Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

28
BEBERAPA KASUS HUKUM ADAT PERKAWINAN Sarak (Bercerai) Rumah tangga yang sudah dibina dengan baik sekalipun tidaklah merupakan suatu jaminan bahwa rumah tangga itu lestari selamanya. Karena beragaman perbedaan dalam prinsip, kepribadian, pandangan hidup, sikap, perilaku, perbuatan, etika, moral, spiritua;, keadaan ekonomi dan sebagainya, bisa saja menyebabkan terjadinya perceraian, atau sarak dalam bahasa Tonyooi. Setiap masalah yang terjadi dalam rumah tangga, memang tentunya selalu diupayakan pemecahannya, agar tidak terjadi perceraian. Namun, apabila tidak ada kecocokan lagi yang sangat berat, maka perceraian tidak bisa dihindari. Proses Penyelesaian Kasus Perceraian Pihak yang diceraikan melaporkan kasusnya kepada Kepala Adat, dengan menyerahkan penenukng-penyingkap dan pembuang paneer. Kemudian pihak Dewan Adat kampung memanggil suami- istri yang berselisih tersebut dan menanyakan apa yang

Transcript of Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

Page 1: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

BEBERAPA KASUS HUKUM ADAT PERKAWINAN

Sarak (Bercerai)

Rumah tangga yang sudah dibina dengan baik sekalipun tidaklah

merupakan suatu jaminan bahwa rumah tangga itu lestari selamanya.

Karena beragaman perbedaan dalam prinsip, kepribadian, pandangan

hidup, sikap, perilaku, perbuatan, etika, moral, spiritua;, keadaan

ekonomi dan sebagainya, bisa saja menyebabkan terjadinya

perceraian, atau sarak dalam bahasa Tonyooi. Setiap masalah yang

terjadi dalam rumah tangga, memang tentunya selalu diupayakan

pemecahannya, agar tidak terjadi perceraian. Namun, apabila tidak

ada kecocokan lagi yang sangat berat, maka perceraian tidak bisa

dihindari.

Proses Penyelesaian Kasus Perceraian

Pihak yang diceraikan melaporkan kasusnya kepada Kepala Adat,

dengan menyerahkan penenukng-penyingkap dan pembuang paneer.

Kemudian pihak Dewan Adat kampung memanggil suami-istri yang

berselisih tersebut dan menanyakan apa yang menjadi akar

masalahnya sehingga hendak bercerai. Setelah mendengar keterangan

dari kedua belah pihak, maka akhirnya dewan adat tersebut

bermusyawarah untuk menilai apakah kasus yang terjadi tersebut

Page 2: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

melanggar norma-norma adat dan hukum adat perkawinan yang

berlaku dalam masyarakat adat Tonyooi.

Setiap masalah atau pertengkaran antara suami-istri dalam

rumah tangganya, yang mengarah kepada keinginan untuk bercerai,

oleh Kepala Adat selalu diupayakan secara maksimal, agar bisa

bersatu kembali dalam rumah tangga yang bersangkutan. Namun,

apabila upaya yang dilakukan oleh Kepala Adat tersebut berikut pihak

keluarga besarnya tetap menemui jalan buntu, maka perceraian bisa

saja disetujui dan sah berdasarkan hukum adat. Jadi tidak ada ikatan,

perjanjian atau kontrak perkawinan yang bersifat mutlak tak

terputusakan atau tak terceraikan dalam hukum adat perkawinan

Tonyooi. Tidak seperti halnya ikatan perkawinan menurut Ajaran

Gereja Katolik Roma, yang bersifat mutlak tak terputusakan!

Ketentuan Denda Adat Perceraian Tonyooi

Jika perceraian yang idealnya tak pernah diinginkan antara

suami-isteri mana pun, namun toh terjadi juga, maka ketentuan denda

adatnya adalah sebagai berikut ini.

