Bed Occupancy Rate
-
Upload
yenira-fitriani -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
description
Transcript of Bed Occupancy Rate
Bed Occupancy Rate (BOR) dan Pengembangan Rumah Sakit Di Sulawesi Barat.September 2, 2010 1 Komentar
Polewali Mandar Sulawesi Barat.–Dengan melihat data yang ada, setidaknya BOR RSUD Mamuju (46.6%), dengan mencoba memprediksi peningkatan pasien rawat inap dengan pemakaian tempat tidur tiap tahun 10%, setidaknya dibutuhkan 4-5 tahun kedepan untuk pengembangan sarana-prasarana yang berhubungan dengan penggunaan tempat tidur. Apalagi RSUD Mamaju ini baru Type D —– kadang orang-orang propinsi mengklaim telah Type C, namun yang tercatat di Depkes RI adalah Type D.—— setidaknya RSUD Mamaju ini harusnya lebih diprioritaskan untuk dikembangkan menjadi Type C, sehingga 4-5 tahun ke depan RSUD Mamaju bisa berkembang menjadi Type C. Artinya dari data BOR saja RSUD Mamaju Baru Bisa menjadi type C ditahun 2015. Pada tahun 2015 ini pelayanan sesuai standar berupa pengembangan manajemen dan administrasi, pelayanan Medik, Pelayanan keperawatan, medical record dan Pengembangan Unit Gawat darurat, sebenarnya sudah cukup dan layak untuk setingkat Propinsi Sulawesi Barat yang masih baru sampai tahun 2020. Artinya seiring dengan pengembangan RSUD Mamuju, Pengembangan Rumah Sakit Regional yang dipusatkan di ibu Kota Propinsi Baru bisa Maksimal operasionalnya nanti di tahun 2020.
Di Propinsi Sulawesi Barat sampai dengan tahun 2010 telah ada 6 Rumah Sakit, dari 6 Rumah Sakit ini 5 merupakan Rumah Sakit Daerah Kabupaten dan 1 merupakan rumah sakit vertikel depkes RI namun masih dalam pengelolaan Pemerintah Propinsi Sulawesi Barat, masing-masing rumah sakit tersebut adalah
1. Rumah Sakit Umum Daerah Polewali Mandar rumah sakit tertua di Propinsi Sulawesi Barat
2. Rumah Sakit Umum Daerah Majene
3. Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju
4. Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju Utara yang baru beroperasi ditahun 2008
5. Rumah Sakit Umum Daerah Mamasa yang beroperasi ditahun 2008
6. Rumah Sakit Regional Propinsi Sulawesi Barat yang berkedudukan di Mamuju dan baru beroperasi ditahun 2008.
Banyak indikator untuk menilai keberadaan suatu Rumah Sakit, salah satunya adalah Bed Occupancy Rate dan selanjutnya disingkat “BOR” yaitu jumlah atau tingkat Pemakaian Tempat Tidur Rumah Sakit atau dapat memberikan gambaran tinggi-rendahnya penggunaan tempat tidur suatu rumah sakit, disamping itu juga BOR dapat digunakan untuk perencanaan pembangunan dan pengembangan suatu rumah sakit. BOR dihitung dengan rumus jumlah total hari perawatan
dari keseluruhan pasien rawat inap dalam setahun dibagi dengan jumlah tempat tidur yang ada, hasilnya dibagi dengan jumlah hari dalam tahun dan dinyatakan dalam presentase. BOR yang Ideal untuk suatu rumah sakit adalah 60-80%. Presentase Pemakaian tempat Tidur Rumah Sakit di Propinsi Sulawesi Barat bersumber data profil kesehatan Propinsi Sulawesi Barat tahun 2009 dapat diperlihatkan pada gambar dibawah ini.
Bed Occupancy Rate (BOR) Rumah Sakit di Propinsi Sulawesi Barat
Bed Occupancy Rate (BOR) yang tertinggi Rumah Sakit di Propinsi Sulawesi Barat adalah Rumah Sakit Umum Polewali Mandar. BORnya telah berada diatas nilai Ideal (60-80%) yaitu sebesar 87.2 % artinya penggunaan tempat tidur dari Rumah Sakit Umum Daerah Polewali telah berada diatas ambang riskan bila terjadi peningkatan jumlah pasien rawat inap karena wabah, Kejadian Luar Biasa penyakit atau peristiswa-peristiwa kesakitan yang mendadak membutuhkan rawat inap. Karena apabila terjadi dipastikan Rumah Sakit Umum Polewali tidak akan menampung jumlah pasien-pasien tersebut sehingga pasien-pasien tersebut beresiko tidak tertolong, mengakibatkan kecatatan dan kematian, setidaknya menurut Flether (2008) dapat mengakibatkan Death (kematian), Disease (penyakit bertambah parah), Disability (kecacatan), Discomfort (kekurang-nyamanan), Dissatisfaction (kekurang-puasan), dan Destitution (kemelaratan).
