BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

19
14 Volume 6 No. 1 Juni 2014 Jurnal Penelitian Seni Budaya Pendahuluan Kabupaten Klaten merupakan salah satu kabupaten yang ada di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, wilayah ini berbatasan dengan beberapa kabupaten, antara lain di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta), di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta) dan di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali serta di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo. Wilayah ini merupakan wilayah yang unik dan strategis karena merupakan jalur yang menghubungkan Yogyakarta dan Solo, selain itu juga terletak di antara Gunung Merapi dan Pegunungan Seribu. Kompleks Candi Prambanan, salah satu kompleks Candi Hindu terbesar di Indonesia juga berada di kabupaten ini. Menurut cerita sejarah yang berkembang, produksi gerabah atau keramik di Desa Melikan sudah ada sejak 600 tahun lalu. Keramik di desa Melikan lebih terkenal dengan sebutan keramik Bayat, keramik ini mempunyai ciri khas yang berbeda dengan keramik dari wilayah lain, misalnya Kasongan, Yogyakarta. Saat ini Keramik Bayat sudah diekspor ke berbagai negara, antara lain ke Belanda, Kanada, Spanyol, Jepang, serta beberapa negara BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION) Prima Yustana Program Studi Kriya Seni Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta Abstract This study aims to examine the characteristics of ceramic products produced by the craftsmen in the city of Klaten, especially in Bayat and the surrounding districts. Background of this research is the importance of the existence of Bayat districts that are located between the city of Solo and Yogyakarta. They are supposed to be a major tourist destination but until now they are still not as crowded as Kasongan in the city of Jogjakarta. In addition, another consideration in producing ceramic Bayat is famous for using a tilted position round or often called perbot skewed. There are some intriguing questions founded in this research including: whether the ceramic products produced in Bayat under the influence of ceramic crafts center from the nearby towns; what are the various products produced by using oblique rotation tools; what kind of finishing techniques are used by the craftsmen in executing the final results of ceramic products; is there any natural finishing development in the area of ceramic craft center in Bayat and its surroundings and also other issues concerning the marketing of products. This study uses a qualitative research method that is supported by data from several sampling craftsmen selected from representatives of the southern region of the main road and the north Pagerjurang main road. Interviews are also used in the data searching and supported by the image data using a digital camera. The research is targeted to publish original ceramic products of Bayat and variations so that the data will be useful for a promotional tour of the area in order to make it more widely known in the community. Identification of ceramic products in Bayat and the surrounding districts in the study of aesthetics, form and function are expected to provide a clear explanation whether the ceramic prod- ucts of Bayat is compiled in a book as a learning tool. Detailed product identification can be used also as a good reference for the craftsmen, community, artists and students to be able to develop ceramic products in particular way in order to become more attractive and innovative. Keywords: Bayat, Ceramic, Aesthetic form and function

Transcript of BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

Page 1: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

14 Volume 6 No. 1 Juni 2014

Jurnal Penelitian Seni Budaya

PendahuluanKabupaten Klaten merupakan salah satu

kabupaten yang ada di wilayah Provinsi Jawa Tengah.Secara geografis, wilayah ini berbatasan denganbeberapa kabupaten, antara lain di sebelah selatanberbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul (DaerahIstimewa Yogyakarta), di sebelah barat berbatasandengan Kabupaten Sleman (Daerah IstimewaYogyakarta) dan di sebelah utara berbatasan denganKabupaten Boyolali serta di sebelah timur berbatasandengan Kabupaten Sukoharjo. Wilayah ini merupakanwilayah yang unik dan strategis karena merupakanjalur yang menghubungkan Yogyakarta dan Solo,

selain itu juga terletak di antara Gunung Merapi danPegunungan Seribu. Kompleks Candi Prambanan,salah satu kompleks Candi Hindu terbesar diIndonesia juga berada di kabupaten ini.

Menurut cerita sejarah yang berkembang,produksi gerabah atau keramik di Desa Melikansudah ada sejak 600 tahun lalu. Keramik di desaMelikan lebih terkenal dengan sebutan keramikBayat, keramik ini mempunyai ciri khas yang berbedadengan keramik dari wilayah lain, misalnyaKasongan, Yogyakarta. Saat ini Keramik Bayat sudahdiekspor ke berbagai negara, antara lain ke Belanda,Kanada, Spanyol, Jepang, serta beberapa negara

BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

Prima Yustana

Program Studi Kriya SeniFakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta

Abstract

This study aims to examine the characteristics of ceramic products produced by the craftsmen in thecity of Klaten, especially in Bayat and the surrounding districts. Background of this research is theimportance of the existence of Bayat districts that are located between the city of Solo and Yogyakarta.They are supposed to be a major tourist destination but until now they are still not as crowded asKasongan in the city of Jogjakarta. In addition, another consideration in producing ceramic Bayat isfamous for using a tilted position round or often called perbot skewed.There are some intriguing questions founded in this research including: whether the ceramic productsproduced in Bayat under the influence of ceramic crafts center from the nearby towns; what are thevarious products produced by using oblique rotation tools; what kind of finishing techniques areused by the craftsmen in executing the final results of ceramic products; is there any natural finishingdevelopment in the area of ceramic craft center in Bayat and its surroundings and also other issuesconcerning the marketing of products. This study uses a qualitative research method that is supportedby data from several sampling craftsmen selected from representatives of the southern region of themain road and the north Pagerjurang main road. Interviews are also used in the data searching andsupported by the image data using a digital camera.The research is targeted to publish original ceramic products of Bayat and variations so that the datawill be useful for a promotional tour of the area in order to make it more widely known in thecommunity. Identification  of  ceramic  products  in  Bayat  and  the  surrounding  districts  in  the  study  ofaesthetics, form and function are expected to provide a clear explanation whether the ceramic prod-ucts of Bayat is compiled in a book as a learning tool. Detailed product identification can be usedalso as a good reference for the craftsmen, community, artists and students to be able to developceramic products in particular way in order to become more attractive and innovative.

Keywords: Bayat, Ceramic, Aesthetic form and function

Page 2: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

15Volume 6 No. 1 Juni 2014

Prima Yustana : Bayat Ceramic (Aesthetic, Form,  and  Function) 

manca yang lain. Teknik produksi keramik di daerahBayat terkenal dengan alat putaran miring, teknik itudisebut “Perbot Miring” atau “Pelarik”, yaituteknik dengan putaran miring yang menempatkanposisi lempengan sebagai alat putar condong beberapaderajat ke depan.

Mengenai teknik, tradisi pembuatan denganteknik putaran miring ini merupakan salah satu teknikdasar tradisional yang sudah dikenal sejak ratusantahun lalu. Peralatan utamanya adalah berupa mejaputar yang terbuat dari kayu, sedangkan prosespembakaran masih dilakukan dengan tungku terbukayang terbuat dari susunan batu-bata berbahan bakarkayu. Konon teknik ini tidak ditemukan di tempat laindi Indonesia atau bahkan di dunia sekalipun.

Sebagai bagian dari sebuah karya senikeramik, bentuk dan warna memiliki peranan yangsangat penting sebagai penunjang estetika karya.Sebagaimana diketahui bahwa unsur-unsur rupaterdiri dari unsur garis, unsur shape (bangun), unsurtexture (rasa permukaan bahan), unsur warna, ruangdan waktu. Unsur warna merupakan salah satumedium seni rupa. Warna merupakan unsur susunyang sangat penting, baik di bidang seni murni maupunseni terapan. Bahkan lebih jauh dari itu warna sangatberperan dalam segala aspek kehidupan manusia. Halini dapat dilihat dari berbagai benda atau peralatanyang digunakan oleh manusia yang selalu diperindahdengan penggunaan warna; mulai dari pakaian ,perhiasan, peralatan rumah tangga, dari barangkebutuhan sehari-hari, sampai barang yang eksklusifsemua memperhitungkan kehadiran warna.1

Produk keramik Bayat secara sepintasmempunyai karakteristik yang unik baik warnamaupun bentuk, secara khusus akan lebih menarikjika didekati dengan pendekatan yang tepat yaknipendekatan secara ilmu estetika. Pendekatan inidapat mengupas berbagai permasalahan yang adapada sentra indusri kerajinan keramik yang ada diBayat, besar harapan akan terpetakannya petawilayah dan produk unggulan yang ada di KotaKlaten ini.

