Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

48
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PENERAPAN BAURAN PEMASARAN DAN PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA DENGAN TINGKAT LOYALITAS ANGGOTA PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA DI KOTAMADYA SEMARANG MURWATININGSIH Mahasiswa Program Magister Manajemen, PPSUB Iwan Tri Yuwono Dosen Jurusan Akuntansi FE Unibraw M. HARRY SUSANTO Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, FE Unibraw ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara tingkat kelompok loyalitas anggota dalam memberikan persepsi terhadap penerapan bauran pemasaran dan pembagian sisa hasil usaha, dan hubungan antara tingkat kelompok loyalitas anggota dengan persepsi anggota terhadap variabel bauran pemasaran dan pembagian sisa hasil usaha. Disamping itu juga untuk mengetahui indikator - indikator dari variabel - variabel bauran pemasaran, pembagian sisa hasil usaha dan loyalitas anggota yang paling besar memberikan kontribusi untuk mempertahankan loyalitas anggota. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 3 Juni sampai dengan 3 September 1999. Teknik yang digunakan dalam menetapkan populasi target adalah purposive dan jumlah koperasi ditentukan secara random. Sampel ditetapkan dengan teknik stratified random sampling. Jadi populasi targetnya adalah seluruh anggota yang melakukan pembelian di 12 KPRI, jumlah sampel sebanyak 150 orang yang terdiri anggota sangat loyal 16 orang, loyal 96 orang dan kurang loyal 38 orang. Variabel bebasnya terdiri dari produk, harga, lokasi, promosi, personal traits, tampilan fisik, proses dan pembagian sisa hasil usaha. Variabel terikatnya adalah tingkat kelompok loyalitas anggota yang terdiri dari kelompok 73

Transcript of Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

Page 1: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PENERAPAN BAURAN PEMASARAN DAN PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA DENGAN TINGKAT LOYALITAS ANGGOTA PADA KOPERASI

PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA DI KOTAMADYA SEMARANG

MURWATININGSIHMahasiswa Program Magister Manajemen, PPSUB

Iwan Tri Yuwono Dosen Jurusan Akuntansi FE Unibraw

M. HARRY SUSANTODosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, FE Unibraw

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara tingkat kelompok loyalitas anggota dalam memberikan persepsi terhadap penerapan bauran pemasaran dan pembagian sisa hasil usaha, dan hubungan antara tingkat kelompok loyalitas anggota dengan persepsi anggota terhadap variabel bauran pemasaran dan pembagian sisa hasil usaha. Disamping itu juga untuk mengetahui indikator - indikator dari variabel - variabel bauran pemasaran, pembagian sisa hasil usaha dan loyalitas anggota yang paling besar memberikan kontribusi untuk mempertahankan loyalitas anggota.

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 3 Juni sampai dengan 3 September 1999. Teknik yang digunakan dalam menetapkan populasi target adalah purposive dan jumlah koperasi ditentukan secara random. Sampel ditetapkan dengan teknik stratified random sampling. Jadi populasi targetnya adalah seluruh anggota yang melakukan pembelian di 12 KPRI, jumlah sampel sebanyak 150 orang yang terdiri anggota sangat loyal 16 orang, loyal 96 orang dan kurang loyal 38 orang. Variabel bebasnya terdiri dari produk, harga, lokasi, promosi, personal traits, tampilan fisik, proses dan pembagian sisa hasil usaha. Variabel terikatnya adalah tingkat kelompok loyalitas anggota yang terdiri dari kelompok sangat loyal, loyal dan kurang loyal. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, interview, observasi dan dokumentasi. Uji validitas dan reliabilitas menggunakan program SPSS MS Window release 7,5. Adapun analisis datanya menggunakan metode chi square (chi kwadrat) dan koefisien kontingensinya menggunakan Spearman correlation dengan program SPSS MS Window release 7,5. Disamping itu juga menggunakan analisis diskriptif.

Hasil analisis data dengan menggunakan pendekatan diskriptif, diketahui bahwa penilaian anggota terhadap penerapan variabel - variabel bauran pemasaran menunjukkan indikator utama yang dipertimbangkan sbb.: a) produk pada indikator pembungkusan; b) harga pada indikator pembelian secara kredit; c) lokasi pada indikator kemudahan transportasi; d) promosi pada indikator media; e) personal traits pada indikator keramahan pramuniaga; f) tampilan fisik pada indikator keamanan; g) proses pada indikator pelayanan. Sedang pada variabel pembagian sisa hasil usaha 58,7% anggota masih menerima dalam jumlah yang rendah.

Berdasarkan analisis chi square diketahui, hasilnya menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara tingkat kelompok loyalitas anggota dalam memberikan persepsi penerapan terhadap variabel - variabel bauran pemasaran sbb.:

73

Page 2: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

a) produk dengan indikator jenis, kualitas, jumlah, penataan, penggolongan; b) harga dengan indikator harga barang, potongan harga, pembelian secara kredit, pelunasan, pembelian secara tunai; c) lokasi dengan indikator jarak, kemudahan transportasi, keputusan pembelian berdasarkan jarak, dekatnya toko dengan tempat kerja; d) promosi dengan indikator media, informasi, hadiah, pameran; e) personal traits dengan indikator kecepatan pelayanan, penampilan pramuniaga; f) tampilan fisik dengan indikator desain, dekor, luas, suhu udara, kebersihan, fasilitas toko; g) proses dengan indikator penawaran, pembelian, pelayanan. Sedang yang menunjukkan tidak adanya perbedaan adalah variabel sbb.: a) produk dengan indikator pembungkusan; b) personal traits dengan indikator pengetahuan, respon, keramahan pramuniaga; c) tampilan fisik dengan indikator penerangan, keamanan. Demikian juga terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kelompok loyalitas anggota dalam memberikan persepsi terhadap penerapan variabel pembagian sisa hasil usaha.

Keeratan hubungan antara tingkat kelompok loyalitas anggota dengan persepsi anggota terhadap penerapan variabel bauran pemasaran beserta indikatornya, yang dianalisis dengan Spearman correlation, pada umumnya menunjukkan tingkat rendah dan sangat rendah. Sedang yang keeratan hubungannya menunjukkan tingkat sedang yaitu pada variabel sbb.: a) harga dengan indikator potongan harga, pembelian secara kredit dan pelunasannya; b) lokasi dengan indikator keputusan pembelian berdasarkan jarak dan dekatnya toko dengan tempat kerja; c) promosi dengan indikator informasi dan pameran; d) proses dengan indikator penawaran; dan e) variabel pembagian sisa hasil usaha. Dengan demikian dapat disimpulkan semakin tinggi keeratan hubungannya maka semakin loyal anggota terhadap koperasi dan sebaliknya semakin rendah keeratan hubungannya, menunjukkan anggota semakin kurang loyal terhadap koperasinya.

Saran bagi pengelola KPRI supaya dapat mempertahankan dan meningkatkan loyalitas anggota dengan cara dialog dengan anggota, komunikasi purna jual, pendidikan perkoperasian bagi anggota, meningkatkan jumlah anggota yang potensial, meningkatkan pemanfaatan bauran pemasaran dan pembagian sisa hasil usaha. Bagi peneliti lebih lanjut supaya dapat menambah variabel bauran pemasaran, sampel dan menggunakan alat analisis data yang lain dalam penelitiannya. Bagi instansi terkait supaya lebih intensif dalam memberikan pembinaan khususnya bidang kewirausahaan dan kemitraan supaya lebih memajukan usaha pertokoan koperasi.

ABSTRACT

This study is aimed at determining whether difference is evident between the member’s loyalty in perceiving the implementation of marketing mix, and the distribution of business profit. It is also aimed at determining the relationship between the member’s loyalty and member’s perception of the marketing mix and business profit distribution variables. Furthermore, it is aimed at determining which of the marketing mix, distribution of business profit and member’s loyalty variables plays the most important role in maintaining the member’s loyalty. The study was conducted from 3 June 1999 through 3 September 1999. Purposive random sampling and stratified random sampling were used. The target population comprised all the members who purchased goods at the 12 cooperatives. There were 150 respondents consisting of 16 very loyal members, 96 loyal

74

Page 3: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

members, and 38 insufficiently loyal members. The independent variables were product, price, place, promotion, personal traits, physical evidence, process, and business profit distribution. The dependent variable was the member’s loyalty consisting of very loyal, loyal, and insufficiently loyal. Data were collected by questionnaire, interview, observation, and documentation. Validity and reliability were tested using the SPSS MS Window release 7.5 program. The data were analysed by Chi Square, and Spearman correlation with the SPSS MS Window release 7.5 program. In addition, the descriptive analysis was used.

The descriptive approach revealed that the assessment of marketing mix application by members involved the consideration of the indicators of a) product with the indicator of packaging, b) price with the indicator of purchase by installments, c) location with the indicator of transportation ease, d) promotion with the indicator of media, e) personal traits with the indicator of salesperson’s friendliness, f) physical evidence with the indicator of security, and g) process with the indicator of service. However, 58.7% of the members received a small business profit distribution.

The Chi Square approach showed that significant difference was evident of the members’ loyalty in the perception of the marketing mix variables of a) product with the indicators of type, quality, total, arrangement, grouping; b) price with the indicators of goods, discount, debt, pay of credit, cash indicators of price; c) location with the indicators of distance, transportation ease, distance based purchase decision; d) promotion with the indicators of media, information, prize, exhibition; e) personal traits with the indicators of service speed, salesperson’s appearance; f) physical evidence with the indicators of design, decoration, area, temperature, cleanliness, shop facilities; and g) process with the indicators of offer, purchase, and service. On the other hand, the Chi Square approach showed that there was no difference in terms of a) product with the indicator of packaging, b) personal traits with the indicators of knowledge, response, salesperson’s friendliness, and c) physical evidence with the indicators of lighting and security. Significant difference was also shown between the members’ loyalty and the perception of business profit distribution.

