Bantuan Hidup Dasar (Bls) Revisi

18
2.3 Bantuan Hidup Dasar ( Resusitasi Jantung Paru ) Resusitasi Jantung Paru adalah teknik pemompaan jantung tanpa membuka dinding dada, terdiri atas dorongan tekanan yang intermitten pada dinding dada bersama dengan pemberian pernapasan buatan dan ditambah dengan defibrilasi. Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan, sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan henti jantung (cardiac arrest). Resusitasi jantung paru otak dibagi dalam tiga fase : bantuan hidup dasar, bantuan hidup lanjut, bantuan hidup jangka lama. Idealnya, RJP terdiri dari dua komponen : kompresi dada dikombinasi dengan pernafasan bantuan mulut kemulut. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support, disingkat BLS) adalah suatu tindakan penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk menghentikan proses yang menuju kematian. Tujuan utama dari BLS adalah

description

Basic Life Support Bantuan hidup dasarresusitasi parupola abc diubah menjadi cbacirculation - airway - breathing

Transcript of Bantuan Hidup Dasar (Bls) Revisi

Page 1: Bantuan Hidup Dasar (Bls) Revisi

2.3 Bantuan Hidup Dasar ( Resusitasi Jantung Paru )

Resusitasi Jantung Paru adalah teknik pemompaan jantung tanpa

membuka dinding dada, terdiri atas dorongan tekanan yang intermitten pada dinding

dada bersama dengan pemberian pernapasan buatan dan ditambah dengan defibrilasi.

Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan usaha yang dilakukan untuk

mengembalikan fungsi pernafasan, sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan

henti jantung (cardiac arrest). Resusitasi jantung paru otak dibagi dalam tiga fase :

bantuan hidup dasar, bantuan hidup lanjut, bantuan hidup jangka lama. Idealnya, RJP

terdiri dari dua komponen : kompresi dada dikombinasi dengan pernafasan bantuan

mulut kemulut.

Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support, disingkat BLS) adalah suatu

tindakan penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk

menghentikan proses yang menuju kematian. Tujuan utama dari BLS adalah untuk

melindungi otak dari kerusakan yang irreversibel akibat hipoksia, karena peredaran

darah yang berhenti selama 3-4 menit.

Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini dapat disingkat

dengan teknik A-B-C yaitu airway atau membebaskan jalan nafas, breathing atau

memberikan nafas buatan, dan circulation atau pijat jantung pada posisi shock.

Namun pada tahun 2010 tindakan BLS diubah menjadi C-A-B (circulation, airway,

breathing). Hal tersebut diubah karena, pada tindakan A-B-C, penekanan dada

seringkali terlambat karena didahului oleh pembukaan jalan napas untuk memberikan

Page 2: Bantuan Hidup Dasar (Bls) Revisi

napas mulut ke mulut ataupun pembebasan jalan napas akibat benda asing. AHA

menerapkan urutan CAB (Compression-Airway-Breathing ) dengan alasan bahwa

masih ada sisa oksigen dari nafas terakhir diparu-paru dan aliran darah, dan juga

meminimalisir waktu yang terbuang dikala membuka jalan nafas dan pemberian nafas

mouth to mouth yang sulit dilakukan oleh orang yang belum terlatih. Kompresi dada

tanpa diikuti tiupan dianjurkan AHA bagi orang tidak atau kurang terlatih, tetapi tetap

dapat menyelamatkan jiwa.

Dengan mengubah ke teknik C-A-B, kompresi dada dapat dilakukan lebih

awal dan keterlambatan ventilasi dapat minimal. Kompresi dada menyebabkan darah

mengalir dengan meningkatnya tekanan intrathoracic dan secara langsung memompa

jantung. Hal ini menyebabkan oksigen dan aliran darah dapat mencapai myocardium

dan otak.

Page 3: Bantuan Hidup Dasar (Bls) Revisi

Gambar : Tindakan C-A-B (Circulation – Airway – Breathing)

Sumber : Journal of The America Heart Association, Circulation, 2010.

Perubahan utama pada Guidelines for CPR and EEC 2010 oleh American

Heart Association (AHA) adalah sebagai berikut :

Alogaritma dari Universal adult Basic Life Support dibuat lebih sederhana

dengan menghilangkan bagian “Look, Listen, and feel for Breathing” (Lihat,

dengar, dan rasakan).

