Bank Umum Swasta

147
ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, BI RATE DAN NILAI TUKAR RUPIAH (KURS) TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) BANK UMUM SWASTA NASIONAL (Studi Empiris Pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang Terdaftar Di BEI Periode 2006-2012) Disusun oleh : FAJAR ARI JUNIARTI 109081000071 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M

description

bank

Transcript of Bank Umum Swasta

Page 1: Bank Umum Swasta

ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON

PERFORMING LOAN, BI RATE DAN NILAI TUKAR RUPIAH

(KURS) TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) BANK UMUM

SWASTA NASIONAL

(Studi Empiris Pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang

Terdaftar Di BEI Periode 2006-2012)

Disusun oleh :

FAJAR ARI JUNIARTI

109081000071

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H / 2013 M

Page 2: Bank Umum Swasta

i

ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON

PERFORMING LOAN, BI RATE DAN NILAI TUKAR RUPIAH (KURS)

TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) BANK UMUM SWASTA

NASIONAL

(Studi Empiris Pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang

Terdaftar Di BEI Periode 2006-2012)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Fajar Ari Juniarti

NIM : 109081000071

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, MM Adhitya Ginanjar, SE, M.Si

NIP. 19490602 197803 1 001 NIP. 19740810 201101 1 001

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H / 2013 M

Page 3: Bank Umum Swasta

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa Tanggal 7 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Tiga Belas telah dilakukan

Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

Nama : Fajar Ari Juniarti

NIM : 109081000071

Jurusan : Manajemen

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan,

BI Rate, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Profitabilitas

(ROA) Bank Umum Swasta Nasional (Studi Empiris Pada 10 Bank

Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang Terdaftar di BEI

Periode 2006-2012)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 7 Mei 2013

1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS ( ___________________ )

NIP. 19570617 198503 1 002 Ketua

2. Leis Suzanawati, SE, M. Si ( ___________________ )

NIP. 19720809 200501 2 004 Sekretaris

3. Adhitya Ginanjar, SE, M.Si ( ___________________ )

NIP. 19740810 201101 1 001 Penguji Ahli

Page 4: Bank Umum Swasta

iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Hari ini 26 Agustus 2013, telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Fajar Ari Juniarti

2. NIM : 109081000071

3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, BI Rate,

dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Swasta Nasional

(Studi Empiris Pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang Terdaftar di BEI

Periode 2006-2012).

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan

selama proses Ujiain Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan

LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 26 Agustus 2013

1. Leis Suzanawati, SE., M.Si ( ________________________ )

NIP : 19720809 200501 2004 Ketua

2. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si ( ________________________ )

NIP: 19731221200501 2002 Sekretaris

3. Murdiyah Hayati S. Kom, MM ( ________________________ )

NIP : 19741003 200312 001 Penguji Ahli

4. Dr. Yahya Hamja, MM ( ________________________ )

NIP : 19490602 197803 1 001 Pembimbing I

5. Adhitya Ginanjar, SE, M.Si ( ________________________ )

NIP : 19740810 201101 1 001 Pembimbing II

Page 5: Bank Umum Swasta

iv

LEMBAR PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Fajar Ari Juniarti

NIM : 109081000071

Jurusan : Manajemen

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan

dan mempertanggung jawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber

asli atau tanpa izin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertaggung jawab atas

karya ini.

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui

pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata ditemukan bukti bahwa

saya melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenakan sanksi berdasarkan

aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya,

Tangerang, Juli 2013

Yang menyatakan

Materai

Rp.6000,-

Fajar Ari Juniarti

109081000071

Page 6: Bank Umum Swasta

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Fajar Ari Juniarti

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 16 Juni 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jl. Legoso Raya RT.005 RW.08 No.13D

Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang

Selatan 15419

No. Telepon/ HP : (021) 7428668 / 085779631560

Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1997 – 2003 : SD Negeri Kp.Utan II

2003 – 2006 : SMP Negeri 4 Ciputat

2006 – 2009 : SMA Negeri 2 Ciputat

2009 – Sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI

2006 – 2009 : Anggota Rohis SMA Negeri 2 Ciputat

2009 – Sekarang : Anggota Himpunan Mahasiswa Islam

(HMI), Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

IV PENGALAMAN KERJA

2012 : Fundraising Mizan Amanah Yatim dan

Dhuafa

Page 7: Bank Umum Swasta

vi

Abstract

This study aims to analyze the effect of capital adequacy ratio, non

performing loan, the BI rate, and exchange rate as an independent variable on

bank profitability be measured by return on assets as the dependent variable.

This study used a sample of 10 BUSN exchange listed on the Stock

Exchange at the time of the study was 7 years ie from 2006 to 2012. Sampling

method used was purposive sampling method and statistical test used is a panel

regression with fixed effect models. Empirical results of this study indicate that

there are significant variables simultaneously on capital adequacy ratio, non-

performing loans, the BI rate, and the exchange rate on return on assets by

probability is 0.000000. The results also show that the partial variable capital

adequacy ratio significantly positive with a probability of 0.0268, non-performing

loans variable does not affect the probability of 0.9782, BI variable rate

significantly negative with a probability of 0.0182, and variable exchange rate

significantly negative with probability 0.0041. And the relationship between the

independent variable on the dependent variable is equal to 68.7562%, which

means that the rest influenced by other variables not included in the model.

Keywords: capial adequacy ratio, non-performing loans, the BI rate, the

exchange rate, return on assets and profitability.

Page 8: Bank Umum Swasta

vii

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh capital adequacy

ratio, non performing loan, BI rate, dan nilai tukar rupiah sebagai variabel bebas

terhadap profitabilitas bank yang diukur dengan return on asset sebagai variabel

terikatnya.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 10 BUSN devisa yang

terdaftar di BEI dengan waktu penelitian adalah 7 tahun yaitu dari tahun 2006 –

2012. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode purposive

sampling dan uji statistik yang digunakan adalah uji regresi panel dengan model

fixed effect. Hasil empiris penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh

secara simultan pada variabel capital adequacy ratio, non performing loan, BI

rate, dan nilai tukar rupiah terhadap return on asset dengan probabilitas sebesar

0,000000. Hasil penelitian ini juga menunjukan secara parsial bahwa variabel

capital adequacy ratio berpengaruh signifikan positif dengan probabilitas sebesar

0,0268, variabel non performing loan tidak berpengaruh dengan probabilitas

sebesar 0,9782, variabel BI rate berpengaruh signifikan negatif dengan

probabilitas sebesar 0,0182, dan variabel nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan

negatif dengan probabilitas 0,0041. Dan hubungan antara variabel independen

terhadap variabel dependen adalah sebesar 68,7562%, yang berarti sisanya

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam model.

Kata kunci: capial adequacy ratio, non performing loan, BI rate, nilai tukar

rupiah, return on asset dan profitabilitas.

Page 9: Bank Umum Swasta

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas karunia, hidayah,

rahmat, dan kasih sayang-Nya yang diberikan kepada kita semua. Shalawat dan

salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga

dan sahabat-sahabatnya.

Seiring berjalannya waktu, syukur alhamdulillah atas kasih sayang yang

Allah SWT berikan penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pembuatan skripsi

yang berjudul “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan,

BI Rate, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank

Umum Swasta Nasional (Studi Empiris Pada 10 Bank Umum Swasta Nasional

Devisa Terbesar Yang Terdaftar Di BEI Periode 2006-2012)”. Dimana skripsi ini

merupakan salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi dalam Jurusan

Manajemen konsentrasi Perbankan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis penyadari isi dari penelitian skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, mengingat keterbatasn, kemampuan dan pengetahuan yang

dimiliki, namun penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun skripsi

ini dengan baik.

Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga

terselesaikannya pembuatan skripsi ini telah banyak pihak yang membantu dan

memberikan dukungan. Tak lupa peneliti mengucapkan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini:

1. Allah SWT atas segala karunia, nikmat, hidayah, rahmat serta kasih

sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

2. Ayah dan ibuku tercinta yang senantiasa memberikan motivasi, arahan

serta doa yang tak henti-hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Page 10: Bank Umum Swasta

ix

3. Kakaku Mba Dewi dan kakak iparku kak Jack serta adikku Puput dan

keponakanku tersayang Kayyisah yang selalu menemani, menghibur,

memotivasi dan memberikan dukungannya kepada penulis.

4. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku pembimbing I yang telah besedia

meluangkan waktu serta sabar dalam memberikan pengarahan dan

bimbingan dalam proses penyususan skripsi ini.

5. Bapak Adhitya Ginanjar, SE, M.Si selaku pembimbing II yang telah

besedia meluangkan waktu serta sabar dalam memberikan pengarahan

dan bimbingan dalam proses penyususan skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis.

7. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi Bashori, BA., MA selaku Ketua Jurusan

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selalu memberikan

motivasi dan pengarahan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa

yang berhasil.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selama ini

memberikan arahan dan ilmunya kepada penulis.

9. Buat sahabatku Rischa Maulida S. Terimakasih atas doa, semangat dan

bantuannya selama ini. Penulis tidak bisa membalasnya semoga Allah

selalu memberikan yang terbaik dan semoga persahabatan kita abadi,

Aamiin.

10. Ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabatku, Meri Wulandari , Eka

Septya N, Fany Agustine, Fitri Indriana yang telah membantu dan

memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku di manajemen Rizki Ramadhan, A. Reza Maulana,

Novi Dehasni, Yudhnina, Rio (KM), Singgih, Bela, Astri, Egi, Asri,

Sucayono, terima kasih atas doa, motivasi, dan candanya selama ini.

12. Sahabat-sahabatku Ega, Najah, Noflim, Ninu, Tika, Ike, Mentari,

Maria, Indah, Devi, Indira, Azis, Diyan makasih atas semangat dan

doanya penulis ucapkan,.

Page 11: Bank Umum Swasta

x

13. Dan teman-teman Manajemen B dan Manajemen Perbankan yang

tidak dapat saya sebutkan satu persatu, makasih atas kebersamaannya

selama ini

14. Keluarga besar Alm.Durrahman terimakasih atas motivasi dan doanya

penulis ucapakan. Kate siape anak betawi ga bisa jadi sarjane, nih satu

lagi cucumu yang insya Allah jadi sarjane, hehe

15. Teman-teman manajemen B 2009 dan Manajemen Perbankan yang

tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas

kebersamaannya selama ini.

16. Seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta terutama mahasiswa Jurusan Manajemen

Angkatan 2009

Atas jasa-jasa mereka semua, penulis tidak bisa memberi apa-apa

kecuali Jazakumullah Khoiron Kasiron, semoga Allah membalas kebaikan

mereka semua dengan sebaik-baiknya.

Ciputat, Juni 2013

Penulis

Fajar Ari Juniarti

NIM 109081000071

Page 12: Bank Umum Swasta

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI.............................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v

ABSTRACT ..................................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ........................................................ 13

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 13

1. Tujuan Penelitian .................................................................. 13

2. Manfaat Penelitian ................................................................. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 15

A. Pengertian Bank ............................................................................ 15

B. Jenis-Jenis Bank ............................................................................ 16

C. Kinerja Perbankan ......................................................................... 21

D. Profitabilitas .................................................................................. 25

1. Pengertian Profitabilitas ........................................................... 25

2. Rasio-Rasio Profitabilitas ........................................................ 26

E. Return On Asset ............................................................................. 28

F. Capital Adequacy Ratio ................................................................ 29

G. Non Performing Loan.................................................................... 30

H. BI Rate........................................................................................... 31

Page 13: Bank Umum Swasta

xii

I. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) ............................................................ 34

1. Pengertian Kurs atau Nilai Tukar ........................................... 34

2. Macam-Macam Kurs .............................................................. 36

J. Hubungan Antara Variabel Independen dan Dependen ................ 37

K. Penelitian Sebelumnya .................................................................. 40

L. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 43

M. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 48

A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 48

B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 48

1. Populasi .................................................................................. 48

2. Sampel .................................................................................... 49

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 50

1. Riset Kepustakaan ................................................................. 50

2. Sumber Internet ...................................................................... 51

D. Metode Analisis Data .................................................................... 51

1. Analisis Data Panel ................................................................ 51

2. Tahap Analisis Data ............................................................... 55

3. Uji Dasar Asumsi Klasik ........................................................ 58

4. Koefisien Determinasi ............................................................ 62

5. Uji Simultan ........................................................................... 63

6. Uji Parsial ............................................................................... 65

E. Operasional Variabel Penelitian .................................................... 67

1. Variabel Independen .............................................................. 67

2. Variabel Dependen ................................................................. 70

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ............................................. 72

A. Gambar Umum Objek Penelitian .................................................. 72

1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia .......................................... 72

2. Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian ........................... 74

B. Pengujian dan Pembahasan ........................................................... 81

1. Deskriptif Sampel................................................................... 81

Page 14: Bank Umum Swasta

xiii

2. Deskriptif Variabel ................................................................. 82

C. Analisis dan Pembahasan .............................................................. 93

1. Uji Pemilihan Regresi Panel .................................................. 93

2. Uji Asumsi Klasik .................................................................. 97

3. Adjusted R Square .................................................................. 102

4. Uji Simultan .......................................................................... 103

5. Uji Parsial ............................................................................... 105

6. Analisis Regresi Panel............................................................ 109

BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 115

A. Kesimpulan.................................................................................... 115

B. Saran ............................................................................................. 116

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 118

LAMPIRAN ................................................................................................... 122

Page 15: Bank Umum Swasta

xiv

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu .............................................................. 40

3.1 Daftar Sampel Penelitian ......................................................................... 50

4.1 Sejarah Pasar Modal di Indonesia ............................................................ 73

4.2 Daftar Sampel Penelitian ......................................................................... 82

4.3 Data Deskriptif Return On Asset .............................................................. 83

4.4 Data Deskriptif Capital Adequacy Ratio.................................................. 86

4.5 Data Deskriptif Non Performing Loan ..................................................... 88

4.6 Data Deskriptif BI Rate ............................................................................ 91

4.7 Data Deskriptif Kurs ................................................................................ 92

4.8 Uji Signifikansi Common Effect .............................................................. 94

4.9 Uji Signifikansi Fixed Effect .................................................................... 95

4.10 Uji Multikolinieritas ................................................................................. 99

4.11 Uji Heteroskedastisitas ............................................................................. 100

4.12 Uji Autokorelasi ....................................................................................... 101

4.13 Uji Parsial ................................................................................................. 106

4.14 Uji Regresi Panel dengan Model Fixed Effect ......................................... 110

Page 16: Bank Umum Swasta

xv

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

1.1 Grafik Komposisi Aset Bank Tahun 2012 ................................................. 4

1.2 Grafik Perkembangan Return On Asset ..................................................... 6

1.3 Grafik Perkembangan Capital Adequacy Ratio ......................................... 7

1.4 Grafik Perkembangan Non Performing Loan ............................................ 8

1.5 Grafik Perkembangan Tingkat Suku Bunga (BI Rate) .............................. 9

1.6 Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) ..................................... 9

2.1 Gambar Kerangka Pemikiran ..................................................................... 45

4.1 Grafik Return On Asset .............................................................................. 84

4.2 Grafik Capital Adequacy Ratio .................................................................. 86

4.3 Grafik Non Performing Loan ..................................................................... 89

4.4 Grafik BI Rate ............................................................................................ 91

4.5 Grafik Kurs................................................................................................. 92

4.1 Gambar Uji Normalitas .............................................................................. 98

Page 17: Bank Umum Swasta

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan Halaman

1.1 Hasil Regresi Common Effect .................................................................... 122

1.2 Hasil Regresi Fixed Effect .......................................................................... 123

1.3 Hasil Regresi Random Effect ..................................................................... 124

1.4 Uji Normalitas ............................................................................................ 125

1.5 Uji Multikolinieritas ................................................................................... 126

1.6 Uji Heteroskedastisitas ............................................................................... 127

1.7 Uji Autokorelasi ......................................................................................... 128

1.8 Data Penelitian ........................................................................................... 129

Page 18: Bank Umum Swasta

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Era globalisasi merupakan harapan dan tantangan, selain membuka

peluang bisnis yang kian mengglobal tetapi pelaku bisnis juga dihidupkan

dengan permasalahan yang semakin kompleks dan dinamis seperti krisis

keuangan. Krisis keuangan selalu didahului oleh fluktuasi dan

ketidakstabilan makro ekonomi yang menyebabkan depresiasi mata uang

domestik secara signifikan, menyulut tingginya tingkat bunga dan inflasi

serta ketidakstabilan makro ekonomi (Winarti Setyorini: 2012:179).

Lembaga-lembaga keuangan khususnya pebankan telah lama

mewarnai kegiatan perekonomian negara. Keberadaan perantara keuangan

(financial intermediatery institution) yaitu perbankan sangat penting

dalam suatu perekonomian modern. Sebagai lembaga intermediasi

perbankan harus memiliki kinerja yang baik, karena dengan kinerja yang

baik bank akan dapat lebih mudah mendapatkan kepercayaan dari para

nasabah (agent of trust). Perbankan sebagai badan usaha yang bergerak

dibidang keuangan atau finansial sangat membutuhkan kepercayaan dari

para nasabah tersebut guna memperdukung dan memperlancar kegiatan

yang dilakukannnya. Lancarnya kegiatan yang dilakukan oleh bank akan

sangat mendukung dalam mencapai kesejahteraan para stockholder dan

akan meningkatkan nilai perusahaan (Kartika Wahyu, 2006:46).

Page 19: Bank Umum Swasta

2

Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut bank untuk

meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik investor. Investor sebelum

menginvestasikan dananya memerlukan informasi mengenai kinerja

perusahaan. Penggunaan laporan keuangan bank membutuhkan informasi

yang dapat dipahami, relevan, dan dapat dibandingkan dalam

mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja bank serta berguna dalam

pengambilan keputusan.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun

1997 mengakibatkan seluruh potensi-potensi ekonomi mengalami

kemandegan dan diambang kebangkrutan. Krisis moneter mengakibatkan

banyak bank yang mengalami kredit macet. Hal tersebut sangat

mempengaruhi iklim investasi pasar modal dibidang perbankan baik

secara langsung ataupun tidak langsung. Salah satu penyebab krisis

moneter di Indonesia secara umum dapat dikatakan merupakan imbas dari

lemahnya kualitas sistem perbankan.

Liberalisasi sektor perbankan sejak tahun 1998 lebih banyak

berimplikasi pada peningkatan kuantitas daripada kualitas lembaga

perbankan, sehingga efisiensi dan stabilitas perbankan masih jauh dari

yang diharapkan. Penyebab tejadinya krisis di Indonesia bukan karena

lemahnya fundamental ekonomi, tetapi karena merosotnya nilai tukar

rupiah terhadap dolar Amerika. Utang luar negeri swasta jangka pendek

sejak 1990-an telah terakumulasi sangat besar dimana sebagian besar tidak

di-hedging (dilindungi nilainya terhadap mata uang asing).

Page 20: Bank Umum Swasta

3

Disaat perekonomian Indonesia sedang dalam masa perbaikan,

gejolak besar dalam perekonomian dunia dalam lima tahun belakangan ini

adalah terjadinya krisis ekonomi global yang diawali pada 15 September

2008 yang menjadi catatan kelam sejarah perekonomian Amerika Serikat,

kebangkrutan Leman Brothers yang merupakan salah satu perusahaan

investasi atau bank keuangan senior dan terbesar ke-4 di Amerika serikat

menjadi awal dari krisis keuangan di negara dengan sistem kapitalis tanpa

batas tersebut. Hanya beberapa saat setelah informasi runtuhnya pusat

keuangan dunia di Amerika, transaksi bursa saham diberbagai belahan

dunia seperti Hongkong, China, Australia, Singapura, Korea Selatan, dan

negara lainnya mengalami penurunan drastis, bahkan Bursa Saham

Indonesia (BEI) harus di-suspend selama beberapa hari, peristiwa ini

menandai fase awal dirasakannya dampak krisis ekonomi global yang

pada mulanya terjadinya di Amerika dirasakan oleh negara Indonesia

(www.kompas.co.id/read/xml/2008/10/02).

Akan tetapi, pada tahun 2011 kinerja perbankan menunjukan

perkembangan yang positif. Kondisi keuangan global yang belum

membaik seiring krisis utang di Eropa dan melemahnya perekonomia AS

tampaknya tidak memberikan dampak yang signifikan bagi pebankan

Indonesia. Sejalan dengan itu, DPK perbankan tumbuh cukup tinggi dan

sebagian besar digunakan untuk membiayai petumbuhan kredit. Ekspansi

kredit tetap dilakukan dengan memperhatikan koridor prudential yang

berlaku sehingga rasio kredit bermasalah terkendali pada level yang

Page 21: Bank Umum Swasta

4

rendah. Selain itu, kondisi permodalan bank juga tetap tejaga karena

didukung oleh profitabilitas yang tinggi (Laporan Pangawasan Perbankan,

2011:4).

