eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6805/1/artikel barning.docx · Web viewARTIKEL PENDIDIKAN...
Transcript of eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/6805/1/artikel barning.docx · Web viewARTIKEL PENDIDIKAN...
ARTIKEL PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA
TAHUN 2016
PENGARUH KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI MATA-KAKI TERHADAP KETERAMPILAN
SEPAKSILA SISWA MA IZZATUL MA’ARIF TAPPINA KAB. POLMAN
TAUFIK
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
ABSTRAK
Taufik. 2016. Pengaruh Kekuatan Otot Tungkai, Keseimbangan Dan Koordinasi Mata-Kaki Terhadap Keterampilan Sepaksila Siswa MA Izzatul Ma’arif Tappina Kab. Polman ( Dibimbing oleh Dr. Jamaluddin. dan Dr.Ramli, M.Pd.)
Salah satu faktor terpenting dalam pencapaian prestasi pada siswa dalam cabang olahraga sepaktakraw adalah dengan memiliki kondisi fisik yang dapat menunjang keterampilan khususnya keterampilan sepaksila dalam permainan sepaktakraw. Kekuatan otot tungkai yang baik sangat dibutuhkan pada saat kaki yang menjadi tumpuan atau penopang seluruh berat badan, keseimbangan juga di butuhkan pada saat melakukan keterampilan sepaksila dan koordinasi mata-kaki sangat berperan sebelum sesaat melakukan sepakan dalam permainan sepaksila.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik analisis jalur ( Path Analysis). Populasinya adalah siswa MA Izzatul Ma’arif Tappina Kab.Polman, yang totalnya sebanyak 30 orang. Teknik penentuan sampelnya adalah sampling purposive. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskritif dan analisis jalur dengan bantuan program komputer SPSS 16.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Siswa MA Izzatul Ma’arif Tappina Kab.Polman memiliki kekuatan otot tungkai berpengaruh secara langsung terhadap koordinasi mata-kaki sebesar 46,64%. (2) Keseimbangan berpengaruh langsung terhadap koordinasi mata-kaki sebesar 30,17%. (3) Kekuatan otot tungkai berpengaruh secara langsung terhadap keterampilan sepaksila sebesar 21,90%. (4) Keseimbangan berpengaruh langsung terhadap keterampilan sepaksila sebesar 5,38%. (5) Koordinasi mata-kaki berpengaruh secara langsung terhadap keterampilan sepaksila sebesar 42,38%. (6) Kekuatan otot tungkai berpengaruh terhadap keterampilan sepaksila melalui koordinasi mata-kaki 29,57%. (7) Keseimbangan berpengaruh terhadap keterampilan sepaksila melalui koordinasi mata-kaki 13,21%.
Kata Kunci : Kekuatan Otot Tungkai, Keseimbangan, Koordinasi Mata-Kaki, Keterampilan Sepaksila.
PENDAHULUAN
Pembinaan olahraga sepaktakraw sudah merupakan bagian integral dari
pembinaan bangsa dan pembangunan nasional kita. Sesuai dengan anjuran
pemerintah untuk memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat,
maka kegiatan olahraga di negara kita termasuk olahraga sepaktakraw
dilaksanakan sepanjang tahun mulai dari tingkat daerah, nasional dan bahkan
sampai pada taraf internasional.
Perkembangan olahraga sepaktakraw di Indonesia kita banyak
mengalami kemajuan. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya atlit Indonesia dalam
meraih prestasi pada beberapa kejuaraan sepaktakraw. Dengan keberhasilan
tersebut bukan berarti pemain harus berhenti sampai disitu, akan tetapi berusaha
lebih keras lagi agar mencapai prestasi yang lebih tinggi dan minimal dapat
mempertahankan prestasi yang telah dicapai.
Sepaktakraw merupakan olahraga yang banyak digemari oleh
masyarakat Sulawesi Barat, baik orang tua, muda maupun anak-anak. Gerakan
dalam sepaktakraw sangatlah unik dan sulit, dimana butuh ketepatan dalam
perkenaan bola dengan kaki, paha, dan kepala saat melakukan teknik-teknik
keterampilan di dalamnya seperti sepaksila, memaha, menyundul, membahu,
mendada, servis, smash dan blok. Dengan banyaknya yang menggemari olahraga
ini diharapkan agar permainan sepaktakraw dapat memberi kontribusi kesehatan,
hiburan dan prestasi khususnya bagi Sulawesi Barat.Berdasarkan hasil pengamatan penulis bahwa animo/minat masyarakat
terhadap permainan sepaktakraw adalah cukup besar baik anak-anak maupun
orang dewasa. Hal ini dapat dilihat pada masyarakat di sore hari mereka senang
melakukan olahraga sepaktakraw, disamping itu banyak menjumpai siswa sekolah
pada setiap jam istirahat aktif melakukan permainan sepaktakraw serta ditunjang
dengan perhatian dan kontrol oleh guru-guru mereka, sehingga mereka memiliki
kesempatan untuk mengembangkan permainannya.
Tingkat pencapaian prestasi olahraga sepaktakraw dapat di peroleh dengan
latihan yang dilakukan secara sistematis, terarah dan berkesinambungan sehingga
dapat menghasilkan kualitas bermain yang baik. Untuk mencapai prestasi yang
maksimal ditengah ketatnya persaingan dalam olahraga sepaktakraw tidaklah
mudah, prestasi dalam olahraga sangat di pengaruhi oleh faktor-faktor yang sangat
berhubungan dengan diri pemain.
Dalam upanya meningkatkan prestasi dalam olahraga sepaktakraw salah
satunya adalah faktor sepaksila sangat penting. Sepaksila diperlukan oleh pemain
guna menunjang pelaksanaan teknik dan taktik saat bertanding. Ketika mulai
mempersiapkan diri untuk bertandin, keterampilan yang utama pertama kali akan
membuatmu terpacu dan merasa puas adala kemampuan untuk melakukan
sepaksila.
Sepaksila pada permainan sepaktakraw merupakan salah satu bagian
penting yang harus diperhatikan oleh para guru dalam memberikan pelajaran
karena sepaksila adalah teknik dasar dalam permainan sepaktakraw, yang
digunakan dari awal hingga akhir permainan serta berperan penting dalam proses
penyerangan maupun pertahanan dalam permainan sepaktakraw.
Untuk meningkatkan keterampilan sepaksila pada permainan sepaktakraw
dibutuhkan beberapa komponen fisik seperti, kelentukan, keseimbangan,
kelincahan, koordinasi, dan akurasi dengan harapan agar siswa atau atlet
sepaktakraw mampu memperlihatkan hasil yang baik di setiap pertandingan, guru
dan pelatih mampu memberi perlakuan terhadap siswa atau atletnya serta
memahami bahwa bukan hanya sekedar serangan yang harus dilatih dan
dikembangkan, tetapi pertahanan dengan sepaksila juga harus diperhatikan karena
sepaksila adalah keterampilan yang paling banyak dilakukan dalam permainan
sepaktakraw.