Penilaian segera / langsung berdasarkan penilaian respon dan pernafasan

tidak normal ( korban tidak bernafas/terengah-engah)

Penekanan terhadap high-quality CPR (dengan chest compression yang

adekuat dalam rate dan kedalamannya, meminimalisir gangguan pada saat

kompresi, dan mencegah ventilasi berlebih).

Terdapat perubahan urutan tindakan dimana chest compression dilakukan

sebelum memberikan napas buatan ( tindakan ABC diubah menjadi CAB ).

Penyelamat yang sendirian harus memulai CPR dengan mendahulukan 30

kompresi daripada 2 ventilasi untuk mengurangi terlambatnya kompresi

pertama.

Rata-rata kompresi harus sedikitnya 100/menit ( BLS yang lama menuliskan

mendekati 100/menit).

Kedalaman kompresi untuk dewasa diubah dari kisaran 1,5 – 2 inchi menjadi

paling sedikir 2 inchi (5cm).

Page 4: Bantuan Hidup Dasar (Bls) Revisi

AHA 2010 dalam panduannya memberikan 2 jenis algoritma BLS bagi korban

dewasa yaitu algoritma sederhana untuk penolong non petugas kesehatan dan

khusus untuk petugas kesehatan.

Gambar : Simple Alogarithma

Sumber : Journal of The America Heart Association, Circulation, 2010.

Page 5: Bantuan Hidup Dasar (Bls) Revisi

Gambar : BLS untuk petugas kesehatan

Sumber : Journal of The America Heart Association, Circulation, 2010.

Langkah-langkah Basic Life Support :

1) Memeriksa keadaan pasien, respon pasien, termasuk mengkaji ada / tidak

adanya nafas secara visual tanpa teknik Look Listen and Feel.

2) Melakukan panggilan darurat dan mengambil AED (Automated External

Defibrillator)

Page 6: Bantuan Hidup Dasar (Bls) Revisi

3) Circulation (Memulihkan sirkulasi darah dengan kompresi dada bila nadi

negative – Push hard and fast)

Pertama dilakukan perabaan pada nadi karotis dan menetukan denyut nadi

karotis. Jika ada denyut nadi maka dilanjutkan dengan memberikan

bantuan pernafasan, tetapi jika tidak ditemukan denyut nadi, maka

dilanjutkan dengan melakukan kompresi dada. Pemeriksaan denyut nadi

ini tidak boleh lebih dari 10 detik. Untuk penolong non petugas kesehatan

tidak dianjurkan untuk memeriksa denyut nadi korban.

Petugas berlutut jika korban terbaring di bawah, atau berdiri disamping

korban jika korban berada di tempat tidur.

Lokasi kompresi berada pada tengah dada korban (setengah bawah

sternum). Letakkan satu telapak tangan di atas pertengahan dada pasien,

antara puting. Letakkan tangan lain di atas tangan pertama. Posisikan siku

lurus dan posisikan bahu tepat segaris di atas posisi tangan. Penentuan

lokasi ini dapat dilakukan dengan cara tumit dari tangan yang pertama

diletakkan di atas sternum, kemudian tangan yang satunya diletakkan di

atas tangan yang sudah berada di tengah sternum. Jari-jari tangan

dirapatkan dan diangkat pada waktu penolong melakukan tiupan nafas

agar tidak menekan dada.

Page 7: Bantuan Hidup Dasar (Bls) Revisi

Gambar : Posisi tangan pada kompresi dada

Sumber : pub-healthtube.blogspot.com

Kompresi dada dilakukan sebanyak satu siklus (30 kompresi, sekitar 18

detik). Kecepatan kompresi diharapkan mencapai sekitar 100

kompresi/menit.

Kedalaman kompresi untuk dewasa minimal 2 inchi (5 cm), sedangkan

untuk bayi minimal sepertiga dari diameter anterior-posterior dada atau

sekitar 1 ½ inchi (4 cm) dan untuk anak sekitar 2 inchi (5 cm).

Page 8: Bantuan Hidup Dasar (Bls) Revisi

Gambar : Kompresi dada

Sumber : Journal of The America Heart Association, Circulation, 2010.