Seiring dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia

sebesar 6,5% pada tahun 2011, perbankan Indonesia juga terus

memperkuat posisinya sebagai salah satu elemen penting sistem keuangan

Indonesia dengan melakukan ekspansi usaha melalui pembukaan kantor

diberbagai pelosok Indonesia. Jika dilihat dari komposisi aset perbankan

nasional, total aset terbesar masih dikuasai oleh kelompok BUSN Devisa,

disusul oleh kelompok Bank Persero dengan pangsa pasarnya mencapai

36,37% dari total aset perbankan. Secara umum seluruh kelompok bank

mengalami kenaikan total aset dari tahun 2009 sampai dengan akhir tahun

2011.

Grafik 1.1

Komposisi Aset Berdasarkan Kelompok Bank Tahun 2012

Sumber: Laporan Pengawasan Perbankan (data diolah)

37,50%

38,44%

2,15%

8,17%

5,36% 8,37%

Bank Persero

BUSN Devisa

BUSN Non Devisa

BPD

Bank Campuran

Bank Asing

Page 22: Bank Umum Swasta

5

Selama tahun 2012, perbankan Indonesia cukup mampu

mempertahankan kinerja positif meski mengahadapi tantangan yang tidak

mudah, di tengah tingginya volatilitas perekonomian global, perbankan

berhasil memperkuat perannya dalam sistem keuangan Indonesia. Dilihat

dari sisi komposisi aset perbankan nasional, total aset terbesar masih

dikuasai oleh kelompok BUSN Devisa sebesar 38, 44%, disusul oleh bank

persero yang mampu menguasai pangsanya mencapai 37, 5% dari total

aset perbankan dan bank-bank lainnya seperti Bank Asing dan BPD

(grafik 1.1). secara umum, seluruh kelompok bank mengalami kenaikan

total aset dari tahun 2010 sampai dengan akhir tahun 2012 (Laporan

Pengawasan Perbankan 2012:9).

Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah

satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan

keuangan bank yang bersangkutan. Menurut Slamet Riyadi (2006:169)

tingkat kesehatan bank merupakan penilaian atas suatu kondisi laporan

keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank

Indonesia. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu

menginterprestasikan berbagai hubungan serta kecenderungan yang dapat

memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan

perusahaan dimasa mendatang.

Profitabilitas merupakan indikator yang paling penting untuk

mengukur kinerja suatu bank. Return on Asset adalah rasio profitabilitas

yang menunjukan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total

Page 23: Bank Umum Swasta

6

aset bank, rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang

dilakukan oleh bank yang bersangkutan (Riyadi, 2006: 156)

Grafik 1.2

Perkembangan Return On Asset

(Dalam Presentase)

Sumber: Data diolah

Return On Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan

untuk memperoleh profit (keuntungan) dalam kegiatan operasi perusahaan

dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Dari grafik 1.2 diketahui

bahwa return on asset BUSN Devisa cenderung meningkat. Pada tahun

2006 return on asset sebesar 2,35% kemudian mengalami kenaikan di

tahun 2007 sebesar 2,44% dan pada tahun 2008 return on asset mengalami

penurunan sebesar 1,25% lalu mengalami kenaikan lagi sampai dengan

tahun 2010 sebesar 2,58% di tahun 2011 dan 2012 masing-masing return

on asset sebesar 2,46% dan 2,64%.

Berdasarkan aspek penilaian kinerja suatu bank dapat dilihat dari

rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) atau yang

dikenal Capital Adequacy Ratio. CAR digunakan untuk mengukur

kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang

0,000,501,001,502,002,503,00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

ROA

ROA

Page 24: Bank Umum Swasta

7

mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan.

Besarnya suatu modal suatu bank, akan mempengaruhi tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank.

Grafik 1.3

Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR)

(Dalam Persentase)

Sumber: Data diolah

Dari grafik 1.3 dapat dilihat bahwa rasio kecukupan modal BUSN

Devisa cukup baik, dimana CAR masih di atas 8% sebagai mana yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pada tahun 2006 capital adequacy ratio

sebesar 19,84% yang kemudian mengalami penurunan sampai dengan

2008 sebesar 14,82% lalu di tahun 2009 CAR mengalami peningkatan

sebesar 16,61% dan kemudian terjadi penurunan kembali sampai tahun

2011 sebesar 14,37% dan CAR ditahun 2012 sebesar 15,33%.

Non Performing Loan (NPL) atau yang sering disebut dengan

kredit bemasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami

kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan dan atau karena

faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur (Winarti Setyorini:

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

CAR

CAR

Page 25: Bank Umum Swasta

8

2012:181). Berikut ini disajikan dalam bentuk grafik perkembangan NPL

BUSN Devisa periode 2006-2012.

Grafik 1.4

Perkembangan Non Performing Loan (NPL)

(Dalam Presentase)

Sumber: Data diolah

Pada grafik 1.4 dapat dilihat bahwa rata-rata NPL tahun 2006

relatif sangat tinggi yaitu mencapai 3,69%. Akan tetapi dari tahun ke tahun

non performing loan mengalami penurunan seperti di tahun 2007 sebesar

2,61% kemdian 2010 sebesar 2,35% dan di tahun 2011 sebesar 1,97%.

Menurut Kartika Wahyu (2006:54) NPL merupakan rasio yang

menunjukan tingkat kredit yang merupakan salah satu bentuk dari

loanable funds yang mengalami permasalahan dalam suatu bank, sehingga

apabila rasio NPL mengalami peningkatan dari waktu ke waktu akan

mendatangkan masalah serius terhadap kinerja bank.

Fungsi intermediasi perbankan juga dipengaruhi oleh kondisi

ekonomi makro diantaranya, tingkat bunga, inflasi, dan fluktuasi nilai

tukar. BI Rate juga merupakan salah satu faktor eksternal yang

mempengaruhi profitabilitas suatu bank.

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

NPL

NPL

Page 26: Bank Umum Swasta

9

Grafik 1.5

Perkembangan Tingkat Suku Bunga (BI Rate)

(Dalam Presentase)

Garfik 1.5 menggambarkan bahwa BI rate cenderung mengalami

penurunan. Pada tahun 2006 BI rate sebesar 9,75% yang kemudian

mengalami penurunan ditahun 2007 sebesar 8,00% dan ditahun 2008 BI

rate meningkat sebesar 9,25% ditahun 2009 sampai dengan 2012 BI rate

mengalami penurunan sampai dengan 5,75%.

Faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi profitabilitas adalah

nilai tukar rupiah (kurs):

Grafik 1.6

Perkembangan Kurs

Sumber: Data diolah

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

BI rate

BI rate

Rp0

Rp5

Rp10

Rp15

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

KURS

KURS

Page 27: Bank Umum Swasta

10

Pada grafik 1.6 dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 kurs sebesar

Rp 9.166,- dan pada tahun 2007 kurs mengalami penurunan sebesar Rp

9.136,- pada tahun 2008 kurs sebesar Rp 9.680,- Memasuki tahun 2009

kurs mengalami peningkatan sebesar Rp 10.398,- kurs kembali mengalami

penurunan sebesar Rp 9.085,- ditahun 2010. dan ditahun 2011 dan 2012

masing-masing kurs sebesar Rp 8.780,- dan Rp 9.380,-

Beberapa penelitian tentang profitabilitas suatu bank yang

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal juga pernah dilakukan. Hal

ini memberikan indikasi bahwa fungsi intermediasi perbankan tidak hanya

dipengaruhi oleh faktor internal bank tetapi juga faktor eksternal seperti

perubahan kondisi makro ekonomi yang terjadi di Indonesia.

Terdapat penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kinerja

perbankan dengan menggunakan rasio keuangan untuk menilai

profitabilitas. Xuezhi Qin dan Dickson Pastory (2012) tentang

“Commercial Banks Profitability Position: The Case of Tanzania”,

temuannya menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

terhadap profitabilitas diantara bank-bank komersial, dalam konteks model

regresi panel telah mencatat bahwa likuiditas dan kualitas aktiva memiliki

dapak positif terhadap profitabilitas dengan pengecualian tingkat kredit

bermasalah yang memiliki pengaruh negatif pada profitabilitas, juga

kecukupan modal (CAR) telah menunjukan dampak negatif terhadap

profitabilitas.

Page 28: Bank Umum Swasta

11

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kartika Wahyu

Sukarno dan Muhamad Syaichu (2006) tentang “Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia” dari hasil

penelitian menunjukan bahwa CAR, LDR, BOPO berpengaruh terhadap

profitabilitas (ROA) sedangkan NPL dan DER tidak berpengaruh terhadap

ROA.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Bilal, dkk

(2013) tentang “Influnce of Bank Specific and Macroeconomic Factors on

Probability of Commercial Banks: A Case Study of Pakistan” hasil

penelitian menunjukan bahwa Bank Size, NIM, dan GDP berpengaruh

terhadap ROA sedangkan CAR, NPL, dan Inflasi tidak memiliki pengaruh

terhadap profitabilitas (ROA).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Febrina Dwijayanthy

dan Prima Naomi (2009) tentang “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan

Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”

hasil penelitian menunjukan bahwa Inflasi dan Nilai tukar mata uang

berpengaruh terhadap profitabilitas sedangkan BI Rate tidak berpengaruh

terhadap profitabilitas bank.

Terdapat perbedaan dan persamaan dari penelitian ini dengan

penelitian terdahulu, yaitu pada variabel penelitian, metodologi penelitian,

periode penelitian dan perusahaan yang menjadi sampel penelitian.

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

profitabilitas sebagai variabel terikat yang diukur dengan return on asset,

Page 29: Bank Umum Swasta

12

sementara variabel bebas yang digunakan adalah capital adequacy ratio,

non performing loan, BI Rate, dan nilai tukar rupiah (kurs).

Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan model regresi

data panel (pool) yakni data yang merupakan gabungan antara data runtun

waktu (time series) dengan data seksi silang (cross section). Oleh

karenanya, data panel memiliki gabungan karakteristik keduanya yaitu

data yang terdiri atas beberapa objek dan meliputi beberapa waktu

(Winarno, 2011:91).

Adapun sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel dari

Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di BEI. Pemilihan

sampel ini didasarkan pada pemikiran bahwa saat ini perkembangan aset

Bank Umum Swasta Nasional Devisa dalam keadaan baik dan mengalami

pertumbuhan dari tahun ke tahun, tercatat bahwa pada tahun 2012 aset

terbesar masih diduduki oleh BUSN Devisa sebesar 38, 44% dari total aset

perbankan nasional dan dari aset tersebutlah tercermin profitabilitas suatu

bank.

Berdasarkan fenomena yang terjadi dan penelitian terdahulu yang

telah dijelaskan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing

Loan, BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Profitabilitas

(ROA) Bank Umum Swasta Nasional (Studi Empiris Pada 10 Bank

Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar Yang Terdaftar di BEI

Periode 2006-2012).

Page 30: Bank Umum Swasta

13

B. Rumusan Masalah Penelitian

Dari uraian latar belakang diatas, maka didapat perumusan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan,

BI Rate, dan Kurs terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank Umum

Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di BEI?

2. Seberapa besar pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing

Loan, BI Rate, dan Kurs terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank

Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di BEI?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah pemelitian, maka diperoleh tujuan

penelitian sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh Capital Adequacy

Ratio, Non Performing Loan, BI Rate, dan Kurs terhadap

profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa

yang Terdaftar di BEI secara simultan dan parsial.

b. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Capital Adequacy

Ratio, Non Performing Loan, BI Rate, dan Kurs terhadap

profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa

yang Terdaftar di BEI.

Page 31: Bank Umum Swasta

14

2. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

ganda, yakni manfaat bagi akademisi maupun praktisi.

1. Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan

bermanfaat untuk:

a. Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih

diri dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa

perkuliahan.

b. Bagi civitas akademika untuk memberikan sumbangan

pikiran sebagai bahan perbandingan kepada semua pihak

yang melakukan penelitian lebih lanjut.

c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan bahan perbandingan dalam mengkaji dan

menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

profitabilitas (return on asset).

2. Dari segi perspektif praktisi, penelitian ini akan bermanfaat

untuk:

a. Bagi pihak perbankan, diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi manajemen

perbankan sebagai acuan dalam menjalankan fungsinya

sebagai lembaga intermediasi.

b. Bagi masyarakat untuk memberikan informasi tambahan

guna mebantu dalam menilai kondisi keuangan suatu bank.

Page 32: Bank Umum Swasta

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bank

Menurut UU Nomor.7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana

telah diubah dengan UU Nomor. 10 Tahun 1998, pengertian bank adalah

sebagai berikut (Dahlan Siamat, 2005:275).

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”.

Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar

Akuntansi Keuangan (SAK) dan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI

Nomor 792 Tahun 1990. Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31

dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007): “Bank adalah suatu lembaga

yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary)

antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan

pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga

yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”.

Menurut Kasmir (2003:12) bank merupakan perusahaan yang

bergerak dalam bidang keuangan, artinya masalah perbankan selalu

berkaitan masalah bidang keuangan, jadi dapat disimpulkan bahwa

perbankan meliputi tiga kegiatan utama:

Page 33: Bank Umum Swasta

16

a. Menghimpun dana

b. Menyalurkan dana

c. Memberikan jasa bank lainnya.

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat di simpulkan

bahwa bank adalah lembaga intermediary yang kegiatan utamanya

menghimpun dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi

memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank adalah

suatu lembaga yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa

dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

B. Jenis-Jenis Bank

Menurut Kasmir (2008:34) jenis perbankan dewasa ini jika ditinjau

dari beberapa segi antara lain:

a. Dilihat dari segi fungsinya

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan No.7 Tahun 1992 dan

ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI No. 10 tahun

1998, maka jenis perbankan berdasarkan fungsinya terdiri dari:

1) Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah

yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti

dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula

dengan wilayah operasinya, dapat dilakukan di seluruh wilayah

Page 34: Bank Umum Swasta

17

Indonesia dan bahkan ke luar negeri (cabang). Bank Umum sering

disebut bank komersial (Commercial bank).

2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau

berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatannya BPR tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya jasa-jasa

perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika

dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.

b. Dilihat dari segi kepemilikannya

Maksudnya adalah siapa-siapa saja yang memiliki bank tersebut.

Kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan penguasaan

saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis-jenisnya:

1) Bank Milik Pemerintah

Bank Milik Pemerintah merupakan bank yang akta

pendirian maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh

pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank ini

dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah

Indonesia antara lain Bank Negara Indonesia (BNI) 46, Bank

Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank

Mandiri.

Page 35: Bank Umum Swasta

18

2) Bank Milik Swasta Nasional

Bank Milik Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh

atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Hal

ini dapat diketahui dari akta pendiriannya didirikan oleh swasta

sepenuhnya, begitu pula dengan pembagian keuntungan untuk

swasta pula. Contohnya yaitu Bank Central Asia, Bank Danamon

Indonesia, Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Bumiputera,

dll.

3) Bank Milik Koperasi

Bank Milik Koperasi merupakan bank yang kepemilikan

saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum

koperasi. Contohnya yaitu Bank Umum Koperasi Indonesia

(Bukopin).

4) Bank Milik Asing

Bank Milik Asing merupakan bank yang kepemilikan

sahamnya 100% dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) di

Indonesia. Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada

di luar negeri, baik swasta asing atau pemerintah asing.

Contohnya yaitu ABN-AMRO Bank, American Express Bank,

Bank Of America, dll.

5) Bank Milik Campuran

Bank Milik Campuran merupakan bank yang sahamnya

dimiliki oleh dua belah pihak, yaitu dalam negeri dan luar negeri.

Page 36: Bank Umum Swasta

19

Contoh bank campuran yaitu Inter Pacific Bank, Mitsubishi

Buana Bank, Sanwa Indonesia Bank, dll.

c. Dilihat dari Segi Status

Artinya jenis ini dilihat dari segi kemampuannya melayani

masyarakat, terutama bank umum. Pembagian jenis ini disebut juga

pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut.

Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank

dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal

maupun kuliatas pelayanannya. Untuk memperoleh status tertentu

diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria pula. Contoh banknya

yaitu:

1) Bank Devisa

Bank Devisa yaitu bank yang dapat melaksanakan transaksi

ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing

secara keseluruhan. Contoh transaksi luar negeri adalah transfer

luar negeri, dll.

2) Bank Non Devisa

Bank Non Devisa yaitu bank yang belum mempunyai izin

untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak

dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi

transaksi masih dalam batas-batas negara (dalam negeri).

Page 37: Bank Umum Swasta

20

d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga

Dibagi dalam dua kelompok, yaitu:

1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (Barat)

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia saat ini adalah

bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Dalam mencari

keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank

yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode,

yaitu: menetapkan bunga sebagai harga untuk produk simpanan

seperti giro, tabungan ataupun deposito serta untuk jasa-jasa bank

lainnya pihak perbankan konvensional (Barat) menggunakan atau

menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase

tertentu yang dikenal dengan istilah fee based.

2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah (Islam)

Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian

berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk

menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan

lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi

bank berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut:

a) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)

b) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal

(musyarakah)

c) Prinsip jual-beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah)

Page 38: Bank Umum Swasta

21

d) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa

pilihan (ijarah)

e) Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang

yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain. (ijarah wa iqtina).

C. Kinerja Perbankan

Kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam

mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Sehingga dapat

diketahui mengenai baik buruknya keadaaan suatu perusahaan yang

mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Pengukuran-

pengukuran yang digunakan untuk menilai kinerja tergantung pada

bagaimana unit organisasi akan dinilai dan bagaimana sasaran akan

dicapai. Sasaran yang ditetapkan pada tahap perumusan strategi dalam

sebuah proses manajemen startegi (dengan memperhatikan profitabilitas,

pangsa pasar, dan pengurangan biaya, dan berbagai ukuran lainnya) harus

betul-betul digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan selama masa

implementasi starategi (Hunger & Wheelen, 2003).

Penilaian kinerja suatu bank tertentu dapat dilakukan dengan

melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Menurut peraturan BI

No.6/10/PBI/2004 dikatakan bahwa penilaian kinerja keuangan terdiri

atas:

1. Aspek Permodalan (Capital)

Kecukupan modal yang menunjukan kemampuan bank dalam

mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan

Page 39: Bank Umum Swasta

22

manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi,

dan mengontrol risiko yang timbul dan dapat berpengaruh terhadap

besarnya modal bank. Perhitungan pada aspek ini didasarkan atas

prinsip bahwa setiap penanaman yang mengandung risiko harus

disediakan jumlah modal sebesar presentase tertentu (risk margin)

terhadap jumlah penanaman modalnya.

Perbankan wajib memenuhi kewajiban penyertaan modal

minimum, atau disebut dengan istilah CAR (Capital Adequacy

Ratio), yang dihitung dari presentase tertentu terhadap aktiva

tertimbang menurut risiko (ATMR) sebagaimana diatur dalam Surat

Keputusan Direksi BI No.26/20/KEP/DIR tentang kewajiban

penyedian modal minimum (CAR). Penilaian tersebut berdasarkan

CAR yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perbandingan rasio

tersebut adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut

Risiko (ATMR) dan sesuai dengan ketentuan pemerintah, CAR

minimum harus 8%.

2. Aspek Kualitas Aset (Assets)

Adalah menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank.

Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia dengan membandingkan antara aktiva produktif

yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio

penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif

Page 40: Bank Umum Swasta

23

diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah

dilaporkan secara berkala kepada bank indonesia.

Rasio yang digunakan mewakili aspek kualitas asset adalah

Non Performing Loan (NPL). NPL dijadikan variabel independen

yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat

risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio

NPL digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank

dalam megelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank.

Besaran NPL yang baik adalah < 5%.

3. Aspek manajemen (Management)

Menunjukan kemampuan manajemen bank untuk

menidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko yang

timbul melalui kebijakan dan strategi bisnis untuk mencapai target.

Keberhasilan dari manajemen bank didasarkan pada penilaian dari

beberapa komponen yaitu manajemen umum, manajemen

rentabilitas, dan manajemen kualitas.

4. Aspek Likuiditas

Salah satu penilaian likuiditas bank adalah dengan

menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR). Menurut Surat Edaran

BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, LDR dapat diukur

dari perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan

terhadap dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan

akan menentukan keuntungan bank. Dalam surat edaran tersebut jga

Page 41: Bank Umum Swasta

24

dikatakan bahwa bank dikatakan sehat jika memiliki LDR sebesar

85%-110%.