Sebaliknya Rumah Sakit yang nilai BORnya telah berada diantara nilai Ideal hanya Rumah Sakit Umum Daerah Majene Kabupaten Majene (70.4%). Posisi ini adalah posisi yang aman dalam hal penggunaan tempat tidur. Yang menjadi Pertanyaan Besar adalah BOR dari Rumah Sakit Umum Mamuju Kabupaten Mamuju—— Kalau Rumah Sakit Umum Mamuju Utara bisa di maklumi karena BOR yang rendah (1.6) karena pada tahun 2008, merupakan tahun pertama pengoperasionalnya ( Rumah Sakit Umum Baru)————– BOR Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju hanya 46.6% artinya tempat tidur yang disediakan oleh Rumah Sakit Umum Daerah
Mamuju masih banyak yang tidak di pergunakan . Suatu Pertanyaan Besar perlu tidaknya Rumah Sakit Umum daerah Mamuju ini dikembangkan atau memaksimalkan potensi yang telah ada, setidaknya penggunaan tempat tidur dan sarana-prasarana pendukung dan penunjang penggunaan tempat tidur. Khusus untuk pembangunan Rumah Sakit Regional Sulawesi Barat yang dibangun di Mamuju dan keberadaan Rumah sakit Umum Daerah Mamuju kalau dilihat secara geografis, dalam hal penerimaan pasien rujukan sangatlah mustahil menerima rujukan pasien dari Mamuju Utara karena kedekatan Mamuju Utara dengan Kota Palu Sulawesi Tengah. Begitu pula halnya rujukan pasien dari Majene sangat jauh lebih dekat ke RSUD Polewali, Demikian juga dengan RSUD Mamasa, apalagi pasien-pasien yang berasal dari Kabupaten Polewali Mandar, akan lebih nyaman merujuk pasien ke Rumah Sakit Umum dr. Wahiddin Sudirohusodo Makassar dari pada merujuk ke Rumah Sakit yang ada di Mamuju.
Pada suatu waktu di akhir tahun 2008, saya (penulis) bersama dr. Achmad Azis M.Kes yang sekarang menjabat Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Barat, berdiskusi tentang pengembangan Rumah Sakit di Propinsi Sulawesi Barat dan melihat pola rujukan pasien yang ada di wilayah Sulawesi Barat, kami sepakat tentang pola atau kecenderungan rujukan pasien tersebut. Tetapi ketika bertemu dengan Bapak Gubernur Sulawesi Barat dan mempresentasekan Pengembangan rumah Sakit di Sulawesi Barat, diruang kerja sang Gubernur, keinginan politik mementahkan pola kecederungan rujukan pasien tersebut.
Kecendeungan Rujukan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit yang Berada di Wilayah Propinsi Sulawesi Barat
Kalau diperhatikan data Bed Occupancy Rate (BOR) Rumah Sakit Umum Daerah Yang ada di Propinsi Sulawesi Barat ini sebenarnya Rumah Sakit Umum Daerah Polewali Mandar merupakan prioritas Pemerintah Propinsi Sulawesi Barat untuk mendapatkan pengembangannya.
Pengembangan Rumah Sakit dalam pengertian Pengembangan Rumah Sakit itu sendiri yang diarahkan pada peningkatan kualitas layanan atau pengembangan pembangunan rumah sakit baru. dalam pengertian diwilayah kabupaten Polewali Mandar memungkinkan untuk dibangun Rumah Sakit Baru baik Negeri maupun swasta.
Untuk rumah Sakit Umum Polewali Mandar, Pengembangan Rumah Sakit lebih diarahkan pada pengembangan indicator pelayanan kualitas suatu Rumah Sakit diantaranya :
1. Pengembangan penataan manajemen dan administrasinya2. Pengembangan pelayanan Medik
3. Pengembangan Pelayanan keperawatan
4. Pengembangan Penataan medical record
5. Pengembangan Pelayanan Unit Gawat darurat.
Permasalahan yang muncul dalam pengembangan rumah sakit Umum Polewali Mandar adalah seiring dengan peningkatan kualitas rumah sakit Umum Polewali yang sekarang telah berada pada Type C Plus artinya Rumah Sakit yang layak untuk dikembangkan menjadi Rumah Sakit Dengan Type B, adalah Penanganan pasien lebih diprioritaskan pada pasien-pasien dengan komplikasi dan atau penyakit –penyakit yang hanya dapat dilayani oleh tenaga medic dan keperawatan spesialis.
Sementara penyakit-penyakit umum yang membutuhkan rawat inap cenderung tidak dilayani secara maksimal pada rumah sakit Umum dengan Type C plus —– setidaknya itu yang terlihat pada rumah sakit Umum Polewali Mandar saat ini——— ini artinya secara alamiah seiring dengan peningkatan status rumah sakit Umum Polewali Mandar, perlu dikembangkan dibangun pula Rumah Sakit Baru dengan type D atau type C, sehingga penyakit-penyakit yang bersifat umum namun kritis dapat di layani di rumah sakit yang baru dengan pelayanan standar pelayanan medic dan keperawatan umum. Namun sayang sekali pengembangan rumah sakit baru di Kabupaten Polewali Mandar lebih cenderung diarahkan pada pengembangan rumah sakit di Ibu Kota Propinsi Sulawesi Barat, jelas-jelas sangat tidak sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan yang yang berkembang di masyarakat.
