Bank Konvensional Adalah Bank Riba

7
Bank Konvensional Adalah Bank Riba, Bagaimanakah Hukum Bekerja Di Bank,Bagaimanakah Cara Menyalurkan Bunga Bank Agar Kita Tidak Memakan Uang Riba Ada Apa Dengan Bank Konvensional? Perekonomian adalah salah satu bidang yang diperhatikan oleh syari’at Islam dan diatur dengan undang-undang yang penuh dengan kebaikan dan bersih dari kedhaliman. Oleh karenanya, Allah mengharamkan riba yang menyimpan berbagai dampak negatif bagi umat manusia dan merusak perekonomian bangsa. Sejarah dan fakta menjadi saksi nyata bahwa suatu perekonomian yang tidak dibangun di atas undang-undang Islam, maka kesudahannya adalah kesusahan dan kerugian. Bila anda ingin bukti sederhana, maka lihatlah kepada bank-bank konvensional yang ada di sekitar kita, bagaimana ia begitu megah bangunannya, tetapi keberkahan tiada terlihat darinya. Sungguh benar firman Allah: ُ قَ حْ مَ يُ ا اَ بِ رْ ل ا يِ بْ رُ يَ وِ اتَ قَ دَ ص ل اAllah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah. (QS. Al-Baqoroh: 276) Nah, di sinilah pentingnya bagi kita untuk mengetahui masalah Bank konvensional dan sejauh mana kesesuaiannya dengan hukum Islam karena pada zaman sekarang ini, Bank bagi kehidupan manusia hampir sulit dihindari. DEFENISI BANK DAN SEJARAHNYA Bank diambil dari bahasa Italia yang artinya meja. Konon penamaan itu disebabkan karena pekerjanya pada zaman dulu melakukan transaksi jual beli mata uang di tempat umum dengan duduk di atas meja. Kemudian modelnya terus berkembang sehingga berubah menjadi Bank yang sekarang banyak kita jumpai.

description

fgftyh

Transcript of Bank Konvensional Adalah Bank Riba

Bank Konvensional Adalah Bank Riba, Bagaimanakah Hukum Bekerja Di Bank,Bagaimanakah Cara Menyalurkan Bunga Bank Agar Kita Tidak Memakan Uang Riba

Bank Konvensional Adalah Bank Riba, Bagaimanakah Hukum Bekerja Di Bank,Bagaimanakah Cara Menyalurkan Bunga Bank Agar Kita Tidak Memakan UangRiba

Perekonomian adalah salah satu bidang yang diperhatikan oleh syariat Islam dan diatur dengan undang-undang yang penuh dengan kebaikan dan bersih dari kedhaliman. Oleh karenanya, Allah mengharamkan riba yang menyimpan berbagai dampak negatif bagi umat manusia dan merusak perekonomian bangsa.

Sejarah dan fakta menjadi saksi nyata bahwa suatu perekonomian yang tidak dibangun di atas undang-undang Islam, maka kesudahannya adalah kesusahan dan kerugian. Bila anda ingin bukti sederhana, maka lihatlah kepada bank-bank konvensional yang ada di sekitar kita, bagaimana ia begitu megah bangunannya, tetapi keberkahan tiada terlihat darinya. Sungguh benar firman Allah:

Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah.(QS. Al-Baqoroh: 276)

Nah, di sinilah pentingnya bagi kita untuk mengetahui masalah Bank konvensional dan sejauh mana kesesuaiannya dengan hukum Islam karena pada zaman sekarang ini, Bank bagi kehidupan manusia hampir sulit dihindari.

DEFENISI BANK DAN SEJARAHNYABank diambil dari bahasaItaliayang artinyameja. Konon penamaan itu disebabkan karena pekerjanya pada zaman dulu melakukan transaksi jual beli mata uang di tempat umum dengan duduk di atas meja. Kemudian modelnya terus berkembang sehingga berubah menjadi Bank yang sekarang banyak kita jumpai.

Bank didefenisikan sebagai suatu tempat untuk menyimpan harta manusia secara aman dan mengembalikan kepada pemiliknya ketika dibutuhkan. Pokok intinya adalah menerima tabungan dan memberikan pinjaman.

