Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

20
Syihabuddin. Beberapa Permasalahan Penerapan Paten... Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk Membangun Sistem Paten Indonesia yang Efektif, Wajar, dan Reallstis Syihabuddin Abstract On August 1, 2001 the government ratified Law No 14 2001 concerning Patent in place of the previous Law. in fact, there is nothing wrong with Indonesian Patent Law. Unfortunately, the implementation of such law still face various obstacles. The following article will highlight problems in implementing patent in Indonesia, and efforts to establish an effective, genuine, and realistic patent system. Pendahuluan Dalam lima tahunan terakhir, Hak bersama. Kedua, meningkatnya kemajuan Kekayaan Intelektual (HKI)' —termasuk paten, industri yang diikuti dengan adanya integrasi mengalami perkembangan menonjol dan industri dan perdagangan secara menyeluruh. mendapat perhatian yang sangat besar dari Ketiga, adanya usaha dari Pemerintah untuk masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia. meningkatkan ekspor non-mlgas. Keempat, Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara adanya usaha dari Pemerintah untuk memajukan lain: Pertama, meningkatnya kecepatan industri dalam negeri, baik industri kecil penemuan-penemuan di bidang teknologi, maupun industri menengah yang lebih antara lain meliputi teknologi elektronik, menyerap tenaga kerja. Ke/zma, adanya telekomunikasi dan transportasi yang globalisasi perlindungan di bidang HKI mempermudah dan mempercepat Jaju sebagai dampak dari ditandatanganinya perdagangan internasionai, bahkan telah PersetujuanPutaran Uruguay yang mencakup menempatkan dunia sebagai pasar tunggal perjanjian di bidang TRIPs. ^ 'istllah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) meriglkuti rumusan resmi yang dipergunakan dalam UU No 14 Tahun 2001 tentang Paten. ^Emawati Junus.Terubahan alas Undang-undang Paten Tahun 1989." JumalHukum Bisnls. Volume 21 1997, Him. 43. 137

Transcript of Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

Page 1: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

Syihabuddin. Beberapa Permasalahan Penerapan Paten...

Beberapa Permasalah Penerapan Patendan Upaya untuk Membangun

Sistem Paten Indonesia yang Efektif,Wajar, dan Reallstis

Syihabuddin

Abstract

On August 1, 2001 the government ratified Law No 14 2001 concerning Patent in placeofthe previous Law. in fact, there is nothing wrong with Indonesian PatentLaw. Unfortunately,the implementation ofsuch law still face various obstacles. The following article willhighlight problems in implementing patent in Indonesia, and efforts to establish aneffective, genuine, andrealistic patent system.

Pendahuluan

Dalam lima tahunan terakhir, Hak bersama. Kedua, meningkatnya kemajuanKekayaan Intelektual (HKI)' —termasuk paten, industri yang diikuti dengan adanya integrasimengalami perkembangan menonjol dan industri dan perdagangan secara menyeluruh.mendapat perhatian yang sangat besar dari Ketiga, adanya usaha dari Pemerintah untukmasyarakat Indonesia dan masyarakat dunia. meningkatkan ekspor non-mlgas. Keempat,Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara adanya usaha dari Pemerintah untuk memajukanlain: Pertama, meningkatnya kecepatan industri dalam negeri, baik industri kecilpenemuan-penemuan di bidang teknologi, maupun industri menengah yang lebihantara lain meliputi teknologi elektronik, menyerap tenaga kerja. Ke/zma, adanyatelekomunikasi dan transportasi yang globalisasi perlindungan di bidang HKImempermudah dan mempercepat Jaju sebagai dampak dari ditandatanganinyaperdagangan internasionai, bahkan telah PersetujuanPutaran Uruguay yang mencakupmenempatkan dunia sebagai pasar tunggal perjanjian di bidang TRIPs. ^

'istllah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) meriglkuti rumusan resmi yang dipergunakan dalam UU No 14Tahun 2001 tentang Paten.

^Emawati Junus.Terubahan alas Undang-undang Paten Tahun 1989." JumalHukum Bisnls. Volume 211997, Him. 43.

137

Page 2: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

Sejaktahun2000.masalah HKI memasukisatufasebam yang penting dilihatdari perjalananwaktu. Semua negara. kecuali negaraterbelakang {feast-devefopedcountries) memikulkewajiban sehubungan dengan keterikatanmereka pada kesempatan-kesempatanintemasionai yang sudah disepakati abad ke-19.3

Dalam bidang paten, Indonesia telahmeratifikasi beberapa konvensi intemasionai,yaitu Konvensi Paris,Paten Cooperation Treaty, dan Persetujuan TRiPs. Indonesiaberkewajiban untuk mengimplementaslkankonvensi-konvensi tersebut dalam hukum

nasionainya. Dalam konteks perundang-undangan, komitmen Indonesia tidak perludlragukan. Sampai saat ini, setidaknya terdapat21 (dua puluh satu) peraturan, balk dalambentuk Undang-undang, KeputuSan Presiden,Peraturan Pemerintah, Keputusan Menterimaupun Surat Edaran Menteri.^ Denganseperangkat hukum tersebut, semestlnyaIndonesia siap untuk membangun sistem

paten yang modem.Tetapl sayang, perangkatdan pemberlakuan hukum yang ada tidakdliringi dengan law enforcementyang balk.

Keadaan ini tidak hanya terjadi dalambidang paten saja, tetapi juga HKI lainnya,sehingga tidak mengherankan bila dalamsebuah seminar di Jakarta, Henessy pakarhukum TRIPs dari Franklin Pierce Law Centre

dan Scott M. Martin Wakli Presiden Paramount

Pictures sempat berkomentar negatif. Merekamengatakan bahwa UU HKI Indonesia sudahbaik, tetapi dilihat dari fakta dan praktikpembajakan yang terjadi, peraturan yang adasungguh tidak berjalan efektif.^

Untuk mengatasi masalah tersebut,diperlukan kajian mendalam dalam upayauntuk membangun sistem paten padakhususnya dan HKI pada umumnya. Beiikutini akan dibahas beberapa permasalahanpenerapan sistem paten di Indonesia disertaiupaya untuk membangun sistem paten yangefektif, wajar, dan realistis.

'A. Zein Umar Purba. "Peta MutakhirHaKI." Makalah dalam Kuliah Umum Fakultas Hukum UnlversitasIslam Indonesia. Yogyakarta. 31 Maret 2000. Him. 2.

^Peraturan tersebut diantaranya: UU No. 14Tahun 2001 tentang Paten, UU No. 7 Tahun 1994, tentangPengesahan Pembentukan WTO, Kepres No. 15Tahun 1997 tentang Pengesahan Konvensi Paris, Kepres No.16Tahun 1997 tentang Pengesahan POT dan Regu/af/on Under POT, Peraturan Pemerintah No. 32Tahun1991 tentang Impor Bahan Baku atau Produk Tertentu yang di Lindungi Paten Bagi Produksi Obat dalam Negeri,Peraturan Pemerintah No. 33Tahun 1991 Tentang Pendaftaran Khusus Konsullan Paten, Peraturan PemerintahNo. 34Tahun 1991 Tentang Tata Cata Permintaan Paten. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1991 Tentangbentuk dan Isi SuratPaten, Peraturan Pemerintah No. 3TTahun 1995Tentang KomisI Banding Paten,dan Iain-lain. Lebih lanjut bisa dilihat dalam Ansori Sinungan. "Penegakan Hukum dan Litigasl." Makalah disampalkandalam Training ofThe Trainer (TOT) Pengelola Gugus HKI Perguruan Tinggi Surabaya danSemarang.Juli 2000. Him. 5-6.

®Yoyok Wdoyoko. "Pemberlakuan TRIPs, HaKI dan Kesiapan Kita."Harian Republika. 14 Januari 2000.

138 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL 8. MARET 2001: 137 - 156

Page 3: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

Syihabuddin. Beberapa Peimasalahan Penerapan Paten...

Permasalahan yang Dihadapi Indonesiadalam Pelaksanaan Sistem Paten-

1. MInimnya Permohonan. Paten- Domestik Indohesia

Berdasarkan data dari Kantor Paten,sampaiakhirMei 2000, totalpermintaan paten

^di Kantor Paten Indonesia sejumiah 27.957buah. Dari jumlah tersebut, permlntaan patendari dalam riegeri berjumlah 1.338buah.® Halini berarti permlntaan paten domestik hanyamencapai4,8% daritotalpermlntaan. Menurutketentuan TRIPs, mulai 1 Januari 2000,negara-negara yang meratifikasi TRJPsdihimbau untuk meningkatkan paten domestikmenjadi minimum 10% dari keseluruhanpaten yang didaftarkan. Negara yang gaga!akan dimasukkan ke dalam watch list yangberarti bahwa produk ekspomya akan ditelitikandungan teknologinya dan dipertanyakanasai-usui patennya.' Akibat terburuknyaadalah penolakan masuknya bafang-barangproduk Indonesia ke suatu negara tertentu diEropa atau Amerika. Belum lagi .adakemungkinan Indonesia dipaksa untukmembayar royalti.kepada suatu negara yangtelah mengklaim patennya atas jenis produktertentu yang masuk ke Indonesia.