Mamuju yang merupakan ibu Kota Propinsi Sulawesi Barat sekarang ditahun 2009-2010 disamping Pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju dikembangkan Pula Rumah
Sakit Umum Propinsi Sulawesi Barat, yang katanya merupakan Cikal Bakal menjadi Rumah Sakit Regional di Propinsi Sulawesi Barat berstandar Type B. Suatu hal yang tidak masuk akal pengembangan rumah sakit dengan tidak memperhatikan pola perkembangan rumah sakit yang didasarkan pada pola kunjungan pasien rawat inap dan pola penyakit yang ada pada suatu wilayah, tetapi hanya didasarkan keinginan politik bahwa di Ibu Kota Propinsi harus ada Rumah Sakit Regional dan rumah sakit yang telah ada (RSUD Mamuju) harus terus ditingkatkan sarana-prasarananya walaupun sarana dan prasarana tersebut tidak digunakan oleh pasien sebagaimana yang diperlihatkan cakupan pemakaian tempat tidur RSUD Mamuju yang hanya 46.6 %. Dan juga diperlihatkan Rumah Sakit Regional yang sarana-prasarana cerba “wah” tetapi tidak digunakan oleh pasien.
Rumah Sakit Umum Polewali Seharusnya menjadi Rumah Sakit Rujukan di Propinsi Sulawesi Barat
Dengan melihat data yang ada setidaknya BOR RSUD Mamuju (46.6%) dengan mencoba memprediksi peningkatan pasien rawat inap dengan pemakaian tempat tidur tiap tahun 10%, setidaknya dibutuhkan 4-5 tahun kedepan untuk pengembangan sarana-prasarana yang berhubungan dengan penggunaan tempat tidur. Apalagi RSUD Mamaju ini baru Type D —– kadang orang-orang propinsi mengklaim telah Type C, namun yang tercatat di Depkes RI adalah Type D.—— setidaknya RSUD Mamaju ini harusnya lebih diprioritaskan untuk dikembangkan menjadi Type C, sehingga 4-5 tahun ke depan RSUD Mamaju bisa berkembang menjadi Type C. Artinya dari data BOR saja RSUD Mamaju Baru Bisa menjadi type C ditahun 2015. Pada tahun 2015 ini pelayanan sesuai standar berupa pengembangan manajemen dan administrasi, pelayanan Medik, Pelayanan keperawatan, penataan medical record dan Pelayanan Unit Gawat darurat, sebenarnya sudah cukup dan layak untuk setingkat Propinsi Sulawesi Barat yang masih baru sampai tahun 2020. Artinya Pembangunan Rumah Sakit Regional yang dipusatkan di ibu Kota Propinsi Baru bisa Maksimal operasionalnya nanti di tahun 2020.
Jadi Pembangunan Rumah Sakit Umum Regional Propinsi Sulawesi Barat yang sudah berjalan atau masuk tahun ke dua (dimulai tahun 2008) dengan sarana dan prasarana yang serbah “WAH” akan sia-sia, mubazir, padahal umur pakai sarana peralatan kesehatan medic hanya berkisar 5-10 tahun, akan hancur sebelum digunakan.
Saya hanya bisa membayangkan adaikan alat-alat kesehatan yang telah ada di Rumah Sakit yang katanya regional Mamuju Tersebut, Alat-Alat Kesehatan medicnya dipindahkan di Rumah Sakit Umum Polewali, yang sekarang ini (tahun 2010) sementara dalam taraf pengembangan (Tambahan pembangunan beberapa Gedung rawat Inap) setidaknya bisa menyelamatkan alat-alat kesehatan medic tersebut hancur sebelum digunakan. Tetapi saya kira hal tersebut tidak akan terjadi. Wallahu a’lam
—————————————————————-
Baca juga tulisan Terkait
1. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Polewali Mandar tahun 2009 2. Pemeriksaan Kesehatan Calon Haji Langgar Aturan Menkes.
3. Status Pelayanan RSUD Polewali Mandar.
4. Gambaran Kesehatan Masyarakat Mamasa Prop. Sulawesi Barat
5. Ringkasan Rencana RSUD Polewali Ke Type B
6. Tragedi Kemanusiaan Kambacong dan Efisiensi Pelayanan Kesehatan
7. RUMAH SAKIT KIA ”IBU AGUNG” SIAP BEROPERASI
——————————————————-
Blogger @arali2008
Opini dari Fakta Empiris Seputar Masalah Epidemilogi Gizi dan Kesehatan di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat.Tentang iklan-iklan ini