Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

50
PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PAPER MATA KULIAH MANAJEMEN PEMASARAN ”BANK MUAMALAT INDONESIA” Sebuah Fenomena Baru Perbankan di Indonesiakah? Dan Apakah bisa Mensejajarkan dirinya dengan Bank Konvensional yang telah lama berkiprah? OLEH : ARNALDO LUHUT PARMONANGAN 55108110051

Transcript of Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

Page 1: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

PROGRAM KELAS KARYAWANPROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

PAPERMATA KULIAH

MANAJEMEN PEMASARAN

”BANK MUAMALAT INDONESIA”Sebuah Fenomena Baru Perbankan di Indonesiakah?

Dan Apakah bisa Mensejajarkan dirinya dengan Bank Konvensional yang telah lama berkiprah?

OLEH :

ARNALDO LUHUT PARMONANGAN

55108110051

FEBRUARI 2009

Page 2: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Bank adalah suatu lembaga yang mendapat izin untuk mengerahkan dana masyarakat

berupa pinjaman sehingga sebagai nasabah penyimpan dana dan pemakai akhir. Bank

biasanya menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan metode bunga (selanjutnya disebut

dengan Bank Konvensional). Dalam penerapan metode bunga, bank mengelola kegiatan

ekonominya dengan focus interest differential. Dalam suatu bank konvensional terdapat

nasabah penyimpan dana dan nasabah peminjam dana yang disebut dengan nasabah

debitor. Bank mendapatkan penghasilannya berupa biaya atas jasa yang diberikannya

ditambah biaya-biaya cadangan dan yang paling utama ialah selisih(spread) antara bunga

tabungan yang diberikan kepada nasabah penyimpan dana dengan bunga kredit yang

dibebankan kepada debitor.

Di lain pihak, Bank Syariah yang didirikan berdasarkan pada prinsip-prinsip

perekonomian Islam menjalankan kegiatan usahanya dengan menggunakan metode bagi

hasil. Nampaknya, metode bagi hasil yang diterapkan oleh Bank Syariah ternyata bisa

membuktikan bahwa Bank syariah juga mampu untuk berkembang dan memperbaiki

perekonomian nasional di Indonesia. Peranan Perbankan Syariah dalam memobilisasi

dana dan penyaluran pembiayaan, walaupun kecil, namun mengalami peningkatan.

Seperti yang terjadi pada tahun 1999, meskipun dalam kondisi krisis, bank syariah masih

dapat menyalurkan pembiayaan baru yang belum dapat dilakukan oleh bank

konvensional.

Cara beroperasi Bank syariah dalam kegiatan sehari-hari pada prinsipnya sama dengan

bank konvensional biasa. hal yang membedakannya adalah maslah bunga dan beberapa

praktik lainnya yang menurut syariah Islam tidak diperbolehkan. Beban biaya tetap

diambil dari orang yang menikmati jasanya, namun metode dan perhitungannya tidak

seperti dalam bank konvensional.

Perbedaan prinsip manajemen antara bank syariah dengan bank konvensional terletak

pada upaya mengharmonisasikan kepentingan nasabah penyimpan dana, bank dan

debitor. Pada bank konvensional, kepentingan nasabah penyimpan dana adalah

Page 3: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

diperolehnya imbalan berupa bunga simpanan yang tinggi dan bank memperoleh spread

yang optimal antara suku bungan simpanan dan suku bunga pinjaman. Tetapi,

kepentingan debitor adalah biaya yang lebih murah berupa tingkat bunga kredit yang

rendah. Dengan demikian, terjadi pertentangan antara ketiga pihak yang sulit

diharmonisasikan.

Pada bank syariah, kepentingan antara nasabah penyimpan dana, bank dan debitor dapat

diharmonisasikan karena dengan metode bagi hasil kepentingan ketiga pihak tersebut

menjadi parallel, yaitu memperoleh imbalan bagi hasil sesuai dengan keadaan usaha yang

benar-benar terjadi. Hubungan antara ketiga pihak tersebut adalah kemitraan.

Hal ini berimplikasi pada perjanjian yang mereka buat, yang secara tegas menyebutkan

bahwa keuntungan maupun kerugian akan dibagi bersama antara mereka. Kedudukan

debitor menjadi sama, karena hak-haknya sebagai penguasa yang ingin bekerja sama

dihormati oleh bank dan nasabah penyimpan dana.

Sebaliknya, pada bank konvensional, kepentingan yang berlawanan antara debitor dan

nasabah penyimpan dana terakomodir pada suatu titik ekuilibrium yang merupakan titik

bertemunya kepentingan antara dua pihak untuk mendapatkan keuntungan yang optimal.

Nasabah penyimpan dana dihinggapi ketidakpastian oleh tingkat suku bunga yang

berubah-ubah sehingga keuntungan yang diharapkan akan diperoleh di bank bisa

berkurang, bahkan hilang. Kedudukan debitor sebagai pihak yang membutuhkan modal

mengakibatkan kedudukannya menjadi lemah dihadapan bank.

Dalam metode bunga, bank lebih dapat memaksakan ketentuan dalam perjanjian kredit

yang menguntungkan bank tanpa memperhatikan kepentingan debitor dan resiko yang

dihadapi. Bahkan, dalam kondisi yang ekstrem, debitor dihadapkan pada pilihan

menerima ketentuan atau tidak mendapatkan pinjaman sama sekali (take it or leave It).

Kondisi yang semacam ini ternyata justru dapat menghancurkan semua pihak apabila

pada situasi ekonomi tertentu debitor tidak dapat mengembalikan pinjaman pokok dan

bunganya pada bank.

Page 4: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk merupakan jawaban atas permasalahan diatas. Bank

ini didirikan pada tahun 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan

Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada bulan Mei 1992. Dengan

dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan

beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan

masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada

saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi

peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari

masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.

Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat

berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin

memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia

dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.

Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan

sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh

kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun

1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi

sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari

sepertiga modal setor awal.

Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang

potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang

berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi

menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu

antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus

keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil

membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru

Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang

tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali

dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari

dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun

Page 5: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

dengan penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para

pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang

ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun,

(iii) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama

di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan

menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (v)

pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang

usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya

membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru

memasuki tahun 2004 dan seterusnya.

Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di

Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar

Rp 269,7 miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar pada tahun 2004.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis memfokuskan masalah yang akan diteliti

sebagai berikut :

1. masalah = Y, yaitu mengapa memilih Bank Syariah

2. X1= suku bunga Bank Konvensional tidak menarik lagi?

3. X2= kepentingan nasabah, debitor dan Bank tidak berjalan harmonis?

4. X3= perbedaan prinsip manajemen?

5. X4= transparansi penggunaan dana tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Apa perbedaan bank konvensional dan bank syariah secara umum dan

berdasarkan pembagian keuntungan?