Ada beberapa hal oleh peneliti dianggapmenjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:1. Ragam hias apa saja yang biasa diaplikasikan

dalam produk keramik Bayat?2. Jenis produk apa saja yang dapat dihasilkan dari

media alat putar miring yang menjadi ciri khasproduk keramik Bayat?

3. Faktor apa saja yang dapat menentukaneksistensi sentra industri keramik di Bayatsampai sekarang?

Hasil dan PembahasanDalam rangka menjawab rumusan masalah

yang diangkat dan penggalian informasi sebanyak-banyaknya, penelitian ini menggunakan metodepenelitian kualitatif Lexy J. Moleong. Pemaparandan penggambaran penelitian ini meliputi aspek-aspeksebagai berikut:1. Pada awalnya akan mencoba mengetahui secara

alamiah sejarah wilayah kecamatan Bayat dansekitarnya apakah ada fenomena yang berkaitdengan produk keramik yan dihasilkan padawilayah tersebut.

2. Identifikasi produk dan berbagaipermasalahannya.

3. Pembedahan permasalahan data denganmenggunakan ilmu estetika khususnya seni rupa.

Secara geografis Kabupaten Klaten terletakdi antara 110°302 -110°452 Bujur Timur dan 7°302 -7°452 Lintang Selatan. Luas wilayah KabupatenKlaten mencapai 665,56 km2. Di sebelah timurberbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo. Di sebelahselatan berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul(Daerah Istimewa Yogyakarta). Di sebelah baratberbatasan dengan Kabupaten Sleman (DaerahIstimewa Yogyakarta) dan di sebelah utaraberbatasan dengan Kabupaten Boyolali. Menuruttopografi Kabupaten Klaten terletak di antara GunungMerapi dan Pegunungan Seribu dengan ketinggianantara 75-160 meter di atas permukaan laut yangterbagi menjadi wilayah lereng Gunung Merapi dibagian utara areal miring, wilayah datar dan wilayahberbukit di bagian selatan.

Ditinjau dari ketinggiannya, wilayahKabupaten Klaten terdiri dari dataran danpegunungan, dan berada dalam ketinggian yangbervariasi, yaitu 9,72% terletak di ketinggian 0-100meter dari permukaan air laut. 77,52% terletak diketinggian 100-500 meter dari permukaan air laut dan12,76% terletak di ketinggian 500-1000 meter daripermukaan air laut.

Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasukiklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silihberganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata28°-30° Celsius dengan kecepatan angin rata-ratasekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujantertinggi bulan Januari (350 mm) dan curah hujanterendah bulan Juli (8 mm) Sebagian besar wilayahkabupaten ini adalah dataran rendah dan tanahbergelombang. Bagian barat laut merupakanpegunungan, bagian dari sistem Gunung Merapi.

Page 3: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

16 Volume 6 No. 1 Juni 2014

Jurnal Penelitian Seni Budaya

Ibukota kabupaten ini berada di jalur utama Solo-Yogyakarta.2

Peta Letak Kecamatan Bayat

Foto: http://infobayat.wordpress.com/peta2013

Bayat adalah nama sebuah Kecamatan yangterdapat di daerah Klaten, Kecamatan Bayatmerupakan bagian dari Kabupaten Klaten yangterletak +/- 12 km ke arah tenggara. Luas wilayahKecamatan Bayat adalah 39.43 km2. KecamatanBayat terdiri dari 18 desa.

Batas wilayah Kecamatan Bayat antara lain:Sebelah selatan : Kecamatan Gedangsari Kab.

Gunung Kidul Prov. DIY.Sebelah timur : Kecamatan Cawas.Sebelah utara : Kecamatan Trucuk & Kecamatan

Kalikotes.Sebelah barat : Kecamatan Wedi.3

Nama Bayat berasal dari kata Tembayatanatau Pirukunan yang syah/nikah kemudianberkembang penyebutannya menjadi Bayat.Sebenarnya daerah penghasil keramik di daerahBayat merupakan gabungan antara dua dukuh yakniDukuh Pagerjurang Melikan dan Dukuh PagerjurangPaseban, apabila dirunut lebih jauh bahwa yangsebenarnya mempunyai nama Bayat adalah DukuhBayat yang berada di selatan Jalan Bayat. Anehnyakebanyakan pengrajin keramik berada di utara JalanBayat yakni di Pagerjurang Melikan dan PagerjurangPaseban, sebelah selatan jalan bisa dikatakan tidakada pengrajin yang membuat keramik, tetapi hanyaterdapat toko-toko yang digunakan untuk memasarkanproduk keramik yang dihasilkan dari pengrajin yangberada di utara Jalan Bayat.4

Awal Mula Keramik BayatWilayah Bayat merupakan daerah yang

sudah dikenal oleh masyarakat sebagai penghasilproduk keramik, sekilas daerah ini sangat berbedadengan sentra-sentra industri keramik yang ada didaerah lain seperti di daerah Dinoyo Malang,Kasongan Jogjakarta, atau Pundong Bantul. Bayatmemiliki perjalanan yang menarik sehingga sampaisaat ini dikenal sebagai salah satu penghasil kerajinankeramik yang memiliki bentuk dan karakteristikproduk yang mempunyai posisi tawar yang sangatbaik di pasaran lokal maupun internasional.

Perjalanan terbentuknya sentra kerajinan initidak lepas dari adanya sejarah dan bekas peninggalanatau artefak-artefak yang ada di daerah Bayat,sejarah daerah Bayat tidak lepas dari adanya SunanBayat (nama  lain: Pangeran  Mangku-bumi, Susuhunan Tembayat, Sunan Pandanaran (II),atau Wahyu Widayat) adalah tokoh penyebar agamaIslam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlahbabad serta cerita-cerita lisan. Tokoh ini terkaitdengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awalagama Islam di Jawa, meskipun secara tradisionaltidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnyaterletak di perbukitan (“Gunung Jabalkat”) di wilayahKecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah, dan masihramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pulakonon Ia menyebarkan ajaran Islam kepadamasyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggaphidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16).

Terdapat paling tidak empat versi mengenaiasal-usulnya, namun semua sepakat bahwa ia adalahputra dari Ki Ageng Pandan Arang, bupati pertamaSemarang. Sepeninggal Ki Ageng Pandan Arang,putranya, Pangeran Mangkubumi, menggantikannyasebagai Bupati Semarang kedua. Alkisah, Iamenjalankan pemerintahan dengan baik dan selalupatuh dengan ajaran – ajaran Islam seperti halnyamendiang ayahnya. Namun lama-kelamaan terjadilahperubahan. Ia yang dulunya sangat baik itu menjadisemakin pudar. Tugas-tugas pemerintahan sering puladilalaikan, begitu pula mengenai perawatan pondok-pondok pesantren dan tempat-tempat ibadah.

Sultan Demak Bintara, yang mengetahui halini, lalu mengutus Sunan Kalijaga dari Kadilangu,Demak, untuk menyadarkannya. Terdapat variasicerita menurut beberapa babad tentang bagaimanaSunan Kalijaga menyadarkan sang bupati. Namun,pada akhirnya, sang bupati menyadari kelalaiannya,dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan

Page 4: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

17Volume 6 No. 1 Juni 2014

Prima Yustana : Bayat Ceramic (Aesthetic, Form,  and  Function) 

duniawi dan menyerahkan kekuasaan Semarangkepada adiknya.

