Bayi Dengan Ibu HIV Referat

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar bayi baru lahir yang terlahir dari ibu yang bermasalah dalam arti menderita suatu penyakit, tidak menunjukkan gejala sakit pada saat dilahirkan atau beberapa waktu setelah lahir. Bukan berarti bayi baru lahir tersebut aman dari gangguan akibat dari penyakit yang diderita ibu. Hal tersebut dapat menimbulkan akibat yang merugikan bagi bayi baru lahir (BBL), dan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas bayi. Ibu bermasalah disini diartikan sebagai ibu yang menderita sakit, sebelum, selama hamil, atau pada saat menghadapi proses persalinan. 1,2, Dari State of the World’s Newborn, Save The Children 2001, terdapat angka lebih dari 7 juta bayi meninggal setiap tahun antara lahir hingga umur 12 bulan, hampir dua pertiga bayi yang meninggal, terjadi pada bulan pertama; 1

description

huhuhhhijl

Transcript of Bayi Dengan Ibu HIV Referat

Page 1: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian besar bayi baru lahir yang terlahir dari ibu yang bermasalah dalam

arti menderita suatu penyakit, tidak menunjukkan gejala sakit pada saat dilahirkan

atau beberapa waktu setelah lahir. Bukan berarti bayi baru lahir tersebut aman dari

gangguan akibat dari penyakit yang diderita ibu. Hal tersebut dapat menimbulkan

akibat yang merugikan bagi bayi baru lahir (BBL), dan dapat meningkatkan

morbiditas dan mortalitas bayi. Ibu bermasalah disini diartikan sebagai ibu yang

menderita sakit, sebelum, selama hamil, atau pada saat menghadapi proses

persalinan.1,2,

Dari State of the World’s Newborn, Save The Children 2001, terdapat angka

lebih dari 7 juta bayi meninggal setiap tahun antara lahir hingga umur 12 bulan,

hampir dua pertiga bayi yang meninggal, terjadi pada bulan pertama; dari yang

meninggal tersebut, dua pertiga meninggal pada umur satu minggu, dan dua pertiga

diantaranya meninggal pada dua puluh empat jam pertama kehidupannya. Disini

sangat jelas bahwa masalah kesehatan neonatal tidak dapat dilepaskan dari masalah

kesehatan perinatal dimana proses kehamilan, dan persalinan memegang faktor yang

amat penting. 1,3

Upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, telah banyak

dilakukan, diantaranya adalah asuhan persalinan normal, Safe Mother Hood,

1

Page 2: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

pelayanan obstetri neonatal esensial dasar dan komprehensif, awal sehat untuk hidup

sehat, manajemen terpadu balita sakit, dan manajemen bayi muda sakit karena

kelainan BBL sangat erat hubungannya dengan saat berada di dalam kandungan,

maka komunikasi yang erat diantara dokter anak, dokter obstetri dan dokter anestesi

serta bidan setempat sangatlah penting karena bermacam penyakit yang dapat diderita

ibu selama periode tersebut. Dalam makalah ini akan di bahas manajemen BBL dari

ibu yang mengalami penyakit HIV yang tampaknya jumlah penderita semakin

meningkat.1

Strategi Penanggulangan AIDS Nasional 2007-2010 menegaskan bahwa

pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi merupakan sebuah program prioritas,

sehingga penularan HIV dari ibu ke bayi bisa dicegah (PMTCT: Prevention Mother

to Child Transmission). Dewasa ini semakin maju upaya intervensi untuk mengurangi

resiko penularan HIV ke bayi dari ibu yang diketahui HIV positif. Kemajuan ini

membawa harapan, tetapi untuk mencegah bayi agar tidak terinfeksi HIV, sebaiknya

dilakukan strategi untuk mencegah perempuan tidak terinfeksi HIV, ataupun strategi

mengurangi resiko penularan HIV ke bayi jika terdapat perempuan yang tidak

mengetahui dirinya terinfeksi HIV.4

Asuhan khusus diperlukan bagi neonatus yang berisiko. Ini berarti bahwa

harus dilakukan tatalaksana yang menyeluruh, segera, dan sesuai di ruang bersalin

dan pada saat masuk ke ruang perawatan bayi khusus. Tim persalinan harus bekerja

sama secara efektif dengan tim neonatus untuk memastikan bahwa neonatus telah

stabil dan dipindahkan ke ruang perawatan. Tim dari neonatus yang terdiri dari dokter

2

Page 3: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

dan perawat harus menilai dan menangani neonatus serta bekerja sama, untuk

memastikan bahwa asuhan optimal diberikan selama stabilisasi neonatus.5.

1.2 Permasalahan

Dari uraian di atas dapat diambil suatu permasalahan yaitu bagaimana

manajemen Bayi Baru Lahir (BBL) dari ibu yang mengalami penyakit HIV sebagai

upaya pencegahan penularan HIV ke bayi dari ibu guna menurunkan angka kematian

bayi.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penyusunan tulisan ini adalah:

1. Mengetahui penatalaksanaan bayi baru lahir (BBL) dari ibu yang

mengalami penyakit HIV.

2. Mengetahui penegakan diagnosis untuk infeksi HIV pada bayi

3. Memenuhi tugas kepaniteraan klnik di Bagian Anak RSUD ULIN FK

UNLAM sebagai syarat ujian.

Hasil tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Memberikan pengetahuan tambahan mengenai penatalaksanaan bayi baru

lahir (BBL) dari ibu yang mengalami penyakit HIV.

2. Menjadi sumber pengembangan ilmu dan terapan bagi pembaca serta

klinisi.