2. mengetahui hubungan antara X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y

3. Menganalisa IFAS & EFAS dengan menggunakan Analisa SWOT

4. Membuat matriks Internal & Eksternal dan kesimpulan dari tujuan penelitian ini.

Page 6: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu sebagai bahan informasi

kepada para pembaca yang ingin mengetahui tentang dunia perbankan terutama dalam

hal pembagian keuntungan, baik itu pada bank konvensional maupun pada bank syariah

yang difokuskan pada Bank Muamalat Indonesia sebagai bahan banding bagi penelitian

yang relevan di kemudian hari untuk peneliti selanjutnya.

Page 7: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum tentang Perbankan

Bank secara etimologi berasal dari Bahasa Italia, yaitu kata banca yang berarti bangku /

tempat duduk. Bank disebut demikian karena pada abad pertengahan orang-orang yang

memberikan pinjaman untuk melakukan usahanya. A. Abdurrahman dalam Ensiklopedi

Ekonomi Keuangan dan Perdagangan mengartikan bank sebagai suatu jenis lembaga

keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman,

mengedarkan mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga,

membiayai usaha perusahaan, dan lain-lain. Jerry Rosenberg dalam “Dictionary of

Banking and Financial Services” mengartikan Bank sebagai suatu lembaga yang

mempunyai fungsi pokok, antara lain: menerima simpanan giro, deposito dan membayar

atas asar dokumen yang ditarik pada orang/ lembaga tertentu, Mendiskonto surat

berharga, memberi pinjaman dan menanamkan danan dalam bentuk surat berharga.

Sesuai dengan Undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998 menyatakan bahwa “Bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak.

Klasifikasi Perbankan.

Klasifikasi perbankan dapat ditinjau dari sudut pandang status dan cara menentukan

harga. Status Bank Devisa. Bank Devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan

transaksi dengan pihak-pihak luar negeri, misalnya transfer, inkaso, transfeller sheque,

letter of credit, dan transakasi lainnya. Bank Non devisa. Bank non devisa merupakan

bank yang pelayanannya hanya dalam wilayah negara Republik Indonesia.

Cara Menentukan Harga

Bank Konvensional. Bank Konvensional adalah bank yang dalam operasionalnya

menerapkan metode bunga, karena metode bunga sudah ada sejak dulu dan telah menjadi

kebiasaan serta dipakai secara meluas disbanding dengan metode bagi hasil.

Page 8: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

Bank konvensional menerapkan metode bunga untuk giro, tabungan dan deposito, serta

fee based untuk jasa-jasa lainnya. Jadi, Bank konvensional adalah bank dalam artian

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjalankan usahanya dengan

menggunakan metode bunga.

1) Bank Syariah

Bank Syariah beroperasi tidak dengan menerapkan metode bunga, melainkan dengan

metode bagi hasil dan penentuan biaya yang sesuai dengan syariah Islam.

Tujuan

Sebagai lembaga komersial, bank memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Jangka Pendek (Tactical Planning)

a. Memenuhi kebutuhan likuiditas wajib minimum bank (RR = reserve

requirement) yang harus dilaporkan secara mingguan kepada Bank

Indonesia. RR berguna untuk memenuhi penarikan dana, pemberian

kredit, sebagai upaya preventif jika kalah kliring dan untuk menjaga

kredibilitas bank.

b. Memberikan pelayanan kepada nasabah secara maksimum

c. Menanamkan dana dalam sekuritas.

2. Jangka Panjang (strategic planning)

a. Memperoleh laba maksimum

b. Memaksimumkan nilai perusahaan (kekayaan bank)

2) Bank Konvensional

Bank konvensional, dalam hal ini bank umum pada umumnya beroperasi dengan

mengeluarkan produk-produk untuk menyerap dana masyarakat, manyalurkan dana, dan

pelayanan jasa keuangan antara lain sebagai berikut :

1. Penyerapan Dana Masyarakat

a. Tabungan ( saving )

Page 9: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan

menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik

dengan cek, bilyet giro, dan alat yang dipersamakan dnegan itu.,Nasabah

penyimpan dana mendapatkan bukti menabung berupa buku tabungan

(passbook), yang menyatakan jumlah dana yang ditabung oleh

perseorangan atau badan usaha. selain itu, ada kecendrungan Bank-bank di

Indonesia menawarkan produk mereka dengan perhitungan pembayaran

bunga harian, bisa diambil setiap saat, serta diberi fasilitas kartu ATM.

a. Simpanan Deposito (Time Deposite)

Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada

waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.

Simpanan deposito diatur dalam suatu perjanjian tertulis antara bank dan

nasabah penyimpan dana mengenai uang yang disimpannya.

b. Simpanan Giro (Demand deposite)

Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat

dengan menggunakan cek, bilyet giro, arena perintah pembayaran lainnya

atau dengan cara pemindahbukuan. Sebagian besar giro merupakan dana

komersial yang disimpan oleh perusahaan maupun perseorangan.

2. Pelayanan Jasa-Jasa

a. Kliring (clearing)

Kliring adalah suatu metode perhitungan utang –piutang dalam bentuk

surat-surat dagang atau surat-surat berharga antara bank-bank peserta

kliring dengan tujuan agar perhitungan utang piutang dapat terjadi dengan

mudah, cepat dan aman. Proses perhitungan diatur oleh suatu lembaga

yang berada dibawah kendali Bank Indonesia.

b. Inkaso (collection)

Inkaso adalah penagihan warkat-warkat kliring yang terdapat diluar

wilayah kliring bank yang bersangkutan.

c. Kiriman uang (transfer)

Kiriman uang adalah jasa pelayanan bank dalam mengirimkan sejumlah

uang yang ditujukan pada pihak lain disuatu tempat sesuai permintaan

Page 10: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

pengirim. Pengiriman yang terjadi dalam satu wilayah kliring dapat

melalui lalu lintas giro dengan menerbitkan nota kredi (credit line).

Penerapan Metode Bunga

Bank konvensional dapat menerima dana dari luar, misalnya dari nasabah yang berupa

rekening giro, deposit on call, sertifikat deposito, saham dan obligasi. Sumber ini

merupakan pendapatan bank yang paling besar. Sumber pemasukan dana lainnya ialah

lembaga keuangan yang berupa kredit llikuiditas Bank Indonesia, fasilitas diskonto, dan

pasar uang antar bank (call money). Pendapatan perbankan nasional selama tergantung

hasil bunga kegiatan kredit.

