BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

93
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PEMAKAIAN MASKER PADA POLANTAS UNIT POS TETAP DI POLWILTABES SEMARANG TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh: Astri Lestari NIM. 6450404106 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009

Transcript of BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

Page 1: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PEMAKAIAN MASKER PADA POLANTAS UNIT POS

TETAP DI POLWILTABES SEMARANG TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh: Astri Lestari

NIM. 6450404106

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2009

Page 2: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

ii

ABSTRAK

Astri Lestari, 2009, Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Pemakaian Masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang Tahun 2009, Skripsi, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Pembimbing: I. Drs. Herry Koesyanto, M.S., II. Widya Hary C, S.KM., M.Kes.

Kata Kunci: Masker, Polantas

Akibat aktivitas manusia, udara seringkali menurun kualitasnya. Dampak langsung yang dapat dirasakan oleh masyarakat akibat penurunan kualitas udara adalah meningkatnya penyakit gangguan saluran pernafasan. Berdasarkan penelitian di beberapa tempat di Indonesia, menurut Achmadi, Guru Besar Ilmu Kesehatan Lingkungan Universitas Indonesia kelompok orang yang berisiko tinggi mengalami dampak polusi adalah Polisi Lalu Lintas (Polantas). Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah faktor apa sajakah yang berhubungan dengan praktik pemakaian masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan praktik pemakaian masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang.

Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan metode survei dan pendekatan crossectional. Populasi dalam penelitian ini anggota Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang yang berjumlah 72 orang. Jumlah sampel dalam populasi ini adalah 72 orang, teknik pengambilan sampel dengan total random sampling. Data penelitian ini diperoleh dengan wawancara dan angket. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan statistik uji chi-square dengan derajat kemaknaan (α ) = 0,05.

Dari hasil penelitian responden didapatkan bahwa faktor yang berhubungan dengan umur, pendidikan, pengetahuan, dan sikap adalah dengan (p value 0.0001 dengan CC=0.600), (p value 0.0001 dengan CC=0.480), (p value 0.0001 dengan CC=0.483), (p value 0.0001 dengan CC=0.535), dan (p value 0.000 dengan CC=0.600).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, ada hubungan antara umur, pendidikan, pengetahuan, dan sikap dengan praktik pemakaian masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang Tahun 2009. Saran yang dapat disampaikan adalah perlu adanya penyuluhan tentang pentingnya pemakaian masker pada petugas Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui kesehatan petugas Polantas yang berhubungan dengan kapasitas vital paru.

Page 3: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

iii

ABSTRACT Astri Lestari. 2009. Factors Related to Practice of Mask Usage on Polantas

Unit Pos Tetap of Polwiltabes Semarang in 2009. Final Project. Public Health Department, Sportsmanship Faculty, Semarang State University. Counselors: I. Drs. Herry Koesyanto, M.S., II. Widya Hary C., S.KM, M.Kes

Keyword: The Mask, Polantas

As the consequence of human activities, air quality often degrades. The direct impact experienced by people as the degradation of quality air is likely the increasing of respiration dysfunction. Based on some researches conducted in some areas in Indonesia, according to Achmadi, a Professor of Environment Health Science of Indonesia University, a group with high risk of experiencing pollution impact is traffic officer (Polantas). The problem examined in this research is factors related to practice of mask usage on Polantas Unit Pos Tetap of Polwiltabes Semarang. The object in this research is to know any factors related to mask usage on Polantas Unit Pos Tetap of Polwiltabes Semarang.

This is an explanatory research, which using cross-sectional survey method and approach. The population of this research is 72 members of Polantas Unit Pos Tetap in Polwiltabes Semarang. The sample of the population is 72 people, chosen using random sampling method. This data of the research is obtained using interview and questionnaire. The data obtained in this research was processed using test statistic of Chi-Square with coefficient (α) = 0,05.

The result of the research explains that factors related to between age, education, knowledge, and attitude it got (p value 0.0001 dengan CC=0.600), (p value 0.0001 dengan CC=0.480), (p value 0.0001 dengan CC=0.483), (p value 0.0001 dengan CC=0.535), dan (p value 0.000 dengan CC=0.600).

Based on the result of the research, it can be concluded that there is relation between age, education, knowledge, and attitude with practice of mask usage on Polantas Unit Pos Tetap of Polwiltabes Semarang in 2009. It is suggested that it need to conduct counselling about the importance of mask usage on officers of Polantas Unit Pos Tetap of Polwiltabes Semarang. It needs further research to know Polantas officers’ health related to vital lung capacities.

Page 4: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

iv

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan

Praktik Pemakaian Masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes

Semarang Tahun 2009” telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian

Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Pada hari : Kamis

Tanggal : 27 Agustus 2009

Panitia Ujian

Ketua, Sekretaris, Drs. H. Harry Pramono, M.Si. Irwan Budiono, SKM, M.Kes. NIP.131 469 638 NIP.132 308 392

Penguji,

1. Drs. Sugiharto, M. Kes. (Ketua) NIP.131 571 557

2. Drs. Herry Koesyanto, M.S. (Anggota) NIP. 131 571 549

3. Widya Hary C, SKM, M.Kes. (Anggota) NIP. 132 308 386

Page 5: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Pelindung pernafasan atau yang biasa disebut masker adalah salah satu

bagian dari APD yang berfungsi sebagai pelindung hidung dan mulut. Masker

sangat diperlukan sekali oleh tenaga kerja, terutama pada tenaga kerja yang setiap

harinya terpapar oleh debu (Herrington, 2005:246).

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Ayah (H. Abdul Rochman) dan Ibu (Hj. Alim

Mahrum) sebagai dharma bakti Ananda.

2. Almamaterku UNNES.

Page 6: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Beberapa Faktor yang Berhubungan

dengan Praktik Pemakaian Masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes

Semarang Tahun 2009” dapat terselesaikan dengan baik. Penyelesaian skripsi ini

dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai tersusunnya skripsi ini,

dengan rasa rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang, Bapak Drs. Moh. Nasution, M. Kes., atas ijin penelitian.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan,

Universitas Negeri Semarang, Bapak dr. H. Mahalul Azam, M. Kes., atas

persetujuan penelitian.

3. Pembimbing I, Bapak Drs. Herry Koesyanto, M.S, atas arahan, bimbingan,

dan masukannya dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Pembimbing II, Ibu Widya Hary Cahyati, S.KM, M.Kes, atas arahan,

bimbingan, dan masukannya dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, atas ilmunya selama kuliah.

6. Kasatlantas Polwiltabes Semarang AKBP Guritno Wibowo, SH, Sik, M.Si,

atas ijin penelitian.

Page 7: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

vii

7. Pengurus Bagian Operasional Satlantas Polwiltabes Semarang Brigadir

Yunanto atas bantuan dalam proses pengambilan data.

8. Segenap Anggota Satlantas Polwiltabes Semarang, atas kesediaannya menjadi

responden dan meluangkan waktunya dalam proses pengambilan data.

9. Ayah dan Ibu tercinta, atas perhatian, kasih sayang, motivasi dan doa, sungguh

berarti bagiku hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

10. Adik-adikku, atas dorongan dan semangatnya sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

11. Suami dan Anakku atas kasih sayang dan semangat yang telah diberikan dan

yang telah mengajarkanku tentang arti kesabaran dalam menjalani hidup.

12. Sahabatku Tyas, Ika Siswi, dan Wakhdatun, atas bantuan dan motivasinya

dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan dalam

penyelesaian skripsi ini.

Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat

ganda dari Allah SWT. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna

penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Semarang, Agustus 2009

Penyusun

Page 8: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ........................................................................................................ i

ABSTRAK ................................................................................................... ii

ABSTRACT ................................................................................................. iii

PENGESAHAN ............................................................................................ iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 7

1.5 Keaslian Penelitian ................................................................................ 7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 9

Page 9: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

ix

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 10

2.1 Pencemaran Udara ................................................................................ 10

2.2 Alat Pelindung Diri ............................................................................... 17

2.3 Beberapa Teori Perubahan Perilaku ....................................................... 21

2.4 Polantas................................................................................................. 23

2.5 Kerangka Teori ..................................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 26

3.1 Kerangka Konsep .................................................................................. 26

3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 26

3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................. 27

3.4 Variabel Penelitian ................................................................................ 27

3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran .......................................... 27

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 29

3.7 Sumber Data Penelitian ......................................................................... 29

3.8 Instrumen Penelitian .............................................................................. 30

3.9 Pengambilan Data ................................................................................. 32

3.10 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 34

4.1 Deskripsi Data ....................................................................................... 34

4.2 Hasil Penelitian ..................................................................................... 34

4.3 Analisis Univariat ................................................................................. 34

4.4 Analisis Bivariat .................................................................................... 37

Page 10: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

x

BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 43

5.1 Hubungan antara Umur dengan Praktik Pemakaian Masker pada

Polantas .............................................................................................. 43

5.2 Hubungan antara Pendidikan dengan Praktik Pemakaian Masker pada Polantas ........................................................................................ 44

5.3 Hubungan antara Masa Kerja dengan Praktik Pemakaian Masker pada Polantas ........................................................................................ 45

5.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Pemakaian Masker pada Polantas ........................................................................................ 46

5.5 Hubungan antara Sikap dengan Praktik Pemakaian Masker pada

Polantas .............................................................................................. 47

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 49

6.1 Simpulan ............................................................................................... 49

6.2 Saran ..................................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 50

LAMPIRAN ................................................................................................. 52

Page 11: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ................................................................... 7

Tabel 1.2 Perbedaan Penelitian ................................................................ 8

Tabel 2.1 Sumber Pencemar Udara di Amerika Serikat Tahun 1968 ......... 12

Tabel 2.2 Perkiraan Prosentase Komponen Pencemar Udara dari Sumber Pencemar Transportasi di Indonesia ............................. 12

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ............................. 28

Tabel 4.1 Distribusi Responden berdasarkan Umur .................................. 34

Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan .......................... 35

Tabel 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Masa Kerja ......................... 35

Tabel 4.4 Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan ....................... 36

Tabel 4.5 Distribusi Responden berdasarkan Sikap .................................. 36

Tabel 4.6 Distribusi Responden berdasarkan Pemakaian Masker .............. 37

Tabel 4.7 Hubungan antara Umur dengan Pemakaian Masker pada

Polantas .................................................................................... 37

Tabel 4.8 Hubungan antara Pendidikan dengan Pemakaian Masker pada Polantas............................................................................ 38

Tabel 4.9 Hubungan antara Masa Kerja dengan Pemakaian Masker pada Polantas............................................................................ 39

Tabel 4.10 Hubungan antara Pengetahuan dengan Pemakaian Masker pada Polantas............................................................................ 40

Tabel 4.11 Hubungan antara Sikap dengan Pemakaian Masker pada

Polantas .................................................................................... 41

Page 12: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori ....................................................................................... 25

3.1 Kerangka Konsep .................................................................................... 26

4.1 Distribusi Frekuensi Umur dan Pemakaian Masker ................................. 38

4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan dan Pemakaian Masker ......................... 39

4.3 Distribusi Frekuensi Masa Kerja dan Pemakaian Masker......................... 40

4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan dan Pemakaian Masker ....................... 41

4.5 Distribusi Frekuensi Sikap dan Pemakaian Masker .................................. 42

Page 13: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian ............................................................................... 52

2. Lembar Pengamatan ................................................................................ 56

3. Identitas dan Karakteristik Responden ..................................................... 58

4. Pengetahuan Polantas .............................................................................. 60

5. Sikap Polantas ......................................................................................... 63

6. Praktik Pemakaian Masker ...................................................................... 65

7. Hasil Analisis Univariat .......................................................................... 67

8. Hasil Analisis Bivariat ............................................................................ 69

9. Surat Keputusan Dosen Pembimbing....................................................... 74

10. Surat Keterangan Penguji dari Fakultas ................................................... 75

11. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ............................................................ 76

12. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................................ 77

13. Dokumentasi Penelitian ........................................................................... 78

Page 14: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan diharapkan dapat lebih ditekankan ke arah yang

produktif yang dapat dilaksanakan melalui kebijaksanaan paradigma sehat dalam

Indonesia Sehat 2010. Tercapainya Indonesia sehat 2010 ditandai dengan

mayoritas penduduk yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki

kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan serta berada pada derajat kesehatan

yang optimal (Bapelkes, 2002:7).