Pangeran Mangkubumi kemudian berpindahke selatan (entah karena diperintah sultan DemakBintara ataupun atas kemauan sendiri, sumber-sumber saling berbeda versi), didampingi isterinya,melalui daerah yang sekarang dinamakan Salatiga,Boyolali, Mojosongo, Sela Gringging dan Wedi,menurut suatu babad (konon, sang pangeran inilahyang memberi nama tempat-tempat itu). Ia lalumenetap di Tembayat, yang sekarang bernamaBayat, dan menyiarkan Islam dari sana kepada parapertapa dan pendeta di sekitarnya. Karenakesaktiannya ia mampu meyakinkan mereka untukmemeluk agama Islam. Oleh karena itu ia disebutsebagai Sunan Tembayat atau Sunan Bayat.5

Sejarah tersebut juga tidak bertentangandengan penjelasan yang diberikan oleh sesepuhKecamatan Bayat yakni Bapak M. Nawawi, karenadi daerah Bayat terdapat bukti-bukti peninggalan dariperjalanan Sunan Pandanaran II yang masih berdiridan dapat dikunjungi oleh siapa saja. Bapak M.Nawawi juga menjelaskan bahwa kerajinan keramikdi daerah Bayat bermula dari anak-anak yang bermaintanah yang dibuat seperti gunung kecil kemudian padaposisi tengahnya ditekan dengan menggunakan sikutangan dan pada bagian yang cekung kemudiandikencingi oleh anak tersebut, dengan tidak sengajaterbentuklah sebuah benda seperti mangkuk kecil dariproses permainan tersebut sehingga dapatdisimpulkan penduduk di daerah Bayat mulai mengertibahwa tanah sekitar dapat dibuat kerajinan keramik.6

Penjelasan keterangan tersebut akan lebihdapat dimengerti apabila pembaca mencermatiilustrasi penjelasan melalui contoh yang diperagakanoleh narasumber sebagai berikut:

Tahap awal pembuatan gundukan kecil yang menyerupaigunung, yang kemudian pada bagian tengahnya di tekan

dengan menggunakan siku tanganFoto: Prima Yustana, 2013

Gambar 1. Foto tersebut memberikan gambaran bagaimanajaman dulu anak-anak mengencingi bagian tengah gundukan

tanah tersebut, dalam foto menggunakan teko untukmenuang air ke tegah cekungan.

Foto: Prima Yustana, 2013

Page 5: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

18 Volume 6 No. 1 Juni 2014

Jurnal Penelitian Seni Budaya

Gambar 2. Foto di atas memberikan gambaran prosespermainan selanjutnya dengan mengurangi tanah yang masihkering di sekitar tanah yang terkena air sehingga terbentuklah

bentuk seperti mangkuk kecilFoto: Prima Yustana, 2013

Penjelasan dengan menggunakan gambartentunya lebih mudah bagi siapa saja untuk mencernabagaimana penjelasan secara lisan menjadi lebihmudah untuk dipahami. Setelah mengetahui asal mulakemunculan pengrajin keramik di daerah Bayat, jelaskiranya bahwa kemunculan keramik di daerah Bayatadalah muncul dari permainan anak-anak yangakhirnya lama-kelamaan menjadi sentra industrikerajinan keramik.

Produk keramik Bayat saat ini sudahterkenal, disebabkan adanya teknik yang tidak dimilikidi daerah lain bahkan di dunia yaitu teknikpembentukan dengan menggunakan putaran miring/perbot miring. Saat ini alat putaran miring telahdipatenkan oleh pemerintah Kabupaten Klatensebagai kekayaan lokal yang patut dilestarikan.Menurut penjelasan pengerajin keramik di Bayat,yang biasa menggunakan putaran miring adalah darikaum perempuan, hal ini dapat dilihat dari posisi cara

menggunakan perbot miring. Bagi kaum perempuanakan sangat terlihat nyaman dengan posisi dudukmenyamping dan salah satu kaki berfungsi sebagaipenggerak landasan putarnya, akan lebih jelas apabilamelihat gambar berikut.

Gambar 3. Seorang pengerajin perempuan yang sedangmenggunakan perbot miringFoto: Prima Yustana, 2013.

Lokasi rumah Bapak Budi Harsono (34th),Pengrajin Keramik Bayat

Gambar 4. Seorang pengerajin laki-laki yang sedangmenggunakan perbot miringFoto: Prima Yustana, 2013.

Lokasi rumah Bapak Cipto (53th),pengrajin keramik Bayat

Kedua gambar tersebut dapat diamatidengan menggunakan ilmu ergonomi yang berkaitandengan tingkat kenyamanan dalam menggunakan

Page 6: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

19Volume 6 No. 1 Juni 2014

Prima Yustana : Bayat Ceramic (Aesthetic, Form,  and  Function) 

sebuah peralatan penunjang untuk melakukanproduksi. Ergonomi merupakan ilmu yang berusahamencari penyesuaian antara lingkungan kerja denganmanusianya sebagai pekerja. Lingkungan kerja yangdimaksud tidak terbatas pada bentuk alam, melainkanjuga meliputi pada peralatan kerja. Apabila persoalanergonomi berkaitan dengan penyerasian, sudah tentuberawal dari perencanaan peralatan kerja atau bendayang ditujukan sebagai benda pakai hendaknya sudahdidasari pemikiran akan keserasian. Keserasian bendadengan fungsi dan yang utama pada rancanganergonomi adalah keserasian benda dengan pemakai(manusia).7

Merujuk pengertian tersebut, dari keduagambar di atas (yaitu gambar 3 dan gambar 4), adaperbedaan yang sangat mencolok dalammengoperasionalkan putaran miring atau perbotmiring bagi perempuan dan laki-laki. Perbedaandalam hal ini terletak pada posisi duduk dalammelakukan pekerjaannya masing-masing.Kenyamanan dapat dilihat dari masing-masingpengrajin dalam mengerjakan pekerjaannya sesuaidengan karakteristik psikologi masing-masing. Setelahmengetahui bagaimana putaran miring danpenggunaannya, maka dapat dikatakan bahwa alatyang sering disebut oleh pengrajin lokal sebagaiperbot miring ini telah memenuhi standarkenyamanan menurut ilmu ergonomi. Hal inidikarenakan alat tersebut dapat digunakan oleh laki-laki maupun perempuan dengan nyaman, walaupunbeberapa narasumber mengatakan bahwa perbotmiring biasanya yang menggunakan adalah kaumperempuan.

Pengrajin di Bayat ternyata mempunyaikebiasaan yang unik dalam hal pembuatan produkkeramiknya, hal ini disampaikan oleh seorangpengrajin dari wilayah desa Paseban yang bernamaAndono. Kebiasaan tersebut adalah adanya pemilihanspesialisasi dalam membuat produknya. Sebagaicontoh Bapak Andono sendiri mengambil spesialisasidalam membuat mangkuk kecil, sedangkantetangganya sendiri yang juga seorang pengrajin yakniBapak Cipto, mengambil spesialisasi dalam produkkendi. Pengkhususan dalam memilih jenis produk yangakan dibuat ini disebabkan faktor kebiasaan yangsudah turun-temurun. Hal ini juga disebabkan apabilapengrajin seperti bapak Cipto tersebut diberikanpekerjaan untuk membuat teko maka dengansendirinya akan beradaptasi lagi dengan ukuran danbagian-bagian yang lain sehingga terbentuknya sebuahteko sehingga akan memerlukan waktu yang lamadalam membuat produk yang tidak biasa dibuatnya.8

Perlu menjadi catatan bahwa alat putaranmiring ini hanya dapat membuat benda-benda yangtidak terlalu besar. Hal ini disebabkan bentuk landasanputar yang memiliki kimiringan tertentu. Apabila bendayang terlalu besar dibuat dengan alat ini, maka tarikangravitasi bumi terhadap bagian atas benda akansemakin kuat sehingga bisa jadi benda keramiktersebut akan roboh. Awal produk keramik yangdibuat di Bayat adalah berupa kendi, celengan danmainan anak-anak.