Sesuai dengan uraian di atas, tentang komponen kondisi fisik yang terkait
dalam meningkatkan keterampilan sepaksila pada permainan sepaktakraw, di
pilih tiga komponen yang akan diteliti yaitu kekuatan, keseimbangan dan
koordinasi sebagai upaya terobosan untuk meningkatkan keterampilan sepaksila
pada permainan sepaktakraw.
Kekuatan otot tungkai dibutuhkan saat kaki melakukan sepaksila karena
gerakannya membutuhkan hanya satu kaki tumpuan. Secara otomatis, tungkai
yang digunakan untuk bertumpu harus memiliki kekuatan otot yang baik agar
dapat menopang tubuh saat melakukan sepaksila. Kekuatan otot tungkai sangat
penting dalam permainan sepaktakraw, karena gerakan-gerakan yang dilakukan
untuk sepaksila secara cepat dan tepat memerlukan kekuatan otot tungkai untuk
mengantisipasi bola. Bola yang disepaksila oleh lawan merupakan stimulus yang
datang dan memerlukan keterampilan untuk melakukan stimulus tersebut dengan
cara menyepak bola dengan kaki bagian dalam (sepaksila) sehingga dapat
dikembalikan kelapangan lawan pada sasaran yang tepat. Keterlambatan
melakukan sepakan terhadap bola yang datang dapat menyebabkan antisipasi
kurang akurat sehingga yang dilakukan tidak sempurna atau tidak terarah,
tersangkut di net, dan keluar lapangan permainan.
Keseimbangan badan sangat dibutuhkan pada saat melakukan sepaksila.
Adapun yang dimaksud dengan keseimbangan adalah kemampuan seseorang
menjaga kestabilan badan selama melakukan gerak misalnya pada saat melakukan
sepaksila. Gerakan keseimbangan pada saat melakukan sepaksila sangat
dibutuhkan karena adanya kemampuan mempertahankan posisi badan agar bola
tetap dalam penguasaan kita. Karena unsur keseimbangan sangat besar
peranannya dalam menentukan kualitas gerakan dalam permainan sepaktakraw
maka Keseimbangan akan memberikan kemampuan pada pemain untuk
melakukan sepaksila dengan gerakan teknik yang benar, sepakan yang tepat, arah
bola yang tepat dan terarah. Keseimbangan dapat memberikan kemampuan
kontrol gerakan dan koordinasi gerakan secara tepat sehingga perkenaan bola
dengan kaki serta arah sepakan yang dilakukan sesuai dengan sasaran.
Koordinasi merupakan unsur yang paling penting dalam melakukan
sepaksila, dimana dalam pelaksanaannya melibatkan penglihatan dengan gerakan
kaki karena mata mengikuti arah bola bergerak dari bawah ke atas sehingga
membutuhkan koordinasi mata dengan kaki yang baik.
Salah satu unsur yang mendasar dalam pengembangan prestasi
sepaktakraw khususnya pelaksanaan sepaksila pada siswa MA Izzatul Ma’arif
Tappina Kabupaten Polman adalah kemampuan fisik yang belum merata serta
penguasaan teknik-teknik yang ada belum mantap. Olehnya itu supaya proses
pembelajaran lebih terarah, terlebih dahulu harus menguasai teknik-teknik dasar
sepaksila dalam permainan sepaktakraw. Sedangkan untuk menunjang
keterampilan sepaksila tersebut, perlu dukungan kemampuan fisik yang optimal
seperti kekuatan, keseimbangan dan koordinasi mata-kaki.
Melihat perkembangan dan antusiasi siswa yang sangat tinggi, pelatih
sekaligus guru penjas selalu mengikuti siswanya dalam kejuaran-kejuaraan, tetapi
hasilnya kurang memuaskan, dikarenakan masih banyaknya kekurangan dalam
teknik dasar yang di alami siswa tersebut terutama pada teknik sepaksila. Keadaan
yang terjadi tidak membuat semangat para siswa menurun, bahkan semangat
untuk belajar dan berlatih yang lebih giat semakin meningkat. Hal inilah yang
membuat kepala sekolah dan guru sangat mendukung untuk lebih memberikan
perhatian khusus. Terlepas dari itu, inti dari masalah adalah dalam teknik bermain
sepaktakraw yaitu teknik sepaksila, karena dalam melakukan sepaksila merupakan
teknik yang paling mutlak harus dimiliki oleh setiap pemain untuk mencapai suatu
prestasi yang baik. Di dalam permainan sepaktakraw keterampilan dan aktivitas
tinggi sangat di butuhkan bagaimana cara melakukan sepaksila yang baik dan
benar.
Hasil pengamatan dan fenomena yang terjadi di sekolah MA Izzatul
Ma’arif Tappina Kabupaten Polman tersebut khususnya dalam cabang
sepaktakraw, maka peneliti mencoba untuk mencari jalan keluar agar kekurangan
yang terjadi dapat terselesaikan dengan cepat. Dari hasil kesepakatan tersebut,
maka pimpinan sekolah dan guru memberikan ijin untuk melakukan suatu
penelitian sekaligus memberikan pelatihan tentang teknik dasar sepaktakraw yaitu
teknik sepaksila.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Keterampilan Sepaksila pada Permainan Sepaktakraw
a. Keterampilan
Menurut Hitammanis (online: 2013) keterampilan adalah kelebihan
atau kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu menggunakan
akal, fikiran, ide dan kreatifitasnya dalam mengerjakan atau
menyelesaikan sesuatu. keterampilan/ kemampuan tersebut pada dasarnya
akan lebih baik bila terus diasah dan dilatih untuk menaikkan kemampuan
sehingga akan menjadi ahli atau menguasai dari salah satu bidang
keterampilan yang ada. Sedangkan menurut Iverson (online: 2011)
Keterampilan harus dilakukan dengan praktek sebagai pengembangan
aktivitas.
b. Permainan sepaktakraw
Permainan sepaktakraw merupakan suatu permainan masyarakat
yang dulunya dikenal dengan nama sepak raga. Permainan sepak raga
sangat digemari oleh para pemuda dan masyarakat pada beberapa daerah
di Indonesia, terutama yang berdomisili di pesisir pantai seperti :
kepualauan Riau, Sumatera Barat dan Makassar.
Menurut Engel (2010:41) Sepaktakraw adalah olahraga cepat dan
penuh aksi yang dimainkan di sebuah lapangan, mempertandingkan dua
regu yang saling berhadapan dipisahkan oleh sebuah jaring (net) setinggi 5
kaki.
c. Sepaksila
Dalam permainan sepaktakraw cukup banyak teknik dasar yang
harus dikuasai pemain agar dapat memainkan permainan tersebut dengan
baik. Sesuai dengan nama permainan, jelas bahwa lebih banyak gerakan
yang dilakukan adalah gerakan sepakan. Gerakan ini sangat penting, dapat
dikatakan sebagai ibu dari permainan sepaktakraw karena bola dimainkan
terbanyak disepak dengan bahagian kaki, mulai dari permulaan permainan
sampai membuat point atau angka dapat dikatakan dengan sepakan.