1. Apabila suami-istri yang berselisih dan hendak bercerai,

sementara urusannya telah diserahkan ke Dewan Adat. Lalu kemudian

setelah diurus oleh Dewan Adat, ternyata suami-isteri tersebut mau

rujuk kembali, maka untuk menentukan denda adat harus melihat

Page 3: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

kasusnya terlebih dahulu, barulah kepala adat dan anggotanya

bermusyawarah untuk menentukan denda adat. Apabila masalahnya

dianggap sangat melanggar norma adat yang berlaku, maka denda

adatnya bisa berupa bemakng paliq dan ditambah dengan dua buah

antaakng.

2. Jika keinginan bercerai dari salah satu pihak dengan alasan

mau kawin lagi atau tidak cocok dengan pihak keluarga besar

pasangannya (suami atau isteri), maka denda adatnya adalah

mencapai satu sampai dengan lima buah antaakng, dan ditambah

dengan catrekah, batun ruratn nikah, bemakng paliq.

Adapun harta gono-gini dibagi dengan perhitungan persentase.

Apabila dalam proses perceraian terjadi perebutan harta benda

tersebut, dan penyelesaiannya tidak dapat dilakukan secara

kekeluargaan, maka kasus ini harus diserahkan kepada Kepala Adat.

Jika masalah ini ditangani oleh Dewan Adat, maka ketentuan adatnya

adalah sebagai berikut di bawah ini.

Kententuan Pembagian Harta Benda dalam Perceraian

Ketentuan adat tentang pembagian harta benda dalam kasus

perceraian dapat diterangkan sebagai berikut di bawah ini.

Page 4: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

(1) Retaaq rempuk (harta bersama), yaitu harta benda yang

diperoleh secara bersama-sama oleh suami-istri selama berumah

tangga. Apabila terjadi perceraian, maka harta benda ini harus dibagi

atas dasar kesepakatan bersama.

(2) Retaaq mento, yaitu harta benda yang diperoleh suami-istri

semasa belum menikah, misalnya harta warisan dari orang tua

perempuan atau orang tua laki-laki. Apabila terjadi perceraian, maka

pembagiannya adalah sebagai berikut: (a) harta benda tersebut tetap

menjadi milik laki-laki (suami), apabila harta itu didapatkan sebelum

menikah atau warisan dari orang tuanya; dan (b) harta benda itu tetap

menjadi milik perempuan (isteri), apabila barang atau harta itu

didapatkan sebelum menikah atau warisan dari orang tuanya.

(3) Jika terjadi perebutan harta warisan antara anak-anak yang

masih bersaudara kandung, maka ketentuannya adalah sebagai

berikut: (a) anak laki-laki berhak atas harta warisan (retaaq mento)

ayahnya; dan apabila tidak mempunyai anak laki-laki, maka warisan

ini dikembalikan kepada keluarganya yang laki-laki; dan (b) anak

perempuan berhak atas harta warisan (retaaq mento) ibunya, dan

apabila tidak mempunyai anak perempuan, maka warisan ini

dikembalikan kepada keluarga yang perempuan.

Page 5: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

Perceraian Atas Kemauan Bersama

Apabila dalam membina rumah tangga pasangan suami-istri

tidak memiliki kecocokan lagi, maka pilihan terakhir adalah perceraian.

Hal ini disepakati secara bersama-sama termasuk segala harta benda

yang mereka peroleh selama berumahtangga harus dibagi secara adil.

Jika pasangan yang bercerai ini memiliki anak, maka hak

mengasuhnya dimusyawarahkan oleh kedua belah pihak; dan bisa juga

kepada anak diberikan kebebasan untuk memilih apakah ia memilih

untuk mengikuti ibu atau bapaknya kandungnya.

Adapun ketentuan denda adatnya adalah sebagai berikut di

bawah ini, yaitu: (1) Bemakng paliq, yang terdiri dari: burai (pupur dari

beras), satu telur ayam kampung, isa (pisau), satu mengoong

(mangkuk kecil) dan satu piring putih untuk dewan adat kampung; (2)

Bemakng paliq, yang terdiri dari burai (pupur dari beras), satu telur

ayam kampung, isa (pisau), satu mengoong (mangkuk kecil), satu

piring putih, dan ditambah dengan duyuun (tombak) dan edooq

(parang) untuk lalaakng ( suruh).