Gambar 5. Kendi produk awal pengrajin keramik di Bayat.Lokasi Barokah Keramik, show room

Bapak Nawawi, MelikanFoto: Prima Yustana, 2013

Page 7: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

20 Volume 6 No. 1 Juni 2014

Jurnal Penelitian Seni Budaya

Gambar 6. Beberapa macam jenis mainan anak-anak.Lokasi Barokah Keramik, show room

Bapak Nawawi, MelikanFoto: Prima Yustana, 2013

Estetika Keramik BayatTahapan dalam pembuatan benda keramik

meliputi: pengolahan tanah, pembentukan,pengeringan, dan pembakaran. Setiap proses akanberpeluang mewujudkan kemunculan ekspresi senisi pembuatnya, dalam hal ini pengerajin keramikBayat. Ciri khas keramik terletak pada medium yangdipakai sebagai bahan utama pembentukannyatersebut. Benda keramik merupakan sebuah hasilperjalanan pengolahan tanah liat yang berurutan dantidak bisa menghindari salah satu tahapan dalamproses pembuatannya. Mulai dari pengolahan tanahsampai tahap pembakaran tidak boleh diabaikansebagai proses terciptanya benda keramik yangmemiliki estetika. Secara estetis apabila keramiksudah mengalami pecah atau retak pada dindingnya,maka nilai keindahan dari perwujudannya akanterkurangi atau bahkan hilang. Keindahan apabiladibahas, maka tidak bisa terlepas dari ilmu estetika.Sebuah pengertian tentang estetika diungkapkan olehThe Liang Gie, bahwa dalam ruang lingkup filsafatkini dikenal salah satu cabang yang disebut Aesthetics.Istilah Inggris itu merupakan nama dari pengetahuanfilsafat keindahan (philosophy of beauty). Kata“aesthetics” berasal dari kata Yunani ini mempunyaisuatu bentuk perubahan aisthetika yang berarti hal-hal yang dapat dicerap dengan panca indera.9

Pengertian tersebut dapat dipahami bahwadalam segala hal yang dapat dicerap oleh panca indratermasuk dalam estetika, tetapi apakah semua yangdicerap oleh panca indera adalah bagian dari estetika?Maka Baumgarten menganggap bahwa tujuan darisegenap pengetahuan inderawi ialah keindahan danuntuk sebutan bagi pengetahuan itu dipilihnya istilahAesthetics sebagai “the science of sensuousknowledge, whose aim is beauty” (ilmu tentangpengetahuan inderawi, yang tujuannya ialahkeindahan) untuk dilawankan dengan logika, yangtujuannya ialah kebenaran.10

Bagaimana dengan keramik Bayat biladitinjau dari sisi estetika? Proses pembuatan keramiksangat menentukan keindahan yang akan munculdalam produk tersebut, sebagaimana pendapat DickHartoko dalam bukunya manusia dan senimenjelaskan bahwa estetika adalah salah satu cabangfilsafat yang berurusan dengan keindahan, entahmenurut realisasinya (dalam sebuah karya seni),entah menurut pengalaman subyektif.11

Monroe Beardsley menjelaskan ada 3 ciriyang menjadi sifat-sifat menjadi indah, yang pertama,kesatuan (unity) bahwa benda estetis ini tersusun

Gambar 7. Celengan.Lokasi Yani Keramik, show room Bapak Yani, Paseban

Foto: Prima Yustana, 2013

Page 8: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

21Volume 6 No. 1 Juni 2014

Prima Yustana : Bayat Ceramic (Aesthetic, Form,  and  Function) 

secara baik atau sempurna bentuknya. Kedua,kerumitan (complexity) benda estetis yangbersangkutan tidak sederhana sekali, ataumengandung perbedaan-perbedaan yang halus.Ketiga, Kesungguhan (intensity), benda estetis yangbaik harus mempunyai kualita tertentu yang menonjolbukan sekedar sesuatu yang kosong. Tak menjadisoal kualita itu suasana suram atau gembira lembutatau kasar, asalkan merupakan suatu yang intensifatau sungguh-sungguh.12

Keterangan tersebut memberikan gambaransecara khusus bahwa permasalahan estetika adalahberkaitan dengan keindahan suatu obyek benda dalamkonteks keramik tentunya adalah bagaimanakeindahan itu muncul. Keindahan dalam keramik akandapat muncul apabila melihat bagaimana keramiktersebut dibuat dan dilakukan proses finishing. AmbarAstuti berpendapat bahwa keramik memilikipengertian semua barang/bahan yang dibuat daribahan-bahan tanah/batuan silikat dan yang prosespembuatannya melalui pembakaran pada suhutinggi.13 Keramik Bayat memiliki cerita sendiri dalamhal ini, sehingga akan muncul karakteristik yang unikdan indah dalam sebuah karya seni yang apik. Prosestersebut dimulai dari karakteristik tanah liat yang adadi Bayat dengan daerah lain memiliki karakter yangsangat berbeda.Warna tanah bayat memiliki warnacoklat tua saat masih dalam kondisi basar dan apabilasetelah mengalami proses pembakaran maka akanmuncul warna kehitaman dalam benda keramik yangdibuat.

Gambar 8. Tanah Liat Bayat yang belum diolah.Lokasi rumah Bapak Cipto, pengrajin spesialis kendi

Foto: Prima Yustana, 2013

Keindahan juga akan muncul melalui prosesfinishingnya. Di daerah Bayat, yang menjadi pembedadan merupakan ciri khas benda keramik khas adalah

proses pembuatanya tidak menggunakan cat akantetapi dengan menggunakan lethoh. Istilah ini yangbiasa disebut oleh pengrajin di daerah Bayat. Lethohadalah sejenis tanah merah yang tersedia di Bayat,dengan kualitas tanah yang sangat tinggi yangdigunakan sebagai pelapis bagian luar dari bendakeramik yang dibuat. Pengaplikasiannya dengan caradikuaskan ke permukaan badan keramik sesuaikebutuhan. Agar lebih jelas perlu dilihat seperti apalethoh itu dalam gambar berikut.

Gambar 9. Lethoh yang sudah diendapkan dalamwadah dan siap pakai. Lokasi rumah

Bapak Andono, Paseban BayatFoto: Prima Yustana, 2013

Proses penerapan lethoh dimulai daripembuatan benda keramik dahulu denganmengunakan alat putaran miring ataupun alat putarantegak. Setelah benda tersebut jadi, kemudian diangin-anginkan sampai setengah kering atau sering disebutmagel, setelah magel baru dilakukan pengolesanbenda keramik dengan bantuan alat putar.

Page 9: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

22 Volume 6 No. 1 Juni 2014

Jurnal Penelitian Seni Budaya

Gambar 10. Proses pengaplikasian lethoh pada permukaanbenda keramik yang masih magel. Lokasi rumah

Bapak Budi Harsono, pengrajinFoto: Prima Yustana, 2013

Tahapan terciptanya sebuah keindahan yangkhas yang dimiliki keramik Bayat dilanjutkan denganproses yang namanya ngerol atau dipoles, pada tahapngerol ini pengrajin melakukan pemadatan lapisanguna memunculkan efek mengkilat pada permukaanbenda keramik yang telah diberikan lapisan lethohtersebut. Agar lebih jelas maka dapat dilihat dalamgambar berikut.

Gambar 12. Proses ngerol yang diganti dengan menggunakankain klambu yang terbuat dari plastik sintetis

Lokasi rumah Bapak Andono, pengrajinFoto: Prima Yustana, 2013

Faktor yang mempengaruhi keindahanproduk keramik Bayat salah satunya adalah prosesyang ditunjukkan pada gambar 11 dan 12. Keduagambar tersebut mempunyai kelebihan dankekurangan. Pada gambar 11, adalah standar tahapanproses finishing yang harus dilalui denganmenggunakan alat roll, dengan alat ini permukaanbenda akan lebih halus dan mengkilat sebelum melaluiproses pembakaran. Menggunakan alat standarmenemui kendala pada efisiensi waktu dan tenaga,karena harus urut menggerol dari awal hingga akhirsetiap bagian benda keramik yang sudah terlapisilethoh.

Lamanya waktu yang dibutuhkan pengrajindalam menyelesaikan pesanan konsumen, makamuncul ide untuk menggunakan kain klambu yangditunjukkan dalam gambar 12. Dengan menggunakanklambu ternyata permasalahan waktu yang terlalulama dalam proses ini dapat terselesaikan, sehinggapengrajin dapat menyelesaikan pesanan dengan cepattanpa mengurangi kualitas keindahan produk keramikBayat.

Keramik mempunyai proses yang unik, dansetiap tahap prosesnya harus dijalani denganmenggunakan standar alat maupun waktu yangdibutuhkan untuk melanjutkan dalam tahap untukmencapai proses akhir. Pembakaran juga merupakantahapan yang akan membentuk faktor estetika dalamkeramik. Hal ini disebabkan dalam prosespembakaran akan terjadi kehadiran warna baru, atauwarna yang kurang diinginkan dari pembuatnya.Dijelaskan oleh Bapak Andono sebagai pengrajin,bahwa posisi letak benda dalam proses pembakaran

Gambar 11. Proses ngerol dengan menggunakan alat bantuyang terbuat dari logam yang dibentuk seperti penggilas kecilyang dapat berputar. Lokasi rumah Bapak Andono, pengrajin

Foto: Prima Yustana, 2013

Page 10: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

23Volume 6 No. 1 Juni 2014

Prima Yustana : Bayat Ceramic (Aesthetic, Form,  and  Function) 

juga dapat berbeda-beda berdasakan pada letak padasaat dibakar.

