Nusa Penida ditentukan terlebih dahulu, kemudian menggunakan metode AHP untuk pembobotan kriteria dan penyusunan urutan ruas jalan yang akan ditangani 4. Hasil pembobotan kriteria dan penyusunan urutan ruas dari metode metode fuzzy AHP dan metode TOPSIS dibandingkan dengan SK.NO.77/KPTS/Db/1990 Bina Marga.5. Responden yang akan di amati sebagai acuan dalam pengambilan keputusan untuk mengetahui prioritas pengembangan ruas jalan kabupaten di Kecamatan Nusa Penida adalah mereka yang memiliki keahlian, pemahaman dan kepentingan pada masalah yang akan di teliti serta seperti Dinas Dinas Pemerintah Kabupaten Klungkung, Anggota DPRD Kab. Klungkung dan Akademisi (Universitas Udayana).

1.4 TUJUAN PENELITIANAdapun tujuan berdasarkan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu :1. Mengetahui kriteria yang berpengaruh terhadap penanganan ruas jalan kabupaten yang terdapat di Pulau Nusa Penida.2. Mengetahui prioritas penanganan ruas jalan kabupaten yang terdapat di Pulau Nusa Penida

1.5 MANFAAT PENELITIANManfaat dari penelitian ini dapat dibedakan atas 2 (dua) sudut pandang yaitu sudut pandang pemerintah dan sudut pandang masyarakat.1. Dari sudut Pemerintah Kabupaten Klungkung sebagai acuan dalam manentukan prioritas penanganan jalan kabupaten.2. Dari sudut masyarakat dapat memberi gambaran yang jelas tentang penanganan jalan kabupaten di Kabupaten Klungkung dan diharapkan dapat mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam memberi masukan bagi pembangunan di daerahnya

1.6 SISTEMATIKA PENULISANSistematika penulisan penelitian ini meliputi :1. Bab I Pendahuluan :Pada Bab I Pendahuluan, akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, ruang lingkup dan sistematika penulisan.2. Bab II Tinjauan Pustaka :Pada Bab II atau pada Tinjauan Pustaka, akan diuraikan tentang teori, atau pendekatan teori, proposisi dan konsep yang relevan untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah yang telah dirumuskan, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.3. Bab III Metode Penelitian :Pada Bab III atau pada Metode Penelitian, akan diuraikan tentang rancangan dan diagram alir penelitian, lokasi dan objek penelitian, sumber data, serta responden penelitian.4. Bab IV Analisis Data dan Pembahasan :Pada Bab IV atau pada Analisis Data dan Pembahasan ini, akan diuraikan tentang data yang akan diperlukan/dipergunakan, proses pengumpulan data tersebut, serta hasil pengumpulan data dalam bentuk rekapitulasi dan kompilasi data sesuai kebutuhan data dalam gambar dan tabel. Khusus hasil pengumpulan data yang ditampilkan dalam bentuk gambar dan tabel yang tidak dapat ditampilkan pada 1 (satu) halaman yang tersedia maka data tersebut akan ditampilkan pada bagian lampiran. Proses penyelesaian rumusan masalah yang telah dirumuskan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan teori, atau pendekatan teori, propisisi, konsep yang telah diuraikan pada Bab II (Tinjauan Pustaka) dan Bab III (Metode Penelitian) 5. Bab V Simpulan dan Saran :Pada Bab V atau pada Simpulan dan Saran, akan diuraikan intisari dari hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas. Simpulan dalam penelitian ini merupakan rangkuman jawaban atas rumusan masalah. Sedangkan saran dalam penelitian ini merupakan anjuran tentang prospek dari hasil penelitian dalam penerapannya dimasyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian JalanMenurut UndangUndang RI No.22 Tahun 2009 yang dimaksud dengan jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkapnya yang diperuntukan bagi lalu lintas umum, yang berada dibawah permukaan tanah, diatas pemukaaan tanah, dibawah permukaan air, serta diatas pemukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel. Jalan mempunyai peranan untuk mendorong pembangunan semua satuan wilayah pengembangan, dalam usaha mencapai tingkat perkembangan antar daerah. Jalan merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah lainnya.2.2 Klasifikasi JalanBerdasarkan UU RI No.22 Tahun 2009, jalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :2.2.1 Klasifikasi Jalan Menurut FungsinyaPengelompokan jalan menurut fungsinya dapat dibedakan atas :Jalan ArteriMerupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi dengan berdaya guna. Jalan KolektorMerupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.Jalan LokalMerupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

2.2.2 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Muatan SumbuUntuk keperluan pengaturan penggunaan jalan dan pemenuhan kebutuhan angkutan, jalan dibagi dalam beberapa kelas yaitu :Jalan Kelas IYaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm dan muatan sumbu terberat sebesar 10 ton.Jalan Kelas IIYaitu jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm dan muatan sumbu terberat sebesar 8 ton.Jalan Kelas IIIYaitu jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 mm, ukuran paling tinggi 3.500 mm dan muatan sumbu terberat sebesar 8 ton.Jalan Kelas KhususYaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500 mm, ukuran panjang melebihi 18.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton. Disebutkan pula bahwa volume lalu lintas adalah jumlah kendaraaan yangmelewati suatu titik pengamatan dalam satuan waktu (hari, jam, menit). Satuan volume yang umum digunakan dalam perhitungan LHR (Lalu lintas harian rata- rata) adalah smp.2.2.3 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Administrasi PemerintahanPengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian jalan berdasarkan wewenang Pembinaan Jalan. Menurut PP No.26 tahun 1985 tentang jalan, pengelompokan berdasarkan wewenang tersebut adalah sebagai berikut :1. Jalan NasionalAdalah jalan menghubungkan antar ibukota provinsi, yang memiliki kepentingan strategis terhadap kepentingan nasional di bawah pembinaan menteri atau pejabat yang ditunjuk, diantaranya:a. Jalan arteri primer, berfungsi melayani angkutan utama yang merupakan tulang punggung transportasi nasional yang menghubungkan pintu gerbang utama (pelabuhan utama dan Bandar udara kelas utama).b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar provinsi. c. Jalan yang mempunyai nilai strategis kepentingan nasional.

2. Jalan ProvinsiAdalah jalan dibawah pembinaan provinsi atau instansi yang ditunjuk, diantaranya adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kotamadya.

3. Jalan KabupatenAdalah jalan dibawah pembinaan kabupaten atau instansi yang ditunjuk diantaranya :a. Jalan kolektor primer yang tidak termasuk dalam jalan nasional atau provinsi.b. Jalan lokal primer.c. Jalan yang memiliki strategis untuk kepentingan kabupaten.

4. Jalan KotamadyaAdalah jalan dibawah pembinaan kotamadya, diantaranya jalan kota dan sekunder dalam kota.

5. Jalan DesaAdalah jalan dibawah pembinaan desa yaitu : jalan sekunder yang ada di desa.

Jalan KhususAdalah jalan dibawah pembinaaan pejabat atau instansi yang ditunjuk yaitu jalan yang dibangun secara khusus oleh instansi atau kelompok.

2.3 Volume lalu lintas

Menurut Pedoman Pengumpulan data lalu lintas jalan Direktorat Jendral Perhubungan Darat Departemen Perhubungan (1999), Pada moda transportasi darat pergerakan lalu lintas dikelompokkan berdasarkan atas beberapa hal, diantaranya berdasarkan jenis kendaraan yang digunakan akan ada pergerakan dengan kendaraan bermotor dan tanpa kendaraan bermotor. Pergerakan dengan kendaraan bermotor dikelompokkan atas beberapa hal diantarannya berdasarkan kepemilikannya yang dikelompokan menjadi pergerakan dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Berdasarkan jenis muatan yang dipindahkan akan ada pergerakan angkutan barang dan pergerakan angkutan orang.Dalam survey tahunan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Klungkung dilakukan survey terhadap jumlah volume lalu lintas masing-masing kendaraan diantaranya : truk ringan, truksedang/berat, kendaraan roda empat dan sepeda motor. Adapun salah satu tujuan dalam survey tahunan tersebut adalah untuk mendapatkan volume lalu lintas harian rata-rata (LHR).

2.4 Penanganan JalanMenurut SK No. 77 Dirjen Bina Marga, Tahun 1990 (modul 1. Gambaran umum, halaman 6), jaringan jalan dibagi dalam 2 (dua) bagian yaitu :1.Jalan dengan kondisi yang mantap (stabil ) adalah jalan yang selalu dapat diandalkan untuk dilalui kendaraan roda 4 sepanjang tahun, terutama yang kondisinya sudah baik/sedang yang hanya memerlukan pemeliharaan.

2.Jalan dengan kondisi tidak mantap adalah jalan yang tidak dapat diandalkan untuk dilalui kendaraan roda 4 sepanjang tahun, terutama kondisinya rusak/rusak berat yang memerlukan pekerjaan berat (rehabilitasi, perbaikan, konstruksi) termasuk jalan tanah yang saat ini tidak dapat dilewati kendaraan roda 4.Pada prinsipnya, semua kondisi jalan yang mantap setiap tahunnya harus mendapat prioritas untuk ditangani dengan pemeliharaan rutin dan berkala. Untuk itu informasi survei terbaru diperlukan dalam menentukan kebutuhan teknis yang tepat, yang biasanya disebut survei tahunan. Survei tahunan sangat perlu dilakukan untuk memperbaharui informasi inventarisasi jalan sebagai bagian dari prosedur perencanaan pemeliharaan tahunan.