The close relationship between the members’ loyalty and the members’ perception of business profit distribution including the indicators were analyzed by Spearman correlation, generally revealed that the correlation value was low and very low. Medium correlation was evident of the variables of a) price with the indicators of discount, purchase by installments, and repayment; b) location with the indicators of distance based purchase decision, short distance between shop and workplace; c) promotion with the indicators of information and exhibition; d) process with the indicator of offer; and e) the business profit distribution. Therefore, it can be concluded that the stronger the correlation, the more loyal the members are to the cooperative, and the weaker the correlation, the less loyal the members are to the cooperative. It is suggested that the cooperative management keep and enhance the loyalty of members through dialogues, after sales communication, cooperative education for members, adding the number of potential members, enhancig the application of marketing mix and business profit distribution. Further researchers are suggested to add the variables of marketing mix, sample and apply other instruments in the research. Integrated institutions are suggested to be more intensive in building entrepreneurship and patnership for the sake of the development of the cooperative business.

75

Page 4: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

PENDAHULUAN

Koperasi sebagai badan usaha perlu dikembangkan kemampuan dan kualitas pelayanannya supaya menjadi badan usaha yang efisien dan dapat memainkan perannya secara optimal, perlu menerapkan bauran pemasaran (product, place, price, promotion, personal traits, physical evidence dan process) secara profesional, sebagai strategi pemasaran dalam mengelola usahanya, khususnya usaha pertokoan sehingga dapat mempertahankan dan meningkatkan loyalitas anggota.

Loyalitas anggota dapat dipertahankan jika koperasi dapat memberikan kepuasan kepada anggota (customers satisfaction), dapat melakukan rintangan pengalihan terhadap pesaing (switching barriers) dan mampu mengkaji saran anggota (voice) serta tanggung jawab sebagai anggota (owners).

Kenyataan menunjukkan masih banyaknya koperasi yang mengelola usaha pertokoan, belum menerapkan secara profesional terhadap bauran pemasaran dan pembagian sisa hasil usaha yang belum proporsional dengan aktivitas anggota dalam berkoperasi, sehingga banyak anggota yang mempunyai persepsi negatip terhadap usaha koperasinya, dan mereka berpaling pada pesaing lain, akibatnya loyalitas anggota tidak dapat dipertahankan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Fachrurrozie, dkk. yang menyatakan bahwa sisa hasil usaha yang dicapai masih rendah, karena anggota masih banyak yang melakukan pembelian diluar KUD (Fachrurozie,dkk. 1995/1996). Disamping itu pengelola koperasi belum memanfaatkan segmen pasar yang ada yaitu anggota, sehingga volume usaha pertokoan belum optimal.

Sesuai tidaknya penerapan bauran pemasaran dan pembagian sisa hasil usaha dengan kebutuhan dan keinginan anggota tergantung dari persepsi masing masing anggota. Sedang pemenuhan kebutuhan dan keinginan anggota dilakukan dengan jalan pembelian di koperasi. Berarti menunjukkan adanya hubungan antara persepsi penerapan bauran pemasaran dan pembagian sisa hasil usaha dengan loyalitas anggota.

Dewasa ini pemasaran menjadi ujung tombak setiap perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya. Hal ini ditegaskan oleh ahli pemasaran Levitt (dalam Tjiptono, 1997) yang menyatakan bahwa “kunci manajemen bisnis yang sukses terletak pada pemasaran”, oleh karena itu pilihan dan penerapan strategi pemasaran sangatlah esensial bagi setiap perusahaan/koperasi.

Syarat suatu perusahaan/koperasi dapat sukses dalam persaingan adalah berusaha menciptakan dan mempertahankan pelanggan dengan cara memahami perilaku konsumen dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginannya.

Di dalam praktek banyak koperasi yang kurang berhasil dalam mempertahankan pelanggan, padahal pelanggannya jelas yaitu anggota sendiri. Penyebab ini antara lain kelemahan manajemen menumbuhkan budaya customer service di kalangan karyawan, sehingga pelayanan terhadap pelanggan menjadi kurang maksimal. Oleh karena itu koperasi harus secara terus menerus meningkatkan pengetahuan tentang pelanggannya dan konsumen pada umumnya serta secara kontinyu memperbarui hubungannya dengan konsumen untuk menciptakan customers loyalty. Sedang untuk mempertahankan customers loyalty dalam consept marketing perlu dikembangkan customer relationship, yang mengungkap bahwa penjualan sebenarnya hanyalah awal dari terciptanya hubungan tersebut dan konsumen sesungguhnya adalah longterm strategic business asset (Goni, 1995).

76

Page 5: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

Disamping latar belakang masalah – masalah tersebut di atas, penelitian ini juga dilatar belakangi oleh penelitian – penelitian terdahulu (lihat pada tinjauan pustaka). Namun secara keseluruhan penelitian penelitian terdahulu tersebut belum membahas tentang perbedaan maupun hubungan antara variabel variabel bauran pemasaran yang dipertimbangkan pelanggan dengan tingkat loyalitas pelanggan. Disamping itu juga belum dibahas secara rinci per indikator terhadap variabel produk, harga, lokasi, promosi, personal traits, tampilan fisik dan proses. Juga perolehan sisa hasil usaha belum dibahas secara terperinci sesuai aktifitas anggota pembeli (pelanggan).

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, mendorong minat penulis untuk melakukan suatu penelitian tentang analisis hubungan antara persepsi penerapan bauran pemasaran dan pembagian sisa hasil usaha dengan tingkat loyalitas anggota pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) di Kotamadya Semarang.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara tingkat kelompok loyalitas anggota dalam memberikan persepsi terhadap penerapan bauran pemasaran yang terdiri dari variabel produk, harga, lokasi, promosi, personal traits, tampilan fisik dan proses serta variabel pembagian sisa hasil usaha. Disamping itu juga untuk mengetahui ada tidaknya korelasi yang signifikan antara tingkat kelompok loyalitas anggota dengan persepsi anggota terhadap penerapan bauran pemasaran yang terdiri dari variabel produk, harga, lokasi, promosi, personal traits, tampilan fisik dan proses serta variabel pembagian sisa hasil usaha. Sedang manfaat penelitian ini ditujukan kepada pengelola KPRI, pemerintah melalui Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil dan lingkungan akademik.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Koperasi sebagai wadah kegiatan ekonomi

2.1.1. Keanggotaan koperasi dalam kegiatan ekonomi Seseorang menjadi anggota koperasi didasarkan pada kesamaan

kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha koperasi (pasal 19 ayat 1 UU NO. 25/1992). Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi (pasal 17 ayat 1 UU NO. 25/1992), oleh karena itu anggota diharapkan berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi. Peran ganda (dual identity) anggota koperasi yaitu sebagai pemilik dan pelanggan (Hanel, 1985).

Dalam penelitian ini penulis memandang anggota baik dari sisi pelanggan mapun dari sisi pemilik, model kerangka pikirnya pada bagan berikut.

2.1.2. Jenis dan Lapangan Usaha KoperasiJenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan

ekonomi anggotanya (pasal 16 UU No. 25/1992). Lapangan usaha koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraaan anggota (pasal 43 ayat 1UU NO. 25/1992).

Dalam penelitian ini penulis membatasi penelitiannya yaitu pada jenis usaha koperasi konsumen (usaha pertokoan) di koperasi fungsional yaitu Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI).

77

Page 6: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

2.1.3. Sisa Hasil Usaha (SHU)Sisa hasil usaha yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah sisa hasil

usaha yang diperoleh anggota dari jasa transaksi usaha pertokoan atau dengan kata lain sisa hasil usaha yang diperoleh dari jasa pembelian barang pada usaha pertokoan di koperasi yang bersangkutan. Perhitungannya sebagai berikut:

Jumlah partisipasi / pembelian per anggotaSHU per anggota = -------------------------------------------------------- X Jumlah SHU Jumlah partisipasi / pembelian seluruh anggota

- memberikan simpanan

- penyertaan modal

- pembentukan cadangan

- penerimaan sisa hasil usaha

- penetapan tujuan- pengambilan

keputusan- pengawasan

- pelayanan kebutuhan

- pelayanan keinginan(kepuasan)

Gambar 1. Kedudukan anggota koperasi sebagai pemilik dan pelanggan.

2.2. Persepsi Didasarkan pendapat Schiffman et al. (1997) dan Kotler (1995), persepsi dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu proses dimana manusia menginterpretasikan stimulus yang telah diterima dan diorganisasikan, sehingga akan berpengaruh terhadap perilaku dan sikap manusia tersebut. Jadi adanya stimulus akan membuat manusia bereaksi, walaupun stimulus yang diterima sama tetapi dapat memiliki arti yang berbeda - beda pada masing masing individu. Demikian juga persepsi pelanggan terhadap variabel – variabel bauran pemasaran dan variabel sisa hasil usaha dapat memiliki arti yang berbeda beda pada masing masing pelanggan. 2.3. Bauran pemasaran (marketing mix) Strategi bauran pemasaran merupakan salah satu strategi pemasaran. Dalam penelitian ini membahas bauran pemasaran jasa. Didasarkan pada pendapat Payne

78

Individ

Individ

Individ

Koperasi

PosisiAnggota

Pemilik(Owners):

Pelanggan(customers):

Page 7: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

(1993), Pawitra (1996), Buchari (1992), Collier (1991) dan Sinaga (1996), maka dapat disimpulkan pengertian bauran pemasaran jasa adalah kumpulan atau kombinasi dari variabel - variabel yang meliputi product, place, price, promotion, personal traits, physical evidence and process yang diterapkan oleh koperasi dalam pengelolaan usaha pertokoan, guna mencapai tujuan koperasi.