Menurut Insan Bud! Maulana, alasanminimnya permlntaan paten domestik yang

diajukan keKantor Paten(Sekarang.DirektoratJendral HKI) adalah:® , - :

. Pertama;-sosialisasi paten yang belum.efektif;-tingkat pemahaman, dan tingkatkesadaran'akan arti paten dan sistem hukumpaten belum dianggap memadai bag!,kalangan peneliti, balk dari lembaga penelitianPemerintah atau swasta, termasuk perguman.tinggi. Sehingga hasil-hasil penelitian yangdilakukan oleh para peneliti. tidak diajukanpermintaan patennya.

Kedua: karena faktor ekonomis, yaitukemampuan para peneliti untuk menyiapkandana untuk mengajukan permintaan patenyang terbatas, selain karena situasi .krisisekonomi, dan belum dipahaminya bahwapaten justru mempunyai manfaat ekonomiapabila penemuan itu berhak-atas paten'dandigunakan untuk kepentingan umum.-

Ketiga: Permintaan paten dianggapsangat birokratis dan memakan waktu lama.Hal ini timbul karena ketidakpahaman parapeneliti .bahwa prosedur dan prosespermintaan paten tidaklah sesederhanasebagaimana yang diduga, selain harusmemiliki pengetahuan hukum paten dan,kemampuan menyusun deskripsi permintaanpaten, juga perlu disadari bahwa prosespermintaan paten harus mengikuti proseduryang telah ditentukan, dan. hal itu terjadi dimanapun.

®Direktorat Paten. "Direktorat Jerideral HaKI Departemen Hukum dan Perundang-undangan Republik\ndones]a.° Data Permintaan Paten Pada Kantor Paten. Jui\\2Q00.

Hantono Subagyo. "Perlindungan HaKI di Indonesia." Makalah acuan untuk Sos/a/Zsas/HaK/, TanpaTahun, Him. 2. Periksa pula Medi P. Sargo. "Paten Indonesia, Sebuah lmpian."Harian RepubHka.-2Q'Agustus1999.

®Yayasan Klihik HaKI, Kompilasi Undang-undan'g Hak Cipta, Paten Merek dan TerjemahanKonvensi-konvensi dlBidang Hakatas Kekayaan Intelektual (HaKI). SenA'CitraAditya Bakti. Bandunq.'1999. Him. X. - • .

139'

Page 4: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

2. Krisis Moneter yang Berkepanjangan

Krisis moneter yang menghimpit Indonesiatelah mendorong meningkatnya pelanggaranHKI, termasuk Paten. Kondisi perekonomianyang semakin terpuruk akibat krisisekonomi,telah menurunkan purchasing power (dayabell) masyarakat. Dalam situasi seperti inl,dihadapkan pada kenyataan bahwa hargaproduk yang orisinil atau dilindungi patensangat mahal, telah mendorong masyarakatuntuk "menyuburkan" praktik pembajakanserta pelanggaran terhadap paten.Pelanggaran inl tampak dari hasilsurvey yangdilakukan oieh Business Software Alliance

yang dilansir pada tahun 1997 menunjukkandata bahwa 93% software komputer yangberedar di Indonesia pada tahun tersebutadalah bajakan.^ Akibat pelanggarantersebut, khusus yang dlmlliki orang ataubadan hukum dan terdaftardi Amerika Serikat,selama tahun 1997 telah menimbulkan

kerugian sebesar US$ 226,8 juta.^° Pada tahun1998 sampai awal tahun 1999, Bea Cukai IIBandara Soekamo Hatta telah menggagalkanmasuknya Compact Disk (CD) bajakansebayak67.527 unit dengan total kerugian negarasebesar Rp 799 Milyar."

Dalam bidang paten, akibat krisis moneter,pelanggaran paten akan banyak terjadi dalam

bidang industri otomotif, farmasi, peralatanrumah tangga, dan lain-laln.^^ Keadaan iniakan mengakibatkan terjadinya konflik antaranegara-negara industri maju dan Indonesia.Bila inl terjadi, Indonesia akan berada padaposisi yang tidak menguntungkan, karenadihadapkan pada Organisasi PerdaganganDunia (WTO).

Berbeda dengan Thailand dan Philipina,kedua negara Ini melalui perundingan-perundingan yang keras, berupaya untukmeminta penangguhan pelaksanaan TRIPskepada WTO sampai tahun 2003-2005dengan alasan keadaan ekonomi yangmemburuk akibat krisis. Hasilnya merekamendapatkan keringanan penangguhan, tidakhanyadalam bidang obat (farmasi), tetapijugauntuk bidang-bidang lalnnya. Indonesiasebenarnya dapat juga mengajukanpenangguhanyangsama, hanyasaja pada saatsidangWTO diSeattleAmerika Serikat, delegasiIndonesia menyatakan slap menerapkan TRIPsdan bahkan mengaku telah lengkapregulasinya."

3. Pandangan Masyarakat bahwa Patenadalah Konsep Barat

Paten merupakan hak eksklusif, di manabila dilihat dari akar budaya bangsa Indonesia,dapatdikatakan tidak mempunyai akar sejarah

'Harian/?epub//ka. 9 Januarll 999.Bambang Kesowo."Periindungan HakCiptaatas Komputer Program."Sambutan Arahan di Seminar

HakClpta dalam Industri Musik dan PerangkatLunak Komputer serta Penggunaannya dilndonesia.Diselenggarakan oieh Fakultas Hukum Atma Jaya, bekeijasama dengan P.T. Microsoft Indonesia danMasyarakatHaKI indoneisa.Yogyakarta. 28April 1999.Him. 2.

"Harian Media Indonesia. 16 Februari 1999.

'^InsanBudi Maulana. "Penerapan PatenSejak UU No. 6 Tahun 1989hingga UU Paten No. 13Tahun1997:Pengalaman Indonesiaselama ini." JumalHukum. No. 12Vol. 6.1999. FH Uil Yogyakarta. Him. 2.

"Harian Kompas. 22 Nopember 2000.

140 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL. 8. MARET2001: 137 - 156

Page 5: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

Syihabuddin. Beberapa Permasalahan Penerapan Paten...

dan juga tidak terdapat dalam hukum adat.Nilai-nilai falsafah yang mendasari pemilikanindividu terhadap karya inovasi dan invensiadalah nilai budaya barat yang menjelmadalam sistem hukumnya. Hal ini jelas berbedadengan budaya Indonesia yangitiengedepankah sikap gotong royong,kebersamaan dan kekeluargaan, sebagai-mana dimanifestasikan dalam nilal-nilal

Pancasila.

Menurut Salman Luthan," subtansi nilaiyang dikandung dalam TRIPs,. sangatmenjunjung tinggi kepemilikan individu,termasuk pemilikan hasil karya intelektualitasmanusia. TRIPs juga menjunjung tinggikebebasan individu untuk berekspresi danmengaktualisasikan diri secara maksimaldalam masyarakat. Di samping itu, TRIPsmerupakan bagian dari sistem perdaganganbebas (free trade) yang sangat menghargaiprinslp persaingan bebas dan terbuka. Ditinjaudari segi nilai, TRIPs jelas merupakanmanifestasi nilai kapitalisme.