Posisi benda akan mengalami respon yangberbeda terhadap hawa panas pada saat prosespembakaran, sehingga apabila posisi benda keramiktersebut berada pada posisi dibawah makakemungkinan besar warna akan kemerah-merahan,tetapi untuk benda yang ada pada tumpukan atasmaka akan cenderung kehitam-hitaman. Gambar dibawah ini akan menjelaskan bagaimana posisipenyusunan benda keramik yang akan dibakar.

Gambar 14. Tungku yang sudah diisi benda keramik yang siapdibakar. Lokasi rumah Bapak Cipto, pengrajin

Foto: Prima Yustana, 2013

Gambar 13. Bentuk tungku pembakaran yang digunakan olehpengrajin Bayat. Lokasi rumah Bapak Andono, pengrajin

Foto: Prima Yustana, 2013

Gambar 15. Tungku yang sudah diisi bendakeramik yang siap dibakar. Lokasi rumah

Bapak Cipto, pengrajinFoto: Prima Yustana, 2013

Proses pembakaran di daerah Bayatmempunyai keunikan tersendiri yaitu dengan sekalipembakaran tetapi melakukan 2 tahapan. Tahappembakaran yang pertama adalah membakar sampaimatang keramik yang telah siap dibakar, kemudiansetelah dirasa matang, proses selajutnya adalahmemberikan daun-daun kering di depan pintumasuknya kayu sebagai bahan bakar, maka daun-daun tersebut akan menyebabkan keluarnya asap.

Page 11: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

24 Volume 6 No. 1 Juni 2014

Jurnal Penelitian Seni Budaya

Asap ini berfungsi untuk memunculkan karaktermengkilat yang bagus pada produk keramik Bayat.

Efek pembakaran dapat terlihat pada saatproses pembakaran selesai, setelah dibongkar makawarna dan kadar mengkilatnya juga akan terjadiperbedaan, seperti yang telah dijelaskan di atas.Sebagai contoh perbedaan hasil warna dapat dilihatpada gambar berikut:

Gambar 16. Hasil jadi keramik yang posisi pada saat bakarberada di bagian atas. Lokasi rumah Bapak Andono, pengrajin

Foto: Prima Yustana,2013

Gambar 17. Hasil jadi keramik yang posisi pada saat bakarberada di bagian bawah. Lokasi rumah

Bapak Andono, pengrajinFoto: Prima Yustana,2013

Bentuk dan FungsiBerikut ini adalah contoh beberapa produk

keramik Bayat yang tetap diproduksi sampai saat ini.Dari contoh-contoh yang penulis sampaikan dibawahini merupakan produk-produk inovasi baru yangberasal dari pesanan atau kreatifivitas pengrajinBayat.

Gambar 18. CelenganFoto: Prima Yustana,2013

Benda pada gambar 18 di atas adalahsebuah celengan atau tempat menyimpan uang. Dariperwujudannya bisa dipastikan dibuat denganmenggunakan teknik putar. Bahan bakupembuatannya adalah tanah liat yang dibakar padasuhu rendah. Hal ini bisa dilihat dari hasil akhir yangdifinishing dengan pengecatan. Meskipun masihsangat sederhana, tetap ada unsur estetika dalambenda tersebut, yaitu unsur warna dan bentukornamen hiasan pada celengan.

Gambar 19. Mangkuk kecilFoto: Prima Yustana,2013

Mangkuk di atas pada gambar 19 jugamerupakan hasil pengrajin Bayat. Jika dilihat darivisualisasinya lebih maju dari benda sebelumnya.Meskipun sama-sama dibuat dengan teknik putar, dariunsur hias atau ornamennya sudah menggunakanteknik gores atau pemberian tekstur pada dindingkeramik. Begitu juga finishingnya tidak menggunakancat tetapi dengan lethoh. Goresan atau tekstur padadinding keramik, yang merupakan stilisasi tumbuhan,mengesankan keluwesan sehingga menambah nilaidari benda tersebut.

Page 12: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

25Volume 6 No. 1 Juni 2014

Prima Yustana : Bayat Ceramic (Aesthetic, Form,  and  Function) 

Gambar 20. Vas BungaFoto: Prima Yustana,2013

Benda pada gambar 20 berikut ini adalah vasbunga. Terlepas dari fungsinya yang tentu saja untukmenempatkan beberapa potong bunga sehinggasebuah ruangan menjadi lebih indah, dari segi visualkeramik ini pun dapat dikatakan telah memiliki unsur-unsur estetika. Keramik dihias dengan teknik goresdan pinch yang terlihat pada dindingnya, memberikanbekas-bekas sentuhan tangan sehingga ekspresipembuat akan terlihat jelas pada tanah liat.

Gambar 21. Tempat BuahFoto: Prima Yustana,2013

Gambar 21 di atas adalah tempat untukmeletakkan buah. Produk ini merupakan inovasi yangbersumber dari bentuk cobek keramik yang terdapatdi Bayat. Jika dilihat dari pembentukannya, sisi-sisiproduk tersebut tidak dibuat simetris, tetapi cenderungdibuat mirip seperti daun. Pembentukan tersebut tentudengan tujuan memberikan nilai keindahan, sehinggatidak sekedar sebagai benda pakai tapi jugamemberikan unsur keindahan pada meja makan atausebuah ruangan. Finishing tetap minimalis denganmemunculkan karakter lokal yaitu denganmenggunakan lethoh.

Gambar 22. Cobek dan UlegFoto: Prima Yustana,2013

Gambar 22 di atas jika dianalisis bentuk danfungsinya, secara visual sudah terlihat jelas bahwabenda tersebut sudah akrab sekali dengan dapur.Apabila ditinjau kesesuaian bentuk dan fungsinya,dapat dipastikan produk tersebut sudah sesuai. Adadua bagian dalam produk tersebut, yaitu ulegkansebagai benda penggilas atau penghancur dan cobeksebagai landasannya. Satu set alat penghalus bumbumasak yang sangat membantu para ibu didapur.Meskipun fungsi sebenarnya cobek dan ulegkanadalah untuk menghaluskan bumbu masakan, saatini terkadang cobek difungsikan sebagai piring direstoran, atau sebagai benda hias dalam ruangan.Gejala ini dapat difahami sebagai pergeseran nilaipada benda fungsional menjadi benda hias karenaada sebuah faktor pada benda tersebut yang memilikinilai keindahan. Bentuk yang unik, halus, dan warnayang cantik juga unik, memunculkan sisi-sisi estetispada seseorang untuk memanfaatkan faktor-faktoryang ada pada benda tersebut untuk digunakan tidaksekedar sebagai benda pakai tapi juga dapatdieksplorasi sebagai benda hias pada meja makanatau interior ruangan yang eksotik.

Gambar 23. Teko SetFoto: Prima Yustana,2013

Page 13: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

26 Volume 6 No. 1 Juni 2014

Jurnal Penelitian Seni Budaya

Gambar 23 adalah sebuah produk kebutuhanrumah tangga berupa seperangkat alat minum teh.Sebuah produk yang bisa melengkapi saat-saatberkumpulnya keluarga kecil pada saat pagi atausore hari, atau dapat juga digunakan untukmenghidangkan minuman saat ada orang/tamu yangberkunjung ke rumah. Dari segi fungsi, dengan adanyateko sebagai alat penyeduh teh, tiga buah gelassebagai wadah untuk minum, dan sebuah nampanyang juga dari tanah liat merupakan komposisi yangmenyatu. Komposisi tersebut merupakan satu setyang secara fungsi akan kurang pas jika dipisah-pisahkan. Ditinjau dari warna, produk ini merupakanasli buatan Bayat, yaitu dengan lethoh.