5. Aspek Rentabilitas/Profitabilitas (Earning)

Merupakan kemampuan bank dalam meningkatkan labanya,

dalam setiap periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha

dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Bank

yang sehat yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat.

Penilaian juga dilakukan dengan:

a) Rasio laba terhadap total aset (ROA)

Dalam penelitian kali ini ROA digunakan sebagai variabel

dependen. Alasan dipilihnya Return On Asset (ROA) sebagai

proksi profitabilitas, karena ROA digunakan untuk mengukur

efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan

dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA

merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset.

Semakin besar ROA menunjukan kinerja perusahaan semakin

baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar.

Berdasarkan alasan tersebut ROA dijadikan indikator

dari kinerja profitabilitas bank dalam penelitian ini. Menurut

BI, standar ROA harus berada dikisaran > 1,215%.

Page 42: Bank Umum Swasta

25

D. Profitabilitas

1. Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan

perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Laba

yang diraih dari kegiatan yang dilakukan merupakan cerminan apakah

usaha yang dijalankan sudah efisien atau belum.

Mandala Manurung (2004:209) mendefinisikan profitabilitas

adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

selama periode tertentu. Menurut Dendawijaya (2001:119) rasio

profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur

tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh suatu perusahaan yang

bersangkutan.

Menurut Kasmir (2007:279), rentabilitas rasio disebut

profitabilitas usaha, dimana rasio ini digunakan untuk mengukur

tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang

bersangkutan. Sedangkan menurut Rodoni dan Ali (2010:28)

profitability ratio yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

profitabilitas bank adalah kemampuan bank dalam menghasilkan laba

dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya.

Page 43: Bank Umum Swasta

26

2. Rasio-Rasio Profitabilitas/Rentabilitas

Lukman Dendawijaya (2003:119) analisis rasio rentabilitas bank

adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha

dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain

itu, rasio-rasio dlam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur

tingkat kesehatan bank.

Analisis rentabilitas/profitabilitas suatu bank dapat diukur denga

rasio-rasio sebagai berikut:

1) Net Profit Margin (NPM)

Net profit margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat

keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan

pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Laba Bersih

NPM = x 100%

Pendapatan Operasional

2) Rasio Biaya (Beban) Operasional

Rasio Biaya Operasional adalah perbandingan antara biaya

operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini dapat

dirumuskan sebagai berikut.

Biaya (Beban) Operasional

BOPO = x 100%

Pendapatan Operasional

Page 44: Bank Umum Swasta

27

3) Return On Equity (ROE)

ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan

modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

Laba Bersih

ROE = x 100%

Modal Sendiri

Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank

(baik pemegang saham sendiri maupun pemegang saham baru)

serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank

yang bersangkutan (jika bank tersebut telah go public).

Dengan demikian rasio ROE ini merupakan indikator yang

amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk

mengukur kemampuan kemampuan bank dalam memperoleh laba

bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan

dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang

bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut kana menyebabkan

kenaikan harga saham bank.

4) Return On Asset (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara

keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula

tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik

pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.

Page 45: Bank Umum Swasta

28

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

Laba Bersih

ROA = x 100%

Total Aktiva

Perlu diketahui, bahwa dalam mementukan tingkat kesehatan

suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian

besarnya return on asset (ROA) dan tidak memasukan unsur return

on quaity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank Indonesia, sebagai

pembina dan pengawas perbankan, lebih mengutamakan nilai

profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya

sebagai besar berasal dari dana simpanan masyarakat.

E. Return On Asset (ROA)

Dalam menjalankan suatu usaha atau setiap kegiatan tertentu

harapan yang pertama kali diinginkan adalah memperoleh keuntungan

atau profitabilitas. Yang dimaksud dengan profitabilitas (profitability)

atau rentabilitas adalah kemampuan suatu bank dalam memperoleh laba

(O.P. Simorangkir, 2004:152).

Menurut Dendawijaya (2003:120) ROA digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan

(laba) secara keseluruhan.

Sedangkan menurut Dahlan Siamat (2005:290) ROA memberikan

informasi seberapa efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan

usahanya, karena rasio ini mengindikasikan seberapa besar keuntungan

yang dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya. ROA

Page 46: Bank Umum Swasta

29

memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena

menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk

memperoleh pendapatan.

Dalam bukunya, Frederic Mishkin (2007:232) menyatakan bahwa,

because owners of a bank must know whether their bank is being

managed well, they need good measures of bank profitability. A basic

measure of bank profitability is return on asset (ROA).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar

return on asset suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan

yang diperoleh oleh bank dan semakin baik pula posisi bank tersebut.

Profitabilitas yang diproksikan oleh return on asset (ROA) dengan

rumus sebagai berikut:

Laba Sebelum Pajak

ROA = x 100%

Total Aset

F. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Menurut Lukman Dendawijaya (2003:122) CAR adalah rasio yang

memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung

resiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh

dana dari sumber-sumber di luar bank. Dengan kata lain, capital

adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan

modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung

atau yang menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan.

Page 47: Bank Umum Swasta

30

Capital Adequacy Ratio yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal

minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR

sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR), atau

ditambah dengan Risiko Pasar dan Risko Operasional, ini tergantung

pada kondisi bank yang bersangkutan. CAR yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia ini, mengacu pada ketentuan/ standar internasional yang

dikeluarkan oleh Banking for International Settlement (Selamet Riyadi,

2006:161).

Dahlan Siamat (2005:295) kewajiban penyedian modal minimun

bagi semua bank berdasarkan Paket Kebijakan Perbankan 2005 adalah

sebesar 8% dari ATMR.

Secara matematis CAR dapat dirumuskan sebagai berikut

(Dendawijaya, 2003:123).

Modal Bank

CAR = x 100%

ATMR

G. Non Performing Loan (NPL)

Menurut Dahlan Siamat (2005:35) NPL dapat diartikan sebagai

pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat faktor kesengajaan

dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan debitur.

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa NPL mencerminkan

risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula resiko kredit yang

ditanggung pihak bank. besarnya non performing loan yang

Page 48: Bank Umum Swasta

31

diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5%

(Selamet Riyadi, 2006:161).

Menurut Dahlan Siamat (2005:361) persyaratan yang ketat dalam

kebijakan kredit akan mengurangi kemungkinan terjadinya kredit

bermasalah, namun tidak akan menghilangkan timbulnya masalah-

masalah seperti terjadinya default risk atau penunggakan pembayaran.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal

14 Desember 2001 besarnya NPL dihitung sebagai berikut:

Kredit Bermasalah

NPL = x 100%

Kredit Yang Disalurkan

H. BI Rate

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap

atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan

diumumkan kepada publik (www.bi.go.id).

BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap

Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi

moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas

(liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran

operasional kebijakan moneter (www.bi.go.id).

Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada

perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB

O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan di ikuti oleh

Page 49: Bank Umum Swasta

32

perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga

kredit perbankan (www.bi.go.id).

Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain lain dalam

perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikan BI Rate

apabial inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah

ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila

inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah

ditetapkan (www.bi.go.id).

Menurut Darmawi (2006:181) tingkat bunga merupakan harga

yang harus dibayar oleh peminjam untuk memperoleh dana dari pemberi

pinjaman untuk jangka waktu yang disepakati. Dengan kata lain, tingkat

bunga dalam hal ini merupakan harga dari kredit. Namun harga itu tidak

sama dengan harga barang di pasar komoditi karena tingkat bunga

sesungguhnya merupakan suatu angka perbandingan, yaitu jumlah biaya

pinjaman dibagi jumlah uang yang sesungguhnya dipinjam, biasanya

dinyatakan dalam presentase pertahun.

Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang digunakan

sebagai ukuran untuk menentukan besarnya bunga yang harus dibayar

oleh pihak peminjam dana. Sedangkan tingkat bunag riil menunjukan

persentasi dari nilai riil modal ditambah bunganya dalam setahun,

dinyatakan sebagai presentasi dari nilai riil modal sebelum dibungakan

(Sukirno, 2000:386).

Page 50: Bank Umum Swasta

33

Sedangkan Sjahrial (2006:7) menyatakan bahwa tingkat bunga

adalah kompensasi yang dibayarkan oleh peminjam kepada yang

memberikan pijaman. Dari sudut peminjam merupakan biaya dari dana

yang mereka pinjam.

Menurut Sadono Sukirno (2002:389) di dalam teori, analisis

mengenai penentuan tingkat bunga selalu mengganggap bahwa dalam

perekonomian hanya terdapat satu tingkat bunga. Namun, dalam

kenyataan keadaannya sangat berbeda. Tingkat bunga pinjaman

pemerintah berbeda dengan tingkat bunga yang dibayarkan kepada

konsumen. Dan bank mengenakan tingkat bunga yang berbeda-beda

kepada para nasabahnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa

faktor antara lain:

a. Pebedaan resiko

b. Jangka waktu pinjaman

c. Biaya administrasi pinjaman

Menurut Herman Darmawi (2006:188) tingkat suku bunga

merupakan salah satu indikator moneter yang mempunyai dampak dalam

berbagai kegiatan perekonomian sebagai berikut:

a. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan melakukan

investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat

pertumbuhan ekonomi.

Page 51: Bank Umum Swasta

34

b. Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan

keputusan pemiliki modal apakah ia akan berinvestasi pada real

assets ataukah pada financial assets.

c. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi kelangsungan usaha pihak

bank dan lembaga keuangan lainnya.

d. Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi volume uang beredar.

I. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

1. Penegertian Kurs atau Nilai Tukar

Exchange Rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer dikenal

denga sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari

mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik

(domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik

dalam mata uang asing (Adiwarman Karim, 2008:157). Nilai tukar uang

merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata

uang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain

transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional,

ataupun aliran uang jangka pendek antarnegara, yang melewati batas-

batas geografis ataupun batas-batas hukum.

Kurs merupakan salah satu hal terpenting dalam perekonomian

terbuka, karena memiliki pengaruh yang besar bagi neraca transaksi

berjalan maupun variabel-variabel makroekonomi lainnya. Kurs

menggambarkan harga dari suatu mata uang terhadap mata uang negara

Page 52: Bank Umum Swasta

35

lainnya, juga merupakan harga dari suatu aktiva atau harga aset (asset

price) (Krugman, 2005: 40).

Sadono sukirno (2004:197), menjelaskan bahwa kurs valuta asing

dapat didefinisikan sebagai nilai seunit valuta (mata uang) asing apabila

ditukarkan dengan mata uang dalam negeri.

Dalam ilmu ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat

dibedakan menjadi dua yaitu nilai tukar riil dan nilai tukar nominal

(Mankiw, 2006:242). Nilai tukar nominal adalah nilai tukar yang

digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata

uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari suatu mata

uang rupiah yang ditukerkan ke dalam mata uang negara lain. Contohnya

nilai tukar rupiah terhadap dolaar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen,

nilai tukar rupih terhadap Euro dan lain-lain. Sedangkan nilai tukar riil

ialah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang dan jasa

suatu negara dengan barang dan jasa negara lain, nilai tukar riil

menyatakan tingkat dimana pelaku ekonomi dapat memperdagangkan

barang-barang dari suatau negara dengan barang-barang negara lain.

Nilai tukar mata uang erat kaitannya dengan konsep konvertibilitas

(convertible currency). Mata uang konvertibel (convertible currency)

adalah mata uang yang bisa digunakan secara bebas dalam berbagai

transaksi internasional oleh penduduk dan negara dimana pun (Krugman,

2005:292) konsep ini menekankan pada pentingnya penggunaan mata

uang yang dapat dengan mudah ditukarkan dengan mata uang negara

Page 53: Bank Umum Swasta

36

lain. Tidak adanya konvertibel mata uang akan sangat menyulitkan bagi

transaksi dan perdagangan internasonal.

2. Macam-Macam Kurs

Para ekonom membedakan kurs menjadi dua, yaitu (Mankiw,

2006:128):

a) Kurs nominal (nominal exchange rate)

Adalah harag relatif dari mata uang dua negara simbolnya e.

Sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan yen Jepang adalah

120 per dolar, maka kita bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di

pasar uang.

b) Kurs riil (real exchange rate)

Adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua

negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa

memperdagangkan barang-barang yang dari suatu negara untuk

barang-barang dari negara lain.

Nilai tukar atau disebut juga valuta asing dalam berbagai

transaksi atau jual beli valuta asing, ada empat jenis yakni:

a. Selling rate (kurs jual), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu

bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.

b. Middle Rate (kurs tengah), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan

kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang

ditetapkan oleh Bank Central pada suatu saat tertentu.

Page 54: Bank Umum Swasta

37

c. Buying Rate (kurs beli), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu

bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.

d. Flate Rate (kurs flat), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi

jual beli bank notes dan traveller chaque, demana sudah

diperhitungkan promosi dan biaya-biaya lainnya.

J. Hubungan Antara Variabel Independen dan Dependen

a) Pengaruh Capital Adequacy Ratio Terhadap Return On Asset

Capital Adequacy Ratio juga bisa disebut dengan rasio

kecukupan modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan

untuk menutupi resiko kerugian yang timbul dari penanaman aktiva-

aktiva yang mengandung resiko serta membiayai seluruh benda tetap

dan inventaris bank. Seluruh bank yang ada di Indonesia diwajibkan

untuk menyediakan modal minimum sebesar 8% dari ATMR.

Semakin besar Capital Adequacy Ratio maka keuntungan bank juga

semakin besar. Dengan kata lain, semakin kecil resiko suatu bank

maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank (Kuncoro dan

Suhardjono, 2002).

Dendawijaya (2003:34), semakin tinggi capital adequacy ratio

(sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa

bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang

menguntungkan tersebut dapat memberikan konstribusi yang cukup

besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan.

Page 55: Bank Umum Swasta

38

b) Pengaruh Non Performing Loan Terhadap Return On Asset

Non Performing Loan yang tinggi akan memperbesar biaya,

sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini

maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan

jumlah kredit bermasalah semakin besar. Oleh karena itu bank harus

menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga

berpengaruh terhadap penurunan laba (return on asset) yang diperoleh

bank (Kasmir, 2000:270).

c) Pengaruh BI Rate Terhadap Return On Asset

Naiknya tingkat inflasi akan mengakibatkan suku bunga naik,

sehingga masyarakat enggan meminjam dana pada bank. Selain itu

sektor riil juga enggan untuk menambah modal guna membiayai

produksinya, maka kedua hal tersebut akan berdampak pada

penurunan profitabilitas bank (Febrina, 2009:95).

d) Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Return On Asset.

Perbankan sebagai lembaga keuangan yang memfasilitasi

perdagangan internasional, tidak dapat menghindari diri dari pengaruh

nilai tukar didalam keterlibatannya pada pasar valuta asing. Menurut

Febrina dan Naomi (2009:95), adanya pengaruh nilai tukar mata uang

terhadap profitabilitas bank mengidentifikasikan apabila nilai tukar

mengalami apresiasi dan depresiasi, maka akan berdampak pada

kewajiban valas bank pada saat jatuh tempo. Akibatnya, profitabilitas

Page 56: Bank Umum Swasta

39

bank akan mengalami perubahan jika dalam kasus tersebut bank tidak

melakukan headging.

Selain menjadi fasilisator perdagangan internasional perbankan

syariah juga dapat terpengaruh oleh depresiasi nilai tukar melalui

nasabah yang memiliki dana besar dalam bentuk valuta asing seperti

dollar AS. Apabila terdepresiasinya rupiah terhadap dollar Amerika

maka akan berdampak pada peningkatan profitabilitas bank (Zainul

Arifin, 2006:231).

Page 57: Bank Umum Swasta

40

K. Penelitian Sebelumnya

Berikut disajikan ringkasan penelitian terdahulu yang tampak pada

tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No Penelitian Judul Variabel

Penelitian

Model

Analisis

Hasil Penelitian

1 Muhamad

Bilal, Asif

Saeed,

Ammar

Ali Gull,

dan

Toquer

Akram

(2013)

Influnce of

Bank

Specific and

Macroecono

mic Factors

on

Profitability

of

Commercial

Banks: A

Case Study

of Pakistan

Return On

Asset, Return

On Equity,

bank Size,

Capital

Ratio, Non

Performing

Loans,

Deposits to

Asset Ratio,

Net Interest

Margin,

Inflation,

Real Gross

Domestic

Product, dan

industry

Production

Growth.

Analisis

regresi

linier

berganda

Hasil penelitian

menunjukan Bank Size

berpengaruh terhadap

ROA dan ROE, Non

Performing Loan

berpengaruh terhadap

ROE tetapi tidak

berpengaruh terhadap

ROA, Capital Ratio

signifikan terhadap ROE

tetapi tidak signifikan

terhadap ROA, Deposit to

Total Aseet tidak

berpengaruh terhadap

ROA dan ROE , Net

Interest Margin

berpengaruh terhadap

ROA dan ROE, Industry

Production Growth

berpengaruh terhadap

ROA dan ROE, GDP

berpengaruh terhadap

ROA dan ROE, Inflasi

tidak berpengaruh

terhadap ROE tetapi

berpengaruh terhadap

ROA.

2 Xuezhi

Qin dan

Dickson

Pastory

(2012)

Commercial

Banks

Profitability

Position: The

Case of

Tanzania

Variabel

dependen

yaitu ROA,

sedangkan

variabel

independen

yaitu CAR,

LDR, dan

NPL

Analisis

regresi

panel

Temuannya menunjukan

bahwa dalam konteks

model regresi LDR dan

kualitas aktiva memiliki

dampak positif terhadap

ROA, dengan

pengecualian bahwa NPL

dan CAR memiliki

pengaruh negatif terhadap

profitabilitas (ROA).

Page 58: Bank Umum Swasta

41

No Penelitian Judul Variabel

Penelitian

Model

Analisis

Hasil Penelitian

3 Nanang

Adi

Wijaya

(2012)

Analisis

Pengaruh

CAR, LDR,

NPL, NIM,

Biaya

Operasional

dan

Pendapatan

Operasional

Terhadap

Return On

Asset Pada

Perusahaan

Perbankan

Yang

Terdaftar di

BEI

CAR, LDR,

NPL, NIM,

BOPO, dan

Return On

Asset

Analisis

regresi

linier

berganda

Dari hasil penelitian

diperoleh bahwa variabel

capital adequacy ratio,

loan deposit ratio, biaya

operasional dan

pendapatan operasional,

net interest margin

berpengaruh signifikan

terhadap return on asset

sedangkan non

performing loan tidak

berpengaruh terhadap

return on asset

4 Nanda Tri

Putra

(2012)

Analisis

faktor-faktor

yang

mempengaru

hi kinerja

perbankan

(study

empiris pada

industri

perbankan

yang

terdaftar di

BEI periode

2008-2010

CAR, NPL,

NPM,

BOPO, LDR

(variabel

independen)

return on

asset

(variabel

dependen-

nya)

Analisis

regresi

berganda

Hasil penelitian ini

menunjkan bahwa

variabel CAR, NPL,

NPM, dan LDR

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap

kinerja profitabilitas bank

(ROA) sedangkan BOPO

berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap

kinerja profitabilitas bank

5 Deger

Alper dan

Adem

Anbar

(2011)

Bank

Specific and

Macroecono

mic

Determinant

of

Commercial

Bank

Profitability:

Empirical

Evidence

from Turkey

Asset size,

capital

adequacy,

asset quality,

liquidity,

deposits,

NIM, non

interest

income,

GDP,

inflation, and

interest rate

(variabel

independen),

ROA and

ROE

Analisis

regresi

panel

hasil penelitian ini

menunjukan bahwa bank

size berpengaruh positif

terhadap ROA dan ROE,

capital adequacy tidak

berpengaruh terhadap

ROA dan ROE, asset

quality berpengaruh

negatif terhadap ROA dan

tidak berpengaruh

terhadap ROE, deposits

tidak berpengaruh

terhadap ROA dan ROE,

NIM tidak berpengaruh

terhadap ROA dan

Page 59: Bank Umum Swasta

42

No Penelitian Judul Variabel

Penelitian

Model

Analisis

Hasil Penelitian

(variabel

dependen)

ROE, NII berpengaruh

posiitf terhadap ROA

tetapi tidak berpengaruh

terhadap ROE, interest

rate tidak berpengaruh

terhadap ROA tetapi

berpengaruh positif

terhadap ROE, GDP dan

inflasi tidak berpengaruh

terhadap ROA dan ROE.