Dikarenakan paten dan HKI lainnyatersebut bukan berasal dari nilai-nilai budayabangsa Indonesia, tetapl nilai-nilai barat yangmenjelma ' dalam sistem hukumkeperdataannya, kadangkala pemberlakuanhak tersebut dalam kehidupan masyarakatmenlmbulkan perlentangan dengan nllai-nllaibudaya tradisiohal yang telah melembagadalam kehidupan masyarakat. Artihya

dimungkinkan ada perbuatan^ yahg WenuriitUndang-undang.. Paten dikualifjkasikansebagai pelanggaran, akan tetapi:dalam;nilai-nilai budaya masyarakat tersebut tidakdianggap sebagai suatu pelanggaran.Akibatnya masyarakat cenderungan,banyakyang mengabaikan atau tidak-mematuNperaturan tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi^masya-rakat untuk tidak mematuhi hukum .di bidangHKI antara lain:^® ^

a. Pelanggaran HKI pada- umumnyadilakukan untuk mengambil'jalan pintasguna mendapatkan keuntungan yangsebesar-besarnya dari pelanggarantersebut. •- ov niir

b. Masyarakat pelanggar menganggaphukum yang dijatuhkan oleh-pehgadilanselama ini terlalu ringan-'bahkan-itidakpernah ada tindakan-tindakah'preventifmaupun'represif yang dilakukan) '̂;-*'---53..^

c. Ada sebagian masyarakat yangvifiasihmerasa bangga apabila hasil karyanyaditiru orang lain. '••ti'ujmy-if-.e-z

d. Dengan melakukan pelanggaram'pajakatau produk hasil pelanggaran-tersebuttidak perlu di bayar kepada'pemerintah>q

e. Masyarakat tidak memperhatika'n 'apakahbarang -tersebut asli atau-^palsui yangpenting bag! mereka adalah'harganya

, murah dan dapat terjangkau- fiinssr Aid

i/ln Qjiijr?;!': \Q" Salman Luthan. "Instrumen Penegakan Hukum Desain industri, Desain Tata Letak Slrkuit Terpadu,

Rahasia Dagang dan Kendalanya." Makalah dalam Seminar Nasional ImplementasiUndang-undang DesainIndustri, Rahasia Dagang danDesain Tata Letak Sirkuit Terpadu. Diselenggarakan oleh HH Ujl'bekerjasamadengan Klinik HaKI Jakarta. Yogyakarta. 4 Oktober 2000. Him. 1. 6.d\q

'®Ansori Sinunang. Op. Cit Him. 2-3. • '

m

Page 6: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

4. Lemahnya Penegakan Hukum

Suatu peraturan yang baik, tanpa diikutidengan penegakan hukum yang baik pula,akan sla-sia. Thomas Jefferson menegaskan:"Ignoranceof the lawis no excuse inany country. Kit where, the laws would lose theireffect,because itcan alwaysbe pretended."^^ Tanpapenegakan hukum yang efektif, sistem HKlakan berantakan. Pendaftaran permintaanpaten yang dilakukan oleh administratorDirektorat Jendral Hak Kekayaan Intelektualyang atas nama negara memberikan hakkepada pemohon paten akan pupus begitusaja. Karenanya hukum harus ditegakkan.Lemahnya law enforcement in! sebenamyatidak hanya di bidang HaKI saja, tetapi padaumumnya law enforcement di Indonesiamemang lemah. Jadi kalau penegakan HaKIlemah, itu merupakan bagian atau cermin danlemahnya penegakan hukum secarakeseluruhanJ'

Penegakan hukum ini dipengaruhi olehbeberapa faktor, yaitu: pertama, Peraturanperundang-undangan; kedua, aparat penegakhukum; dan ketiga, kesadaran hukummasyarakat. Secara konseptual, peraturanperundang-undangan di bidang paten, sudahmemenuhi standar internasional, baik aturanmateriilnya maupun formllnya. Dari ketigafaktor tersebut, yang menjadi kendala bagipenegakan HKl adalah faktor aparat penegakhukum dan kesadaran hukum masyarakat.

Aparat penegak hukum di sini meliputipenyidik, penuntutumum, hakim dan advokat.Di bidang HKl, penyidik dilakukan oleh polisi

dibantu oleh Penyidik Pegawai Negerl Sipil(PPNS) Ditjen HKL PPNS ini dimaksudkan untukmembantu tugas poiisi dalam melakukanpenyidikan, mengingat pelanggaran HKlmemiliki spesifikasi tersendiri danmembutuhkan keahlian tertentu dalam prosespembuktiannya. Kendala dari aparat penegakhukum dl sini tIdak hanya terkait denganjumlah aparat yang terbatas, tetapi jugakualitas aparat penegak hukum. Sebagaicontoh, perbandingan jumlah polisi denganjumlah penduduk di Indonesia adalah 1:1200,padahal menurut PBB, perbandingan yangideal adalah 1: 400.

Kualitas aparat penegak hukum. di siniterkait dengan.profesionalitas dan mentalitaspribadi masing-masing. Sampaisaat ini wajahperadilan Indonesia masih diliputi awan ke-lam. Kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) yangseharusnya diberantas, malah bersarang diSana. Praktik mafia peradilan pun sudahmenjadi rahasiaumum. Akibatnya masyarakatkehilangan kepercayaan pada lembagaperadilan sebagai tempat untukmemperjuangkan keadilan.

Selain itu. kesadaran hukum masyarakatjuga menjadi kendala tersendiri dalampenegakan hukum di Indonesia. Budayakurang menghargal terhadap hasil karyaintelektual. banggabila hasil karyaintelektualnyaditiru orang lain, sertadidukung dengan budaya'mengambil jalan pintas untuk meraihkeuntungan sebesar-besarnya, mendorongmasyarakat untuk melakukan penjiplakan ataupeniruan terhadap hasil karya intelektual,

'®Thomas Jefferson, dalamletter toAndre Limozin." 22Dec1787, sebagaimanadikutip olehA. ZenUmarPurba. "Penegakan Hukum diBidang HaKI." Marian Kompas. 22Mei 2000.

"Ibid.

142 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL. 8. MARET 2001: 137 - 156

Page 7: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

Syihabuddin. Beberapa Pemiasalahan Penerapan Paten...

dengan perasaan tanpa salah dan tiada.pertanggungjawaban. Hal ini dapat dilihat darimaraknya penjualan produk-produk hasilpelanggaran HKI yang bisa dijumpai di mana-mana. Masyarakat memandang seolah-olahkegiatan tersebut adalah legal, sedangkanaparat penegak hukum (polisi) sendiri tidakdapat bertlndak banyak menghadapi masalahtersebutJ®

Akibat lemahnya penegakan HKI ini, padatahun 1999 oleh USTR Indonesia dimasukkandalam kategori priority watch list, yaitu negarayang dalam pengawasan khusus. Denganstatus ini, produsen Indonesia dalammemasarkan produk di Amerika akanmendapatkan periakuan atau hambatan yangpada akhimya dapat melemahkan daya saingdan penetrasi pasar Indonesia di Amerika,misalnya dengan pemeriksaan yang detail danbertele-tele mengenai kandungan teknologidan rincian asal-usul paten hingga diyakinitidak sampai merugikan atau melanggar HKIwarga Amerika. Berkat kemajuan penegakanHKI, sejak 1 Mei 2000, posisi Indonesiamembaik, yaitu menempati posisi watch list.

Untuk meningkatkan pelaksanaanpenegakan HKI di Indonesia, Ditjen HKIsebagai pihak yang paling berkompeten telahmencanangkan empat langkah strategis, yaitu:(1) merevlsi atau mengubah peraturanperundang-undangan yang telah ada dibidang HKI untuk disempumakan lagi; juga

mempersiapkan penyertaan Indonesia dalamkonvensl-konvensi internasional; (2)menyempurnakan administrasi pengelolaansistem HKI dan meningkatkan pelayanankepada masyarakat; (3) memasyarakatkan atausosialisasi HKI; dan (4) membantu penegakanhukum di bidang HKI.'® Keempat langkahstrategis di atas, diharapkan mampumengatasi permasalahan yang menghamtiatpelaksanaan ketentuan intemasional tentangpaten.

Membangun Sistem Paten Indonesiayang Efektif, Wajardan Realistis

Berbicara tentang sistem paten, tentunyamencakup banyak komponen yang terkaitdengan paten. Sistem ini meliputi sub-subsistem yang masing-masing saling terkait dansaling berinteraksi, sehingga membentuksistem paten. Untuk membangun sistem patenyang efektif, wajar dan realistis, setldaknyaharus dibicarakan tentang bidang-bidangstrategis yang mendukung pelaksanaansistem paten, seperti peraturan perundang-undangan (hukum paten), sistem pendidikannasional, pola pembangunan danpengembangan teknologi nasional, peranserta organisasi penelitian "danpengembangan (Litbang), dan kebijakanstrategis Ditjen HKI. Berikut akan dibicarakanmasing-masing komponen tersebut:^

f < •

'®Pelanggaran HKI yang ditlndak polisi, biasanya yang bersekala besar, seperti terlihat pada penggrebekanterhadap perusahaan penggandaan piringan cakramVCD llegal di Tangerang Harian Kompas. 9Agustus1999, di Batam Harian Suara Pembaharuan. 21 Januari 2000 dan razia VCD bajakan di Glcdok MajalahForum Keadllan, No. 8,28 Mei 2000.

'®A. Zen Umar Purba. Op. Cit. Him. 2.