Kualitas lingkungan sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia.

Kualitas lingkungan merupakan resultan kualitas daya lingkungan melawan

pencemar lingkungan. Jaminan tetap terjaganya kualitas lingkungan harus menjadi

perhatian, mengingat pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan umat manusia ternyata sering menekan bahkan merusak lingkungan.

Hal inilah yang mendorong perkembangan pemikiran tentang pembangunan

berkelanjutan (Juli Soemirat Slamet, 2002:19).

Udara di dalamnya terkandung sejumlah oksigen, merupakan komponen

esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Udara

merupakan campuran dari gas yang terdiri dari sekitar 78% Nitrogen, 20%

Oksigen, 0,93% Argon, 0,03% Karbondioksida, dan sisanya terdiri dari Neon

(Ne), Helium (He), Metan (CH4), dan Hidrogen (H2). Udara dikatakan normal dan

dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya seperti tersebut di

Page 15: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

2

atas. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan

gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah

tercemar atau terpolusi (Indah Kastiyowati, 2003:1).

Akibat aktivitas manusia, udara seringkali menurun kualitasnya.

Perubahan kualitas ini dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat

kimiawi. Perubahan kimiawi dapat berupa pengurangan maupun penambahan

salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal

sebagai pencemaran udara. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan

tergantung dari lingkungannya, kemungkinan di suatu tempat dijumpai debu yang

bertebaran dimana-mana dan berbahaya bagi kesehatan. Demikian juga suatu kota

yang terpolusi oleh asap kendaraan bermotor atau angkutan yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan yang dapat mengakibatkan seseorang

kehilangan produktivitasnya (Indah Kastiyowati, 2003:1).

Dampak langsung yang dapat dirasakan oleh masyarakat akibat penurunan

kualitas udara seperti meningkatnya penyakit gangguan saluran pernafasan,

kerusakan hasil pertanian dan perikanan akibat hujan asam. Selain itu juga dapat

mengakibatkan menurunnya kecerdasan anak karena terpapar timbal udara yang

tercemar (Juli Soemirat Slamet, 2002:22).

Kualitas udara di 10 kota besar Indonesia umumnya sudah dalam kondisi

sangat mengkhawatirkan. Jakarta adalah kota yang kondisinya paling parah.

Pengukuran kualitas udara ini dilakukan oleh Pelangi, sebuah LSM yang peduli

dengan lingkungan terutama masalah pencemaran udara, yang melibatkan

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dengan menggunakan metode Air Quality

Page 16: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

3

Monitoring System (AQSM) yang dilakukan sepanjang tahun 2002. Kategori

pertama, terdapat 6 kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung,

Medan, Jambi dan Pekanbaru. Di enam kota tersebut, kondisi udara dalam

kategori baik hanya 22-62 hari dalam satu tahun atau tidak lebih dari 17% satu

tahunnya, 4 hari sangat tidak sehat, 95 hari tidak sehat, dan 223 hari dalam tingkat

sedang. Kategori kedua terdapat Kota Pontianak dan Palangkaraya. Di kedua kota

tersebut kondisi udara dengan kategori berbahaya terjadi selama 88 dan 22 hari

dalam satu tahun. Kategori ketiga terdapat Kota Semarang dan Denpasar. Di

kedua kota tersebut dibandingkan delapan kota lainnya, secara umum kualitas

udaranya lebih baik. Hari berudara bersihnya di atas 178 hari dalam setahun dan

kondisi udara tidak ada dalam kategori berbahaya, tetapi dalam strata sedang

(Indah Kastiyowati, 2003:3).

Udara dapat dikategorikan berkualitas baik bila memiliki Indeks Standar

Pencemar Udara (ISPU) 1-50, berkulitas sedang 51-100, berkualitas tidak sehat

101-199, berkulitas sangat tidak sehat 200-299, sedangkan kualitas udara

berbahaya bernilai ISPU 300-500 (Bapedal, 2007:1).

Berdasarkan penelitian di beberapa tempat di Indonesia, menurut

Achmadi, Guru Besar Ilmu Kesehatan Lingkungan Universitas Indonesia

kelompok orang yang berisiko tinggi mengalami dampak polusi adalah Polisi Lalu

Lintas (Polantas), petugas DLLAJR, pedagang kaki lima, wanita hamil, siswa

SD/TK yang lokasinya di pingir jalan raya, penderita jantung koroner, dan

penduduk yang tinggal di daerah yang lalu lintasnya padat (Kompas, 2007:1).

Page 17: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

4

Penelitian terhadap kadar Pb dalam darah Polantas di Satlantas Poltabes

Semarang oleh Nurjannah (1998:57) dengan mengambil sampel sebanyak 14

orang, sebanyak 85% kadar Pb-nya di atas ambang batas. Pencemaran udara

akibat asap yang dikeluarkan dari knalpot kendaraan bermotor sangat berbahaya

bagi kesehatan manusia. Dalam asap kendaraan bermotor mengandung zat-zat

kimia yang dapat mengganggu keseimbangan metabolisme dalam tubuh manusia,

antara lain karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOX), dan timbal (Pb). Zat-

zat yang keluar dari knalpot dalam bentuk gas ini, terbuang ke udara dan akan

bersenyawa dengan polutan-polutan, sehingga konsentrasi udara terganggu dan

terjadilah pencemaran udara yang mengganggu kesehatan manusia (Nurjanah,

1998:57).

Timbal masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan

saluran pencernaan dalam bentuk senyawa organometal, serta mampu menembus

kulit sehingga dapat menimbulkan keracunan. Gejalanya antara lain, mudah

marah, lesu, nafsu makan menurun dan melemahkan otot kerja. Sedangkan pada

konsentrasi yang tinggi keracunan logam ini dapat merusak ginjal, hati, lambung,

kesuburan, dan mengakibatkan kehamilan yang tidak normal (Juli Soemirat

Slamet, 2002:52).

Akibat lain yang dapat langsung dirasakan oleh orang yang terpapar

pencemar udara adalah iritasi saluran nafas dengan gejala batuk-batuk hingga

sesak nafas, terutama disebabkan oleh bahan pencemar sulfur dioksida (SO2).

Dalam jangka pendek juga menyebabkan asma dan sakit kepala. Hal ini banyak

disebabkan oleh bahan pencemar hidrokarbon, sedangkan akibat jangka panjang

Page 18: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

5

yang ditimbulkan oleh pencemaran udara adalah paru-paru yang rusak karena

secara terus-menerus nitrogen oksida yang terdapat dalam udara melemahkan

sistem pertahanan tubuh dan saluran nafas sehingga paru-paru mudah terinfeksi

(Juli Soemirat Slamet, 2002:53).

Sebagai orang yang mendapat eksposur berupa hasil pembakaran

kendaraan bermotor tiap harinya, maka untuk menunjang kesehatannya, Polantas

berhak untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker, mengingat

risiko yang harus ditanggungnya cukup besar.

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan, dari 5 unit pos

tetap yang diamati, masing-masing pos terdiri dari 2 orang, Polantas yang

memakai masker hanya 2 orang dan itu pun bukan masker standar, tetapi hanya

sapu tangan yang ditutupkan ke hidung. Masker standar yang dimaksud di sini

adalah masker yang memakai filter karbon aktif, yang secara signifikan terbukti

dapat mengurangi dampak buruk pencemaran udara bagi kesehatan.

Fenomena pemakaian masker ini menarik untuk dikaji karena sudah

banyak penelitian yang mengungkap tentang kadar bahan pencemar yang melebihi

ambang batas di tubuh orang-orang yang berisiko tinggi terkena pencemaran

udara berikut uraian bahayanya, tetapi justru orang yang berisiko tinggi terkena

dampaknya belum tampak melakukan pencegahan, mengingat akibat jangka

panjang yang dapat mengganggu kesehatan tubuh bagi orang itu sendiri. Oleh

karena itu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan

dengan praktik pemakaian masker pada Polantas unit pos tetap di Polwiltabes

Semarang.

Page 19: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1.2.1 Rumusan Masalah Umum

Faktor apakah yang berhubungan dengan praktik pemakaian masker pada

Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang?

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

1. Adakah hubungan antara umur dengan praktik pemakaian masker pada

Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang?

2. Adakah hubungan antara pendidikan dengan praktik pemakaian masker pada

Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang?

3. Adakah hubungan antara masa kerja dengan praktik pemakaian masker pada

Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang?

4. Adakah hubungan antara pengetahuan dengan praktik pemakaian masker pada

Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang?

5. Adakah hubungan antara sikap dengan praktik pemakaian masker pada

Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan praktik pemakaian

masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara umur dengan praktik pemakaian masker

pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang.

Page 20: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

7

2. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan praktik pemakaian

masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang.

3. Untuk mengetahui hubungan antara masa kerja dengan praktik pemakaian

masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang.

4. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan praktik pemakaian

masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang.

5. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan praktik pemakaian masker

pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Kepolisian, khususnya Polantas di Polwiltabes Semarang

Sebagai masukan untuk peningkatan jaminan kesehatan kerja dengan

mengambil kebijakan yang sesuai.

1.4.2 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian

selanjutnya.

1.4.3 Bagi Peneliti

Melatih cara berpikir secara ilmiah dalam menemukan serta menganalisa

masalah berdasarkan teori maupun pengetahuan yang didapat di bangku kuliah.

1.5 Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini merupakan matrik yang memuat tentang judul

penelitian, nama peneliti, tahun dan tempat penelitian, rancangan penelitian,

variabel yang diteliti dan hasil yang diteliti yang membandingkan dua penelitian

sebelumnya (Tabel 1.1).

Page 21: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

8

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Judul Penelitian/ Tahun

Nama Peneliti

Rancangan Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

(1) (2) (3) (4) (5) (6)1. Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Perilaku Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) Masker pada Tenaga Kerja di Penggilingan Padi di Kecamatan Gajah Kabupaten Demak/2006

Yuniarti

Metode explanatory research dengan pendekatan cross sectional

Variabel bebas : karakte-ristik (umur, pendidi-kan, masa kerja) dan pengetahuan tenaga kerja mengenai APD masker Variabel terikat : pemakaian APD masker

Tidak adanya hubungan antara umur, tingkat pendidikan, masa kerja dengan pemakaian APD masker, dan ada hubungan antara pengetahuan tenaga kerja dengan pemakaian APD masker

2.

Analisa Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Pemakaian Masker pada Polantas di Satlantas Poltabes Semarang/2003

Silmy Suksesie Noviaty

Metode kualitatif

Variabel bebas : karakte-ristik dan pengetahuan Polantas Variabel terikat : pemakaian masker pada Polantas

Subyek memandang perlu untuk memakai masker karena bisa memberikan keuntungan terutama untuk kesehatan, tapi ada hambatan yaitu lebih susah untuk meniup peluit dan berteriak pada sopir-sopir yang membandel

Berdasarkan tabel keaslian penelitian di atas, maka yang membedakan

penelitian terdahulu dengan penelitian ini (Tabel 1.2).

Tabel 1.2 Perbedaan Penelitian

No Penelitian Yuniarti Silmy Suksesie N Astri Lestari

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Judul Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Analisa Faktor-faktor yang

Beberapa Faktor yang

Page 22: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

9

Perilaku Pemakaian APD Masker pada Tenaga Kerja di Penggilingan Padi.

Melatarbelakangi Pemakaian APD Masker pada Polantas.

Berhubungan dengan Praktik Pemakaian Masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang Tahun 2009

2. Jenis Penelitian Explanatory researchdengan pendekatan cross sectional

Metode Kualitatif

Explanatory research dengan pendekatan cross sectional

3. Variabel bebas Umur, pendidikan, masa kerja dan pengetahuan tenaga kerja

Karakteristik (umur, pendidikan, masa kerja) dan pengetahuan tentang masker oleh Polantas

Karakteristik (umur, pendidikan, masa kerja), faktor internal (pengetahuan dan sikap).

4. Variabel terikat Pemakaian APD masker Pemakaian masker pada Polantas

Praktik pemakaian masker pada Polantas

Dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan, penelitian ini terdapat

beberapa perbedaan, yaitu:

1. Obyek dari penelitian ini adalah Polantas Unit Pos Tetap.

2. Adanya satu variabel dalam penelitian ini yang tidak diteliti oleh peneliti-

peneliti sebelumnya yaitu variabel sikap.