Lepah empuluuq

Lepah empuluuq adalah suatu perceraian di mana seorang suami

atau istri yang menginginkan perceraian tidak mendapatkan bagian

Page 6: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

apapun dari harta benda yang didapatkan secara bersama-sama

selama berumah tangga. Biasanya perceraian dengan istilah lepah

empuluq ini terjadi, apabila hanya salah satu pihak saja yang

menginginkan perceraian, sementara pihak pasangannya tidak

menginginkan perceraian. Setelah diupayakan perdamaian melalui

nasehat dari kepala adat dan keluarga besar masing-masing pihak,

namun salah satu pihak tetap pada keputusannya untuk bercerai,

walaupun alasan-alasan yang diajukannya tidak begitu kuat menurut

pihak dewan adat dan keluarga besarnya.

Perceraian dalam bentuk lepah empuluuq ini tentu saja adalah

harapan dari pihak yang diceraikan. Karenanya, kepala adat harus

mendengarkan usulan-usulan dari kedua belah pihak dan

mempertimbangkannya dengan baik serta bermusyawarah dalam

mengambil keputusan supaya diperoleh keputusan pembagian harta

benda yang lebih bijaksana secara maksimal.

Pengkau

Yang dimaksud dengan istilah ‘pengkau’ adalah merebut istri

atau suami yang sah orang lain. Artinya seseorang yang masih terikat

oleh ikatan perkawinan (adat), tiba-tiba kawin lagi dengan laki atau

perempuan lain dengan menceraikan istri atau suaminya yang

terdahulu. Pada masa lalu, biasanya pasangan yang melakukan

Page 7: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

perkawinan pengkau ini lari ke tempat kepala adat untuk

mendapatkan perlindungan sekaligus menyerahkan segala

permasalahannya.

Apabila terjadi kasus semacam ini biasanya pihak keluarga, yang

ditinggalkan melaporkannya kepada kepala adat disertai adat

penenukng-penyingkap berupa satu piring putih dan pembuang

paneer. Yang dimaksud dengan penenukng-penyingkap adalah

sebagai suatu pemberitahuan kasus perkara yang telah diserahkan

masalahnya kepada kepala adat, sedangkan pembuang paneer

artinya adalah uang tunai yang harus diserahkan oleh orang yang

melaporkan kasus itu kepada Kepala Adat.

Ketentuan denda adat untuk perkawinan pengkau poyut dalam

adalah sebagai berikut ini. (1) Pihak yang diceraikan atau ditinggalkan

harus mengisi persyaratan besaraaq yang lengkap seperti: (a)

Bemakng paliq, yang terdiri dari: burai (pupur dari beras), satu telur

ayam kampung, isa (pisau), satu mengoong (mangkuk kecil) dan satu

piring putih untuk Dewan Adat kampung; dan (b) Bemakng paliq, yang

terdiri dari: burai (pupur dari beras), satu telur ayam kampung, isa

(pisau), satu mengoong (mangkuk kecil), satu piring putih untuk

lalaakng (suruh).

Page 8: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

Adapun denda adat pengkau serta nilai gawai-nya mencapai 7

hingga 10 buah antaakng, yaitu : (1) Penengkola tukaar (2 buah); (2)

Penengau juwakng (2 buah); (3) Bemakng nyui spootn (2 buah); (4)

Pemerawit-pemeremaat (2 buah); (5) Apaar tete serentenaan (1

buah); (6) Ruraatn (2 buah); dan (7) Catrekah tanaq turus : pihak

laki-laki (3 buah), dan perempuan sebesar (2 buah).