3

Page 4: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah HIV di Indonesia

2.1.1 Latar Belakang Ibu Dengan HIV

Kasus AIDS pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1987 pada

seorang WNA di Bali. Sejak itu HIV/AIDS di Indonesia telah dilaporkan hampir di

semua provinsi kecuali Sulawesi Tenggara. Setelah selama 13 tahun sejak

dilaporkannya kasus pertama, Indonesia masih tercatat sebagai negara dengan

prevalensi infeksi HIV rendah akan tetapi dalam 4 tahun terakhir ini Indonesia

dinyatakan berada dalam keadaan epidemi terkonsentrasi (Concentrated level

epidemic) karena HIV/AIDS telah terjadi pada lapisan masyarakat tertentu dalam

tingkat prevalensi yang cukup tinggi terutama di provinsi Papua, DKI Jaya, Riau,

Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali. Pada ibu HIV atau daerah dimana prevalensi HIV

tinggi, maka proses kelahiran disarankan dengan operasi sesar, dengan tujuan

membiarkan lapisan amnion tetap intak selama mungkin agar penularan HIV

perinatal terhindar.2,6

Transmisi HIV pada populasi risiko tinggi di Indonesia bersifat dinamis, dan

epidemi yang terjadi tidak terpisah diantara populasi dengan faktor risiko yang berbeda.

Sebagian besar epidemi HIV disebabkan oleh HIV-1. Ada kemungkinan bahwa

pengguna narkotika suntik merupakan episentrum penularan HIV-1 di Bali dan beberapa

4

Page 5: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

daerah di Indonesia dan menyebar ke populasi umum melalui perilaku seksual risiko

tinggi dari kelompok heteroseksual, yaitu PSK dan yang tertular. 7

Gambar 1. Jumlah kasus AIDS secara kumulatif di Indonesia 2000-2009

Jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap tahunnya sangat meningkat secara signifikan. Angka penderita AIDS/HIV mulai meningkat tahun 2004 dan jumlah tertinggi pada tahun 2008. Jumlah kumulatif pada tahun 2000-2009 mencapai 16964 kasus.8

2.1.2 Arti Penting Pencegahan Infeksi HIV Di Indonesia

Dalam sudut pandang epidemi HIV/AIDS, Indonesia saat ini berada dalam

concentrated level epidemic artinya prevalensi pada masyarakat tertentu sudah cukup

tinggi terutama di Provinsi Riau, DKI Jaya, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Papua.

Potensi penularan HIV terutama masih berada pada pola penularan melalui jalur

hubungan seksual, yang harus diatasi melalui kampanye peningkatan kewaspadaan

publik (public awareness campaign) seperti pendidikan seks, kampanye seks sehat

dan kampanye penggunaan kondom. Meskipun angka kejadiannya kecil akan tetapi

5

Page 6: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

pencegahan penularan melalui jalur suntikan dan transfusi darah harus pula dilakukan

secara intensif. Hal itu dimaksudkan agar kewaspadaan petugas kesehatan terhadap

penyebaran infeksi HIV melalui jalur ini terutama yang terkait dengan kesehatan

kerja dapat ditingkatkan.2

2.2. Batasan Bayi Baru Lahir Dari Ibu Pengidap HIV

Batasan bayi baru lahir dari ibu pengidap HIV adalah bayi baru lahir dari Ibu

yang diketahui mengidap HIV selama kehamilannya. Ibu sudah diskrining

menggunakan pemeriksaan serologis. Untuk selanjutnya bayi disebut BIHA (bayi

dari ibu dengan HIV/AIDS). Terminologi BIHA dipakai sebagai tanda pengenal dan

kode bagi semua petugas administrasi, medis, paramedik, pekarya, diberi tanda stiker

merah pada catatan medik, alat suntik, obat dan sebagainya yang ada hubungannya

dengan penderita. Tim BIHA adalah tim yang ditunjuk kepala bagian Anak untuk

membuat dan merancang petunjuk pelaksanaan hal yang berhubungan dengan BIHA.2

KLINTidak ada tanda-tanda spesifik HIV yang dapat ditemukan pada saat lahir. Bila

terinfeksi pada saat peripartum, tanda klinis dapat ditemukan pada umur 2-6 minggu

setelah lahir. Tetapi tes antibodi baru dapat dideteksi pada umur 18 bulan untuk

menentukan status HIV bayi.2

Semua bayi yang terlahir dari Ibu resiko HIV termasuk ibu yang berasal dari

daerah tinggi kejadian HIV, pengguna obat terlarang, pasangan biseksual, adalah

termasuk bayi beresiko terjangkit HIV. Beberapa mekanisme masuknya virus ke bayi

termasuk beratnya penyakit ibu, paparan dengan cairan tubuh yang terkena infeksi,

kekebalan ibu yang berkurang, dan ASI. Resiko transmisi virus ke bayi besar apabila

6

Page 7: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

penyakit ibu berlanjut, atau jumlah CD4+ rendah, viral load tinggi (antigenemia),

atau kultur darah HIV positif. Infeksi melalui plasenta dibuktikan dengan adanya

biakan yang positip HIV pada darah talipusat dan jaringan janin lahir mati pada

trimester awal. Sedangkan infeksi secara vertikal dihubungkan adanya ketuban pecah

dini empat jam sebelum lahir secara spontan, tindakan invasif, dan adanya

chorioamnionitis. Transmisi dapat secara seksual, parenteral dan kongenital,

perinatal. Resiko tercemar HIV pada Transfusi darah adalah 1 : 225.000 unit

transfusi. Skrining saat ini condong kurang dilakukan,padahal penderita baru walau

mengalami viremia, menunjukkan sero negatif untuk 2 sampai 4 bulan atau 5-15%.2

2.3. Patogenesis HIV

Infeksi HIV terutama berpengaruh pada sel CD4+ dan sel monosit atau sel

makrofag. Setelah sel terkena infeksi, maka RNA virus sampul terlepas, dan

membentuk DNA transkrip rangkap dua, yang ditransfer ke sel DNA host, dan

terjadilah perusakan system imunologi baik humoral ataupun selular. Kemudian

bersama dengan cytokin yang dipengaruhi akan mempengaruhi fungsi makrofag, B

limfosit dan T Limfosit. Sedangkan hipergamaglobulinemia yang terdeteksi pada saat

kehamilan, disebabkan karena aktivasi poliklonal B sel akibat pengaruh HIV.