6 Febrina

Dwi

jayanthy

dan Prima

Naomi

(2009)

Analisis

Pengaruh

Inflasi, BI

Rate, dan

Nilai Tukar

Mata Uang

terhadap

Profitabilitas

Bank Periode

2003-2007

Inflasi, BI

Rate dan

Nilai Tukar

Mata Uang

(variabel

independen)

profitabilitas

(variabel

dependen)

Analisis

Regresi

berganda

Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa inflasi

berpengaruh negatif

terhadap profitabilitas

bank, BI Rate terbukti

tidak berpengaruh

terhadap profitabilitas

bank karena dalam

penelitian ini terjadi

hubungan antara BI Rate

dengan Inflasi, dan Nilai

tukar mata uang terhadap

profitabilitas bank

terbukti berpengaruh

7 Kartika

Wahyu

Sukarno

dan

Muhamad

Syaichu

(2006)

Analisis

Faktor-faktor

Yang Mem-

pengaruhi

Kinerja Bank

Umum di

Indonesia

ROA, CAR,

LDR, NPL,

DER, dan,

BOPO

Analisis

regresi

linier

berganda

Hasil penelitian

menunjukan bahwa CAR,

LDR, dan BOPO

berpengaruh terhadap

Return On Asset

sedangkan NPL dan DER

tidak berpengaruh

terhadap Return On Asset

Sumber: Jurnal dan Skrpsi Hasil Penelitian Terdahulu

Page 60: Bank Umum Swasta

43

L. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu di atas,

maka penelitian ini mengambil judul tentang analisis pengaruh Capital

Adequacy Ratio, Non Performing Loan, BI Rate, dan Nilai Tukar Rupiah

(Kurs) Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Swasta Nasional

(Studi Empiris pada 10 Bank Umum Swasta Nasional Devisa Terbesar

yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2012).

Sampel dalam penelitian adalah Bank Umum Swasta Nasional

Devisa yang memiliki aset terbesar dan terdaftar di BEI pada periode

2006-2012. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah

profitabilitas yang diukur dengan return on asset sedangkan variabel

independennya adalah capital adequacy ratio, non performing loan, BI

rate, dan nilai tukar rupiah (kurs).

Motode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel

dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain model common

effect, model fixed effect, dan model random effect. Kemudian untuk

memilih model yang paling tepat digunakan dalam mengelola data panel,

terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan, yaitu uji chow untuk

menentukan model common effect atau model fixed effect yang lebih

tepat digunakan dalam mengelola data panel, kemudian uji hausman

dilakukan untuk mennetukan model fixed effect atau model random effect

yang lebih tepat digunakan dalam regresi data panel. Selanjutnya setelah

melakukan pengujian tersebut dilakukan uji asumsi klasik dan analisis

Page 61: Bank Umum Swasta

44

regresi data panel serta pengujian hipotesis. Setelah tahap pengujian

selesai, peneliti melakukan interpretasi terhadap hasil penelitian.

Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya

dengan penambahan beberapa variabel dan metode penelitian yang

berbeda. Setelah peneliti mengumpulkan beberapa jurnal dan skripsi,

peneliti mengambil beberapa variabel dari penelitian terdahulu kemudian

mmebuat pradigma penelitian yang berbeda dimana penelitian ini

menggunakan metode regresi dengan menggunakan data panel (Panel

Least Square) dan dengan menggunakan bantuan software Eviews 7.01.

Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka berfikir yang

peneliti bentuk secara sederhana untuk menjelaskan proses penelitian ini.

Page 62: Bank Umum Swasta

45

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

BUSN Devisa

Variabel Dependen Profitabilitas : ROA (Y)

Variabel Independen:

Capital adequacy ratio (X1), non performing loan (X2), BI Rate (X3),

dan kurs (X4)

Metode Estimasi Data Panel

Common Effect Fixed Effect Random Effect

Uji Chow Uji Hausman

Metode Estimasi Terpilih

Uji Asumsi Klasik

Normalitas Multikolinieritas Heteroskedastisitas

Autokorelasi

Adjusted R2 Uji Simultan Uji Parsial

Interpretasi

Page 63: Bank Umum Swasta

46

M. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban masalah atau pertanyaan penelitian

yang dikembangan berdasarkan teori-teori yang perlu diuji melalui proses

pemilihan, pengumpulan, dan analisis data (Indriantoro dan Supomo,

2002:81). Adapun hipotesis dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. H0 : b1...b4 = 0, tidak terdapat pengaruh antara capital adequacy ratio,

non performing loan, BI rate, dan kurs terhadap profitabilitas bank

umum swasta nasional devisa.

H1 : b1...b4 ≠ 0, terdapat pengaruh antara capital adequacy ratio, non

performing loan, BI rate, dan kurs terhadap profitabilitas bank umum

swasta nasional devisa.

2. H0 : b1 < 0, tidak terdapat pengaruh positif antara capital adequacy

ratio terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa

H1 : b1 > 0, terdapat pengaruh positif antara capital adequacy ratio

terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa.

3. H0 : b2 > 0, tidak terdapat pengaruh negatif antara non performing

loan terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa

H1 : b1 < 0, terdapat pengaruh negatif antara non performing loan

terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa.

4. H0 : b3 > 0, tidak terdapat pengaruh negatif antara BI Rate terhadap

profitabilitas bank umum swasta nasional devisa

Page 64: Bank Umum Swasta

47

H1 : b3 < 0, terdapat pengaruh negatif antara BI Rate terhadap

profitabilitas bank umum swasta nasional devisa.

5. H0 : b4 > 0, tidak terdapat pengaruh negatif antara kurs terhadap

profitabilitas bank umum swasta nasional devisa.

H1 : b4 < 0, terdapat pengaruh negatif antara kurs terhadap profitablitas

bank umum swasta nasional devisa.

Page 65: Bank Umum Swasta

48

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur pengaruh antara

variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat).

Penelitian ini dilakukan atas data-data yang didapat melalui studi

kepustakaan dan data dari internet (data skunder) yang dipublikasikan,

data yang digunakan yaitu periode 2006-2012.

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Bank Umum Swasta

Nasional (BUSN) Devisa yang terdaftar di BEI selama periode 2006-2012.

Adapun ruang lingkup penelitian ini difokuskan kepada:

1. Profitabilitas perusahaan yang diukur dengan Return On Asset (ROA)

2. Permodalan, yang diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR)

3. Tingkat kredit bermasalah, yang diukur dengan Non Performing Loan

(NPL)

4. BI rate, merupakan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia, dan

5. Kurs, merupakan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakterisitik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

Page 66: Bank Umum Swasta

49

kesimpulannya (Sugiyono, 2003:72). Adapun populasi dalam

penelitian ini adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) devisa

yang listing di BEI selama periode 2006-2012.

2. Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi

perhatian dalam sebuah penelitian (Suharyadi dan Purwanto, 2008:7).

Sampel yang baik haruslah memberikan gambaran mengenai populasi

dari sampel tersebut, maka diperlukan pengambilan sempel yang

representatif sehingga sampel yang diambil dapat mewakili populasi

tersebut.

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan

metode purposive sampling yaitu penarikan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut berdasarkan pada

kepentingan dan tujuan penelitian (Suharyadi dan Purwanto, 2008:17).

Karakteristik sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah:

a. 10 Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) devisa yang memiliki

aset terbesar serta terdaftar di BEI selama empat periode terakhir.

b. Bank yang menerbitkan laporan keuangan tahunan (annual report)

secara berkala selama periode penelitian.

c. Bank yang menerbitkan data-data keuangan tentang variabel

penelitian yang terkait serta secara lengkap.

Page 67: Bank Umum Swasta

50

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka peneliti mengambil

10 bank sebagai sampel. Beriku daftar bank yang menjadi sampel

dalam penelitian ini:

Tabel 3.1

Daftar sampel penelitian

No Kode Perusahaan Total Aset

(Rp Juta)

1 BBCA PT. Bank Central Asia Tbk. 442.994.197

2 BNGA PT. Bank CIMB Niaga Tbk. 197.412.481

3 BDMN PT. Bank Danamon Indonesia 155.791.308

4 PNBN PT. Bank Pan Indonesia Tbk. 148.792.614

5 BNLI PT. Bank Permata Tbk. 131.798.595

6 BNII PT. Bank Internasional Indonesia Tbk. 115.855.514

7 NISP PT. Bank OCBC NISP Tbk. 79.141.737

8 BBKP PT. Bank Bukopin Tbk. 65.689.830

9 MEGA PT. Bank Mega Tbk. 65.219.108

10 BAEK PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk. 25.365.299

Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Riset Kepustakaan

Menurut Mestika Zed (2004:3) Riset Kepustakaan atau yang

sering disebut dengan studi keputakaan ialah serangkaian kegiatan

Page 68: Bank Umum Swasta

51

yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca,

dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.

Riset kepustakaan merupakan teknik untuk memperoleh dan

mengumpulkan data dengan cara membaca dan mempelajari buku,

jurnal-jurnal ataupun yang lainnya yang berkaitan dengan penelitian

ini.

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah

pengumpulan data sekunder dimana data-data yang dibutuhkan

diperoleh dari:

a. Laporan keuangan tahunan perusahaan BUSN devisa yang

dipublikasikan yang diteliti selama periode penelitian.

b. Data BI rate, Kurs yang dipublikasikan di www.bi.go.id

c. Jurnal atau publikasi lainnya yang relevan yang memuat

informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Sumber Internet

Sebagian data tambahan yang penulis tidak bisa temukan dari

sumber-sumber yang telah disebutkan, maka diambil data dari internet

untuk melengkapi kekurangan yang ada.

D. Metode Analisi Data

1. Analisis Data Panel

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan

kombinasi dari data time series dan cross section. Estimasi yang

dilakukan dengan menyatukan kedua data tersebut yang disebut

Page 69: Bank Umum Swasta

52

dengan data pooling atau panel data dengan pengolahan data

menggunakan Software Eviews 7.01 untuk menjelaskan hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen.

Penggunaan software ini dirasa tepat mengingat analisis dengan

data panel sudah disediakan Eviews sejak versi awal dan selama ini

sudah menjadi selah satu keunggulan Eviews dibanding dengan

program-program statistik lainnya dalam mengelolah data panel.

Software Microsoft Excel 2007 juga dipakai untuk mempermudah

pengelolaan data seperti pembuatan grafik, tabel, dan lain-lain.

Data panel (pool) yakni data yang merupakan gabungan antara

runtun waktu (time series) dengan seksi silang (cross section). Oleh

karenanya, data panel memiliki gabungan karakteristik keduanya yaitu

data yang terdiri dari beberapa objek dan meliputi beberapa waktu

(Winarno, 2011:91).

Menurut Agus Widarjono (2009:229) ada beberapa keuntungan

yang diperoleh dengan menggunakan data panel. Pertama, data panel

yang merupakan gabungan dua data time series dan cross section

mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan

menghasilkan Degree Of Freedom yang lebih besar. Kedua,

menggabungkan informasi dari data time series dan cross section

dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah

penghilangan variabel (omitted variable).

Page 70: Bank Umum Swasta

53

Model Regresi Panel Menurut Agus Widarjono:

Yit = α + b1X1it + b2X2it + b3X3it + b4X4it + e

Dimana:

Y = Variabel dependen

α = Kostanta

X = Variabel independen

b = Koefisien regresi masing-masing variabel independen

t = Waktu

i = Perusahaan

e = Error term

Metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat

dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain:

1) Model Common Effect

Model Common Effect atau Pooled Regression Model adalah

motode estimasi yang menggabungkan (pooled) seluruh data time series

dan cross section dengan menggunakan pendekatan OLS (Ordinary

Least Square) untuk melakukan estimasi parameternya. Dalam

pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu

sehingga perilaku data antara perusahaan diasumsikan sama dalam

berbagai kurun waktu. Pada dasarnya model common effect sama seperti

OLS dengan meminimumkan jumlah kuadrat, tetapi data yang digunakan

bukan time series atau data cross section saja melainkan data panel yang

Page 71: Bank Umum Swasta

54

diterapkan data bentuk pooled. Bentuk umum untuk model Ordianry

Least Square adalah:

Yit = b0 + b1Xit + b2Xit + εit untuk i=1,2,…,n dan t=1,2,…,t

2) Model Fixed Effect

Teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi data panel

dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya

perbedaan intersep. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan adanya

perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar

waktu (time invariant). Disamping itu, model ini juga mengasumsikan

bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu.

Pendekatan dengan variabel dummy ini dikenal dengan sebutan

Fixed Effect Model atau Least Square Dummy Variabel (LSDV) atau

disebut juga Covariance Model. Persamaan pada estimasi dengan

menggunakan fixed effect model dapat ditulis dalam bentuk sebagai

berikut:

Yit = b0 + b1Xit + b2Xit + b3D1i + b4D2i +……+ εit

= 1,2,....,n = 1,2,....t D = dummy

3) Model Random Effect

Random Effect Model adalah model etimasi regresi panel dengan

asumsi koefisien slope kontan dan intersep berbeda antara individu dan

antar waktu (Random Effect). Dimasukannya variabel dummy di dalam

Fixed Effect Model bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan tentang

model yang sebenarnya. Namun, ini juga membawa konsekuensi

Page 72: Bank Umum Swasta

55

berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya

mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini bisa diatasi dengan

menggunakan variabel gangguan (error terms) yang dikenal dengan

Random Effect. Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel

gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu.

Model yang tepat digunakan untuk mengestimasi Random Effect

adalah Generalized Least Square (GLS) sebagai estimatornya, karena

dapat meningkatkan efisiensi dari least square. Bentuk umum untuk

Random Effect Model adalah:

Yit = α1 + bjXjit + εit dengan εit = ui + vt + wit

Dimana :

ui ~ N ( 0, δu2) = komponen cross section error

vt ~ N ( 0, δv2 ) = komponen time series error

wit ~ N ( 0, δw2 ) = komponen eror kombinasi

2. Tahapan Analisis Data

Untuk memilih model yang paling tepat digunakan dalam

mengelola data panel, terdapat beberapa pengujian yang dapat

dilakukan.

a. Uji Chow

Uji chow adalah pengujian untuk menentukan model

Fixed Effect atau Common Effect yang lebih tepat digunakan

dalam mengestimasi data panel.

Page 73: Bank Umum Swasta

56

Hipotesis Uji Chow adalah:

HO : Common Effect Model atau Pooled OLS

H1 : Fixed Effect Model

Dasar penolakan terhadap hipotesis di atas adalah dengan

membandingkan perhitungan F statistik dengan F tabel.

Perbandingan dipakai apabila hasil F hitung lebih besar (>) dari F

tabel, maka H0 ditolak yang berarti model yang lebih tepat

digunakan adalah Fixed Effect Model. Begitupun sebaliknya, jika

F hitung lebih kecil (<) dari F tabel, maka terima H0 dan model

yang lebih tepat digunakan adalah Common Effect Model.

Nilai F statistik untuk Uji Chow ditentukan oleh:

F n–1 nt,n–k = (SSE1 – SSE2) / ( n – 1 )

SSE2 / ( nt – n – k )

Dimana :

SSE1 = Sum Square Error dari model common effect

SSE2 = Sum Square Error dari model individual individual effect

n = jumlah individual (cross section)

t = jumlah series waktu (time series)

k = jumlah variabel bebas

Sedangkan F tabel didapat dari:

F tabel = | α : df(n-1, nt – n – k) |

Page 74: Bank Umum Swasta

57

b. Uji Hausman

Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih

apakah model Fixed Effect atau Random Effect yang lebih tepat

digunakan dalam regresi data panel. Uji ini di kembangkan oleh

Hausman dengan didasarkan pada ide bahwa LSDV di dalam

model Fixed Effect dan GLS adalah efisien sedangkan model

OLS adalah tidak efisien, di lain pihak alternatifnya metode OLS

efisien dan GLS tidak efisien. Karena itu uji hipotesis nulnya

adalah hasil estimasi keduanya tidak berbeda sehingga Uji

Hausman bisa dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi tersebut.

Pengujian dilakukan dengan hipotesis berikut:

H0 : Random Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Uji Hausman akan mengikuti distribusi Chi-Squares

sebagai berikut:

m = Var ( ) -1

Dimana:

= [ –

Var ( ) = Var ( - Var ( GLS)

Statistik Uji Hausman ini mengikuti distribusi statistik

Chi-Squares dengan degree of freedom sebanyak k, dimana k

adalah jumlah variabel independen. Jika nilai statistik Hausman

lebih besar dari nilai kritisnya maka H0 ditolak dan model yang

Page 75: Bank Umum Swasta

58

tepat adalah model Fixed Effect sedangkan sebaliknya bila nilai

statistik Hausman lebih kecil dari nilai kritisnya maka model yang

tepat adalah model Random Effect.

3. Uji Dasar Asumsi Klasik

Uji dasar asumsi klasik ini dilakukan sebagai parameter untuk

mengukur apakah data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat

BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) atau tidak.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai

residual yang telah terstandarisasi pada model regresi

berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan

berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut

sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Tidak terpenuhinya

normalitas pada umumnya disebabkan karena distribusi data tidak

normal, karena terdapat nilai ekstrem pada data yang diambil

(Suliyanto, 2011:69).

Menurut Winarno (2011:539) untuk mendeteksi normalitas

data dapat dilakukan dengan melihat koefisien Jarque-Bera dan

probabilitasnya. Kedua angka ini saling mendukung.

Ketentuannya adalah sebagai berikut:

1. Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka data

berdistribusi normal.

Page 76: Bank Umum Swasta

59

2. Bila probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi atau α

(5%), maka data berdistribusi normal (hipotesis nolnya

adalah data berdistribusi normal).

Dalam perangkat Eviews yang peneliti gunakan dalam

penelitian ini, normalitas dapat diketahui dengan melihat kepada

histogram dan uji Jarque-Bera (JB) dengan nilai X2

tabel. Jika

nilai JB < X2 tabel maka nilai residual terstandarisasi dinyatakan

berdistribusi normal (Suliyanto, 2011:75).

b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau

sempurna di antara variabel bebas (Suliyanto, 2011:82).

Multikolinieritas adalah hubungan linier antar variabel

independen didalam regresi berganda. Model yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Menurut Agus Widarjono (2010:75) jika ada multikolinieritas

antar variabel independen, estimasi dengan menggunakan metode

Ordinary Least Square (OLS) masih menghasilkan estimator

yang tidak bias, linier dan mempunyai varian yang minimum

(BLUE) karena estimator yang BLUE tidak memerlukan asumsi

terbebas dari masalah multikolinieritas.

Metode untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah

multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

Page 77: Bank Umum Swasta

60

korelasi parsial antar variabel independen. Sebagai aturan kasar

(rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi di atas 0,85

maka kita duga multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika

koefisien korelasi kurang dari 0,85 maka kita duga model tidak

mengandung unsur multikolinieritas. Akan tetapi perlu kehati-

hatian terutama pada data time series seringkai menunjukan

korelasi antara variabel independen yang cukup tinggi. Korelasi

tinggi ini terjadi karena data time series seringkali menunjukan

unsur trend, yaitu data bergerak naik dan turun secara bersamaan

(Widarjono, 2010:77).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi yang terbentuk terjadi ketidaksamaan varian

dari residual model regresi. Data yang baik adalah data yang

homokedastisitas. Homokedastisitas terjadi jika varian variabel

pada model regresi memiliki nilai yang sama atau konstan

(Suliyanto, 2011:95). Heteroskedastisitas berarti varians variabel

gangguan yang tidak konstan. Masalah heteroskedastisitas dengan

demikian lebih sering muncul pada cross section daripada time

series. Jika varian dari residual suatu pengamatan kepengamatan

lainnya tetap, maka disebut heteroskedastisitas.

Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya

masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah metode

Page 78: Bank Umum Swasta

61

Park. Uji park dilakukan dengan melakukan regresi fungsi-fungsi

residual. Jika variabel independen tidak signifikan, maka dapat

disimpulkan bahwa model yang terbentuk dalam persamaan

regresi tidak mengandung masalah heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada

korelasi antar anggota serangkaian data observasi yang diurutkan

menurut waktu atau ruang (Suliyanto, 2011:125). Autokorelasi

merupakan korelasi antar variabel gangguan satu observasi

dengan variabel gangguan observasi lain. Autokorelasi sering

muncul pada data time series. Autokorelasi muncul karena

observasi yang beruntung sepanjang waktu berkaitan satu sama

lain. Autokorelasi dapat dideteksi melalui metode Durbin-Waston

(DW) dengan mengasumsikan bahwa variabel gangguan hanya

berhubungan dengan variabel ganguan periode sebelumnya (lag

pertama) yang dikenal dengan model autoregresif tingkat pertama

dan variabel independen tidak mengandung variabel independen

yang merupakan kelambanan dari variabel dependen (Widarjono,

2010: 99).