143

Page 8: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

1. Penyempurnaan PeraturanPerundang-Undangan di Bidang Paten

Padatanggal 1 Agustus2001, pemerintahtelah mengesahkan UU Nomor 14 Tahun 2001tentang Paten sebagai pengganti UU Patensebelumnya. UU tersebut melengkapi danmenyempurnakan hukum paten terdahulu.Beberapa perubahan penting dalam Undang-undang tersebut adalah:

a. Pengaturan penetapan sementara olehPengadilan (injunctionP°

Injunction diatur dalam Ketentuan TRIPsPasal44, di mana negara anggota diharuskanuntuk memberikan kewenangan kepadaotoritas yudisial untuk memerintahkan suatupihak mencegah berlanjutnya pelanggaranHKl, -termasuk patendan hakyang berkaitandengannya. Pengaturan in! efektif untukmencegah masuknya barang yang didugamelanggar paten dan hak yang berkaitandengan paten ke dalam jalur perdagangantermasuk tindakan importasi dan ataumenghentikan sementara peredaran produkyang diduga melanggar paten. Hal ini dapatmengantisipasi keruglan lebih besar yangdiderita oleh pemiiik paten atau pemeganglisensi akibat perbuatan pelanggaran paten.

b. Perubahan istilah penemuan menjadiinvensi dan penemu menjadi inventor

c. invensi yang tidak dapat dipatenkan,termasuk didalamnya adalah invensitentang makhluk hidup (mencakupmanusia, hewan dan tanaman).^^AIasan

tidak dapat dipatenkannya^ Invensi tentangmanusiakarenahalitu bertentangan denganmoralitas agama, etika, dan kesusilaan.

d. Penyelesaian sengketa melalui PengadilanNiaga.^^ Berdasarkan UU Nomor 4 Tahun1998, di lingkungan Peradilan Umumdibentuk Pengadilan Niaga yangberwenang untuk memeriksa danmemutus perkara di bidang perniagaanyang penetapannya dilakukan denganParaturan Pemerintah. Mengingat paten initermasuk bidang perniagaan, di manadalam pemeriksaannya membutuhkankeahlian khusus, maka untuk prosedurperdata sebaiknya memang menjadikewenangan Pengadilan Niaga untukmemeriksa dan memutusnya. Dengandemikian diharapkan sengketapaten dapatditangani oleh orang-orang yangberkompeten dan dapat diselesaikansecara profesional.

e. Penyempumaan peraturan yang terkaitdengan paten sederhana, di antaranya:

(1) Kebaharuan Universal"

Persyaratan kebaharuan universal inipenting, terutama bila dikaitkan dalampeiaksanaan penelusuran referensi (dokumenpembanding) yang dapat digunakan, sebagaicontoh CD-ROM yang berisikan publikasipermohonan paten dari Kantor Paten Eropa,Publikasi Paten di Amerika Serikat, danJepang. Apabila diingat bahwa saat ini aksesuntuk melakukan penelusuran ataumengetahui informasi dapat dilakukan melalui

^Pasal 125 UUNomor 14 Tahun 20012'Pasal 7 UU huruf d Nomor 14 Tahun 2001. Lihat juga penjelasan Umum UU Nomor 14 Tahun 2001

angka2 huruf d."Pasal 117 ayat(1) UU Nomor 14Tahun 2001"Pasal 105 ayat (5) UU Nomor 14Tahun 2001

144 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL. 8. MARET 2001:137 - 156

Page 9: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

Syihabuddin. Beberapa Permasalahan Penerapan Paten...

internet, maka perbedaan pelaksanaanpenelusuran untuk sistem kebaruan lokalatauuniversal menjadi rancu. Dengandipersyaratkannya kebaruan universal, makakendala yang dihadapi akan dapat diatasi danpenelusuran yang dilakukan melalul akses keinternet tidak menjadi masalah.

(2) Sistem Terbuka^**

Dengan sistemterbuka.inl. permohonanpaten sederhana akan diumumkan. sehinggamasyarakat/pihak ketiga dapat mengajukankeberatan yang dapat merupakan masukanyangbergunabagiDirektorat Jendral, terutamadalam pemeriksaan subtantif untuk memper-timbangkan sebelum memberikan keputusan.

(3) Paten sederhana diberikan untuk satuinvensi^®

Sebelumnya, penemuan dibatasi padasatu klaim, sehinggasulit bagi pemohon untukmendapatkan perlindungan yang memuaskansesuai keinginannya. Karena dengan klaimyang berjumlah 1(satu) jika ciri teknis (feature)penemuan terlalu banyak dalam satu klaim,maka lingkup perlindungannya akan sempitSeballknya, apabila ciri-ciri teknis tersebutdikurangi, maka pelindungan akan menjaditerlalu luas, akan tetapi rentan terhadapkemungkinan diantisipasi oleh referensi yangada (priorart).

Dengan tidak dibatasi jumlah klaimnya,akan tetapi dibatasi untuk 1 (satu) penemuan,diharapkan pemohon dapat membuat klaim

secara leluasa, walaupun hanya untuk satupenemuan saja dalam setiap permohonannya.

f. Pengajuan melalui permintaan intemasional(Traktat Kerja Sama Paten/ PCT)^®

Pengaturan ini sebagai kohsekuensikeikutsertaan Indonesia dalam meratifikasi

Traktat Kerja Sama Paten berdasarkanKeputusan Presiden Nomor 16 tahun 1997.

Di samping, mesti menyesuaikan UU Patendengan ketentuan intemasional yang telahdiratifikasi, harus pula mempertimbangkankepentingan bangsa dan negara, mengingatpembentukan UU Paten selain karenakonsekuensi keikutsertaan Indonesia padakonvensi intemasional, tentunya dimaksudkanjuga untuk meningkatkan kemampuanteknologi bangsa serta menggairahkankegiatan penelitian di dalam negeri. Olehkarena itu, tanpa mengesampingkan, "aturanpermalnan ipternasionar, Indonesia dituntutuntuk membangun hukum paten yang efektif,wajar, danrealistis, sehingga permintaan patendomestik bisa meningkat dan mengimbangi.permintaan paten asing. Berikut beberapa halyang dapat dipertimbangkan untukmewujudkan hukum paten yang dimaksud,yaitu:

a. Penerapan lisensi wajib (compu/sorylecense) secara ketat" dan pengecualianpenemuan yang dapat dipalenkan secaraluas.2® ' .

"Rasa! 105ayat(4) UU Nomor 14Tahun 2001."Pasal 105ayat(1) UU Nomor 14Tahun'2001.^®Pasal 109 UU Nomor 14 Tahun 2001."Ketentuan lisensi wajib diatur dalam Pasal 74-87 UU Nomor 14Tahun 2001.^^Ketentuan ini diaturPasal 7 UU Nomor 14Tahun 2001.

145

Page 10: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

Lisensi wajib dan pengaturanpengecualian penemuan yang dapatdipatenkan secara luas merupakan dua cirihukum paten yang banyak dianut olehkebanyakan negara-negara berkembang.Lisensi wajib diatur dalam Konvensi ParisPasal 5 A(2)dan (5). Pemberlakuan lisensi inidiharapkan mampu meningkatkankemampuan teknologi bangsa. Denganpemberlakuan lisensi wajib. pemilik paten"dipaksa" melaksanakan patennya di Indonesia,karena apabila dalam jangka waktu 36 (tigapuiuh enam) bulan paten itu tidakdilaksanakan, padahal kesempatan untukmelaksanakannya secara komersi! sepatutnyaditempuh, maka berdasarkan putusanDirekto-ratJenderal, lisensi wajib dapat ditetapkan. Halyangdimaksud penerapan secara ketatdi siniadalah pemerintah bertindak tegas terhadapsemua pemilik paten yang didaftarkan diIndonesia, sehingga pilihan pemegangpaten hanya dua, yaitu melaksanakanpenemuannya di Indonesia dan/melisensikannya atau ditetapkannya lisensiwajib. Dengan demikian diharapkan sistempatendapat mendukung prosesalih teknologi.

Pengaturan pengecualian penemuanyang dapat dipatenkan,^^dldasarkan padakenyataan bahwa sampai saat ini peimintaanpaten pada Direktorat Jenderal HKI masihdidominasi pihak asing. Untuk itu denganadanya pengecualian yang luas, banyakbidang-bidang tertentu yang tidak bisadiberlakukan sistem paten, karena bidang-

bidang tersebut merupakan bidang yangsangat penting yang menguasai hajat hiduporang banyak, sehingga tidak etis bilapenemuan itu diiindungi hak ekskiusif, yangmengakibatkan kepentingan masyarakatterbaikan

b. Masa beiiakunya perjanjian lisensi

Menurut Pasal 69 ayat (2) masaberiakunya perjanjian lisensi adalah sesuaidengan jangka waktu lisensi diberikan.Berdasarkan asas kebebasan berkontrak,tiap-tiap pihak memang berhak untukmengadakan perjanjian sesuai dengankehendaknya masing-masing. Namun bila inidikaitkan dengan masa beriakunya hakekskiusifyang diberikan paten(yaitu 20tahun).maka bisajadipatenyang sudah kadaluwarsaperjanjian lisensinya masih tetap beriaku.Konsekuensinya, teknologi yang semestinyasudah menjadi domain publik, dan semuaorang bebas untuk menggunakannya,namun karena lisensi masih beriaku, licencee

tetap terikat dengan perjanjian lisensi.Pengaturan semacam ini jelas merugikankepentingan licencee. Mengingat dalamkenyataan bahwa banyak warga kita yangmenempati posisi sebagai licencee, makaperlu dipertimbangkan untuk mengubahberakhirnya masa beriakunya lisensi yaitudibatasi denganberakhirnya masa peilindung-an paten dan/atau berakhirnya masa waktuyang diperjanjikan.

c. Pengaturan prosedur pidana^"

^Ketentuan ini daturdalam Pasal27ayat3Persetujuan TRIPs.^TRIPs tidak mewajibkan negara anggota untuk menyediakan mekanisme pidana dalam bidang paten.