3. Tempat dari penelitian ini adalah di Polwiltabes Semarang dan Unit-unit Pos

Tetap yang berada pada wilayah kerja Polwiltabes Semarang.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2009.

1.6.2 Ruang Lingkup Tempat

Lokasi penelitian di kantor Polwiltabes Semarang.

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

Materi yang berhubungan dengan penelitian ini termasuk dalam materi

Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya kesehatan dan keselamatan kerja.

Page 23: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pencemaran Udara

2.1.1 Pengertian Pencemaran Udara

Menurut Chambers dan Masters dalam H.J. Mukono (2000:14), yang

dimaksud pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau

kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu,

sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta

dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material.

Menurut Wisnu Arya Wardhana (2004:27), pencemaran udara adalah

adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan

perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan

atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam

waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan

tumbuhan. Bila keadaan seperti tersebut terjadi maka udara dikatakan telah

tercemar.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara Pasal 1 Ayat (1) menyebutkan bahwa

pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau

komponen lain ke udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara

ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak

dapat memenuhi fungsinya (H.J. Mukono, 2000:14).

Page 24: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

11

2.1.2 Penyebab Pencemaran Udara

Pembangunan yang berkembang pesat dewasa ini, khususnya dalam

industri dan teknologi, serta meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang

menggunakan bahan bakar fosil (minyak) menyebabkan udara yang kita hirup di

sekitar kita menjadi tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran (Wisnu

Arya Wardhana, 2004:28).

Menurut Wisnu Arya Wardhana (2004:28), secara umum penyebab

pencemaran udara ada 2 macam, yaitu :

1. Karena faktor internal (secara alamiah), contoh :

1. Debu yang beterbangan akibat tiupan angin.

2. Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-gas

vulkanik.

3. Proses pembusukan sampah organik.

2. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh :

1. Hasil pembakaran bahan bakar fosil.

2. Debu/serbuk dari kegiatan industri.

3. Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.

Udara bersih yang dihirup merupakan gas yang tidak tampak, tidak

berbau, tidak berwarna, maupun berasa. Akan tetapi udara yang benar-benar

bersih sudah sulit diperoleh, terutama di kota-kota besar yang banyak industrinya

dan padat lalu-lintasnya. Udara yang tercemar dapat merusak lingkungan dan

kehidupan manusia. Terjadinya kerusakan lingkungan berarti berkurangnya

(rusaknya) daya dukung alam yang selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup

manusia (Wisnu Arya Wardhana, 2004:29).

Page 25: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

12

Menurut Wisnu Arya Wardhana (2004:31), dari beberapa macam

komponen pencemar udara, maka yang paling banyak berpengaruh dalam

pencemaran udara adalah komponen-komponen berikut ini :

1. Karbon Monoksida (CO)

2. Nitogen Oksida (NOX)

3. Belerang Oksida (SOX)

4. Hidro Karbon (HC)

5. Partikel (Particulate), dan lain-lain.

Jumlah komponen pencemar udara tergantung pada sumbernya. Untuk

mendapatkan gambaran tersebut dapat dilihat data pencemaran udara di Amerika

Serikat. Data ini diperoleh dari hasil pengukuran pada tahun 1968 (Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Sumber Pencemar Udara di AS tahun 1968

Sumber Pencemaran Jumlah komponen pencemar, juta ton/tahun

CO NOX SOX HC Part. Total

Transportasi 63,8 8,1 0,8 16,6 1,2 90,5

Industri 9,7 0,2 7,3 4,6 7,5 29,3

Pembuangan Sampah 7,8 0,6 0,1 1,6 1,1 11,2

Pembakaran Stationer 1,9 10,0 24,4 0,7 8,9 45,9

Lain-lain 16,9 1,7 0,6 8,5 9,6 37,3

Sumber: Wisnu Arya Wardhana, 2004:32

Sumber pencemar udara di Indonesia pada saat ini masih terus diteliti.

Akan tetapi kalau dilihat prosentase komponen pencemar udara dari sumber

transportasi, seperti terlihat pada tabel di atas, mungkin data tersebut dapat diolah

dari data di atas karena sama-sama menggunakan bahan bakar fosil (Tabel 2.2).

Page 26: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

13

Tabel 2.2 Perkiraan Prosentase Komponen Pencemar Udara dari Sumber

Pencemar Transportasi di Indonesia

Komponen Pencemar Prosentase

CO 70,50

NOX 8,89

SOX 0,88

HC 18,34

Partikel 1,33

Total 100,00

Sumber: Wisnu Arya Wardhana, 2004:33

Perkiraan prosentase di atas dengan anggapan gas buangan dari hasil

pembakaran yang keluar dari corong knalpot kendaraan transportasi memenuhi

persyaratan teknis pembakaran yang benar. Apabila gas buangan yang keluar dari

knalpot kendaraan berupa asap tebal berwarna hitam maka tentu saja prosentase

HC dan partikelnya akan lebih besar dari perkiraan data di atas (Wisnu Arya

Wardhana, 2004:32).

2.1.2.1 Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida atau CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak

berbau, dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu di bawah

-1920C. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan

udara, berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu-lintasnya akan banyak

menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan

dengan daerah pedesaan. Secara alamiah gas CO juga dapat terbentuk, walaupun

Page 27: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

14

jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi,

dan lain-lain (Wisnu Arya Wardhana, 2004:41).

2.1.2.2 Nitrogen Oksida (NOX)

Nitrogen oksida sering disebut dengan NOX karena oksida nitrogen

mempunyai 2 macam bentuk yang sifatnya beda, yaitu gas NO2 dan gas NO. Sifat

gas NO2 adalah berwarna merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung,

sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak berbau. Berbagai macam kegiatan

yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar NOX di udara, seperti

transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah (Wisnu Arya

Wardhana, 2004:43).

2.1.2.3 Belerang Oksida (SOX)

Gas belerang oksida terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya

mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar,

sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif, mudah bereaksi dengan uap air yang

ada di udara untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam sulfat ini mudah

bereaksi yang mengakibatkan kerusakan pada benda-benda lain, seperti proses

korosi. Gas buangan hasil pembakaran pada umumnya mengandung gas SO2 lebih

banyak daripada gas SO3 (Wisnu Arya Wardhana, 2004:47).

2.1.2.4 Hidrokarbon (HC)

Hidrokarbon adalah pencemar udara yang dapat berupa gas, cairan,

maupun padatan. HC dapat berasal dari proses alamiah dan buatan manusia.

Secara alamiah HC diproduksi oleh tanaman, atau dekomposisi zat organik.

Page 28: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

15

Sumber alamiah bagi HC adalah sumur-sumur minyak dan gas bumi. Sumber

buatan utama HC adalah asap kendaraan bermotor. HC total yang ada di dalam

atmosfir menunjukkan korelasi yang positif dengan kepadatan lalu-lintas (Juli

Soemirat Slamet, 2002:60).

2.1.2.5 Partikel

Yang dimaksud dengan partikel adalah zat padat/cair yang halus, dan

tersuspensi di udara, misalnya kabut, debu, asap, fumes dan fog. Debu adalah zat

padat berukuran antara 0,1-25 mikron, sedangkan fumes adalah zat padat hasil

kondensasi gas yang biasanya terjadi setelah proses penguapan logam cair. Asap

adalah karbon (C) yang berdiameter kurang dari 0,1 mikron, akibat pembakaran

hidrat karbon yang kurang sempurna. Sumber alamiah partikel adalah debu yang

memasuki atmosfer karena terbawa oleh angin. Sumber artifisial debu

pembakaran, yaitu segala proses yang menimbulkan debu seperti pabrik semen,

industri kontruksi, dan juga kendaraan bermotor (Juli Soemirat Slamet, 2002:60).

2.1.3 Dampak Pencemaran Udara

2.1.3.1 Dampak Bahan Pencemar Udara Terhadap Lingkungan

2.1.3.1.1 Dampak terhadap kondisi fisik atmosfir

Dampak negatif bahan pencemar udara terhadap kondisi fisik atmosfer

antara lain adalah :

1. Gangguan jarak pandang (visibility)

2. Memberikan warna tertentu pada atmosfer

3. Mempengaruhi struktur dari awan

4. Mempengaruhi keasaman air hujan

5. Mempercepat pemanasan atmosfer.

Page 29: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

16

2.1.3.1.2 Dampak terhadap faktor ekonomi

Dampak negatif bahan pencemar udara terhadap faktor yang berhubungan

dengan ekonomi antara lain :

1. Meningkatkan biaya rehabilitasi karena rusaknya bahan (keropos)

2. Meningkatnya biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan)

3. Kerugian akibat kontaminasi bahan pencemar udara pada makanan atau

minuman oleh bahan beracun

4. Meningkatnya biaya perawatan atau pengobatan penyakit yang disebabkan

oleh pencemaran udara

2.1.3.1.3 Dampak terhadap estetik

Dampak estetik yang diakibatkan adanya bahan pencemar udara antara

lain timbulnnya bau dan lapisan debu pada bahan yang mengakibatkan perubahan

warna permukaan bahan dan mudahnya terjadi kerusakan bahan tersebut (H.J.

Mukono, 2000:16).

2.1.3.2 Dampak Terhadap Kesehatan Manusia Pada Umumnya

Secara umum dampak pencemaran udara terhadap individu atau

masyarakat dapat berupa:

2.1.3.2.1 Sakit, baik yang akut maupun kronis

2.1.3.2.2 Penyakit yang tersembunyi, yang dapat memperpendek umur,

menghambat pertumbuhan, dan perkembangan

2.1.3.2.3 Mengganggu fungsi fisiologis dari :

1. Paru

2. Saraf

3. Transpor oksigen oleh hemoglobin

4. Kemampuan sensorik

Page 30: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

17

2.1.3.2.4 Kemunduran penampilan, misalnya pada :

1. Aktivitas atlet

2. Aktivitas motorik

3. Aktivitas belajar

2.1.3.2.5 Iritasi sensorik

2.1.3.2.6 Penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh

2.1.3.2.7 Rasa tidak nyaman atau bau (H.J. Mukono, 2000:17).

2.1.3.3 Dampak Terhadap Saluran Pernafasan

Secara umum dampak pencemaran udara terhadap saluran pernafasan

dapat menyebabkan terjadinya :

1. Iritasi pada saluran pernafasan yang dapat menyebabkan pergerakan silia

menjadi lambat, bahkan dapat terhenti, sehingga tidak dapat membersihkan

saluran pernafasan

2. Peningkatan produksi lendir, akibat iritasi oleh bahan pencemar

3. Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran pernafasan

4. Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan

5. Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan sel, sehingga

saluran pernafasan menjadi menyempit

6. Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir

7. Akibat dari semua tersebut di atas, akan menyebabkan terjadinya kesulitan

bernafas, sehingga benda asing termasuk bakteri atau mikroorganisme lain

tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan dan hal ini akan memudahkan

terjadinya infeksi saluran pernafasan (H.J. Mukono, 2000:17).

Page 31: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

18

2.2 Alat Pelindung Diri (APD)

Secara sederhana yang dimaksud alat pelindung diri adalah seperangkat

alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh

tubuhnya dari adanya bahaya atau kecelakaan kerja (A.M. Sugeng Budiono,

2003:329).

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengaman tempat,

peralatan, dan lingkungan kerja sangat perlu diutamakan. Namun terkadang

keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan

alat-alat pelindung diri (personal protective devices).

Alat pelindung diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan

sebagai berikut:

1. Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya

2. Berbobot ringan

3. Dapat dipakai secara fleksibel (tidak membedakan jenis kelamin)

4. Tidak menimbulkan bahaya tambahan

5. Tidak mudah rusak

6. Memenuhi dari standar yang ada

7. Pemeliharaan mudah

8. Penggantian suku cadang mudah

9. Tidak membatasi gerak

10. Rasa ”tidak nyaman” tidak berlebihan (rasa ”tidak nyaman” tidak mungkin

hilang sama sekali, namun diharapkan masih dalam batas toleransi)

11. Bentuknya cukup menarik (A.M. Sugeng Budiono, 2003:330).

Page 32: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

19

Secara umum masalah alat pelindung diri ini diatur dalam Undang-undang

Nomor 14 Tahun 1969 pasal 9 dan pasal 10 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Mengenai Tenaga Kerja, yang memuat ketentuan-ketentuan pokok tentang tenaga

kerja, mengatur higiene perusahaan dan kesehatan kerja (Suma’mur P.K,

1996:28).