Menurut Danang Sunyoto (2011:134) salah satu ukuran

dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi adalah

dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai

berikut:

Page 79: Bank Umum Swasta

62

1) Terjadi otokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2

(DW < -2)

2) Tidak terjadi otokorelasi, jika nilai DW berada diantara

-2 dan +2atau -2 < DW < +2

3) Terjadi otokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 atau

DW > +2.

Pendapat lain untuk mendeteksi tentang uji autokorelasi

secara umum bisa diambil patokan (Singgih, 2012:243):

1) Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi

positif.

2) Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada

autokorelasi.

3) Angka D-W diatas +2, berarti ada korelasi negatif.

4. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa

baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit).

Koefisien determinasi ini mengukur presentase total varian variabel

dependen Y yang dijelaskan oleh variabel independen di dalam garis

regresi. Menurut Sulaiman (2004:86) nilain R² mempunyai interval

antara 0 sampai 1 (0 < R² < 1). Semakin besar R² (mendekati 1),

semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin

mendekati 0 maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat

menjelaskan variabel dependen.

Page 80: Bank Umum Swasta

63

Koefisien determinasi memilikin kelemahan, yaitu bias terhadap

jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi dimana

setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah penagamatan

dalam model akan meningkatkan nilai R2

meskipun variabel yang

dimasukan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

variabel tergantungnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka

digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R

Square (R2

adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti

bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukan jumlah

variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan

koefisien determinasi yang telah disesuiakan (Adjusted R-Square)

maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau

turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto,

2011:59).

5. Uji Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel

independen secara keseluruhan terdapat variabel dependen. Pengujian

ini dilakukan dengan membandingan F hitung dengan F tabel.

Menurut Suliyanto (2011:40), uji F digunakan untuk menguji

pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel

tergantungnya. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan

terhadap variabel tegantung, maka model persamaan regresi masuk

dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh

Page 81: Bank Umum Swasta

64

secara simultan maka hal ini akan masuk dalam kategori tidak cocok

atau not fit.

Menurut suliyanto (2011:61), untuk menyimpulkan apakah

model masuk dalam kategori cocok (fit) atau tidak, kita harus

membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel dengan derajat

bebas: df: α,(k-1), (n-k), dimana k adalah jumlah variabel dan n adalah

jumlah pengamatan (ukuran sampel). Dasar pengambilan

keputusannya adalah jika nilai F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan

H1 diterima yang berarti bahwa variabel independen secara simultan

berpengaruh secara signifikan tehadap variabel dependen, tetapi jika

jika F hitung < F tabel, maka H0 terima dan H1 ditolak yang berarti

bahwa variabel independen secara simultan tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Suliyanto (2011:62) untuk menghitung besarnya nilai F hitung

digunakn formula berikut:

Keterangan:

F = Nilai F hitung

R2 = Koefisien Determinasi

k = Jumlah Variabel

n = Jumlah Pengamatan (ukuran sampel).

Page 82: Bank Umum Swasta

65

6. Uji Parsial (Uji t)

Sementara uji t digunakan untuk melihat signifikansi dari

pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen

dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Nilai t hitung

digunakan untuk menguji apakah sebuah variabel bebas berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel tergantung atau tidak.

Pengujian dalam penelitian ini digunakan uji satu arah (one

tailed test) karena hipotesis yang diajukan sudah menunjukan arah,

yaitu positif dan negatif. Dalam uji satu sisi (one tailed test) hanya ada

satu daerah penolakan, dan hipotesisi nol ditolak hanya jika nilai

statistik sampel berada pada daerah ini. Uji hipotesis satu sisi dipilih

jika mempunyai dasar teori atau dugaan yang kuat, karena

berdasarkan teori terdapat hubungan positif (+) atau negatif (-).

Adapun prosedur langkahnya sebagai berikut (Agus Widarjono,

2010:26):

1. Membuat hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Jika hipotesis negatif, maka digunakan uji hipotesis satu

sisi negatif.

H0 : b1 = 0

H1 : b1 < 0

Maka dasar keputusan menolak H0 atau menerima H1

adalah jika nilai –t hitung < -t kritis maka H0 ditolak dan

menerima H1, artinya bahwa variabel independen berpengaruh

Page 83: Bank Umum Swasta

66

terhadap variabel dependen begitu juga sebaliknya apabila nilai

-t hitung > nilai -t kritis maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya

bahwa variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen.

Jika hipotesis positif, maka digunakan uji hipotesis satu

sisi positif.

H0 : b1 = 0

H1 : b1 > 0

Maka dasar keputusan menolak H0 atau menerima H1

adalah jika nilai t hitung > nilai t ktitis maka H0 ditolak dan

menerima H1, artinya bahwa variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen. Begitu juga sebaliknya apabila nilai

t hitung < nilai t kritis maka H0 dterima dan menolak H1, artinya

bahwa variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel

dependennya.

2. Menghitung nilai statistik t (t hitung) dan mencari nilai t kritis

(n-k) dari tabel distribusi t pada α dan degree of freedom tertentu

dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel

independen.

Untuk menghitung besarnya nilai t hitung digunakan rumus

berikut (Suliyanto, 2011:62):

ti = bj

Sbj

Page 84: Bank Umum Swasta

67

Keterangan:

t = Nilai t hitung

bj = Koefisien regresi

sbj = kesalahan baku koefisien reresi

3. Keputusan menolak H0 atau menerima H1 dapat juga dijelaskan

melalui distribusi probabilitas.

H1 akan diterima jika nilai probabilitas kurang dari 0,05(α).

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variansi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh

peneliti dalam mengoperasionalkan konstruk, sehingga memungkinkan

bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara

yang sama atau mengembangkan cara pengukuran konstruk yang lebih

baik (Indriantoro dan Supomo, 2002:69).

Model operasional variabel dalam penelitian ini dapat ditunjukan

sebagai berikut:

1. Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel terikat (Sugiyono, 2003:33). Adapun yang menjadi variabel

independen dalam penelitian ini adalah:

Page 85: Bank Umum Swasta

68

a. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Menurut Selamet Riyadi (2006:161), Capital Adequacy

ratio (CAR) yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum

yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR

sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR),

atau ditambah dengan Risiko Pasar dan Risiko Operasional, ini

tergantung pada kondisi bank yang bersangkutan. CAR yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia ini, mengacu pada

ketentuan/standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking

for International Settlement (BIS). Rasio ini juga sangat umum

digunakan sebagai aspek permodalan sesuai dengan ketetapan

Bank Indonesia.

Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan rumus berikut:

Modal

CAR = x100

ATMR

Data mengenai capital adequacy ratio diperoleh dari

laporan tahunan masing-masing bank yang menjadi sampel dalam

penelitian ini.

b. Non Performing Loan (NPL)

Menurut Selamet Riyadi (2006:160) Non Performing Loan

adalah perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan

Page 86: Bank Umum Swasta

69

tingkat kolektabilitas 3 sampai dengan 5 dibandingkan dengan

total kredit yang diberikan oleh pihak bank.

Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia

saat ini adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% maka akan

mempengaruhi penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang

bersangkutan, yaitu akan mengurangi nilai/ skor yang

diperolehnya. Semakin besar tingkat NPL ini menunjukan bahwa

bank tersebut tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya,

sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas

pemberian kredit pada bank tersebut cukup tingginya NPL yang

dihadapi bank (Selamet Riyadi, 2006:161). non perfoming loan

dapat dihitung dengan rumus:

Kredit yang diberikan dengan kolektabilitas 3 s/d 5

NPL =

Total Kredit yang diberikan

Data mengenai rasio non performing loan diperoleh dari

laporan tahunan masing-masing bank yang menjadi sampel dalam

penelitian ini.

c. BI Rate

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan

sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia dan diumumkan kepada publik (www.bi.go.id).

Data mengenai BI rate diperoleh dari data yang

dipublikasikan oleh Bank Indonesia.

Page 87: Bank Umum Swasta

70

d. Kurs

Exchange Rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer

dikenal denga sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation)

harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga

mata uang domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu

harga mata uang domestik dalam mata uang asing (Adiwarman

Karim, 2008:157).

Data mengenai kurs diperoleh dari data yang dipublikasikan

oleh Bank Indonesia.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas (Sugiyono, 2003:33). Variabel dependen (terikat) dalam

penelitian ini adalah profitabilitas yang diukur dengan Return On

Asset.

Menurut Sawir (2004:31), Return On Asset adalah rasio untuk

mengukur kemampuan bank dalam mendapatkan profitabilitas dalam

mangerial efisiensi secara umum. Return On Asset dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

Laba Bersih

ROA = x 100%

Total Asset

Page 88: Bank Umum Swasta

71

Data mengenai return on asset (ROA) diperoleh dari laporan

keuangan/ laporan tahunan masing-masing bank yang menjadi sampel

dalam penelitian ini.

Page 89: Bank Umum Swasta

72

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia

merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial

Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika

itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan

pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak

tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak

berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode

kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan

oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan

kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik

Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek

tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar

modal pada tahun 1997, dan beberapa tahun kemudian pasar modal

mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi

yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan

pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

Page 90: Bank Umum Swasta

73

Tabel 4.1

Sejarah Pasar Modal di Indonesia

Tanggal/tahun Peristiwa

Desember/1892 Bursa Efek pertama kali dibentuk oleh pemerintah

di Batavia oleh pemrintah Belanda.

1914-1918 Bursa efek ditutup selama masa pernag dunia I

1925-1942 Bursa efek di Jakarta kembali dibuka bersamaan

dengan bursa efek di Semarang dan Surabaya.

Awal tahun

1939

Karena isu politik (perang dunia II) bursa efek di

Semarang dan Surabaya ditutup.

1942-1952 Bursa efek di Jakarta ditutup kembali selama

perang dunia II

1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda, Bursa

Efek kembali tidak aktif.

1956-1977 Perdagangan di Bursa Efek Vakum

10 Agustus

1977

Bursa efek diresmikan kembali oleh presiden

Soeharto. BEJ dijalankan di bawah BAPEPAM

(Badan Pengawas Pasar Modal). Pada tanggal 10

Agustus diperingati sebagai HUT pasar modal.

Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai

dengan Go Public PT. Semen Cibinong sebagai

emiten pertama.

1977-1987 Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu, jumlah

emiten di Bursa Efek hingga tahun 1987 hanya 24.

Masyarakat lebih memilih instrumen Perbankan

dibanding instrumen Pasar Modal

1987 Ditandai dengan hadirnya paket Desember 1987

(PAKDES87) yang memberikan kemudahan bagi

perusahaan untuk melakukan penawaran umum

dan investor asing untuk menanamkan modal di

Indonesia

1988-1990 Paket deregulasi Perbankan dan Pasar Modal

diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing.

Aktivitas perdagangan terlihat meningkat.

2 Juni 1988 Bursa Pararel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan

dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan

Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari

broker dan dealer.

Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan paket Desember

(PAKDES88) yang memberikan kemudahan bagi

perusahaan untuk go public dan beberapa

kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar

modal.

16 juni 1989 Bursa Efek Surabaya mulai beroperasi dan

dikelola oleh perseroan terbatas milik swasta yaitu

Page 91: Bank Umum Swasta

74

PT. Bursa Efek Surabaya.

13 Juli 1992 Swastanisasi BEJ, BAPEPAM berubah menjadi

Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini

diperingati sebagai HUT BEJ.

22 Mei 1995 Sistem otomatisasi di BEJ dilakukan dengan sistem

komputer JATS (Jakarta Automated Trading

System).

10 November

1995

Pemrintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8

tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang

ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

1995 Bursa Pararel Indonesia merger dengan Bursa Efek

Surabaya.

2000 Sistem perdagangan tanpa warkat (scripless

trading) mulai diaplikasikan di Pasar Modal

Indonesia.

2002 BEJ Mulai mengaplikasikan sistem perdagangan

jarak jauh (remote trading).

2007 Penggabungan Bursa Efek Surabaya dan Bursa

Efek Jakarta dan berubah nama menjadi Bursa efek

Indonesia.

2 Maret 2009 Peluncuran perdana sistem perdagangan baru PT.

Bursa Efek Indonesia : JATS-NextG.

Sumber: www.idx.co.id

2. Perusahaan Yang Menjadi Objek Penelitian

Berikut ini adalah sejarah singkat perusahaan yang menjadi

objek penelitian berdasarkan penentuan kriteria sampel objek

penelitian:

a. Bank Central Asia Tbk.

BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957

dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui

sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan

adalah krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997.

Penawaran Saham Perdana berlangsung pada tahun 2000,

dengan menjual saham sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi

Page 92: Bank Umum Swasta

75

BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana itu, BPPN masih

menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham

kedua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN

mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA.

Dalam tahun 2002, BPPN melepas 51% dari sahamnya di

BCA melalui tender penempatan privat yang strategis. Farindo

Investment, Ltd., yang berbasis di Mauritius, memenangkan

tender tersebut. Saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata

kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi,

pengelolaan risiko secara baik dan komitmen pada nasabahnya

baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga

intermediasi finansial dan ditahun 2012 tecatat aset bank BCA

mencapai Rp 442.994 triliun.

b. Bank CIMB Niaga Tbk.

Berdiri sejak 26 September 1955, saat ini CIMB Niaga

adalah bank terbesar ke-7 di Indonesia berdasarak nilai aset.

CIMB Niaga merupakan bank kedua terbesar di Indonesia dalam

penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) dengan pangsa pasar

sekitar 10%. Sejak 25 November 2002 mayoritas saham CIMB

Niaga dimiliki oleh Bumiputra-Commerce Holdings Berhad

(BCHB), dan pada 16 Agustus 2007 dialihkan kepada CIMB

Group Sdn Bhd, perusahaan yang 100% dimiliki oleh BCHB.

Page 93: Bank Umum Swasta

76

Sebagai bank nasional yang pertama kali meluncurkan

layanan ATM pada tahun 1987 dan online banking system pada

tahun 1991, CIMB Niaga dikenal sebagai salah satu bank yang

paling inovatif di Indonesia selain itu kinerja bank CIMB Niaga

yang mencatat nilai aset sebesar Rp 197.412 triliun.

c. Bank Danamon Indonesia Tbk.

Danamon didirikan pada tahun 1956 sebagai Bank Kopra

Indonesia. Di tahun 1976 nama tersebut kemudian diubah

menjadi PT Bank Danamon Indonesia. Di tahun 1988, Danamon

menjadi bank devisa dan setahun kemudian mencatatkan diri

sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta. Sebagai akibat

dari krisis keuangan Asia di tahun 1998, pengelolaan Danamon

dialihkan di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan

Nasional (BPPN) sebagai BTO (Bank Taken Over).

Kemudian di tahun 2000, delapan BTO lainnya (Bank

Tiara, PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank Tamara

Tbk, PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT

Jayabank International dan PT Bank Risjad Salim Internasional)

dilebur ke dalam Danamon. Sebagai bagian dari paket merger

tersebut, Danamon menerima program rekapitalisasinya yang ke

dua dari Pemerintah melalui injeksi modal sebesar Rp 28,9 triliun.

Sebagai surviving entity, Danamon bangkit menjadi salah satu

Page 94: Bank Umum Swasta

77

bank swasta terbesar di Indonesia dengan total aset sebesar Rp

155.791 triliun.

d. Bank Pan Indonesia Tbk.

Panin Bank merupakan salah satu bank komersial utama di

Indonesia. Didirikan pada tahun 1971 hasil merger dari Bank

Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank Industri Dagang

Indonesia. Dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta

tahun 1982 sebagai bank Go Public yang pertama.

Dengan struktur modal yang kuat dan Rasio kecukupan

Modal yang tinggi, Panin Bank Bersyukur tidak harus

direkapitalisasi oleh pemerintah pasca krisis ekonomi pada tahun

1998. pemegang saham Panin Bank adalah ANZ Banking Group

of Austarlia (37,1%), Panin Life (45,9%), dan publik-domestik

dan internasional. Per Juni 2009, Panin Bank tercatat sebagai

bank ke-7 terbesar di Indonesia dari segi total aset Rp.71,2 triliun,

dengan permodalan mencapai Rp. 9,8 triliun dan CAR 23,9% dan

pada tahun 2012 tercatat total aset Panin Bank sebesar Rp

148.793.

e. Bank Permata Tbk.

Permata Bank dibentuk sebagai hasil merger dari 5 bank di

bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional

(BPPN), yakni PT. Bank Bali Tbk, PT. Bank Universal Tbk, PT.

Bank Prima Express, PT. Bank Artamedia, dan PT. Bank Patriot

Page 95: Bank Umum Swasta

78

pada tahun 2002. Di tahun 2004, Standard Chartered Bank dan

PT. Astra Internasional Tbk mengambil alih Permata Bank dan

memulai proses transformasi secara besar-besaran di dalam

organisasi. Selanjutntya, sebagai wujud komitmennya terhadap

Permata Bank, kepemilikan gabungan pemegang saham utama ini

meningkat menjadi 89,01% pada tahun 2006.

Kombinasi unik dari kedua pemegang saham strategis

merupakan salah satu kekuatan utama Permata Bank. PT Astra

Internasional Tbk merupakan perusahaan Indonesia yang besar

dan memiliki pengalaman kuat di pasar domestik. Standard

Chartered Bank dengan keahlian dan pengalaman global

terkemuka yang dimilikinya menjadikan Permata Bank menjadi

posisi yang unik. Tercatat besarnya aset yang dimiliki oleh bank

permata pada tahun 2012 sebesar Rp 131.798 triliun.

f. Bank Internasional Indonesia Tbk.

PT. Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) bergerak dalam

kegiatan perbankan domestik dan internasional yang

menyediakan berbagai layanan keuangan baik perusahaan

nasional dan multinasional, perusahaan ukuran menengah, usaha

kecil dan individu, dan juga perbankan syariah untuk pembiayaan,

penggalangan dana, dan produk jasa perbankan. Bank

Internasional Indonesia didirikan 15 Mei 1959, BII juga

Page 96: Bank Umum Swasta

79

menyediakan pelayanan dan fasilitas pengawasan korporasi

(corporate advisory).

g. Bank OCBC NISP Tbk.

Bank OCBC NISP (sebelumnya bernama Bank NISP)

adalah sebuah bank swasta di Indonesia. Bank ini didirikan 4

April 1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch-Indische

Spaar en Deposito Bank. Pada 1981, sempat berganti nama

menjadi NV. Spaar En Deposito yang diuraikan sebagai Bank

Nilai Inti Sari Penyimpan (disingkat NISP), bank ini kemudian

lama dikenal sebagai Bank NISP.

Semenjak 16 Oktober 2008, Bank NISP resmi berganti

nama dan logo menjadi Bank OCBC NISP. Nama perusahaan

juga turut diubah dari PT Bank NISP Tbk menjadi PT Bank

OCBC NISP Tbk. Bank OCBC NISP juga sering mencatatkan

prestasinya secara baik dalam dunia perbankan serta meraih

beragam penghargaan selain itu pada tahun 2012 aset bank OCBC

NISP sebesar Rp 115.772 triliun. Saat ini mayoritas saham Bank

NISP dimiliki oleh OCBC Group yang berlokasi di Singapura.

OCBC merupakan penyedia jasa perbankan dan asuransi terbesar

di Singapura.

h. Bank Bukopin Tbk.

Bank Bukopin yang sejak berdirinya tanggal 10 Juli 1970

menfokuskan diri pada segmen UMKMK, saat ini telah tumbuh

Page 97: Bank Umum Swasta

80

dan berkembang menjadi bank yang masuk ke kelompok bank

menengah di Indonesia dari sisi aset. Seiring dengan terbukanya

kesempatan dan peningkatan kemampuan melayani kebutuhan

masyarakat yang lebih luas, Bank Bukopin telah mengembangkan

usahanya ke segmen komersial dan konsumer.

i. Bank Mega Tbk.

Berawal dari sebuah usaha milik keluarga bernama PT.

Bank Karman yang didirikan pada tahun 1969 berkedudukan di

Surabaya, selanjutnya pada tahun 1992 berubah nama menjadi

PT. Mega Bank dan melakukan relokasi Kantor Pusat ke Jakarta.

Seiring dengan perkembangannya, PT. Mega Bank pada tahun

1996 diambil oleh PRA GROUP (PT. Para Global Investindo dan

PT. Para Rekan Investama). Untuk lebih meningkatkan citra PT.

