BANTALAN DAN POROS - Universitas Sriwijaya
Click here to load reader
-
Upload
ragerishcire-kanaalaq -
Category
Documents
-
view
381 -
download
10
Transcript of BANTALAN DAN POROS - Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya
ELEMEN MESIN I
1
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sejalan semakin tingginya ilmu pengetahuam dan teknologi yang lebih
modern, dalam penyusunan laporan ini dilakukan usaha untuk mengikuti
perkembangan jaman yang semakin pesat. Maka ambisi untuk tetap unggul di
dalam persaingan industri, mendorong para sarjana teknik dan ilmuan untuk
melakukan inovasi dalam bidang teknologi dan produksi.
Para sarjana teknik perlu mengetahui cara-cara pemprosesan bahan teknik
dan pengaruh proses dari sifat bahan. Untuk desain atau produksi secara mampu
saing, seorang sarjana teknik mesin perlu memahami kelebihan dan keterbatasan
berbagai proses dan disanmping itu harus dapat meramalkan toleransinya
sekaligus. Ahli teknik dan para ilmuan yang berkecimpung dalam kegiatan
penelitian serta pengembangan harus terus mengikuti dan memahami cara
manufaktur dan perakitan yang semakin kompleks untuk itu keterkaitan penelitian
dan hasilnya harus dapat berkelanjutan.
Adapun dalam pokok permasalan yang diangkat dalam penyusunan
makalah ini mengangkat tentang Bantalan dan Poros. Dan penulisan literature ini
mampu mendorong dan memotivasi para sarjana teknik khususnya para sajana
teknik mesin untuk dapat mengetahui bagaimana bentuk-bentuk, fungsi dari
bantalan dan poros.
B. Pembataan masalah
Dalam penulisan ini, penulis membatasi hanya pada masalah bagian struktur mesin perkasas sendiri yang terdiri dari: 1. pengertian dan manfaat dari jenis-jenis bantalan dan poros 2. jenis-jenis dan bagian utama dari jenis-jenis bantalan dan poros. 3. pengerjaan jenis-jenis bantalan dan poros.
Universitas Sriwijaya
ELEMEN MESIN I
2
C. Tujuan dan manfaat penulisan
1. Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Memberikan pengetahuan bentuk dan jenis-jenis bantalan dan poros.
b. Memberikan pengetahuan fungsi dan manfaat dari jenis-jenis bantalan dan
poros.
2. Manfaat penulisan makalah ini adalah:
a. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk dan jenis-jenis bantalan dan poros.
b. Mahasiswa mengetahui fungsi dan manfaat dari bantalan dan poros.
D. Metodeologi
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini dengan mengambil
intisari dari literature yang ada sehingga saling mengisi antara satu dengan yang
lain.
Universitas Sriwijaya
ELEMEN MESIN I
3
BAB II
BANTALAN
A. Bantalan Gelinding
1. Sifat – sifat
a. Gesekan mula yang jauh lebih kecil (besarnya gesekan mula sekitar 0,002
sampai 0,006 untuk bantalan cakram tanpa sill) dan pengaruh yang lebih kecil
dari jumlah putaran terhadap gesekan.
b. Gesekan kerja lebih kecil sehingga penimbulan panas lebih kecil pada
pembebanan yang sama.
c. Penurunan waktu pemasukan dan pengaruh bahan dari poros.
d. Pelumasan terus menerus yang sederhana dan hampir bebas pemeliharaan
pada jumlah pelumas yang jauh lebih sedikit.
e. Tanpa kecuali, kemampuan dukng yang lebih besar besar setiap lebar
bantalan.
f. Normalisasi dari pengukuran luar, ketelitian (presisi), pembebanayn yang diizinkan dan perhitungan dari umur kerja.
2. Batas – batas pengunaan
Bantalan gelinding lebih menguntungkan dari pada bantalan luncur, tetapi
dalam hal tertentu bantalan luncur tetap digunakan antara lain :
Kalau kebisingan bantalan gelinding mengganggu maka kita dapat
menggunakan bantalan luncur.