Karakteristik dari metode bunga yang membedakannya dengan pendapatan melalui cara

lainnya adalah sebagai berikut :

1. Jumlah pengembalian (pinjaman pokok + bunga) telah ditetapkan sebelumnya

(a predetermined of return)

2. Suku bunga yang telah ditetapkan sebelumnya disamakan bagi semua nasabah.

3. Penarikan predetermined rate of return secara hukum telah dilakukan, meskipun

debitur menderita kebankrutan. Contoh komponen yang terdapat dalam bunga

bank digambarkan sebagai berikut :

1) Pinjaman Rupiah Besar Total biaya dana Spread 17,13 %, 2,00 %

Jumlah Risk allowance 19,13 %; 0.50 % Jumlah Over head; 19,63 % 1,50

% Jumlah Pajak 30 % 21,13 % 0.63 % Bunga Kredit Rupiah 21,76 %

Tabel 3 : Bunga Bank Perhitungan bunga kredit dapat menggunakan

metode berikut :

a. Sliding Rate Pembebanan bunga terhadap nilai pokok utang akan

semakin menurun dari perode ke periode sesuai dengan

menurunnya jumlah nilai pokok pinjaman sebagai akibat

pembayaran cicilan pokok pinjaman tersebut. Contoh : Nilai

pokok pinjaman : Rp 12.000.000 Tingkat bunga : 18 % per tahun

Jangka waktu : 5 tahun (60 bulan) Angsuran per bulan : Rp

12.000.000 / 60 bulan : Rp 200.000,- Bunga pinjaman perbulan :

Rp 12.000.000 x 18 % 12 : Rp 180.000,-

Page 11: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

b. Flat Rate Pembebanan bunga terhadap nilai pokok pinjaman

akan tetap dari bulan ke bulan, meskipun telah dingsur terhadap

nilai pokok pinjaman tersebut.

c. Floating Rate Pembebanan bunga terhadap nilai pokok pinjaman

ditentukan secara mengambang sesuai dngan perkembangan

tingkat bunga di pasar.

d. Discounted Rate Bunga dijadikan sebagai nilai pengurang dari

pokok harga. Hal ini diterapkan pada setifikat deposito. Contoh :

Nilai nominal sertifikat deposito untuk jangka waktu 3 bulan

adalah Rp 5.000.000,- dengan bunga 16 % pertahun, maka : Nilai

Jual : Rp 5.000.000 x 360, 360 + (16% x 90 ) : Rp 4.807.692,

4. Bank Syariah

Bank Syariah atau Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah Islam. Bank ini, tata cara beroperasinya mengacu pada

ketentuan-ketentuan Al_Qur’an dan Hadist. Bank yang beroperasi dengan prinsip-

prinsip syariah Islam maksudnya tata cara bermualat dijauhi praktik-praktik yang

dikhawatirkan mengandung unsure-unsur riba. Falsafah dasar beroperasinya bank

syariah yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya adalah efeisiensi, keadilan,

da kebersamaan. Efisiensi mengacu pada prinsip saling membantu secara sinergis

untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin. Keadilan mengacu pada

hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas, dengan persetujuan yang matang atas

proporsi masukan dan keluarannya. Kebersamaan mengacu pada prinsip saling

menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling meningkatkan produktivitas. Bank

Syariah memiliki tujuan yang lebih luas dibandingkan dengan bank konvensional,

berkaitan dengan keberadaannya sebagai institusi komersial dan kewajin moral

yang disandangnya. Selain bertujuan meraih keuntungan, sebagaimana layaknya

bank konvensional pada umumnya, bank syariah juga bertujuan sebagai berikut :

a. Menyediakan lembaga keuangan sebagai sarana meningkatkan kualitas

kehidupan social ekonomi masyarakat.

Page 12: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

b. Meningkatnya partisipasi masyarakat banyak dalam proses pembangunan

karena keenggganan masyarakat untuk berhubungan dengan bank yang

disebabkan oleh sikap menghindari bunga telah terjawab oleh bank syariah.

c. Membentuk masyarakat agar berpikir secara ekonomis dan berprilaku bisnis

untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

d. Berusaha bahwa metode bagi hasil pada bank syariah dapat beroperasi,

tumbuh, dan berkembang melebihi bank-bank dengan metode lain.

Pengembangan produk-produk bank tidak dapat dilepaskan dari metode

operasi bank yang pendekatannya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

dengan mempelajari ketentuan syariah tentang metode ekonomi Islam atau

melihat mekanisme yang lazim berkembang dalam operasional perbankan

konvensional dan kemudian menempatkan ketentuan hukum Islam yang dapat

diimplementasikan ke dalam mekanisme yang ada. Penyaluran Dana

Bank Syariah menyalurkan dana yang telah diperolehnya dengan

mengeluarkan produk-produk berikut :

1) Al-Musyarakah Musyarakah adalah kerjasama antara dua pihak atau

lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak

memberikan konstribusi dana dengan keuntungan dan resiko

ditanggung bersama sesuai kesepakatan.

2) Al Mudharabah Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama

usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh

modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha

secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan

dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal

selama itu bukan akibat dari kelalaian pengelola. Penerapan Metode

Bagi Hasil Pada Bank Islam, kepentingan nasabah penyimpan dana,

bank dan debitur dapat diharmonisasikan karena dngan metode bagi

hasil, kepentingan pihak ketiga parallel, yaitu memperoleh imbalan

bagi hasil sesuai dengan keadaan yang benar-benar terjadi.

Perhitungan metode bagi hasil dapat dilihat dari perhitungan tabungan

dan deposito mudharabah.

Page 13: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

1. Perhitungan Tabungan Mudharabah Contoh : Saldo rata-rata

tabungan tuan A sebesar Rp 500.000. NIsbah bag hasil 50% :

50 % diasumsikan total saldo rata-rata tabungan di bank

syariah Rp 100 juta dan keuntungan yang diperoleh tabungan

sebesar Rp 3.000.000, maka pada akhir bulan, nasabah

penyimpan dana akan memperoleh dana bagi hasil : Rp

500.000,- Rp 100.000.000

2. Perhitungan Deposito Mudharabah Contoh : Tuan A

menempatkan dana deposito mudarabah di bank syariah

sebesar 1 juta rupiah, jangka waktu 1 bulan dan nisbah bagi

hasil 70 % : 30 %. Diasumsikan total dana deposito investasi

dibank syariah senilai Rp 250 juta dan keuntungan

yangdiperoleh sebesar Rp 6.000.000, maka pada saat jatuh

tempo nasabah akan memperoleh dana bagi hasil : Rp

1.000.000,- Rp 250.000.000

B. Kerangka Berpikir

Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan di dalam hidupnya. Hal ini merupakan

dorongan fitrah yang mutlak dan tidak bisa dihilangkan dari diri setiap manusia.

Kebutuhan hidup manusia itu dapa digolongkan dari tingkat yang sederhana untuk

sekedar bertahan hidup hingga tingka kemewahan untuk aktualisasi diri. Dalam usahanya

memenuhi seluruh tingkatan kebutuhan hidup tersebut, manusia memerlukan bantuan

manusia lainnya. Oleh karena iu, timbulah interaksi. Ketika manusia saling berinteraksi

dengan fungsinya masing-masing, maka terjadilah pertukaran, suatu transaksi, atau

dengan kata lain jual-beli. Uang sebagai alat tukar memegang peranan yang sangat

penting dalam masyarakat modern. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia tidak dapat

dilepaskan dari uang. Semakin lama urusan yang menyangkut uang, semakin berkembang

dan bertambah rumit, sehingga menyebabkan masyarakat memerlukan suatu lembaga

perantara yang dapat memperlancar lalu lintas uang, yang biasa disebut dengan istilah

Bank.