Untuk keperluan perencanaan dan penyusunan program, menurut SK No.77 pembagian pekerjaan bila ditinjau dari nilainya, dapat dibedakan sebagai berikut :1. Pekerjaan Berat, meliputi: pembangunan baru, peningkatan dan rehabilitasi.2. Pekerjaan Ringan, meliputi: pemeliharaan, penyangga, dan darurat.

2.4.1 Pekerjaan Berat

Pekerjaan berat dimaksudkan untuk meningkatkan jalan yang sesuai dengan tingkat lalu lintas yang diperkirakan dengan membangun kembali perkerasan. Pekerjaan berat ini dapat berupa pembangunan jalan baru, peningkatan jalan dan rehabilitasi jalan. Peningkatan dan rehabilitasi dengan umur rencana paling sedikit 10 tahun, diperkirakan hampir menyerap semua dana yang tersedia setelah dikurangi dengan biaya pemeliharaan.1. Pembangunan Jalan BaruPada umumnya terdiri atas pekerjaan untuk meningkatkan jalan tanah atau jalan setapak agar dapat dilalui kendaraan roda 4, kondisi jalan yang berat ini memerlukan biaya yang besar dan pekerjaan tanah yang besar pula.

2. Peningkatan JalanPeningkatan ini dapat dikatakan sebagai usaha untuk meningkatkan standar pelayanan jalan yang ada, baik membuat lapisan permukaan menjadi lebih halus, seperti pengaspalan jalan yang belum diaspal atau dengan menambah Lapis Tipis Aspal (Laston) atau Hot Roller Sheet (HRS) kepada jalan yang menggunakan Lapis Penetrasi (Lapen), atau menambah lapisan struktural yang berarti menambah kekuatan perkerasan atau memperlebar lapisan perkerasan yang ada.

3. Rehabilitasi Jalan

Diperlukan bila pekerjaan pemeliharaan rutin yang secara teratur harus dilaksanakan itu diabaikan atau pemeliharaan berkala (pelapisan ulang) terlalu lama ditunda sehingga keadaan permukaan lapisan semakin memburuk. Yang termasuk katagori ini adalah perbaikan terhadap kerusakan lapisan permukaan seperti lubanglubang dan kerusakan struktural seperti amblas atau kerusakan tersebut kurang dari (15 20)% dari seluruh perkerasan yang berkaitan dengan lapisan aus baru.Pembangunan kembali secara total biasanya diperlukan apabila struktural sudah tersebar luas sebagai akibat dari diabaikannya pemeliharaan, atau kekuatan desain yang tidak sesuai, atau karena umur rencana tidak terlampaui.

2.4.2 Pemeliharaan Jalan

Pemeliharaan jalan merupakan kegiatan penanganan jalan yang berkondisi baik/sedang yang harus mendapat prioritas untuk ditangani, agar jalan dapat berfungsi sesuai dengan yang diperhitungkan dan menjaga agar permukaan ruas jalan mendekati kondisi semula. Pemeliharaan yang dilakukan disini dibagi menjadi dua bagian yaitu pemeliharaan rutin jalan dan pemeliharaan berkala jalan.

a. Pemeliharaan Rutin JalanPemeliharaan rutin jalan adalah pekerjaan yang skalanya cukup kecil dan dikerjakan tersebar diseluruh jaringan jalan secara rutin. Dengan melaksanakan pemeliharaan rutin diharapkan tingkat penurunan nilai kondisi struktural perkerasan akan sesuai dengan kurva kecenderungan yang diperkirakan pada tahap desain.b. Pemeliharaan Berkala JalanPemeliharaan berkala dibedakan dengan pemeliharaan rutin dalam hal ini periode waktu antar kegiatan pemeliharaan yang diberikan.Pemeliharaan berkala dilakukan dalam selang waktu beberapa tahun, sedangkan pemeliharaan rutin di lakukan beberapa kali atau terus menerus sepanjang tahun. Pemeliharaan dilakukan secara berkala tersebut adalah pemberian lapisan aus menyeluruh dan lapisan tambahan fungsional.

2.4.3 Pekerjaan Penyangga dan Pekerjaan Darurat Jalan

Pekerjaan penyangga jalan adalah pekerjaan tahunan dengan biaya rendah yang diperlukan untuk perbaikan jalan agar kondisi jalan tidak semakin memburuk atau semakin parah. Hal ini dilakukan bila pekerjaan berat (peningkatan/rehabilitasi) yang harus dilakukan tidak dibenarkan karena tingkat lalu lintas yang melintasi jalan tersebut rendah atau dana yang tersedia untuk melaksanakan pekerjaan berat seperti rahabilitasi atau peningkatan tidak mencukupi. Dana yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan penyangga jalan ini perlu selalu dicadangkan dengan jumlah dana yang cukup. Sedangkan pekerjaan darurat adalah pekerjaan yang sangat diperlukan untuk membuka kembali jalan yang baru saja tertutup untuk lalu lintas kendaraan roda empat karena mendadak terganggu, misalnya akibat tebing longsor. Dana pekerjaan darurat tidak dapat disiapkan sebelumnya, tetapi perlu dicadangkan dalam jumlah yang cukup.

2.5 Sumber Dana Penanganan JalanSumber dana penanganan jalan, baik itu dana pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, rehabilitasi maupun peningkatan jalan diperoleh dari beberapa sumber antara lain :a. Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) seperti :DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus)b. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi (APBD Prov.)c. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten (APBD Kab.) termasukPAD (Pendapatan Asli daerah)d. Bantuan Luar Negeri (BLN)

2.6 Kebijakan Penanganan Jalan

Secara umum kebijakan adalah suatu proses akomodasi dari suatu perbedaan agar menjadi bersamaan yang dapat diemplementasikan yang merupakan kewenangan Kepala Daerah.Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Surat Edaran bersama antara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan Nomor 18/M.PPN/02/200.050/244/SJ tanggal 14 Pebruarai 2006 tentang Musrenbang, Pemerintah daerah dalam hal ini Pemerintah Daerah Klungkung perencanaan pembangunan jalan diwujudkan dalam bentuk usulan pengajuan program penanganan jalan pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah yaitu Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kabupaten, Musrenbang Provinsi, dan Anggaran Biaya Tambahan (ABT).Dalam penentuan usulan kegiatan yang lolos Musrenbang Kecamatan didasarkan atas hasil musyawarah di kecamatan dengan diikuti oleh wakilwakil masyarakat desa yang dikirim ke kecamatan. Hasil dari musyawarah kecamatan dibawa ke kabupaten dan disaring kembali oleh pihak kabupaten melalui wakil- wakil masyarakat di tingkat kabupaten. Sehingga akhirnya dilakukan musyawarah di provinsi terhadap hasil Musrenbang Kabupaten ditingkat provinsi, yang selanjutnya disebut Musrenbang Provinsi.Pada beberapa kegiatan yang belum 100% selesai dipandang perlu oleh pemerintah untuk dilanjutkan pembangunannya diperlukan biaya tambahan untuk penyelesaian kegiatan tersebut melalui Anggaran Biaya Tambahan (ABT).

2.6.1 Metode-Metode Dalam Pengambilan KeputusanAda beberapa metode pengambilan keputusan yang digunakan dan diterima oleh banyak kalangan secara umum yaitu (Mulyono, 2006) 1. Metode Rasional KomprehensifMetode Rasional Komprehensif adalah metode pengambilan keputusan dimana pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain (dapat diurutkan menurut prioritas masalah). Adapun kriteria-kriteria pengambilan keputusaan dengan metode ini adalah sebagai berikut:a. Tujuantujuan, nilai-nilai dan sasaran yang menjadi pedoman pembuat keputusan sangat jelas dan dapat diuraikan prioritas- prioritasnya.b. Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara seksama.c. Asas biaya manfaat atau sebab akibat digunakan untuk menentukan prioritas.d. Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk membandingkan dengan alternatif lain.e. Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai tujuan, nilai dan sasaran yang ditetapkan.Metode pengambilan keputusan ini menuntut hal-hal yang tidak rasional dalam diri pengambilan keputusan. Asumsinya adalah seorang pengambilan keputusan memiliki cukup informasi mengenai berbagai alternatif sehingga mampu meramalkan secara tepat akibat-akibat dari pilihan alternatif yang ada. Pengambil keputusan sering memiliki komplik kepentingan antara nilai-nilai sendiri dengan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat. Karena metode ini mengasumsikan bahwa fakta-fakta dan nilai-nilai yang ada dapat dibedakan dengan cara mudah akan tetapi kenyataannya sulit membedakan antara fakta dilapangan dengan nilai- nilai yang ada. Ada beberapa masalah diberbagai negara berkembang seperti di Indonesia untuk menerapkan metode rasional komprehensif ini karena beberapa alasan yaitu informasi dan data yang tidak lengkap sehingga tidak bisa dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan. Kalau dipaksakan maka akan terjadi sebuah keputusan yang kurang akurat.1. Metode InkrementalAdalah metode pengambilan keputusan dengan cara menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan dan merupakan model yang sering ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam pengambilan keputusan. Dasar pengambilan Keputusan dengan metode ini adalah pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan emperis yang diperlukan untuk mencapainya merupakan hal yang saling terkait.

Kelemahan penerapan metode Inkremental adalah :a. Keputusan-keputusan yang diambil akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan dari kelompok yang kuat/mapan, sehingga kepentingan kelompok lemah terabaikan.b. Keputusan yang diambil lebih ditekankan pada keputusan jangka pendek dan tidak memperhatikan berbagai macam alternatif lain.