Pada kejutan yang kuat dalam putaran bebas contohnya pada mesin cadangan.
Pada bantalan yang dipecah pecah
Pada bantalan radial yang sangat besar
Pada bantalan aksial kecepatan tinggi dari generator dan turbin dan bantalan
yang sangat kecil dalam peralatan yang murah, contohnya pada bantalan
luncur-plastik dalam mesin rumah tangga.
Universitas Sriwijaya
ELEMEN MESIN I
4
Batas jumlah putaran untuk bantalan gelinding ketepatan dan disain normal
pada pembebanan menengah (LH > 30000) dan pelumasan gemuk.
Pada pelumasan minyak (bak minyak) maka jumlah putaran yang diizinkan
lebih tinggi (sesuai gambar). Pelumasan dari batas jumlah putaran adalah
dimungkinkan, kalau disemaikan minyak, pelumasan kabut minyak, pelumasan
semprot minyak) dalam setiap disain bantalan. Nilai standar untuk kondisi jumlah
putaran yang dapat dicapai terdapat pada gambar.
Gambar 1. Badan gelinding: a) Peluru, b) Sunder, c) Jarum, d) Rol krucut, e) Rol bulat simetris, t) Rol
buiat tidak iimetris.
3. Bentuk konstruksi
Suatu bantalan gelinding terdiri dari dua badan alur rol dan badan gelinding
yang terpasang diantaranya, yang semuanya oleh suatu sarangan yang dipisahkan satu
sama lain dan dipegang bersama-sama. Sebagai badan gelinding adalah peluru, rol
atau jarum.
Gambar 2. Bantalan peluru. a) Bantalan peluru rel (satu baris), b) Bantalan peluru ret (dua baris), c)
Bantalan peluru miring miring satu baris, d) Bantalan peluru miring dua baris, e) Bantalan peluru pundak, f) Bantalan peluru ayun, g) Bantalan peluru rel.sksial, bekerja satu sisi.
Universitas Sriwijaya
ELEMEN MESIN I
5
Berbagai bentuk konstruksi bantalan gelinding ditunjukan Gambar. Sebagai
bantalan radial ditandai dengan bentuk konstruksi bantalan gelinding dengan suatu
sudut persinggungan α < 45o. Kondisi onstruksi untuk gerakan gelinding murni
terhadap jalur rol ditunjukan Gambar.
Gambar 3. Bantalan roi a) Bantalan rol sunder dengan berbagal bentuk konstruksi, b) Bantalan rol ayun, c) Bantalan rol buht, d) Bantalan rol kerucut, e) Bantalan rol ayun aksial.
Gambar 4. Bantalan jarum. a) Bantalan jarum lengkap, b) Bantalan jarum langsung, c) Bantalan jarum
setengah langsung. Pada disain a seringkali juga sisi putar dan jarum dipasangkan pada tepi yang kuat.
Universitas Sriwijaya
ELEMEN MESIN I
6
4. Bahan
Untuk bahan gelinding dan cincin jalur rol biasana dignakan baja bantalan rol
yang dikeraskan (menurut lembaran baja besi 350 – 53 bantalan gelinding, dengan
0,9 - 1,1 % C; 0,4 - 1,65 % Cr; 0,15 – 0,7 % Si; 0,25 – 1,2 % Mn.) dalam hal khusus
juga bahan pengganti, baja bebas karat dan baja non magnetis dalam setiap hal pada
bantalan yang sangat besar juga Baja Si – Mn ditemper mengeras sendiri dengan
kekuata patah σB ≈ 1800 N/mm2. Kekerasan maksimum pada baja bantalan gelinding
normal tidak boleh melebihi 63 HRC atau 750 HV.
5. Pemilihan
Untuk pembebanan aksial murni, semua bantalan radial sesuai dengan
pembebanan aksial murni adalah semua bantalan aksial dan semua bantalan peluru
radial, untuk sebab kombinasi maka diutamakan bantalan peluru rel, bantalan peluru
pundak, bantalan rol kerucut, bantalan rol ayun dan bantalan rol bulat. Pada
bengkokan poros yang besar atau kesalahan kelurusan yang tidak dapat dihindari
maka dipakai bantalan ayun.