Selain itu masalah alat pelindung diri juga diatur dalam Undang-Undang

Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada pasal 9, pasal 12, pasal 13

dan pasal 14 (Suma’mur P.K, 1996:39).

Jenis-jenis alat pelindung diri yang ada adalah sebagai berikut:

2.2.1 Pelindung Kepala

Alat pelindung kepala berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan,

terantuk benda tajam atau benda keras, atau terpukul oleh benda-benda yang

melayang atau meluncur di udara, radiasi panas api, dan percikan bahan-bahan

kimia.

Berdasarkan fungsinya alat pelindung kepala dibedakan menjadi 3 jenis,

yaitu:

2.2.1.1 Topi Pengaman (Safety Helmet)

Topi ini digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya kejatuhan benda,

terbentur, terpukul benda keras atau tajam.

2.2.1.2 Tudung Kepala (Hood)

Tudung kepala untuk melindungi kepala dari bahaya terkena atau kontak

dengan bahan-bahan kimia, api, panas radiasi.

2.2.1.3 Penutup Rambut (Hair Cup) atau Pengaman Rambut (Hair Guard)

Page 33: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

20

Digunakan untuk melindungi kepala dan rambut dari kotoran, serta untuk

melindungi rambut dari bahaya terjerat mesin-mesin yang berputar.

2.2.2 Pelindung Mata dan Muka

Fungsi kacamata pengaman adalah untuk melindungi mata dari bahan-

bahan korosif, kemasukan debu-debu atau partikel yang melayang di udara, dan

pemajanan gas-gas atau uap kimia yang dapat menyebabkan iritasi pada mata.

Jenis pelindung mata dan muka, yaitu:

1. Kacamata

2. Googles

3. Tameng muka (face shield)

2.2.3 Pelindung Pendengaran

Pelindung pendengaran berfungsi untuk melindungi telinga akibat

kebisingan dan dari percikan api atau logam-logam yang panas. Jenis pelindung

pendengaran, yaitu:

1. Sumbat telinga atau ear plug yaitu alat pelindung telinga yang cara

penggunaannya dimasukkan pada telinga. Sumbat telinga dapat mengurangi

intensitas suara 10-15 dB dan dibedakan menjadi dua jenis yaitu sumbat

telinga sekali pakai (disposable plug) dan sumbat telinga dapat dipakai

kembali (reusable plug).

2. Tutup telinga (ear muff) adalah domes atau kubah plastik yang menyelimuti

telinga dan dihubungkan dengan pita pegas atau per. Pita tersebut dapat

disesuaikan dengan bervariasi bentuk, ukuran kepala, dan posisi telinga.

2.2.4 Pelindung Tangan

Page 34: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

21

Fungsi pelindung tangan adalah untuk melindungi tangan dan jari-jari

tangan dari pajanan api, panas, dingin, radiasi elektromagnetik, sengatan listrik,

bahan kimia, benturan, pukulan, tergores, dan terinfeksi. Pelindung tangan biasa

disebut sarung tangan.

Menurut bentuknya alat pelindung tangan dibedakan menjadi empat jenis,

yaitu:

1. Sarung tangan biasa atau gloves

2. Mitten yaitu sarung tangan dengan ibu jari terpisah sedang empat jari lainnya

menjadi satu.

3. Hand pad hanya untuk melindungi telapak tangan

4. Sleeve adalah alat pelindung dari pergelangan tangan sampai lengan

2.2.5 Pelindung Kaki

Alat pelindung kaki atau safety shoes berfungsi melindungi kaki dari

tertimpa benda-benda berat, tertuang logam panas, bahan kimia korosif,

kemungkinan tersandung, terpeleset dan tergelincir.

2.2.6 Pelindung Pernafasan

Pelindung pernafasan atau yang biasa disebut masker adalah salah satu

bagian dari APD yang berfungsi sebagai pelindung hidung dan mulut, merupakan

alat pelindung pernafasan dari pemaparan debu, gas, uap, kabut, asap dan lain-

lain. Masker sangat diperlukan sekali oleh tenaga kerja, terutama pada tenaga

kerja yang setiap harinya terpapar oleh debu (Herrington, 2005:246).

Page 35: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

22

Masker berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel-partikel

yang lebih besar ke dalam saluran pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan

ukuran pori-pori tertentu.

2.2.6.1 Masker Penyaring Debu

Masker ini berguna untuk melindungi pernafasan dari asap pembakaran,

abu hasil pembakaran, dan debu.

2.2.6.2 Masker Berhidung

Masker ini dapat menyaring debu atau benda sampai ukuran 0,5 mikron.

2.2.6.3 Masker Bertabung

Masker ini punya filter yang lebih baik daripada masker berhidung.

Masker ini dapat digunakan untuk melindungi pernafasan dari gas tertentu.

2.3 Beberapa Teori Perubahan Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil atau resultan antara stimulus (faktor

eksternal) dengan respon (faktor internal) dalam subyek atau orang yang

berperilaku tersebut. Perilaku mencakup 3 hal yaitu : pengetahuan, sikap, dan

tindakan atau praktik (Soekidjo Notoatmodjo, 2005:45).

Rogers mengatakan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru,

di dalam orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni :

1. Mengetahui atau menyadari tentang adanya ide baru itu (awareness)

2. Menaruh perhatian pada ide itu (interest)

3. Memberikan penilaian (evaluation)

4. Mencoba memakainya (trial) dan kalau menyukainya maka setuju untuk

menerima ide atau hal baru itu (Solita Sarwono, 1993:59).

Page 36: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

23

2.3.1 Teori Lawrence Green

Green membedakan adanya dua masalah kesehatan, yakni behavioral

factors (faktor perilaku) dan non-behavioral factors (faktor non-perilaku). Faktor

perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :

2.3.1.1 Faktor Predisposisi (predisposing factors)

Faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku

seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,

tradisi, dan sebagainya.

2.3.1.2 Faktor Pemungkin (enabling factors)

Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana

atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya: posyandu, puskesmas,

rumah sakit.

2.3.1.3 Faktor Penguat (reinforcing factors)

Faktor yang mendorong terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun

seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya

(Soekidjo Notoatmodjo, 2005:60).

2.3.2 Teori Snehandu B. Karr

Karr mengidentifikasi adanya 5 faktor perilaku, yaitu:

1. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek

atau stimulus di luar dirinya.

2. Adanya dukungan dari masyarakat (social support).

Page 37: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

24

3. Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah tersedianya

informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh

seseorang.

4. Adanya kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil keputusan.

5. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). Kondisi

dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia

maupun kemampuan yang ada (Soekidjo Notoatmodjo, 2005:62).

2.4 Polantas

Polantas (polisi lalu-lintas) secara umum bertugas untuk menjaga

keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu-lintas. Polantas tergabung

dalam Satuan Lalu-lintas (Satlantas) merupakan unsur pelaksanaan utama

Polwiltabes Semarang yang berada di bawah Kepala Satuan Lalu-lintas

(Kasatlantas) Polwiltabes Semarang.

Polantas secara umum bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi

lalu lintas yang meliputi kegiatan pendidikan masyarakat, penegak hukum,

pengkajian masalah lalu-lintas, administrasi registrasi, identifikasi pengemudi dan

kendaraan bermotor, serta melaksanakan patroli jalan raya antar wilayah.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Polantas

menyelenggarakan fungsi :

1. Pembinaan fungsi lalu-lintas kepolisian dalam lingkungan Polwiltabes

Semarang.

2. Penyelenggaraan dan pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerjasama

lintas sektoral, pendidikan masyarakat dan pengajian masalah di bidang lalu-

lintas.

Page 38: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

25

3. Penyelenggaraan operasi kepolisian bidang lalu-lintas dalam rangka

penegakan hukum dan ketertiban lalu-lintas.

4. Penyelenggaraan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor

dan pengemudi yang dilaksanakan oleh Polwiltabes Semarang.

5. Penyelenggaraan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta

penanganan kecelakaan lalu-lintas dalam rangka penegakan hukum dan

ketertiban lalu-lintas

serta menjamin kelancaran arus lalu-lintas di jalan raya.

Satlantas dipimpin oleh kasatlantas yang bertanggung jawab kepada

kepala polwiltabes Semarang dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah

kendali wakil kepala Polwiltabes Semarang (Polwiltabes Semarang, 2008).

Dalam pelaksanaannya sehari-hari polantas unit pos tetap bertugas di pos-

pos tetap yang telah ada, yang merupakan wilayah kerja Polwiltabes Semarang

dan menjalankan tugasnya, yaitu sebagai berikut:

1. Melaksanakan pos harian pagi, pos harian sore, pos harian malam, dan

pengamanan giat insidentil.

2. Melaksanakan pengaturan wilayah pos-pos tetap atau sementara.

3. Melaporkan kegiatan yang berlangsung selama 1 hari ke operator 5 naga.

4. Melaksanakan penindakan pelanggaran.

5. Melaksanakan penjagaan dan pengawasan di pos tetap atau sementara selama

16 jam per 2 shift.

6. Dipimpin oleh seorang Pama dengan anggota 36 Polki (Polwiltabes Semarang,

2008).

2.5 Kerangka Teori

Page 39: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

26

Berdasarkan uraian dalam landasan teori, maka disusun kerangka teori

mengenai beberapa faktor yang berhubungan dengan praktik pemakaian masker.

Praktik pemakaian masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: faktor predisposisi yaitu

karakteristik, pengetahuan, sikap, niat dan personal autonomy selain itu ada faktor

enabling dan faktor reinforcing (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Teori Green dan Snehandu B. Karr

(Soekidjo Notoatmodjo, 2005:60)

Faktor Predisposisi

1. Karakteristik (umur, pendidikan, masa kerja)

2. Pengetahuan Polantas tentang pencemaran udara dan pemakaian masker

3. Sikap Polantas tentang pencemaran udara dan pemakaian masker

4. Niat untuk memakai masker

Faktor Enabling

1. Situasi yang memungkinkan 2. Keterjangkauan informasi

Faktor Reinforcing

1 S i l t

Praktik pemakaian

masker pada Polantas

Unit Pos Tetap di

Page 40: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori di atas, maka diturunkan suatu hipotesis

penelitian sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara umur Polantas dengan praktik pemakaian masker pada

Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang

2. Ada hubungan antara pendidikan Polantas dengan praktik pemakaian masker

pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang

Praktik pemakaian masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang Faktor Internal :

1. Pengetahuan Polantas tentang pencemaran udara dan pemakaian masker

2. Sikap Polantas tentang pemakai masker

Karakteristik (umur, pendidikan, masa kerja) Polantas

Variabel Bebas Variabel Terikat

Page 41: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

28

3. Ada hubungan antara masa kerja Polantas dengan praktik pemakaian masker

pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang

4. Ada hubungan antara pengetahuan Polantas dengan praktik pemakaian masker

pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang

5. Ada hubungan antara sikap Polantas dengan praktik pemakaian masker pada

Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang

3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan

pendekatan cross sectional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan dan jika ada seberapa besar derajat hubungan tersebut.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah faktor yang berhubungan dengan

praktik pemakaian masker pada Polantas yaitu meliputi: (1) umur, (2) pendidikan,

(3) masa kerja, (4) pengetahuan, dan (5) sikap.

3.4.2 Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah praktik pemakaian masker pada

Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang.

3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau mendefinisikan kegiatan

Page 42: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

29

atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak

atau variabel tersebut (Moh. Nasir, 1999:152).

Penjelasan definisi operasional merupakan matrik yang memuat tentang

variabel penelitian, kategori, dan skala pengukuran (Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel Keterangan Kategori SkalaUmur Usia subyek penelitian sejak

dilahirkan sampai saat pengambilan data

1. Muda/dewasa: 25-49 tahun

2. Tua: > 50 tahun

Ordinal

Pendidikan Sekolah formal yang pernah dicapai oleh subyek penelitian.

1. Rendah: tamat SMA/ D3

2. Tinggi: tamat perguruan tinggi

Ordinal

Masa kerja Lama kerja subyek penelitian mulai bertugas di Polantas sampai saat pengambilan data berlangsung.