2.3.1. Variabel - variabel dan indikator bauran pemasaran jasa

Tabel 1. Variabel - variabel dan indikator bauran pemasaran jasaPRODUCT PRICE PLACE PROMOTION PERSONAL

TRAITSPHYSICALEVIDENCE

PROCESS

* Jenis* kualitas* jumlah* feature* style* merk* kemasan* penyajian

*tk. Harga*pot. Harga*waktu pemba yaran*syarat pemba yaran

*lokasi toko*saluran distri – busi*jang – kauan*perse – diaan*trans – portasi*cadang an/gu- dang

* periklanan* promosi penjualan* personal selling* publisitas* pameran* hadiah

* pendidikan* keahlian/ke terampilan* kualitas pelayanan* performan ce

*penampil an toko*luas toko*interior toko*front (tem pat barang*music*penerang- an*sarana par kir*fasilitas toko

*mekanis me pem belian*mekanis me pena waran*mekanis me pem bayaran*mekanis me pela yanan

Sumber: Carthy dan Collier, 1991, diolah

2.3.2. Hubungan antara variabel - variabel bauran pemasaran dan sisa hasil usaha dengan hasil penelitian terdahulu

1. Product Product adalah barang atau jasa yang dapat ditawarkan kedalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen (Kotler, 1995 : 508). Dalam hal ini penelitian Astuti (1997) menyatakan bahwa pelanggan belanja ke supermarket dengan pertimbangan utama pada produk, sedang penelitian Dellaert (1998) pertimbangannya pada keragaman produk. Kedua penelitian tersebut belum mengestimasi apakah masing masing pelanggan tersebut berbeda atau sama dalam pertimbangannya terhadap produk dan pada indikator mana yang paling diutamakan sehingga mereka belanja ke supermarket. Disamping itu belum membahas ada tidaknya hubungan antara produk yang dipertimbangkan tersebut dengan keputusan pembelian mereka ke supermarket atau dengan kata lain loyalitas pelanggan. Padahal estimasi tersebut bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan sehingga dapat memperkirakan volume usaha, berarti juga dapat mengestimasi kelangsungan hidup KPRI yang bersangkutan.

2. Price Harga adalah nilai pertukaran atas manfaat suatu produk (bagi konsumen maupun produsen) yang umumnya dinyatakan dalam satuan uang. Demikian juga Buchari (1992: 330) menegaskan bahwa variabel harga berjalan sejajar dengan kualitas produk. Apabila kualitas produk baik, maka konsumen akan berani membayar lebih tinggi.

79

Page 8: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

Dalam hal ini penelitian Yunus (1996) menyatakan bahwa harga mempunyai pengaruh paling besar terhadap keberhasilan bisnis supermarket di Ujung Pandang. Harga barang di supermarket umumnya lebih rendah sedikit dibandingkan dengan harga pasar, karena retail ini menjual dalam volume yang besar sehingga harga dapat ditekan, disamping itu pada waktu - waktu tertentu dan untuk barang barang tertentu dapat memberikan diskon. Pembelian di supermarket dilakukan secara tunai. Sedang di koperasi penetapan harga umumnya lebih tinggi dari pada harga pasar, karena volume penjualan sedikit sehingga biaya tidak dapat ditekan. Disamping itu pembelian umumnya dilakukan secara kredit. Berarti masalah pembelian secara kredit dan pelunasannya serta hubungannya dengan loyalitas pelanggan belum dibahas dalam penelitian Yunus (1996), oleh karena itu dibahas dalam penelitian ini. 3. Place Place merupakan variabel bauran pemasaran yang berupa lokasi. Place ini berkenaan dengan upaya penyampaian produk yang tepat ke tempat pasar target. Produk tidak ada artinya bagi pelanggan, apabila tidak tersedia pada saat dan tempat yang diinginkan. Masalah jarak pada penelitian Dellaert (1998) senada dengan penelitian ini yaitu jangkauan antara tempat tinggal konsumen dengan toko koperasi. Namun demikian penelitian Dellaert tidak mengungkap masalah sukar mudahnya transportasi menuju ke supermarket, disamping itu juga berbeda terhadap letak lokasi toko. Umumnya lokasi supermarket terdapat pada daerah daerah yang strategis, sedang toko koperasi berada dekat dengan tempat kerja anggota. Keberbedaan masalah ini, dikaji dalam penelitian ini guna mengetahui ada tidaknya perbedaan dan hubungan pemanfaatan lokasi dengan loyalitas anggota.

4. Promotion Menurut Payne (1993 : 151), promosi adalah alat yang digunakan perusahaan jasa untuk berkomunikasi dengan pasar sasaran. Promosi pada penelitian Collier (1991) ini menunjukkan berhasil yaitu pada pelayanan pengepakan/pembungkusan barang yang spesifik. Jelas hal ini memerlukan biaya yang relatif besar. Sedang dalam penelitian ini berbeda, promosi dilaksanakan oleh koperasi melalui informasi langsung (dalam rapat anggota atau komunikasi antar anggota) atau melalui brosur yang diberikan secara berkala yang biayanya relatif kecil. Dan juga melalui pemberian hadiah untuk barang - barang tertentu pada waktu tertentu serta melaksanakan pameran. Namun demikian ada yang perlu dicontoh dari hasil penelitian Collier (1991) dalam hal promosi dengan biaya yang relatif kecil, yaitu pemberian logo/cap pada pembungkus (tas plastik, kertas atau yang lain), dengan tujuan menunjukkan dan mengingatkan pelanggan tentang keberadaan perusahaan / koperasi yang bersangkutan. Hasil penelitian Mela (1998) ini justru menunjukkan konsumen memilih dan memanfaatkan promosi yang baik untuk menimbun barang, tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan, berarti konsumennya sudah bertindak profesional. Sedang promosi yang dikaji pada penelitian ini adalah promosi yang dilaksanakan oleh pengelola koperasi, untuk menarik pelanggan supaya kembali lagi berbelanja di koperasi. Dengan kata lain promosi dilaksanakan untuk mendukung dan meningkatkan loyalitas anggota. Jadi pelanggan di koperasi ini masih diberdayakan melalui promosi supaya selalu kembali membeli di koperasi.

5. Personal Traits

80

Page 9: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

Personal traits merupakan salah satu variabel bauran pemasaran yang terdiri dari pimpinan dan karyawan yang mempunyai kualifikasi pendidikan dan keahlian tertentu untuk memberikan jasa layanan dalam pemasaran bagi konsumen. Kualitas personal traits ini mempunyai pengaruh jangka panjang dalam memberikan jasa layanan yaitu cara bagaimana dapat meyakinkan konsumen untuk menjadi pelanggan. Personal traits dalam organisasi koperasi adalah pengurus, manajer dan karyawan yang langsung ikut dalam pengelolaan usaha pertokoan. Oleh karena itu personal traits koperasi mempunyai pengaruh jangka panjang dalam memberikan jasa layanan, sehingga diharapkan dapat mempertahankan loyalitas anggota sebagai pelanggan pada koperasinya sendiri. Dengan kata lain perlu dilaksanakan pelayanan yang interaktif, sehingga akan tercipta sense of belonging dan sense of ownership. Hasil penelitian Hidayati (1998) ini menunjukkan bahwa respon pramuniaga merupakan faktor terbesar yang dipertimbangkan anggota dalam berbelanja di koperasi. Hal ini senada dengan penelitian ini dalam mengkaji respon pramuniaga (personal traits). Namun bedanya dengan penelitian ini, penelitian Hidayati tidak mengestimasi sejauh mana perbedaan pertimbangan terhadap variabel personal traits tersebut dan pada indikator mana yang paling utama dipertimbangkan oleh anggota berbelanja ke koperasi. Demikian juga tidak mengkaji ada tidaknya hubungan antara respon pramuniaga dengan keputusan belanja di koperasi. Perlu diketahui bahwa pelayanan itu berpengaruh terhadap loyalitas anggota berbelanja di koperasi. Sedang baik buruknya pelayanan tergantung pada tingkat profesional pramuniaga. Oleh karena itu masalah pramuniaga perlu mendapat porsi untuk dikaji secara teliti dalam penelitian ini.

6. Physical Evidence Physical evidence merupakan salah satu variabel bauran pemasaran yang berupa tampilan fisik dari perusahaan/koperasi yang menunjukkan tempat dimana jasa diciptakan dan dimana pemberi jasa dan pelanggan berinteraksi. Contoh physical evidence: penampilan gedung, penampilan toko, penampilan brosur, interior toko, fasilitas toko, music sebagai back ground transaksi dan lain lain. Salah satu hasil penelitian Miller dan Kean (1997) menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap fasilitas retail lokal mempengaruhi perilaku belanja konsumen di retail tersebut. Demikian juga penelitian Astuti (1997) menunjukkan bahwa fasilitas berbelanja juga merupakan faktor yang dipertimbangkan pada urutan kedua bagi pelanggan berbelanja ke supermarket. Kedua penelitian tersebut senada dengan penelitian ini, yaitu dalam mengkaji fasilitas toko. Namun bedanya dalam penelitian ini fasilitas toko hanya merupakan salah satu indikator saja dari variabel tampilan fisik. Berarti indikator tampilan fisik yang lain belum dikaji. Disamping itu Miller dan Kean serta Astuti juga tidak mengestimasi ada tidaknya perbedaan serta hubungan antara penerapan tampilan fisik dengan loyalitas pelanggan. Oleh karena itu permasalahan yang belum dikaji oleh Miller dan Kean maupun Astuti, dikaji dalam penelitian ini. 7. Process Process menurut Payne (1993 : 168) diartikan sebagai tindakan menciptakan dan memberikan jasa pada pelanggan dan merupakan faktor penting dalam bauran pemasaran jasa, karena pelanggan jasa akan memandang sistem pemberian jasa tersebut sebagai bagian dari jasa itu sendiri. Hasil penelitian Astuti (1997) menunjukkan bahwa pelayanan merupakan faktor yang dipertimbangkan pada urutan ketiga bagi pelanggan dalam berbelanja ke supermarket. Demikian juga penelitian Sintani (1997) menunjukkan bahwa