6. Pemasangan
Untuk pemilihan jenis pasan (passing) artinya adalah pembebanan yang
dikerjakan pada suatu cincin tunggal. Berdasarkan gerakan relatif antara beban
dengan cincin bantalangelinding dibedakan dengan beban keliling dan beban titik.
Universitas Sriwijaya
Gambar 5. Penguatan cincin dalam terhadap poros. a) dengan mur dan keping pengaman, b) dengan keping ujung, c) dengan cincin tenggelam (hati-hati terhadap pengaruh takikan!) d) hanya dipasangkan dengan panas, bahwa gaya aksial tetap meluruskan terhadap pundak poros e). dengan soket penegang (luncuran poros tank yang dimungkinkan adalah ISO h 1O/1T7), f) dengan soket penanik (poros ISO h9/1T6 dengan pundak diperlukan), g) tethadap poros tirus (sulit menyetel, hanya dalam konstruksi mesin perkakas). Pada a dipenlukan 2 nat penanik dalam pundak poros. Pdda ,,beban keilling untuk cincin dalam” maka a), b), c) dan d) harus pasanjepit (pres), e), f), g) harua menyimpan suatu besar gesekan yang sesuai. 141n dan pada soket penegang juga dipakai cincin penegang eksentris.
Beban keliling untuk suatu cincin bantalan diperhitungkan, kalau cincin ini
berputar relatif terhadap arah beban pada beban titik untuk cincin tersebut relatif
terhadap arah gaya. Cincin harus terpasang erat. Cara penguatan cincin dalam
terhadap poros harus diberikan lapisan penutup yang cukup.
Untuk bantalan sebuah poros harus dipertimbangkan, mana tempat bantalan
yang harus diarahkan dakam arah aksial dan mana yang booleh dipasangkan bebas
atau apakah setiap tempat bantalan harus mrngalami pengarahan aksial mmenurut
arahnya masing-masing. Di sini panas dalam operasi harus dipehatikan.
7. Kerusakan Bantalan
Kerusakan bantalan dapat disebabkan :
1. Karena kesalahan bahan (penggerusan, pengaluran, pelapisan dengan plat), karena
kesalahan pembuatan (peretakan berat atau halus, kesalahan toleransi atau
kesalahan celah bantalan, panas-bising)
2. Karena kesalahan pemasangan: Pasan terlalu loggar (cunsin-cincin terputar,
keausan pasan); pasan terlalu erat (ventilasi kurang, suhu meningkat, penegangan
ELEMEN MESIN I
7
Universitas Sriwijaya
ELEMEN MESIN I
8
lebih); pembenjolan (keausan jalur jalan dan rol atau pencekungan, pada salah
satu pihak saja); motivasi salah (penekananyang tertinggal, pematahan);
3. Karena kesalahan operasi; bahan pelumas yang tidak sesuai (korosi, pelarutan);
pengotoran (keausan, berjalan bising, penekanan dalam jalur rol dn badan
gelinding, peremukan); guncangan pada putaran bebas dan pelintasan arus
(berbagai jenis dari pembentukan lekukan - lekukan).
8. Bantalan gelinding yang lain
1. Sambungan susut peluru atau rol
Sambungan susut peluru atau rol dari jalur badan rol, yang dipanaskan pada
bagian mesin yang berhubungan. Melalui satu atau lebih deretan badan gelinding
dapat diteuskan gaya atau momen pada jumlah putaran kecil. Badan jalur rol
digabungkan dengan elemen pemegang (flens, lubang tembut atau lubang berulir) dan
semuanya elemen penggerak (cincin bergerigi). Pengunaan nya pada keran putar,
eskavator, gandengan mobil pengangkut, menara putar: diameter luas sekitar 800 –
4500 mm.
Gambar 6. Sambungan putar. a) sambungan putar peluru dengan gerigi dalam (menurut Rothe Erde),
b) simbungan putar rol dengan gerigi dalam (menurut Kugeffisher).