Gambar 24. Kendi dengan OrnamenFoto: Prima Yustana,2013

Gambar 24 di atas adalah kendi yangmerupakan inovasi dari produk kendi asli Bayat.Kendi asli Bayat merupakan benda pakai, apabiladilihat secara visual tidak memiliki ornamen padadinding luar keramik. Produk di atas merupakan kendiyang telah diberi ornamen. Meskipun sederhana,sudah ada usaha dari pengrajin untuk menambahkannilai seni pada benda tersebut. Seperti halnya cobek,kendi ini tidak hanya difungsikan sebagai benda pakai.Ada sisi keindahan yang dapat digunakan sebagaibenda hias sehingga dapat melengkapi unsur-unsurhias pada interior atau eksterior sebuah rumah.

Gambar 25. Kap lampuFoto: Prima Yustana,2013

Gambar 25 adalah sebuah kap lampu yangdibuat pengrajin Bayat. Produk ini merupakan hasilinovasi pengrajin Bayat yang meresponperkembangan masyarakat. Dari segi fungsi, sudahjelas produk ini untuk memberi efek peredup padalampu dengan cara meletakkan bola lampu didalamnya. Efek lain dari sistem ini adalah menambahkeindahan pada ruang baik dari sisi pencahayaanmaupun dari bentuk kap lampu tersebut. Jadi ada duakeuntungan yang didapat dari produk di atas.Meskipun tetap menggunakan finishing lethoh,bentuk serta ornamen yang dibuat adalah mengadopsidari bentuk motif kawung yang ada di batik.

Gambar 26. Teko mulut banyakFoto: Prima Yustana,2013

Gambar 26 di atas adalah kendi mulutbanyak. Seperti halnya kendi pada umumnya, kendiini fungsi asalnya adalah sebagai tempat menyimpanair minum. Adanya inovasi serta respon terhadappermintaan konsumen yang tidak saja menginginkanbenda pakai, kendi ini bisa dipastikan sebagai bendahias. Terdapatnya mulut kendi yang sedemikianbanyak (tidak sebagaimana mestinya) secaraergonomi tentu kurang sesuai atau bahkan tidak sesuaikarena akan sangat merepotkan bila digunakan.

Gambar 27. Mangkuk kecilFoto: Prima Yustana,2013

Page 14: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

27Volume 6 No. 1 Juni 2014

Prima Yustana : Bayat Ceramic (Aesthetic, Form,  and  Function) 

Gambar 27 di atas adalah bentuk yang sudahfamilier di masyarakat, mangkuk berfungsi sebagaiwadah makanan baik kering maupun basah. Estetikamangkuk ini terletak dari bentuk dan prosespembuatannya. Bentuk silindris dengan guratan bekastangan dengan teknik putar menyebabkan tampilanmangkuk ini punya ciri khas tertentu. Kekhasannyaterletak pada teknik manual putaran miring bukandengan teknik cetak, dan tentu saja juga karenalethohnya.

Gambar 28. PadasanFoto: Prima Yustana,2013

Gambar 28 adalah tempat air wudlu yangdigunakan oleh umat muslim. Bentuk padasan dahulusangat sederhana dan tidak ada ornamen yangmelekat pada dinding keramik tersebut. Gambar diatas menyajikan padasan yang sudah dimodifikasidengan tujuan agar lebih memiliki daya tarik. Ornamenyang muncul berupa bentuk mahkota raja yangdikelilingkan pada leher padasan. Disamping itu adabentuk ornamen susunan batu bata. Ornamentersebut dibuat dengan menggunakan teknik gores,sehingga akan muncul karakter tanah asli dan yangsudah dilapisi dengan lethoh, efeknya menimbulkankekhasan tersendiri.

Gambar 29. Tempat payungFoto: Prima Yustana,2013

Gambar 29 adalah tempat untuk menyimpanpayung yang biasanya diletakkan di teras atau di ruangtamu. Ditinjau dari fungsinya, produk ini tergolongbukan jenis keramik yang biasa diproduksi oleh parapengerajin Bayat pada jaman dulu. Adanyaperkembangan masyarakat mestinya juga diiringidengan permintaan akan kebutuhan tertentu yangsifatnya pelengkap. Tempat payung ini memilikibentuk vertikal ke atas dengan ornamen yangdidominasi bentuk daun. Teknik yang digunakandengan menggores dinding keramik dan finishingdengan lethoh.

Gambar 30Tempat Payung

Foto : Prima Yustana 2013

Gambar 30 tersebut menampilkan bentukdasar tabung silindris yang diberikan sentuhan variasigoresan dan garis lingkar yang menonjol mengelilingibentuk keseluruhan. Variasi garis dengan karakteryang berbeda tercipta dengan teknik gores dantempel. Teknik ini memberikan keindahan dalam satuirama, teknik gores digunakan untuk memunculkankarakter warna asli tanah liat Bayat. Kombinasiwarna tanah dan lethoh menciptakan harmonisasiwarna yang tidak terlalu mencolok, sehingga terlihatelegan dengan warna senada.

Gambar 31. Vas BungaFoto : Prima Yustana, 2013

Page 15: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

28 Volume 6 No. 1 Juni 2014

Jurnal Penelitian Seni Budaya

Gambar 31 mewakili sebuah kesederhanaanproduk keramik Bayat yang menarik dengan membuatbentuk oval seperti bentuk sebuah telur. Bentuk inimenjadi lebih menarik dengan tambahan garis vertikalyang dibuat dengan teknik gores. Kesan yangditimbulkan dari garis vertikal adalah benda akanterlihat lebih tinggi. Vas bunga seperti pada gambar31 biasanya digunakan untuk menempatkan bungakering yang besar-besar. Bentuk minimalis modernsangat berkembang di daerah Bayat.

Gambar 32. Wadah BertutupFoto: Prima Yustana, 2013

Gambar 32 terdiri dari dua bagian, bagianyang pertama merupakan wadah yang berbentukseperti mangkuk, dan bagian yang kedua adalahbentuk seperti kerucut yang berfungsi sebagai tutupdari wadah tersebut. Bentuk ini sangat menarikwalaupun tanpa adanya tambahan ornamen ataupunmotif yang diaplikasikan. Keindahan terwujud denganbentuk yang unik dengan menonjolkan warna alamikhas Bayat.

Gambar 33. Pot BesarFoto: Prima Yustana, 2013

Gambar 33 adalah produk pot bunga yangcukup besar. Teknik pembuatannya menggunakanteknik putar dengan menggunakan putaran tegak.

Dilihat dari ornamen penghiasnya menggunakanteknik gores dengan bentuk motif stilasi dari bunga.Karakter bunga dibuat besar menyesuaikan bidangbesar yang ada. Secara prinsip estetika seni rupa,pengrajin telah berpikir tentang komposisi danproporsi dalam menciptakan sebuah keindahan bentukmaupun hias.

Gambar 34. Pot BesarFoto: Prima Yustana, 2013

Gambar 34 tersebut masih berupa produkkeramik Bayat yang berfungsi sebagai pot bunga yangberukuran cukup besar. Pot ini juga dihiasi oleh stilasidaun yang berjumlah dua buah, muncul disebabkanadanya penggunaan teknik gores sebagai bagaian dariciri khas produk. Bentuk daunnya sangat besarsehingga terkesan memenuhi bidang yang ada padapot bunga tersebut. Dalam ilmu estetika dikenal istilahharmoni, sehingga dalam kasus ini pot seperti padagambar tersebut memiliki bentuk yang besar, makapengrajin juga berfikir untuk memenuhi bidang kosongdengan motif yang disesuiakan bentuk dasar daun.Efeknya akan terjadi keserasian dalam tampilan.Motif daun juga dapat langsung diinterpretasikanbahwa produk ini dibuat dan difungsikan sebagaitempat tanaman hias.

Gambar 35. Teko handle sampingFoto: Prima Yustana, 2013

Bentuk teko pada gambar 35 di atas sangatberbeda sekali dengan teko yang pada umumnya dipasaran. Pada umumnya teko mempunyai pegangan

Page 16: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

29Volume 6 No. 1 Juni 2014

Prima Yustana : Bayat Ceramic (Aesthetic, Form,  and  Function) 

berupa bentuk melengkung yang sejajar dengan ujungtempat keluarnya air. Teko di atas mempunyaipegangan berada di samping, secara ergonomiberkaitan dengan kenyamanan dalam menuangkanisi teko, tetap memiliki kenyamanan. Ditinjau dari segidaya tahan produk, kekuatan handle dengan bentuksilindris dan cukup besar tersebut juga memilikikekuatan yang cukup kuat. Secara estetik ataukeindahan bentuk seperti itu menampilkan sesuatuyang berbeda dari kebiasaan, dapat juga difungsikansebagai bentuk daya tarik yang dapat memberikannuansa lain guna menambah keindahan dari podukitu sendiri.