Gerakan sepakan ini di samping untuk melakukan sepak mula (servis),
juga untuk menerima servis dan mengumpan.
Darwis (1992:16) mengemukakan: Sepaksila adalah menyepak
bola dengan menggunakan kaki bahagian dalam. Sepaksila dilakukan
untuk: 1) Menerima dan meminang (menguasai) bola, 2) Mengumpan dan
antaran bola, 3) Menyelamatkan serangan lawan.
2. Kekuatan otot tungkai
Kekuatan merupakan kemampuan otot dalam mengatasi beban ketika
menjalankan aktivitas. Menurut Ramli (2011:93) Kekuatan otot dapat
digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban
eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Sedangkan
menurut Mylsidayu (2015:98) Strength (kekuatan) merupakan salah satu
komponen dasar biomotor yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga dan
sangat penting dalam proses mencetak atlet. Senada dengan pendapat sebelumnya
Nurdin dkk (jurnal, 2012:3) juga mengatakan bahwa kekuatan adalah
kemampuan atau kualitas otot dalam berkontraksi untuk mengatasi beban tubuh
sendiri maupun beban tubuh ditambah beban dari luar tubuh.
3. Keseimbangan
Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mempertahankan sistem
tubuh baik dalam posisi gerak dinamis maupun statis yang mana keseimbangan
juga merupakan hal yang sangat penting di dalam melakukan suatu gerakan
karena dengan keseimbangan yang baik, maka seseorang mampu
mengkoordinasikan gerakan-gerakan dan dalam beberapa ketangkasan unsur
kelincahan, seperti yang dikemukakan oleh Harsono (1988:224) bahwa
“Keseimbangan berhubungan dengan koordinasi diri, dan dalam beberapa
keterampilan, juga dengan agilitas”. Dengan demikian untuk menjaga
keseimbangan dalam melakukan kegiatan jasmani, maka gerakan-gerakan yang
dilakukan perlu dikoordinasikan dengan baik sebagai usaha untuk mengontrol
semua gerakan.
Menurut Hidayat (2014:60) keseimbangan adalah kemampuan seseorang
untuk mempertahankan posisi tubuh baik dalam kondisi statik maupun dinamik.
Sedangkan menurut Widiastuti (2011:144) mengemukakan bahwa keseimbangan
merupakan kemampuan mempertahankan sikap dan posisi tubuh secara tepat pada
saat berdiri (static balance) atau pada saat melakukan gerak (dynamic balance)
4. Koordinasi mata-kaki
Peningkatan keterampilan sepaksila pada permainan sepaktakraw banyak
dipengaruhi oleh kemampuan fisik, maupun kemampuan teknik yang merupakan
suatu dasar yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Salah satu kemampuan fisik
yang harus dimiliki untuk meningkatkan keterampilan sepaksila yaitu koordinasi.
Menurut Sharkley (2011:169), koordinasi mengimplikasikan hubungan yang
harmonis, penyatuan aliran gerakan yang halus dalam melakukan pekerjaan.
Pendapat lain dari Bompa mengatakan bahwa koordinasi adalah kemampuan
gerak dasar kompleks, pendekatan yang berhubungan dengan kecepatan,
kekuatan, daya tahan dan kelentukan, ini adalah faktor penting yang mendapatkan
teknik sempurna dan taktis.
METODE PENELITIAN
A. Variabel dan Desain Penelitian
Penelitian ini melibatkan dua variabel bebas (independent variable)
meliputi Kekuatan otot tungkai dan keseimbangan sedangkan variabel antara
(intervening variable) yaitu koordinasi mata-kaki.yang telah diteliti pengaruhnya
terhadap variabel terikat (dependent variable) yaitu keterampilan sepaksila pada
permainan sepaktakraw.
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dan metode yang
digunakan adalah metode survey dengan teknik analisis jalur untuk analisis
datanya. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di. MA. Izzatul Ma’arif Tappina
kabupaten Polman. Desain penelitiannya sebagai berikut :
X1
X 2
X 3 Y
Keterangan:X1 = Variabel Kekuatan Otot TungkaiX2 = Variabel KeseimbanganX3= Variabel Koordinasi Mata-KakiY = Variabel Keterampilan Sepaksila pada permainan sepaktakraw
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan individu yang menjadi objek penelitian.
Menurut sungiyono (2015:117) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas:objek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”
Bertolak dari pendapat diatas dapat ditarik suatu makna bahwa seluruh
obyek yang memiliki karakteristik tertentu diistilahkan sebagai populasi. Jadi
populasi target adalah seluruh siswa MA Izzatul Ma’arif Tappina Kabupaten
Polman sebanyak 153 orang . Sedangkan populasi terjangkau dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa putra kelas X dan kelas XI di MA Izzatul Ma’arif Tappina
Kabupaten Polman sebanyak 86 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang representatif mewakili
populasi, dengan maksud untuk meringankan beban peneliti karena pertimbangan
berbagai hal termasuk keterbatasan waktu, dana, dan lainnya. Menurut Sugiyono
(2015: 118) menyatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Penarikan sampel
yang digunakan adalah sampling purposive. Menurut sugiyono (2015: 124)
sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.
Adapun sampel dalam penelitian ini yang didapat dari jumlah populasi
terjangkau, yakni siswa putra kelas X dan kelas XI di MA Izzatul Ma’arif Tappina
Kabupaten Polman sebanyak 86 orang. Jadi sampel dalam penelitian ini dengan
jumlah 30 orang yang diperoleh melalui sampling purposive.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Instrument keterampilan sepaksila dengan menggunakan lingkaran.
2. Instrument otot tungkai dengan menggunakan half-squat jump dengan
menggunakan waktu 30 detik.
3. Instument keseimbangan dengan menggunakan Modifikasi Bass Test.
4. Instrumen koordinasi mata kaki dengan menggunakan Passing and Stopping
ball.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini, maka
untuk mendapatkan data yang akan diolah dalam penelitian ini, maka instrumen
yang digunakan adalah : (1) kekuatan otot tungkai menggunakan half-squat jump ,
(2) keseimbangan dinamis menggunakan lantai dengan modifikasi bass tes, (3)
koordinasi mata kaki menggunakan pantulan bola ke dinding selama 10 detik, 4)
tes keterampilan sepaksila menggunakan lingkaran dengan ukuran 2 meter dengan
durasi waktu 1 menit.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data empirik sebagai
bahan untuk mengetahui kebenaran hipotesis yang diajukan.