2.7 Tata Guna Lahan

Tata Guna Lahan (land use) adalah suatu upaya dalam merencanakan pembagian wilayah dan merupakan kerangka kerja yang meliputi lokasi, kapasitas dan jadwal pembuatan jalan, jaringan air bersih dan pusat-pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya. Pembagian wilayah dibagi berdasarkan fungsi-fungsi kawasan diantaranya kawasan permukiman, industri , pariwisata dan lainnya.Adapun maksud dari perencanaan tata guna lahan kawasan adalah sebagai pedoman untuk :1. Penyusunan rencana rinci tata ruang kota2. Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan dan pengendalian ruang di wilayah kota.3. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan kesinambungan perkembangan antar kawasan wilayah kota serta keserasian antar sektor.4. Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan masyarakat.5. Pelaksanaan pembangunan dalam memanfaatkan ruang bagi kegiatan pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.Dalam pengelolaan lahan yang berkelanjutan sangat perlu dipahami dalam melihat permasalahan pengelolaan sumber daya lahan di indonesia. Pada dasarnya penggunaan lahan dibedakan atas dua kelompok yaitu untuk kawasan terbangun dan kawasan tidak terbangun. Untuk kawasan terbangun digunakan untuk perumahan dan fasilitas umum ( http://tata-guna-lahan/html, 2014).Menurut Peraturan Bupati Klungkung No.6 tahun 2006, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung, tata guna lahan atau peruntukan wilayah Daerah Klungkung dibedakan atas 4 (empat) peruntukan yaitu :1. Bidang Pertanian, mencakup kawasan pertanian dalam arti luas yaitu pertanian tanaman pangan lahan basah dan lahan kering.2. Bidang Pendidikan, mencakup kawasan pendidikan untuk pembangunan sekolah-sekolah.3. Bidang Sosial Budaya, mencakup tempat tinggal, tempat suci dan obyek wisata.4. Perdagangan Jasa, mencakup pasar dan pusat perbelanjaan serta usaha jasa.

2.8 Penentuan Skala Prioritas Jalan berdasarkan SK.No.77 Dirjen Bina Marga, Tahun 1990

Metode SK No 77/KPTS/Db /1990 dari Dijen Bina Marga adalah merupakan pedoman perencanaan jalan kabupaten yang diterbitkan oleh Dirjen Bina Marga sebagai acuan dalam menentukan urutan prioritas penanganan jalan kabupaten (Dirjen Bina Marga, 1990). Pada persiapan program tahunan dijelaskan beberapa kriteria peringkat prioritas penanganan jalan (SK No.77, Th.1990 pada modul 6 : tugas 5, hal. 5E-1 sampai 5E-2 ) yaitu :1. Kriteria pokok yang dipakai untuk pemilihan prioritas adalah NPV/Km, dengan memberikan prioritas pertama pada proyek yang NPV/Km-nya tertinggi.2. Kode evaluasi proyek juga diberikan pada proyek-proyek dengan tanda kisaran NPV/Km untuk petunjuk pemilihannya, dengan petunjuk pemilihan adalah sebagai berikut :a. Berikan prioritas pada kelompok proyek-proyek yang mempunyai kelayakan tertinggi.b. Berikan prioritas terendah kepada kelompok proyek-proyek berkelayakan rendah.c. Berikan prioritas kepada proyek-proyek luncuran, terutama penyelesaian proyek yang pelaksanaannya dipisah (split) atau proyek yang pelaksanaannya secara bertahap. Penyelesaian proyek-proyek sampai pada panjang yang telah direncanakan semula atau sesuai rencana desain awal, akan sangat penting untuk memberikan manfaat secara penuh atas investasinya.d. Hindari proyek yang sangat panjang (umumnya proyek yang panjangnya lebih dari 15 km) harus sudah dihindari pada tahap penentuan proyek.e. Berikan prioritas pada ruas-ruas jaringan jalan strategis yang telah ditentukanf. Berikan prioritas pada proyek-proyek yang memenuhi sasaran pembangunan kabupaten dan provinsi (namun proyek-proyek tersebut harus tetap distudi dan hasilnya layak berdasarkan prosedur standar).

2.9 Penentuan Skala Prioritas Dengan Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytical Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik dalam buku Proses Hirarki Analitik Dalam Pengambilan Keputusan Dalam Situasi yang Kompleks(Saaty, 1986), adalah suatu metode yang sederhana dan fleksibel yang menampung kreativitas dalam rancangannya terhadap suatu masalah. Metode ini merumuskan masalah dalam bentuk hierarki dan masukan pertimbangan pertimbangan untuk menghasilkan skala prioritas relatif.Dalam penyelesaian persoalan dengan metode AHP dalam buku Saaty (1986) tersebut, dijelaskan pula beberapa prinsip dasar Proses Hirarki Analitik yaitu :1. Dekomposisi. Setelah mendifinisikan permasalahan, maka perlu dilakukan dekomposisi yaitu memecah persoalan utuh menjadi unsur-unsurnya sampai yang sekecil kecilnya.2. Comparative Judgment. Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen.3. Synthesis of Priority. Dari setiap matriks pairwise comparison vector eigen-nya mendapat prioritas lokal, karena pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk melakukan global harus dilakukan sintesis diantara prioritas lokal. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bantuk hirarki.3. Logical Consistency. Konsistensi memiliki dua makna yang pertama bahwa obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keragaman

dan relevansinya. Kedua adalah tingkat hubungan antar obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.Beberapa keuntungan menggunakan AHP sebagai alat analisis adalah :

1. Dapat memberi model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk beragam persoalan yang tak berstruktur.2. Dapat memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persolan kompleks.3. Dapat menangani saling ketergantungan elemenelemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.4. Mencerminkan kecendrungan alami pikiran untuk memilahmilah eleman- elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat belaian dan mengelompokan unsur-unsur yang serupa dalam setiap tingkat.5. Memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak terwujud untuk mendapatkan prioritas.6. Melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.7. Menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebijakan setiap alternatif.8. Mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan- tujuan mereka.9. Tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil representatif dari penilaian yang berbeda-beda.

10. Memungkinkan orang memperluas definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan serta pengertian mereka melalui pengulangan.AHP dapat digunakan dalam memecahkan berbagai masalah diantaranya untuk mengalokasikan sumber daya, analisis keputusan manfaat atau biaya, menentukan peringkat beberapa alternatif, melaksanakan perencanaan ke masa depan yang diproyeksikan dan menetapkan prioritas pengembangan suatu unit usaha dan permasalahan kompleks lainnya (http://www.itelkom.ac.id/ahp/library/1998).Hirarki adalah alat yang paling mudah untuk memahami masalah yang kompleks dimana masalah tersebut diuraikan ke dalam elemen-elemen yang bersangkutan, menyusun elemen-elemen tersebut secara hirarki dan akhirnya melakukan penilaian atas elemen tersebut sekaligus menentukan keputusan mana yang diambil. Proses penyusunan elemen secara hirarki meliputi pengelompokan elemen komponen yang sifatnya homogen dan menyusunan komponen tersebut dalam level hirarki yang tepat. Hirarki juga merupakan abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antara komponen dan dampaknya pada sistem. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling terkait tersusun dalam suatu sasaran utama (ultimate goal) turun ke sub-sub tujuan, ke pelaku (aktor) yang memberi dorongan dan turun ke tujuan pelaku, kemudian kebijakan-kebijakan, strategi-strategi tersebut. Adapun abstraksi susunan hirarki keputusan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.1. berikut ini :Level 1 : Fokus/sasaran/goal

Level 2 : Faktor/kriteria

Level 3 : Alternatif/subkriteria

Goal

Kriteria 1 Kriteria 2

Kriteria 3

Kriteria 4

Subkriteria Subkriteria Subkriteria Subkriteria

Gambar 2.1 Abstraksi Susunan Hirarki KeputusanSumber : Saaty (1986)

Sedangkan kelemahan metode AHP adalah : ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.Beberapa contoh aplikasi AHP adalah sebagai berikut:

1. Membuat suatu set alternatif.

2. Perencanaan, merancang system.

3. Menentukan prioritas.

4. Memilih kebijakan terbaik setelah menemukan satu set alternatif.

5. Alokasi sumber daya dan memastikan stabilitas sistem.

6. Menentukan kebutuhan/persyaratan.2.9.1 Penentuan Prioritas dalam Metode AHP

Dalam pengambilan keputusan hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat pengambilan data, dimana data ini diharapkan dapat mendekati nilai sesungguhnya. Derajat kepentingan pelanggan dapat dilakukan dengan pendekatan perbandingan berpasangan. Perbandingan berpasangan sering digunakan untuk menentukan kepentingan relatif dari elemen dan kriteria yang ada. Perbandingan berpasangan tersebut diulang untuk semua elemen dalam tiap tingkat. Elemen dengan bobot paling tinggi adalah pilihan keputusan yang layak dipertimbangkan untuk diambil. Untuk setiap kriteria dan alternatif kita harus melakukan perbandingan berpasangan (Pairwise comparison) yaitu membandingkan setiap elemen yang lainnya pada setiap tingkat hirarki secara berpasangan sehingga nilai tingkat kepentingan elemen dalam bentuk pendapat kualitatif.Untuk mengkuantitifkan pendapat kualitatif tersebut digunakan skala penilaian sehingga akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka (kualitatif). Menurut Saaty (1986) untuk berbagai permasalahan skala 1 sampai dengan 9 merupakan skala terbaik dalam mengkualitatifkan pendapat, dengan akurasinya berdasarkan nilai RMS (Root Mean Square Deviation) dan MAD (Median Absolute Deviation). Nilai dan difinisi pendapat kualitatif dalam skala perbandingan Saaty seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Skala Matrik Perbandingan Berpasangan

Intensitas Definisi PenjelasanKepentingan

1Elemen yang sama pentingnya dibanding dg elemen yang lain (Equal importance)

Kedua elemen menyumbang sama besar pd sifat tersebut.

3Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yg lain (Moderate more importance)

Pengalaman menyatakan sedikit berpihak pd satu elemen

5Elemen yang satu jelas lebih penting dari pada elemen lain (Essential, Strong more importance)

Pengalaman menunjukansecara kuat memihak pada satu elemen

7Elemen yang satu sangat jelas lebih penting dari pada elemen yg lain (Demonstrated importance)

Pengalaman menunjukan secara kuat disukai dan dominannya terlihat dlm praktek

Elemen yang satu mutlak lebih penting dari9elemen yg lain ( Absolutely more importance)

Pengalaman menunjukan satu elemen sangat jelas lebih penting

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai ruang berdekatan (grey area)Sumber : Saaty (1986)

Nilai ini diberikan bila diperlukan kompromi

2.9.2 Proses-proses dalam Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Adapun Proses-proses yang terjadi pada metode AHP adalah sebagai berikut (Saaty, 1986) :1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali tujuan umum dilanjutkan dengan kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan kriteria paling bawah.

3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap kriteria yang setingkat di atasnya.4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgment (keputusan) sebanyak n x ((n-1)/2)bh, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi lagi.6. Mengulangi langkah 3,4 dan 5 untuk setiap tingkatan hirarki.

7. Menghitung vector eigen dari setiap matrik perbandingan berpasangan.

8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian data judgment harus diperbaiki.

2.9.3 Matrik Perbandingan Berpasangan

Skala perbandingan berpasangan didasarkan pada nilainilai fundamental AHP dengan pembobotan dari nilai 1 untuk sama penting sampai 9 untuk sangat penting sekali sesuai dengan Tabel 2.1 (Skala Matrik Perbandingan Berpasangan). Dari susunan matrik perbandingan berpasangan dihasilkan sejumlah prioritas yang merupakan pengaruh relatif sejumlah elemen pada elemen di dalam tingkat yang ada diatasnya. Perhitungan eigen vector dengan mengalikan elemen-elemen pada setiap baris dan mengalikan dengan akar n, dimana n adalah elemen. Kemudian melakukan normalisasi untuk menyatukan jumlah kolom yang diperoleh. Dengan membagi setiap nilai dengan total nilai pembuat keputusan

bisa menentukan tidak hanya urutan ranking prioritas setiap tahap perhitungannya tetapi juga besaran prioritasnya. Kriteria tersebut dibandingkan berdasarkan opini setiap pembuat keputusan dan kemudian diperhitungkan prioritasnya. Perbandingan Kriteria berpasangan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.2.Tabel 2.2 Perbandingan Kriteria Berpasangan

PKKriteria AKriteria BKriteria CKriteria DKriteria EPrioritas

Kriteria A1,00

Kriteria B1,00

Kriteria C1,00

Kriteria D1,00

Kriteria E 1,00 Sumber : Saaty (1986)

2.9.4 Perhitungan Bobot Elemen

Perhitungan bobot elemen dilakukan dengan menggunakan suatu matriks. Bila dalam suatu sub sistem operasi terdapat n elemen operasi yaitu elemen- elemen operasi A1, A2, A3, ...An maka hasil perbandingan secara berpasangan elemen-elemen tersebut akan membentuk suatu matrik pembanding.Perbandingan berpasangan dimulai dari tingkat hirarki paling tinggi, dimana suatu kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan. Bentuk matrik perbandingan berpasangan bobot elemen seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Matrik Perbandingan Berpasangan Bobot Elemen

Sumber : Saaty (1986)A1 A2 .. AnA1 A11 Ann .. A1nA2 A21 A22 .. A2n .. .. An An1 An2 .. Ann

Bila elemen A dengan parameter i, dibandingkan dengan elemen operasi A dengan parameter j, maka bobot perbandingan elemen operasi Ai berbanding Aj dilambangkan dengan Aij maka :a(ij) = Ai / Aj, dimana : i,j = 1,2,3,...n .................................. Pers. (2.1)Bila vektor-vektor pembobotan operasi A1,A2,... An maka hasil perbandingan berpasangan dinyatakan dengan vektor W, dengan W = (W1, W2, W3....Wn) maka nilai Intensitas kepentingan elemen operasi Ai terhadap Aj yang dinyatakan sama dengan aij.Dari penjelasan tersebut diatas maka matrik perbandingan berpasangan (pairwise comparison matrik), dapat digambarkan menjadi matrik perbandingan preferensi seperti diperlihatkan pada Tabel 2.4.Tabel 2.4 Matrik Perbandingan Berpasangan Intensitas Kepentingan

W1W2..Wn

W1W1/W1W1/W2..W1/Wn

W2W2/W1W2/W2..W2/Wn

....

....

WnWn/W1Wn/W2..Wn/Wn

Sumber : Saaty (1986)

Nilai Wi/Wj dengan i,j = 1,2,,n dijajagi dengan melibatkan Responden yang memiliki kompetensi dalam permasalahan yang dianalisis. Matrik perbandingan preferensi tersebut diolah dengan melakukan perhitungan pada tiap baris tersebut dengan menggunakan rumus :Wi = n(ai1 x ai2 x ai3,.x ain) .....Pers. (2.2)

Matrik yang diperoleh tersebut merupakan eigen vector yang juga merupakan

bobot kriteria. Bobot kriteria atau Eigen Vektor adalah ( Xi), dimana :

Xi = (Wi / Wi) ...........................................Pers. (2.3)

Dengan nilai eigan vector terbesar (maks) dimana :

maks = aij.Xj ......Pers. (2.4)

2.9.5 Perhitungan Konsistensi Dalam Metode AHP

Matrik bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal sebagai berikut:1. Hubungan Kardinal : aij ajk = aik

2. Hubungan ordinal : Ai > Aj, Aj > Ak maka Ai > Ak

Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikat :

a. Dengan melihat preferensi multiplikatif misalnya keselamatan lalu lintas lebih penting 4 kali dari kerusakan jalan, dan kerusakan jalan lebih penting2 kali dari kemacetan maka keselamatan lalu lintas lebih penting 8 kali dari kemacetan.

b. Dengan melihat preferensi trasitif, misalnya keselamatan lalu lintas lebih penting dari kerusakan jalan dan kerusakan jalan lebih penting dari kemacetan, maka keselamatan lalu lintas lebih penting dari kemacetan.Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut, sehingga matrik tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini dapat terjadi karena tidak konsisten dalam preferensi seseorang, contoh konsistensi matriksebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2.2

ijk

i142

A =j1/411/2

k1/221

Gambar 2.2 Konsistensi MatrikSumber : Saaty (1986, hal.86)

Matrik A tersebut konsisten karena :

aij x ajk = aik ---- = 4 x = 2 aik x akj = aij ---- = 2 x 2 = 4 ajk x aki = aji ---- = x = Permasalahan di dalam metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pengukuran pendapat terhadap responden, karena konsistensi tidak dapat dipaksakan. Pengumpulan pendapat antara satu kriteria dengan kriteria yang lain adalah bebas satu sama lain, dan hal ini dapat mengarah pada tidak konsistennya jawaban yang diberikan.

Pengulangan wawancara pada sejumlah responden dalam waktu yang sama kadang diperlukan apabila derajat tidak konsestennya atau penyimpangan terhadap konsistensi dinilai besar.Penyimpangan terhadap konsistensi dinyatakan dengan indeks konsistensi didapat rumus :

maks. nCI = .............................................................Pers. (2.5)n -1

Dimana, maks = Nilai Eigen Vektor Maksimum,

n = Ukuran Matrik.

Matrik random dengan skala penilaian 1 sampai dengan 9 beserta kebalikannya sebagai Indeks Random (RI). Dengan Indeks Random (RI) setiap ordo matriks seperti diperlihatkan pada Tabel 2.5.Tabel 2.5 Random Indek

OrdoMatrik12345678910

RI000,580,91,121,241,321,411,451,49

Sumber : Saaty (1986)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan 500 sampel, jika keputusan numerik diambil secara acak dari skala 1/9, 1/8, ..,1, 2, ,9 akan memperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks dengan ukuran berbeda. Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai Ratio Konsistensi (CR).

Untuk model AHP matrik perbandingan dapat diterima jika nilai ratio konsisten tidak lebih dari 10% atau sama dengan 0,1CICR = 0,1 (OK) .......................................... Pers. (2.6) RI

2.9.6 Pembobotan Kriteria Total Responden

Pembobotan kriteria dari masing-masing responden telah diperoleh perhitungan dan dilanjutkan dengan menjumlahkan tiap kriteria pada masing- masing responden. Nilai ini kemudian dirata-ratakan dengan cara membaginya dengan jumlah responden, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.6.Tabel 2.6 Rekapitulasi Bobot Seluruh Responden

KriteriaResp.1Resp.2Resp.3Resp.n

A

B

C

D

E

Sumber : Saaty (1986)

2.9.7 Model Matematis

Model matematis adalah suatu system persamaam matematik yang digunakan untuk meyelesaikan suatu permasalahan, sehingga penyelesaiannya lebih sederhana.