Pengkau Balotn

Menurut pendapat beberapa imforman kajian ini, pengkau balotn

adalah bila orang yang sudah berumah tangga (suami atau istri)

berselingkuh dengan perempuan atau laki-laki lain. Tetapi perbuatan

tersebut tidak diakuinya, namun bukti atau fakta yang ada serta

keterangan dari orang lain menunjukkan bahwa perselingkuhan itu

memang benar terjadi, misalnya dari hubungan cinta tersebut telah

lahir seorang anak. Apabila terjadi kasus seperti ini, maka pihak yang

melakukan perbuatan tersebut harus membayarkan denda adat

berupa: bemakng paliq, serepatn, remangkap-remangkup dengan

denda berupa 4 buah antaakng kepada istri/suami pertama.

Pengertian pengkau balotn menurut informan lainnya adalah

seseorang laki-laki yang mempunyai hubungan cinta dengan istri sah

secara adat dari orang lain, kemudian setelah masalahnya diajukan

Page 9: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

kepada Dewan Adat guna dimintai pertanggungjawabannya untuk

menikahi isteri orang lain tersebut secara adat pula, namun laki-laki

tersebut menolak atau membatalkan rencanannya semula untuk

menikahi perempuan tersebut.

Pengertian pengkau balotn menurut informan yang lain lagi

adalah bahwa seorang laki-laki yang mempunyai hubungan cinta

dengan istri sah secara adat dari seseorang, dan tiba-tiba saja suami

perempuan tersebut sakit dan meninggal dunia. Sebelum upacara adat

suaminya selesai, maka sang janda tersebut mau menerima lamaran

laki-laki tersebut untuk menikahinya, walau masa bergabung atas

suaminya tersebut belum selesai masanya.

Pengkau Bangkai

Istilah pengkau bangkai berasal dari bahasa Tonyooi, yaitu dari

kata kerja mengkaau, yang artinya melangkahi, sedangkan bangkai

artinya mayat atau jenazah. Jadi pengkau bangkai adalah bila

seseorang yang suami atau istrinya baru saja meninggal dunia dan

mayatnya masih ada di dalam rumah (belum dikuburkan), namun

sudah menerima lamaran dari orang lain untuk menikah dan sudah

kumpul dalam satu rumah dengan suami/isteri yang baru.

Page 10: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

Apabila terjadi kasus semacam ini, maka orang yang berbuat

tersebut harus membayarkan denda adat kepada pihak keluarga yang

meninggal dunia, sedangkan besarnya mencapai 5 hingga 10 buah

antaakng, dengan rincian sebagai berikut, yaitu (1) Bolitn baluuq (2

buah antaakng); (2) Sima meruaaq (2 buah antaakng); dan (3) Angih

rarikng (4 buah antaakng). Adapun harta gono-gini adalah hak dari

pihak anggota keluarga yang meninggal.

Sait Sumakng

Sait sumakng adalah bila seseorang (suami/isteri) yang sudah

menikah secara sah berteman dengan orang yang sudah

menikah/berkeluarga pula, baik itu dengan suami maupun istrinya,

kemudian ada barang yang terbawa ke rumahnya (misalnya sapu

tangan, handuk kecil, jaket atau barang apapun), yang adalah milik

dari suami/istri yang sah, teman berkencan tersebut tadi.

Untuk kasus seperti ini, maka pihak suami/istri yang merasa

dikhianati oleh suami/isterinya, membawa barang tersebut tadi

kepada kepala adat, dan disertai dengan penenukng- penyingkap dan

pembuang paneer.

Setelah melihat barang bukti tersebut, maka kepala adat

memanggil ke dua belah pihak untuk menyelesaikannya secara

Page 11: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

musyawarah dan mufakat dengan memberikan denda adat yang

dinamakan sait sumakng, seperti berikut ini, yaitu: (1) Satu piring putih

dan satu jie. (2) Bemakng paliq yang terdiri dari: burai (pupur dari

beras), satu telur ayam kampung, isa (pisau), satu mengoong

(mangkuk kecil), dan satu piring putih.