Pasal 61 TRIPS hanya mewajibkan menyediakan aturan pidana untuk tindak pidana pembajakan hak cipta danpemalsuan merek dagang. Oleh karena itu pula, dalam Hukum Paten Amerika Serikat, tidak dijumpai adanyaprosedurkriminal.

146 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL. 8. MARET2001: 137-156

Page 11: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

Syihabuddin. Beberapa Permasalahan Penerapan Paten...

Ketentuan pidanadiaturdalam Pasal 130,131, dan 132 UU Paten, yaitu berupa sanksipidana penjara dan/atau denda. PerubahanUU paten telah mengganti pelanggaran patendari delik biasa menjadi delik aduan. Namundemikian, dl masa mendatang perludipertimbangkan agar prosedur pidana tldakdiaturlagi. Jadi cukupdengan prosedurgugatansecara perdata. ' ' •

2. Membenah! Sistem Pendidikan

Sebaik apapun UU paten yang dimiliki,tanpa didukung oleh sumber daya manusiayang siap berkompetisi untuk menghasilkanpene'muan yang berkualitas paten, maka UUitu tldak aka'n mencapai tujuannya untukmeningkatkan kemampuan teknologi bangsa.Bahkah bisa jadi UU itu hanya memfasilitasipihak asing untuk mendapatkan perlindunganpaten di Indonesia; Oleh karena itu, hukumpaten akan efektifbila ditunjang kemampuan.SDM yang handal pula. Befblcara tentangkualitas SDM, maka tidak bisa dilepaskan'diridari pembahasan tentang sistem pendidikannasionai.

.Sebagaimana Jepang, Amerika Serik^dan negara-negara industri maju lainnya,keberhasilan mereka dalam meningkatkankemampuan teknologinya dimulai daripeletakan dasar-dasar pendidikan yangsistematis. Jepang misalnya, dalampembangunan sistem patennya yang dimulai

pada masa Pemerintahan Meiji, dibangunbersamaan dengan pembangunan sistempendidikan. Yukichi Fukuzawa sebagai peletakdasar hukum paten di Jepang, ia juga dikenalsebagai peletak sistem pendidikan di sana,yang bertujuan untuk membangun SDM dalammenghadapi modernisasi di' negaranya.Pembangunan sistem paten Jepang yangdimulai tahun 1885, di mana pada saat ituhampir semua pemohon paten berasal dariasing, namun berbekal dengan modernisasidan pembangunan yang dihasilkan darisistem pendidikan Jepang, sekarang inimayoritas paten di Jepang dimiliki oleh'orangJepang sendiri.^^ Sehingga sangat tepat, bilaYoshlro • Sumida mengatakan • bahwapendidikan adalah kunci untuk meraihkeuntungan dari sistem paten.^^ Hal yangsama jugai terjadi diAmerika dan EropaBarat,kesadaran akan pentingnya pendidikan inilahyang melahirkan'rena/ssance, sehinggamereka dapat menjadi negara industri majudengan kemampuan Inovasi teknologi yangtinggi {technological innovators).

Dalam Pandangan Jeffrey Sachs yangmembagi dunia dari sudut teknologi menjaditiga kelompok, yaltu technological innovators,technological adopters, dan technologicallyexcluded, Indonesia bisa dikategorikandalamkelompok technological adopters, yaitunegarayang mampu menguasai teknologi-teknologibaru hasil inovasi, terutama teknologiproduksi

2'Menurut Catalan WlPO, pada tahun 1997, permohonan paten domestik Jepang mencapai 13% (430.022buah) dari total permintaan paten pada JPO yang mencapai 3.333.753 buah, kemudian pada urutan berikutnyaAmerika Serikat dengan jumlah 236.692 (7%) dan Korea dengan jumlah (5,2 %).

^^Yoshiro Sumida. "The Role and Implementation ofPatent Law in 21 st Century, The PossilDle ConflictBetween Developed and Developing Countries." Makalah di sampaikan dalam Seminar Nasionai Peiranan HakCipta, Patendan Merek dalam Pembangunan Perdagangan danIndustri. Kerja samaFH Ui! dan KlinikHKIJakarta.Yogyakarta.9Desember1998.Hlm.2. '

147

Page 12: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

dan konsumsi. Namun menurut Mochtar

Buchori,^^ bila Indonesia tidak berbuat sesuatuuntuk meningkatkan kemampuan bangsadalam teknologi, tIdak mustahil status Indonesiasebagai technological adopterskian menurun,dan suatu saat posisi ini akan lepas darigenggaman Indonesia.

Karena itu, upaya untuk meningkatkankemampuan bangsa dalam hal teknologi padagenerasi muda menjadi agenda yang harusdiprloritaskan. Dalam tial ,inl Buchorimenawarkan dua langkah dasar untukmencapai tujuan itu.^* Pertama, mendorongkelompok-kelompok tertentu di masyarakatagar berkembang menjadi kantung-kantunginovasi teknologi: Pada dasamya Indonesiasudah memlllkl kantung-kantung ini, hanyajumlahnya terlampau kecil. Kedua,mengusahakan agarwilayah-wilayah yang kin!bersifat terkucil secara teknologis, berangsur-angsur ditingkatkan menjadt wilayah yangberkemampuan mengadopsi hasil-hasilinovasi. Lebih lanjut, Buchori menjelaskanbahwa kedua hal itu tidak bisa dllakukan begitusaja. Dibutuhkan waktu untuk menumbuhkahgenerasi berkemampuan mengadopsi inovasiteknologi dan mampu mengadakan inovasiteknologi. Untuk itu jalannya hanya satu, yaitupembaruan pendidikan Matematika dan limuPengetahuan Alam (MIPA).^

Bila Indonesia ingin betul-betuimeningkatkan kemampuan di bidang teknologidi masa depan, maka tidak boleh ada anak-anak muda yang buta matematika

(matematlcally illiterate) dan buta IPA (scientifically illiterate). Memang tidak semua siswaberminat menjadi ahii matematika, IPA atauteknologi, tetapi suatu masyarakat akanberhasil mengembangkan kemampuanteknologi yang cukup tinggi bila ada lapisan-lapisan penduduk dengan tingkat pemahamanmatematika dan llmu pengetahuan yangbersifat expert, sampaiyangbersifat apresiatlf.

Menurut Lord Snow, sebagaimana dikutipBuchori,^ padadasamya tiap masyarakat yangingin mengalami "revolusi ilmiah" (scientificrevolution), yaitu loncatan raksasa dalam

•penguasaan MlPA harus mampumengembangkan empat lapisan pendudukdengan penguasaan MlPA yang berbeda-beda. Paling atas lapisan alpha plus scientist, yaitu ilmuwan-ilmuwan pengetahuanalamdengan kemampuan amat tinggi yangjumlahnya di bangsa manapun tidak pemahbesar. Lapisan kedua, kelompok alpha professions, jumlahnya lebih besar dari kelompokpertama,bertugas melakukan supporting research, the high class design and development. DI lapisan ketiga ada ilmuwan-ilmuwanyang melakukan secondary technical job.Lapisan keempat adaiah politisi, birokrat, danmasyarakat umum dengan pemahaman MlPAmemadai, sehingga mereka mengerti apa yangdibicarakan para ilmuwan (natural scientist).

, Untuk dapat mewujudkan empat lapisanini di Indonesia, tentunyadibutuhkan waktu danusaha keras, dan yang tidak bisa ditinggalkanadaiah bagaimana mereformasi pendidikan

^^Mochtar Buchori. "Meningkatkan Kemampuan Teknologi Bangsa." Harian Kompas. 11-12 September2000.

^'Ibid.

"/b/d.

''Ibid.

148 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL 8. MARET2001: 137- 156

Page 13: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

^^yihabuddin. Beberapa Permasalahan Penerapan Paten...

vlatematika dan IPA dari tingkat Pendidikan)asar (SD dan SLIP), Pendidikan MenengahSMU), termasuk pula pendidikan tinggi padaakultas-fakultas tertentu, khususnya MlPA danaknologi, sehingga program Pendidikan MlPA.'apat dicerna denganmudah oleh tlap pesertaidik.