Dari pembobotan kriteria total responden diatas setelah dihitung rata- ratanya selanjutnya dihitung prioritasnya dengan sistem persamaan matematis menurut Brodjonegoro (1991) adalah :Y= A (a1 x bobot a1 + .+ a6 x bobot a6 + +D(d1 x bobot d1 +

+ d5 x bobot d5) ................. Pers. (2.7)

Dimana :

Y = Skala prioritas

A s/d D = Bobot Alternatif level 2 (berdasar analisa responden)a1, a2, , .d4, d5 = Bobot Alternatif level 3 (berdasar analisa responden)

bobot a1, bobot a2, ., bobot d5 = Bobot Alternatif level 3 (berdasarkan analisis data)

2.10 Metode Fuzzy AHPMetode Fuzzy AHP (FAHP) merupakan pengembangan dari AHP. F-AHPadalah salah satu meode perankingan. FAHP merupakan gabungan metode AHP dengan pendekatan konsepfuzzy(Raharjo dkk, 2002).F-AHPmenutupi kelemahan yang terdapat pada AHP,yaitupermasalahan terhadap kriteria yang memiliki sifat subjektif lebih banyak. Ketidakpastian bilangan direpresentasikan dengan urutan skala. Untuk menentukan derajat keanggotaan pada F-AHP, digunakan aturan fungsi dalam bentuk bilanganfuzzysegitiga atauTriangular Fuzzy Number(TFN) yang disusun berdasarkan himpunan linguistik. Jadi, bilangan pada tingkat intensitas kepentingan pada AHP ditransformasikan ke dalam himpunan skala TFN.Chang (1996) mendefinisikan nilai intensitas AHP ke dalam skalafuzzysegitiga yaitu membagi tiap himpunanfuzzydengan 2, kecuali untuk intensitas kepentingan 1. Skalafuzzysegitigayang digunakan Chang dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Skala nilaifuzzysegitiga (Chang, 1996)Intensitas Kepentingan AHPHimpunan LinguistikTriangular Fuzzy Number(TFN)Reciprocal(Kebalikan)

1Perbandingan elemen yang sama (Just Equal)(1,1, 1)(1,1, 1)

2Pertengahan (Intermediate)(1/2,1, 3/2)(2/3,1, 2)

3Elemen satu cukup penting dari yang lainnya (moderately important)(1,3/2, 2)(1/2,2/3, 1)

4Pertengahan (Intermediate)elemen satu lebih cukup penting dari yang lainnya)(3/2,2, 5/2)(2/5,1/2, 2/3)

5Elemen satu kuat pentingnya dari yang lain (StronglyImportant)(2,5/2, 3)(1/3,2/5, 1/2)

6Pertengahan (Intermediate)(5/2,3, 7/2)(2/7,1/3, 2/5)

7Elemen satu lebih kuat pentingnya dari yang lain (Very Strong)(3,7/2, 4)(1/4,2/7, 1/3)

8Pertengahan (Intermediate)(7/2,4, 9/2)(2/9,1/4, 2/7)

9Elemen satu mutlak lebih penting dari yang lainnya (Extremely Strong)(4,9/2, 9/2)(2/9,2/9, 1/4)

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan pembobotan F-AHP. Pada teori F-AHP yang dikembangkan oleh Chang telah banyak diterapkan dalam penyelesaian beberapa studi kasus, seperti jurnal Kahraman (2004), Hwang (2009). Menurut Chang (1996) dalam sebuah jurnal (international journal of science direct), adapun langkah penyelesaian F-AHP adalah :1. Membuat struktur hirarki masalah yang akan diselesaikan dan menentukan perbandingan matriks berpasangan antar kriteria dengan skala TFN (tabel 1)2. Menentukan nilai sintesisfuzzy(Si)prioritas dengan rumus,Si3. Jika hasil yang diperoleh pada setiap matrikfuzzy, M2= (l2, m2,u2) M1= (l1, m1, u1)dapat didefinisikan sebagai nilai vector.4. Jika hasil nilaifuzzylebih besar darik fuzzy,Mi (i=, 1, 2, , k)yang dapat difenisikan sebagai nilai ordinat5. Normalisasi bobotvectorataunilai prioritas criteria yang telah diperoleh, W= (d (A1),d (A2), , d (An)DimanaWadalah bilangannon- fuzzy.

2.11 Metode TOPSIS

Metode TOPSIS didasarkan pada konsep bahwa alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif tetapi juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif.

2.11.1 Tahapan Metode TOPSISAdapun tahapan dalam metode TOPSIS : Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot Menentukan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal positif dan negatif Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif

2.11.2 Perangkingan dan Solusi Metode TOPSIS

TOPSIS membutuhkan ranking kinerja setiap alternatif Ai pada setiap kriteria Cj yang ternormalisasi yaitu :

dengan i=1,2,....m; dan j=1,2,......n;

Solusi ideal positif A+ dan solusi ideal negatif A- dapat ditentukan berdasarkan ranking bobot ternormalisasi (yij) sebagai berikut :

dengan i=1,2,...,m dan j=1,2,...,n

Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) diberikan sebagai :

i=1,2,...,m

Nilai Vi yang lebih besar menunjukkan bahwa alternatif Ai lebih dipilih

2.12 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Pengertian populasi secara sederhana dapat dikatakan bahwa populasi adalah semua obyek penelitian. Nilai populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatnya (Hasan, 2003).Ditinjau dari banyaknya anggota populasi, menurut Usman (1996) maka populasi dapat dibagi menjadi: populasi terbatas (terhingga) dan populasi tak terbatas (tak terhingga). Namun dalam kenyataannya populasi terhingga selalu menjadi populasi yang tak hingga. Ditinjau dari sudut sifatnya, maka populasi dapat bersifat homogen dan populasi heterogen.

2.12.1 Teknik Sampling Dalam Penelitian

Menurut Sugiyono (2009), Teknik Pengambilan Sampel adalah suatu teknik untuk mendapatkan sampel pada suatu penelitian agar sampel tersebut representatif terhadap populasi yang mewakilinya. Teknik sampling dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :1. Probability Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang mana memberikan peluang yang sama untuk setiap unsur/anggota populasi (untuk penelitian kuantitafif) yang dijadikan sebagai sampel. Teknik ini terdiri dari : a. Sampling Random Sampling :Sampel yang diambil pada teknik ini dilakukan secara acak dan tanpa ada strata/tingkatan karena anggota/unsur dalam populasi pada teknik ini dianggap homogen.b. Proportionate Stratified Random Sampling :

Sampel yang diambil pada teknik ini dilakukan secara acak secara proporsional pada strata/tingkatan tertentu. Pada teknik ini populasi memiliki strata/tingkatan tertentu dan bersifat homogen pada suatu strata/tingkatan memiliki peluang yang sama pada tingkat yang sama.c. Disproportionate Stratified Random Sampling :

Sampel yang diambil pada teknik ini dilakukan secara acak secara proporsional pada strata/tingkatan dengan unsur/anggota dengan jumlah

yang banyak dan diambil secara keseluruhan pada strata/tingkatan dengan unsur unsur yang sangat kecil, sehingga pada setiap tingkatan tidak bersifat proporsional.d. Area/Cluster Sampling :

Merupakan suatu teknik pengambilan sampel berdasarkan pembagian suatu wilayah, karena lokasi penelitian terletak pada wilayah yang cukup luas dengan karakteristik wilayah yang satu tidak sama dengan karakteristik wilayah yang lain.2. Non Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang mana memberikan peluang yang tidak sama untuk setiap unsur/anggota populasi (untuk penelitian kuantitafif) untuk menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel ini terdiri dari :a. Sistematis Sampling :

Merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan nomor urut tertentu dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut tertentu.b. Sampling Kuota :

Merupakan teknik pengambilan sampel pada suatu populasi yang telah memenuhi jumlah unsur/anggota tertentu.

c. Sampling Incedental :

Merupakan teknik pengambilan sampel secara insedental atau kebetulan. Sampling ini digunakan pada penelitian yang sangat umum dan semua unsur/anggota populasi memenuhi topik penelitian.d. Purposive Sampling :

Merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu, sesuai dengan persyaratan yang diisyaratkan dalam penelitian yangakan dilaksanakan, karena tidak semua unsur/anggota populasi memahami tentang topik dari penelitian tersebut. Umumnya sampel/responden dalam metode ini memiliki keahlian sesuai dengan topik penelitian yang dilaksanakan. Sampel/responden yang diambil pada metode ini umumnya disebut dengan respon exspert. Menurut Sogiyono, (2009), respon yang dianggap sebagai pakar/ahli/expertist adalah mereka yang memiliki kompetensi terdiri dari mereka yang memiliki kewewenangan/kebijakan untuk memutuskan, tugas yang bersifat rutinitas dan profesi sehubungan dengan topik yang diteliti, atau mereka yang memiliki kemampuan akademik, sesuai dengan topik penelitian.e. Sampel Jenuh :

Merupakan teknik pengambilan sampel dengan mengambil semua unsur/anggoata populasi menjadi sampel. Metode ini disebabkan karena jumlah unsur/anggota populasi sangat sedikit.

f. Snowball Sampling :

Merupakan teknik pengambilan sampel yang diawali dengan jumlah yang kecil, dan bilamana data yang akan diambil kurang memenuhi peryaratan sesuai dengan yang diperlukan maka sampel ini ditambah sampai semua data yang diperlukan didapat.Pada dasarnya teknik sampling berguna agar :

1. Mereduksi anggota populasi menjadi anggota sampel yang mewakili populasinya (representatif), sehingga kesimpulan terhadap populasi dapat dipertanggung jawabkan.2. Lebih teliti menghitung yang sedikit dari pada yang banyak.