Sumakng Labakng Dusaakng Turu

Sumakng labakng dusaakng turu adalah bila seorang suami atau

isteri yang sudah berkeluarga mempunyai hubungan cinta dengan

wanita atau pria lain, lalu hubungan mereka diketahui oleh pihak

suami atau istrinya yang sah. Untuk memperkuat tuduhannya, maka

dia melakukan penangkapan dan mengambil barang bukti, seperti

pakaian atau benda lainnya dari pasangan selingkuh istri/suaminya itu.

Kemudian barang tersebut diserahkan kepada kepala adat sebagai

barang bukti, disertai dengan penenukng-penyingkap dan pembuang

paneer. Ketentuan denda adatnya adalah sebagai berikut.

(A) Seorang suami/istri yang menangkap basah perlakuan di luar

norma atau etika tersebut di tempat tidur. Ketentuannya adalah

sebagai berikut. (1) Jika perbuatan tersebut baru dilakukan yang

pertama kalinya, maka denda adatnya sebesar 2 antaakng; (2) Jika

perbuatan itu sudah berulang kali, maka denda adatnya sebesar 4 - 6

Page 12: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

antaakng (bisa juga dilakukan musyawarah mengenai jumlah denda

adat dengan orang yang bersalah dan dendanya dibayarkan pada saat

itu juga, sehingga orang lain dan pihak adat tidak mengetahuinya,

karena kejadian ini terjadi pada malam hari. (urusannya tidak sampai

ditangani oleh Dewan adat); dan kedua ketentuan tersebut harus

disertai dengan bemakng paliq: burai (pupur dari beras), satu telur

ayam kampung, isa (pisau), satu mengoong (mangkuk kecil), satu

piring putih.

(B) Apabila penangkapan ini terjadi luar rumah, misalnya di

hutan, maka ketentuan denda adatnya mencapai 6 – 10 buah

antaakng. Termasuk bemakng paliq, yang terdiri dari burai (pupur dari

beras), satu telur ayam kampung, isa (pisau), satu mengoong

(mangkuk kecil), dan satu piring putih.

Gampakng

Yang dimaksud dengan gampakng adalah apabila seorang

perempuan yang hamil di luar ikatan pernikahan yang sah secara adat;

dan belum ada laki-laki yang bertanggung jawab atas kehamilannya

itu. Apabila terjadi kasus seperti ini, maka pihak orang tua perempuan

tersebut segera mencari pelakunya; dan apabila pelakunya sudah

diketahui, maka urusannya segera diserahkan kepada kepala adat

Page 13: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

untuk mencari penyelesaiannya dengan melibatkan pihak keluarga

perempuan maupun keluarga laki-laki. Ada tiga macam kemungkinan

cara penyelesaian kasus seperti ini.

(A) Pelaku bersedia untuk menikah. Jika pelaku pada saat

ditanyakan oleh kepala adat dan tokoh-tokoh adat menyatakan

besedia untuk menikahi perempuan tersebut, maka urusanya menjadi

singkat. Kedua pasangan tersebut harus menyerahkan tanda bukti

(tununt lepusu biraakng ate), berupa mandau dari pihak laki-laki dan

pisau dari pihak perempuan. Makna dari mandau tersebut ialah

menunjukkan ketulusan hati seorang laki-laki untuk membina keluarga

dengan penuh tanggung jawab. Demikian pula halnya dengan pisau

mempunyai makna ketulusan hati seorang perempuan dalam

membina rumah tangga secara bertanggung jawab serta bersedia

bekerjasama dengan suaminya. Dengan selesainya acara ini pasangan

tersebut dinyatakan sah oleh kepala adat dan upacara adat

perkawinan (pelulukng-peruku) dapat dilaksanakan di kemudian hari

sesuai dengan kesepakatan keluarga dari kedua belah pihak.

(B). Pelaku tidak bersedia menikah. Apabila pada waktu memintai

pertanggangjawaban dan penegasan dari dewan adat, pelaku yang

terbukti melakukan perbuatan tersebut tetap memilih tidak menikahi

perempuan tersebut, maka sanksi adat akan diberikan kepadanya.