1. Baru: < 5 tahun 2. Lama: ≥ 5 tahun

Ordinal

Pengetahuan Polantas

Pemahaman Polantas mengenai pencemaran udara dan masker

1. Kurang, bila < 60 % jawaban benar

2. Cukup, bila 60-80 % jawaban benar

3. Baik, bila > 80 % jawaban benar

(Yayuk Farida Baliwati, 2004: 118)

Ordinal

Sikap Polantas

Tanggapan Polantas terhadap penggunaan masker pada saat bertugas

1. Positif, bila skor 15-21

2. Negatif, bila skor 7-14

Ordinal

Praktik Pemakaian Masker

Praktik pemakaian masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang

1. Tidak memakai, bila Polantas tidak memakai masker < 5 hari (selama 10 hari masa pengamatan)

2) Memakai, bila Polantas memakai masker ≥ 5 hari (selama 10 hari masa pengamatan)

Ordinal

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

Page 43: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

30

3.6.1 Populasi

Populasi penelitian adalah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003:55).

Adapun yang menjadi populasi penelitian, yaitu anggota Polantas Unit Pos Tetap

di Polwiltabes Semarang yang berjumlah 72 orang.

3.6.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling

karena jumlah populasi kurang dari 100, maka jumlah populasi sama dengan

jumlah sampel (Suharsimi Arikunto, 2002:110). Jumlah sampel dalam penelitian

ini adalah berjumlah 72 orang.

3.7 Sumber Data Penelitian

3.7.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari responden atau sampel

penelitian yang diperoleh langsung pada saat penelitian dan dikumpulkan dengan

menggunakan kuesioner. Adapun data yang diambil berupa umur, pendidikan,

masa kerja, pengetahuan, sikap, dan praktik pemakaian masker pada Polantas Unit

Pos Tetap di Polwiltabes Semarang.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari jurnal, referensi yang mendukung, dan data

dari Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang.

Page 44: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

31

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengambilan data

dalam penelitian (Soekidjo Notoadmodjo, 2005:48). Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner yang bersifat tertutup (multiple choise) yaitu

berupa pertanyaan dimana responden harus memilih jawaban yang tersedia.

3.8.1 Validitas dan Reliabilitas

3.8.1.1 Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang di ukur (Soekidjo Notoadmodjo, 2002:129). Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak di ukur.

Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Untuk menguji validitas dilakukan uji coba instrumen, kemudian dihitung dengan

uji korelasi product moment menggunakan bantuan komputer program SPSS

windows 12,00. Uji validitas dilakukan di anggota unit pos PAM (Pengamanan)

Satuan Lalu Lintas Polwiltabes Semarang dengan jumlah responden sebanyak 20

orang.

Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi “product moment”

yang rumusnya sebagai berikut:

r xy =

( ){ } ( ){ }2222

))((

∑ ∑∑∑

∑∑∑

−−

YYNXXN

YXXYN

Keterangan:

Page 45: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

32

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = Jumlah subyek

X = skor indikator yang diuji

Y = Jumlah skor indikator (Suharsimi Arikunto, 2002:146).

Hasil rxy yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan hasil pada tabel

product moment, nilai r untuk 20 sampel yaitu 0,444 dengan taraf signifikan 5%

atau taraf kepercayaan 95%. Jika rxy >rtabel maka butir soal dalam kuesioner

dinyatakan valid.

Berdasarkan hasil perhitungan dari pertanyaan tentang beberapa faktor

yang berhubungan dengan praktik pemakaian masker mempunyai r hitung >

0,444.

3.8.1.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Soekidjo Notoadmodjo,

2002:133). Ini berarti menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran itu tetap

konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang

sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama.

Untuk uji reliabilitas instrumen dilakukan setelah uji validitasnya. Uji

reliabilitas instrumen untuk pertanyaan yang valid diuji dengan rumus Alpha

dengan bantuan komputer program SPSS windows 12,00.

r11= ( ) ⎟

⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−

∑2

2

11 t

bk

kσσ

Keterangan :

rxy = Reliabilitas instrument

Page 46: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

33

K = Banyaknya butir pertanyaan

∑ =2bσ Jumlah varians

=2tσ Varians total (Suharsimi Arikunto, 2002:173).

Untuk menghitung reliabilitas instrumen digunakan program SPSS

windows 12,00. Pada perhitungan tentang beberapa faktor yang berhubungan

dengan praktik pemakaian masker diperoleh r Alpha 0,963 > r tabel 0,444

sehingga instrumen dinyatakan reliabel.

3.9 Pengambilan Data

3.9.1 Kuesioner

Kuesioner ini digunakan untuk tujuan mendapatkan keterangan atau

pendirian secara lisan dari seseorang responden atau informan, dengan bercakap-

cakap berhadapan muka. Dalam hal ini pengambilan data dilakukan pada saat

subyek penelitian berada di tempat kerja yaitu kantor Polwiltabes Semarang.

Adapun data yang diambil berupa umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan dan

sikap tentang pemakaian masker.

3.9.2 Observasi

Dilakukan saat subyek penelitian bertugas melaksanakan pos tetap

terutama pada jam-jam sibuk yaitu pada jam 06.00-08.00 WIB di pos tetap pagi

atau saat pos tetap sore yaitu jam 16.00-18.00 WIB. Observasi dilakukan peneliti

untuk mengambil data tentang praktik pemakaian masker pada Polantas saat

bertugas di jalan raya.

3.9.3 Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto penelitian.

Page 47: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

34

3.10 Pengolahan dan Analisis Data

3.10.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase

dari tiap variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:188).

3.10.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berkorelasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:188). Analisis bivariat yang

dilakukan untuk mengetahui adakah hubungan antara umur, pendidikan,

masa kerja, pengetahuan, dan sikap Polantas dengan praktik pemakaian

masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang dengan

menggunakan uji chi square. Uji chi square adalah teknik statistik yang

digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau

lebih kelas, data berbentuk nominal dan sampelnya besar (Sugiyono,

2003:104).

Rumus uji yang digunakan adalah chi square (x2), sebagai berikut:

( )∑=

−=

k

i i

ii

EEO

1

22χ

Keterangan:

2χ = chi square

Oi = Frekuensi yang diobservasi

Ei = Frekuensi yang diharapkan (Sugiyono, 2003:104).

Page 48: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Data

Penelitian tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan praktik

pemakaian masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang Tahun

2009 ini menggunakan 72 orang (responden).

Kantor Polwiltabes Semarang beralamat di Jalan Dr.Sutomo nomor 19.

Sebelah barat Polwiltabes Semarang berbatasan dengan Asrama Polisi Kalisari,

sebelah timur berbatasan dengan Rumah Sakit Umum Daerah Kariadi Semarang,

sebelah selatan berbatasan dengan Asrama TNI-AD, dan sebelah utara berbatasan

dengan Kantor PLN (Polwiltabes Semarang, 2008).

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

4.2.1.1 Umur Responden

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi responden berdasarkan

umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah %

1. Muda 38 52,80

2. Tua 34 47,20

Total 72 100,00

Page 49: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

36

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar

responden dalam kategori umur muda, yaitu sebesar 52,80% (38 orang),

sedangkan responden yang mempunyai kategori umur tua sebesar 47,20% (34

orang).

4.2.1.2 Pendidikan Responden

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi responden berdasarkan

pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah % 1. Rendah 56 77,80 2. Tinggi 16 22,20

Total 72 100,00

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

mempunyai tingkat pendidikan rendah, hampir sebesar 77,80% (56 orang),

sedangkan responden yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi yaitu sebesar

22,20% (16 orang).

4.2.1.3 Masa Kerja Responden

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi responden berdasarkan

masa kerja dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 4.3).

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja

No. Masa Kerja Jumlah % 1. Baru 32 44,40 2. Lama 40 55,60 Total 72 100,00

Page 50: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

37

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar

responden mempunyai masa kerja lama, yaitu sebesar 55,60% (40 orang),

sedangkan responden yang mempunyai masa kerja baru yaitu sebesar 44,40% (32

orang).

4.2.1.4 Pengetahuan Responden

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi responden berdasarkan

pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

No. Pengetahuan Jumlah % 1. Rendah 14 19,40 2. Sedang 39 54,20 3. Tinggi 19 26,40 Total 72 100,00

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar

responden mempunyai pengetahuan sedang, yaitu sebesar 54,20% (39 orang),

sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan tinggi sebesar 26,40% (19

orang), serta responden yang mempunyai pengetahuan rendah sebesar 19,40% (14

orang).

4.2.1.5 Sikap Responden

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi responden berdasarkan

sikap dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 4.5).

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap

No. Sikap Jumlah % 1. Negatif 38 52,80 2. Positif 34 47,20 Total 72 100,00

Page 51: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

38

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar

responden mempunyai sikap negatif terhadap pemakaian masker, yaitu sebesar

52,80% (38 orang), dan responden yang mempunyai sikap positif sebesar 47,20%

(34 orang).

4.2.1.6 Pemakaian Masker (Alat Pelindung Diri)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi responden berdasarkan

pemakaian masker dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 4.6).

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian Masker

No. Pemakaian Masker Jumlah % 1. Tidak Memakai 41 56,90 2. Memakai 31 43,10 Total 72 100,00

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar

responden tidak memakai masker, yaitu sebesar 56,90% (41 orang), sedangkan

responden yang memakai masker sebesar 43,10% (31 orang).

4.2.2 Analisis Bivariat

4.2.2.1 Hubungan antara Umur dengan Pemakaian Masker pada Polantas

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hubungan antara umur dengan

pemakaian masker dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 4.7).

Tabel 4.7 Hubungan antara Umur dengan Pemakaian Masker pada Polantas

No. Umur

Pemakaian Masker (APD) Total

p CC Tidak

Memakai Memakai

N % N % N %

1. Muda 35 92,10 3 7,90 38 100,00 0,0001

0,600 2. Tua 6 17,60 28 82,40 34 100,00

Total 41 59,90 31 43,10 72 100,00

Page 52: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

39

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 38 responden yang

mempunyai umur muda 92,10% (35 orang) tidak memakai masker, sedangkan

7,9 % (3 orang) memakai masker. Dari 34 responden yang berumur kategori tua

17,60% (6 orang) tidak memakai masker, sedangkan 82,40% (28 orang) memakai

masker.

Hubungan antara umur dengan pemakaian masker digambarkan dengan

grafik batang (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Umur dan Pemakaian Masker

4.2.2.2 Hubungan antara Pendidikan dengan Pemakaian Masker pada Polantas

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hubungan antara pendidikan

dengan pemakaian masker dapat dilihat pada tabel di bawah ini (tabel 4.8).

Tabel 4.8 Hubungan antara Pendidikan dengan Pemakaian Masker pada

Polantas

No. Pendidikan Pemakaian Masker

(APD) Total p CC

Distribusi Frekuensi Umur danPemakaian Masker

35

63

28

02040

muda tuaKategori

FrekuensiTidak MemakaiPakai

Page 53: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

40

Tidak Memakai

Memakai N %

N % N % 1. Rendah 40 71,40 16 28,60 56 100,00

0,0001

0,480 2. Tinggi 1 6,30 15 6,90 16 100,00

Total 41 59,90 31 43,10 72 100,00

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui dari 56 responden yang

mempunyai tingkat pendidikan rendah sebesar 71,40% (40 orang) tidak memakai

masker, sedangkan 28,60% (16 orang) memakai masker. Dari 16 responden yang

mempunyai tingkat pendidikan tinggi 6,30% (1 orang) tidak memakai masker

sedangkan 6,90% (15 orang) memakai masker. Hubungan antara pendidikan

dengan pemakaian masker digambarkan dengan grafik batang (Gambar 4.2).

Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan dan Pemakaian Masker

4.2.2.3 Hubungan antara Masa Kerja dengan Pemakaian Masker pada Polantas

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hubungan antara masa kerja

dengan pemakaian masker dapat dilihat pada tabel di bawah ini (tabel 4.9).