Universitas Sriwijaya
ELEMEN MESIN I
9
2. Bantalan peluru kawat
Bantalan peluru kawat adalah merupakan bantalan empat titik, yaitu setiap
deretan peluru mempunyai 4 jalur rol. Ini terdiri dari kawat baja berkekustsn tinggi
(HB kerasnya 400 – 680), ysng diletakan dalam cincin yang berhubungan yang
terbuat dari baja, logam atau plastik dan digilas dengan beban tinggi. Ketepatan jalan
dan jumlah putaran tinggi dimungkinkan. Penggunaan dalam mesin perkakas,
penyangga putar untuk antena dan pencari arah radio. Diameter luar sekitar 800-4500
mm pada badan cincin datu bagian, sampai 7000mm pada badan cincin gabungan.
Gambar 7. Bantalan peluru kawat,..a) pengarahan peluru, b) bus peluru (menurut INA).
3. Pengarahan peluru
Pengarahan peluru terdiri dari satu bus luar, sarangan dengan peluru dal bus
dalam atau poros. Tempat dari bus luar dapat juga merupakan suatu jalr pengarah
langsung dalam sebuah rumahan. Gerakan pemindahan aksial terbatas, karena
sarangan menderita setengah dari pemindahan dan terangkat keluar dari pengarahnya.
Gekaran aksial terbatas, karena sarangan menderita setengah dari pemindahan dan
terangkat keluar dari pengarahnya. Gerakan aksial murni dan gerakan sekrup
dimungkinkan.
Universitas Sriwijaya
ELEMEN MESIN I
10
4. Soket peluru
Terdiri dari tiga atau lebih rel peluru dengan pengarahan balik. Dengannya
maka pengangkatan tidak terbatas, hanya sesuai untuk gerakan aksial murni.
5. Pengarahan rol
Sarangan berbentuk ringan dengan rol banyak yang ujung-ujungnya
merupakan elemen penyambung, sehingga sarangan yang lebih banyak dapat
digabungkan kepada pengarah rol yang lebih panjang. Juga penyambungan kepada
sisi memanjang dalam sudut tegak lurus dimngkinkan untuk letakan pelekukan V dari
pengarahan kereta luncur.
Gambar 8. Bantalan suatu kereta luncur mesin perkakas dengan pengarahan rol menurut Rob. Kling, Wetz1at.
Universitas Sriwijaya
ELEMEN MESIN I
11
BAB III
POROS
A. Pengertian Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama dalam
transmisi seperti dipegang oleh poros.
Poros (keseluruhannya berputar) adalah untuk mendukung suatu momen putar
dan mendapat tegangan puntir atau tegangan puntir dan tekuk..Menurut arah
memanjangnya (longitudinal) maka dibedakan poros yang bengkok (poros engkol)
terha. dap poros lurus biasa, sebagai poros pejal atau poros berlubang,
keseluruhannya rata atau dibuat mengecil. Menurut penampang melintangnya
disebutkan sebagai poros bulat dan poros profil.
B. Macam-macam Poros
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya
sebagai berikut:
1. Poros transmisi (line Shaft)
Poros ini mendapat beban puntir dan lentur. Daya ditransmisikan kepada
poros ini melaui kopling, roda gigi, puli sabuk, rantai, dll.
2. Spindel (spindle)
Poros yang pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban
utamanya berupa puntiran. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah
deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
3. Gandar (axle)
Poros ini terletak diantara roda-roda kereta api, dimana tidak mendapat
beban puntir, dan tidak berputar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur,
Universitas Sriwijaya
ELEMEN MESIN I
12
kecuali jika digerakkan oleh pengerak mula dimana akan mengalami beban
puntir juga.
4. Poros (shaft)
Poros yang ikut berputar untuk memindahkan daya dari mesin ke
mekanisme yang digerakkan. Poros ini mendapat beban murni dan lentur.
5. Poros luwes
Poros yang berfungsi untuk memindahkan daya dari dua mekanisme.
Dimana perputaran poros membentuk sudut dengan poros lainnya. Daya yang
dipindahkan kecil.