Budaya Masyarakat(

Di antara permasalahan yang menyebabkanlinimnya permintaan paten domestikidonesia dan lemahnya penegakan hukum•aten adalah budaya (culture) masyarakatndonesia yang kurang menghargai has!!,arya intelektual serta kecenderungan untuklengambil "jalan pintas" dalam rangka meraiheuntungan yang sebesar-besamya. Selain:u masih banyak kelompok masyarakat yangnenganggap makin banyak karya seseorang'itiru oleh pihak lain, akan semakin balk bagiipenemu atau pencipta. Artinya diamakin luaslikenal dan bertambah populer. Rendahnyaemohonan paten lokal pada sis! lain•erkaitan dengan persepsi. Balk aspek-ultur maupun persepsi tidak bisa dilepaskanerigan masalah peningkatan pemahamanlasyarakat akan HKI, termasuk di dalamnyaaten. Untuk itu sosialisasi menjadi langkahang strategis dalam pembangunan budayalasyarakat menuju masyarakat yang sadaran menghargai HKI.

>Dalam masalah penyebarluasanemahaman ini, Pemerintah memegangeranan yang sangat panting, karena walauagaimanapun, Pemerintahlah yang pada

dasamya paling berkepentingan dan bahkanbertanggung jawab terhadap pelaksanaansegala Undahg-undang dan peraturanpelaksananya. Teori "fiksi hukum" tampaknyatidak cukup dijadikan dasar bahwa semuaorang sudah memahami dian mengerti suatuperaturan yang ditempatkan dalam LembaranNegara. Lebih penting dari itu, perlu ada usahayangsungguh-sungguh untuk menyebarluaskanpemahaman materi UU tersebiit .kepadamasyarakat termasuk aparat Pemerintah,khususnya penegak hukum.

Menurut BambangKesowo, sistem hukummemang tidak ten/vujud dan dapat ditegakkanbilamana kegiatan hanya berhenti padapembentukan peraturan perundang-undangan.^^ Hal yangsama berlaku pulapadaHKI. Hasi! pengamatanselama ini menunjukkanbahwa kurangnya pemahaman terhadapmasalah tersebut akan mempengaruhi tingkatkesadaran terhadap hak-hak yang dimiliki,mengenai kapan dan bagalmana harusmenegakkan atau mempertahankan hak itusendiri.

Aparat penegak hukum, balk polisi, jaksa,hakim, maupun pengacara, harus betul-betuimemahami ketentuan yang diatur dalamundang-undang, karena mereka inilah yangakan secara langsung bersinggungan denganupaya penegakan hukum. Seiring denganlangkah sosialisasi di kalangan aparatpenegak hukum, pemahaman mengenai halitu juga perlu diarahkan kepada rnasyarakatsecara umum, agar mereka menyadari ,hakdan kepentingannya. Apresiasi juga harustetap tumbuh dari.kalangan pelaku HKI seridiri,

"Bambang Kesowo. "Perlindungan Hukum serta Langkah-langkah Pembinaan oleh Pemerintahdalam•idang Hak Milik Intelektual." dalam Paten, Pengaturan dan Pelaksanaan. Pusat Pengkajiana Hukum.akarta. 1993. Him. 24.

149

Page 14: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

baik itu pengusaha, peneliti, akademisi danplhak-pihak lainnya yang secara langsungbersinggungan dengan HKI; Merekalah yangseyogyanya berkepentingan dalam hal ini,temtama daiam upaya melindungi hak dankepentingannya.

4. Pola Pembangunan Teknologi Nasional

Perhbangunan teknologi sebagai bagiandaii pembangunan nasional pada umumnya,merupakan sarana untuk mewujudkanmanusia Indonesiaseutuhnya yangberkeadilandan berkemakmuran. Kebijakan Pemerintahdalam bidang teknologi akan banyakberpengaruh tertiadap kemampuan manusiaIndonesia dalam penguasaan dan pencapaianteknologi, yang pada gllirannya akanberpengaruh pada kesejahteraan dankemakmuran masyarakat.

Pencapaian teknologi tidakbisadilepaskandarikegiatanriset,karena melalui kegiatan inilahdapat dihasilkan berbagai macam teknologi.Lembaga Penelitian non-De'partemen (LPND)-seperti DPI, BBPT, BATAN, LAPAN, BAKOSUR-TANAL, Lembaga Eijkman, dan PUSPIPTEK,sebagai pelaku utama kegiatan riset diIndonesia', dalam hal ini diharapkan dapatmenjalankan tugasnya dengan baik, karenaLPND ini'rrierupakan anak kandung dariKementrian Riset dan Teknologi yangmenempatkan kegiatan Rjstek sebagaikegiatan' utama! Sedangkan Litbang sektoraldl departemen teknis termasuk Depdiknas,riset masih belum dianggap penting.

•''Dirnulai dari era Sumitro, produk utamakemehtriah Ristek adalah gagasan tentangpemusatan kemampuan riset dan teknologi

(Ristek) di kawasan Puspiptek Serpong yan-baru terwiijud pada tahun 1976 pada saat B;Habibie menjadi Menteri Negara RistekMelalui usah'a keras Habibie, iahiriah IndusttPesawat Terbang Nasional (IPTN) yantkemudian diekstrapolasikan menjadi jug.industri transportasi, dan selanjutnya industkstrategis.^® Sisa anggaran ristek bersamidengan bantuan dan pinjaman luar negendipakai untuk membangun fasilitas baruperalatan bam danmeningkatkan SDM denga^pendidikan S-3 yang kemudian kembali pad)awal 1990-an.

Pada tahun 1997 ketika krisis ekonorr

menerpa Indonesia, bulan madu yanjberiangsung lama itu segera berakhir, bersam;dengan berakhimya kepemimpinan Habibii'sebagai Menristek. Pada saat itu, duniaRiste'mengalami kesulitan dalam pendanaar>isehingga industri strategis temiasuk IPTN yani-belum mampu mendanai sendiri kegiatanny;segera ambmk. Menegristek Pasca HabibieRahardi Ramelan yang hanya beberapa bularZuhal yang sekitar setahun maupun AS Hikarpada pemerintahan Abdurrahman Wahic>mengalami permasalahan yang sangat b'era^Di satu sisi sumber dana sangat terbatas, csisi'lain pelaku ristek belum siap untukberkinerja pada skala ekonomi. Walaupu^bekerja di bawah'sikap skeptis masyarakatAS Hikam mencoba menjawabnya dengaimerumuskan beberapa arahan sepert*Kebijakan Strategis (Jakstra) dan Priorita;Utama Nasional untuk Riset dan Teknoloj(Punas Ristek), sebagai panduan bagi pelaktutama Ristek untuk berkinerja dengan sebaikbaiknya.2®

^S.Farida Ruskanda. "Iptek Indonesia. Sebuah Refleksl dan Perspektif."Harian Republika. 3Januari200'''Ibid.

150 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL 8. MARET2001: 137- 15

Page 15: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

Syihabuddin. Beberapa Permasalahan Penerapan Paten...

Pada tahun 2001 penelitian akan banyakdiarahkan dalam bidang kelautan seiramadengan intensifnya bidang ini. Pengembanganteknologi tepat guna juga akan banyakdiarahkan untuk mendukung industri kecil danmenengah dalam memulihkan kondisiperekonomian nasional. Dengan terbatasnyaanggaran-penelitian, maka akan banyakpenelitian dalam bidang elektronika yangbersifat software khususnya dalam tingkataplikasi. Pemantauan lingkungan sertapengolahan limbah akan terus ditekunimengingat menggebunya semua pihak padasektor ini. Secara umum penelitian rekayasa,proses maupun metode untuk industriberbasissumber daya alam akan sangat menonjolpada tahun 2001 untuk lebihmengoperasionalkan sektor ristek ini padapemulihan ekonomi.^°

Di samping itu, sebagai pengembankemajuan teknologi, Kantor Menteri NegaraRiset dan Teknologi juga memiliki tanggungjawab dalam upaya peningkatan kemampuanteknologi bangsa. Sebagai usaha untukmenlngkatkan pemakaian teknologi temuanpara peneliti Indonesia, Pemerintah melaluiKaritor Menteri Negara Riset dan Teknologimulal tahun anggaran 2000 akanmengeluarkan beberapa program, yaitu:

a. Program insentif asuransi teknologi. Padaprogram ini industri yangiolos seleksiakanmemperoleh premi untuk mengembangkansuatu temuan teknologi yang dilakukannya,

«Ibid.

Harian Kompas. 24 Januari 2001."Harian Republika. 16 September 2000." Ibid.