4) Airway with c-spine control (Membebaskan jalan napas)

Korban dengan tidak dicurgai cedera tulang belakang, dilakukan

pembebasan jalan nafas melalui head tilt – chin lift. Caranya dengan

meletakkan satu tangan pada dahi korban, lalu mendorong dahi korban ke

belakang agar kepala menengadah dan mulut sedikit terbuka (Head Tilt)

Pertolongan ini dapat ditambah dengan mengangkat dagu (Chin Lift).

Page 9: Bantuan Hidup Dasar (Bls) Revisi

Gambar : head-tilt dan chin-lift

Sumber : www.firstaidreference.com

Namun jika korban dicurigai cedera tulang belakang maka

bebaskan jalan nafas melalui jaw thrust yaitu dengan mengangkat dagu

sehingga deretan gigi Rahang Bawah berada lebih ke depan daripada deretan

gigi Rahang Atas sehingga menghilangkan obstruksi akibat palatum mole dan

epiglotis.

Gambar : Teknik Jaw Thrust

Sumber : Jurnal Penuntun Skill Lab Emergency and Patient Safety, 2012

5) Breathing

Ventilasi diberikan sebanyak 2 kali. Pemberian ventilasi dengan jarak 1 detik

diantara ventilasi. Perhatikan kenaikan dada korban untuk memastikan

Page 10: Bantuan Hidup Dasar (Bls) Revisi

volume tidal yang masuk adekuat. Untuk pemberian napas mulut ke mulut

langkahnya sebagai berikut :

Pastikan jalan napas terbuka dan kemudian pencet hidung hingga

tertutup rapat

Persiapkan diri untuk mengambil napas dan ambil napas seperti biasa

dan jangan terlalu dalam.

Buat keadaan mulut ke mulut yang serapat mungkin dan berikan satu

ventilasi tiap satu detik sambil dilihat apakah dada bergerak naik. Bila

naik, berikan pernapasan kedua. Bila dada tidak naik, lakukan kembali

head-tilt dan chin-lift dan kemudian baru berikan napas kedua. Ini

adalah satu siklus, dan kemudian dilanjutkan kembali dengan 30

kompresi dada.

Bila tidak memungkinkan untuk memberikan pernafasan melalui mulut

korban dapat dilakukan pernafasan mulut ke hidung korban.

Untuk pemberian melalui bag mask pastikan menggunakan bag mask

dewasa dengan volume 1-2 L agar dapat memeberikan ventilasi yang

memenuhi volume tidal sekitar 600 ml.

Setelah terpasang advance airway maka ventilasi dilakukan dengan

frekuensi 6 – 8 detik/ventilasi atau sekitar 8-10 nafas/menit dan

kompresi dada dapat dilakukan tanpa interupsi.

Page 11: Bantuan Hidup Dasar (Bls) Revisi

Gambar : Mouth to mouth breathing

Sumber : Sumber : Jurnal Penuntun Skill Lab Emergency and Patient Safety, 2012

Resusitasi Jantung Paru kemudian terus dilakukan hingga alat defibrilasi

otomatis datang, pasien bangun, atau petugas ahli datang.

Gambar : Resusitasi Jantung Paru, Tindakan CAB

Sumber : 2010 AHA Guidelines: The ABCs of CPR Rearranged to “CAB”.

Page 12: Bantuan Hidup Dasar (Bls) Revisi

6) Defibrilasi

Khusus untuk petugas kesehatan, penggunaan alat defibrilasi otomatis

sebaiknya segera dilakukan setelah alat tersedia/datang ke tempat kejadian.

Pergunakan program/panduan yang telah ada, kenali apakah ritme tersebut dapat

diterapi kejut atau tidak, jika iya lakukan terapi kejut sebanyak 1 kali dan

lanjutkan RJP selama 2 menit dan periksa ritme kembali. Namun jika ritme tidak

dapat diterapi kejut lanjutkan RJP selama 2 menit dan periksa kembali ritme.

Lakukan terus langkah tersebut hingga petugas ACLS (Advanced Cardiac Life

Support ) datang, atau korban mulai bergerak.

Page 13: Bantuan Hidup Dasar (Bls) Revisi

Sumber :

Guyton. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Penerbit buku kedokteran EGC.

Jakarta : 2006

2010 AHA Guidelines: The ABCs of CPR Rearranged to “CAB”.

Journal of The America Heart Association, Circulation, 2010.

Jurnal Penuntun Skill Lab “Emergency and Patient Safety”, Tim pelaksana skill lab

fakultas kedokteran Universitas Andalas, 2012