81

Page 10: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

pelayanan merupakan faktor yang dipertimbangkan pada urutan kedua dalam pembelian rumah sederhana di Palangkaraya. Kajian pelayanan pada kedua penelitian tersebut, senada dengan penelitian ini karena pelayanan merupakan salah satu indikator variabel proses. Sedang bedanya dengan penelitian ini, kajian variabel proses mencakup tiga indikator, disamping itu juga dikaji tentang ada tidaknya perbedaan dan hubungan penerapan proses dengan loyalitas anggota. 8. Sisa hasil usaha Sisa hasil usaha yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah sisa hasil usaha yang diperoleh anggota dari jasa transaksi usaha pertokoan atau dengan kata lain sisa hasil usaha yang diperoleh dari jasa pembelian barang pada usaha pertokoan di koperasi yang bersangkutan. Penelitian Fachrurrozie, dkk. (1995/1996) ini menunjukkan adanya kotribusi yang nyata antara partisipasi anggota terhadap perolehan sisa hasil usaha di KUD. Permasalahan penelitian Fachrurrozie (1995/1996) senada dengan penelitian ini yaitu masalah perolehan SHU, namun bedanya dalam penelitian ini prestasi jasa yang diperoleh anggota (SHU) hanya dari salah satu unit usaha saja, yaitu usaha pertokoan.

2.4. Tingkat loyalitas pelanggan Loyalitas pelanggan diartikan sebagai kesetiaan pelanggan terhadap suatu perusahaan/koperasi yang telah menyediakan barang atau jasa (service) kepadanya. Sebelum penulis ketengahkan tentang tingkat loyalitas pelanggan, Tingkat loyalitas atau tangga loyalitas pelanggan (level of customer loyalty) merupakan klasifikasi konsumen didasarkan pada frekuensi (jumlah kedatangan atau berapa kali) pembelian dilakukan di suatu perusahaan/koperasi. Adapun model tingkat loyalitas pelanggan (level of loyalty customer), sebagai berikut:

Gambar 2. Model tingkat loyalitas pelanggan,

82

Clients

Prospects

First Time

Repe

at

AdvocatesPartners

Page 11: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

Sumber: Raphel and Raphel (dalam Kotler, 1997 : 48 - 49), diolah Sesuai dengan teori Raphel dan Raphel (dalam Kotler, 1997), tingkat loyalitas pelanggan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tiga kelompok sebagai berikut: a) kelompok sangat loyal (penggabungan dari client dan advocates), pada kelompok ini frekuensi pembelian anggota sebanyak 9 – 12 kali, b) kelompok loyal (repeat customers), pada kelompok ini frekuensi pembelian anggota sebanyak 3 – 8 kali, c) kelompok kurang loyal (first time customers), pada kelompok ini frekuensi pembelian anggota sebanyak 1 – 2 kali. 2.4.1. Mempertahankan loyalitas pelanggan Untuk mempertahankan dan meningkatkan loyalitas pelanggan diperlukan pemberian kepuasan pelanggan (customers satisfaction), dimana kepuasan pelanggan ini ditentukan oleh kebutuhan dan keinginan yang diterima (perceived performance) dibandingkan dengan harapan (expectation); rintangan pengalihan pemasok (switching barriers), usulan/saran/keluhan pelanggan (voice) dan hak serta kewajiban anggota (owners). Adapun model kepuasan dan loyalitas anggota/pelanggan yang diterapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 3. Model kepuasan dan loyalitas pelanggan, diolah Sumber: Fornell, (1992 : 12).

83

Expectations

PerceivedPerformance

Switching Barriers

Voice

Customers / OwnersSatisfaction

MembersLoyalty ofCooperative

OWNERS

Page 12: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

2.5. Kerangka Pikir Berdasarkan uraian pada latar belakang, landasan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka penulis sajikan kerangka pikir, sebagai berikut:

Gambar 4. Kerangka pikir

Berdasarkan kerangka pikir tersebut di atas, peneliti sajikan model pemikiran tentang variabel variabel yang diteliti dalam penelitian ini, sebagai berikut:

84

KOPERASI

KUD NON KUD ( KPRI )

SASARAN TUJUAN

USAHASIMPANPINJAM

USAHAPERTOKOAN

*PRODUCT*PRICE*PLACE*PROMOTION*PERSONAL TRAITS*PHYSICAL EVIDENCE*PROCESS

LOYALITAS ANGGOTA ( PELANGGAN )

USAHAJASA

AD dan ART

PASAL 33 UUD 1945

DEMOKRASI EKONOMI

UU KOPERASINO. 25 / 1992

PEMBAGIANSISA HASIL

USAHA

Page 13: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

Gambar 5. Model pemikiran variabel - variabel penelitian

2.6. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kelompok loyalitas anggota dalam memberikan persepsi terhadap penerapan bauran pemasaran yang terdiri dari variabel produk, harga, lokasi, promosi, personal traits, tampilan fisik dan proses serta variabel pembagian sisa hasil usaha dan 2) Ada korelasi yang signifikan antara tingkat kelompok loyalitas anggota dengan persepsi anggota terhadap penerapan bauran pemasaran yang terdiri dari variabel produk, harga, lokasi, promosi, personal traits, tampilan fisik dan proses serta variabel pembagian sisa hasil usaha.

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di Kotamadya Semarang, dan obyek penelitiannya adalah Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) di Kotamadya Semarang.

85

PRODUCT (X1)

PRICE (X2)

PLACE (X3)

PROCESS (X7)

PROMOTION (X4)

PERSONAL TRAITS (X5)

PHYSICAL EVIDENCE (X6)

PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA (X8)

LOYALITAS ANGGOTA / PELANGGAN (Y)

Page 14: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian3.2.1. Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota Koperasi Pegawai Republik Indonesia di Kotamadya Semarang yang koperasinya memenuhi kriteria, sebagai berikut: 1) mempunyai unit usaha pertokoan, 2) mempunyai karyawan minimal 2 (dua) orang, 3) volume usaha tahun buku 1998 lebih dari Rp 200.000.000,-, 4) jumlah anggota lebih dari 200 orang, 5) memperoleh badan hukum lebih dari 5 tahun, 6) melaksanakan rapat anggota tahunan secara berturut turut selama tiga tahun terakhir.

3.2.2. Populasi Target Penetapan populasi target dilakukan secara purposive, yaitu seluruh anggota yang melakukan pembelian barang - barang pada 12 Koperasi Pegawai Republik Indonesia di Kotamadya Semarang. Kriteria penetapan koperasinya sama dengan kriteria populasi penelitian, dan jumlah koperasinya ditentukan 55% secara random, terjaring 12 KPRI. Sedang kriteria anggota adalah anggota yang sudah melakukan pembelian barang di koperasi yang bersangkutan selama tahun 1998.

3.2.3. Sampel Penelitian Langkah langkah pengambilan sampel penelitian ini sebagai berikut:1) Penetapan jumlah anggota KPRI sebagai sampel, menggunakan pendekatan

Slovin (dalam Umar, 1997 : 49) sebagai berikut:

Tabel 2. Sampel penelitian anggota KPRI

NO. NAMA KPRI POPULASI ANGGOTA (orang)

SAMPEL

1. Saeko 261 62 Anggrek 227 53. Handayani 1.047 224. Tat Twan asi 343 75. Tulus Karya 607 126. Amal bakti 275 67. UNDIP 2.086 458. Bina Gatra 642 149. Bina Citra Husada 604 1410. Bahtera 240 511. Gemi 243 612. Warga Jaya 391 8

Total

6.966 150

Sumber: Kantor Dep. Koperasi Kotamadya Semarang tahun 1998, diolah

2) Penetapan sampel anggota KPRI dengan menggunakan teknik Stratified random sampling. Stratifikasi anggota KPRI dalam penelitian ini didasarkan pada tingkat loyalitas anggota yang meliputi kelompok sangat loyal, loyal dan kurang loyal. Penetapan kelompok kelompok loyalitas tersebut didasarkan pada frekwensi pembelian barang barang di koperasi selama tahun 1998. Adapun rincian frekuensi pembelian pada tingkat kelompok loyalitas anggota tersebut, sebagai berikut:

86

Page 15: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

a. Kelompok sangat loyal, dengan frekuensi pembelian 9 – 12 kali,b. Kelompok loyal, dengan frekuensi pembelian 3 – 8 kali,c. Kelompok kurang loyal, dengan frekuensi pembelian 1 – 2 kali.