Perusakan sel B, mengakibatkan pembentukan antibodi sekunder lemah, dan respons

terhadap vaksinasi buruk. Defek sel mediated juga terjadi, sehingga mudah terjadi

infeksi oportunis seperti jamur, Pneumonia Carinii Pneumositis (PCP), dan diare

kronik.2

7

Page 8: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

Mekanisme utama infeksi HIV adalah melalui perlekatan selubung

glikoprotein virus gp 120 pada molekul CD4. Molekul ini merupakan reseptor dengan

afinitas paling tinggi terhadap protein selubung virus. Partikel HIV yang berikatan

dengan molekul CD4 kemudian masuk ke dalam sel hospes melalui fusi antara

membran virus dengan membran sel hospes dengan bantuan gp 41 yang terdapat pada

permukaan membran virus.

Gambar 2. Proses pengikatan HIV dengan reseptor sel THIV menggunakan CD4 untuk masuk ke dalam host sel T dengan cara mengikat gp120 pada CD4. Keterikatan menciptakan pergeseran dalam konformasi gp120 HIV yang memungkinkan untuk mengikat ke co-reseptor untuk diekspresikan pada sel inang. HIV menyisipkan peptida fusi ke dalam sel host yang memungkinkan membran luar virus untuk berfusi dengan membran sel.9,10,11

Sekali virion HIV masuk ke dalam sel, maka enzim yang terdapat dalam

nukleoprotein menjadi aktif dan memulai siklus reproduksi virus. Nukleoprotein inti

virus menjadi rusak dan genom RNA virus akan ditranskripsi menjadi DNA untai

ganda oleh enzim reverse transcriptase dan kemudian masuk ke nukleus. Enzim

8

Page 9: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

integrase akan mengkatalisa integrasi antara DNA virus dengan DNA genom dari sel

hospes. Bentuk DNA integrasi dari HIV disebut provirus, yang mampu bertahan

dalam bentuk inaktif selama beberapa bulan atau beberapa tahun tanpa memproduksi

virion baru. 12

Partikel virus yang infeksius akan terbentuk pada saat sel limfosit T

teraktivasi. Aktivasi sel T CD4+ yang telah terinfeksi HIV akan mengakibatkan

aktivasi provirus juga. Aktivasi ini diawali dengan transkripsi gen struktural menjadi

mRNA kemudian ditranslasikan menjadi protein virus. Karena protein virus dibentuk

dalam sel hospes, maka membran plasma sel hospes akan disisipi oleh glikoprotein

virus yaitu gp 41 dan gp 120. RNA virus dan protein core kemudian akan membentuk

membran dan menggunakan membran plasma sel hospes yang telah dimodifikasi

dengan glikoprotein virus, membentuk selubung virus dalam proses yang dikenal

sebagai budding. Pada beberapa kasus aktivasi provirus HIV dan pembentukan

partikel virus baru dapat menyebabkan lisisnya sel yang terinfeksi.12

9

Page 10: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

Gambar 3. Patogenesis HIV.

Virion terikat dengan dengan bagian luar sel dan bergabung dengan sel kemudian protein inti dan dua benang RNA virus masuk ke sel. DNA doublestranded (provirus) termigrasi ke inti sel melepas sampulnya berintegrasi dengan DNA sel . Provirus selanjutnya menjadi (7A) laten. Proses dapat berlangsung perlahan (7B) atau secara cepat sehingga terjadi lisis atau ruptur dari sel (7C).2

Pada saat limfosit yang terinfeksi HIV menjadi aktif, misalnya infeksi yang

berulang, maka terjadilah apoptosis dan lisis dari sel-sel host. Karena CD4+ limfosit

merupakan respon imun yang penting terhadap keadaan zat-zat patogen, maka apabila

jumlah CD4+ dibawah 200/mm3 rentan terhadap infeksi oportunis ataupun

keganasan. Pada permulaan infeksi, virus menyerang sel dendritik, dan terjadi

viremia, kemudian sel limfosit terseeded. Imun respons dari host terangsang, viremia

menghilang, dan 80% penderita mengalami infeksi asimtomatik, dan 20% mengalami

penyakit yang progresif. Pada penderita yang asimtomatik, proses berkisar 10 tahun,

kemudian dengan adanya infeksi oportunis, kematian terjadi dalam 5 tahun.2

2.4. Menentukan Status HIV Bayi.

Kelainan atau gejala yang muncul biasanya tampak pada umur 1 tahun (23 %)

sampai dengan 4 tahun (40 %). Beberapa gejala klinik yang muncul seperti BBLR,

infeksi saluran nafas berulang, PCP (Pneumocystis carinii Pneumonia), sinusitis,

sepsis, moniliasis berulang, hepatosplenomegali, febris yang tidak diketahui

penyebabnya, encefalopati (50%-90%) gejala ini terjadi sebelum obat anti Retrovirus

dipergunakan.2

Jika pada tes konfirmasi antibodi HIV positif, maka pemeriksaan HIV PCR

DNA pada bayi harus dilakukan. Jika HIV PCR DNA pada bayi positif, profilaksis

10

Page 11: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

ARV harus dihentikan dan bayi segera dirujuk ke spesialis HIV pediatrik untuk

konfirmasi diagnosis dan pengobatan infeksi HIV dengan terapi kombinasi standar

antiretroviral. Bayi yang terinfeksi HIV juga harus menerima kemoprofilaksis

terhadap PCP dengan trimetoprim-sulfametoksazol (TMP) oral dimulai pada usia 4-6

minggu.13

2.4.1 Penegakan Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan:

1. Dugaan infeksi HIV, gejala

klinik, resiko penularan di daerah yang banyak ditemukan.