Page 14: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

Bank konvensional merupakan suatu lembaga perbankan yang memaksimalkan perolehan

dana dari masyarakat dengan berupaya menawarkan tingkat bunga simpanan yang

serendah-rendahnya dan tingkat bunga kredit yang setinggi-tingginya bagi nasabahnya.

Di lain pihak, Bank syariah merupakan suatu lembaga perbankan yang tidak menerapkan

metode pembagian bunga. Akan tetapi, menerapkan prinsip bagi hasil untuk memberikan

fasilitas yang memuaskan bagi nasabahnya. Prinsip bagi hasil yang diterapkan itu antara

lain prinsip Al-Musyarakah, AL-Mudharabah, dan Al-Murahabah. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada bagan kerangka berpikir berikut:

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis penlitian yang menjadi jawaban sementara

dalam penelitian ini adalah : “Terdapat perbedaan yang signifikan antara sistem

pembagian bunga dan tata cara pengoperasian yang dilakukan oleh Bank Konvensional

dan Bank Syariah dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat (nasabahnya)”

X1

X4

X3

X2 Y

Page 15: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Keberadaan variabel sangat penting artinya dalam sebuah penelitian, sebab dengan

adanya variabel tersebut akan memudahkan peneliti di dalam mengungkapkan objek yang

diamati. Hadi mendefenisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi dan gejala adalah

objek penelitian. Berdasarkan uraian tersebut, yang menjadi variabel dalam penelitian ini

adalah perbedaan pembagian bunga pada bank konvensional dan bank syariah.

2. Desain Penelitian Desain penelitian disusun sebagai suatu strategi dalam pelaksanaan

penelitian agar diperoleh data yang akurat serta penarikan kesimpulan yang lebih jelas.

Langkah selanjutnya adalah menentukan variabel penelitian serta merumuskan defenisi

secara operasional agar tidak terjadi kontaminasi dari variabel yang tidak diteliti.

B. Defenisi Operasional

Variabel Untuk memberi gambaran yang jelas mengenai variabel yang akan diteliti, maka

secara operasional memiliki batasan sebagai berikut :

1. Bank Konvensional adalah lembaga yang bergerak dibidang jasa perbankan yang

melayani masyarakat dengan menerapkan metode pembagian bunga untuk

memberikan fasilitas bagi para nasabahnya.

2. Bank Syariah adalah lembaga perbankan yang beroperasi sesuai dengan prinsip-

prinsip syariah Islam, khususnya tentang tata cara bermuamalah secara Islam.

C. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah keseluruhan bank-bank yang tergolong dalam bank

konvensional dan bank syariah. Dengan pertimbangan bahwa populasi penelitian ini

mencakup bank secara keseluruhan, maka penulis tidak menentukan penarikan sampel

(penelitian populasi).

Page 16: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data secara sekunder yaitu dilakukan dengan melalui

teknik dokumentasi yaitu mencatat semua data-data yang diperlukan pada setiap bank

yang dijadikan sampel penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Hasil analisis ini akan dianalisis dengan menggunakan urutan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Mengumpulkan data-data melalui Informasi yang disajikan oleh Internet dengan

teknik pencatatan yang merupakan sampel penelitian.

2. Menggolongkan setiap data yang terkumpul sesuai dengan sistem pembagian

bunga dan tata cara pengoperasian yang dilakukan untuk memberi pelayanan pada

masyarakat.

3. Menganalisis perbedaan bank-bank yang dijadikan objek penelitian berdasarkan

sistem pembagian bunga yang diterapkan.

4. Mencari variabel IFAS & EFAS lalu dianalisa kembali menggunakan analisa

SWOT lalu dibuat alternatif dari strategi utamanya.

5. Membuat matriks internal dan eksternal faktor lalu dianalisa kembali untuk

mencari strategi apa yang tepat untuk membuat Bank Muamalat Indonesia

menjadi Bank terdepan di Asia Tenggara.

Page 17: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam menguraikan penelitian ini, peneliti menjelaskan sesuai dengan rumusan masalah

yang telah ditentukan. Oleh karena itu, peneliti hanya membatasi ruang lingkup

pembahasan pada perbedaan sistem pembagian bunga serta kelemahan dan keunggulan

dari bank konvensional dan bank syariah. Maka, data yang masuk selain dari rumusan

yang telah ditentukan selama kegiatan pengumpulan dan pencatatan data akan dianggap

sebagai pengetahuan tambahan bagi peneliti.

Analisis Deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang perbedaan antara

bank konvensional dan bank syariah dilihat dari sudut pandang sistem pembagian bunga

yang diterapkan. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah secara Umum

Sepintas bila dilihat secara teknis, menabung di bank syariah dengan yang belaku di bank

konvensional hampir tidak ada perbedaan. Hal ini karena, baik di bank syariah maupun

bank konvensional diharuskan mengikuti aturan teknis perbankan secara umum. Akan

tetapi bila diamati lebih dalam, terdapat beberapa perbedaan mendasar di antara

keduanya. Aturan akad. Pada bank syariah, semua transaksi harus berdasarkan akad yang

dibenarkan oleh syariah. Dengan demikian, semua transaksi itu harus mengikuti kaidah

dan aturan yang berlaku pada akad-akad muamalah syariah. Pada bank konvensional,

transaksi pembukaan rekening, baik giro, tabungan maupun deposito, berdasarkan

perjanjian titipan, namun prinsip titipan ini tidak sesuai dengan aturan syariah, misalnya

wadi’ah, karena dalam produk giro, tabungan maupun deposito, menjanjikan imbalan

dengan tingkat bunga tetap terhadap uang yang disetor. Imbalan yang diberikan. Bank

konvensional menggunakan konsep biaya (cost concept) untuk menghitung keuntungan.

Artinya, bunga yang dijanjikan di muka kepada nasabah penabung merupakan ongkos

atau biaya yang harus dibayar oleh bank. Oleh karena itu bank harus “menjual” kepada

nasabah lain (peminjam) dengan biaya bunga yang lebih tinggi. Perbedaan antara

keduanya disebut spread yang menandakan apakah perusahaan tersebut untung atau rugi.

Bila spread-nya positif, di mana beban bunga yang dibebankan kepada peminjam lebih

tinggi dari bunga yang diberikan kepada penabung, maka dapat dikatakan bahwa bank

mendapatkan keuntungan. Sedangkan bank syariah menggunakan pendekatan profit

Page 18: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

sharing, artinya dana yang diterima bank disalurkan kepada pembiayaan. Keuntungan

yang didapat dari pembiayaan tersebut dibagi dua, untuk bank dan untuk nasabah,

berdasarkan perjanjian pembagian keuntungan di muka.