1. Tes keterampilan sepaksila dalam permainan sepaktakraw
Tes untuk pengumpulan data keterampilan sepaksila dilakukan dengan tes dan
pelaksanaan. Sumber Widiastuti (2011:219).
a. Tujuan
Untuk mengetahui keterampilan sepaksila / mengontrol bola pada permainan
sepaktaraw.
b. Alat dan perlengkapan
Alat dan perlengkapan yaitu 2 bola takraw, kapur tulis untuk garis batas
sepaksila, meteran, lapangan yang rata dan stopwatch serta formulir.
c. Pengetes
Pengetes adalah orang yang mengerti dan mengetahui tentang tes dan
pengukuran dalam bidang olahraga. Pengetes terdiri dari satu orang pengawas
pada saat pelaksanaan dan satu orang pencatat data.
d. Petunjuk pelaksanaan
- Testee memegang bola takraw, posisi kaki dibuka dan dalam keadaan
relaks berdiri didalam lingkaran.
- Bola dikontrol dengan menggunakan sepaksila (bagian dalam kaki).
- Bola yang jatuh ke tanah dapat dimainkan lagi, tapi penghitung skor pada
sepakan kedua dihitung dari awal dan berlaku kepada setiap kali setelah
bola jatuh sampai waktu yang tersedia habis.
- Kontrol bola yang dihitung harus setinggi dada.
- Luas lapangan untuk tes kontrol, 2 meter dalam bentuk lingkaran.
- Waktu yang dibatasi selama satu menit.
e. Penilaian
- Skor diambil dari jumlah kontrol yang dapat dilakukan selama satu menit.
- Sepakan yang tidak setinggi dada dan kaki tumpuan ke luar dari garis
tidak dihitung. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar keterampilan
sepaksila di bawah ini :
Gambar 3.3. Tes Keterampilan Sepaksila Sumber : Rafsanjani, dkk (2011)
2. Tes kekuatan otot tungkai
Tes untuk pengumpulan data kekuatan otot tungkai dilakukan dengan tes dan
pelaksanaan menurut Nur Ichsan (2011:89).
a. Tujuan
Untuk mengukur kekuatan otot tungkai.
b. Alat/fasilitas
Ruangan yang rata, bangku pengatur jarak yang bisa diangkat, tali,
penggaris panjang untuk menentukan jarak. blangko (kertas), pensil
(pulpen).
c. Pengetes
Pengetes adalah orang yang mengetahui dan mengerti tentang tes dan
pengukuran dalam olahraga . dalam tes ini diperlukan pemandu tes dan
pencatat skor
d. Pelaksanaan
- Sebelum pelaksanaan tes terlebh dahulu ditentukan jarak half-squat
jump test dengan cara mengukur bawah patella atau tempurung lutut.
- Peserta tes berada di depan tali pengatur dengan sikap tubuh setengah
jongkok sesuai ukuran yang sudah ditentukan dengan salah satu kaki
berada di depan, kedua tangan saling berkaitan di belakang kepala,
pandangan ke depan.
- Pada aba-aba “Ya” diberikan peserta tes melompat ke atas sehingga kedua
tungkai lurus lalu mendarat dengan bergantian kaki ke depan dan
kebelakang dengan sikap tubuh tetap jongkok, pantat tidak boleh
menyentuh tali pengatur jarak.
- Gerakan ini dilakukan berung-ulang sebanyak-banyaknya selama waktu 30
menit yang telah ditentukan.
- Gerakan tidak dihitung apabila, waktu melompat ke atas tungkai tidak
lurus, tungkai kanan dan tungkai kiri tidak bergantian ke depan dan
kebelakang.
e. Penilaian
Jumlah gerakan yang berhasil dilakukan dengan sempurna, dihitung sebagai
hasil akhir peserta tes.
Gambar 3.4. Tes kekuatan otot tungkai menggunakan half-squat jump Sumber : Nur Ichsan (2011:90)
3. Tes keseimbangan dinamis
Tes untuk pengumpulan data keseimbangan dinamis dilakukan dengan tes dan
pelaksanaan menurut Ismaryati (2009 : 53)
a. Tujuan:
Untuk mengukur keseimbangan dinamis.
b. Alat dan perlengkapan:
Stopwatch, Lantai yang Rata, Formulir Tes dan Alat Tulis
c. Pengetes
Pengetes adalah orang yang mengetahui dan mengerti tentang tes dan
pengukuran dalam olahraga . dalam tes ini diperlukan pemandu tes dan
pencatat skor
d. Pelaksana
1. Peserta tes berdiri dengan kaki kanan di atas tanda start.
2. Peserta tes mulai meloncat dengan satu kaki kiri dan mendarat
dengan kaki yang sama ke tanda yang pertama.
3. Pertahankan keseimbangan selama 5 detik.
4. Kemudian peserta tes meloncat ke tanda yang ke dua dengan kaki
kanan dan mendarat dengan kaki yang sama.
5. Pertahankan keseimbangan selama 5 detik
6. Kesempatan diberikan sampai pada tanda yang terakhir.
Pendaratan dinyatakan gagal apabila :
1. Tumit atau bagian tubuh yang lain menyentuh lantai untuk
mempertahankan keseimbangan.
2. Mendarat tepat di atas tanda, sehingga tanda tersebut tertutup
dengan kaki.
3. Bila testi melakukan kesalahan pendaratan diijinkan memperbaiki
posisi dan melompat kembali ke tanda berikut.
Testi dinyatakan hilang keseimbangannya apabila :
1. Tumit atau bagian tubuh yang lain menyentuh lantai untuk
mempertahankan keseimbangan.
2. Kaki bergerak atau berpindah tempat ketika mempertahankan
keseimbangan.
3. Bila testi hilang keseimbangan, testi harus mundur ke tanda di
belakangnya baru kemudian melanjutkan lompatannya.
e. Penilaian :
1. Nilai 5 diberikan bila berhasil mendarat pada satu tanda, dan nilai 1
untuk setiap detik keberhasilan mempertahankan keseimbangan
(maksimal 5 detik untuk tiap tanda).
2. Nilai 5 dikurangkan untuk setiap kejadian kesalahan pendaratan
atau tidak mampu mempertahankan keseimbangan.
3. Kemungkinan nilai maksimal yang dicapai adalah 100.
4. Tester harus menghitung dengan sungguh-sungguh waktu
keseimbangan di setiap tanda dan mencatat nilai pendaratan maupun
nilai keseimbangannya. Untuk memperjelas perhatikan gambar tes
lapangan keseimbangan dinamis dengan modifikasi bass test dibawa
Gambar. 3.5. Lapangan keseimbangan dinamis dengan Modifikasi Bass Test
Sumber: Ismaryati (2009 : 53)
4. Tes koordinasi mata-kaki
Tes untuk pengumpulan data koordinasi mata kaki dilakukan dengan tes dan
pelaksanaan menurut Depdikbud 1998, dalam Ichsan (2011:135).
a. Tujuan
Untuk mengukur koordinasi mata-kaki.
b. Alat/fasilitas
Lapangan yang datar dengan ukuran mimimal 20x15 meter, target (sasaran)
pada dinding tembok atau papan dengan ukuran 0,90 meter dari lantai. Jarak
antara dinding tembok atau papan dengan garis batas tendangan 3 meter, bola
sepak, stopwatch, blangko (kertas), pensil (pulpen).
c. Pengetes
Pengetes adalah orang yang mengetahui dan mengerti tentang tes dan
pengukuran dalam olahraga. Dibutuhkan satu orang pengawas sasaran, satu
orang mengawasi pada saat pelaksanaan salah satu orang pencatat data
d. Pelaksanaan
- Peserta tes terdiri di belakang garis batas tendangan, bola diletakan di
depan kakinya dalam keadaan siap menyepak bola.