2. Tes serologi darah HIV

3. Pembuktian virus HIV dalam

darah, karena pada bayi masih terdapat antibodi HIV ibu yang menetap

sampai 18 bulan.

2.4.2 Tes Diagnostik Untuk Infeksi HIV Pada Bayi

1. HIV Antibodi pada anak umur > 18 bulan dilakukan dengan metode

ELISA IgG anti HIV Ab, dapat ditransfer melalui plasenta pada Trimester

III. Bila hasil positif sebelum umur 18 bulan, mungkin antibodi dari

ibunya.

2. VIRUS : HIV PCR DNA dari darah perifer pada waktu lahir, dan umur 3-

4 bulan. Bila umur 4 bulan hasil negatif bayi bebas HIV, bila HIV PCV

RNA positif BIHA positif terkena HIV. Pengujian virologi pada awal

11

Page 12: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

kelahiran dapat dipertimbangkan untuk bayi yang baru lahir beresiko

tinggi infeksi HIV, contohnya seperti bayi yang lahir dari ibu yang

terinfeksi HIV yang tidak menerima perawatan prenatal, ART prenatal,

atau yang memiliki viral load HIV> 1.000 copies / mL mendekati ke

waktu kelahiran. Sebanyak 30% -40% dari bayi yang terinfeksi HIV dapat

diidentifikasi dari usia 48 jam. Sampel darah dari tali pusar tidak boleh

digunakan untuk evaluasi diagnostik karena kontaminasi dengan darah

ibu. Definisi yang pasti telah diusulkan untuk membedakan didapatkannya

infeksi HIV selama periode intrauterin atau dari periode intrapartum. Bayi

yang memiliki tes virologi positif pada atau sebelum usia 48 jam dianggap

memiliki infeksi awal (yaitu, intrauterin), sedangkan bayi yang memiliki

tes virologi negatif selama minggu pertama kehidupan dan tes positif

berikutnya dianggap memiliki infeksi setelahnya (yaitu, intrapartum).14

3. CD4 count rendah (normal 2500-3500/ml pada anak, Dewasa

700-1000/ml).

4. P24 Antigen test sudah kurang dipakai untuk diagnostik, karena

dipandang kurang sensitif terutama untuk bayi. Knuchel dkk

membandingkan sensitivitas tes tersebut antara DBS ( dried blood spot )

dan plasma. Mereka menemukan bahwa tes tersebut mempunyai

spesifisitas 100% dan tidak ada perbedaan hasil secara kuantitatif antara

DBS dan plasma. Mereka juga membandingkan hasil tes antigen p24

dengan viral load HIV dan menemukan korelasi yang positif, tetapi

12

Page 13: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

koefisien korelasi tersebut rendah (r = 0,67). Sensitivitas tes HIV p24

dibandingkan dengan tes viral load HIV adalah kurang lebih 90%. Hal ini

berarti bahwa tes untuk menskrining bayi yang terpajan HIV akan

menghasilkan hampir 10% bayi yang salah didiagnosis sebagai tidak

terinfeksi. Penggunaan PCR HIV DNA-RNA memiliki sensitiitas 100%

pada plasma.15

2.5. Manajemen Bayi dengan Ibu HIV

2.5.1 Manajemen Umum

1. Bayi yang dilahirkan ibu dengan HIV positif maka :

a. Hormati kerahasiaan ibu dan keluarganya, dan lakukan konseling

pada keluarga;

b. Rawat bayi seperti bayi yang lain, dan perhatian khususnya pada

pencegahan infeksi;

c. Bayi tetap diberi imunisasi rutin, ada senter yang tidak langsung

memberi BCG;

d. Bila terdapat tanda klinis defisiensi imun yang berat, jangan diberi

vaksin hidup (BCG, OPV, Campak, MMR). Pada waktu pulang,

periksa DL, hitung Lymphosit T, serologi anti HIV, PCR DNA/RNA

HIV.

2. Beri dukungan mental pada orang tuanya

13

Page 14: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

3. Anjurkan suaminya memakai kondom, untuk pencegahan penularan

infeksi

2.5.2 Manajemen Khusus

Bayi dengan infeksi HIV mempunyai jumlah virus yang tinggi dan

akan menurun seiring dengan meningkatnya imunologinya. Saran dari

beberapa senter di AS, terapi pada satu tahun pertama untuk anak yang

dicurigai HIV, diharapkan tumbuh imunologi secara normal, karena bila terapi

menunggu umur lebih dari satu tahun berdasarkan jumlah CD4+ dan Load

Virus maka hal ini dikatakan kurang spesifik. Pengobatan harus dimulai pada

bayi yang menunjukkan gejala simtomatis atau yang menunjukkan jumlah sel

CD4+ yang rendah, tanpa melihat umur.2

2.5.2.1 Terapi Anti Retrovirus

Tanpa pemberian Antiretrovirus, 25% bayi dengan ibu HIV positif akan

tertular sebelum dilahirkan atau pada waktu lahir, dan 15% tertular melalui

ASI :

a. Tentukan apakah ibu sedang mendapat pengobatan Antiretrovirus untuk

HIV, atau mendapatkan pengobatan antiretroviral untuk mencegah

transmisi dari ibu ke bayinya. Tujuan pemberian Antiretroviral terapi

adalah untuk menekan HIV viral load sampai tidak terdeteksi dan

mempertahankan jumlah CD4+ sel sampai mencapai lebih dari 25%.