Sasaran kredit/ pembiayaan. Para penabung di bank konvensional tidak sadar uang yang

ditabung dipinjamkan untuk berbagai bisnis, tanpa memandang halal-haram bisnis

tersebut. Sedangkan di bank syariah, penyaluran dan simpanan dari masyarakat dibatasi

oleh prinsip dasar, yaitu prinsip syariah Artinya bahwa pemberian pinjaman tidak boleh

ke bisnis yang haram seperti, perjudian, minuman yang diharamkan, pornografi dan

bisnis lain yang tidak sesuai dengan syariah. Ikatan Emosional. Adanya kesamaan ikatan

emosional yang kuat didasarkan prinsip keadilan, prinsip kesederajatan dan prinsip

ketentraman antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah atas jalannya usaha

bank syariah. Sedangkan Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang

Saham, Pengelola Bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai keinginan

yang bertolak belakang. Berikut ditampilkan tabel perbedaan antara bank konvensional

dan bank syariah. Bank Syariah Bank Konvensional Investasi yang halal :

1. Investasi halal & haram Prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa

2. Memakai perangkat bunga Profit dan falah oriented

3. Profit oriented Hubungan kemitraan

4. Hubungan debitor-kreditor

Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah

Tidak terdapat dewan sejenis. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah

Perbedaan Berdasarkan Pembagian Keuntungan Prinsip bagi hasil: Penentuan besarnya

resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung

dan rugi Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.

Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan

Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil Bagi hasil tergantung kepada

keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka

kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak Sistem bunga: Penentuan suku

bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak Bank

Page 19: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkanPenentuan

suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak

Bank Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat

ganda saat keadaan ekonomi sedang baik Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh

semua agama termasuk agama Islam Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh

semua agama termasuk agama Islam Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan

tanpa pertimbangan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi

Secara rinci, dapat dijelaskan mengenai Bunga Bagi Hasil :

1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung

2. Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat saat akad dengan pedoman pada

kemungkinan untung & rugi

3. Besarnya persentase untung berdasarkan modal yang dipinjamkan

4. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan jumlah untung yang diperoleh

5. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan lainnya

6. Bagi hasil bergantung pada keuntungan atau kerugian proyek yang dijalankan

7. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat walaupun jumlah keuntungan berlipat

8. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pen-

dapatan.

9. Eksistensi bunga diragukan

10. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil

Perbedaan Bagi Hasil dan Sistem Bunga Kelemahan dan Keunggulan Bank Konvensional

dan Bank Syariah : Bank Konvensional Bank Konvensional memiliki beberapa

keunggulan. Pertama, karena metode bunga telah lama dikenal oleh masyarakat, bank

konvensional lebih mudah menarik nasabah penyimpan dana sehingga lebih mudah

mendapatkan modal. Kedua, bank konvensional lebih kreatif dalam menciptakan produk-

produk. Dengan metode yang telah teruji dan berpengalaman, bank konvensional lebih

mengetahui permainan dasar perbankan dan mencari celah-celah baru dalam

mengupayakan ekspansi banknya. Ketiga, nasabah penyimpan dana atau debitor yang

telah terbiasa dengan metode bunga cenderung memilih bank konvensional daripada

beralih ke metode bagi hasil yang relative baru. Keempat, dengan banyaknya bank-bank

konvensional, persaingan antar bank semakin menggairahkan yang dapat memacu

Page 20: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

manajemen untuk bekerja lebih baik. Kelima, dukungan peraturan perundang-undangan

dan kebijakan pemerintah yang lebih mapan bagi bank konvensional, sehingga bank

dapat bergerak lebih pasti. Di samping keunggulan, fenomena ditutupnya bank-bank

konvensional beberapa tahun terakhir membuka sisi kelemahan yang ada di bank

konvensional. Faktor penyebab kegagalan bank konvensional tersebut ialah :

a. faktor manajemen, yang ditandai oleh inkosistensi penyaluran kredit, campur

tangan pemilik yang berlebihan dan manajer yang tidak professional dalam

bekerja;

b. kredit bermasalah, karena prosedur pemeberian kredit tidak dipatuhi dan

penumpukan pemberian kredit pada grup sendiri dan kalangan tertentu; c. Praktik

curang, seperti bank dalam bank dan transaksi fiktif; d. Praktik spekulasi yang

terlalu ambisius dan tanpa perhitungan.

Bank Syariah

Bank Syariah memiliki beberapa keunggulan antara lain sebagai berikut :

a. Mekanisme bank syariah didasarkan pada prinsip efisiensi, keadilan dan

kebersamaan.

b. Tidak mudah dipengaruhi oleh gejolak moneter, seperti yang dijelaskan Errico:

“Islamic banking appear to be better poised than conventional bank to absorb

external shocks because of the structure of their balance sheets and the use of

profit and loss sharing arrangements”

c. Bank syariah lebih mandiri dalam penentuan kebijakan bagi hasilnya

d. Bank syariah relative lebih mudah merespons kebijaksanaan pemerintah

e. Terhindar dari praktik Money Laundring.

f. Metode bagi hasil tiodak mengenal diskriminasi terhadap nasabah yang

didasarkan kemampuan ekonomi, sehingga aksebilitas bank syariah sangat luas.

g. Persaingan antar bank berlaku secara wajar yang ditentukan dari keberhasilan

dalam membina nasabah dengan profesionalisme dan memberi pelayanan yang

terbaik. Selain keunggulan, bank syariah memiliki beberapa kelemahan yang

sering dijumpai dalam praktik, antara lain : Terlalu berprasangka baik pada semua

nasabah dan berasumsi bahwa semua orang yang terlibat jujur dan dapat

dipercaya, sehingga rawan terhadap itikad buruk. Metode bagi hasil memerlukan

Page 21: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

perhitungan yang rumit Kekeliruan penilaian proyek berakibat lebih besar

daripada bank konvensional Produk-produk bank syariah belum bisa

mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan kurang kompetitif Sumber daya

manusia yang memiliki keahlian mengenai bank syariah masih sedikit.

Dalam pelaksanaannya Bank Syariah masih mempunyai beberapa kendala, yang antara

lain, menurut identifikasi Bank Indonesia, yang disampaikan pada Seminar Akhir Tahun

Perbankan Syariah 2005, kendala-kendala perkembangan Bank Syariah di samping imbas

kondisi makroekonomi, juga dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Jaringan kantor pelayanan dan keuangan Syariah masih relatif terbatas;

2. Sumber Daya Manusia yang kompeten dan professional masih belum optimal;

3. Pemahaman masyarakat terhadap Bank Syariah sudah cukup baik, namun minat

untuk menggunakannya masih kurang;

4. Sinkronisasi kebijakan dengan institusi pemerintah lainnya berkaitan dengan

transaksi keuangan, seperti kebijakan pajak dan aspek legal belum maksimal;

5. Rezim suku bunga tinggi pada tahun 2005;

6. Fungsi sosial Bank Syariah dalam memfasilitasi keterkaitan antara voluntary

sector dengan pemberdayaan ekonomi marginal masih belum optimal.

Untuk mengantisipasi kendala jaringan kantor pelayanan Bank Syariah, pihak BI yelah

membuat regulasi tentang kemungkinan pembukaan layanan Syariah pada counter-

counter Unit Kovensional Bank-Bank yang telah mempunyai Unit Usaha Syariah melalui

PBI No.8/3/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006. Dengan demikian, diharapkan masalah

jaringan pelayanan dan keuangan Syariah dapat diatasi karena masyarakat dapat dilayani

dimana saja saat membutuhkan transaksi Bank Syariah.