- Pada aba-aba “Ya” stopwatch dijalankan, peserta tes segera menyepak
bola kearah target (sasaran).
- Pantulan bola dihentikan dan ditahan sebentar dan segera disepak kembali
ke arah sasaran.
- Ini dilakukan berulang-ulang selama 10 detik.
- Waktu menyepak dan menghentikan bola, peserta tes harus tetap berada
di belakang garis batas tendangan.
- Apabila peserta tes tidak dapat menghentikan bola karena bola memantul
jauh, peserta tes harus segera mengambilnya dan kembali di belakang
garis tendangan serta mulai menyepak dan menghentikan bola lagi sampai
batas waktu 10 detik.
- Aba-aba “Stop” diberikan tepat pada detik ke 10 dan stopwatch
dihentikan.
- Tendangan dan menghentikan bola tidak dihitung apabila, bola keluar dari
target (sasaran) dan menginjak atau melampaui garis batas tendangan
pada waktu menyepak dan menghentikan bola.
e. Penilaian
Jumlah sepakan dan menghentikan bola yang sah dari belakang garis
tendangan selama 10 detik, sebagai hasil akhir peserta tes.
Gambar 3.4. Tes menyepak dan menghentikan bola (Passing and Stopping)
Sumber : Depdikbud 1998, dalam Ichsan (2011:135)
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian
adalah (1) analisis jalur (path analysis), (2) korelasi sederhana, (3) koefisien
determinasi.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan
pengajuan prasyarat yaitu uji normalitas dengan menggunakan uji liliefors dan
homogenitas dengan uji Bartllet sebagai prasyarat analisis jalur. Di samping itu,
dilakukan analisis keberartian dengan α = 0,05 pengaruh veriabel bebas terhadap
variabel terikat baik secara langsung maupun tidak langsung. Seluruh rangkaian
analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
pengolahan data penelitian yang sudah paten yaitu program satatistik SPSS.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Deskripsi data dari hasil penelitian bertujuan untuk memberikan gambaran
umum mengenai penyebaran distribusi data, baik yang berupa ukuran letak
distribusi frekuensi. Harga-harga yang disajikan setelah diolah dari data mentah
dengan menggunakan metode statistik deskriptif, yaitu harga rata-rata (X ),
simpangan baku (Sd), Modus (Mo), Median (Md), distribusi Frekuensi serta
grafik histogram. Rangkuman hasil perhitungan statistik deskripsi tersebut
dikemukakan sebagai berikut:
Tabel 4.1. Rangkuman hasil analisis deskriptif pengaruh kekuatan otot tungkai, keseimbangan dan koordinasi mata kaki terhadap keterampilan sepaksila siswa MA Izzatul Ma’arif Tappina Kab.Polman.
Variabel n Max Min RangeRata-Rata
(X )Simpangan
Baku (s)Varians (s2)
Kekuatan otot tungkai
30 35 28 7 31,60 1,77 3,14
Keseimbangan 30 85 75 10 80,63 2,87 8,24Koordinasi mata kaki
30 8 3 5 5,60 1,32 1,76
Keterampilan sepaksila
30 43 36 7 39,20 1,91 3,68
1. Kekuatan otot tungkai
Hasil penelitian mengenai Kekuatan otot tungkai (X1) diperoleh skor
terendah 28 kali, skor tertinggi 35 kali, sehingga rentangnya 7 kali. Nilai rata-rata
(X ) sebesar 31,60 kali, simpangan baku (s) sebesar 1,77 dan varians sebesar
3,14.
Berdasarkan data mentah tentang kekuatan otot tungkai (X1) tersebut,
dapat disusun distribusi frekuensinya sebagai berikut:
Tabel 4.2. Daftar Distribusi Frekuensi Skor Kekuatan otot tungkaiNo Kelas Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif1 28-29 4 13,332 30-31 10 33,333 32-33 12 404 34-35 4 13,335 36-37 0 0
Jumlah 30 100%
Berdasarkan data dari 30 orang sampel penelitian jika hasil masing-
masing responden dibandingkan rata-ratanya, ternyata yang mendapatkan skor
kekuatan otot tungkai (X1) pada kelompok rata-rata 12 orang (40%), berada di
bawah kelompok rata-rata 9 orang (30%) dan 14 orang (46,66%) berada di atas
rata-rata kelompok.
2. Keseimbangan
Hasil penelitian mengenai keseimbangan (X2) diperoleh skor terendah 75
poin, skor tertinggi 85 poin, sehingga rentangnya 10 poin. Nilai rata-rata ( X )
sebesar 80,63, simpangan baku (s) sebesar 2,87 dan varians sebesar 8,24.
Berdasarkan data mentah tentang keseimbangan (X2) tersebut, dapat
disusun distribusi frekuensinya sebagai berikut:
Tabel 4.3. Daftar Distirbusi Frekuensi Skor KeseimbanganNo Kelas Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif1 75-77 4 13,332 78-80 8 26,663 81-83 12 404 84-46 6 205 87-89 0 0
Jumlah 30 100%
Berdasarkan data dari 30 orang sampel penelitian jika hasil masing-masing
responden dibandingkan rata-ratanya, ternyata yang mendapatkan skor
keseimbangan (X2) pada kelompok rata-rata 12 orang (40%), 12 orang (40%)
berada di bawah rata-rata kelompok dan 6 orang (20%) berada di atas rata-rata
kelompok.
3. Koordinasi Mata Kaki
Hasil penelitian mengenai Koordinasi mata kaki (X3) diperoleh skor
terendah 3 kali, skor tertinggi 8 kali, sehingga rentangnya 5 kali. Nilai rata-rata (
X ) sebesar 5,60 kali, simpangan baku (s) sebesar 1,32 dan varians sebesar 1,76.