Distribusi Frekuensi Pendidikan dan Pemakaian Masker

40

116 15

020 40 60

Rendah Tinggi

Kategori

FrekuensiTidak MemakaiPakai

Page 54: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

41

Tabel 4.9 Hubungan antara Masa Kerja dengan Pemakaian Masker pada

Polantas

No. Masa Kerja

Pemakaian Masker (APD) Total

p CC Tidak

Memakai Memakai

N % N % N %

1. Baru 28 87,50 4 12,50 32 100,00

0,0001

0,483 2. Lama 13 32,50 27 67,50 40 100,00

Total 41 59,90 31 43,10 72 100,00

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui dari 32 responden yang

mempunyai masa kerja baru, sebesar 87,50% (28 orang) tidak memakai masker,

sedangkan 12,50% (4 orang) memakai masker. Dari 40 responden yang

mempunyai masa kerja lama 32,50% (13 orang) tidak memakai masker,

sedangkan 67,50% (27 orang) memakai masker. Hubungan antara masa kerja

dengan pemakaian masker digambarkan dengan grafik batang (Gambar 4.3).

Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Masa Kerja dan Pemakaian Masker

Distribusi Frekuensi Masa Kerja danPemakaian Masker

28

134

27

010 20 30

Baru Lama

Kategori

FrekuensiPakai Tidak Memakai

Page 55: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

42

4.2.2.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan Pemakaian Masker pada Polantas

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hubungan antara pengetahuan

dengan pemakaian masker dapat dilihat pada tabel di bawah ini (tabel 4.10).

Tabel 4.10 Hubungan antara Pengetahuan dengan Pemakaian Masker pada

Polantas

No. Pengetahuan

Pemakaian Masker (APD) Total

p CC Tidak

Memakai Memakai

N % N % N %

1. Rendah 12 85,70 2 14,30 14 100

0,0001

0,535 2. Sedang 28 71,80 11 28,20 39 100

3. Tinggi 1 5,30 18 94,70 19 100

Total 41 5,90 31 43,10 72 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui dari 14 responden yang

mempunyai tingkat pengetahuan rendah, 85,70% (12 orang) tidak memakai

masker, sedangkan 14,30% (2 orang) memakai masker. Dari 39 responden yang

mempunyai tingkat pengetahuan sedang 71,80% (28 orang) tidak memakai

masker, sedangkan 28,20% (11 orang) memakai masker. Dari 19 responden yang

mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi 5,30% (1 orang) tidak memakai

masker dan 94,70% (18 orang) memakai masker. Hubungan antara pengetahuan

dengan pemakaian masker digambarkan dengan grafik batang (Gambar 4.4).

Page 56: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

43

Gambar 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan dan Pemakaian Masker

4.2.2.5 Hubungan antara Sikap dengan Pemakaian Masker pada Polantas

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hubungan antara sikap dengan

pemakaian masker dapat dilihat pada tabel di bawah ini (tabel 4.11).

Tabel 4.11 Hubungan antara Sikap dengan Pemakaian Masker pada

Polantas

No. Sikap

Pemakaian Masker (APD) Total

P CC Tidak Memakai

Memakai N %

N % N % 1. Negatif 35 92,10 3 7,90 38 100,00

0,0001

0,600 2. Positif 6 17,60 28 82,40 34 100,00

Total 41 59,90 31 43,10 72 100,00

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui dari 38 responden yang

mempunyai sikap negatif 92,10% (35 orang) tidak memakai masker, sedangkan

7,90% (3 orang) memakai masker. Dari 34 responden yang mempunyai sikap

Ristribusi Frekuensi Pengetahuan dan Pemakaian Masker

12

28

1211

18

0102030

Rendah Sedang Tinggi

Kategori

Frekuensi

Tidak MemakaiPakai

Page 57: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

44

positif 17,60% (6 orang) tidak memakai masker, sedangkan 82,40% (28 orang)

memakai masker.

Hubungan antara sikap dengan pemakaian masker digambarkan dengan

grafik batang (Gambar 4.5).

Gambar 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap dan Pemakaian Masker

Distribusi Frekuensi Sikap danPemakaian Masker

0

20

40

Negatif Positif

Kategori

FrekuensiTidak MemakaiPakai

Page 58: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

45

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Hubungan antara Umur dengan Praktik Pemakaian Masker pada Polantas

Pelindung pernafasan atau yang biasa disebut masker adalah salah satu

bagian dari APD yang berfungsi sebagai pelindung hidung dan mulut merupakan

alat pelindung pernafasan dari pemaparan debu, gas, uap, kabut, asap dan lain-

lain. Sehingga masker sangat diperlukan sekali oleh tenaga kerja, terutama pada

tenaga kerja yang setiap harinya terpapar oleh debu (Herrington, 2005:246).

Masker berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel-partikel

yang lebih besar ke dalam saluran pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan

ukuran pori-pori tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pemakaian masker pada

Polantas dikategorikan menjadi dua, yaitu kategori responden yang tidak memakai

masker, dan responden yang memakai masker. Responden yang tidak memakai

masker, yaitu sebesar 56,90% (41 orang), dan responden yang memakai masker

sebesar 43,10% (31 orang).

Kelompok umur pada responden dikategorikan menjadi dua, yaitu kategori

kelompok umur muda (25-49 tahun) dan kelompok umur tua (> 50 tahun).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dalam kategori umur

muda yaitu sebesar 52,80% (38 orang), dan responden yang mempunyai kategori

umur tua sebesar 47,20% (34 orang).

Page 59: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

46

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara umur dengan praktik

pemakaian masker pada Polantas menggunakan uji chi square didapatkan nilai p

value sebesar = 0,0001 (p value < 0,05) dengan koefisien kontingensi (CC)

sebesar 0,600. Karena nilai p value lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ha

diterima, yang berarti ada hubungan antara umur dengan praktik pemakaian

masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang tahun 2009.

Sedangkan untuk keeratan hubungan atau koefisien kontingensi (CC) antara umur

dengan praktik pemakaian masker adalah 0,600 termasuk kategori kuat.

Berdasarkan data ternyata responden yang umurnya muda cenderung tidak

memakai masker, sebaliknya bagi responden yang umurnya tua cenderung

memakai masker. Demikian semakin tua responden semakin memakai masker

ketika menjalankan tugasnya.

5.2 Hubungan antara Pendidikan dengan Praktik Pemakaian Masker pada Polantas

Dalam penelitian ini pendidikan dikategorikan menjadi dua, yaitu tingkat

pendidikan rendah (SLTA-D3) dan tingkat pendidikan tinggi (Perguruan tinggi).

Dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai

tingkat pendidikan rendah, yaitu sebesar 77,80% (56 orang), sedangkan responden

yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi sebesar 22,20% (16 orang).

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan praktik

pemakaian masker pada Polantas menggunakan uji chi square didapatkan nilai p

value sebesar = 0,0001 (p value < 0,05) dengan koefisien kontingensi (CC)

sebesar 0,480. Karena nilai p value lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ha

Page 60: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

47

diterima, yang berarti ada hubungan antara pendidikan dengan praktik pemakaian

masker pada Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang tahun 2009.

Sedangkan untuk keeratan hubungan atau koefisien kontingensi (CC)

antara umur dengan praktik pemakaian masker adalah 0,480 termasuk kategori

sedang.

5.3 Hubungan antara Masa Kerja dengan Praktik Pemakaian Masker pada Polantas

Masa kerja adalah lamanya tenaga kerja bekerja dari pertama mulai masuk

hingga sekarang masih bekerja. Masa kerja dapat diartikan sebagai sepenggalan

waktu yang agak lama dimana seorang tenaga kerja masuk dalam satu wilayah

tempat usaha sampai batas waktu tertentu (Suma’mur P.K, 1996:193).

Masa kerja dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yaitu masa

kerja lama (≥ 5 tahun) dan masa kerja baru (< 5 tahun). Berdasarkan hasil

penelitian diketahui bahwa responden yang mempunyai masa kerja lama sebesar

55,60% (40 orang), dan responden yang mempunyai masa kerja baru sebesar

44,40% (32 orang).

Hasil analisis hubungan antara masa kerja dengan praktik pemakaian

masker pada Polantas menggunakan uji chi square didapatkan nilai p value

sebesar = 0,0001 (p value < 0,05) dengan koefisien kontingensi sebesar 0,483.

Karena nilai p value lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ha diterima, yang

berarti ada hubungan antara masa kerja dengan praktik pemakaian masker pada

Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang tahun 2009.

Page 61: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

48

Sedangkan untuk keeratan hubungan atau koefisien kontingensi (CC)

antara masa kerja dengan praktik pemakaian masker adalah 0,483 termasuk

kategori sedang.

Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah

terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Suma’mur

P.K., 1995:70). Polantas yang tidak menggunakan masker, mempunyai faktor

risiko terjadinya penyakit pada pernafasan atau pada kapasitas vital paru.

Mekanisme penimbunan debu dalam paru dapat terjadi pada saat bernapas,

dengan menarik napas udara yang mengandung debu masuk ke dalam paru. Jalur

yang ditempuh adalah hidung, faring, trakea, bronkus, broncheoli, dan alveoli.

Debu yang masuk ke saluran pernapasan tergantung pada ukuran partikel

debu tersebut. Ukuran-ukuran debu yang dapat masuk ke dalam saluran

pernapasan adalah sebagai berikut: (1) ukuran 5-10 mikro (ditahan oleh jalan

bernafas bagian atas), (2) ukuran 4-5 mikro (ditahan oleh bagian tengah jalan

pernafasan), (3) ukuran 1-3 mikro (akan ditempatkan langsung ke permukaan

alveoli paru), (4) ukuran 0,1-1 mikro (tidak begitu gampang hinggap di alveoli

karena tidak mengendap), (5) ukuran < 0,1 mikro (bermasa terlalu kecil sehingga

tidak hinggap di permukaan alveoli atau selaput lendir) (Suma’mur P.K,

1996:126).

5.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Pemakaian Masker pada Polantas

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

atau anak usia sekolah dasar melakukan penginderaan terhadap suatu obyek

Page 62: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

49

tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:121).

Polantas yang mengetahui pentingnya penggunaan masker akan cenderung

menggunakan masker saat bekerja sehingga akan dapat mengurangi faktor risiko

terjadinya penyakit atau gangguan pada pernafasan yang berasal dari debu ketika

bekerja sebagai Polantas di jalan raya.

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan praktik pemakaian

masker pada Polantas, menggunakan uji chi square didapatkan nilai p value

sebesar = 0,0001 (p value < 0,05) dengan koefisien kontingensi sebesar 0,535.

Karena nilai p value lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ha diterima, yang

berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik pemakaian masker pada

Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang tahun 2009. Sedangkan untuk

keeratan hubungan atau koefisien kontingensi (CC) antara pengetahuan dengan

praktik pemakaian masker adalah 0,535 termasuk kategori sedang.

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003:122) pengetahuan yang tercakup

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu tahu (know), memahami

(comprehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan

evaluasi (evaluation).

Hasil penelitian tentang pengetahuan ini menunjukkan bahwa sebagian

responden yang mempunyai pengetahuan sedang sebesar 54,20% (39 orang), yang

mempunyai pengetahuan tinggi sebesar 26,40% (19 orang), serta responden yang

mempunyai pengetahuan rendah sebesar 19,40% (14 orang).

Page 63: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

50

5.5 Hubungan antara Sikap dengan Praktik Pemakaian Masker pada

Polantas

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek (Soekidjo Notoatmodjo,

2003:124).

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan

reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap obyek (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:124).

Sikap dikategorikan menjadi dua, yaitu sikap positif, dan sikap

negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mempunyai sikap negatif terhadap pemakaian masker, yaitu sebesar 52,80%

(38 orang), dan responden yang mempunyai sikap positif sebesar 47,20% (34

orang).

Hasil analisis hubungan antara sikap dengan praktik pemakaian masker

pada Polantas menggunakan uji chi square didapatkan nilai p value sebesar =

0,0001 (p value < 0,05) dengan koefisien kontingensi sebesar 0,600. Karena nilai

p value lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ha diterima, yang berarti ada

hubungan antara sikap dengan praktik pemakaian masker pada Polantas Unit Pos

Tetap di Polwiltabes Semarang tahun 2009.

Page 64: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

51

Sedangkan untuk keeratan hubungan atau koefisien kontingensi (CC)

antara masa kerja dengan praktik pemakaian masker adalah 0,600 termasuk

kategori kuat.