Bank Indonesia dan para stakeholder yang terlibat lainnya yakin bahwa pengembangan

Bank Syariah dianggap masih mempunyai prospek yang tinggi, jika kendala jaringan

dapat diatasi. Hal tersebut diyakini karena peluang yang besar dan dapat dilihat dari hal-

hal sebagai berikut:

Page 22: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

1.          Respon masyarakat yang antusias dalam melakukan aktivitas ekonomi dengan

menggunakan prinsip-prinsip Syariah;

2.          Kecenderungan yang positif di sektor non-keuangan/ ekonomi, seperti system

pendidikan, hukum dan lain sebagainya yang menunjang pengembangan

ekonomi Syariah nasional.

3.          Pengembangan instrumen keuangan Syariah yang diharapkan akan semakin

menarik investor/ pelaku bisnis masuk dan membesarkan industri Perbankan

Syariah Nasional;

4.          Potensi investasi dari negara-negara Timur Tengah dalam industri Perbankan

Syariah Nasional.

Walaupun pertumbuhan Bank Syariah agak melambat pada tahun 2005, tetapi pihak

Bank Indonesia dan juga para stakeholder yang terlibat dalam pengembangan ekonomi

dan perbankan Syariah masih mempunyai keyakinan bahwa Bank Syariah akan terus

berkembang pada tahun 2006 dan tahun-tahun selanjutnya seiring berkembangya

aplikasi-aplikasi ekonomi berbasiskan prinsip-prinsip Syariah di Indonesia.

 Berdasarkan kajian perekonomian secara umum, meskipun pada triwulan I 2006 dunia

usaha masih melakukan recovery akibat kondisi yang terjadi pada tahun 2005, prospek

ekonomi Indonesia pada 2006 diperkirakan akan membaik kembali, terutama pada

semester II. Secara keseluruhan perekonomian Indonesia tahun 2006 akan tumbuh 5,0-

5,7%. Perbaikan ekonomi akan terjadi sejalan dengan implementasi berbagai kebijakan

Pemerintah di sektor riil yang didukung dengan terjaganya stabilitas makroekonomi serta

membaiknya persepsi bisnis para pelaku ekonomi dan kepercayaan masyarakat.

Dengan demikian, khusus pada tahun 2006, kondisi perkembangan Perbankan Syariah akan

dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Kondisi makro ekonomi  2006 tidak banyak mengalami perubahan dari tahun 2005,

inflasi masih 2 digit, namun investasi mulai berjalan, terutama pada semester kedua;

Page 23: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

2. Suku bunga masih relatif tinggi, sehingga persaingan menjadi lebih agresif;

3. Berlakunya PBI No. 8/3/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 yang memungkinkan bank

konvensional membuka layanan syariah dari unit usaha syariah yang mereka miliki,

membuat kendala jaringan perbankan syariah sudah dapat diatasi;

4. Volume usaha perbankan syariah terhadap perbankan nasional diperkirakan akan

mencapai pangsa sebesar 1,7%;

5. Perhatian Bank Indonesia terhadap perkembangan Bank Syariah lebih meningkat dari

sebelumnya yang dibuktikan dengan mulai terlibatnya direktorat-direktorat lain pada

BI dalam mengembangkan Bank Syariah, selain Direktorat Perbankan Syariah,

seperti Direktorat Pengelolaan Moneter dan Pusat Pendidikan dan Studi

Kebanksentralan;

6. Investor asing mulai tertarik menamkan investasinya dalam pengembangan keuangan

syariah di Indonesia.

Berdasarkan suatu penelitian pada sebuah bank syariah terhadap sekitar 3.200 nasabah di

seluruh Indonesia, diketahui bahwa lebih 70% nasabah memilih bank syariah dalam

melakukan transaksi perbankan dengan alasan utama sesuai keyakinan agama. Hal ini

menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang menginginkan dalam melakukan

transaksi keuangan tidak bertentangan dengan keyakinan agama. Alasan utama lainya

yang menyebabkan nasabah memilih bank syariah adalah karena pelayanan bank syariah

yang cepat dan memuaskan sebesar 38% serta karena lokasi kantor bank yang strategis

sebesar 30%, di samping alasan-alasan rasional lainnya. Dapat pula diketahui, bahwa

pada saat ini, berdasarkan penelitian tersebut, nasabah bank syariah tersebut sebanyak

hampir 66% masih menggunakan bank konvensional di samping bertransaksi dengan

bank syariah. Alasan utama yang menyebabkan nasabah bank syariah masih menjadi

nasabah bank konvensional adalah karena alasan-alasan rasional dalam kemudahan

transaksi keuangan. Mereka sangat mengharapkan jaringan bank syariah dapat diperluas

serta bank syariah dapat meningkatkan pelayanan dan produk yang dapat

mengakomodasikan kebutuhan mereka dalam transaksi keuangan. Dari sisi pendidikan,

lebih dari dua pertiga nasabah bank syariah merupakan lulusan perguruan tinggi. Dari

hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang menjadi nasabah bank

Page 24: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

syariah bukan hanya karena faktor emosional belaka, melainkan juga karena rasionalitas

dalam kebutuhan perbankan dan ekonomi lainnya tanpa meninggalkan keyakinan agama.

 Memperhatikan hal di atas, sebenarnya, prospek ekonomi syariah (bukan hanya

perbankan) cukup menjanjikan di masa depan. Hal itu, disebabkan adanya kesadaran

sebagian masyarakat, terutama yang berpendidikan tinggi untuk menjalankan kehidupan

sosial ekonomi tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam. Kondisi tersebut harus diantisipasi

dengan kesiapan sarana dan prasarana guna mendukung berkembangnya perekonomian

secara optimal di masa depan. Sarana dan prasarana tersebut, tidak hanya bersifat

material, tetapi juga non material, serta sistem pendidikan yang mengakomodasikan

kebutuhan tersebut, sehingga tercipta sumber daya manusia yang memiliki kemampuan

dalam membangun dan mengembangkan ekonomi syariah di masa depan. Apabila hal

tersebut tidak diantisipasi dengan baik, maka prospek ekonomi syariah di Indonesia pada

masa depan akan kehilangan momentum.

Analisa SWOT

Identifikasi SWOT perlu dilakukan agar dapat ditentukan strategi pemasaran apa yang

sudah ataupun yang belum tercapai untuk menghasilkan hasil analisis SWOT tersebut.

Dalam analisis SWOT kita dapat menilai faktor-faktor apa saja yang memiliki pengaruh

terhadap pengembangan Perusahaan. Faktor yang menjadi keunggulan harus dapat

dioptimalkan, sedangkan faktor yang menjadi kelemahan harus dapat diatasi atau

dieliminasi agar tidak memberikan pengaruh buruk bagi Perusahaan.