Adapun rincian sampel per sub populasi atau per kelompok loyalitas anggota sebagai berikut:

Tabel 3. Perincian sampel per kelompok loyalitas anggota

NO

KELOMPOK LOYALITAS

SUB POPULASI (Ni)

NILAIFRACTION (f)

SAMPEL (n)

1. Sangat Loyal 748 0,107 16 2. Loyal 4.471 0,642 96 3. Kurang Loyal 1.747 0,251 38

Total 6.966 150Sumber: Data primer, diolah

Pada kelompok kelompok loyalitas anggota tersebut terdiri dari pegawai golongan I, II, III dan IV. Perbandingan golongan gaji I : II : III : IV adalah 1 : 3 : 4 : 2. Adapun jumlah responden didasarkan golongan gaji pegawai pada kelompok loyalitas anggota, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Jumlah responden didasarkan golongan gaji pegawai pada kelompok loyalitas anggota

KELOMPOK LOYALITAS

GOLONGAN GAJI TOTALI II III IV JUMLAH %

Sangat Loyal 3 5 4 4 16 10,67Loyal 7 33 47 9 96 64,00Kurang loyal 5 7 9 17 38 25,33 Total 15 45 60 30 150 100Sumber: Data primer, diolah

3.3. Variabel Penelitian

3.3.1. Identifikasi Variabel Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yang meliputi product, price, place, promotion, personal traits, physical evidence, process dan pembagian sisa hasil usaha, sedang variabel terikatnya adalah tingkat loyalitas anggota/pelanggan. Adapun penjabaran variabel variabelnya, sebagai berikut:

87

Page 16: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

Tabel 5. Identifikasi variabel penelitian

VARIABEL INDIKATOR SUMBER DATA

Skala

Product Jenis, kualitas, jumlah, penataan, penggolongan, dan pembungkusan barang

Primer Ordinal

Price Harga barang, potongan harga, pembelian kredit, pelunasan kredit, pembelian secara tunai

Primer Ordinal

Place Jarak tempat tinggal dengan toko, kemudahan transportasi, keputusan pembelian berdasarkan jarak, dekatnya toko dengan tempat kerja

Primer Ordinal

Promotion Promosi melalui media, informasi, hadiah dan pameran

Primer Ordinal

Personal Traits

Pengetahuan, respon, kecepatan pelayanan, penampilan, dan keramahan pramuniaga

Primer Ordinal

Physical Evidence

Desain, dekor, luas, penerangan, suhu udara, kebersihan, keamanan dan fasilitas toko

Primer Ordinal

Process Proses penawaran, pembelian, dan pelayanan Primer OrdinalPembagian sisa hasil usaha

Pembagian sisa hasil usaha dari pembelian barang barang di koperasi

Sekunder Rasio

Loyalitas anggota

Kepuasan anggota, rintangan pengalihan pemasok, usul/saran/ keluhan dan keanggotaan

Primer Ordinal

Tk.Loyalitasanggota

Frekwensi pembelian barang barang di koperasi selama tahun 1998

Sekunder Rasio

Sumber: Carthy dan Collier, 1991, diolah

3.4. Sumber dan Jenis Data Data primer diperoleh dari responden berdasarkan kuesioner yang diberikan, meliputi data bauran pemasaran yang terdiri dari variabel product, price, place, promotion, personal traits, physical evidence, process dan loyalitas anggota (expectation, perceived performance, switching barriers, voice dan owners). Sedang data sekunder diperoleh dari dokumen laporan keuangan tahunan koperasi yang bersangkutan tentang pembagian sisa hasil usaha dari pembelian barang, dan frekuensi pembelian yang dilakukan anggota untuk menentukan tingkat kelompok loyalitas anggota. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, oleh karena itu peneliti menggunakan teknik statistik dalam analisisnya.

3.5. Metoda Pengumpulan Data Metoda pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kuesioner, interview, observasi dan dokumentasi.

3.6. Penentuan Skala Pengukuran Penentuan skala pengukuran menggunakan skala tingkatan point (itemized rating scales) dalam bentuk skala likert, dimana jawaban untuk pertanyaan positif maupun negatif dibedakan atas empat skala. Contoh untuk menskor suatu pertanyaan: Bagaimana penilaian anda terhadap harga barang barang yang dijual di koperasi?

88

Page 17: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

Sangat Mahal Mahal Murah Sangat Murah

3.7. Validitas dan Reliabilitas Instrumen penelitian3.7.1. Uji Validitas instrumen Uji validitas dilaksanakan dengan dua sistem yaitu validitas isi (content validity) dan validitas kontruksi (construct validity). Menggunakan taraf siginifikansi 5%. Perhitungannya menggunakan program SPSS for MS Windows. Hasil uji validitas instrumen, baik untuk variabel - variabel bauran pemasaran maupun loyalitas anggota, menunjukkan semua item dalam masing masing variabel adalah valid, sebab besarnya P pada masing masing butir instrumen kurang dari 5%.

3.7.2. Uji Reliabilitas Instrumen Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan formula koefisien alpha dari Cronbach dan perhitungannya menggunakan program SPSS for MS Windows. Kriteria pengujian reliabilitas mengikuti pengujian yang digunakan Fernandes (1984) yang menyatakan bahwa reliabilitas suatu instrumen dapat diterima jika memiliki koefisien minimal 0,50. Hasil uji reliabilitas instrumen, baik untuk variabel - variabel bauran pemasaran maupun loyalitas anggota, menunjukkan koefisien reliabilitasnya lebih dari 0,50 berarti semua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berstatus reliabel atau andal.

3.8. Metoda Analisis Data Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS for MS Windows Release 7,5 dengan metoda sebagai berikut:1) Untuk pengujian hipotesis pertama dan kedua menggunakan metode Chi Square (Chi Kwadrad). 2) Bagi variabel - variabel yang diuji ternyata hasilnya mempunyai hubungan,

maka dilanjutkan dengan uji C (koefisien kontingensi). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antar variabel yang berasosiasi. Nilai C yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tingkat nilai keeratan hubungan dari Sugiyono (1997: 147) sebagai berikut:a) 0,80 – 1,000 berarti tingkat hubungan sangat kuat,b) 0,60 – 0,799 berarti tingkat hubungan kuat,c) 0,40 – 0,599 berarti tingkat hubungan sedang,d) 0,20 – 0,399 berarti tingkat hubungan rendah,e) 0,00 – 0,199 berarti tingkat hubungan sangat rendah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Diskripsi responden

Tabel 6. Diskripsi Responden

89

1 2 3 4

Page 18: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

NO. IDENTIFIKASI RESPONDEN

FREKUENSI TERBESAR

%

1. Golongan gaji III 40 2. Pendapatan Rp 250.000,- - Rp 499.999,- 44 3. Pendidikan S1 45,33 4. Usia 36 – 45 tahun 52 5. Jenis kelamin Laki - laki 71,33 6. Status perkawinan Sudah menikah 92,67 7. Status pekerjaan

suami/istria. Suami responden

bekerjab. Istri responden tidak

bekerja

25,18 52,52

8. Tanggungan keluarga 3 – 4 orang 60,67Sumber: data primer, diolah

4.2. Diskripsi variabel - variabel bauran pemasaran dan sisa hasil usaha

Tabel 7. Diskripsi variabel variabel bauran pemasaran dan sisa hasil usaha

NO. VARIABEL FREKUENSI INDIKATOR TERBESAR (PERINGKAT 3

dan 4)

%

1. Produk Pembungkusan 942. Harga Pembelian secara kredit 1003. Lokasi Kemudahan transportasi 91,404. Promosi Media 985. Personal Traits Keramahan pelayanan 91,306. Tampilan fisik Keamanan toko 1007. Proses Prosedur pelayanan 99,308. Sisa hasil usaha Penerimaan rendah 59,60

Sumber: data primer, diolah

4.3. Diskripsi variabel loyalitas anggota Loyalitas anggota ditentukan berdasarkan customer satisfactions (perbandingan antara expectation dengan perceived performance), switching barriers, voice dan owners. Pengelompokkannya dapat dilihat pada tabel ini:

90

Page 19: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

Tabel 8. Pengelompokkan loyalitas anggota

NO TINGKAT LOYALITAS

SKOR INTERVAL

GOLONGAN GAJI TOTALI II III IV %

1. Sangat Loyal 54 – 63 3 5 4 4 16 10,672. Loyal 44 – 53 7 33 47 9 96 64,003. Kurang Loyal 34 - 43 5 7 9 17 38 25,33 Total 15 45 60 30 150 100

Sumber: Data primer, diolah

Analisis hubungan antara persepsi penerapan bauran pemasaran dan pembagian sisa hasil usaha dengan tingkat loyalitas anggota pada KPRI di Kotamadya Semarang

4.4.1. Analisis perbandingan persepsi penerapan variabel produk pada tiga kelompok loyalitas anggota Tabel 9. Analisis perbandingan persepsi penerapan variabel produk pada tiga kelompok loyalitas anggota

NO.

INDIKATOR VARIABEL PRODUK

NILAI CHI SQUARE

(2)

P KETERANGAN

1. Jenis barang yg ditawarkan

21.831 0,000 Signifikan

2. Kualitas barang 28.420 0,000 Signifikan3. Jumlah barang 15.951 0,003 Signifikan4. Penataan barang 22.343 0,000 Signifikan5. Penggolongan barang 10.501 0,033 Signifikan 6. Pembungkusan barang 9.038 0.060 Tidak

signifikan

Perbedaan persepsi penerapan variabel produk dengan indikator jenis, kualitas, jumlah, penataan dan penggolongan barang oleh tiga kelompok loyalitas anggota itu, karena pada masing masing kelompok loyalitas tersebut terdapat perbedaan pada: 1) golongan gaji, 2) jumlah pendapatan, 3) tingkat pendidikan, 4) jumlah tanggungan keluarga, 5) istri anggota yang bekerja dan yang tidak bekerja (sesuai diskripsi responden). Hal ini berpengaruh terhadap banyak sedikitnya jumlah pembelian baik jenis, kualitas maupun jumlahnya dan tingkat pendidikan responden cenderung berpengaruh terhadap penilaian penataan dan penggolongan barang. Sedang persepsi penerapan terhadap indikator pembungkusan, sementara ini dianggap sama oleh tiga kelompok loyalitas anggota tersebut, karena ada penilaian yang sama terhadap fungsi pembungkusan dan dianggap sudah memenuhi kebutuhan serta keinginan anggota. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan, berarti pula menunjukkan adanya korelasi antara variabel tingkat loyalitas anggota dengan variabel produk. Keeratan hubungan kedua variabel tersebut, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 10. Hubungan antara persepsi penerapan variabel produk dengan tingkat kelompok loyalitas anggota