3. Menghemat waktu, tenaga dan biaya.

Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut :1.Tentukan dulu daerah generalisasinya. Banyak penelitian menurun mutunya karena generalisasi kesimpulannya terlalu luas, penyebabnya adalah karena peneliti ingin agar hasil penelitiannya berlaku secara meluas dan menganggap sampel yang dipilihnya sudah mewakili populasinya.2.Berilah batas-batas yang tegas tentang sifat-sifat populasi. Populasi tidak harus manusia. Populasi dapat berupa benda-benda lainnya. Semua benda- benda yang akan dijadikan populasi harus ditegaskan batas-batas karakteristiknya, sehingga dapat menghindari kekaburan dan kebingungan.

3.Tentukan sumber-sumber informasi tentang populasi. Ada beberapa sumber informasi yang dapat memberi petunjuk tentang karakteristik suatu populasi, misalnya didapat dari dokumen-dokumen.4.Pilihlah teknik sampling dan hitunglah besar anggota sampel yang sesuai dengan tujuan penelitiannya.

2.13 Kuisioner

Kuisioner adalah intsrumen pengumpulan data atau informasi yang dioperasionalisasikan ke dalam bentuk item atau pertanyaan. Subyek penelitian adalah orang yang dilibatkan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan terkait pertanyaan penelitian (http:SPSS-Metode kuisioner penanganan jalan- online blongspot.com, 2008). Adapun tujuan pokok pembuatan kuisioner adalah :1. Untuk mendapatkan informasi yang relevan dan tujuan survei.2. Untuk memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin.Agar kuisioner yang dibuat dapat mencapai sasaran sesuai dengan tujuan maka pertanyaan yang dibuat hendaknya, singkat, tepat, sederhana dan berkaitan langsung dengan tujuan penelitian.

2.13.1 Petunjuk Pembuatan Kuisioner

Kuisioner yang baik hendaklah memperhatikan petunjuk-petunjuk sebagai berikut :1. Bahasa harus singkat, jelas dan sederhana2. Kata-kata yang digunakan tidak mengandung makna rangkap3. Hindari pertanyaan yang relatif lama, sehingga sukar diingat responden4. Hindari kata-kata yang membingungkan atau kurang dimengerti oleh responden5. Hindari pertanyaan-pertanyaan yang memalukan dan menakutkan masyarakat.6. Buatlah pertanyaan atau pernyataan yang mangandung makna positif dan negatif yang disusun secara acak.7. Jangan membuat kuisioner yang banyak menyita waktu responden, karena jika responden bosan maka angket tidak diisi dan dikembalikan.

2.13.2 Isi Pertanyaan

Isi pertanyaan ataupun pernyataan yang ada dalam kuisioner harus sesuai dengan tujuan penelitian, untuk itu pertanyaan pertanyaan harus berisi :1. Pertanyaan mengenai penilaianan tingkat kepentingan antar kriteria.2. Pertanyaan mengenai penilaian tingkat kepentingan antar subkriteria.

2.13.3 Jenis Pertanyaan

Dalam pembuatan kuisioner, pertanyaan-pertanyaan dapat dikelompokan dalam beberapa jenis yaitu1. Pertanyaan tertutup yaitu, pertanyaan yang kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu oleh peneliti, responden tidak diberi kesempatan memberikan jawaban lain.2. Pertanyaan terbuka yaitu, pertanyaan yang boleh dijawab sendiri oleh responden.3. Kombinasi terbuka dan tertutup yaitu, pertanyaan yang diberikan kepada responden berupa pertanyaan kombinasi sebagaian jawaban sudah ditentukan oleh peneliti dan sebagian dapat dijawab sendiri oleh responden.4. Pertanyaan semi terbuka, yaitu jawabannnya sudah disusun tetapi masih kemungkinan penambahan jawaban.

2.13.4 Skala Pengukuran Kuisioner

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Ada beberapa jenis skala pengukuran yaitu (Firdaus, 2008):1. Skala Guttman

Adalah skala pengukuran yang digunakan bila peneliti ingin mendapat jawaban yang tegas yaitu ya-tidak, benar-salah dan lain-lain.

2. Semantik Deferential

Adalah skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik seseorang. Bentuknya tidak pilihan ganda atau ceklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontunue yang jawabannya sangat positifnya paling kanan dan sangat negatifnya paling kiri.yang didasarkan pada ranking, diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang yang lebih rendah atau sebaliknya.

3. Rating Schale

Adalah skala pengukuran dimana data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.4. Skala Likert

Adalah suatu interval pengukuran sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

2.14 Jenis Penelitian

Setiap penelitian harus menyajikan data yang telah diperoleh baik yang diperoleh melalui observasi, wawancara, kuisioner maupun dokumentasi. Prinsip dasar penyajian data adalah komunikatif dan lengkap dalam arti data yang disajikan dapat menarik perhatian pihak lain untuk membacanya dan mudah memahami isinya.Menurut Hasan (2003), ada beberapa jenis data menurut kriteria yang menyertainya baik menurut susunannya, sifatnya, waktu pengambilannya, sumber pengambilannya dan skala pengukurannya. Menurut sumber pangambilannya data dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu (Hasan, 2003):1. Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer disebut juga data asli atau data baru.2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber- sumber yang ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan peneliti yang terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia.

BAB II STUDI PUSTAKA

Studi pustaka merupakan ciri yang penting dalam penelitian ilmiah untuk mendapatkan data data yang dibutuhkan. Berikut penjelasan untuk tiap tiap tinjauan yang digunakan.

2.1 Peran JalanBerdasarkan Undang Undang 38 Tahun 2004 Tentang Jalan. Jalan memiliki peran yang sangat penting yaitu :1. Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran rakyat.2. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.3. Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia.

2.2 Kawasan StrategisBerdasarkan Perda No. 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Bali, Kawasan strategis adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Propinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/ atau lingkungan.

2.3 Gambaran Umum Kecamatan Nusa Penida2.3.1 Potensi WilayahPotensi dan kondisi ekonomi akan digunakan dalam melihat tingkat pertumbuhan penduduk serta kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan kendaraan dan selanjutnya untuk prediksi terhadap kebutuhan prasarana pada wilayah studi. Kondisi ekonomi dapat dilihat dari perkembangan PDRB melaluidua sektor yang paling dominan yaitu aktivitas sektor pertanian, dan aktivitas perdagangan, hotel dan restoran.PDRB Kabupaten Klungkung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku nilai PDRB sebesarRp. 3.347.198,61 juta, dan atas dasar harga konstan tahun 2000 sebesar Rp.1.467.352,42 juta. Data PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat perubahan struktur ekonomi suatu daerah dan untuk menghitung besarnya pendapatan per kapita dari penduduknya. Sedangkan, data PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena data ini mencerminkan pertumbuhan produksi barang dan jasa secara riil dari satu tahun ke tahun berikutnya. PDRB Kabupaten Klungkung dalam 3 tahun terakhir disajikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 PDRB Kabupaten KlungkungNoPDRB201020112012

IAtas dasar harga berlaku

1. Nilai PDRB (jt Rp.)2.748.354,593.022.786,713.347.198,61

2. Laju pertumbuhan (%)12,559,9910,73

3. PDRB per kapita (Rp.)16.115.317,4717.365.052,0819.121.058,25

IIAtas Dasar harga konstan tahun 2000

1. Nilai PDRB (jt Rp.)1.307.888,951.383.890,231.467.352,42

2. Laju pertumbuhan (%)5,435,816,03

3. DPRB per kapita(Rp.)7.668.968,857.950.056,758.382.332,33

Sumber: BPS Klungkung dalam Angka 2013

Pertumbuhan ekonomi Klungkung selama 2010-2012 adalah rata-rata sebesar 5,75 % per tahun. Selisih antara pertumbuhan ekonomi denga pertumbuhan penduduk merupakan cerminan makro dari kenaikan taraf kehidupan ekonomi masyarakat.Tahun 2012 pertumbuhan PDRB perkapita atas harga berlaku adalah 10,11%, sedangkan pertumbuhan tahun yang sama atas harga konstan tahun 2000 adalah 5,43% persen.Dilihat dari kontribusi masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB pada tahun 2010-2012 nampaknya sektor pertanian masih mendominasi. Distribusi persentase PDRB Kabupaten Klungkung dari sektor-sektor lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2010-2012 disajikan dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Distribusi persentase PDRB Kabupaten Klungkung atas harga berlakuNoLapangan Usaha201020112012

1Pertanian30,7729,2828,33

2Perdagangan, Hotel dan Restoran20,7721,3222,11

3Jasa-jasa15,8416,5516,63

4Industri pengolahan10,4010,249,89

5Bangunan7,688,018,43

6Pengangkutan dan komunikasi6,296,446,57

7Pertambangan3,633,473,26

8Keuangan persewaan dan jasa perusahaan2,993,022,99

9Listrik, Gas dan Air1,621,681,80

PDRB100,00100,00100,00

PDRB (juta rupiah)2.748.354,593.022.786,713.347.198,61

Sumber: BPS Klungkung Dalam Angka, 2013.

Berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku ada 2 sektor yang mempunyai peranan cukup besar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Klungkung yaitu: sektor pertanian,dan sektor perdangan, hotel dan restoran.