14

Page 15: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

b. Kelola bayi dan ibu sesuai dengan protokol dan kebijakan yang ada,

tujuannya untuk Profilaksis :

- Bila ibu sudah mendapat ARV(Antiretrovirus) atau Zidovudine

(AZT) 4 minggu sebelum melahirkan, maka setelah lahir bayi

diberi AZT 2 mg/kg berat badan per oral tiap 6 jam selama 6

minggu, dimulai sejak bayi umur 12 jam. Hal ini dapat mengurangi

resiko terjadinya HIV dari 25% menjadi 8%. 2

- Bila ibu sudah mendapat Nevirapine (NVP) dosis tunggal selama

proses persalinan dan bayi masih berumur kurang dari 3 hari,

segera beri bayi Nevirapine dalam suspensi 2 mg/kg berat badan

secara oral masa usia 48-72 jam dosis tunggal.

- Untuk mencegah PCP, berikan TMP 2,5 mg/kgBB 2x sehari,

pemberian 3 kali seminggu, diberikan sejak bayi umur 6 minggu

sampai diagnosis HIV dapat disangkal, karena peak onset PCP

adalah pada umur 3-9 bulan.

- Jadwalkan pemeriksaan tindak lanjut dalam 2 minggu untuk

menilai masalah pemberian minum dan pertumbuhan bayi (lihat

Pemeriksaan Tindak Lanjut).

2.5.2.2 Pemberian Minum

Penularan HIV-1 dapat terjadi dari konsumsi susu ASI dari

perempuan yang terinfeksi HIV. Di Amerika Serikat dan Kanada, di mana

15

Page 16: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

formula bayi aman dan tersedia, seorang yang ibu terinfeksi harus

disarankan untuk tidak menyusui bahkan jika dia menerima ART (terapi

anti Retrovirus). Menghindari secara total untuk menyusui (dan susu

sumbangan) oleh perempuan yang terinfeksi HIV tetap menjadi satu-

satunya mekanisme dimana pencegahan penularan HIV melalui ASI

dapat dipastikan.16

Salah satu rekomendasi  Konsesus Genewa pada Oktober 2006

adalah “Ibu terinfeksi HIV dianjurkan menyusui eksklusif selama 6 bulan

kecuali jika pengganti ASI memenuhi AFASS sebelumnya, Bila pengganti

ASI mencapai AFASS, dianjurkan untuk tidak memberikan ASI” yang

mana hal ini menjadi Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dan

ibu ke bayi.17

AFASS merupakan kepanjangan dari:

A : ACCEPTABLE                : mudah diterima

F : FEASIBLE        : mudah dilakukan

A : AFFORDABLE : terjangkau

S : SUSTAINABLE : berkelanjutan

S : SAFE                                : aman penggunaannya

Mudah diterima berarti, tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu

untuk memberikan susu formula pada bayinya. Mudah dilakukan Ibu dan

keluarga, mereka mempunyai cukup waktu, pengetahuan, dan ketrampilan

yang memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu formula kepada

16

Page 17: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

bayi . Harganya terjangkau Ibu dan keluarga sehingga mereka mampu

membeli susu formula. Susu formula harus diberikan setiap hari dan

malam selama usia bayi dan diberikan dalam bentuk segar, serta suplai

dan distribusi susu formula dijamin keberadaannya artinya keberadaan

susu formula tersebut berkelanjutan. Juga tidak kalah penting Susu

formula harus disimpan secara benar, higienis dan kadar nutrisi cukup,

disuapkan dengan tangan dan peralatan bersih, serta tidak berdampak

peningkatan penggunaan susu formula pada masyarakat (SPILL OVER)

yang berarti Save atau Aman.17

Ibu dengan HIV positif dihadapkan pada dua pilihan sulit, menyusui

dengan belum mengerti tehnik menyusuinya sehingga ternjadi MTCT

(mother-to-child transmission), tidak menyusui dan tidak AFASS sehingga

bayi menjadi kurang gizi, diare, atau pneumonia. Konseling pemberian

makan bayi pada ibu HIV dapat membantu ibu HIV menentukan pilihan

yang terbaik untuk bayinya. 17

Tabel 1. Faktor Risiko Potensial untuk Transmisi HIV-1 melalui ASI

Kategori Faktor risikoDurasi menyusuiKarakteristik Ibu

Karakteristik bayiKarakteristik ASI /human milk

Durasi yang lebih lamaUmur mudaParitas tinggiCD4+ yang rendahViral load darah perifer yang tinggiAbnormalitas payudara

(abses payudara, mastitis, nipple lesions)Candidiasis oralViral load yang tinggiKonsentrasi substansi antiviral yang rendah

17

Page 18: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

ASI eksklusif

(contoh: lactoferin, lysozyme, SLPI, epidermal growth factor)Konsentrasi limfosit T spesifik-virus sitotoksikSekkresi IgA yang rendahIgM yang rendahMixed breastfeeding

Dikarenakan penularan HIV-1 melalui proses menyusui selalu ada

terjadi, dan karena menghindari proses menyusui adalah sulit dilakukan

dalam banyak situasi tertentu, maka penting untuk mengidentifikasi faktor

risiko guna merancang rencana intervensi untuk mencegah transmisi

sesuai dengan faktor risiko.18

Lakukan konseling pada ibu tentang pilihan pemberian minum

kepada bayinya.2

a. Hargai dan dukunglah apapun pilihan ibu. Ijinkan ibu untuk membuat

pernyataan sendiri tentang pilihan yang terbaik untuk bayinya.

b. Terangkan kepada ibu bahwa menyusui dapat berisiko menularkan

infeksi HIV. Meskipun demikian, pemberian susu formula dapat

meningkatkan risiko kesakitan dan kematian, khususnya bila

pemberian susu formula tidak diberikan secara aman karena

keterbatasan fasilitas air untuk mempersiapkan atau karena tidak

terjamin ketersediaannya oleh keluarga.

c. Terangkan pada Ibu tentang untung dan rugi pilihan cara pemberian

minum susu formula. Susu dapat diberikan bila mudah didapat, dapat

dijaga kebersihannya dan selalu dapat tersedia.