Berdasarkan data mentah tentang koordinasi mata kaki (X3) tersebut, dapat
disusun distribusi frekuensinya sebagai berikut:
Tabel 4.4. Daftar Dsitribusi Frekuensi Skor Koordinasi Mata KakiNo Kelas Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif1 3 2 6,662 4 4 13,333 5 8 26,664 6 8 26,665 7 6 206 8 2 6,66
Jumlah 30 100%
Berdasarkan data dari 30 orang sampel penelitian jika hasil masing-masing
responden dibandingkan rata-ratanya, ternyata yang mendapatkan skor koordinasi
mata kaki (X3) pada kelompok rata-rata 8 orang (26,66%), berada di bawah
kelompok rata-rata 6 orang (20 %) dan 8 orang (26,66%) berada di atas rata-rata
kelompok.
4. Keterampilan Sepaksila pada Permainan Sepaktakraw
Hasil Penelitian Mengenai Keterampilan Sepaksila pada Permainan
Sepaktakraw (Y) diperoleh skor terendah 36 kali, skor tertinggi 43 kali, sehingga
rentangnya 7. Nilai rata-rata (X ) sebesar 39,20. Simpangan baku (s) sebesar 1,91
dan Varians sebesar 3,68.
Berdasarkan data mentah tentang keterampilan sepaksila pada permainan
sepaktakraw (Y) tersebut, dapat disusun distribusi frekuensinya sebagai berikut :
Tabel 4.5. Daftar Distribusi Frekuensi Skor Keterampilan Sepaksila pada Permainan Sepaktakraw.
No Kelas Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif1 36-37 6 202 38-39 11 36,663 40-41 9 304 42-43 4 13,335 44-45 0 0
Jumlah 30 100%
Berdasarkan data dari 30 orang sampel penelitian jika hasil masing-masing
responden dibandingkan rata-ratanya, ternyata yang mendapatkan skor
keterampilan sepaksila pada permainan sepaktakraw (Y) pada kelompok rata-rata
11 orang (36,66%), berada di bawah kelompok rata-rata 6 orang (20%) dan 13
orang (43,33%) berada di atas rata-rata kelompok.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Berhubung karena pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan
statistik dengan teknik analisis jalur (path analysis), maka perlu dilakukan uji
persyaratan analisis, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk menarik
kesimpulan, dalam penelitian ini uji persyaratan yang dimaksud meliputi : uji
normalitas data dan uji homogen varians.
1. Uji Normalitas Data
Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan, diperoleh hasil
sebagaimana terlampir. Data hasil pengujian normalitas kekuatan otot tungkai,
keseimbangan dan koordinasi mata kaki terhadap keterampilan sepaksila siswa
MA Izzatu Ma’arif Tappina Kab.Polman di rangkum dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.6 Hasil uji normalitas data pengaruh kekuatan otot tungkai, keseimbangan dan koordinasi mata kaki terhadap keterampilan sepaksila siswa MA Izzatu Ma’arif Tappina Kab.Polman
. Variabel n Kolmogorov-Smirnov Sig. α Ket
Kekuatan otot tungkai 30 0,671 0,758 0,05 Normal
Keseimbangan 30 0,826 0,502 0,05 Normal
Koordinasi mata kaki 30 0,831 0,495 0,05 Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas yang diperoleh pada tabel 4.6 diperoleh data
kekuatan otot tungkai dengan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,671 dan
tingkat signifikan sebesar 0,758 lebih besar dari α 0,05. Keseimbangan diperoleh
nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,826 dan tingkat signifikan sebesar 0,502
lebih besar dari α 0,05. Koordinasi mata kaki diperoleh nilai Kolmogorov-
Smirnov sebesar 0,831 dan tingkat signifikan sebesar 0,495 lebih besar dari α
0,05. Keterampilan sepaksila diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,735
dan tingkat signifikan sebesar 0,653 lebih besar dari α 0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa data pengaruh kekuatan otot tungkai, keseimbangan dan
koordinasi mata kaki terhadap keterampilan sepaksila siswa MA Izzatu Ma’arif
Tappina Kab.Polman berdistribusi normal.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian dari semua hipotesis yang telah dilakukan
pada bagian pengujian hipotesis, maka dapat dinyatakan bahwa:
1. Ada pengaruh langsung kekuatan otot tungkai yang signifikan terhadap
koordinasi mata kaki.
Koordinasi mata kaki merupakan kemampuan seseorang dalam
mengintegrasikan antara mata (penglihatan) dan gerakan kaki secara efektif.
Gerakan ini terjadi pada motorik kasar yang merupakan gerakan yang melibatkan
otot besar.
Keterampilan sepaksila
30 0.735 0,653 0,05 Normal
Koordinasi atau keterampilan dicapai dengan latihan dimana
pengulangannya menurunkan hambatan synaptic dalam sistem saraf. Dalam
sistem saraf dikenal dengan neuro muscular yang terdapat motor unit di dalamnya,
dimana motor unit adalah seberapa banyak serabut saraf yang meng “innevasi”
serabut otot. Normal satu serabut saraf memerintah ± 150 serabut otot. Padahal
satu otot bisa memiliki seribu beribu-ribu serabut otot. Makin banyak motor unit
pada otot, maka makin banyak pula guadisi kekuatan otot tersebut, sehingga
gerakannya tampak “fluent”. Begitupun pada kekuatan otot tungkai, jika otot
tungkai lebih kuat atau dalam hal ini memiliki banyak serabut otot yang
diperintah oleh serabut saraf maka akan dapat memudahkan koordinasi mata dan
kaki dalam melakukan satu pola gerakan terutama gerakan yang menggunakan
objek. Sehingga dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh kekuatan otot
tungkai terhadap koordinasi mata kaki sebesar 46,64%.
2. Ada pengaruh langsung keseimbangan yang signifikan terhadap koordinasi
mata kaki.
Koordinasi mata kaki merupakan kemampuan seseorang dalam
mengintegrasikan antara mata (penglihatan) dan gerakan kaki secara efektif.
Gerakan ini terjadi pada motorik kasar yang merupakan gerakan yang melibatkan
otot besar.
Koordinasi atau keterampilan dicapai dengan latihan dimana
pengulangannya menurunkan hambatan synaptic dalam sistem saraf. Dalam
sistem saraf dikenal dengan neuro muscular yang terdapat motor unit di dalamnya,
dimana motor unit adalah seberapa banyak serabut saraf yang meng “innevasi”
serabut otot, jika keseimbangan lebih kuat atau dalam hal ini memiliki banyak
serabut otot yang diperintah oleh serabut saraf maka akan dapat memudahkan
koordinasi mata dan kaki dalam melakukan satu pola gerakan terutama gerakan
yang menggunakan objek. Sehingga dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
pengaruh keseimbangan terhadap koordinasi mata kaki sebesar 30,17%.
3. Ada pengaruh langsung kekuatan otot tungkai terhadap keterampilan
sepaksila pada permainan sepaktakraw.