Gambar 36. Pot berlubangFoto: Prima Yustana, 2013

Gambar 36 tersebut merupakan bentuk potyang mempunyai banyak lubang yang mengelilingiseluruh badan pot. Pot biasanya memiliki satu lubangdi bagian dasar pot, tetapi pot di atas memiliki banyaklubang, fungsinya tetap sebagai pot tetapi hanyasebagai pot luar. Dalam pengertian, tanaman yangakan dimasukkan dalam pot ini harus sudah beradadalam pot plastik yang ukurannya lebih kecil darilubang pot keramik, jadi pot keramik hanya digunakansebagai pot luar saja. Bentuk pot pada gambar 36tersebut sangat sederhana dengan memonjolkanwarna tanah dan lubang-lubang sejajar yangmengelilingi badan keramik, dapat dijadikan nilaitambah dalam memberikan variasi bentuk sebagaipenunjang keindahan bentuk.

Gambar 37. Bakul NasiFoto: Prima Yustana, 2013

Gambar 37 menunjukkan suatu bentukpeniruan dari bentuk bakul nasi yang biasa ada padaperalatan rumah tangga. Bahan baku yang di gunakandalam bakul nasi biasa dari bahan logam. Bakul nasiseperti pada gambar 37 mempunyai bentuk yangsama dengan bakul nasi biasa, tetapi setelah dibuatdengan tanah liat Bayat dengan sentuhan finishingkhas Bayatnya maka terlihat sangat istimewa. Ditinjaudari bentuk maupun fungsinya masih sama denganbakul nasi biasa, tetapi melihat dari bentuk secarakeseluruhan serta keindahan dan tingkat kehalusanpengerjaan, kadang akan sayang jika digunakansebagaimana mestinya bakul nasi, maka kadangbenda fungsi berubah menjadi benda hias.

Gambar 38. Aglo / TungkuFoto: Prima Yustana, 2013

Gambar 38 adalah sebuah benda yang sudahada sejak jaman dahulu. Jika dilihat dari bentuknyabenda ini sudah tidak asing lagi terutama di Indonesia.Tungku masak atau anglo merupakan bagian yangtidak terpisahkan dari dapur rakyat Indonesia sebagaibagian dari peralatan memasak. Bentuk Anglo padagambar 38 di atas sama sebagaimana Anglo yangsudah ada, tetapi sudah dibuat dengan lebih halus dandetail, dengan finishing lethoh sehingga terlihatmengkilat. Fungsi dari Anglo adalah sebagai alatbantu untuk pembakaran, biasanya bahan bakarnyadari arang kayu. Anglo seperti pada gambar di atasapabila difungsikan sebagaimana mestinya juga tidakmasalah, tetapi sayang sekali akan terbakar danmenjadi kotor. Fungsi Anglo seperti gambar di atasakan lebih bagus apabila difungsikan sebagai bendapendukung dalam penyajian masakan tradisionaldalam hotel atau acara-acara perhelatan yang lain.Penambahan benda pendukung ini dapat menambahnilai artistik sajian. Oleh karena itu, dengan sendirinyaAnglo menjadi naik kelas, tidak hanya digunakansebagai alat bantu pembakaran di dapur tetapi jugasebagai barang seni.

Page 17: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

30 Volume 6 No. 1 Juni 2014

Jurnal Penelitian Seni Budaya

Inovasi Bentuk, Bahan, FinishingSetiap daerah di Indonesia mempunyai

keunggulan potensi masing-masing, sebagaimanakeramik, di setiap sentra industri keramik pastimempunyai ciri khas masing-masing sebagai dayatarik dan posisi tawar dari sentra indusri keramiktersebut. Daya tarik menjadi penting karena sangatberkaitan erat dengan tingkat kunjungan dariwisatawan domestik maupun manca negara.Penguatan daya tarik dapat dilakukan dengan caramelakukan penguatan potensi yang ada dandipromosikan secara berkesinambungan, sehinggaakan menjadi nilai tawar yang tujuan akhirnya menjadinilai jual dari sentra industri keramik tersebut.

Sentra industri keramik di Bayat jugamempunyai nilai tawar yang dapat menjadi nilai jualyang dapat diperhitungkan, sebab sentra industrikeramik Bayat telah mempunyai kekuatan lokal yangmuncul dari potensi yang ada di masyarakat yangsudah ada sejak dahulu dan sifatnya sekarang sudahmenjadi warisan yang turun-temurun. Permasalahanbentuk, bahan dan finishing sudah muncul padapembahasan bab dua. Point penting yang terkaitdengan inovasi bentuk, bahan dan finishing di daerahsentra industri keramik Bayat adalah konsistensi lokalgenius yang diwakili dengan teknik pembentukandengan menggunakan putaran miring, sertapenggunaan teknik finishing dengan menggunakanendapan tanah merah atau yang biasa disebut lethoh.

Pengrajin sudah sangat menyadari akankekuatan dan ciri khas produk yang harusdipertahankan sebagai nilai tawar. Pengrajin keramikdi daerah Bayat juga berusaha membuat terobosandan inovasi, sebagai contoh studio Priesta Keramikmengembangkan sebuah teknik finishing denganbersumber ide dari motif batik yang ada sertamenggunakan medium cat dalam pengaplikasianinovasi finishing tersebut. Untuk lebih jelas dapatdilihat pada gambar 30.

Gambar 39. Meja Taman.Lokasi rumah Bapak Harno, pengrajin

Foto: Prima Yustana, 2013

Gambar 40. Cara finishing batik Keramik.Lokasi rumah Bapak Harno, pengrajin

Foto: Prima Yustana, 2013

Perkembangan Keramik Bayat untuk saatini sudah sangat dinamis, apalagi jika dilihat pada masalalu benda yang dibuat hanya berupa kendi sederhana,celengan serta mainan anak-anak. Bentuk danfinishing keramik di daerah Bayat sudah mulai variatifdengan banyak tambahan produk yang berupa inovasibentuk maupun inovasi sentuhan akhir atau finishing.

Inovasi bentuk dan finishing sudah jelas ada.Sedangkan inovasi bahan baku hampir belum terlihat.Hal ini sangat terkait dengan proses produksi yangmesti dilewati. Penggunaan tungku pembakarantradisional seperti yang ada sekarang ini juga menjadiperhitungan. Apabila dilakukan inovasi, makapengaruhnya sangat terasa sekali terutama dalam halbiaya produksi.

Daya Saing Keramik BayatKeramik Bayat dapat dikatakan mempunyai

karakter yang kuat sebagaimana produk keramik daridaerah lain yang memiliki kekuatannya masing-masing. Karakter yang kuat sebagaimana keramikyang ada di daerah Bayat ini, apabila dapat lebihdikembangkan dan lebih ditingkatkan kualitasnyadibarengi dengan promosi yang baik oleh pemerintahdaerah dan seluruh masyarakat, maka akan lebihmeningkatkan kunjungan wisata.

Eksistensi keramik Bayat sudah tidakdiragukan lagi. Hal ini didukung oleh banyaknyafaktor pendukung yang sampai sekarang masih dapat

Page 18: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

31Volume 6 No. 1 Juni 2014

Prima Yustana : Bayat Ceramic (Aesthetic, Form,  and  Function) 

dinikmati di lokasi desa wisata keramik Bayat. Salahsatu faktor yang mendukung eksistensi keberlanjutansentra industri keramik di Bayat adalah banyaknyabahan baku yang terdapat di sekitar desa di lingkunganpara pengrajin, sehingga tidak perlu mendatangkanbahan baku dari luar daerah, yang tentunya akanmempengaruhi daya saing berkaitan dengan hargajadi produk keramik.