IFASKekuatan (S)

Bobot Rating Bobot x Rating

Komentar

Mekanisme Bank Syariah 0,20 4 0,80 Optimalkan Gejolak Moneter tidak terlalu berpengaruh 0,15 3 0,45 Aman / lanjutkanMandiri dalam Penentuan Kebijakan 0,15 3 0,45 Aman / lanjutkanTerhindar dari Money Laundring 0,20 4 0,80 PertahankanTidak Mengenal Diskriminasi Nasabah 0,10 3 0,30 OptimalkanMudah merespon Kebijakan Pemerintah 0,10 2 0,20 PertahankanPersaingan Bank berlaku wajar 0,10 2 0,20 Aman / lanjutkan

3,00

Page 25: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

IFAS Kelemahan (W)

Bobot Rating Bobot x Rating

Komentar

Menanggapi Nasabah baik semua 0,10 -3 -0,30 Ubah pola pikir Perhitungan rumit 0,15 -3 -0,45 Aman / lanjutkanKekeliruan menilai proyek 0,20 -4 -0,80 Cari solusiProduk belum dikenal luas 0,05 -2 -0,10 OptimalkanSDM belum ahli 0,10 3 -0,30 Optimalkan

+1,05

EFASPeluang (O)

Bobot Rating Bobot x Rating

Komentar

Respon masyarakat positif 0,3 4 1,2 Tingkatkan Persaingan lebih agresif 0,1 3 0,3 LanjutkanSesuai dengan keyakinan agama 0,1 3 0,3 Lanjutkan

1,8

EFASAncaman (T)

Bobot Rating Bobot x Rating

Komentar

Kantor pelayanan terbatas 0,2 -4 -0,8 TingkatkanSDA kurang kompeten 0,2 -3 -0,6 Optimalkan Kemudahan bertransaksi kurang 0,1 -2 -0,2 Optimalkan

1,0

ANALISA SWOT IFAS

EFAS

Kekuatan

S

Kelemahan

W

Peluang

O

1. Mengenalkan Produk Bank Syariah Khusnya Produk Bank Muamalat Indonesia

2. Banyak Saingan tapi reputasi belum tentu sama

3. Tidak Melanggar Hukum Islam

1. Belajar dari kasus Bank Konvensional

2. Cari Solusi terbaik agar Kredibel

3. Umumkan bahwa Produk tersebut sesuai dengan Hukum Syariah

Ancaman

T

1. Sewa gedung untuk menekan cost

2. Perbaiki SDM3. Buat layanan ATM

bersama

1. Edukasi SDM2. Cari orang yang ahli

dalam menilai “Appraisal”

Page 26: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

ALTERNATIF STRATEGI UTAMA

1.

PRODUK

PA

SA

R

SEKARANG

Penetrasi pasar dengan produk yang

ada

BARU

Menambah daerah pemasaran yang

baru

BARU

Menambah produk baru

SEKARANG

Menambah produk dan pemasaran

baru

2. Stabilitas Internal

a. Intensifkan kemampuan pengenalan Produk Bank Syariah khususnya yang

terdapat di dalam Bank Muamalat Indonesia

b. Kembangkan dan tingkatkan hasil yang sudah dicapai yaitu target laba

lebih dari 300 milyar tahun 2008 menjadi naik 50% atau lebih.

3. Pengurangan Internal

a. Tingkatkan efisiensi internal, dengan mengurangi tingkat kekeliruan

dalam menilai suatu proyek

b. Kenaikan modal usaha

4. Pengurangan Eksternal

a. Pangsa pasar yang sudah tidak memadai

b. Mandiri dalam menentukan kebijakan terhadap masa depan perusahaan

c. Pertumbuhan pengenalan produk yang lambat

5. Ekspansi eksternal

a. Proses merger atau mengakuisisi Bank Syariah atau Bank Konvensional

untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan, baik jumlah laba maupun

mengurangi pesaing.

b. Mendapatkan sumber daya baru dan memperkecil resiko

Page 27: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

6. Aliansi Strategis, yaitu menjalin kerjasama dengan Bank lain akan tetapi

Perusahaan atau Bank Muamalat tetap berdiri sendiri tidak kehilangan eksistensi

yang telah dibangun selama ini.

7. Related and Unrelated Strategy, yaitu ekspansi bidang usaha sekaligus

memantapkan pendapat bahwa Bank Muamalat adalah Bank yang terdepan di

Asia Tenggara.

8. Respon dari pihak manajemen Bank Muamalat yang menanggapi faktor internal

dan eksternal tersebut secara pasif ataukah aktif dalam memperluas atau

pemantapan posisinya dibandingkan bank lain yang sejenis maupun Bank

konvensional.

B. PEMBAHASAN

Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara bank

konvensional dan bank syariah dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat

(nasabahnya), khususnya dalam hal pembagian keuntungan. Dari kedua jenis bank

tersebut, masing-masing memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Banyak dari

keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh bank konvensional yang tidak dimiliki oleh

bank syariah, bahkan keunggulan yang dimiliki oleh bank konvensional justru menjadi

kelemahan bagi bank syariah, begitu pula sebaliknya. Akan tetapi, keterpurukan yang

dialami oleh perbankan konvensional nampaknya tidak terlalu berpengaruh bagi bank

syariah. Bank dengan manajemen syariah terbukti mampu bertahan pada saat krisis

emoneter dan ekonomi. Hal itu disebabkan karena babk syariah tidak akan terkena

negative spread. Selain itu, prinsip kemitraan yang dianutnya membuat oara pihak

didalamnya mementingkan kerjasama yang dilandasi usaha yang halal dan komitmen

yang ikhlas. Dengan prinsip bagi hasil yang bebas dari bunga bank, bank syariah

diarahkan pada pembiayaan sector yang produktif berdasarkan syariah untuk meredam

kegiatan spekulasi yang kontra produktif. Apalagi sifat sistem ekonomi Islam yang selalu

menyentuh sector riil perekonomian, “…in Islamic system all rates of return in the

financial sector are determined by activities in the real sector…” Kenyataan ini membuat

beberapa bank umum swasta yang memakai metode konvensional memutuskan untuk

mengonversikan dirinya atau membuka cabang-cabang yang beropersi dengan prinsip

syariah.

Page 28: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian mengenai perbedaan bank konvensional dan bank syariah, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, Bank Konvensional adalah lembaga perbankan

yang menerapkan metode bunga dalam memberikan fasilitas (keuntungan) bagi

nasabahnya. Bank Syariah adalah lembaga perbankan yang menerapkan metode bagi

hasil untuk memberikan keuntungan bagi nasabahnya.

Prinsip bagi hasil: Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan

berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi, besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan

pada jumlah keuntungan yang diperoleh, jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai

dengan peningkatan jumlah pendapatan, tidak ada yang meragukan keuntungan bagi

hasil, bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu

tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua

belah pihak. Sistem bunga: Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan

pedoman harus selalu untung untuk pihak Bank, besarnya prosentase berdasarkan pada

jumlah uang (modal) yang dipinjamkanPenentuan suku bunga dibuat pada waktu akad

dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak Bank jumlah pembayaran bunga tidak

mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang

baik, eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk agama Islam,

pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek yang

dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi Saran Sehubungan dengan kesimpulan

penelitian diatas, maka diajukan saran-saran sebagai berikut : Untuk memperbaiki

keadaan perekonomian dinegara kita, sebaiknya lembaga-lembaga yang bergerak

dibidang jasa perbankan mengubah tata cara pengoperasiannya dengan berdasarkan

prinsip-prinsip syariah Islam. Diharapkan agar Bank yang sesuai dengan prinsip syariah

Islam memberikan fasilitas yang lebih baik lagi kepada nasabahnya agar dapat

memperluas jaringan bank syariah.