Page 65: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

52

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan:

1. Ada hubungan antara umur dengan praktik pemakaian masker pada Polantas

Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang tahun 2009 (p value= 0,0001 dan

CC=0,600).

2. Ada hubungan antara pendidikan dengan praktik pemakaian masker pada

Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang tahun 2009 (p value=

0,0001 dan CC=0,480).

3. Ada hubungan antara masa kerja dengan praktik pemakaian masker pada

Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang tahun 2009 (p value=

0,0001 dan CC=0,483).

4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik pemakaian masker pada

Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang tahun 2009 (p value=

0,0001 dan CC=0,535).

5. Ada hubungan antara sikap dengan praktik pemakaian masker pada Polantas

Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang tahun 2009 (p value= 0,0001 dan

CC=0,600).

6.2 Saran

Page 66: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

53

Untuk Polantas Unit Pos Tetap di Polwiltabes Semarang, perlu adanya

penyuluhan tentang pentingnya pemakaian masker pada petugas Polantas Unit

Pos Tetap di Polwiltabes Semarang dan dilakukan penelitian lanjutan untuk

mengetahui kesehatan petugas Polantas yang berhubungan dengan kapasitas vital

paru.

Page 67: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

54

DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sugeng Budiono, 2003, Bunga Rampai Hiperkes dan KK, Semarang: Universitas Diponegoro

Bapelkes, 2002, Buku Panduan Kesehatan, Magelang: Widyaiswara Salaman. Bapedal, Pollution Standard Index (PSI), http://www.menlh.go.id. diakses 20 Mei

2007.

H.J. Mukono, 2000, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Surabaya: Airlangga University Press.

Hill Herrington, 2003, Buku Saku Kesehatan Kerja, Jakarta: EGC.

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK UNNES, 2007, Pedoman Penyusunan

Skripsi Mahasiswa Program Strata I, Semarang: IKM FIK.

Indah Kastiyowati, Dampak dan Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara, http://www.dephan.go.id. diakses 19 Mei 2007

Juli Soemirat Slamet, 2002, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Kompas, 2007, Pencemaran Udara Semakin Mengkhawatirkan, http://www.kompas.com. 20 Mei 2007.

Nurjannah, 1998, Hubungan antara Lama Bekerja dengan Kadar Timah (Pb)

dalam Darah Polantas Shift Pagi di Satlantas Poltabes Semarang Tahun 1998, Semarang: UNDIP.

Polwiltabes Semarang, 2008, Pertelaan Tugas Masing-masing Unit di Satlantas

Polwiltabes Semarang, Semarang: Polwiltabes Semarang. Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar,

Jakarta: PT Rineka Cipta.

_______, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Page 68: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

55

_______, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta: Rineka Cipta.

Solita Sarwono, 1993, Sosiologi Kesehatan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sopiyudin Dahlan, 2004, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Uji Hipotesis

dengan Menggunakan SPSS Program 12 Jam, Jakarta: PT Arkans. Suara Pembaharuan, 2007, Polusi Udara Jakarta Bisa Menurunkan IQ,

http://www.suarapembaharuan.com. diakses 21 Mei 2007.

Sugiyono, 2004, Statistik untuk Penelitian, Bandung: CV. Alfa Beta.

Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Suma’mur P.K, 1996, Higine Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Gunung

Agung.

Wisnu Arya Wardhana, 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta: Andi Offset.

Yayuk Farida Baliwati, dkk, 2004, Pengantar Pangan dan Gizi, Jakarta: Penebar

Swadaya.

Page 69: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

56

KUESIONER PENELITIAN

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK

PEMAKAIAN MASKER PADA POLANTAS UNIT POS TETAP DI

POLWILTABES SEMARANG TAHUN 2009

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nomor responden : ..................................................

2. Nama responden : ..................................................

B. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Umur : ............ tahun

2. Pendidikan terakhir : 1. Tamat SMA

2. Tamat Akademi/D3

3. Tamat Perguruan Tinggi

4. Masa kerja sebagai Polantas : ............ tahun

C. FAKTOR INTERNAL

1) Pengetahuan Polantas tentang Pencemaran Udara dan Pemakaian Masker

Berilah tanda cek list (V) pada kolom jawaban yang Anda anggap benar.

No. Pertanyaan Ya Tidak

1.

2.

3.

4.

5.

Alat pelindung diri (APD) adalah bahan dari pabrik yang

dapat memberi perlindungan dari PAK (Penyakit Akibat

Kerja).

Alat pelindung diri (APD) adalah pilihan utama dalam

mencegah penyakit akibat kerja (PAK).

Alat pelindung diri (APD) adalah pilihan terakhir dalam

mencegah penyakit akibat kerja (PAK).

Cara mencegah penyakit akibat kerja (PAK) hanya bisa

dilakukan dengan menggunakan alat pelindung diri (APD)

masker.

Respirator, canester, dan masker adalah contoh alat

Lampiran 1

Page 70: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

57

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

pelindung diri (APD) untuk pernafasan.

Gogles, hair guard, gloves, dan masker adalah contoh alat

pelindung diri (APD) untuk pernafasan.

Alat pelindung diri (APD) masker bermanfaat untuk

menahan debu atau partikel, hidrokarbon dan nitrogen

oksida tidak masuk saluran pernafasan.

Alat pelindung diri (APD) masker bermanfaat untuk

menahan bahan kimia tidak masuk saluran pernafasan.

Alat pelindung diri (APD) masker harus memenuhi syarat

enak dipakai, tidak mengganggu kerja, memberikan

perlindungan efektif terhadap bahaya.

Alat pelindung diri (APD) masker harus dipakai oleh

Polantas.

Polantas yang berpengalaman tidak perlu memakai alat

pelindung diri (APD) masker.

Polantas tidak memakai alat pelindung diri (APD) masker

tidak akan berisiko penyakit akibat kerja (PAK).

Penimbunan debu pada paru-paru disebut pneumosis.

Penimbunan debu pada paru-paru disebut filariasis.

Alat pelindung diri (APD) masker diperlukan pada saat

Polantas bertugas di jalan raya.

Pertanyaan favorable benar =1, salah = 0

Pertanyaan unfavorable benar =0, salah = 1

Lanjutan (Lampiran 1)

Page 71: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

58

2) Sikap Polantas tentang Pemakaian Masker

Keterangan:

1. S : Setuju

2. R : Ragu-Ragu

3. TS : Tidak Setuju

Berilah tanda cek list (V) pada kolom jawaban yang Anda anggap benar.

No.

Pertanyaan Jawaban

S R TS

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Supaya terhindar dari penyakit akibat kerja

(PAK) maka sebaiknya petugas Polantas Unit

Pos Tetap memakai alat pelindung diri (APD)

masker.

Saya memakai alat pelindung diri (APD)

masker jika diperintah oleh atasan.

Saya memakai alat pelindung diri (APD)

masker selama bertugas bukan hanya karena

atasan, tetapi karena kesadaran diri sendiri akan

pentingnya kesehatan.

Saya memakai alat pelindung diri (APD)

masker hanya pada saat bertugas di jalan raya.

Saya memakai masker atau alat pelindung diri

pernafasan karena terpaksa.

Saya memakai alat pelindung diri (APD)

masker untuk menjaga kesehatan, agar terhindar

dari penyakit terutama penyakit pernafasan.

Saya merasa terganggu dengan pemakaian alat

pelindung diri (APD) masker pada saat bertugas

di jalan raya.

Lanjutan (Lampiran 1)

Page 72: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

59

D. PEMAKAIAN MASKER

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap benar.

1. Apakah Anda selalu memakai alat pelindung diri (APD) masker saat bertugas

di jalan raya?

1. Tidak 2.Ya

Lanjutan (Lampiran 1)

Page 73: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

60

LEMBAR PENGAMATAN RESPONDEN

PEMAKAIAN MASKER SELAMA 10 HARI KERJA

No.

Resp

Pemakaian Masker

Hr-1 Hr-2 Hr-3 Hr-4 Hr-5 Hr-6 Hr-7 Hr-8 Hr-9 Hr-10

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

Lampiran 2

Page 74: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

61

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

Page 75: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

62

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

Page 76: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

63

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

Page 77: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

64

Identitas & Karakteristik Responden

No. Responden Nama Umur Pendidikan Akhir Masa Kerja(1) (2) (3) (4) (5)

R01 Siswanto 25 SMA 3 R02 Siswani 30 SMA 3 R03 Fani Herdhianto 23 SMA 1 R04 Suginarto 32 SMA 4 R05 Sunardi 30 SMA 4 R06 Wiyono 52 SMA 10 R07 Hery Sasongko 25 SMA 3 R08 Sugiyoto 47 SMA 8 R09 M. Munir 35 SMA 5 R10 Slamet Chadiq 26 SMA 2 R11 Sukarjo 48 SMA 6 R12 Eko P 27 SMA 1 R13 Dwi Erna 28 SMA 1 R14 Siti Sahla 50 SMA 10 R15 Widya 51 SMA 8 R16 Bayu Apriyadi 23 Akademi/D3 2 R17 Natalia V 20 SMA 1 R18 Agus Purwantoro 53 SMA 20 R19 Yanti 21 SMA 2 R20 Joko Sulaksono 36 SMA 4 R21 Meirisa D 52 Akademi/D3 10 R22 Hadi Sucipto 35 SMA 4 R23 Yunanto Dwi H 51 Perguruan Tinggi 4 R24 Teguh Suharyanto 46 SMA 6 R25 Sarjiyanto 27 SMA 2 R26 Agung Rudiyanto 24 SMA 1 R27 Abdullah Hadi 53 SMA 8 R28 Joko Budi S 52 SMA 9 R29 Muh. Fauzi 52 SMA 10 R30 Muharis 37 SMA 5 R31 Bambang Kris 51 SMA 10 R32 Daud W 45 SMA 8 R33 Titis Widodo 53 Perguruan Tinggi 10 R34 Wardiyono 53 Perguruan Tinggi 8 R35 Fathur R 51 Perguruan Tinggi 8 R36 Khumaedi 50 SMA 7 R37 Rochmad K 35 SMA 4 R38 Suwandi 52 SMA 10 R39 Ismantoro 38 SMA 4

Lampiran 3

Page 78: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

65

(1) (2) (3) (4) (5) R40 Purwadi 52 Akademi/D3 8 R41 Proklamantono 50 Perguruan Tinggi 6 R42 Felik T 29 Perguruan Tinggi 1 R43 Sugeng Kris 36 SMA 2 R44 Jujuk T 26 SMA 1 R45 Eko K 51 Perguruan Tinggi 7 R46 M. Nur Iksan 29 SMA 2 R47 Sonny Dwi P 32 SMA 4 R48 Adi Susanto 52 Perguruan Tinggi 9 R49 Edi Nugroho 53 SMA 8 R50 Sugeng W 30 SMA 4 R51 Kukuh HD 50 Perguruan Tinggi 8 R52 Samsul 51 Perguruan Tinggi 9 R53 Rudi K 52 Perguruan Tinggi 7 R54 Sunarso 53 Akademi/D3 5 R55 Khaerul 53 Akademi/D3 8 R56 Risqi 52 Akademi/D3 7 R57 Condro P 29 Akademi/D3 2 R58 Dadang S 30 SMA 3 R59 A. Shoki 50 Perguruan Tinggi 7 R60 Paino 51 Akademi/D3 7 R61 Sufirman 28 SMA 2 R62 MA. Nofawan 29 SMA 2 R63 Haryono 30 Akademi/D3 4 R64 Arif Affandi 51 Akademi/D3 8 R65 Wharisa Gayuh 50 Perguruan Tinggi 7 R66 Wahyu F 51 Perguruan Tinggi 8 R67 Edi Bambang 51 Perguruan Tinggi 8 R68 Edi Sumanto 51 Akademi/D3 8 R69 Darso 52 SMA 6 R70 Indrajid 52 Akademi/D3 7 R71 Ruswanto 28 Akademi/D3 3 R72 Maryanto 26 Perguruan Tinggi 2

Lanjutan (Lampiran 3)

Page 79: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

66

Pengetahuan Polantas

No. Resp P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) R01 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27 R02 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 23 R03 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 23 R04 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 19 R05 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 22 R06 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 22 R07 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 24 R08 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 18 R09 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 25 R10 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 26 R11 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 22 R12 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 23 R13 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 21 R14 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 R15 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 29 R16 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 18 R17 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 22 R18 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 29 R19 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 21 R20 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 23 R21 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 27 R22 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 23 R23 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 28