18

Page 19: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

d. Dalam beberapa situasi, kemungkinan lain adalah untung dan rugi

pilihan cara pemberian minum ASI :

- Memeras ASI dan menghangatkannya waktu akan diberikan;

- Pemberian ASI oleh ibu susuan (”Wet Nursing”) yang jelas HIV

negatif;

- Memberi ASI peras dari Ibu dengan HIV negatif.

e. Bantu ibu menilai kondisinya dan putuskan mana pilihan yang terbaik,

dan dukunglah pilihannya.

- Bila ibu memilih untuk memberikan susu formula atau menyusui,

berikan petunjuk khusus (lihat bawah). Untuk Pemberian susu

formula :

Ajari ibu cara mempersiapkan dan memberikan susu formula

dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian

minum.

Anjurkan ibu untuk memberi susu formula 8 kali sehari, dan

beri lagi apabila bayi menginginkan.

Beri ibu petunjuk secara tertulis cara mempersiapkan susu

formula.

Jelaskan mengenai risiko memberi susu formula dan cara

menghindarinya.

19

Page 20: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

- ASI Eksklusif dapat segera dihentikan bila susu formula sudah

dapat disediakan. Hentikan ASI pada saat memberikan susu

formula;

- Rekomendasi yang biasa diberikan adalah memberikan ASI

eksklusif selama 6 bulan, kemudian dilanjutkan ASI ditambah

makanan padat setelah umur 6 bulan.

- Bayi akan diare apabila tangan ibu, air atau alat-alat yang

digunakan tidak bersih dan steril, atau bila susu yang disediakan

terlalu lama tidak diminumkan;

- Bayi tidak akan tumbuh baik apabila :

Jumlah tiap kali minum terlalu sedikit;

Frekuensi pemberiannya terlalu sedikit;

Susu formula terlalu encer;

Bayi mengalami diare.

f. Nasihati ibu untuk mengamati apakah terdapat tanda bahaya pada

bayinya, seperti :

- Minum kurang dari 6 kali dalam sehari atau minum hanya sedikit;

- Diare;

- Berat badan sulit naik.

g. Nasihati ibu untuk melakukan kunjungan tindak lanjut :

- Kunjungan rutin untuk memonitor pertumbuhan;

- Memberi dukungan cara-cara menyiapkan formula yang aman;

20

Page 21: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

- Nasihati ibu untuk membawa bayinya bila sewaktu-waktu

ditemukan tanda bahaya

h. Apapun pilihan ibu, berilah petunjuk khusus :

- Apabila memberikan susu formula, jelaskan bahwa selama 2 tahun

ibu harus menyediakannya termasuk makanan pendamping ASI;

- Bila tidak dapat menyediakan susu formula, sebagai alternatif

diberikan ASI secara eklusif dan segera dihentikan setelah tersedia

susu formula;

- Semua bayi yang mendapatkan susu formula, perlu dilakukan

tindak lanjut dan beri dukungan kepada ibu cara menyediakan susu

formula dengan benar.

- Jangan memberikan minuman kombinasi (misal selang-seling

antara susu hewani, bubur buatan, susu formula, disamping

pemberian ASI), karena risiko terjadinya infeksi lebih tinggi dari

pada bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.

2.5.3. Tatalaksana Di Ruang Perawatan Dan Setelah Pulang

Pemeriksaan darah PCR DNA/RNA dilakukan pada umur 1, 2, 4, 6 dan 18

bulan. Diagnosis HIV ditegakkan apabila pemeriksaan PCR DNA/RNA HIV

POSITIP dua kali berturut selang satu bulan, bila keadaan demikian ditemukan, mulai

diberikan pengobatan Antiretrovirus. Koordinasi petugas Kesehatan Rumah Sakit

dengan petugas setempat, karena bayi-bayi tersebut rawan untuk terjadinya infeksi.2,19

21

Page 22: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

a. Setelah lahir hari 1

1.) Tidak diberi ASI, berikan susu formula biasa.

2.) Pengobatan profilaksis

(a.) Bila ibu mendapat pengobatan antiretrovirus

(ARV) semasa hamil dan intrapartum, AZT diberikan untuk bayi

mulai usia 12 jam selama 6 minggu.

(b.) Bila ibu mendapat pengobatan ARV intrapartum

saja, atau tidak mendapat ARV, selain AZT untuk bayi diberi juga

nevirapin (NVP) dosis tunggal dalam masa usia 48-72 jam.

(c.) Dosis ARV untuk bayi sesuaikan dengan Tabel 2.

(d.) Lapor tim BIHA IKA

Tabel 2. Dosis obat Antiretrovirus

22

Page 23: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

Menurut laporan studi yang dilakukan Connor dkk, pada wanita hamil

dengan penyakit HIV bergejala ringan dan tidak ada pengobatan sebelumnya

dengan obat antiretroviral selama kehamilan, pemberian obat yang terdiri dari

AZT yang diberikan ante partum dan intra partum pada ibu dan bayi baru

lahir selama enam minggu mengurangi risiko penularan HIV ibu-bayi dengan

sekitar dua pertiga.20

b. Sebelum bayi dipulangkan

1.) Pemeriksaan laboratorium darah tepi lengkap (Hb,

leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit)

2.) Imunisasi rutin kecuali BCG, bila terdapat tanda klinis

defisiensi imun berat tidak diberikan vaksin polio hidup

23

Page 24: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

c. Usia = 4 minggu

1.) Pemeriksaan laboratorium

(a.) Enzim fungsi hati : SGOT/SGPT

(b.) PCR DNA/RNA HIV pertama, bila hasil positif

langsung konfirmasi dengan PCR RNA

2.) Profilaksis AZT dihentikan setelah pemberian 6 minggu

bila hasil PCR DNA HIV negatif.