C. Hal-hal Penting dalam Perancangan Poros
Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam merencanakan sebuah poros adalah:
1. Kekuatan poros
Transmisi dapat mengalami beban punter atau lentur atau gabungan
diantara keduanya. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan seperti
poros baling-baling kapal atau turbin dll.
Kelelahan, pengaruh konsentarasi tegangan bila diameter pors diperkecil
atau poros bertenaga, mempunyai alur pasak harus diperhatikan.
Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan
beban-beban diatas.
2. Kekuatan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau difleksi puntirannya terlalu besar akan mengakibatkan ketidak
telitian atau menimbulkan getaran dan suara.
Karena itu kekuatan poros harus diperhatikan dan disesuaikan dengan
jenis mesin yang akan dilayani oleh poros tersebut.
Universitas Sriwijaya
ELEMEN MESIN I
13
3. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran
tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut dengan
putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik, dll. Jika
mungkin poros harus direncanakan sedemikian rupa sehingga putaran kerjanya
lebih rendah dari putaran kritisnya.
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk propeller dan pompa bila
terjadi kontak dengan media yang korosif. Demikian pula untuk poros yang
terancam kavitasi dan poros mesin yang sering berhenti lama.
D. Bahan Poros
Secara umum untuk poros dengan diameter 3-3 ½ in di pergunakan bahan
yang dibuat dngan pengerjaan dingin, baja karbon. Dan bila yang di butuhkan untuk
mampu menahan beban kejut, kekerasan dan tegangan yang besar maka dipakai
bahan baja paduan. Bila diperlukan pengerasan permukaan dipakai bahan dengan baja
yang dikarburising.
Karena sangat tahan terhadap korosi, poros ini dipakai untuk meneruskan
putaran tinggi dan beban berat. Sekalipun demikian pemakaian baja paduan khusus
tidak selalu dianjurkan jika hanya alsan putaran tinggi dan beban berat. Dalam hal
demikian perlu dipertimbangkan penggunaan baja karbon yang diberi perlakuan
panas secara tepat untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan.
Universitas Sriwijaya
Pemilihan bahan poros (pada tabel) selain diarahkan menurut beban yang
dikenakan dan kekakuan bentuk yang diperlukan juga menurut kondisi
pemasangannya, contohnya pada poros Rituel yang bahannya dipilih setelah untuk
roda giginya. Pada bantalan luncur maka keausan dan sifat putaran darurat memegang
peranan penting. Selanjutnya perlu diperhatikan lagi, bahwa dengan makin kerasnya
maka kekuatan tank meningkat, tetapi pemuaian dan nilai pukulan takikan menurun
(kepekaan takikan lebih tinggi!).
Disain: diarahkan menurut bagian tetap yang mana poros atau gandar
dihubungkan (Bantalan, sil dan naf dan piringan atau roda yang dipasangkan).
Sebagai gambaran maka tempat sambungan yang dibuat dengan benar, yang
peralihannya dibulatkan dengan baik, yaitu umumnya pada perlemahan dan berbagai
pengaruh takikan (lihat Gambar). Contoh untuk pembentukan yang baik dan
peralihan dan dudukan naf lihat Gambar
ELEMEN MESIN I
14
Universitas Sriwijaya
Gambar 9. Tempat takikan pada poros 1 Dudukan kerucut, 2 Ulir, 3 Alur untuk plat pengaman, 3
Dudukan kuat untuk bantalan gelinding, 4 Alur pegas pas, 5 Lubang melintang, 6 Dudukan
bantalan luncur, 7 Alur untuk cincm pengaman, 8 Ujung-ujung (Pengurangan kekuatan
dinamis karena pengaruh takikan lihat Gambar 3/27).
E. Poros dengan Beban Puntir
Sebuah poros yang mendapat pembebanan utama berupa momen punter,
seperti poros motor pada kopling.
Momen puntir harus dihitung dari gaya N (Hp) yang ditransmisikan dengan
putaran n (rpm) poros adalah:
000.63.