Lampiran 4

Page 80: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

67

No. Resp P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) R24 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 24 R25 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 19 R26 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 23 R27 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 27 R28 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 28 R29 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 26 R30 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 23 R31 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 21 R32 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 20 R33 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 27 R34 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 26 R35 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 27 R36 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 22 R37 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 21 R38 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 23 R39 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 21 R40 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 29 R41 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27 R42 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 24 R43 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 20 R44 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 25 R45 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 26 R46 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 19 R47 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 20 R48 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 25

Page 81: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

68

No. Resp P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) R49 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 22 R50 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 21 R51 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 27 R52 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 26 R53 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 28 R54 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 26 R55 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 26 R56 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 26 R57 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 R58 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 R59 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 26 R60 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 20 R61 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 27 R62 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 23 R63 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27 R64 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 19 R65 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 28 R66 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 28 R67 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 28 R68 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 19 R69 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 20 R70 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 22 R71 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 23 R72 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 23

Page 82: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

69

Sikap Polantas

No.Resp P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) R01 3 1 2 3 1 3 1 14 R02 3 1 3 3 1 3 1 15 R03 3 1 3 2 1 3 1 14 R04 2 1 3 2 1 3 1 13 R05 2 1 3 3 1 3 2 15 R06 3 1 3 3 1 3 2 16 R07 1 1 2 3 1 3 2 13 R08 3 1 3 3 1 3 1 15 R09 3 1 2 2 2 2 1 13 R10 1 1 2 2 1 2 2 11 R11 3 1 1 1 2 2 2 12 R12 1 1 1 1 2 2 1 9 R13 1 3 1 3 2 2 1 13 R14 3 3 2 3 3 3 2 19 R15 3 3 1 3 3 3 3 19 R16 1 3 1 3 3 2 1 14 R17 1 3 1 1 2 3 2 13 R18 2 2 2 3 3 3 3 18 R19 2 1 1 2 3 3 2 14 R20 3 1 1 2 3 2 1 13 R21 2 3 3 2 3 3 3 19 R22 3 1 3 2 1 3 1 14 R23 3 3 3 2 3 3 2 19 R24 2 1 3 3 2 1 2 14 R25 3 1 3 3 1 1 1 13 R26 3 1 3 1 3 3 1 15 R27 3 3 3 3 3 3 2 20 R28 3 3 3 2 3 3 2 19 R29 3 3 2 2 3 3 3 19 R30 3 1 3 1 1 2 2 13 R31 1 3 1 3 2 3 2 15 R32 2 1 1 2 3 3 2 14 R33 2 2 3 3 3 3 3 19 R34 3 3 3 3 3 2 2 19 R35 2 3 3 3 3 3 3 20 R36 3 3 3 2 3 3 3 20 R37 2 1 3 2 1 3 1 13 R38 2 1 3 3 2 3 2 16 R39 1 1 2 3 1 3 2 13

Lampiran 5

Page 83: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

70

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) R40 3 3 3 3 3 3 3 21 R41 3 3 2 2 3 2 3 18 R42 1 1 2 2 1 2 2 11 R43 3 1 1 1 2 2 2 12 R44 1 1 1 1 2 2 1 9 R45 3 3 3 3 2 2 3 19 R46 2 1 1 2 3 3 2 14 R47 3 1 1 2 3 2 1 13 R48 2 3 3 2 3 3 3 19 R49 3 3 3 2 3 3 3 20 R50 2 1 3 2 1 3 1 13 R51 2 1 3 3 3 3 3 18 R52 3 1 3 3 3 3 3 19 R53 3 1 3 3 3 3 1 17 R54 1 3 3 2 3 3 3 18 R55 3 1 3 1 3 3 3 17 R56 3 3 2 3 3 2 3 19 R57 3 1 3 1 1 2 2 13 R58 2 1 1 2 3 3 2 14 R59 2 3 3 2 3 3 3 19 R60 3 3 3 2 3 2 3 19 R61 2 3 1 2 3 1 1 13 R62 3 1 3 2 1 3 1 14 R63 2 2 2 2 2 2 2 14 R64 2 1 3 3 2 3 2 16 R65 1 3 2 3 3 3 3 18 R66 3 3 3 3 3 3 3 21 R67 3 3 2 2 3 3 3 19 R68 3 3 3 3 2 3 3 20 R69 3 3 3 3 2 2 3 19 R70 2 3 2 3 2 2 3 17 R71 2 1 1 2 3 3 2 14 R72 3 1 1 2 3 2 2 14

Lanjutan (Lampiran 5)

Page 84: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

71

Praktik Pemakaian Masker oleh Polantas

No. Responden Pemakaian APD Masker (1) (2) R01 Tidak Memakai R02 Tidak Memakai R03 Tidak Memakai R04 Tidak Memakai R05 Tidak Memakai R06 Tidak Memakai R07 Tidak Memakai R08 Tidak Memakai R09 Tidak Memakai R10 Tidak Memakai R11 Tidak Memakai R12 Tidak Memakai R13 Tidak Memakai R14 Memakai R15 Memakai R16 Tidak Memakai R17 Tidak Memakai R18 Memakai R19 Tidak memakai R20 Tidak memakai R21 Memakai R22 Tidak memakai R23 Memakai R24 Tidak memakai R25 Tidak memakai R26 Tidak memakai R27 Memakai R28 Memakai R29 Memakai R30 Tidak memakai R31 Tidak memakai R32 Tidak memakai R33 Memakai R34 Memakai R35 Memakai R36 Tidak memakai R37 Tidak memakai R38 Tidak memakai R39 Tidak memakai

Lampiran 6

Page 85: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

72

(1) (2) R40 Memakai R41 Memakai R42 Tidak Memakai R43 Tidak memakai R44 Tidak memakai R45 Memakai R46 Tidak memakai R47 Tidak memakai R48 Memakai R49 Tidak memakai R50 Tidak memakai R51 Memakai R52 Memakai R53 Memakai R54 Memakai R55 Memakai R56 Memakai R57 Tidak memakai R58 Tidak memakai R59 Memakai R60 Tidak memakai R61 Memakai R62 Tidak memakai R63 Memakai R64 Tidak Memakai R65 Memakai R66 Memakai R67 Memakai R68 Memakai R69 Memakai R70 Memakai R71 Tidak Memakai R72 Memakai

Lanjutan (Lampiran 6)

Page 86: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

73

HASIL ANALISIS UNIVARIAT

1. Frequencies

2. Frequencies

3. Frequencies

4. Frequencies

Umur

38 52.8 52.8 52.834 47.2 47.2 100.072 100.0 100.0

MudaTuaTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Pendidikan

56 77.8 77.8 77.816 22.2 22.2 100.072 100.0 100.0

RendahTinggiTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Masa Kerja

32 44.4 44.4 44.440 55.6 55.6 100.072 100.0 100.0

BaruLamaTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Pengetahuan Polantas

14 19.4 19.4 19.439 54.2 54.2 73.619 26.4 26.4 100.072 100.0 100.0

RendahSedangTinggiTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Lampiran 7

Page 87: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

74

5. Frequencies

6. Frequencies

Sikap Polantas

38 52.8 52.8 52.834 47.2 47.2 100.072 100.0 100.0

NegatifPositifTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Pemakaian Masker

41 56.9 56.9 56.931 43.1 43.1 100.072 100.0 100.0

Tidak MemakaiMemakaiTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Page 88: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

75

HASIL ANALISIS BIVARIAT

1. Crosstabs Umur dan Pemakaian Masker

Umur * Pemakaian Masker Crosstabulation

35 3 3821.6 16.4 38.0

92.1% 7.9% 100.0%6 28 34

19.4 14.6 34.017.6% 82.4% 100.0%

41 31 7241.0 31.0 72.0

56.9% 43.1% 100.0%

CountExpected Count% within UmurCountExpected Count% within UmurCountExpected Count% within Umur

Muda

Tua

Umur

Total

TidakMemakai Memakai

Pemakaian Masker

Total

Chi-Square Tests

40.576b 1 .00037.596 1 .00045.741 1 .000

.000 .000

40.013 1 .000

72

Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona

Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.(2-sided)

Exact Sig.(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.64.

b.

Lampiran 8

Page 89: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

76

2. Crosstabs Pendidikan dan Pemakaian Masker

Symmetric Measures

.600 .00072

Contingency CoefficientNominal by NominalN of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Pendidikan * Pemakaian Masker Crosstabulation

40 16 5631.9 24.1 56.0

71.4% 28.6% 100.0%1 15 16

9.1 6.9 16.06.3% 93.8% 100.0%

41 31 7241.0 31.0 72.0

56.9% 43.1% 100.0%

CountExpected Count% within PendidikanCountExpected Count% within PendidikanCountExpected Count% within Pendidikan

Rendah

Tinggi

Pendidikan

Total

TidakMemakai Memakai

Pemakaian Masker

Total

Chi-Square Tests

21.563b 1 .00018.986 1 .00023.932 1 .000

.000 .000

21.263 1 .000

72

Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona

Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.(2-sided)

Exact Sig.(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.89.

b.

Page 90: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

77

3. Crosstabs Masa Kerja dan Pemakaian Masker

Symmetric Measures

.480 .00072

Contingency CoefficientNominal by NominalN of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Masa Kerja * Pemakaian Masker Crosstabulation

28 4 3218.2 13.8 32.0

87.5% 12.5% 100.0%13 27 40

22.8 17.2 40.032.5% 67.5% 100.0%

41 31 7241.0 31.0 72.0

56.9% 43.1% 100.0%

CountExpected Count% within Masa KerjaCountExpected Count% within Masa KerjaCountExpected Count% within Masa Kerja

Baru

Lama

MasaKerja

Total

TidakMemakai Memakai

Pemakaian Masker

Total

Chi-Square Tests

21.934b 1 .00019.748 1 .00023.860 1 .000

.000 .000

21.630 1 .000

72

Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona

Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.(2-sided)

Exact Sig.(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.78.

b.

Page 91: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

78

4. Crosstabs Pengetahuan Polantas dan Pemakaian Masker

Symmetric Measures

.483 .00072

Contingency CoefficientNominal by NominalN of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Pengetahuan Polantas * Pemakaian Masker Crosstabulation

12 2 148.0 6.0 14.0

85.7% 14.3% 100.0%

28 11 3922.2 16.8 39.0

71.8% 28.2% 100.0%

1 18 1910.8 8.2 19.0

5.3% 94.7% 100.0%

41 31 7241.0 31.0 72.0

56.9% 43.1% 100.0%

CountExpected Count% within PengetahuanPolantasCountExpected Count% within PengetahuanPolantasCountExpected Count% within PengetahuanPolantasCountExpected Count% within PengetahuanPolantas

Rendah

Sedang

Tinggi

PengetahuanPolantas

Total

TidakMemakai Memakai

Pemakaian Masker

Total

Chi-Square Tests

28.933a 2 .00032.701 2 .000

23.618 1 .000

72

Pearson Chi-SquareLikelihood RatioLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)

0 cells (.0%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is 6.03.

a.

Page 92: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

79

5. Crosstabs Sikap Polantas dan Pemakaian Masker

Sikap Polantas * Pemakaian Masker Crosstabulation

35 3 3821.6 16.4 38.0

92.1% 7.9% 100.0%6 28 34

19.4 14.6 34.017.6% 82.4% 100.0%

41 31 7241.0 31.0 72.0

56.9% 43.1% 100.0%

CountExpected Count% within Sikap PolantasCountExpected Count% within Sikap PolantasCountExpected Count% within Sikap Polantas

Negatif

Positif

Sikap Polantas

Total

TidakMemakai Memakai

Pemakaian Masker

Total

Chi-Square Tests

40.576b 1 .00037.596 1 .00045.741 1 .000

.000 .000

40.013 1 .000

72

Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona

Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases

Value dfAsymp. Sig.

(2-sided)Exact Sig.(2-sided)

Exact Sig.(1-sided)

Computed only for a 2x2 tablea.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.64.

b.

Symmetric Measures

.535 .00072

Contingency CoefficientNominal by NominalN of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.

Page 93: BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK ...

80

Symmetric Measures

.600 .00072

Contingency CoefficientNominal by NominalN of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis.a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.