Mega Bank, pada bulan Juni 1997 melakukan perubahan logo

dengan tujuan bahwa sebagai lembaga keuangan kepercayaan

masyarakat, akan lebih mudah dikenal mealui logo perusahaan

yang baru tersebut. Pada tahun 2000 melakukan perubahan dari

PT. Mega Bank menjadi PT. Bank Mega.

Dalam rangka memperkuat struktur permodalan maka pada

tahun yang sama PT. Bank Mega melaksanakan Initial Public

Offering dengan menawarkan saham kepada masyarakat, dengan

demikian sebagian saham PT. Bank Mega dimiliki oleh publik

dan berubah namanya menjadi PT. Bank Mega Tbk. Saat ini bank

Page 98: Bank Umum Swasta

81

j. Bank Ekonomi Raharja Tbk.

PT. Bank Ekonomi Raharja,Tbk., adalah penyedia layanan

perbankan komersial yang didirikan pada tanggal 15 Mei 1989

dengan nama awal PT. Bank Mitra Raharja lalu 4 (empat) bulan

kemudian berganti nama menjadi PT Bank Ekonomi Raharja

(lebih dikenal dengan nama Bank Ekonomi).

Bank Ekonomi adalah perusahaan publik yang telah

mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Sejak 22 Mei

2009, Bank Ekonomi menjadi bagian dari grup institusi keuangan

internasional, HSBC Holdings Plc., melalui anak perusahaannya,

HSBC Asia Pacific Holdings (UK) Limited.

B. Pengujian dan Pembahasan

1. Deskriptif Sampel

Penelitian ini menggunakan 10 perusahaan sebagai sampel

penelitian. Kesepuluh perusahaan tersebut adalah perusahaan-

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

2006-2012. Berikut adalah daftar perusahaan yang dijadikan sampel

dalam penelitian ini :

Page 99: Bank Umum Swasta

82

Tabel 4.2

Daftar Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan Total Aset

(Rp Juta)

1 BBCA PT. Bank Central Asia Tbk. 442.994.197

2 BNGA PT. Bank CIMB Niaga Tbk 197.412.481

3 BDMN PT. Bank Danamon Indonesia Tbk 155.791.308

4 PNBN PT. Bank Pan Indonesia Tbk. 148.792.614

5 BNLI PT. Bank Permata Tbk. 131.798.595

6 BNII PT. Bank Internasional Indonesia Tbk. 115.855.514

7 NISP PT. Bank OCBC NISP Tbk. 79.141.737

8 BBKP PT. Bank Bukopin Tbk. 65.689.830

9 MEGA PT. Bank Mega Tbk. 65.219.108

10 BAEK PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk. 25.365.299

Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

2. Deskriptif Variabel

Dalam penelitian ini, data diolah dengan menggunakan alat

bantu software EViews 7.01 yang telah teruji dengan baik dalam

menjelaskan hubungan antara variabel independen (bebas) dan

dependen (terikat) melalui regresi panel. Selain itu penelitian ini juga

menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2007 untuk

mempermudah dalam mengelola data. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah profitabilitas sebagai varaibel dependen yang

diukur dengan return on asset, sementara variabel independen yang

digunakan adalah capital adequacy ratio, non performing loan, BI

rate, dan nilai tukar rupiah (kurs). Penelitian ini dilakukan dalam

rentang periode 2006-2012. Berikut ini adalah penjelasan mengenai

variabel yang digunakan dalam penelitian ini:

Page 100: Bank Umum Swasta

83

a. Return On Asset

Return On Asset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan

perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total aset bank,

rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang

dilakukan oleh bank yang bersangkutan. ROA dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut (Riyadi, 2006:156):

Laba Sebelum Pajak

ROA = x100%

Rata-rata Total Aset

Dalam penelitian ini, data mengenai return on asset diperoleh

dari laporan keuangan masing-masing perusahaan yang menjadi

sampel. Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi data

capital adequacy ratio dari perusahaan-perusahaan yang diteliti

periode 2006-2012.

Tabel 4.3

Data Deskriptif Return On Asset

(angka dalam persen) Perusahaan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 BBCA 3,80 3,30 3,40 3,40 3,50 3,80 3,60

2 BNGA 2,09 2,49 1,10 2,10 2,75 2,85 3,18

3 BDMN 1,80 2,40 1,50 1,50 2,70 2,60 2,70

4 PNBN 2,78 3,14 1,75 1,78 1,76 2,02 1,96

5 BNLI 1,20 1,90 1,70 1,40 1,98 1,66 1,70

6 BNII 1,43 1,44 1,11 0,07 1,14 1,13 1,62

7 NISP 1,55 1,31 1,50 1,90 1,30 1,90 1,80

8 BBKP 1,85 1,63 1,66 1,46 1,62 1,87 1,83

9 MEGA 0,88 2,33 1,98 1,77 2,45 2,29 2,74

10 BAEK 1,62 1,87 2,26 2,21 1,78 1,49 1,02

Sumber: Data diolah

Page 101: Bank Umum Swasta

84

Gambar 4.1

Grafik Return On Asset

Sumber: Data diolah

Pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat besarnya return on

asset masing-masing bank umum swasta nasional yang terdaftar di

BEI periode 2006-2012. Pada tahun 2006, return on asset tertinggi

dimiliki oleh perusahaan PT. Bank Central Asia Tbk Dengan

presentase sebesar 3,80%, seangkan yang terendah dimiliki oleh

PT. Bank Mega Tbk dengan presentase 0,88%. Pada tahun 2007,

return on asset tertinggi dimilki oleh PT. Bank Central Asia Tbk

dengan presentase 3,30% sedangkan yang terendah dimiliki oleh

PT. Bank OCBC NISP Tbk dengan presentase 1,31%. Pada tahun

2008, return on aset tertinggi masih dimiliki oleh PT. Bank Central

Asia Tbk dengan presentase 3,40%, sedangkan yang terendah

dimiliki oleh PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan presentase 1,10%.

Pada tahun 2009, return on asset tertinggi masih dikuasai oleh PT.

Bank Central Asia Tbk dengan presentase 3,40%, sedangkan

terendah PT. Bank Internasional Indonesia Tbk dengan presentase

0,07%. Pada tahun 2010, return on asset tertinggi masih dimiliki

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

BBCA

BNGA

BDMN

PNBN

BNLI

BNII

NISP

BBKP

Page 102: Bank Umum Swasta

85

oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 3,50%,

sedangkan terendah dimilki oleh PT Bank Internasional Indonesia

Tbk dengan presentase 1,14%. Pada tahun 2011, return on asset

tertinggi masih dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan

presentase 3,80%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank

Internasional Indonesia dengan presentase 1,13%. Pada tahun 2012,

return on asset tertinggi masih dimiliki oleh PT Bank Central Asia

dengan presentase 3,60%, sedangkan yang terendah dimilki oleh

PT Bank Ekonomi Raharja Tbk dengan presentase 1,02%.

b. Capital Adequacy Ratio

Capital Adequacy Ratio adalah rasio kewajiban pemenuhan

modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini

minimal CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko,

ditambah Risiko Pasar dan Risiko Operasional, ini tergantung pada

kondisi bank yang bersangkutan (Riyadi, 2006:161).

Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Modal (Modal Inti + Modal Pelengkap)

CAR = x 100%

ATMR ( Aktiva Tertimbang Menurut Resiko)

Dalam penelitian ini, data mengenai capital adequacy ratio

diperoleh dari laporan keuangan masing-masing perusahaan yang

menjadi sampel. Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi

Page 103: Bank Umum Swasta

86

data capital adequacy ratio dari perusahaan-perusahaan yang

diteliti periode 2006-2012.

Tabel 4.4

Data Deskriptif Capital Adequacy Ratio

(angka dalam persen) Perusahaan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 BBCA 22,10 19,20 15,80 15,30 13,50 12,70 14,20

2 BNGA 18,88 17,06 15,60 13,88 13,47 13,16 15,16

3 BDMN 20,40 20,30 15,40 20,70 16,00 17,60 18,90

4 PNBN 29,47 21,58 20,31 21,53 16,65 17,45 14,67

5 BNLI 13,50 13,30 10,80 12,10 14,05 14,07 15,86

6 BNII 23,34 19,81 18,70 14,78 12,51 11,83 12,83

7 NISP 17,07 16,15 19,00 20,50 17,60 13,80 16,50

8 BBKP 15,79 12,84 11,20 14,36 12,55 12,71 16,34

9 MEGA 15,73 11,84 16,09 18,01 15,03 11,86 16,83

10 BAEK 14,00 13,13 14,03 21,75 19,05 16,37 14,21

Sumber: Data diolah

Gambar 4.2

Grafik Capital Adequacy Ratio

Sumber: Data diolah

Pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat besarnya capital

adequacy ratio bank umum swasta nasional yang terdaftar di BEI

periode 2006-2012. Pada tahun 2006, capital adequacy ratio yang

tertinggi dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia Tbk dengan

presentase sebesar 29,47%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh

PT Bank Permata Tbk dengan presentase 13,50%. Pada tahun

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

BBCA

BNGA

BDMN

PNBN

BNLI

BNII

NISP

BBKP

Page 104: Bank Umum Swasta

87

2007, capital adequacy ratio yang tertinggi dimiliki oleh PT Bank

Pan Indonesia Tbk dengan presentase 21,58%, sedangkan yang

terendah dimiliki oleh PT Bank Mega Tbk dengan presentase

11,84%. Pada tahun 2008, capital adequacy ratio tertinggi masih

dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia Tbk dengan presentase

20,31%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Permata

Tbk dengan presentase 10,80%. Pada tahun 2009, capital adequacy

ratio yang tertinggi dimiliki oleh PT Bank Ekonomi Raharja Tbk

dengan presentase 21,75%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh

PT Bank Permata Tbk dengan presentase 12,10%. Pada tahun

2010, capital adequacy ratio yang tertinggi dimiliki oleh PT Bank

Ekonomi Raharja Tbk dengan presentase 19,05%, sedangkan yang

terendah dimiliki oleh PT Bank Internasional Indonesia Tbk

dengan presentase 12,51%. Pada tahun 2011, capital adequacy

ratio tertinggi dimiliki oleh PT Bank Danamon Indonesia Tbk

dengan presentase 17,60%, sedangkan terendah dimiliki oleh PT

Bank Internasional Indonesia Tbk dan PT Bank Mega Tbk dengan

presentase masing-masing 11,83% dan 11,86%. Dan pada tahun

2012, capital adequacy ratio tertinggi dimiliki oleh PT Bank

Danamon Indonesia Tbk dengan presentase 18,90%, sedangkan

terendah dimiliki oleh PT Bank Internasional Indonesia Tbk

dengan presentase 12,83%.

Page 105: Bank Umum Swasta

88

c. Non Performing Loan

Non performing loan (NPL) atau sering disebut kredit

bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami

kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan dan atau

karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur (Winarti

Setyorini, 2012:181).

Non Performing Loan dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Kredit Bermasalah

NPL = x 100%

Total Kredit

Dalam penelitian ini, data mengenai non performing loan

diperoleh dari laporan keuangan masing-masing perusahaan yang

menjadi sampel. Berikut ini disajikan tabel dan grafik yang berisi

data non performing loan dari perusahaan-perusahaan yang diteliti

periode 2006-2012.

Tabel 4.5

Data Deskriptif Non Performing Loan

(angka dalam persen) No Perusahaan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 BBCA 1,30 0,80 0,60 0,70 0,60 0,50 0,40

2 BNGA 3,08 3,03 2,51 3,06 2,59 2,64 2,29

3 BDMN 3,30 2,30 2,30 4,50 3,00 2,50 2,30

4 PNBN 7,95 3,06 4,34 3,16 4,37 3,56 1,69

5 BNLI 6,40 4,60 3,50 4,00 2,65 2,04 1,37

6 BNII 5,03 2,92 3,20 2,42 3,09 2,14 1,70

7 NISP 2,49 2,53 2,60 3,10 2,00 1,30 0,90

8 BBKP 3,71 3,57 4,87 2,81 3,22 2,88 2,66

9 MEGA 1,68 1,53 1,18 1,70 0,90 0,98 2,09

10 BAEK 2,52 2,45 1,07 1,11 0,35 0,74 0,28

Sumber: Data diolah

Page 106: Bank Umum Swasta

89

Gambar 4.3

Grafik Non Performing Loan

Sumber: Data diolah

Pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat besarnya non

peforming loan bank umum swasta nasional yang terdaftar di BEI

periode 2006-2012. Pada tahun 2006, non performing loan

tertinggi dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia Tbk dengan

presentase sebesar 7,95%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh

PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 1,30%. Pada tahun

2007, non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Permata

Tbk dengan presentase 4,60%, sedangkan yang terendah dimiliki

oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 0,80%. Pada

tahun 2008, non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank

Bukopin Tbk dengan presentase 4,87%, sedangkan yang terendah

dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan presentase 0,60%.

Pada tahun 2009, non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT

Bank Danamon Tbk dengan presentase 4,50%, sedangkan yang

terendah masih dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan

presentase 0,70%. Pada tahun 2010, non performing loan tertinggi

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

BBCA

BNGA

BDMN

PNBN

BNLI

BNII

NISP

Page 107: Bank Umum Swasta

90

dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia dengan presentase 4,37%,

sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank Ekonomi Raharja

Tbk dengan presentase 0,35%. Pada tahun 2011, non performing

loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Pan Indonesia dengan

presentase 3,56%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT Bank

Central Asia Tbk dengan presentase 0,50%. Dan pada tahun 2012,

non performing loan tertinggi dimiliki oleh PT Bank Bukopin Tbk

dengan presentase 2,66%, sedangkan yang terendah dimiliki oleh

PT Bank Ekonomi Raharja Tbk.

d. BI Rate

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan

sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia dan diumumkan kepada publik (www.bi.go.id).

Dalam penelitian ini, data mengenai BI Rate diperoleh dari

data publikasi Bank Indonesia. Berikut ini disajikan tabel dan

grafik yang berisi data BI Rate periode 2006-2012.

Tabel 4.6

Data Deskriptif BI Rate

(angka dalam presentase)

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

BI Rate 9,75 8,00 9,25 6,50 6,50 6,00 5,75

Sumber: Data diolah

Page 108: Bank Umum Swasta

91

Gambar 4.4

Grafik BI Rate

Sumber: Data diolah

Pada tabel dan grafik di atas menggambarkan bahwa BI rate

cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2006 BI Rate

mengalami penurunan mancapai level 9,75% dari tahun

sebelumnya, hal ini tercermin dari laju inflasi yang menurun dan

nilai tukar rupiah yang cenderung menguat diiringi volatilitas yang

rendah, serta likuiditas yang cukup untuk memenuhi aktivitas

ekonomi. Kemudian ditahun 2007 BI Rate mengalami penurunan

mencapai 8,00% keputusan tersebut diambil karena pencapaian

target inflasi akibat dari stabilitas makro ekonomi dan sistem

keuangan yang terjaga. Dan ditahun 2008 BI Rate mengalami

kenaikan menjadi 9,25% akibat anjloknya nilai tukar rupiah serta

potensi tingginya inflasi dampak dari krisis global. Selanjutnya

akibat penurunan inflasi ditahun 2009 BI Rate mengalami

penurunan menjadi 6,50% dan BI Rate stabil ditahun 2010 hingga

2012.

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

BI Rate

BI rate

Page 109: Bank Umum Swasta

92

e. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

Exchange Rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer

dikenal denga sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation)

harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga

mata uang domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu

harga mata uang domestik dalam mata uang asing (Adiwarman

Karim, 2008:157).

Dalam penelitian ini, data mengenai Kurs diperoleh dari data

publikasi Bank Indonesia. Berikut ini disajikan tabel dan grafik

yang berisi data Kurs periode 2006-2012.

Tabel 4.7

Data Deskriptif Kurs

(angka dalam rupiah)

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Kurs 9.166 9.136 9.680 10.398 9.085 8.780 9.380

Gambar 4.5

Grafik Kurs

Sumber: Data diolah

Pada tabel dan grafik di atas menggambarkan bahwa kurs

stabil. pada tahun 2006, kurs sebesar Rp 9.166, kemudian di tahun

2007 kurs mengalami penurunan sebesar Rp 9.136, pada tahun

Rp0

Rp5

Rp10

Rp15

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

KURS

KURS

Page 110: Bank Umum Swasta

93

2008 kurs mengalami peningkatan menjadi Rp 9.680, dan di tahun

2009 kurs mengalami peningkatan lagi menjadi Rp 10.398.

kemudian ditahun 2010 kurs mengalami penurunan sebesar Rp

9.085, dan ditahun 2011, kurs mengalami penurunan lagi sebesar

Rp 8.780, dan di tahun 2012, kurs mengalami peningkatan sebesar

Rp 9.380.

C. Analisis dan Pembahasan

1. Uji Pemilihan Regresi data Panel

a. Uji Chow

Uji Chow ialah pengujian untuk menentukan model Fixed

Effect atau Common Effect yang lebih tepat digunakan dalam

mengestimasi data panel. Hipotesis dalam uji chow dalam

penelitian ini adalah:

H0 : Common Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Dasar penolakan terhadap hipotesis di atas adalah dengan

membandingkan perhitungan F-statistik dengan F-tabel.

Perbandingan dipakai apabila hasil F hitung lebih besar (>) dari F

tabel, maka H0 ditolak yang berarti model yang lebih tepat

digunakan adalah Fixed Effect Model. Begitupun sebaliknya jika F

hitung lebih kecil (<) dari F tabel, maka H0 diterima dan model

yang digunakan adalah Common Effect Model. Berikut adalah hasil

uju Chow yang dilakukan dalam penelitian ini:

Page 111: Bank Umum Swasta

94

Tabel 4.8

Uji Signifikasi Common Effect

Sumber: Data diolah

Dependent Variable: ROA

Method: Panel Least Squares

Date: 07/16/13 Time: 02:01

Sample: 2006 2012

Periods included: 7

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 70

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.738736 1.824336 2.597513 0.0116

CAR 0.048630 0.028051 1.733626 0.0877

NPL 0.154261 0.566578 0.272268 0.7863

BIRATE -0.085370 0.062975 -1.355630 0.1799

KURS -0.000323 0.000184 -1.756726 0.0837

R-squared 0.088203 Mean dependent var 2.015714

Adjusted R-squared 0.032093 S.D. dependent var 0.750626

S.E. of regression 0.738483 Akaike info criterion 2.300311

Sum squared resid 35.44820 Schwarz criterion 2.460918

Log likelihood -75.51090 Hannan-Quinn criter. 2.364106

F-statistic 1.571959 Durbin-Watson stat 0.463366

Prob(F-statistic) 0.192315

Page 112: Bank Umum Swasta

95

Tabel 4.9

Uji Signifikasi Fixed Effect

Dependent Variable: ROA

Method: Panel Least Squares

Date: 07/13/13 Time: 01:04

Sample: 2006 2012

Periods included: 7

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 70

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.897667 1.045004 4.686743 0.0000

CAR 0.046154 0.020294 2.274213 0.0268

NPL -0.009541 0.347496 -0.027455 0.9782

BIRATE -0.088791 0.036512 -2.431806 0.0182

KURS -0.000316 0.000106 -2.994040 0.0041

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.746427 Mean dependent var 2.015714

Adjusted R-squared 0.687562 S.D. dependent var 0.750626

S.E. of regression 0.419571 Akaike info criterion 1.277689

Sum squared resid 9.858235 Schwarz criterion 1.727388

Log likelihood -30.71911 Hannan-Quinn criter. 1.456315

F-statistic 12.68029 Durbin-Watson stat 1.696911

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data diolah

Hasil perhitungan dari Uji Chow adalah sebagai berikut

F = (35,44820 – 9,858235) / (10-1) = 16, 15162

9,858235 / (70-10-4)

Hasil dari F hitung adalah sebesar 16,15162 sedangkan nilai

F tabel untuk numerator 9 dan denumenator 56 adalah 2,05 yang

berarti lebih kecil dari nilai F hitung. Dengan demikian H0 ditolak

Page 113: Bank Umum Swasta

96

dan H1 diterima yang artinya model regresi yang lebih baik adalah

model dengan Fixed Effect.

b. Uji Hausman

Uji Hausman adalah pengujian statistik untuk memilih

apakah model Fixed Effect atau Random Effect yang lebih tepat

digunakan. Pengujian Uji Hausman dalam penelitian ini dilakukan

dengan hipotesis berikut:

H0 : Random Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Statistik Uji Hausman ini mengikuti distribusi statistik Chi-

Squares dengan degree of freedom sebanyak k, dimana k adalah

jumlah variabel independen jika nilai statistik Hausman lebih besar

dari nilai kritisnya, maka H0 ditolah dan model yang lebih tepat

adalah model Fixed Effect sedangkan sebaliknya bila nilai statistik

Hausmannya lebih kecil dari nilai kritisnya, maka model yang lebih

tepat adalah model Random Effect.