3.) Bila PCR RNA positif berarti infeksi HIV, diberi terapi

ZDV, 3TC dan NVP

4.) Pengobatan profilaksis Pneumocytis carinii dengan

kotrimoksazol diberikan setelah usia 5 minggu sampai dinyatakan infeksi HIV

(-). Dosis lihat tabel

5.) Imunisasi rutin, bila ada tanda klinis defisiensi imun

berat tidak diberi vaksin polio hidup dan pasien dirujuk ke Tim BIHA

d. Usia 2-4 bulan

1.) Pemeriksaan fisis 1 x per bulan

(a.) Keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan organ

sistemik, tumbuh kembang

(b.) Bila ada kelainan klinis infeksi HIV, rujuk ke Tim

BIHA

24

Page 25: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

(c.) Pemeriksaan laboratorium sesuai klinis

2.) Imunisasi rutin, bila ada tanda klinis defisiensi imun

berat tidak diberi vaksin hidup dan pasien dirujuk ke Tim BIHA.

e. Usia = 4 bulan

1.) Pemeriksaan laboratorium

PCR DNA kedua bila sebelumnya PCR DNA negatif. Bila negatif berarti

tidak terinfeksi HIV, bila positif, langsung dikonfirmasi dengan PCR RNA.

Bila PCR RNA konfirmasi positif, berarti terinfeksi HIV, diberikan terapi

AZT, 3TC dan NVP. Pemeriksaan lain sesuai indikasi

2.) Imunisasi rutin, bila ada tanda klinis defisiensi imun

berat tidak diberi vaksin polio hidup dan pasien dirujuk ke Tim BIHA

f. Usia 6 bulan

1.) Pemeriksaan fisis

(a.) Keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan organ

sistemik, tumbuh kembang

(b.) Bila ada kelainan klinis, rujuk ke Tim BIHA

2.) Pemeriksaan laboratorium

(a.) Darah tepi : Hb, leukosit, trombosit, hitung jenis

leukosit

(b.) Faal hati : SGOT/SGPT

25

Page 26: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

(c.) PCR RNA HIV untuk konfirmasi bila pemeriksaan

PCR RNA sebelumnya negatif

3.) Imunisasi rutin, bila ada tanda klinis defisiensi imun

berat tidak diberi vaksin polio hidup dan pasien dirujuk ke Tim BIHA

4.) Bila sebelumnya tidak dilakukan pemeriksaan PCR

RNA, periksa serologi HIV dengan 3 reagen yang berbeda.

5.) Bila hasil serologi HIV positif, diulang 1 bulan

kemudian untuk konfirmasi. Bila keduanya negatif, maka tidak terinfeksi HIV

6.) Profilaksi kotrimoksasol dihentikan bila 2 kali

pemeriksaan PCR negatif, bila salah satu hasil PCR positif, profilaksis

diberikan sampai usia 12 bulan

g. Usia 12 bulan

1.) Pemeriksaan fisis

(a.) Keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan organ

sistematik, tumbuh kembang

(b.) Bila ada kelainan klinis, rujuk ke Tim BIHA

2.) Pemeriksaan laboratorium

(a.) Darah tepi : Hb, leukosit, trombosit, hitung jenis

leukosit

(b.) Serologi antiHIV

26

Page 27: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

3.) Bila serologi antiHIV (-) dan klinis baik: dapat dianggap

bukan infeksi HIV. Rencana pemeriksaan serologi anti HIV umur 18 bulan

untuk konfirmasi.

4.) Bila serologi HIV (+) dan klinis baik, ulangi serologi

pada usia 18 bulan

5.) Bila serologi HIV (+) dan terdapat kelainan klinis, rujuk

ke Tim BIHA untuk evaluasi.

6.) Imunisasi rutin, bila ada tanda klinis defisiensi imun

berat tidak diberi vaksin polio hidup dan pasien dirujuk ke Tim BIHA.

h. Usia 18 bulan

1.) Pemeriksaan fisis

(a.) Keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan organ

sistematik, tumbuh kembang

(b.) Bila ada kelainan klinis, rujuk ke Tim BIHA

2.) Pemeriksaan laboratorium

(a.) Darah tepi : Hb, leukosit, trombosit, hitung jenis

leukosit

(b.) Serologi anti HIV

3.) Serologi antiHIV (-) : konfirmasi bukan infeksi HIV

4.) Serologi antiHIV (+) : dianggap infeksi HIV, rujuk ke

Tim BIHA untuk pengobatan ARV

27

Page 28: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

5.) Imunisasi rutin, bila ada tanda klinis defisiensi imun

berat tidak diberi vaksin polio hidup dan pasien dirujuk ke Tim BIHA.