Faktor tenaga kerja juga sangat berpengaruh.Tenaga kerja di sentra industri keramik Bayat adalahbersifat turun-temurun. Hampir semua penduduk desaPagerjurang Paseban Bayat dan Pagerjurang MelikanBayat berprofesi sebagai pengrajin keramik.Keberadaan pengrajin yang cukup banyak tentunyaakan memberikan daya saing yang kuat, khususnyadalam masalah proses produksi dan melayani pesananproduk, disamping harga juga akan sangat kompetitif.

Faktor pembeda dengan sentra industrikeramik di daerah lain, yakni terdapatnya teknikpembentukan dengan menggunakan putaran miring.Adanya faktor tersebut, posisi tawar sentra industrikeramik Bayat seharusnya bisa lebih baik dari saatini. Adanya alat putaran miring ini dapat dikemassedemikian rupa agar lebih sinergis denganpenyebutannya sebagai desa wisata. Daya saingmelalui keunikkan proses produksi akan sangatberhasil apabila hal ini disinergiskan denganberkerjasama dengan pengelola jasa wisata. Adanyamakam Sunan Bayat yang terletak berdekatandengan sentra industri keramik juga menjadi dayatawar tersendiri bagi wisatawan. Pengagendaankunjungan ke Bayat sebagai sentra penghasil keramikdalam paket wisata di daerah Klaten dapat dijadikansarana untuk meningkatkan kunjungan wisata.

Faktor pembeda yang lain adanya finishingdengan lethoh disamping adanya terobosanpengembangan finishing dengan menggunakan cat.Kedua teknik finishing ini sangat berpotensimeningkatkan daya saing terhadap eksistensi keramikBayat, dari keduanya mempunyai peluang yangberbeda segmen pasarnya. Melihat pasarinternasional maupun domestik kecenderungan untukmembeli dan melihat ke khasan finishing tradisionalmasih sangat kuat sehingga finishing dengan lethohini jangan sampai hilang karena merupakan lokalgenius yang dapat ditawarkan menjadi keunggulanproduk. Finishing dengan cat juga mempunyai marketshare yang berbeda, dan hal tersebut juga akanmenambah variasi pilihan produk bagi konsumen.

Pembuatan secara handmade juga menjadipoint khusus bagi kerajinan keramik di Bayat.

Menurut catatan dari beberapa nara sumber bahwasemua produk yang dibuat di Bayat dibuat dengansentuhan tangan langsung dan tidak menggunakanperalatan modern. Kecenderungan dunia pada saatini adalah mengangkat ecoproduct dan berorientasikepada isu global warming. Kondisi tersebutmenyebabkan posisi kerajinan keramik Bayat menjadisangat sinergis. Semua hasil produksi dalam industrimemperhatikan masalah produk yang hijau dan ramahlingkungan.

SimpulanKeramik Bayat merupakan keramik warisan

dari leluhur yang sampai saat ini dilakukan terussecara turun-temurun dengan mempertahankan cirikhas produknya yang dibuat dengan putaran miring,disamping tidak menutup kemungkinan perkembanganproduk dengan menggunakan putaran tegak. Putarantegak digunakan untuk membuat produk keramik yangberbentuk lebih besar, yang dalam hal ini putaranmiring tidak dapat menjangkaunya.

Identitas produk keramik Bayat terciptadengan adanya penggunaan lethoh dan teknik gores,hal ini merupakan ciri khusus setiap produk yangdihasilkan oleh sentra indutri keramik Bayat.Ornamen yang berkembang yang dihasilkan dariteknik gores kebanyakan adalah stilasi dari bagian-bagian tumbuhan, seperti daun, batang maupunranting juga tidak menutup kemungkinan goresanmotif yang berbentuk geometris sebagai penunjanGEstetika Produk.

Produk awal keramik Bayat yang dibuat olehpengrajin pada jaman dulu adalah hanya berupa kendisederhana, celengan, dan mainan anak-anak. Saatini, dengan perjalanan waktu juga mempengaruhibentuk dan fungsi produk yang dihasilkan olehpengrajin keramik. Produk yang muncul saat inimerupakan inovasi dari pengrajin yang biasanyamuncul dari permintaan pasar dan kadang jugaterpengaruh produk yang ada di wilayah sentra industrikeramik yang berdekatan yakni Kasongan. Adabeberapa faktor yang mendukung eksistensi sentraindustri keramik Bayat sampai saat ini. Faktorpedukung tersebut adalah, banyaknya pengrajin yangmenggantungkan ekonominya dari membuat keramik,keunikan teknik pembentukan yang ada denganmenggunakan putaran miring, proses pembuatan danfinishing secara manual dan alami,serta lokasi yangstrategis, yaitu posisi yang baik di antara jalan besarKlaten-Bayat.

Page 19: BAYAT CERAMIC (AESTHETIC, FORM, AND FUNCTION)

32 Volume 6 No. 1 Juni 2014

Jurnal Penelitian Seni Budaya

Kepustakaan

Astuti Ambar. 1997. Pengetahuan Keramik.Yogyakarta. Gadjah Mada UniversityPress.

Alexander Brian. 2001. Kamus Keramik. Jakarta.Milenia Populer:

Dharsono. 2007. Estetika. Bandung. Rekayasa Sains.Gie, The Liang. 2005. Filsafat Keindahan

(Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna,cetakan kedua.

Hartoko, Dick. 1984. Manusia dan Seni , PenerbitKanisius, Cetakan pertama.

Moleong, Lexy. 1989. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Razak, R.A. 1993. Industri keramik. Jakarta.BalaiPustaka.

Sunarmi. 2001. Buku Ajar Mata KuliahErgonomi,Ergonomi dan Aplikasinyapada Kriya (Surakarta: DepartemenPendidikan Nasional Direktorat PendidikanTinggi Program “Due-Like”.

Internethttp://www.jateng.kemenag.go.id/klaten/profil/

geografi-kab-klaten/.2013http://infobayat.wordpress.com/about/.2013http://infobayat.wordpress.com/2012/02/10/sunan-

bayat-tembayat/.2013www. Studiokeramik.com

Narasumber1. Bapak M. Nawawi. 64 tahun

Sesepuh desa Pagerjurang MelikanAlamat : Pagerjurang Rt. 02 Rw. 05, DesaMelikan Kec. Wedi Kab. Klaten.

2. Bapak Yani. 46 tahun Penjual produk keramikBayat.Alamat: Pagerjurang Paseban Bayat

3. Bapak Andono. 37 tahun Pengrajin KeramikAlamat: Pagerjurang Paseban Bayat, Rt.01 Rw. 12, Klaten.

4. Bapak Cipto. 53 tahun Pengrajin KeramikAlamat: Pagerjurang Paseban Bayat,Rt. 01 Rw. 12, Klaten.

5. Bapak Budi Harsono. 34 tahun Pengrajin KeramikAlamat: Pagerjurang Paseban Bayat,Rt. 01 Rw. 12, Klaten.

Endnotes1 Dharsono, Estetika. Bandung. Rekayasa Sains: 2007,

762 http://www.jateng.kemenag.go.id/klaten/profil

geografi-kab-klaten/. 20133 http://infobayat.wordpress.com/about/.20134 Wawancara dengan Bapak M. Nawawi (Sesepuh

kecamatan Bayat), 30-9-20135 http://infobayat.wordpress.com/2012/02/10/sunan-

bayat-tembayat/.20136 Wawancara dengan Bapak M.Nawawi, sesepuh

kecamatan Bayat. 30-9-20137 Sunarmi, Buku Ajar Mata Kuliah Ergonomi, Ergonomi

dan Aplikasinya pada Kriya (Surakarta: Departemen PendidikanNasional Direktorat Pendidikan Tinggi Program “Due-Like”,2001),68.

8 Wawancara dengan Bapak Andono pengrajin keramikBayat Paseban. 30-9-2013

9 The Liang Gie, Filsafat Keindahan (Yogyakarta: PusatBelajar Ilmu Berguna, cetakan kedua, 2005), 119.

10 Baumgarten dalam Gie, 2005, 120.11 Dick Hartoko, Manusia dan Seni, (Penerbit Kanisius,

Cetakan pertama, 1984), 1512 Monroe Beardsley dalam Dharsono, 2007, 6313 Astuti Ambar, Pengetahuan Keramik. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta, 1997. p. 1