Untuk melakukan Uji Hausman digunakan alat bantu

software Eviews. Hasil dari perhitungan statistik Uji Hausman

adalah sebagai berikut:

𝑚 = 𝑞 𝑉𝑎𝑟 (𝑞)-1 𝑞 = 27,18741

Hasil dari perhitungan statistik Hausman adalah sebesar

27,18741 sedangkan nilai nilai kritis Chi-Square dengan df sebesar

4 pada α = 0,05 adalah sebesar 9, 48773 yang berarti lebih kecil

Page 114: Bank Umum Swasta

97

dari nilai statistik Hausman. Dengan demikian maka dapat

disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti model

yang lebih tepat digunakan dalam penelitian ini adalah model Fixed

Effect.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai

residual yang telah terstandarisasi pada model regresi bedistribusi

normal atau tidak. Nilai residual dikatakan bedistribusi normal jika

nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati

nilai rata-ratanya. Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya

disebabkan karena distribusi data tidak normal, karena terdapat

nilai ekstrem pada data yang diambil (Suliyanto, 2011:69).

Menurut Winarno (2011:539) untuk mendeteksi normalitas

data dapat dilakukan dengan melihat koefisien Jarque-Bera dan

probabilitasnya. Kedua angka ini salin mendukung. Ketentuannya

adalah sebagai berikut:

1) Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka data

berdistribusi normal.

2) Bila probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi atau α

(5%), maka data berdistribusi normal.

Menurut Suliyanto (2011:75) dalam perangkat Eviews yang

digunakan dalam penelitian ini normalitas dapat diketahui dengan

Page 115: Bank Umum Swasta

98

melihat kepada histogram dan uji Jarque-Bera (JB) dengan nilai X2

tabel. jika JB < X2 tabel maka nilai residual terstadarisasi

dinyatakan berdistribusi normal.

Berikut adalah hasil dari uji normalitas data yang digunakan

dalam penelitian ini:

Gambar 4.1

Uji Normalitas

Sumber: Data diolah

Dari grafik histogram diatas dapat dilihat bahwa nilai Jarque-

Bera sebesar 3,769679 atau berada dibawah nilai X² tabel yaitu

sebesar 9,488. Selain itu, nilai probabilitasnya sebesar 0,151853,

nilai tersebut lebih besar dari derajat kesalahan yaitu 5% atau 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini

berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi yang terbentuk terdapat korelasi tinggi atau

sempurna diantara variabel bebas (Suliyanto, 2011:82).

0

2

4

6

8

10

12

14

16

-1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8

Series: Standardized Residuals

Sample 2006 2012

Observations 70

Mean -6.34e-18

Median 0.067002

Maximum 0.887752

Minimum -1.070745

Std. Dev. 0.377985

Skewness -0.424179

Kurtosis 3.756802

Jarque-Bera 3.769679

Probability 0.151853

Page 116: Bank Umum Swasta

99

Pada penelitian ini, ada atau tidaknya multikolinieritas dapat

diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing

variabel bebas. Jika koefisien korelasi diantara masing-masing

variabel bebas lebih besar dari 0,85 maka terjadi multikolinieritas.

Berikut ini adalah hasil uji multikolinieritas:

Tabel 4.10

Uji Multikolinieritas

CAR NPL BIRATE KURS

CAR 1.000000 -0.267092 0.278098 0.157953

NPL -0.267092 1.000000 -0.270728 0.073197

BIRATE 0.278098 -0.270728 1.000000 0.018512

KURS 0.157953 0.073197 0.018512 1.000000

Sumber: Data diolah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi

antar variabel independen dalam penelitian ini berada pada kisaran

angka di bawah 0,85 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang

digunakan dalam penelitian ini terbebas dari masalah

multikolinieritas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi yang terbentuk terjadi ketidaksamaan varian

dari residual model regresi. Data yang baik adalah data yang

homoskedastisitas. Homoskedastisitas terjadi jika varian variabel

pada model regresi memiliki nilai yang sama atau konstan

(Suliyanto, 2011:95) untuk menguji masalah heteroskedastisitas,

peneliti menggunakan Uji Park, yaitu dengan membuat persamaan

regresi dengan cara mengganti variabel dependen dengan residual

Page 117: Bank Umum Swasta

100

kuadratnya. Apabila probabilitas yang ada bernilai diatas 0,05 yang

berarti tidak signifikan, maka data dinyatakan bebas dari masalah

heteroskedastisitas yang berarti bahwa data yang ada adalah data

yang bersifat homoskedastisitas. Berikut ini adalah hasil Uji Park

yang dilakukan terhadap data yang digunakan dalam penelitian ini:

Tabel 4.11

Uji Heteroskedastisitas

Dependent Variable: LOG(RES2)

Method: Panel Least Squares

Date: 07/13/13 Time: 01:06

Sample: 2006 2012

Periods included: 7

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 70

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -5.147584 5.482141 -0.938973 0.3518

CAR 0.076120 0.106466 0.714969 0.4776

NPL 0.097002 1.822981 0.053211 0.9578

BIRATE 0.124855 0.191545 0.651832 0.5172

KURS -4.59E-05 0.000554 -0.082804 0.9343

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.203725 Mean dependent var -3.328410

Adjusted R-squared 0.018876 S.D. dependent var 2.222162

S.E. of regression 2.201090 Akaike info criterion 4.592639

Sum squared resid 271.3085 Schwarz criterion 5.042338

Log likelihood -146.7423 Hannan-Quinn criter. 4.771264

F-statistic 1.102115 Durbin-Watson stat 2.398088

Prob(F-statistic) 0.376590

Sumber: Data diolah

Dari tampilan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai

probabilitas dari setiap variabel independen berada diatas 0,05

Page 118: Bank Umum Swasta

101

dengan rincian probabilitas CAR sebesar 0,4776, probabilitas NPL

sebesar 0,9578, probabilitas BI rate sebesar 0,5172, dan

probabilitas kurs sebesar 0,9343. Dengan demikian maka dalam

penelitian ini tidak ditemukannya masalah heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada

korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan

meurut waktu atau ruang (Suliyanto, 2011:125). Uji Autokorelasi

dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Durbin-Waston

(DW).

Tabel 4.12

Hasil Uji Autokorelasi Dependent Variable: ROA

Method: Panel Least Squares

Date: 07/13/13 Time: 01:04

Sample: 2006 2012

Periods included: 7

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 70

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.897667 1.045004 4.686743 0.0000

CAR 0.046154 0.020294 2.274213 0.0268

NPL -0.009541 0.347496 -0.027455 0.9782

BIRATE -0.088791 0.036512 -2.431806 0.0182

KURS -0.000316 0.000106 -2.994040 0.0041

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.746427 Mean dependent var 2.015714

Adjusted R-squared 0.687562 S.D. dependent var 0.750626

S.E. of regression 0.419571 Akaike info criterion 1.277689

Sum squared resid 9.858235 Schwarz criterion 1.727388

Log likelihood -30.71911 Hannan-Quinn criter. 1.456315

F-statistic 12.68029 Durbin-Watson stat 1.696911

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data diolah

Page 119: Bank Umum Swasta

102

Menurut Danang Sunyoto (2011:134) salah satu ukuran

dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi adalah

dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Terjadi otokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2)

2) Tidak terjadi otokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan

+2 atau -2 < DW < +2

3) Terjadi otokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 atau DW >

+2

Pendapat lain untuk mendeteksi tentang uji autokorelasi

secara umum bisa diambil patokan (Singgih, 2012:243):

1) Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif

2) Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada

autokorelasi

3) Angka D-W diatas +2, berarti ada autokorelasi negatif.

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai DW adalah

sebesar 1,696911 dari model regresi yang terbentuk dari penelitian

ini berada pada daerah bebas autokorelasi sehingga dapat

disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini

terbebas dari masalah autokorelasi.

3. Adjusted R²

Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa

baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit).

Koefisien determinasi ini mengukur presentase total varian variabel

Page 120: Bank Umum Swasta

103

dependen Y yang dijelaskan oleh variabel independen di dalam garis

regresi. Menurut Sulaiman (2004:86) nilai R² mempunyai interval

antara 0 sampai 1 (0 < R² < 1). Semakin besar R² (mendekati 1),

semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin

mendekati 0 maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat

menjelaskan variabel dependen. Nilai Adjusted R-Square dianggap

lebih baik daripada nilai R-Square karena semakin banyak variabel

independen yang dimasukan kedalam model, maka nilai Adjusted R-

Square akan semakin berkurang akibat penyesuaian dengan model.

Oleh karena itu yang peneliti lihat dalam penelitian ini adalah Adjusted

R- Square.

Dari tabel 4.2 model Fixed Effect dapat dilihat bahwa nilai

Adjusted R-Square dari model regresi yang terbentuk dalam penelitian

ini adalah sebesar 0,687562 yang menunjukan bahwa kemampuan

variabel independen (capital adequacy ratio, non performing loan, BI

rate, dan kurs) dalam menjelaskan variabel dependen (return on asset)

adalah sebesar 68,7562%, sisanya sebesar 31,2438% dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak termasuk dalam model ini.

4. Uji Pengaruh Simultan Variabel Independen terhadap Variabel

Dependen.

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel

independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian

ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel.

Page 121: Bank Umum Swasta

104

Menurut Suliyanto (2011:40), uji F digunakan untuk menguji pengaruh

secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat, maka model

persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika

tidak terdapat pengaruh secara simultan maka hal ini akan masuk

dalam kategori tidak cocok atau not fit.

Dalam penelitian ini, uji F dilakukan untuk mengetahui

pengaruh variabel independen (capital adequacy ratio, non performing

loan, BI rate, dan kurs) berpengaruh terhadap variabel dependen

secara simultan atau bersama-sama. Jika nilai F hitung > dari F tabel,

maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel

independen secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen, tetapi jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima H1

ditolak yang berart bahwa variabel independen secara simultan tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Dari tabel 4.2 model Fixed Effect, dapat dilihat bahwa nilai F

hitung adalah 12,68029 dengan probabilitas 0.000000. sementara nilai

F tabel dengan df:α,(k-1),(n-k) atau 0,05, (5-1), (70-5) adalah 2,51

yang berarti lebih kecil dari F hitung maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variabel independen

(capital adequacy ratio, non performing loan, BI rate, dan kurs) secara

simultan berpengaruh signifikan tehadap return on asset.

Page 122: Bank Umum Swasta

105

5. Uji Pengaruh Parsial Variabel Independen terhadap Variabel

Dependen

sementara uji t digunakan untuk melihat signifikansi dari

pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen

dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji ini dilakukan

dengan memperbandingkan t hitung dengan t tabel. jika t hitung > t

tabel, berarti H0 ditolak yang berarti bahwa variabel Xi berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen, tetapi jika t hitung < t tabel,

maka H0 diterima yang berarti bahwa variebl Xi tidak berpengaruh

signifikan terhadap terhadap variabel dependen.

Uji t yang dilakukan menggunakan uji satu sisi (one tail test),

dengan α= 5%, maka diperoleh t tabel sebagai berikut:

t tabel (t kritis) = |α; df = (n-k)|

= 5% ; df = (70-4)

= 0,05 ; df 66

= 1,66827

Selain membandingkan nilai t tabel dengan t hitung, untuk

mengetahui apakah variabel independen berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen dalam penelitian ini juga dilakukan dengan

melihat nilai probabilitas masing-masing variabel independen. Apabila

nilai probabilitas variabel independen lebih kecil dari tingkat

signifikansi yang digunakan, yaitu 5% atau 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan variabel independen

Page 123: Bank Umum Swasta

106

terhadap variabel dependen. Dengan membandingkan nilai t tabel

dengan t hitung dan melihat nilai probabilitas masing-masing variabel

independen, maka dapat ditarik kesimpulan. Berikut ini adalah model

regresi panel untuk uji signifikansi parameter individual.

Tabel 4.13

Uji Parsial (Uji t)

Dependent Variable: ROA

Method: Panel Least Squares

Date: 07/13/13 Time: 01:04

Sample: 2006 2012

Periods included: 7

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 70

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.897667 1.045004 4.686743 0.0000

CAR 0.046154 0.020294 2.274213 0.0268

NPL -0.009541 0.347496 -0.027455 0.9782

BIRATE -0.088791 0.036512 -2.431806 0.0182

KURS -0.000316 0.000106 -2.994040 0.0041

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.746427 Mean dependent var 2.015714

Adjusted R-squared 0.687562 S.D. dependent var 0.750626

S.E. of regression 0.419571 Akaike info criterion 1.277689

Sum squared resid 9.858235 Schwarz criterion 1.727388

Log likelihood -30.71911 Hannan-Quinn criter. 1.456315

F-statistic 12.68029 Durbin-Watson stat 1.696911

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data diolah

1) Uji parsial terhadap variabel capital adequacy ratio

Dengan melihat nilai t hitung (t-statistik) CAR sebesar

2,274213 > nilai t tabel sebesar 1,66827 dengan probabilitas 0,0268

Page 124: Bank Umum Swasta

107

yang berati lebih kecil dari nilai α= 0,05%, maka dapat

disimpulkan bahwa H0 di tolak dan H1 diterima yang berarti bahwa

variabel capital adequacy ratio berpengaruh signifikan dan positif

terhadap profitabilitas. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin

tinggi capital adequacy ratio (sesuai dengan ketentuan Bank

Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu

membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan

tersebut dapat memberikan konstribusi yang cukup besar bagi

profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan (Dendawijaya,

2003:34).

Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Kartika Wahyu dan Muhammad Syaichu (2006), Bambang

Sudiyanto (2010), Fadzlan Sifian dan Royfaizal Razali Chong

(2008) yang menemukan bahwa capital adequacy ratio

berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Namun hasil

penelitian ini berbeda dengan temuan dari penelitian yang

dilakukan oleh Bilal dan Ammar (2013) yang menemukan bahwa

capital adequacy ratio berpengaruh positif tidak signifikan

terhadap profitabilitas.

Nilai koefisien X1 atau capital adequacy ratio adalah sebesar

0,046154 yang menunjukan bahwa jika nilai capital adequacy ratio

mengalami kenaikan sebesar 1% maka akan menaikan profitabilitas

Page 125: Bank Umum Swasta

108

sebesar 0,046154% dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai

konstant atau tetap.

2) Uji Parsial terhadap variabel BI Rate

Dengan melihat nilai t hitung (t-statistik) BI Rate sebesar

-2,431806 < nilai -t tabel sebesar -1,66827 dengan probabilitas

0,0182 yang berarti lebih kecil dari nilai α= 0,05 dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti

bahwa variabel BI Rate berpengaruh signifikan dan negatif

terhadap profitabilitas.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Naceur (2003) yang melihat adanya hubungan negatif

signifikan antara suku bunga dengan profitabilitas bank namun

hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Febriana dan Naomi (2009) bahwa BI rate tidak berpengaruh

terhadap profitabilitas.

Nilai koefisien X3 atau BI Rate adalah sebesar -0,088791

menunjukan bahwa jika nilai BI Rate mengalami kenaikan sebesar

1%, maka akan mengurangi nilai profitabilitas sebesar -0,088791%

dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai konstan atau tetap.

3) Uji Parsial terhadap variabel nilai tukar rupiah (kurs)

Dengan melihat t hitung (t-statistik) nilai tukar rupiah sebesar

-2,994040 < nilai -t tabel sebesar -1,66827 dengan probabilitas

0,0041 yang berarti lebih kecil dari nilai α= 0,05, dengan demikian

Page 126: Bank Umum Swasta

109

dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti

bahwa variabel Kurs berpengaruh signifikan dan negatif terhadap

profitabilitas.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Febriana Dwijayanthy dan Prima Naomi (2009)

bahwa nilai tukar mata uang (kurs) berpengaruh secara signifikan

dan negatif terhadap profitabilitas bank namun hasil penelitian ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari Rahmadhani

(2007) bahwa kurs tidak berpengaruh signifikan dan positif

terhadap profitabilitas.

Nilai koefisien X4 atau Kurs adalah sebesar -0,000316

menunjukan bahwa jika nilai Kurs mengalami kenaikan sebesar

1Rp (satu rupiah), maka akan mengurangi nilai profitabilitas

sebesar -0,000316% dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai

konstan atau tetap.

Nilai konstanta sebesar 4,897667 menunjukan bahwa jika

variabel independen yang terdiri dari capital adequacy ratio, non

performing loan, BI Rate, dan kurs bernilai 0, maka nilai return on

asset adalah 4,897667.

6. Analisis Regresi Panel

Berdasarkan penjelasan diatas, maka hasil persamaan regresi

panel yang bertujuan menguji variabel Capital Adequacy Ratio, Non

Performing Loan, BI Rate, dan Kurs terhadap Profitabilitas (Return

Page 127: Bank Umum Swasta

110

On Asset) Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di BEI

periode 2006-2012.

Tabel 4.14

Uji Regresi Panel Dengan Model Fixed

Effect

Dependent Variable: ROA

Method: Panel Least Squares

Date: 07/13/13 Time: 01:04

Sample: 2006 2012

Periods included: 7

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 70

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.897667 1.045004 4.686743 0.0000

CAR 0.046154 0.020294 2.274213 0.0268

NPL -0.009541 0.347496 -0.027455 0.9782

BIRATE -0.088791 0.036512 -2.431806 0.0182

KURS -0.000316 0.000106 -2.994040 0.0041

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.746427 Mean dependent var 2.015714

Adjusted R-squared 0.687562 S.D. dependent var 0.750626

S.E. of regression 0.419571 Akaike info criterion 1.277689

Sum squared resid 9.858235 Schwarz criterion 1.727388

Log likelihood -30.71911 Hannan-Quinn criter. 1.456315

F-statistic 12.68029 Durbin-Watson stat 1.696911

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data diolah

Berdasarkan output diatas, maka didapatkan persamaan regresi:

Y = 4,897667 + 0,046154CAR - 0,088791BIRATE

- 0,000316KURS + e.

Page 128: Bank Umum Swasta

111

Keterangan:

Y : Return On Asset

X1it : Capital Adequacy Ratio

X2D1i : Non Performing Loan

X3it : BI Rate

X4it : Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

Dari hasil pengujian hipotesis, maka dapat diinterprestasikan

bahwa 4 dari variabel yang digunakan, ada 3 variabel yang memiliki

pengaruh signifikan terhadap variabel dependen (profitabilitas yang

diukur dengan return on asset), yaitu capital adequacy ratio, BI Rate,

dan Nilai tukar rupiah (kurs). Sementara variabel non performing loan

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap varaiabel dependen

(profitabilitas yang diukur dengan return on asset).

Adapun interpretasi penulis terhadap penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pengaruh capital adequacy ratio terhadap profitabilitas bank

Berdasarkan pada tabel 4.7 diatas, t-hitung capital adequacy

ratio sebesar 2,274213 > dari nilai t tabel 1,66827 dengan

probabilitas 0,0268 yang berati lebih kecil dari nilai α= 0,05%,

maka dapat disimpulkan bahwa H0 di tolak dan H1 diterima yang

berarti bahwa variabel capital adequacy ratio berpengaruh

signifikan dan positif terhadap profitabilitas. Hasil penelitian ini

mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika Wahyu

Page 129: Bank Umum Swasta

112

dan Muhammad Syaichu (2006), Bambang Sudiyanto (2010),

Fadzlan Sifian dan Royfaizal Razali Chong (2008) yang

menyimpulkan bahwa capital adequacy ratio mempunyai pengaruh

posistif terhadap profitabilitas bank.

Nilai koefisien X1 atau capital adequacy ratio adalah sebesar

0,046154 yang menunjukan bahwa jika nilai capital adequacy ratio

mengalami kenaikan sebesar 1% maka akan menaikan profitabilitas

sebesar 0,046154% dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai

konstant atau tetap.

Tingkat capital adequacy ratio sangat mempengaruhi

kepercayaan masyarakat terhadap bank, dimana kepercayaan

masyarakat merupakan modal dasar bagi kelangsungan lembaga

keuangan. Tingkat CAR yang ideal sangat menguntungkan bagi

bank dan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat sebagai

pemilik dana, sehingga masyarakat akan memiliki keinginan yang

lebih untuk menyimpan dananya di bank. tetapi sebaliknya

rendahnya capital adequacy ratio menyebabkan turunnya

kepercayaan masyarakat kepada bank yang pada akhirnya dapat

menurunkan profitabilitas bank.