1) Sektor PertanianSektor pertanian menunjukkan peranan yang paling dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Klungkung. Kondisi ini menunjukkan bahwa struktur perekonomian Kabupaten Klungkung masih bercorak agraris. Peranan sektor pertanian terus mengalami penurunan dari tahun 2010 (30,77%), tahun 2011 (29,28%), dan tahun 2012(28,33%). Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya peranan sub sektor Tabama (Tanaman Bahan Makanan), dibandingkan tahun sebelumnya dimana terjadi penurunan luas panen dan produksi. Selain sub sektor Tabama, sub sektor perikanan juga mempunyai andil yang cukup besar dalam pembentukan PDRB sektor pertanian, karena kabupaten Klungkung mempunayai laut yang luas dimana produksi ikan laut cukup banyak. Selain ikan laut di Kabupaten Klungkung juga banyak menghasilkan rumput laut dari Kecamatan Nusa Penida yang diekspor ke luar negeri. Rumput laut merupakan setor andalan di kabupaten Klungkung, dengan produksi rata-rata disajikan dalam Tabel 2.3, berikut.

Tabel 2.3 Data produksi rumput laut Nusa PenidaTahunProduksi (ton)Nilai (Rp.)

2010101.514,699.939.014.000

2011106.951,4224.125.654.000

2012100.197,183.713.830.000

2013100.859,5118.462.865.000

Sumber: Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Bali, 2007-2013

Budidaya rumput laut saat ini sudah menjadi pekerjaan utama bagi masyarakat pesisir Utara Pulau Nusa Penida, hal ini karena permintaan rumput laut untuk memenuhi pasar ekspor cukup tinggi. Rumput laut kering dikirim ke Denpasar atau Surabaya, selanjutnya di ekspor ke negara-negara tujuan seperti Jepang, Cina, Taiwan, Australia, dan negara lainya. Sub sektor peternakan walaupun sumbangannya belum sebesar sub sektor perikanan, tetapi sub sektor ini juga memberikan andil dalam pembentukan PDRB sektor pertanian. Peternakan yang banyak di Kabupaten Klungkung, khususnyadi kecamatan Nusa Penida adalah ternak sapi dan babi.

2) Sektor perdagangan, Hotel dan RestoranSektor perdagangan, hotel dan restoran menduduki urutan ke dua, dimana peranannya cendrung terus meningkat, pada tahun 2010 kontribusinya 20,77%, tahun 2011 meningkat menjadi 21,32%, dan tahun 2012 menjadi 22,11%. Sub sektoryang mendukung sektor ini adalah sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub sektor restoran/rumah makan, sedangkan sub sektor hotel memberikan sumbangan paling rendah. Tingginya share sub sektor perdagangan disebabkan karena kabupaten Klungkung memiliki pasara Galiran yang merupakan sentra perekonomian di Bali bagian Timur. Bahkan pedagang dari Denpasar banyak yang bertransaksi secara grosir di pasar Galiran. Hotel memberikan share yang terendah karena jumlah hotel di kabupaten Klungkung sangat sedikit.

2.3.1 Infrastruktur TransportasiSistem jaringan jalan yang terdapat di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung terdiri dari 2 (dua) klasifikasi jalan berdasarkan penanganannya, yaitu jalan kabupaten dan jalan-jalan desa yang berfungsi lokal. Struktur jaringan jalan saat ini di Kecamatan tersebut diperlihatkan pada Gambar 2.1. Secara garis besar bahwa sistem jaringan jalan lingkar hanya berkembang di bagian Utara dan Timur pulau Nusa Penida yang relatif datar. Sedangkan, wilayah Barat dan Selatan yang berbukit-bukit, jaringan jalan belum begitu berkembang. Pembangunan jalan yang menyusuri pantai di wilayah ini belum ada sama sekali. Namun beberapa ruas jalan penghubung antar-desa telah mencapai pantai barat dan Selatan.

Gambar 2.1 Peta Jaringan Jalan Di Kecamatan Nusa PenidaSumber : Dinas Pu Bina Marga Kabupaten Klungkung, 2012Tabel 2.4 Data Ruas Jalan di Kecamatan Nusa Penida, Klungkung - BaliNo. UrutNo. RuasNama Ruas JalanKlasifikasi RuasPanjang(Km)Keterangan

1156Telaga KlumpuJJS5,0Jln. Kab.

2157Kutampi Ptg. BatukandikLU12,4Jln. Kab.

3158Ptg. Batukandik SekartajiLU8,1Jln. Kab.

4159Ptg. Batukandik BatukandikLU2,6Jln. Kab.

5160Ptg. Batumadeg BatukandikLU4,1Jln. Kab.

6161Ambengan PelilitLU4,3Jln. Kab.

7162Caruban SekartajiLU8,1Jln. Kab.

8167Toyapakeh SuanaLU18,0Jln. Kab.

9168Toyapakeh SebunibusLU3,4Jln. Kab.

10169Klumpu SaktiLU9,0Jln. Kab.

11170Ptg. Klumpu Ptg. BatumadegLU3,0Jln. Kab.

12171Ptg. Batumadeg SebuluhLU4,2Jln. Kab.

13172Suana SoyorLU10,0Jln. Kab.

14173Jungutbatu LembonganPAR12,9Jln. Kab.

15180Tanglad WatesLU5,0Jln. Kab.

16190Pondokhe SenangkaLU7,6Jln. Kab.

17191Sekartaji SedehingLU4,0Jln. Kab.

18192Suana KarangLU9,0Jln. Kab.

19201Ponjok JurangbatuLU6,6Jln. Kab.

20202Lembongan Tjg SanghyangLU1,3Jln. Kab.

21214Batukandik GuyanganLU6,0Jln. Kab.

22286Mentigi Geria TengahLU4,3Jln. Kab.

23287Pejukutan GepuhLU8,0Jln. Kab.

24288Paku DungkapLU6,5Jln. Kab.

25289Prapat KlumpuLU7,7Jln. Kab.

26290Sakti PenidaLU4,6Jln. Kab.

27291Tulad TiaganLU6,3Jln. Kab.

No. UrutNo. RuasNama Ruas JalanKlasifikasi RuasPanjang(Km)Keterangan

28292Ceningan Kawan Ceningan KanginLU3,0Jln. Kab.

29293Karang AtuhLU3,1Jln. Kab.

30294Bunga Mekar Pura KalibunLU6,0Jln. Kab.

31295Penangkidan Pasih UugLU4,5Jln. Kab.

32296Sental Kawan Sental KanginLU6,5Jln. Kab.

33297Pendem IsehLU8,0Jln. Kab.

34298Bunga Mekar SompangLU4,0Jln. Kab.

35299Kutapang MaosLU2,0Jln. Kab.

36300Br. Bodong Br. PendemLU4,0Jln. Kab.

37301Pelilit AtuhLU1,7Jln. Kab.

38302Calik SalangLU3,1Jln. Kab.

39303Behu Bunga MekarLU1,1Jln. Kab.

40304Pikat SompangLU6,0Jln. Kab.

JUMLAH235,0Jln. Kab.

Sumber: Surat Pernyataan Bupati Klungkung No.: 620/06/2008, tgl. 6 Okt 2008

Permasalah umum lalu lintas di Nusa Penida, dalam keterkaitan dan hubungan antar dan intra wilayah, khususnya antar desa, ada kesenjangan sistem jaringan jalan antara Nusa Penida Utara dan Timur dengan Nusa Penida Barat dan Selatan. Hal ini jelas terlihat baik dari status, fungsi jalan, panjang jalan, kondisi perkerasan serta geometrik dan beban lalu lintasnya. Ketimpangan ini diperjelas dari aspek pelayanan jalan dimana sistem jaringan jalan di Nusa Penida bagian Utara dan Timur relatif padat dengan permasalahan lalulintas yang juga lebih banyak dan krusial. Permasalahan ini timbul sebagai hasil dari besarnya tarikan perjalanan (Trip Atraction) dan produksi perjalanan (Trip Production) yang diakibatkan oleh keberadaan 7 (tujuh) pelabuhan di bagian wilayah ini. Sedangkan Nusa Penida Barat dan Selatan dengan jaringan jalan yang jarang dan permasalahan lalu lintas yang lengang dengan jarak tempuh yang sangat panjang dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat setempat. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan Tim Feasibility Study (FS) Jalan Lingkar Nusa Penida dari Universitas Udayana th. 2014 terhadap lokasi dan distribusi jaringan eksisting, tampak bahwa kebutuhan pengadaan infrastruktur jalan sangat mendesak dalam pemerataan pengembangan wilayah Kecamatan Nusa Penida khususnya, yang tentunya harus didukung oleh alternatif solusi lainnya secara terpadu seperti pengembangan sistem angkutan umum dan manajemen lalu lintas. Untuk percepatan proses pertumbuhan perekonomian wilayah Nusa Penida, serta dalam upaya pemerataan pembangunan, diperlukan peningkatan aksesibilitas diantaranya dengan menyediakan prasarana jalan yang representatif dan memadai menghubungkan langsung antar desa, sehingga aksesibitas menjadi relatif sama.Jalan Lingkar Nusa Penida merupakan jaringan jalan kolektor yang mendesak untuk ditingkatkan berdasarkan arahan RTRWP Bali dan RTRW Kabupaten Klungkung untuk menghubungkan dan melayani transportasi wilayah secara merata. Pembangunan jalan ini dimaksudkan untuk: 1) meningkatkan dan pemerataan pembangunan wilayah Nusa Penida.2) pelayanan lalu lintas yang semakin tinggi volumenya, khususnya pada jaringan jalan Ibu Kota Kecamatan (IKK).3) memperbaiki jari-jari tikungan yang tajam dan mengurangi besar landai jalan, sehingga perjalanan menjadi lebih nyaman. 4) menunjang pengembangan sistem transportasi jalan raya yang sekaligus mendukung Rencana Pengembangan Wilayah Nusa Penida sebagai Daerah Tujuan Wisata.Dengan demikian pembangunan jalan lingkar Nusa Penida pada hakekatnya adalah pemerataan pembangunan dan pengembangan wilayah untuk mengantisipasi masa depan Nusa Penida yang memiliki banyak objek-objek wisata menarik di sepanjang pantai Nusa Penida dan sangat potensial untuk dikembangkan dalam rangka menyejahterakan masyarakat.