Page 29: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

B. SARAN

Meskipun perbankan syariah mengalami high growth khususnya Bank Muamalat

indonesia, namun industri perbankan syariah masih harus mengatasi beberapa

tantangan, agar dapat mempertahankan pertumbuhan yang tinggi tersebut secara lebih

berkesinambnbungan. Setidaknya ada lima tantngan utama perbankan syariah selain

tantangan-tantangan lainnya yang juga perlu dihadapi secara arif.

1. Sumber daya manusia (SDM). Dengan semakin meningkatnya kapasitas

ekspansi BUS dan UUS di masa depan, maka semakin menuntut penambahan

SDM berkualitas dalam jumlah yang memadai. Selanjutnya, kegiatan

operasional perbankan syariah yang dekat kepada sector riil memberikan

konsekuensi kebutuhan bank syariah untuk lebih memiliki sumber daya yang

kuat dalam aspek-aspek yang berkaitan dengan sector riil seperti kemampuan

penilaian proyek dari berbagai aspek, misalnya industri manufaktur,

perdagangan, agribisnis dan sebagainya. Hal ini sangat penting agar resiko

kredit dapat diminimalisir sekecil mungkin, sehingga dapat mengecilkan tingkat

NPF (Non Performing Financing) perbankan syariah. Selain itu juga, harus

tetap diperhatikan keahlian perbankan syariah yang profesional seperti keahlian

legal aspect, risk management dan service exellence Skills ini menjadi sebuah

keniscayaan mutlak bagi praktisi perbankan syariah tanpa mengesampingkan

nilai-nilai moral yang cukup kental dalam bisnis syariah.

2. Masalah permodalan. Dengan kecenderungan semakin bertumbuhnya DPK

hingga saat ini, perbankan syari’ah dituntut untuk menambah permodalannya di

masa depan. Artinya perbankan syariah akan membutuhkan suntikan modal

yang cukup besar agar tetap dapat beroperasi sesuai dengan koridor kehati-

hatian dalam aspek permodalan. Pada saat ini tingkat rata-rata CAR (Capital

Adequacy Ratio), bank syariah cenderung menurun sejalan dengan

pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Hal tersebut menunjukkan bahwa

industri perbankan syariah berada hampir pada kapasitas maximum

ekspansinya. Dengan demikian, jika tidak dilakukan tindakan penguatan modal,

pada gilirannya nanti permasalahan permodalan ini akan menghambat laju

Page 30: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

pertumbuhan perbankan syari’ah.

3. Aspek regulasi. Pengembangan perbankan syariah tidak terlepas dari aspek

regulasi. Jika ketentuan perundang-undangan tidak kondusif bisa menghambat

pertumbuhan perbankan syariah, karena itu dukungan dari aspek hukum saat ini

sangat mendesak untuk dipenuhi, seperti amandemen UU Perpajakan, UU

Perbankan Syariah, dan UU SBSN (sukuk). Untuk itu Masyarakat Ekonomi

Syariah dan Ikatan Ahli Ekonomi islam Indonesia (IAEI) serta MUI harus

mengawal dan mendesak terus janji pemerintah untuk segera mengeluarkan

beberapa UU yang terkait.

4. Optimalisasi jaringan pelayanan yaitu kebijakan pembukaan office channeling

bank Muamalat yaitu dengan kerjasama antara Bank BNI syari’ah yang telah

membuka 600-an kantor pelayanan office channeling tersebut, luar biasa. Hal

yang sama juga dilakukan oleh bank UUS lainnya, seperti Bank Permata

Syariah dan sejumlah Bank Pembangunan Daerah (PT.Bank Sumut, Bank DKI,

Bank Sumsel, dll). Kebijakan office channeling pada dasarnya terfokus untuk

menjawab masalah cakupan pelayanan perbankan syariah yang terbatas. Namun

sangat di sayangkan pembukaan office channeling tersebut tidak diimbangi

dengan program edukasi dan sosialisasi, sehingga terjadi kesenjangan hebat

antara supply bank syariah dan demand dari sisi masyarakat. Artinya,

masyarakat dibiarkan kurang faham tentang perbankan syariah. Padahal jika

bank-bank syariah melakukan edukasi secara intensif, niscaya terjadi ledakan

hebat dalam pertumbuhan asset perbankan syariah. Kebijakan office channeling

juga harus sejalan dengan peningkatan kualitas SDM. Jangan sampai peluasan

cakupan pelayanan perbankan syariah melalui office channeling harus

mengorbankan aspek kualitas pelayanan, yang pada akhirnya akan

mempengaruhi reputasi industri perbankan syariah secara umum.

5. Inovasi produk, keberhasilan sistem perbankan syari’ah di masa depan akan

banyak tergantung kepada kemampuan bank-bank syari’ah menyajikan produk-

produk yang menarik, kompetitif, sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tetapi

tetap sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah, karena itu perbankan syariah harus

lebih kreatif dan inovatif dalam mendesig produk-produknya. Produk-produk

Page 31: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

bank syari’ah yang ada sekarang harus dikembangkan variasi dan

kombinasinya, sehingga menambah daya tarik bank syari’ah. Hal itu akan

meningkatkan dinamisme perbankan syari’ah. Untuk mengembangkan produk-

produk yang bervariasi dan menarik, bank syari’ah di Indonesia dapat

membangun hubungan kerjasama atau berafiliasi dengan lembaga-lembaga

keuangan internasional. Kerjasama itu akan bermanfaat dalam mengembangkan

produk- produk bank syari’ah Iklim persaingan yang sangat ketat dalam

memperebutkan sumber pendanaan dari masyarakat di tengah kondisi

penurunan suku bunga, menuntut penyesuaian strategis penetrasi bank-bank

syariah yang out of the box, keluar dari zona kenyamanannya saat ini.

Selain lima tantangan tersebut, sesungguhnya masih banyak tantangan lainnya,

seperti tingkat pemahaman msyarakat yang masih rendah tentang perbankan

syariah, dan metode pamasaran perbankan syariah yang kurang tepat.

Page 32: Bank Muamalat adalah Bank berbasis Syariah

DAFTAR PUSTAKA

Achsien. H Iggi. 2004. Investasi Syariah di Pasar Modal. Jakarta: Graha Pustaka Utama.

Antonio Safii Muhammad, M.Sc. 2000. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta,Bank

Indonesia.

Sudarsono Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia.

Wibowo Edy, S.H, M.H, Untung Hendy Widodo, S.H. 2005. Mengapa Memilih Bank

Syariah ?. Bogor: Ghalia Indonesia.

Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah. [Online documentation:

http://www.google.com]