"/b/d.

dari skala laboratorium hingga skalaproduksi massal.^'

b. Program insentif "olah Paten" yaitupemberian subsidi kepada para penelitiyang akan mematenkan hasil temuannya,besarnya Rp. 5.000.000,00 untuk setiappeneliti. Program ini dilaksanakan selama5 tahun dan akan dimulai pada tahunanggaran 2000. Jumlah usulan yangakandibiayai tahun anggaran 2000 inisebanyak 60 usulan.^^

c. Pemberian subsidi kepadaSentra HKI yangada di Perguruan Tinggi atau lembaga-lembaga penelitian pemerintah maupunswasta, besarnyaRp. 75.000.000,00 untuksetiap sentra HKI. Tahun ini yangmendapatkan subsidi sebanyak 11 SentraHKI, diantaranya: LIPI, BalitbangDepartemen Pertanian, IPB, UGM, DI, ITSSurabaya. Universitas Diponegoro, ITNBandung, Asosiasi Penelitian PerkebunanIndonesia, dan Politeknik NegeriLhokseumawe."

d. Program STANLAB (StandarisasiLaboratorium) dengan jalan memberikansubsidi biaya pemeliharaan danpeningkatan kualitas laboratorium.besarnya subsidi ini adalah Rp.50.000.000,00 untuk setiap laboratorium.Laboratorium yang mendapatkan insentifini sebanyak 25 laboratorium."

Dari uraian di atas, penulis inginmenunjukkan bahwa kebijakan nasional

151

Page 16: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

dalam menentukan strategi pembangunanteknologi akan sangat berpengaruh terhadappencapaian dan penguasaan masyarakatterhadap teknologi. Pemberian berbagaiinsentif diharapkan mampu meningkatkanmotivasi para peneliti Indonesia menghasilkaninovasi teknologi. Dalam hal in! dunia Ristekharus bekerja sama dengan dunia pendidikanuntuk mewujudkan sinergi, sehlnggaLembaga Ristek dapat didukung oleh SDMyang berkualitas yang pada^ muaranya akanmampu menghasilkan teknologi yangberkualitas tinggi. Dengan adanya gerakdenyut nadi dunia Ristek yang dinamis,diharapkan banyak muncul penemuan dibidang teknologi yang slap untuk dipatenkan.Dengan demiklan hukum paten yangdipersiapkan untuk meningkatkan kemam-puan teknologi bangsa dapat dimanfaatkanoleh anak bangsa sendiri untuk mewujudkankemakmuran dan kesejahteraan bersama.

5. Pemberdayaan Lembaga Penelitlandan Pengembangan (Litbang) sertaPeningkatan Gairah Peneliti

Dewasa ini, terjadi kemajuan pesat dlbidang penelitian dan pengembangan,khususnya yang menyangkut aspek terapanyangdapat bergunalangsung bagi masyarakat.Teknologi yang berguna langsung bagimasyarakat tersebut pada umumnya dapatdikomersilkan. Oleh karena itu, penghasilteknologi berusaha agar teknologi tersebutmendapat perlindungan sehlngga nilai komersiaiteknologi tetap berada di tangan pencipta atau

pemegang lisensi. Di negara-negara maju,seperti Amerika Serikat, Jepang dan negaraEropa Barat lainnya, kemajuan teknologi patenbanyak bertumpu padakegiatan Research andDeveloping (R/D). Karena itu, kegiatan R/Dmenempati posisi penting dalam setiapkesempatan, dan pembiayaannya punmendapatkan prioritas.

Di Indonesia sendiri, Lembaga Litbangtelah dikenal secara luas. Setiap perusahaanbiasanya memiliki devisi Litbang, demikianpula organisasi sosial politik dankemasyarakatan, lembaga pemerintahan,lembaga swasta, serta lembaga pendidikantinggi. Organisasi seperti LIPI dan BATANmisalnya, yang sering dikategorikan sebagaiOrganisasi Penelitlan dan Pengembangan(OPP), diharapkan dapat menciptakanpemahaman llmiah baru dan inovasi teknologi,yang menjadi sumbangan dari OPP itu bagipembangunan, yang bermuara ke industri danduniaekonomi. Karenakineija OPP itu penting,tidaklah berlebihan bila Indonesia

mengharapkan dari suatu OPP tingkatke"penemuan''an yang tinggi dan terusmeningkat dari waktu ke waktu. '̂

Divisi Litbang disini memiliki peranan yangpenting dalam memajukan organisasi sertamenumbuhkan kreasi-kreasi baru untuk

meningkatkan kinerja dan pencapaianteknologi baru. Bagi perusahaan-perusahaanyang ingin maju, semestinya menginvestasikandana yang besar untuk kegiatan Litbang,sehingga melalui kegiatan tersebutdiharapkan lahirteknologi-teknologi baru yangmemiliki arti penting dalam meningkatkan

"^Amru Hydari Nazif. "Paten dan Pengelolaan Penelitian danPengembangan." Makalah dalam SeminarPaten dan Teknologi Nuklirdalam Rangka Meningkatkan Daya Saing Bangsa. BadanTenaga NuklirNasional. Jakarta. 18Agustus 1999. Him. 3.

152 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL. 8. MARET2001:137 - 156

Page 17: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

Syihabuddin. Beberapa Permasalahan Penerapan Paten...

kinerja dan produksi perusahaan. Demikianjuga lembaga pemerintahan dan swasta yangingin tetap eksis dalam kompetisi global, jugadituntut untuk menggalakkan kegiatanLitbangnya. Hasil dari kegiatan Litbang in! bilakemudian memenuhl kualifikasi syarat-syaratpaten, maka bisa menjadi asetyang berhargabag! penelitlnya maupun lembaga yangbersangkutan.

Hal yang sama juga berlaku bagi lembagapenelitian yang ada di lingkungan Perguruantinggi (PT). PT sudah selayaknya mengadakandan menggiatkan kegiatan-kegiatan di bidangpenelitian yang berorlentasi pada paten.Hampirsemua PT memiliki Lembaga Penelitian,sehingga secara kuantitas jumlah LembagaPenelitian di PT sudah memadai, namunsecara kualitas hasilnya sangat minim.Demikian juga kegiatan penelitian individualdosen maupun mahaslswa, belummenunjukkan hasil yang signifikan dalammendukung permintaan paten domestik.Sebenarnya para peneliti Indonesia memilikikemampuan yang cukup memadai, hal itusetidaknya tampak dalam beberapa pameranyang menggelar teknologi dan karya-karyailmiah. Semua inovasi dan Invensi dipamerkan.Tetapi sayang para peneliti Indonesia hanyabangga dengan penghargaan dan prestasi yangdiraihnya dan melupakan begitu saja hasilInovasi dan invensinya yang telah menghablskanwaktu danbiaya yangtidak sedikit. Mereka tidakmenyadari bahwa seringkali pihak ketiga (parapengusaha baik nasional maupun asing) lebihjeli dalam memanfaatkan hasilinovasi itu untukkepentingannya.

Untuk mendorong para penelitimenghasilkan teknologi yang berkualitas paten,perlu dilakukan tindakan-tindakan strategissebagai berikut:

a. Meningkatkan upaya sosiaiisasi UU Paten,sehingga peneliti menyadari betui artipenting perlindungan paten sertamemahami prosedur permintaan paten;

b. Mengubah pola pikir parapeneliti, dimanasebagian mayoritas mereka hanyaberorientasi pada kenaikan pangkat,penyelesaian tugas-tugas proyek penelitianatau penyelesaian jenjang studi, tanpamengejar target bahwa penelitian itu dapatdipatenkan; dan

c. Penuiisan skripsi, tesis dan desertasi,terutama pada Fakultas Teknik dan MlPAseharusnya tidak hanya bertujuan untukmenyelesaikan studi, tetapi diubahmenjadi pola penuiisan skripsi yangberbentuk deskripsi untuk mengajukanpermintaan paten.

Melalui pemberdayaan Lembaga Litbangserta peningkatan gairah para peneliti,diharapkan dapat muncul ikiim yang kondusifdalam bidang penemuan dan pengembanganteknologi baru. Sehingga secara tidak langsungakan mendorong peningkatan permintaan patendomestik.