Page 14: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

Adapun sanksi adatnya adalah sebagai berikut. (1) Bontakng

tekaas/delatn (sarana penerangan). (2) Sentahat/sentaratn (pakaian

bebat untuk ibu yang melahirkan). (3) Bangkat metuuq luluuq /yuur

pakuuq piko (lauk-pauk). (4) Merusak diri seseorang. (5) Sangu anak.

(6) Apaar tete anaak (anak bisa pergi ke tempat bapak). (6) Peruruuq

(mohon maaf). (7) Bemakng paliq dan menyiapkan ruraatn 2 par

(baki). Satu par adalah sebagai syarat untuk kepala adat berbicara,

dan satu par lainnya untuk menyerahkan denda adat.

Besarnya ketentuan denda adat untuk nomor 1 sampai dengan 6

di atas, wajib disesuaikan dengan kondisi atau tingkat ekonomi

seseorang, artinya berdasarkan kebijaksanaan dewan adat.

(C) Menikah dengan pria lain. Jika seseorang yang seharusnya

bertanggung jawab atas perbuatan tersebut tidak mau menikahi, maka

dalam tradisi perkawinan orang Tonyooi kadang-kadang ada pria lain

yang bersedia menikahi perempuan tersebut, walaupun perempuan

tersebut dalam keadaan hamil; dan kehamilan itu bukanlah hasil dari

hubungannya dengan perempuan tersebut.

Hal ini bisa terjadi, apabila kedua pihak memiliki kepentingan

yang sama, yaitu ingin segera menikah. Misalnya saja si laki-laki agak

kesulitan dalam mencari calon istri, sedangkan perempuan harus

mencari orang yang mau bertanggung jawab terhadap janin yang

Page 15: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

dikandunginya, sekaligus untuk menyelamatkan aib dirinya, berikut

untuk melindungi nama baik keluarga besarnya. Orang yang menikahi

perempuan dalam kondisi seperti ini dikenal dengan istilah nyelamar

tolakng tapikng. Maknanya adalah bagaikan seseorang yang

memungut bambu sedang hanyut di sungai.

Menurut ketentuan adat yang berlaku, pihak perempuan harus

membayarkan denda adat kepada pihak laki-laki yang bersedia

menikahinya berupa bemakng paliq, dan ditambah dengan 4 buah

antaakng. Kemudian kepala adat menyatakan hubungan mereka sah

secara adat dan upacara adat pelulukng peruku pun dapat

dilaksanakan di kemudian hari.

Pemaduq

Pemaduq adalah apabila seorang laki-laki yang sudah menikah

mempunyai keinginan untuk menikah lagi, namun tidak menceraikan

istrinya yang pertama. Untuk melaksanakan niatnya tersebut, maka ia

harus meminta persetujuan dari istri pertama dan calon istri keduanya.

Bila tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak tersebut, maka

perkawinan ini bisa disyahkan oleh Dewan Adat. Ada kemungkinan

adat terpengaruh oleh ketentuan dalam hukum agama Islam.

Page 16: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

Pada masa sekarang ini, perkawinan pemaduq ini jarang

sekali terjadi dan hanya dilakukan pada masa lampau ketika

masyarakatnya masih sangat tradisional. Perkawinan dengan bentuk

pemaduq ini kebanyakan dilakukan oleh seorang laki-laki yang ingin

beristri dua (poligami).

Denda adat yang harus diserahkan kepada istri pertama adalah

sebagai berikut. (1) Manik tabur lemiaang pulak (2 antaakng).

Bermakna ungkapan ini adalah sebuah pengakuan dari isteri tua untuk

bersatu dalam pemakaai harta perhiasan. (2) Sape tetar ulap tetar (2

antaakng). Makna ungkapan ini adalah pengakuan dari isteri untuk

besatu dalam pakaian yang sama. (3) Anoq bebeh (2 antaakng).