91

Andi, 01/03/-1,
Page 20: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

NO. INDIKATOR VARIABEL PRODUK

KOEFISIEN KORELASI

P KETERANGANSIGNIFIKANSI HUBUNGAN

1. Jenis barang 0,316 0,000 Signifikan Rendah2. Kualitas barang 0,359 0,000 Signifikan Rendah3. Jumlah barang 0,238 0,003 Signifikan Rendah4. Penataan barang 0,137 0,096 Tidak signifikan Sangat rendah5. Penggolongan barang 0,124 0,131 Tidak signifikan Sangat rendah6. Pembungkusan barang 0,118 0,151 Tidak signifikan Sangat rendah

4.4.2. Analisis perbandingan persepsi penerapan variabel harga pada tiga kelompok loyalitas anggota

Tabel 11. Analisis perbandingan persepsi penerapan variabel harga pada tiga kelompok loyalitas anggota

NO. INDIKATOR VARIABEL HARGA

NILAI CHI SQUARE (2)

P KETERANGAN

1. Harga barang 21.116 0,000 Signifikan2. Potongan harga 37.755 0,000 Signifikan3. Pembelian secara kredit 28.333 0,000 Signifikan4. Pelunasan pembelian kredit 39.550 0,000 Signifikan5. Pembelian secara tunai 14.875 0,001 Signifikan

Perbedaan persepsi terhadap penerapan variabel harga dengan indikator harga barang, potongan harga, pembelian secara kredit, pelunasan pembelian secara kredit dan pembelian secara tunai oleh ketiga kelompok loyalitas anggota tersebut, karena masing masing kelompok mempunyai perbedaan pada: 1) golongan gaji, 2) pendapatan, 3) tanggungan keluarga dan 4) selera. Perbedaan kondisi tersebut berpengaruh terhadap penilaian harga barang yang ditawarkan, kecenderungan mendapat potongan harga, kecenderungan membeli secara kredit dan kecenderungan membeli secara tunai. Dalam hal ini variabel harga sangat dipertimbangkan anggota, karena erat hubungannya dengan pembelian secara kredit. Umumnya anggota cenderung memutuskan pembelian ke koperasi, walau harga barangnya banyak yang melebihi harga pasar, karena pembayarannya dapat diangsur, proses pembeliannya dinilai mudah (91,3%), dan toko koperasi dinilai dekat dengan tempat kerja (57,3%), disamping itu akhir tahun buku akan mendapat pembagian sisa hasil usaha. Berarti ada hubungan antara variabel harga dengan lokasi, proses pembelian dan pembagian sisa hasil usaha. Kecenderungan pembelian secara kredit sementara ini, karena ada asumsi bahwa boleh membeli secara kredit, berarti masih dipercaya maka harus dimanfaatkan dan uang tunai yang dimiliki anggota dapat digunakan untuk kepentingan yang lain. Hal ini termasuk tindakan mendukung dan mempertahankan loyalitas anggota. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan, berarti juga menunjukkan adanya korelasi antara variabel harga dengan variabel tingkat loyalitas anggota.

Tabel 12. Hubungan antara persepsi penerapan variabel harga dengan tingkat kelompok loyalitas anggota

92

Andi, 01/03/-1,
Page 21: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

NO. INDIKATOR VARIABELHARGA

KOEFISIEN KORELASI

P KETERANGANSIGNIFIKANSI HUBUNGAN

1. Harga barang 0,345 0,000 Signifikan Rendah2. Potongan harga 0,457 0,000 Signifikan Sedang3. Pembelian secara kredit 0,407 0,000 Signifikan Sedang4. Pelunasan pembel. kredit 0,489 0,000 Signifikan Sedang5. Pembelian secara tunai 0,304 0,000 Signifikan Rendah

4.4.3. Analisis perbandingan persepsi penerapan variabel lokasi pada tiga kelompok loyalitas anggota

Tabel 13. Analisis perbandingan persepsi penerapan variabel lokasi pada tiga kelompok loyalitas anggota

NO. INDIKATOR VARIABEL LOKASI

NILAI CHI SQUARE (2)

P KETERANGAN

1. Jarak tempat tinggal dg toko 16.237 0,013 Signifikan2. Kemudahan transportasi 38.138 0,000 Signifikan3. Kep. pembelian karena jarak 65.046 0,000 Signifikan4. Toko dekat dg tempat kerja 45.619 0,000 Signifikan

Perbedaan pemberian persepsi terhadap penerapan variabel lokasi dengan indikator jarak, transport, keputusan pembelian berdasarkan jarak dan dekatnya toko dengan tempat kerja oleh ketiga kelompok loyalitas tersebut, karena masing masing anggota kelompok loyalitas tersebut mempunyai perbedaan dalam: 1) golongan gaji, 2) pendapatan, 3) penggunaan dan pemilikan sarana transportasi, 4) jumlah waktu yang luang/kesempatan untuk berbelanja. Perbedaan penggunaan dan pemilikan sarana transportasi serta waktu luang ini, berpengaruh terhadap keputusan anggota untuk berbelanja di koperasi, karena akan menyangkut biaya transportasi yang harus dikeluarkan dan waktu yang harus diadakan untuk berbelanja di koperasi (mengingat tempat tinggal anggota 72,7% jauh dari toko koperasi). Oleh karena itu dekatnya lokasi toko dengan tempat kerja akan mendukung keputusan anggota berbelanja di koperasi sehingga dapat menghemat biaya dan efisiensi waktu serta kemudahan proses pembelian. Hal ini mengingat bahwa pelaksanaan belanja umumnya dilaksanakan pada waktu istirahat atau setelah jam kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan, berarti juga menunjukkan adanya korelasi antara persepsi penerapan variabel lokasi dengan tingkat kelompok loyalitas anggota. Keeratan hubungannya sebagai berikut ini:

Tabel 14. Hubungan antara persepsi penerapan variabel lokasi dengan tingkat kelompok loyalitas anggota

NO. INDIKATOR VARIABELLOKASI

KOEFISIEN KORELASI

P KETERANGANSIGNIFIKANSI HUBUNGAN

1. Jarak tempt tinggal dg toko 0,257 0,002 Signifikan Rendah2. Kemudahan transportasi 0,386 0,000 Signifikan Rendah3. Kep. pembelian krn. jarak 0,421 0,000 Signifikan Sedang

93

Andi, 01/03/-1,
Page 22: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

4. Toko dekat dg tempt kerja 0,489 0,000 Signifikan Sedang

4.4.4. Analisis perbandingan persepsi penerapan variabel promosi pada tigakelompok loyalitas anggota

Tabel 15. Analisis perbandingan persepsi penerapan variabel promosi pada tiga kelompok loyalitas anggota

NO. INDIKATOR VARIABEL

PROMOSINILAI

CHI SQUARE (2)P KETERANGAN

1. Promosi melalui media 15.983 0,003 Signifikan2. Promosi melalui informasi 64.106 0,000 Signifikan3. Promosi dengan hadiah 46.459 0,000 Signifikan4. Promosi dengan pameran 40.832 0,000 Signifikan

Perbedaan persepsi penerapan variabel promosi dengan indikator media, informasi, hadiah dan pameran oleh tiga kelompok loyalitas anggota tersebut, karena masing masing anggota pada kelompok loyalitas tersebut mempunyai perbedaan dalam:1) tingkat pendidikan, 2) kesempatan/waktu luang untuk menanggapi promosi yang dilakukan koperasi. Perbedaan ini dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian, berarti juga berpengaruh terhadap banyak sedikitnya jumlah pembelian, dengan demikian berpengaruh pula terhadap loyalitas anggota. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan, berarti juga menunjukkan adanya korelasi antara persepsi penerapan variabel promosi dengan variabel tingkat kelompok loyalitas anggota. Keeratan hubungannya sebagai berikut:

Tabel 16. Hubungan antara persepsi penerapan variabel promosi dengan tingkat kelompok loyalitas anggota

NO.

INDIKATOR VARIABELPROMOSI

KOEFISIEN KORELASI

P KETERANGANSIGNIFIKANSI HUBUNGAN

1. Promosi melalui media 0,269 0,001 Signifikan Rendah2. Promosi melalui informasi 0,568 0,000 Signifikan Sedang3. Promosi melalui hadiah 0,394 0,000 Signifikan Rendah4. Promosi melalui pameran 0,453 0,000 Signifikan Sedang

4.4.5. Analisis perbandingan persepsi penerapan variabel personal traits pada tiga kelompok loyalitas anggota

Tabel 17. Analisis perbandingan persepsi penerapan variabel personal traits pada tiga kelompok loyalitas anggota

NO. INDIKATOR VARIABEL PERSONAL TRAITS

NILAI CHI SQUARE (2)

P KETERANGAN

1. Pengetahuan pramuniaga 4.462 0,347 Tidak signifikan2. Respon pramuniaga 7.742 0,102 Tidak signifikan

94

Andi, 01/03/-1,
Andi, 01/03/-1,
Page 23: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

3. Kecepatan pelayanan 24.494 0,000 Signifikan4. Penampilan pramuniaga 16.984 0,002 Signifikan5. Keramahan pramuniaga 2.931 0,569 Tidak signifikan

Hasil analisis tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan ini, karena ketiga kelompok loyalitas tersebut mempunyai kesamaan atau keseimbangan dalam penilaian terhadap pengetahuan, respon dan keramahan pramuniaga. Terbukti rata rata nilai kesamaan itu sebesar 86,9%. Dengan kata lain anggota sudah mendapatkan kesesuaian pelayanan dari ketiga indikator tersebut. Sedang hasil penelitian terhadap variabel personal traits dengan indikator kecepatan pelayanan dan penampilan pramuniaga menunjukkan ada perbedaan, karena pada kelompok kelompok loyalitas anggota tersebut mempunyai perbedaan penilaian pada: 1) tingkat profesional pramuniaga, 2) penampilan pramuniaga. Terbukti anggota yang mendapat pelayanan secara cepat 74% dan yang mendapat pelayanan lambat 26% serta yang menilai pramuniaga berpenampilan menarik 48% sedang yang tidak menarik 52%.