2. Pengaruh BI Rate terhadap profitabilitas bank

Dari tabel 4.6 diatas, BI Rate sebesar -2,431806 < dari nilai -t

tabel -1,66827 dengan probabilitas 0,0182 yang berarti lebih kecil

dari nilai α 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0

Page 130: Bank Umum Swasta

113

ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa variabel BI Rate

berpengaruh signifikan dan negatif terhadap profitabilitas.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Naceur

(2003) yang melihat adanya hubungan yang negatif anatara suku

bunga dengan profitabilitas bank.

Nilai koefisien X3 atau BI Rate adalah sebesar -0,088791

menunjukan bahwa jika nilai BI Rate mengalami kenaikan sebesar

1%, maka akan mengurangi nilai profitabilitas sebesar -0,088791%

dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai konstan atau tetap.

3. Pengaruh nilai tukar rupiah (kurs) terhadap profitabilitas bank.

Dengan melihat t hitung (t-statistik) nilai tukar rupiah sebesar

-2,994040 < dari -t tabel sebesar -1,66827 dengan probabilitas

0,0041 yang berarti lebih kecil dari nilai α= 0,05, dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti

bahwa variabel Kurs berpengaruh signifikan dan negatif terhadap

profitabilitas. Hasil penelitian ini mendukung penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Febriana Dwijayanthy dan Prima

Naomi (2009) bahwa nilai tukar mata uang (kurs) berpengaruh

secara signifikan dan negatif terhadap profitabilitas.

Nilai koefisien X4 atau Kurs adalah sebesar -0,000316

menunjukan bahwa jika nilai Kurs mengalami kenaikan sebesar

1Rp (satu rupiah), maka akan mengurangi nilai profitabilitas

Page 131: Bank Umum Swasta

114

sebesar -0,000316% dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai

konstan atau tetap.

Nilai tukar mata uang mempengaruhi perekonomian apabila

nilai tukar mata uang tersebut terapresiasi atau terdepresiasi.

Menurut Febriana dan Naomi (2009) apabila mata uang mengalami

apresiasi atau deperesiasi maka akan berdampak terhadap profit

bank.

Page 132: Bank Umum Swasta

115

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan untuk

menguji pengaruh capital adequacy ratio, non performing loan, BI rate,

dan kurs terhadap profitabilitas bank umum swasta nasional devisa yang

memiliki aset terbesar dengan melakukan uji asumsi klasik yang terdiri

dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinieritas, dan uji

autokorelasi serta uji regresi data panel dengan menggunakan model fixed

effect, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini,

antara lain:

1. Hasil Pengujian

Hasil pengujian secara simultan menunjukan bahwa seluruh

variabel independen berpengaruh signifikan terhadap return on asset.

Sementara pengujian secara parsial menunjukan bahwa capital

adequacy ratio berpengaruh signifikan dan positif terhadap return on

asset. Variabel non performing loan tidak berpengaruh signifikan dan

negatif terhadap return on asset, variabel BI rate berpengaruh

signifikan dan negatif terhadap return on asset. Dan variabel nilai

tukar rupiah (kurs) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap return

on asset.

Page 133: Bank Umum Swasta

116

2. Nilai Adjusted R-Square

Nilai Adjusted R-Square dari model regresi yang terbentuk

dalam penelitian ini adalah sebesar 0,687562 yang menunjukan bahwa

kemampuan variabel independen yang terdiri dari capital adequacy

ratio, non performing loan, BI rate, dan nilai tukar rupiah (kurs) dalam

menjelaskan variabel dependen return on asset adalah sebesar

68,7562%, sisanya sebesar 31,2438% dijelaskan oleh variabel lain

seperti loan to deposit ratio, biaya terhadap pendapatan operasional,

inflasi, GDP, dan lain-lain.

B. Saran

Dengan telah dilakukannya penelitian terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi profitabilitas Bank Umum Swasta Nasional (studi empiris

pada 10 bank umum swasta nasional devisa terbesar yang terdaftar di BEI

periode 2006-2012) ini, maka penelitian memberikan beberapa saran.

1. Bagi Perbankan

Bagi pihak manajemen bank untuk dapat memperhatikan faktor-

faktor yang mempengaruhi return on asset seperti capital adequacy

ratio, non performing loan, BI rate, dan kurs. Hal ini membuktikan

bahwa faktor-fator tersebut dapat dijadikan patokan suatu perusahaan

perbankan dalam mengetahui tingkat kesehatan suatu bank.

2. Bagi Investor

Bagi investor dapat dijadikan acuan dalam memilih

investasinya, karena dengan mengetahui tingkat kesehatan bank maka

Page 134: Bank Umum Swasta

117

investor akan lebih nyaman dalam menginvestasikan dananya. Selain

itu juga kesehatan bank dapat meningkatkan kepercayaan kepada

masyarakat tentang kinerja bank tersebut.

3. Bagi Akademisi / Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk

penelitian selanjutnya, dilihat bahwa penilaian kesehatan bank penting

bagi pihak-pihak yang terkait.

Diharapkan untuk penelitian selanjutnya, agar menggunakan

variabel-variabel, tahun, perusahaan-perusahan yang berbeda atau

lebih beragam sehingga hasil penelitian yang dihasilkan dapat

memberikan pengetahuan dan informasi yang baru tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank.

Diharapkan untuk penelitian selanjutnya, agar mengambil waktu

penelitian jangan hanya 7 tahun saja akan tetapi lebih dari 7 tahun

agar nantinya dapat mendapatkan hasil yang lebih akurat lagi.

Diharapkan agar penelitian selanjutnya menggunakan metode

analisis yang lain.

Page 135: Bank Umum Swasta

118

DAFTAR PUSTAKA

Alper, Deger dan Anbar, Adem. “Bank Specific and Macroeconomic

Determinants of Commercial Bank Profitability: Empirical Evidence

from Turkey”. Business and Research Journal, Vol.2, No.2, 2011.

Arifin, Zainul. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”. Pustaka Alvabet, 2006.

Bilal, Muhammad, dkk. “Influence of Bank Specific and Macroeconomic Factors

on Profitability of Commercial Banks: A Case Study of Pakistan”.

Research Journal of Finance and Accounting, Vol.4, No.2, 2013.

Darmawi, Herman. “Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial”. PT.

Bumi Aksara, 2006.

Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Jakarta, PT Ghalia Indonesia,

2001.

Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Edisis Kedua, Cetakan Kedua,

Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.

Dwijayanthy, Febrina dan Naomi, Prima. “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate,

dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-

2007”. Universitas Paramadina Jakarta, Vol.3, No.2, 2009.

Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB, UIN Jakarta, 2012.

Hunger, J.David & Thomas.L. Wheelen. “Manajemen Staretegi”. Edisi kedua,

Yogyakarta, 2002.

Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk

Akuntansi dan Manajemen”. BPFE Yogyakarta, 2002.

Karim, Adiwarman A. “Ekonomi Makro Islami”. Rajawali Pers, Jakarta, 2008.

Kasmir. “Manajemen Perbankan”. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.

Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. PT, Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2007.

Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Edisi Revisi , PT. Rajawali,

Jakarta, 2008.

Krugman, Paul R. “Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan”, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2005, Edisi Kedua.

Page 136: Bank Umum Swasta

119

Mankiw, N. Gregory. “Makroekonomi”. Erlangga, Jakarta, 2006.

Manurung, Mandala dan Raharja, Pratama. “Uang, Perbankan dan Ekonomi

Moneter”. FEUI, Jakarta, 2004.

Mishkin Frederich. “The Economics of money, Banking, and Financial Markets”.

Person Education Inc. New York, 2007.

Putra, Nanda Tri. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Perbankan (study empiris pada industri perbankan yang terdaftar di BEI

periode 2008-2010)”. Skripsi UIN Jakarta, 2012.

Qin, Xuezhi dan Pastory, Dickson. “Commercial Banks Profitability Position:

The Case of Tanzania”. International Journal of Business and

Management, Vol.7, No.13, 2012.

Riyadi, Slamet. “Banking Asset and Liability Management”. Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.

Rodoni, Ahmad dan Ali, Herni. “Manajemen Keuangan”. Mitra Wacana Media,

Jakarta, 2010.

Santoso, Singgih. “Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik”. Elex Media

Komputindo, Jakarta, 2012.

Setyorini, Winarti. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Keuangan pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal

Ilmu-Ilmu Sosial, Vol.4, No.1, Februari 2012.

Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”. LPFEUI, Jakarta, 2005.

Simorangkir, OP. “Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank”. Ghalia

Indonesia, Bogor, 2004.

Sjahrial, Dermawan. “Pengantar Manajemen Keuangan”. Edisi Pertama, Jakarta,

2006.

Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. CV. Alfabeta, Bandung 2003.

Suharyadi dan Purwanto. “Statistik Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”.

Penerbit Salemba 4, Jakarta, 2008.

Sukarno, Kartika Wahyu dan Syaichu Muhamad. “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia”. Jurnal Studi

Manajemen dan Organisasi, Vol.3, No.2, Juli 2006.

Page 137: Bank Umum Swasta

120

Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Mikroekonomi”. Edisi Kedua, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2000.

Sukirno, Sadono. “Pengatar Teori Mikroekonomi”. Edisi Ketiga, Cetakan Tujuh

Belas, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.

Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2004.

Sulaiman, Wahid. “Analisis Regresi Dengan Menggunakan SPSS Contoh dan

Pemecahannya”. Penerbit Andi, Yogyakarta 2004.

Suliyanto. “Ekonometrika Terapan, Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. Penerbit

Andi, Yogyakarta, 2011.

Sunyoto, Danang. “Praktik SPSS Untuk Kasus”. Nuha Medika”, Yogyakarta,

2011.

Widarjono, Agus. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”. Ekonisia FE UII,

Yogyakarta, 2009.

Widarjono, Agus, “Analisis Multivariat Terapan”. Unit Penerbit dan Percetakan

STIM YKPN, 2010.

Wijaya, Nanang Adi. “Analisis Pengaruh CAR, LDR, NPL, NIM, Biaya

Operasional dan Pendapatan Operasional Terhadap Return On Asset

pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI”. Skripsi UIN

Jakarta 2012.

Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews”.

Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta, 2009.

Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews”.

Unit Penerbitan dan Percetakan STIM YKPN, 2011.

www.bankekonomi.co.id.

www.bankmega.com.

www.bca.co.id.

www.bii.co.id.

www.bukopin.co.id.

www.cimbniaga.com.

www.danamon.co.id.

Page 139: Bank Umum Swasta

122

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Regresi Common Effect Model

Dependent Variable: ROA

Method: Panel Least Squares

Date: 07/16/13 Time: 02:01

Sample: 2006 2012

Periods included: 7

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 70

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.738736 1.824336 2.597513 0.0116

CAR 0.048630 0.028051 1.733626 0.0877

NPL 0.154261 0.566578 0.272268 0.7863

BIRATE -0.085370 0.062975 -1.355630 0.1799

KURS -0.000323 0.000184 -1.756726 0.0837

R-squared 0.088203 Mean dependent var 2.015714

Adjusted R-squared 0.032093 S.D. dependent var 0.750626

S.E. of regression 0.738483 Akaike info criterion 2.300311

Sum squared resid 35.44820 Schwarz criterion 2.460918

Log likelihood -75.51090 Hannan-Quinn criter. 2.364106

F-statistic 1.571959 Durbin-Watson stat 0.463366

Prob(F-statistic) 0.192315

Page 140: Bank Umum Swasta

123

Lampiran 2 Hasil Regresi Fixed Effect Model

Dependent Variable: ROA

Method: Panel Least Squares

Date: 07/13/13 Time: 01:04

Sample: 2006 2012

Periods included: 7

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 70

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.897667 1.045004 4.686743 0.0000

CAR 0.046154 0.020294 2.274213 0.0268

NPL -0.009541 0.347496 -0.027455 0.9782

BIRATE -0.088791 0.036512 -2.431806 0.0182

KURS -0.000316 0.000106 -2.994040 0.0041

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.746427 Mean dependent var 2.015714

Adjusted R-squared 0.687562 S.D. dependent var 0.750626

S.E. of regression 0.419571 Akaike info criterion 1.277689

Sum squared resid 9.858235 Schwarz criterion 1.727388

Log likelihood -30.71911 Hannan-Quinn criter. 1.456315

F-statistic 12.68029 Durbin-Watson stat 1.696911

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 141: Bank Umum Swasta

124

Lampiran 3 Hasil Regresi Random Effect Model

Dependent Variable: ROA

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 07/13/13 Time: 01:08

Sample: 2006 2012

Periods included: 7

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 70

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.888592 1.067737 4.578460 0.0000

CAR 0.046340 0.019994 2.317684 0.0236

NPL -0.000262 0.346048 -0.000757 0.9994

BIRATE -0.088625 0.036460 -2.430743 0.0178

KURS -0.000317 0.000105 -3.000568 0.0038

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.700771 0.7361

Idiosyncratic random 0.419571 0.2639

Weighted Statistics

R-squared 0.200944 Mean dependent var 0.444902

Adjusted R-squared 0.151771 S.D. dependent var 0.448833

S.E. of regression 0.413372 Sum squared resid 11.10698

F-statistic 4.086494 Durbin-Watson stat 1.504404

Prob(F-statistic) 0.005136

Unweighted Statistics

R-squared 0.087154 Mean dependent var 2.015714

Sum squared resid 35.48901 Durbin-Watson stat 0.470833

Page 142: Bank Umum Swasta

125

Lampiran 4 Uji Normalitas

0

2

4

6

8

10

12

14

16

-1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8

Series: Standardized Residuals

Sample 2006 2012

Observations 70

Mean -6.34e-18

Median 0.067002

Maximum 0.887752

Minimum -1.070745

Std. Dev. 0.377985

Skewness -0.424179

Kurtosis 3.756802

Jarque-Bera 3.769679

Probability 0.151853

Page 143: Bank Umum Swasta

126

Lampiran 5 Uji Multikolinieritas

CAR NPL BIRATE KURS

CAR 1.000000 -0.267092 0.278098 0.157953

NPL -0.267092 1.000000 -0.270728 0.073197

BIRATE 0.278098 -0.270728 1.000000 0.018512

KURS 0.157953 0.073197 0.018512 1.000000

Page 144: Bank Umum Swasta

127

Lampiran 6 Uji Heteroskedastisitas

Dependent Variable: LOG(RES2)

Method: Panel Least Squares

Date: 07/13/13 Time: 01:06

Sample: 2006 2012

Periods included: 7

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 70

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -5.147584 5.482141 -0.938973 0.3518

CAR 0.076120 0.106466 0.714969 0.4776

NPL 0.097002 1.822981 0.053211 0.9578

BIRATE 0.124855 0.191545 0.651832 0.5172

KURS -4.59E-05 0.000554 -0.082804 0.9343

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.203725 Mean dependent var -3.328410

Adjusted R-squared 0.018876 S.D. dependent var 2.222162

S.E. of regression 2.201090 Akaike info criterion 4.592639

Sum squared resid 271.3085 Schwarz criterion 5.042338

Log likelihood -146.7423 Hannan-Quinn criter. 4.771264

F-statistic 1.102115 Durbin-Watson stat 2.398088

Prob(F-statistic) 0.376590

Page 145: Bank Umum Swasta

128

Lampiran 7 Uji Autokorelasi

Dependent Variable: ROA

Method: Panel Least Squares

Date: 07/13/13 Time: 01:04

Sample: 2006 2012

Periods included: 7

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 70

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.897667 1.045004 4.686743 0.0000

CAR 0.046154 0.020294 2.274213 0.0268

NPL -0.009541 0.347496 -0.027455 0.9782

BIRATE -0.088791 0.036512 -2.431806 0.0182

KURS -0.000316 0.000106 -2.994040 0.0041

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.746427 Mean dependent var 2.015714

Adjusted R-squared 0.687562 S.D. dependent var 0.750626

S.E. of regression 0.419571 Akaike info criterion 1.277689

Sum squared resid 9.858235 Schwarz criterion 1.727388

Log likelihood -30.71911 Hannan-Quinn criter. 1.456315

F-statistic 12.68029 Durbin-Watson stat 1.696911

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 146: Bank Umum Swasta

129

Lampiran 8 Data Penelitian

Bank Tahun ROA CAR NPL dummy Birate Kurs

BCA 2006 3.80 22.10 1.30 1 9.75 9166

2007 3.30 19.20 0.80 1 8.00 9136

2008 3.40 15.80 0.60 1 9.25 9680

2009 3.40 15.30 0.70 1 6.50 10398

2010 3.50 13.50 0.60 1 6.50 9085

2011 3.80 12.70 0.50 1 6.00 8780

2012 3.60 14.20 0.40 1 5.75 9380

CIMB Niaga 2006 2.09 18.88 3.08 1 9.75 9166

2007 2.49 17.06 3.03 1 8.00 9136

2008 1.10 15.60 2.51 1 9.25 9680

2009 2.10 13.88 3.06 1 6.50 10398

2010 2.75 13.47 2.59 1 6.50 9085

2011 2.85 13.16 2.64 1 6.00 8780

2012 3.18 15.16 2.29 1 5.75 9380

Danamon 2006 1.80 20.40 3.30 1 9.75 9166

2007 2.40 20.30 2.30 1 8.00 9136

2008 1.50 15.40 2.30 1 9.25 9680

2009 1.50 20.70 4.50 1 6.50 10398

2010 2.70 16.00 3.00 1 6.50 9085

2011 2.60 17.60 2.50 1 6.00 8780

2012 2.70 18.90 2.30 1 5.75 9380

Panin 2006 2.78 29.47 7.95 0 9.75 9166

2007 3.14 21.58 3.06 1 8.00 9136

2008 1.75 20.31 4.34 1 9.25 9680

2009 1.78 21.53 3.16 1 6.50 10398

2010 1.76 16.65 4.37 1 6.50 9085

2011 2.02 17.45 3.56 1 6.00 8780

2012 1.96 14.67 1.69 1 5.75 9380

Permata 2006 1.20 13.50 6.40 0 9.75 9166

2007 1.90 13.30 4.60 1 8.00 9136

2008 1.70 10.80 3.50 1 9.25 9680

2009 1.40 12.10 4.00 1 6.50 10398

2010 1.98 14.05 2.65 1 6.50 9085

2011 1.66 14.07 2.04 1 6.00 8780

2012 1.70 15.86 1.37 1 5.75 9380

BII 2006 1.43 23.34 5.03 1 9.75 9166

2007 1.44 19.81 2.92 1 8.00 9136

Page 147: Bank Umum Swasta

130

2008 1.11 18.70 3.20 1 9.25 9680

2009 0.07 14.78 2.42 1 6.50 10398

2010 1.14 12.51 3.09 1 6.50 9085

2011 1.13 11.83 2.14 1 6.00 8780

2012 1.62 12.83 1.70 1 5.75 9380

OCBC NISP 2006 1.55 17.07 2.49 1 9.75 9166

2007 1.31 16.15 2.53 1 8.00 9136

2008 1.50 19.00 2.60 1 9.25 9680

2009 1.90 20.50 3.10 1 6.50 10398

2010 1.30 17.60 2.00 1 6.50 9085

2011 1.90 13.80 1.30 1 6.00 8780

2012 1.80 16.50 0.90 1 5.75 9380

Bukopin 2006 1.85 15.79 3.71 1 9.75 9166

2007 1.63 12.84 3.57 1 8.00 9136

2008 1.66 11.20 4.87 1 9.25 9680

2009 1.46 14.36 2.81 1 6.50 10398

2010 1.62 12.55 3.22 1 6.50 9085

2011 1.87 12.71 2.88 1 6.00 8780

2012 1.83 16.34 2.66 1 5.75 9380

Mega 2006 0.88 15.73 1.68 1 9.75 9166

2007 2.33 11.84 1.53 1 8.00 9136

2008 1.98 16.09 1.18 1 9.25 9680

2009 1.77 18.01 1.70 1 6.50 10398

2010 2.45 15.03 0.90 1 6.50 9085

2011 2.29 11.86 0.98 1 6.00 8780

2012 2.74 16.83 2.09 1 5.75 9380

Ekonomi Raharja 2006 1.62 14.00 2.52 1 9.75 9166

2007 1.87 13.13 2.45 1 8.00 9136

2008 2.26 14.03 1.07 1 9.25 9680

2009 2.21 21.75 1.11 1 6.50 10398

2010 1.78 19.05 0.35 1 6.50 9085

2011 1.49 16.37 0.74 1 6.00 8780

2012 1.02 14.21 0.28 1 5.75 9380