Maknanya adalah sebuah pengakuan dari isteri tua untuk besedia

memakai wadah pengangkut padi yang sama. (4) Lomuq bahoo (2

antaakng) Makna ungkapan ini adalah sebuah pengakuan dari isteri

tua untuk bergabung tempat tempian padi atau beras. (5) Jamot tetar

buat tetar (2 antaakng). Makna ungkapan ini adalah sebuah

pengakuan dari isteri tua untuk melakukan pekerjaan rumah tangga

secara bersama-sama. (6) Sine peretolaq (2 antaakng). Makna

ungkapan ini adalah sebuah pengakuan dari isteri tua untuk bersatu di

dalam satu selimut atau di atas satu tempat tidur. (7) Tolaak ruakng

(2 antaakng). Makna ungkapan ini adalah pengakuan dari isteri tua

Page 17: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

untuk bergabung pada satu wadah air minum (labuuq atau gaa). (8)

Mohon maaf, mohon ampun, dan denda adatnya sebesar ( sebuah

antaakng). (9) Berupa jamuan maka bersama atau ruraatn dengan

menyediakan: (a) Udaatn perakatn (Dewan Adat). Denda adatnya

adalah (sebuah antaakng); dan (b) Paar (baki) untuk menyerahkan

denda adat (peruruuq).

Di samping ketentuan denda adat di atas, ada juga syarat yang

harus dipenuhi/disepakati oleh istri pertama dan istri kedua, yaitu

bahwa Istri pertama dan istri kedua saling tukar-menukar barang bukti,

sebagai tanda kesepakatan dan kebersamaan dalam satu ikatan

rumah tangga (dua insan di bawah satu atap). Maksudnya mereka

berdua sepakat untuk dijadikan istri dari satu orang laki-laki, yang

disaksikan oleh dewan adat. Adapun barang yang saling dipertukarkan

tersebut adalah sebagai berikut: satu piring putih, satu ladikng (pisau),

satu lembar tudukng (batik/caor sebagai penutup kepala), satu ketau

(rok), satu sapai (baju), satu manik tamakng pengikat, dan satu

antaakng pengakup remangkup.

Semua barang tersebut diserahkan untuk calon madu, kemudian

calon madu menerima dan mengeluarkan barang yang sama untuk

diberikan kepada istri pertama.

Page 18: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

Sancut Salitn

Menurut informan studi ini sancut salitn adalah menggantikan

pakaian yang lama dengan pakaian yang baru akibat dari suatu

perbuatan atau tutur kata seseorang atau lebih yang ditujukan kepada

orang lain dengan maksud menjelek-jelekan yang bersangkutan

berupa tutur kata yang kurang sopan, menghina dan merendahkan

harga diri orang lain.

Jadi Sancut salitn di sini lebih bermakna konotatif, artinya bahwa

seseorang harus membayar denda adat atas tutur katanya sendiri

yang tidak sopan. Kata konotasi adalah tautan pikiran yang

menimbulkan nilai rasa pada seseorang, ketika berhadapan dengan

sebuah kata. Kata konotatif berarti tentang suatu perkataan yang

mempunyai makna tautan antara perkataan dan nilai rasa pada kata

yang diungkapkan dan ditujukan kepada orang lain.

Nulak Busukng

Yang dimaksud dengan nulak busukng ialah suatu perkawinan

yang semestinya tidak boleh terjadi, karena apabila ditinjau dari garis

keturunan ayah dan ibu, maka perkawinan tersebut tidak sesuai atau

tidak sederajat. Jika terjadi perkawinan seperti ini, maka pasangan

Page 19: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

yang melakukan perkawinan ini harus membayar denda adat kepada

mertua masing-masing.