Tabel 18. Hubungan antara persepsi penerapan variabel personal traits dengan tingkat kelompok loyalitas anggota

NO.

INDIKATOR VARIABELPERSONAL TRAITS

KOEFISIEN KORELASI

P KETERANGANSIGNIFIKANSI HUBUNGAN

1. Pengetahuan pramuniaga 0,165 0,044 Tidak signifikan Sangat rendah2. Respon pramuniaga 0,211 0,010 Signifikan Rendah3. Kecepatan pelayanan pram 0,388 0,000 Signifikan Rendah4. Penampilan pramuniaga 0,267 0,001 Signifikan Rendah5. Keramahan pramuniaga 0,054 0,515 Tidak signifikan Sangat rendah

Sumber: Lampiran 5.Hasil penelitian ini mendukung penelitian Hidayati (1998), Yunus (1996) dan Collier (1991).4.4.6. Analisis perbandingan persepsi penerapan variabel tampilan fisik pada tiga kelompok loyalitas anggota

Tabel 19. Analisis perbandingan persepsi penerapan variabel tampilan fisik pada tiga kelompok loyalitas anggota

NO

INDIKATOR VARIABEL

TAMPILAN FISIK

NILAI CHI SQUARE

(2)

P KETERANGAN

1. Desain toko 25.603 0,000 Signifikan2. Dekor toko 26.098 0,000 Signifikan3. Luas ruangan toko 46.627 0,000 Signifikan4. Penerangan toko 6.006 0,199 Tidak

signifikan5. Suhu udara toko 48.183 0,000 Signifikan 6. Kebersihan toko 28.025 0,000 Signifikan7. Keamanan toko 3.074 0,215 Tidak

signifikan8. Fasilitas toko 21.516 0,001 Signifikan

95

Andi, 01/03/-1,
Page 24: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

Perbedaan persepsi penerapan variabel tampilan fisik pada indikator desain, dekor dan kebersihan terjadi, karena masing masing kelompok loyalitas anggota tersebut mempunyai perbedaan selera dalam hal seni, tingkat pendidikan dan kepribadian. Sedang perbedaan persepsi terhadap penerapan indikator luas dan suhu udara ruangan toko, dipengaruhi banyak sedikitnya jumlah pembeli dan banyak sedikitnya masyarakat yang memanfaatkan koperasi yang bersangkutan. Demikian juga perbedaan persepsi terhadap penerapan indikator fasilitas toko, dipengaruhi banyak sedikitnya fasilitas yang dibutuhkan anggota sewaktu berbelanja. Sedang persepsi terhadap penerapan indikator penerangan dan keamanan tidak ada perbedaan, karena saat ini masalah penerangan dan keamanan dalam berbelanja di koperasi sudah dianggap sesuai dengan kebutuhan anggota. Hasil analisis yang menunjukkan adanya perbedaan, berarti juga menunjukkan adanya korelasi antara persepsi penerapan variabel tampilan fisik dengan tingkat kelompok loyalitas anggota. Keeratan hubungannya sebagai berikut:

Tabel 20. Hubungan antara persepsi penerapan variabel tampilan fisik dengan tingkat kelompok loyalitas anggota

INDIKATOR VARIABELTAMPILAN FISIK

KOEFISIEN KORELASI

P KETERANGAN

SIGNIFIKANSI HUBUNGANDesain toko 0,017 0,840 Tidak signifikan Sangat rendah

Dekor toko 0,278 0,001 Signifikan Rendah

Luas ruangan toko 0,121 0,141 Tidak signifikan Sangat rendah

Penerangan toko 0,033 0,692 Tidak signifikan Sangat rendah

Suhu udara toko 0,002 0,984 Tidak signifikan Sangat rendah

Kebersihan toko 0,111 0,176 Tidak signifikan Sangat rendah

Keamanan toko 0,106 0,198 Tidak signifikan Sangat rendah

Fasilitas toko 0,065 0,431 Tidak signifikan Sangat rendah

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Hidayati (1998) dan Astuti (1997), namun berbeda dengan penelitian Collier (1991).

4.4.7. Analisis perbandingan persepsi penerapan variabel proses pada tiga kelompok loyalitas anggota

Tabel 21. Analisis perbandingan persepsi penerapan variabel proses pada tiga kelompok loyalitas anggota

N INDIKATOR NILAI P KETERANGA

96

Page 25: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

O VARIABEL PROSES CHI SQUARE (2)

N

1. Proses penawaran 65.725 0,000 Signifikan2. Proses pembelian 20.598 0,000 Signifikan3. Proses pelayanan 44.077 0,000 Signifikan

Perbedaan persepsi terhadap penerapan variabel proses dengan indikator penawaran, pembelian dan pelayanan oleh tiga kelompok loyalitas anggota tersebut, karena masing masing kelompok loyalitas anggota itu mempunyai standard penilaian sendiri terhadap prosedur transaksi di koperasi. Perbedaan persepsi ini didasari oleh perbedaan latar belakang dan tingkat pendidikan anggota, disamping itu juga perbedaan golongan gaji dan pendapatan anggota. Hasil analisis ini menunjukkan adanya perbedaan, berarti juga menunjukkan adanya korelasi antara persepsi penerapan variabel proses dengan tingkat kelompok loyalitas anggota. Keeratan hubungan sebagai berikut:

Tabel 22. Hubungan antara persepsi penerapan variabel proses dengan tingkat kelompok loyalitas anggota

INDIKATOR VARIABELPROSES

KOEFISIEN KORELASI

P KETERANGAN

SIGNIFIKANSI HUBUNGANProses penawaran 0,505 0,000 Signifikan Sedang

Proses pembelian 0,116 0,075 Tidak signifikan Sangat rendah

Proses pelayanan 0,365 0,000 Signifikan Rendah

Sumber: Lampiran 7.

4.4.8. Analis perbandingan persepsi penerapan variabel pembagian sisa hasil usaha pada tiga kelompok loyalitas anggota

Tabel 23. Analisis perbandingan persepsi penerapan variabel pembagian sisa hasil usaha pada tiga kelompok loyalitas anggota

NO INDIKATOR VARIABEL SISA HASIL USAHA

NILAI CHI SQUARE (2)

P KETERANGAN

1. Sisa hasil usaha 75.703 0,000 Signifikan

Perbedaan persepsi penerapan variabel pembagian sisa hasil usaha oleh tiga kelompok loyalitas anggota itu, karena masing masing kelompok loyalitas anggota tersebut mempunyai perbedaan jumlah penerimaan sisa hasil usaha. Perbedaan jumlah penerimaan sisa hasil usaha ini tergantung pada tinggi rendahnya aktifitas atau prestasi jasa anggota dalam pembelian barang. Disamping itu adanya perbedaan kebijakan penentuan jumlah (%) bagian sisa hasil usaha untuk jasa pembelian anggota. Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan, berarti juga menunjukkan ada korelasi antara persepsi penerapan variabel pembagian sisa hasil usaha dengan tingkat kelompok loyalitas anggota. Adapun keeratan hubungannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

97

Andi, 01/03/-1,
Andi, 01/03/-1,
Page 26: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

Tabel 24. Hubungan antara persepsi penerapan variabel pembagian sisa hasil usaha dengan tingkat kelompok loyalitas anggota

NO. INDIKATOR VARIABELSISA HASIL USAHA

KOEFISIEN KORELASI

P KETERANGANSIGNIFIKANSI HUBUNGAN

1. Sisa hasil usaha 0,535 0,000 Signifikan Sedang

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Fachrurrozie, dkk. (1995/1996). Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan tersebut di atas, maka rangkuman hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 25. Rangkuman hasil penelitian

NO VARIABEL INDIKATOR KETERANGAN HIPOTESISSIGNIFIKANSI PERBEDAAN

1. Produk a. Jenis, kualitas, jml. Penataan, penggol.

Signifikan Ada perbedaan Diterima

b. Pembungkusan Tidak signifikan Tidak ada perbedaan

Ditolak

2. Harga Hrg.brg.,pot.Hrg.,kredit, pelunasan kredit, pembelian tunai

Signifikan Ada perbedaan Diterima

3. Lokasi Jarak, transport., kep.beli berdasar jarak, toko dekat tempat kerja

Signifikan Ada perbedaan Diterima

4. Promosi Media, info, hadiah,pameran

Signifikan Ada perbedaan Diterima

5. Personal traits

a. Pengetahuan, res- pon, keramahan

Tidak signifikan Tidak ada perbedaan

Ditolak

b. Kecepatan pelayan an, penampilan

Signifikan Ada perbedaan Diterima

6. Tampilan fisik

a. Desain, dekor,luas, suhu, kebersihan, fasilitas toko

Signifikan Ada perbedaan Diterima

b. Penerangan, keamanan

Tidak signifikan Tidak ada perbedaan

Ditolak

7. Proses Penawaran, pembeli-an, pelayanan

Signifikan Ada perbedaan Diterima

8. PembagianSHU

Signifikan Ada perbedaan Diterima

Sumber: Lampiran 1 - 8. Berdasarkan rangkuman hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan, bahwa hipotesis yang berbunyi ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kelompok loyalitas anggota dalam memberikan persepsi terhadap penerapan bauran pemasaran yang terdiri dari variabel produk, harga, lokasi, promosi, personal traits, tampilan fisik dan proses serta variabel pembagian sisa hasil usaha di KPRI Kotamadya Semarang, diterima. Demikian juga hipotesis yang berbunyi ada korelasi yang signifikan antara tingkat kelompok loyalitas anggota dengan persepsi anggota terhadap penerapan bauran pemasaran yang terdiri dari variabel produk, harga,

98

Page 27: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

lokasi, promosi, personal traits, tampilan fisik dan proses serta variabel pembagian sisa hasil usaha di KPRI Kotamadya Semarang, diterima. Dengan demikian tujuan penelitian ini terpenuhi yaitu mengetahui bahwa hasil penelitian ini secara keseluruhan menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kelompok loyalitas anggota dalam memberikan persepsi terhadap penerapan bauran pemasaran yang terdiri dari variabel produk, harga, lokasi, promosi, personal traits, tampilan fisik dan proses serta variabel pembagian sisa hasil usaha di KPRI Kotamadya Semarang. Demikian juga diketahui ada korelasi yang signifikan antara tingkat kelompok loyalitas anggota dengan persepsi anggota terhadap penerapan bauran pemasaran yang terdiri dari variabel produk, harga, lokasi, promosi, personal traits, tampilan fisik dan proses serta variabel pembagian sisa hasil usaha di KPRI Kotamadya Semarang. Secara keseluruhan hasil analisis ini sesuai dengan teori atau model perilaku konsumen dari Kotler (1995) dan Berkowitz et al., (1992) yang menyatakan bahwa variabel - variabel bauran pemasaran dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian barang atau jasa. Bauran pemasaran jasa yang variabel - variabelnya meliputi produk, harga, lokasi, promosi, personal traits, tampilan fisik dan proses merupakan perangsang dalam penjualan.

KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan Karakteristik anggota yang berbelanja di KPRI Kotamadya Semarang,

mayoritas adalah pegawai negeri golongan II dan III, berpendapatan antara Rp 250.000,- - Rp 499.999,-, berpendidikan SMU dan S1, berusia antara 25 – 45 tahun, jenis kelamin laki laki, status sudah menikah, istri anggota sebagian besar tidak bekerja dan tanggungan keluarga antara 3 – 4 orang. Adapun tingkatan kelompok loyalitas anggota meliputi sangat loyal, loyal dan kurang loyal.

Berdasarkan analisis diskriptif, diketahui bahwa penilaian atau persepsi anggota terhadap penerapan variabel - variabel bauran pemasaran menunjukkan indikator utama yang dipertimbangkan meliputi: a) produk pada indikator pembungkusan, b) harga pada indikator pembelian secara kredit, c) lokasi pada indikator kemudahan transportasi, d) promosi pada indikator media, e) personal traits pada indikator keramahan pramuniaga, f) tampilan fisik pada indikator keamanan dan g) proses pada indikator pelayanan. Sedang pada variabel pembagian sisa hasil usaha umumnya anggota masih menerima dalam jumlah yang rendah.

Berdasarkan analisis chi square menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara tingkat kelompok loyalitas anggota dalam memberikan persepsi terhadap penerapan bauran pemasaran yang meliputi variabel sebagai berikut: a) produk dengan indikator jenis, kualitas, jumlah, penataan, penggolongan, b) harga dengan indikator harga barang, potongan harga, pembelian secara kredit, pelunasan, pembelian secara tunai, c) lokasi dengan indikator jarak, kemudahan transportasi, keputusan membeli berdasarkan jarak, dekatnya toko dengan tempat kerja, d) promosi dengan indikator media, informasi, hadiah, pameran, e) personal traits dengan indikator kecepatan pelayanan, penampilan pramuniaga, f) tampilan fisik dengan indikator desain, dekor, luas, suhu udara, kebersihan, fasilitas toko, g) proses dengan indikator penawaran, pembelian, pelayanan di KPRI Kotamadya Semarang. Sedang yang menunjukkan tidak ada perbedaan adalah variabel a) produk dengan indikator pembungkusan, b) personal traits dengan indikator pengetahuan, respon dan keramahan pramuniaga, c) tampilan fisik dengan indikator penerangan dan

99

Page 28: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

keamanan. Demikian juga perbedaan yang signifikan antara tingkat kelompok loyalitas anggota dalam memberikan persepsi terhadap penerapan variabel pembagian sisa hasil usaha di KPRI Kotamadya Semarang.

Hasil penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan, berarti juga menunjukkan adanya korelasi antara tingkat kelompok loyalitas anggota dengan persepsi anggota terhadap penerapan bauran pemasaran dan pembagian sisa hasil usaha di KPRI Kotamadya Semarang. Keeratan hubungan antara persepsi penerapan variabel – variabel bauran pemasaran beserta indikatornya dengan tingkat kelompok loyalitas anggota pada umumnya menunjukkan rendah dan sangat rendah. Sedang yang menunjukkan keeratan hubungannya pada tingkat sedang yaitu variabel: a) harga dengan indikator potongan harga, pembelian secara kredit dan pelunasannya, b) lokasi dengan indikator keputusan membeli berdasarkan jarak dan dekatnya toko dengan tempat kerja, c) promosi dengan indikator informasi dan pameran, d) proses dengan indikator penawaran, dan e) variabel pembagian sisa hasil usaha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi keeratan hubungan kedua variabel tersebut, maka menunjukkan semakin loyalnya anggota terhadap koperasi, sedang semakin rendah keeratan hubungan kedua variabel tersebut, maka menunjukkan semakin kurang loyalnya anggota terhadap koperasi.

2. Saran-saran

Bagi pengelola KPRI1. Perlu ditingkatkan tindakan mempertahankan dan meningkatkan loyalitas

anggota. Karena dengan meningkatkan loyalitas anggota akan mendukung peningkatan volume usaha berarti juga mendukung kontinyuitas kehidupan koperasi. Caranya antara lain melalui: a) Dialog dengan anggota dan calon anggota, b) Komunikasi purna jual, c) Pendidikan tentang perkoperasian yang dilakukan secara berkala.

2. Perlu meningkatkan jumlah anggota, terutama anggota dari pegawai golonganIV yang jumlahnya masih sedikit. Mengingat golongan ini jika dapat direkrut, akan menjadi anggota yang potensial untuk meningkatkan usaha koperasi.

3. Peningkatan penerapan variabel bauran pemasaran sesuai dengan kebutuhan dan kinginan anggota untuk mempertahankan dan meningkatkan loyalitas anggota.

4. Perlu meningkatkan jumlah pembagian sisa hasil usaha, disesuaikan dengan prestasi jasa anggota dalam pembelian barang baik yang secara kredit maupun tunai.

5. Pengelola sebaiknya melakukan kegiatan pemasaran (misal mendirikan cabang cabang pertokoan) sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing - masing kelompok terhadap bauran pemasaran tersebut. Hal ini mengingat bahwa mendirikan suatu koperasi itu, didasarkan pada kepentingan yang sama dari anggota - anggotanya.

Bagi instansi terkait1. Bagi Kantor Departemen Koperasi Kodya Semarang, lebih intensif dalam

memberikan pembinaan supaya lebih memajukan usaha pertokoan koperasi. 2. Bagi Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI) lebih intensif dalam

menggalang kemitrausahaan antar KPRI, pemupukan modal untuk meningkatkan usaha koperasi, dan lain lain.

100

Page 29: Bauran Pemasraan Dan Shu Koperasi

DAFTAR PUSTAKA

Collier,David A. (1991) New Marketing Mix – Stresses Service. The Journal of Business Strategy, March/April, 1 – 4.

Dellaert, Benedict G.C., Theo A. Arentze, Michel Bierlaire, Aloys W.J. Borrgers dan Harry J.P. Timmermans. (1998) Investigating Consumers Tedency to Combine Multiple Shopping Purpose and Destinations. Journal of Marketing Research, Vol. XXXV, May, 177 – 188.

Fornell, Claes. (1992) A National Customer Satisfaction Barometer: The Swedish Experience. The Journal of Marketing. Vol. 56, January, 6 – 21.

Goni, Roy. (1995) Value Creation; Strategi Memuaskan Pelanggan: Menuntut Disiplin dan Komitmen. Usahawan NO. 06 TH XXIV , Juni, 72.

Gramedia Management Action guides. (1996) Membangun Loyalitas Pelanggan (Creating Customer Loyalty). PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Hanel, alfred. (1985) Basic Aspect of Cooperative Organization and Policies for Their Promotion In Developing Countries. Marburg – Bandung.

Hendrojogi. (1998) Koperasi – Azas Azas, Teori dan Praktek. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Kotler, Philip. (1997) Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation and Control. 9 th Edition. Printice Hall International, Inc. Upper Saddle River: New Yersey 07458.

Mela, Carl F., Kamel Jedidi and Douglas Bowman. (1998) The long term Impact of Promotions on Consumer Stockpiling Behavior. Journal of Marketing Research, Vol. XXXV, May, 250 – 262.

Miller, N.J. and Kean. (1997) Factors Contributing To In Shopping Behaviour In Rural Trade Areas: Implications For Local Retailers. The Journal of Small Business Management, 44 – 80.

Munkner, Hans H. (1987) Ten Lectures On Cooperative Law. Alih bahasa: Abdulkadir Muhamad. Alumni: Bandung.

Mursid, M. (1997) Manajemen Pemasaran. Budi aksara dan Pusat antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.

Nurdin, Bahri. (1998) Upaya penyempurnaan (Reformasi) Lembaga Ekonomi Koperasi Dalam Memasuki Era Ekonomi Pasar. Usahawan, NO. 07 TH XXVII Juli, 11 – 17.

Pawitra, Teddy. (1996) Sistim Pemasaran Jasa Menjelang Era Tahun 2000 Keunggulan Daya Saing Berkelanjutan. Management Usahawan Indonesia, Edisi No. 06 Th XXIV Juni 1995, 40 – 43.

Payne, Andrian. (1993) The Essence of Service marketing. Printice hall International (UK) Ltd.

Schiffman, Leon G & Kanuk, Leslie Lazar. (1998) Consumer Behaviour: Concept and Aplication. Sixth Edition, Prentice Hall International, Inc.

Sinaga, Hotbonar. (1996) Memenangkan Persaingan Melaui Strategi 9 P. Usahawan, NO. 1 TH XXVI, Januari, 29 – 30.

101