6. Kebijakan Strategis DirektoriatJendral (Ditjen) HKI

Ditjen HKI sebagai pihak yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan HKI, memiliki peranyang penting dalam upaya membentuk sistempaten yang wajar, efektif dan realistis yangberguna untuk kepentingan bangsa danNegara. Berikut beberapa langkah yang dapatdijadikan sebagai kebijakan strategis dalampelaksanaan paten di Indonesia:

a. Merevisi dan menyempurnakan peraturanperundang-undangan yang telah ada dibidang paten, sesuaidengan kepentingan

153

Page 18: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

bangsa dan negara dengan tetapmemperhatikan konvensi-konvensi

. internasional.

b. Memasyarakatkan dan mensosialisasikanpaten, baik di kalangan industriawan,pengusaha, peneliti, akademisi, maupundi.berbagai lapisan masyarakat lainnya.Program sosialisasi dimaksudkan untuk

-menumbuhkan sikap tanggap terhadaptanda-tanda perubahan dan kesadaranakan pengaruh paten dalam .kehidupansehari-hari. Kegiatan ini dapat dilaksanakanbekerja sama dengan Perguruan tinggi,himpunan pengusaha, LSM dan pihak-pihak lainnya, mengingat keberhasiiansistem paten hanyabisadilakukan bersama-sama dengan anggota masyarakat.

c. Menyempumakan administrasi pengelolaansistem Paten dan meningkatkan pelayanankepada masyarakat. Sistem patenkontemporer harus memperhitungkanfaktor otomasi.Sudah saatnya Kantor patenmenerapkan sistem otomasi pengelolaanpaten. Sebagaimana Jepang, melaluipaperless sistem, penmintaan paten dapatdilakukan melalui komputerdan on line keKantorPaten Jepang yang berada diTokyo.

d. Desentralisasi pendaftaran permintaanpaten. Permohonan permintaan patenakan semakin mudahapabiladesentraiisasipendaftaran dapat direaiisasikan. Denganmengoptimalkan Kanwil departemenKehakiman dan HAM di semua proplnsiuntuk dapat menerima permintaanpendaftaran paten, akan memberikankemudahan pada masyarakat di daerah.Akan tetapi walaupun permintaanpendaftaran paten bisa dilakukan didaerah, akan tetapi mekanisme prosesnyatetap dilakukan di pusat;

e. Pembentukan Gugus HKI; Keberadaanorganisasi pengelola HKI sangat signifikanbagi kemajuan ekonomi suatu-negara yangingih membangun perekonomian berbasispengetahuan. Selain itu, keberadaanorganisasi tersebut dapat memberikanarahan bagi peneiiti agar penemuan-penemuannya dapat aplikatif terhadapkebutuhan industri dan masyarakat sertamemiliki niiai kompetitif.

f. Membantu penegakan hukum di bidangpaten; Ditjen HKI telah melakukan koordinasisecara intensif dengan-aparat penegakhukum dan instansi terkait lain, untukmeningkatkan kuaiitas penegakan hukumdi bidang HKI. Untuk itu para penegakhukum perlu meningkatkan pengetahuandan pemahaman masyarakat di bidangHKI, sehingga dapat terwujud kerja samayang sinergis. Di samping itu, diiingkunganDitjen HKI juga terdapat tenaga PenyidikPegawai Negeri Sipii (PPNS) yangbertugas untuk membantu poiisi dalampenegakan hukum HKI.

1

Demikianlah beberapa hal yang dapatdipeilimbangkan untuk mempersiapkan danatau membentuk sistemHKI yangwajar, efektifdan realistis, sehingga bermanfaat bagikepentingan bangsadan negara.Wajar, artinyasistem paten yang dibangun sederhana dantidak terlalu muluk-muiuk. Efektif, artinya hukumpaten yang dibangun dapat dilaksanakansecara efektif dan memberikan daya guna bagikesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.Sedangkan reiistis, artinya bangsa indonesiahendak mencapai target yang ideai, namuntetap mempertimbangkan kemampuan danfasilitas yang dimiliki.

154 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL 8. MARET2001: 137 - 156

Page 19: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

Syihabuddin. Beberapa Peimasalahan Penerapan Paten...

Simpulan

Permasalahan yang dihadapi Indonesiadalam pelaksanaan paten adalah: minimnyapermohonan paten domestik" Indonesia, krisismoneter yang berkepanjangan yangmenyebabkan banyaknya pelanggaran paten,pandangan masyarakat bahwa paten adalah.konsep barat, dan lemahnya penegakanhukum.

Upaya untuk membangun sistem PatenIndonesia yang efektif, wajar dan reallstis,dapat dllakukan meialui beberapa instrumen,yaitu: (1) penyempumaan perundang-undangandi bidang paten; (2) pembaharuan sistempendldikan nasional untuk menyiapkan SDMyang berkualitas, terutama dalam merumuskansistem pengajaran Matematika dan iPA; {3}membangun budaya masyarakat agarmenghargai Hak Kekayaan Inteiektual (HKi); (4)merencanakan pola pembangunan teknologinasional dengan didukung berbagai kebijakanStrategis; (5) pemberdayaan lembaga peneiitiandan pengembangan (Lltbang) sertameningkatkan gairah peneliti; dan(6) penerapanberbagai kebijakan strategis oleh DirektoriatJendraiHKI.o

DaftarPustaka

Junus, Emawati."Perubahan atas Undang-undang Paten Tahun 1989." JurnalHukum Bisnis, Volume 2/1997

Kesowo, Bambang. "Periindungan Hukumserta Langkah-langkah Pembinaanoieh Pemerintah daiam Bidang HakMiiik inteiektual." Dalam Paten,Pengaturan dan Pelaksanaan. PusatPengkajian Hukum. Jakarta. 1993

. "Periindungan Hak Cipta atasKomputer Program." SambutanArahan

pada Seminar Hak Cipta •dalamIndustri Musik dan Perangkat LunakKomputerserta Penggunaannya diindonesia. Diseienggarakan oiehFakultas Hukum Atma Jaya.bekeijasamadengan .P.T. Microsoft Indonesia danMasyarakat HaKl Indonesia.Yogyakarta. 28 April 1999.

Luthan, Salman. "Instrumen PenegakanHukum Desain industri, Desain TataLetak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagangdan Kendalanya." Makalah dalamSeminar Nasional ImplementasiUndang-undang Desain industri,Rahasia Dagang dan Desain TataLetak Sirkuit Terpadu.Diseienggarakan oieh FH Uli bekerjasama dengan Klinik HaKi Jakarta.Yogyakarta, 4 Oktober 2000. .

Maulana, insan Budi. "Penerapan Paten SejakUU No. e.Tahun 1989hingga UU PatenNo. 13 Tahun 1997: Pengalaman

' indonesia selama ini." Jurnal Hukum.No. 12Voi. 6.1999. FH Uii Yogyakarta.

Nazif, Amru Hydari. "Paten dan PengeioiaanPeneiitian dan Pengembangan."Makaiah daiam Seminar Paten dan

Teknologi Nuklir dalam RangkaMeningkatkan Daya Saing Bangsa,Badan Tenaga Nukiir Nasional.Jakarta. 18 Agustus 1999

Purba, A. Zein Umar. "Peta Mutakhir HaKi."Makaiah daiam Kuliah Umum

Fakultas Hukum Universitas Islam

Indonesia. Yogyakarta. 31 Maret 2000

. "Penegakan Hukum di Bidang HaKl."Harian Kompas. 22 Mei 2000.

Sinungan, Ansorl. "Penegakan Hukum danLitigasi." Makaiah disampaikan dalam

155

Page 20: Beberapa Permasalah Penerapan Paten dan Upaya untuk ...

Training of The Trainer (TOT)Pengelola Gugus HKi PerguruanTinggI Surabaya dan Semarang. Juli2000

Subagyojantono. "Perlindungan HaKI diIndonesia." Makalah acuan untuk

SosiallsasI HaKI. Tanpa TahunDirektorat Paten.

Yayasan Klinik HaKI. Kompilasi Undahg-undang Hak CIpta, Paten Merek danTerjemahan Konvensl-konvensi diBidang Hak atas Kekayaan Inteiek-tual (HaKI). Sen A, CItra Aditya Bakti.Bandung. 1999

. Kompilasi Undang-undang HakCipta, Paten Merek dan TerjemahanKonvensl-konvensi di Bidang Hakatas Kekayaan Intelektual (HaKI),Seri B. Citra Aditya Bakti. Bandung.1999.

Yoshiro Sumlda. "The Role and Implementation of PatentLaw in 21 st Century, ThePossible Conflict Between Developedand Developing Countries." Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional.Peranan Hak Cipta, Paten dan Merekdaiam Pembangunan Perdagangandan Industri. Kerja sama FH Ull dan

Klinik HaKI Jakarta. Yogyakarta. 9Desember 1998. Him. 2.

Harian Repubiika. 9 Januari 1999.

Harian Media Indonesia, 16 Februari 1999

Harian Kompas. 9 Agustus 1999.

Harian Repubiika. 26 Agustus 1999.

Harian Repubiika. 14 Januari 2000.

Harian Suara Pembaharuan. 21 Januarii

, 2000.

Majalah Forum Keadiian, No. 8, 28 Mei 2000

Harian Republik Indonesia. Juni 2000.

Harian Kompas. 22 Nopember 2000.

Harian Kompas. 24 Januari 2001.

Harian Kompas. 11-12 September 2000.

Hanan Repubiika, 3 Januari 2001.

Harian Repubiika. 16 September 2000.

Peraturan Perundang-Undangan

Agreement on Trade Related Aspects ofIntellectual Property Rights (TRIPsAgreement)

Paris Convention for The Protection of Industrial

Property (Konvensi Paris)

The Paten Cooperation Treaty (POT).

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001tentang Paten.

156 JURNAL HUKUM. NO. 16 VOL. 8. MARET 2001: 137 -156