000.33)12nMtFV
==)(000.33(.2 nMtN =
π ….……… (1.1)
atau
Mt = 63.000 N/n (lb in) ………… (1.2)
Dimana: N = daya yang ditranmisikan (Hp) Mt = momen torsi (lb in) n = putaran poros (rpm)
F = gaya (lb) V = kecepatan(rpm)
ELEMEN MESIN I
15
Universitas Sriwijaya
ELEMEN MESIN I
16
Kalau satuan yang dipakai adalah metris, maka rumus yang dipakai adalah:
Mt = 71.620 N/n (kg cm) ………… . (1.3)
Dimana : N = daya (Hp)
n = putaran (rpm)
Bila momen torsi Mt (lb in) dibebankan pada suatu diameter poros ds (inci),
maka tegangan puintir τt (psi) yang terjadi adalah:
33
1,5
sst d
Mtd
MtWtMt
===π
τ
16
…………… (1.4)
F. Putaran Kritis dan Kekuatan Poros
1. Putaran Kritis
Untuk poros putaran tinggi, putaran kritis sangat diperhitungkan. Pada
mesin-mesin yang dibuat secara baik, putaran kerja didekat atau diatas puataran
kritis tidak terlalu berbahaya. Tetapi demi keamanan dapat diambil pedoman
secara umum bahwa putaran kerja poros maksimum tidak boleh melebihi 80%
putaran kritisnya. Untuk mecari putaran kritis dari proses yang ditumpu kedua
ujungnya, dipakai persamaan Rayleigh.
21
2222211
......
7,187 mmc YWYWYW
YWYWYWn
++++++
=2211 mm
………….. (1.6)
Dimana: nc = putaran kritis (rpm)
Wm = berat massa yang berotasi pada titik m (lb)
Ym = defleksi yang terjadi pada massa Wm (in)
Universitas Sriwijaya
ELEMEN MESIN I
17
2. Kekakuan Poros
Kekakuan poros terhadap momen torsi sangat berpengaruh terhadap
terjadinya defleksi sudut. Kalau defleksi malampaui bats tertenru, akan
menimbulkan getaran sehingga besarnya deformasi yang disebabkan oleh momen
torsi pada poros harus dibatasi. Untuk poros yang dipasang pada mesin umum
dalam kondisi kerja normal, besarnya defleksi sudut dibatasi 0,08[deg/ft] panjang
poros. Untuk poros tranmisi besarnya defleksi sudut dibatsi 1 derajat untuk
panjang poros sebesar 20 x diameter poros dan untuk poros Cam pada mesin
Pembakaran dalam dan dibatasi 0,5 derajat tanpa memperhatikan panjang poros .
Jika ds adalah diameter poros (in), θ defleksi sudut (deg). L panjang
poros (in). Mt momen punter (lb in) dan θ modulus geser (lb/in2), maka:
4..854
dsLMt
θθ = …………………… (1.7)
Universitas Sriwijaya
ELEMEN MESIN I
18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Suatu bantalan gelinding terdiri dari dua badan alur rol dan badan gelinding yang
terpasang diantaranya, yang semuanya oleh suatu sarangan yang dipisahkan satu
sama lain dan dipegang bersama-sama. Sebagai badan gelinding adalah peluru,
rol atau jarum.
2. Untuk bahan gelinding dan cincin jalur rol biasana dignakan baja bantalan rol
yang dikeraskan (menurut lembaran baja besi 350 – 53 bantalan gelinding,
dengan 0,9 - 1,1 % C; 0,4 - 1,65 % Cr; 0,15 – 0,7 % Si; 0,25 – 1,2 % Mn.)
3. Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama dalam
transmisi seperti dipegang oleh poros
4. Pemilihan bahan poros (pada tabel) selain diarahkan menurut beban yang
dikenakan dan kekakuan bentuk yang diperlukan juga menurut kondisi
pemasangannya
B. Saran
Sebagai akhir dari kesimpulan ini, penulis mengharapkan agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis umumnya dan pembaca khususnya. Semoga makalah
ini dapat menjadi contoh untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
sesuai dengan pengaplikasiannya.
Universitas Sriwijaya
ELEMEN MESIN I
19