2.4 Metode Analytical Hirarchy Process (AHP)Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor faktor persepsi, preferensi, pengalaman dan intuisi. AHP menggabungkan penilaian penilaian dan nilai nilai pribadi ke dalam satu cara yang logis.

Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat menyelesaikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Masalah yang kompleks dapat di artikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria),struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia. Menurut Saaty, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipersentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari :1. Reciprocal Comparison, yang mengandung arti si pengambil keputusan harus bisa membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Preferensinya itu sendiri harus memenuhi syarat resiprokal yaitu kalau A lebih disukai dari B dengan skala x, maka B lebih disukai dari A dengan skala .2. Homogenity, yang mengandung arti preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen- elemennya dapat dibandingkan satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dapat dipenuhi maka elemen-elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogenous dan harus dibentuk suatucluster (kelompok elemen- elemen) yang baru.3. Independence, yang berarti preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif- alternatif yang ada melainkan oleh objektif secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan atau pengaruh dalam model AHP adalah searah keatas, Artinya perbandingan antara elemen-elemendalam satu level dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen dalam level di atasnya.4. Expectations, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka si pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria dan atau objektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.Tahapan tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya adalah sebagai berikut :1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif - alternatif pilihan yang ingin di rangking.3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatas. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat-tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.6. Mengulangi langkah, 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintetis pilihan dalam penentuan prioritas elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0,100 maka penilaian harus diulangi kembali.

2.4.1 Prinsip Dasar Analytic Hierarchy Process (AHP)Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain :1. DecompositionPengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang utuh menjadi unsur unsurnya ke bentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsur unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak dipecahkan. Struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki complete. Bentuk struktur dekomposisi yakni :Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal) Tingkat kedua : Kriteria kriteriaTingkat ketiga : Alternatif alternatif

Tujuan

Kriteria I Kriteria II Kriteria III Kriteria N

Alternatif I Alternatif II Alternatif M

95Gambar 2.2 Struktur Hirarki

Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses pemecahannya dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur tertentu.

2. Comparative Judgement

Comparative judgement dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen elemennya. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparisons yaitu matriks perbandingan berpasangan memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk tiap kriteria. Skala preferensi yang digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menujukkan tingkatan paling tinggi (extreme importance).

3. Synthesis of PrioritySynthesis of priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur unsur pengambilan keputusan.

4. Logical ConsistencyLogical consistency merupakan karakteristik penting AHP. Hal ini dicapai dengan mengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai tingkatan hirarki dan selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan.

2.4.2 Penyusunan PrioritasSetiap elemen yang terdapat dalam hirarki harus diketahui bobot relatifnya satu sama lain. Tujuan adalah untuk mengetahui tingkat kepentingan pihak pihak yang berkepentingan dalam permasalahan terhadap kriteria dan struktur hirarki atau sistem secara keseluruhan.

Langkah pertama dilakukan dalam menentukan prioritas kriteria adalah menyusun perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarki. Perbadingan tersebut kemudian ditransformasikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan untuk analisis numerik.Misalkan terhadap sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n alternatif dibawahnya, sampai . Perbandingan antar alternatif untuk sub sistem hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matris n x n, seperti pada dibawah ini.

Tabel 2.1 Matriks Perbandingan Berpasangan

C

::::

Nilai adalah nilai perbandingan elemen (baris) terhadap (kolom)

yang menyatakan hubungan :

a. Seberapa jauh tingkat kepentingan (baris) terhadap kriteria C

dibandingkan dengan (kolom) atau

b. Seberapa jauh dominasi (baris) terhadap (kolom) atau

c. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada (baris) dibandingkan dengan (kolom).

Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty, seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 2.2 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan

Tingkat

KepentinganDefinisiKeterangan

1Sama

PentingnyaKedua elemen mempunyai pengaruh yang sama.

3Agak lebihpenting yang satuatas lainnyaPengalaman dan penilaian sangat memihak satu

elemen dibandingkan dengan pasangannya.

5cukup pentingPengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaanatas satu aktifitas lebih dari yang lain

7Sangat pentingPengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaanyang kuat atas satu aktifitas lebih dari yang lain

9Mutlak lebih

pentingSatu elemen mutlak lebih disukai dibandingkan

dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan tertinggi.

2,4,6,8nilai tengahdiantara dua nilai keputusan yang berdekatanBila kompromi dibutuhkan

ResiprokalKebalikanJika elemen i memiliki salah satu angka dari skala

perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty ketika dibandingkan dengan elemen j, maka j memiliki kebalikannya ketika dibandingkan dengan elemen i

rasiorasio yangdidapat langsung dari

pengukuran

Seorang decision maker akan memberikan penilaian, mempersepsikan ataupun memperkirakan kemungkinan dari suatu hal/peristiwa yang dihadapi. Penilaian tersebut akan dibentuk kedalam matriks berpasangan pada setiap level hirarki.

Contoh Pair Wise Comparison Matrix pada suatu level of hierarchy, yaitu :

[ ]Baris 1 kolom 2 : Jika K dibandingkan L, maka K sedikit lebih penting/cukup penting dari L yaitu sebesar 3, artinya K moderat pentingnya daripada L, dan seterusnya.

Angka 3 bukan berarti bahwa K tiga kali lebih besar dari L, tetapi K moderat importance dibandingkan dengan L, sebagai ilustrasi perhatikan matriks resiprokal berikut ini :

[ ]Membacanya/membandingkannya, dari kiri ke kanan. Jika K dibandingkan dengan L, maka L very strong importance daripada K dengan nilai judgement sebesar 7. Dengandemikian pada baris 1 kolom 2 diisi dengan kebalikan dari 7 yakni . Artinya, K

dibanding L maka L lebih kuat dari K.

Jika K dibandingkan dengan M, maka K extreme importance daripada M dengan nilai

judgement sebesar 9. Jadi baris 1 kolom 3 diisi dengan 9, dan seterusnya.

2.2.2 Eigen value dan Eigen vector

Apabila pengambil keputusan sudah memasukkan persepsinya atau penilaian untuk setiap perbandingan antara kriteria kriteria yang berada dalam satu level (tingkatan) atau yang dapat diperbandingkan maka untuk mengetahui kriteria mana yang paling disukai atau paling penting, disusun sebuah matriks perbandingan disetiap level (tingkatan).

Untuk melengkapi pembahasan tentang eigen value dan eigen vector maka akan diberikan definisi definisi mengenai matriks dan vector.

1. Matriks

Matriks adalah sekumpulan elemen berupa angka/simbol tertentu yang tersusun dalam baris dan kolom berbentuk persegi. Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital ditebalkan (misal matriks A, dituliskan dengan A). Sebagai contoh matriks, perhatikan tabel yang memuat informasi biaya pengiriman barang dari 3 pabrik ke 4 kota berikut ini:

Tabel 2.3 Biaya Pengiriman Barang dari Pabrik ke Kota

PabrikKota

Kota

1Kota

2Kota

3Kota

4

Pabrik 15214

Pabrik 22365

Pabrik 37632

Tabel ini jika disajikan dalam bentuk matriks akan menjadi seperti berikut:

[ ]

Matriks A memiliki tiga baris yang mewakili informasi Pabrik (1, 2, dan 3) dan empat kolom yang mewakili informasi Kota (1, 2, 3, dan 4). Sedangkan informasi biaya pengiriman dari masing masing pabrik ke tiap tiap kota, diwakili oleh perpotongan baris dan kolom. Sebagai contoh, perpotongan baris 1 dan kolom 1 adalah 5, angka 5 ini menunjukkan informasi biaya pengiriman dari pabrik 1 ke kota1, dan seterusnya.

Secara umum, bentuk matriks A dapat dituliskan seperti berikut:

[ ]

dimana, pada notasi elemen matriks, angka sebelah kiri adalah informasi baris sedangkan angka di kanan adalah informasi kolom, contoh a23 berarti nilai yang diberikan oleh baris ke dua dan kolom ke tiga. Jika informasi baris dinotasikan dengan m dan informasi kolom dengan n maka matriks tersebut berukuran (ordo) . Matriks dikatakan bujur sangkar (square matrix) jika Dan skalar skalarnya berada di baris ke-i dan kolom ke-j yang disebut (ij) matriks entri.

2. Vektor dari n dimensi

Suatu vector dengan n dimensi merupakan suatu susunan elemen elemen yang teratur berupa angka angka sebanyak n buah, yang disusun baik menurut baris, dari kiri ke kanan (disebut vektor baris atau Row Vector dengan ordo ) maupun menurut kolom, dari atas ke bawah (disebut vektor kolom atau Colomn Vector dengan ordo ). Himpunan semua vektor dengan n komponen dengan entri riil dinotasikan dengan .

3. Eigen value dan Eigen Vector

Definisi : Jika A adalah matriks maka vector tak nol x di dalam dinamakan

Eigen Vector dari A jika Ax kelipatan skalar , yakni

Ax =

Skalar dinamakan eigen value dari A dan x dikatakan eigen vektor yang bersesuaian dengan . Untuk mencari eigen value dari matriks A yang berukuran n x n maka dapat ditulis pada persamaan berikut :Ax =

Atau secara ekivalen

(I A)x = 0

Agar menjadi eigen value, maka harus ada pemecahan ta