Ada pun denda adat yang dijatuhkan adalah sebagai berikut,

yaitu: (1) Burai bango : burai (pupur dari beras), satu telur ayam

kampung, isa (pisau), satu mengoong (mangkuk kecil) , satu piring

putih; (2) Pihak laki-laki menyerahkan sapai (baju) yang ditambah lagi

dengan satu buah antaakng kepada mertuanya laki-laki (bapak orang

tua perempuan); (3) Pihak perempuan menyerahkan satu sapai (baju)

yang ditambah dengan satu buah antaakng kepada mertuanya yang

perempuan (ibu laki-laki); dan (4) Pejeak petakar guna meminta

pengampunan kepada roh-roh, agar kedua pasangan lepas dari mara

bahaya.

Perkawinan Cahuuq

Dalam masyarakat Tonyooi, perkawinan yang dilarang (incest)

disebut cahuuq. Apabila perkawinan itu dilakukan antara pasangan

yang bersaudara kandung, anak dengan ibu atau ayah, menantu

dengan mertua, paman atau bibi dengan kemenakannya, kakek atau

nenek dengan cucu.

Sumakng Buhotn

Page 20: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

Seseorang yang suami atau istrinya baru saja meninggal dunia

dan mayatnya masih ada di dalam rumah, namun suami atau istri dari

yang meninggal tersebut sudah berpacaran lagi dengan perempuan

atau lelaki lain dan tertangkap basah oleh suami/isterinya yang sedang

berduka, yang sebenarnya perbuatan serong ini sudah diketahuinya

selagi yang meninggal itu masih hidup. Yang menuntut denda adat

dalam kasus seperti ini adalah pihak keluarga yang anggota

keluarganya meninggal dunia tersebut. Adapun denda adatnya adalah

berupa burai bango, dan ditambah dengan satu sampai tiga buah

antaakng.

Menurut informan yang dimaksud dengan sumakng buhotn

adalah seseorang yang suami atau istrinya baru saja meninggal dunia,

kemudian pada waktu diadakan upacara adatnya, maka suami atau

istri berpacaran dengan perempuan atau laki-laki lain, sehingga pihak

keluarga yang sedang musibah menuntut denda adat, karena

kesalahan itu.

Bulitn Baluuq

Yang dimaksud dengan bulitn baluq adalah seseorang isteri, yang

suaminya baru saja meninggal dunia, kemudian ia menerima lamaran

laki-laki yang ingin menikahinya, padahal acara adat penguburan

Page 21: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

suaminya belum selesai dilaksanakan. Keluarga pihak suami masih

dalam masa berkabung atau berduka. Oleh karena itu, pihak keluarga

suami yang meninggal dunia menuntut denda adat kepada kedua

pasangan suami istri yang baru tersebut.

Pada masa lalu seseorang perempuan yang suaminya baru saja

meninggal dunia selalu melakukan adat masa berkabung yang

ditandai dengan ketaw tenelungkup (bentuk pakaian bawah seperti

yang dipakai pada acara tarian gantar, tetapi bagian dalamnya dibalik

menjadi bagian luar) atau pemotongan rambut panjang sampai

mendekati bawah daun telinga.

Seseorang isteri baru bisa menikah lagi, kalau rambutnya sudah

panjang sampai ke bahu. Tujuannya adalah supaya kesedihan pihak

keluarga terhadap orang yang meninggal dunia sudah mulai hilang

dan segala upacara adat kematian sudah terselesaikan dengan baik.

Jika ada anggota masyarakat yang melihat bentuk rambut perempuan

yang dipotong seperti itu, berarti perempuan tersebut masih dalam

masa berkabung dan suaminya baru saja meninggal dunia yang

disebut baluuq.

Menurut tradisi pada masa lalu, seseorang isteri yang melakukan

perkawinan pada masa baluuq ini dikenakan denda adat sebagai

berikut : (a) Burai bango, yang terdiri dari burai (pupur dari beras),

Page 22: Beberapa Kasus Hukum Adat Perkawinan

satu telur ayam kampung, isa (pisau), satu mengoong (mangkuk kecil),

satu piring putih; (b) Satu mekau atau antaakng); dan (c) Ruratn

peruruuq (upacara dengan maksud untuk mempererat hubungan

kekeluargaan).