Gambar 4. Algoritma uji HIV berdasarkan PCR DNA pada bayi dari ibu HIV+. 2

2.5.4 Klasifiikasi Klinis

2.5.4.1 Klasifikasi Infeksi HIV Pada Anak Berdasarkan Kategori Klinis1. Kategori N (tanpa gejala)

Tidak terdapat tanda dan gejala klinis akibat infeksi HIV, atau hanya

terdapat satu gejala kategori A

2. Kategori A (gejala klinis ringan)

Terdapat dua atau lebih berikut tanpa gejala kategori B dan C

28

Page 29: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

a) Limfadenopati (= 0,5 cm lebih dari satu tempat, bilateral dianggap 1

tempat)

b) Hepatomegali

c) Splenomegali

d) Dermatitis

e) Parotitis

f) Infeksi saluran napas atas, sinusitis, atau otitis media berulang atau

menetap

3. Kategori B (gejala klinis sedang)

Terdapat gejala klinis lain selain gejala kategori A atau C

a) g. Anemia (<8 g/dl), neutropenia (<1000/mm3), atau trombositopenia

(<100.000/mm3) menetap = 30 hari

b) Meningitis bacterial, pneumonia, atau sepsis (episode tunggal)

c) Kandidiasis orofarings menetap >2 bulan pada anak usia >6 bulan

d) Kardiomiopati

e) Infeksi sitomegalovirus dengan onset < usia 1 bulan

f) Diare berulang atau kronik

g) Hepatitis

h) Stomatitis herpes simpleks (HSV) berulang (>2 episode dalam

setahun)

i) Bronkitis, pneumonitis, atau esofagitis HSV dengan onset usia

<1tahun

29

Page 30: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

j) Herpes zoster pada paling sedikit dua episode berbeda atau >1

dermatom

k) Leiomiosarkoma

l) Pneumonitis interstisial limfoid atau kompleks hyperplasia limfoid

paru

m) Nefropati

n) Nokardiosis

o) Demam>1 bulan

p) Toksoplasmosis dengan onset usia <1 bulan

q) Varisela diseminata (cacar air dengan komplikasi)

2. Kategori C (gejala klinis berat)

Semua anak yang memenuhi kriteria AIDS, kecuali untuk pneumonitis

interstisial limfoid yang masuk dalam kategori B

2.5.4.2 Klasifikasi Infeksi HIV Pada Anak Menurut Kategori Status Imunosupresi Berdasarkan Jumlah Dan Persentase Sel T CD4 Menurut Usia

Tabel 3 Klasifikasi Infeksi HIV Pada Anak Menurut Kategori Status Imunosupresi dan rekomendasi pengobatan antiretrovirus pada anak

30

Page 31: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

2.5.4.3. Indikasi pengobatan antiretrovirus pada anak

1.) Diagnosis infeksi HIV (+)

2.) Gejala klinis kategori A, B, C

3.) Imunosupresi kategori 2 atau 3 (Tabel 2)

4.) Semua bayi dengan diagnosis HIV (+) usia <12 bulan

5.) Usia = 1 tahun tanpa gejala klinis (asimtomatik) dan

status imun normal

a) opsi 1) beri terapi antiretrovirus

b) opsi 2) terapi antiretrovirus bila risiko progresivitas

klinis tinggi, bila risiko progresivitas rendah lebih baik antiretrovirus

ditunda sambil memonitor status klinis, imunitas, dan virology untuk

melihat perubahan risiko progresivitas klinis

2.5.4.4. Faktor yang harus dipertimbangkan untuk memulai terapi ARV

Pada anak dengan diagnosis infeksi HIV asimtomatik dan status imun

normal harus dipertimbangkan :

1.) Jumlah kopi RNA HIV tinggi atau

meningkat

2.) Jumlah atau rasio CD4 cepat menurun

3.) Perkembangan gejala klinis cepat

2.5.4.5. Rekomendasi utama antiretrovirus inisial pada anak

1.) Satu inhibitor protease sangat aktif

nelfinavir (NFV, Viracept®), atau ritonavir (RTV,Novir®) + dua NRTI

31

Page 32: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

2.) NNRTI efavirenz (EFV, Sustiva TM) + dua

NRTI, untuk anak > 3 tahun

3.) Dua NRTI + Nevirapin (NVP)

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Pada ibu HIV atau daerah dimana Prevalensi HIV tinggi, maka proses

kelahiran disarankan dengan operasi sesar, dengan tujuan membiarkan lapisan

amnion tetap intak selama mungkin agar penularan HIV perinatal terhindar.

2. Tidak ada tanda-tanda spesifik HIV yang dapat ditemukan pada saat lahir.

3. Bila terinfeksi pada saat peripartum,tanda klinis dapat ditemukan pada umur

2-6 minggu setelah lahir. Tetapi tes antibodi baru dapat dideteksi pada umur

18 bulan atau HIV PCR DNA sejak umur 1 hari sampai 6 bulan untuk

menentukan status HIV bayi.

4. Manajemennya meliputi perawatan bayi seperti bayi yang lain, dengan

perhatian pada pencegahan infeksi dan cara pemberian minum; bayi tetap

diberi imunisasi rutin, kecuali terdapat tanda klinis defisiensi imun yang berat,

jangan diberi vaksin hidup.

5. Pada waktu pulang diberikan Antiretrovirus profilaksis (tergantung status

pemberian antiretrovirus ibu), dan dilakukan pemeriksaan darah PCR

DNA/RNA pada umur 1, 2, 4, 6 dan 18 bulan. Bila pemeriksaan PCR

32

Page 33: Bayi Dengan Ibu HIV Referat

DNA/RNA HIV positif dua kali berturut selang satu bulan mulai diberikan

pengobatan Anti Retrovirus.

4.2. Saran

Perlunya penelitian lebih lanjut yang mengkaji tentang infeksi HIV meliputi

angka kejadian, screening HIV pada bumil, efektivitas penggunaan ARV yang

berbeda, sensitiftas dan spesifitas tes diagnostik pada HIV dengan subtipe yang

berbeda sehingga dapat dijadikan sebagai dasar acuan untuk pemberian tatalaksana

yang lebih baik bagi tenaga kesehatan. Pengadaan uji serologi untuk tes diagnostik

HIV lengkap sangat diharapkan di center kesehatan terutama tempat pelayanan

kesehatan yang menjadi pusat rujukan bagi penderita HIV.

33