Keterampilan sepaksila merupakan keterampilan yang paling mendasar
yang harus dikuasai oleh atlet sepaktakraw. Tanpa keterampilan sepaksila,
keterampilan yang lainnya tidak bisa dilakukan dengan baik karena semua yang
diperlukan untuk mendukung terjadinya keterampilan adalah sepaksila. Misalnya,
untuk melakukan smash yang baik diperlukan umpan yang tinggi dan arahnya
sesuai dengan keinginan smasher, dan untuk memudahkan hal tersebut maka yang
paling mudah digunakan adalah dengan menggunakan sepaksila, untuk menerima
bola dari serangan lawan pun sebagian besar pemain menggunakan keterampilan
sepaksila.
Kekuatan otot tungkai sangat diperlukan dalam melakukan keterampilan
sepaksila karena sepaksila pada permainan sepaktakraw dilakukan dengan
bertumpu pada satu kaki. Keterampilan sepaksila terdiri dari berbagai rangkaian
gerakan, dimana salah satu kaki dilipat ke atas dan salah satu kaki harus menahan
berat beban seluruh tubuh kita maka diperlukan kekuatan otot tungkai karena
membutuhkan kemampuan untuk mengeluarkan tenaga secara maksimal untuk
menahan beban tubuh. Otot tungkai harus memiliki kekuatan untuk menopang
seluruh berat tubuh serta menjaga keseimbangan saat mengangkat salah satu kaki
untuk melakukan sepakan. Sehingga dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
pengaruh kekuatan otot tungka
4. Ada pengaruh langsung keseimbangan terhadap keterampilan sepaksila pada
permainan sepaktakraw.
Keterampilan sepaksila pada permainan sepaktakraw merupakan
keterampilan yang paling sering digunakan dari awal hingga akhir permainan
yang berfungsi untuk menerima, mengumpan dan menyelamatkan serangan
lawan. Keseimbangan adalah salah satu kondisi fisik yang dibutuhkan dalam
meningkatkan keterampilan sepaksila pada permainan sepaktakraw. Dengan
Keseimbangan yang baik, maka seorang siswa dapat membangun tenaga secara
efisien tanpa kehilangan keseimbangan tubuh pada saat melakukan sepaksila.
Keseimbangan sangat diperlukan untuk efisiensi biomekanika optimal
pada banyak cabang olahraga terutama pada cabang olahraga sepaktakraw dalam
meningkatkan keterampilan sepaksila. Keseimbangan dipengaruhi oleh banyak
faktor, salah satunya adalah bentuk pesendian. Pada keterampilan sepaksila
dibutuhkan Keseimbangan dimana yang berperan adalah susunan tulang belakang
yang termasuk sendi pelana atau persendian irregular. Dimana jenis persendian ini
permukaan sendinya tidak beraturan seperti piring atau sedikit cekung, gerakan
terbatas hanya menggeser saja dan tidak mempunyai poros sendi. Seorang pemain
sepaktakraw dituntut memiliki Keseimbangan yang baik, agar supaya mendukung
perkenaan kaki dengan bola ketika melakukan sepaksila. Sehingga dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh Keseimbangan terhadap
keterampilan sepaksila pada permainan sepaktakraw sebesar 5,38%.
5. Ada pengaruh langsung koordinasi mata kaki terhadap keterampilan sepaksila
pada permainan sepaktakraw.
Sepaksila dalam permainan sepaktakraw merupakan keterampilan terbuka
karena situasi akan berubah-ubah. komponen yang lain harus menunjukkan
kesesuaian dengan komponen gerak yang lain untuk merealisasikan tingkat
ketepatan yang akurat seperti kaki yang melakukan perkenaan dengan bola yang
melayang di udara. Di samping itu, juga terjadi keselaransan irama gerak, seperti
irama pergerakan komponen-komponen gerak kaki, penglihatan dan posisi badan
sehingga dibutuhkan koordinasi mata kaki yang baik. Sehingga dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa pengaruh koordinasi mata kaki terhadap keterampilan
sepaksila pada permainan sepaktakraw sebesar 42,38%.
6. Ada pengaruh keseimbangan terhadap keterampilan sepaksila pada permainan
sepaktakraw melalui koordinasi mata kaki.
Rangkaian gerak sepaksila pada permainan sepaktakraw yaitu sebelum
sentuhan, perlakuan awal, sentuhan dan setelah sentuhan. Dimana rangkaian gerak
tersebut memerlukan koordinasi dalam mengubah gerak kaki dari perlakuan awal
hingga setelah sentuhan serta memerlukan koordinasi mata kaki pada saat
sentuhan kaki dengan bola agar kaki mengenai bola tersebut dengan tepat.
Pada perlakuan awal, kaki siap menendang bola dengan melipat salah satu
kaki ke atas untuk perkenaan bola. Untuk mendukung gerakan kaki ke atas di
butuhkan keseimbangan yang secara otomatis mengangkat lipatan kaki secara
luwes dan tidak kaku. Sehingga dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
pengaruh keseimbangan terhadap keterampilan sepaksila pada permainan
sepaktakraw melalui koordinasi mata kaki sebesar 29,57 %.
7. Ada pengaruh kekuatan otot tungkai terhadap keterampilan sepaksila pada
permainan sepaktakraw melalui koordinasi mata kaki.
Koordinasi adalah kemampuan seseorang untuk merangkai beberapa unsur
gerak menjadi satu gerakan yang selaras dan sesuai tujuannya. Sangat
berhubungan dengan keterampilan sepaksila yang memembutuhkan koordinasi
dari berbagai rangkaian gerak seperti sikap awal, sebelum sentuhan, sentuhan dan
sikap akhir.
Untuk mengembangkan koordinasi adalah melatih gerakan yang simultan
dari yang mudah ke yang sulit, tempo rendah ke tempo yang tinggi, bentuk latihan
yang mengkoordinir saraf, otot, dan indra secara berulang-ulang, serta kombinasi
gerakan kanan dan kiri. Begitupun dalam keterampilan sepaksila yang
memerlukan koordinasi antara indra penglihatan (mata) dengan kaki pada saat
perkenaan kaki dengan bola serta koordinasi neuro muscular agar gerakan
keterampilan sepaksila itu tampak dengan adanya perintah dari serabut saraf ke
sarabut otot yang berada pada otot Guadriseps femoris, peroneus, gastroknemius
dan tibialis anterior agar mampu berkontraksi atau menahan beban seluruh tubuh
saat salah satu kaki dilipat ke atas pada saat melakukan keterampilan sepaksila
pada permainan sepaktakraw. Sehingga dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
pengaruh kekuatan otot tungkai terhadap keterampilan sepaksila pada permainan
sepaktakraw melalui koordinasi mata kaki sebesar 13,21%.
A. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian hipotesis serta pembahasan hasil penelitian, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan kekuatan otot tungkai
terhadap koordinasi mata kaki sehingga dapat dikatakan bahwa untuk
meningkatkan koordinasi mata kaki, maka perlu memperhatikan dan
meningkatkan kekuatan otot tungkai.
2. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan keseimbangan terhadap
koordinasi mata kaki sehingga dapat dikatakan bahwa untuk
meningkatkan koordinasi mata kaki, maka perlu memperhatikan dan
meningkatkan keseimbangan.
3. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan kekuatan otot tungkai
terhadap keterampilan sepaksila pada permainan sepaktakraw sehingga
dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan keterampilan sepaksila maka
perlu memperhatikan dan meningkatkan kekuatan otot tungkai.
4. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan keseimbangan terhadap
keterampilan sepaksila pada permainan sepaktakraw sehingga dapat
dikatakan bahwa untuk meningkatkan keterampilan sepaksila, maka perlu
memperhatikan dan meningkatkan keseimbangan.
5. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan koordinasi mata kaki
terhadap keterampilan sepaksila pada permainan sepaktakraw sehingga
dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan keterampilan sepaksila, maka
perlu memperhatikan dan meningkatkan koordinasi mata kaki.
6. Terdapat pengaruh yang signifikan kekuatan otot tungkai terhadap
keterampilan sepaksila pada permainan sepaktakraw melalui koordinasi
mata kaki sehingga dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan
keterampilan sepaksila, maka perlu memperhatikan dan meningkatkan
kekuatan otot tungka serta diikuti dengan peningkatan koordinasi mata
kaki.
7. Terdapat pengaruh yang signifikan keseimbangan terhadap keterampilan
sepaksila pada permainan sepaktakraw sehingga dapat dikatakan bahwa
untuk meningkatkan keterampilan sepaksila, maka perlu memperhatikan
dan meningkatkan keseimbangan serta diikuti dengan peningkatan
koordinasi mata kaki.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Dalam upaya meningkatkan keterampilan sepaksila pada permainan
sepaktakraw, maka pelatih, pembina dan guru penjas perlu
mengembangkan berbagai macam bentuk latihan yang dapat
meningkatkan komponen kekuatan otot tungkai, keseimbangan dan
koordinasi mata kaki secara sistematis dan berkesinambungan melalui
program jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
2. Dalam mencari calon pemain sepaktakraw untuk tingkat nasional,
khususnya pada tingkat sekolah. harus melalui tes fisik dan tes
keterampilan sepaksila.
3. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi keterampilan sepaksila pada permainan sepaktakraw
selain variabel yang diteliti, maka perlu penelitian lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono, Setiadi. 2012. Anatomi Tubuh Manusia. Cetak III. Bekasi: Laskar
Aksara.
Darwis, Ratinus. 1992. Olahragan Pilihan Sepaktakraw. Jakarta : Depdiknas.
Engel,Rick. 2010. Dasar Dasar Sepaktakraw. Diterjemahkan oleh Basuki Widyarso. Bandung: PT. Intan Sejati.
Halim, Nur Ichsani. 2011. Tes dan Pengukuran Kesehatan Jasmani. Revisi ke 2
Makassar : UNM .
Harsono.1988. Choaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma.
Hidayat, Syarif. 2014. Pelatihan olahraga teori dan metodologi. Cetakan pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hitammanis Hj. http://keterampilansikaladi.blogspot.co.id/2013/07/defenisi-atau-pengertian-keterampilan.html. Diakses Tanggal 16 Maret 2016 pukul: 13:35
Ismaryati. 2009. Tes dan pengukuran olaraga. Jawa tengah Kondi: LPP UNS dan UPT Penerbit dan Percetakan UNS.
Iverson.http://www.duniapelajar.com/2014/07/29/pengertian-keterampilan-menurut-para-ahli/ : Diakses Tanggal 16 Maret 2016 Pukul: 13:35.
Iyakrus. 2009. Permainan Sepaktakraw. Palembang : Penerbit Unsri.
Khalim, Daud Hj.1996.Sepaktakraw. Edisi pertama. Malaysia: Tunas Cemerlang.
Mylsidayu,Apta dkk. 2015. Ilmu Kepelatihan Dasar. Bandung: Alfabeta.Mohammad, Ahmad Wafi. 1996. Sepaktakraw. Cetakan ke Enam. Malaysia: Fajar
Bakti.
Nofriadi, Markis dkk. 2014. Meningkatkan Kemampuan Berjalan Melalui Latihan. Menendang bola bagi anak cerebal palsy Kelas Dasar Di SLB Hikmah Miftahul janna Padang. Jupekhu. Vol 3 No 1. Ejournal. Fip. Unp.ac.id.
Nurdin, Fatah dkk. 2012. Kekuatan otot atlet atletik PPLP DKI Jakarta. Gladi jurnal ilmu keolahragaan. Volume enam. No.1 journal.ppsunj.org/gjik/article/download/92/93. Diakses 21 januari 2016.
Nurhasan. 2001. Tas dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.
Rafsanjani, Rifki dkk. 2011. Tugas Media Cetak. UNESA. Diakses 20 Desember 2015.
Rahantoknam, Enward. 1988. Teori dan aplikasi dalam pendidikan jasmani. P2LPTK .Jakarta: Depdikbud.
Ramli. 2011. Pengaruh Daya Ledak Otot Tungkai, Kelentukan, Keseimbangan, dan Koordinasi Mata-Kaki Terhadap Keterampilan Servis Pada Permainan Sepaktakraw (Survey Pada Atlet Klub Sepaktakraw Makassar). Desertasi. Jakarta: UNJ.
Sajoto M. 1995. Peningkatann dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga.Cetakan Pertama. Edisi Revisi. Semarang: Dahara Prize
Salam, Sofyan. 2012. Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi. Edisi kelima. Makassar : Badan Penerbit UNM.
Sharkley, Brian J. 2011. Kebugaran dan Kesehatan. Diterjemahkan oleh Eri Desmarini Nasution. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Soegiarto, Tjaliek.1992. Ilmu Faal. Jakarta. Depdiknas.
Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Cetak ke 22. Bandung : Alfabeta. 2015. Metode penelitian pendidikan. Cetak ke 21. Bandung : Alfabeta.
Suhartiwi. 2015. Pengaruh kelentuka, kekuatan Otot tungkai,dan koordinasi mata kaki terhadap keterampilan sepaksila pada Atlit sepaktakraw sulawesi selatan. Tesis. Makassar: UNM
Suhud, Muhammad.1989. Sepaktakraw. Jakarta : PB Persetasi.
Sukadiyanto. 2010. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik..Yogyakarta:
UNY.
Wardhani, Indah Retno dkk. 2011. Kekuatan Otot dan Mobilitas Usia Lanjut Setelah Latihan Penguatan Isotonic Quadriceps Femoris di Rumah. Artikel: Jakarta.
Widiastuti. 2011. Tes dan Pengukuran Olahraga. Cetakan pertama. Jakarta : PT Bumi Timur Jaya.
Wirasaswiti, Ricky. 2013. Ilmu Urai Olahraga. Bandung : Alfabeta.
Yusuf, Ucup. 2004. Pembelajaran Permainan Sepaktakraw. Jakarta : Depdiknas. 2000.Kinesiologi. Jakarta : Depdiknas.