Bank yang pertama kali berdiri adalah diBunduqiyyah, salah satu kota di Negara Italia pada tahun 1157 M. Kemudian terus mengalami perkembangan hingga perkembangan yang pesat sekali adalah pada abad ke-16, di mana pada tahun 1587 berdirilah di Negara Italia sebuah bank bernamaBanco Della Pizza Dirialtodan berdiri juga pada tahun 1609 bankAmsterdamBelanda, kemudian berdiri bank-bank lainnya di Eropa. Sekitar tahun1898, Bank masuk ke Negara-negara Arab, di Mesir berdiri Bank Ahli Mishri dengan modal lima ratus ribu Junaih[1].

PEKERJAAN BANKSeorang tidak bisa menghukumi sesuatu kecuali setelah mengetahui gambarannya dan pokok permasalahannya. Dari sinilah, penting bagi kita untuk mengetahui hakekat Bank agar kita bisa menimbangnya dengan kaca mata syariat.

Pekerjaan Bank ada yang boleh dan ada yang haram, hal itu dapat kita gambarkan secara global sebagai berikut:

A. Pekerjaan Bank Yang Boleh1. Transfer uang dari satu tempat ke tempat lain dengan ongkos pengiriman.

2. Menerbitkan kartu ATM untuk memudahkan pemiliknya ketika bepergian tanpa harus memberatkan diri dengan membawa uang di tas atau dompet.

3. Menyewakan lemari besi bagi orang yang ingin menaruh uang di situ.

4. Mempermudah hubungan dengan Negara-negara lain, di mana Bank banyak membantu para pedagang dalam mewakili penerimaan kwitansi pengiriman barang dan menyerahkan uang pembayarannya kepada penjual barang.

Pekerjaan-pekerjaan di atas dengan adanya ongkos pembayaran hukumnya adalah boleh dalam pandangan syariat.

B. Pekerjaan Bank Yang Tidak Boleh1. Menerima tabungan dengan imbalan bunga, lalu uang tabungan tersebut akan digunakan oleh Bank untuk memberikan pinjaman kepada manusia dengan bunga yang berlipat-lipat dari bunga yang diberikan kepada penabung.

2. Memberikan pinjaman uang kepada para pedagang dan selainnya dalam tempo waktu tertentu dengan syarat peminjam harus membayar lebih dari hutangnya dengan peresentase.

3. Membuat surat kuasa bagi para pedagang untuk meminjam kepada Bank tatkala mereka membutuhkan dengan jumlah uang yang disepakati oleh kedua belah pihak. Tetapi bunga di sini tidak dihitung kecuali setelah menerima pinjaman.[2]

BUNGA BANK ADALAH RIBADengan gambaran di atas, maka nyatalah bagi kita bahwa kebanyakan pekerjaan Bank dibangun di atas riba yang hukumnya haram berdasarkan Al-Quran, hadits dan kesepakatan ulama Islam.

1. Dalil Al-Quran Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.(QS. Al-Baqoroh: 275)

Cukuplah bagi seorang muslim untuk membaca akhir surat Al-Baqoroh ayat 275-281, maka dia akan merinding akan dahsyatnya ancaman Allah kepada pelaku riba. Bacalah dan renungkanlah!!

2. Dalil hadits - - .Dari Jabir berkata:Rasulullah melaknat orang yang memakan riba, wakilnya, sekretarisnya dan saksinya.(HR. Muslim 4177)

3. Dalil Ijma Para ulama sepanjang zaman telah bersepakat tentang haramnya riba, barangsiapa membolehkannya maka dia kafir[3]. Bahkan, riba juga diharamkan dalam agama-agama sebelum Islam. Imam al-Mawardi berkata: Allah tidak pernah membolehkan zina dan riba dalam syariat manapun.[4]

Kalau ada yang berkata: Kami sepakat dengan anda bahwa riba hukumnya adalah haram, tetapi apakah bunga Bank termasuk riba?! Kami jawab: Wahai saudaraku, janganlah engkau tertipu dengan perubahan nama. Demi Allah, kalau bunga Bank itu tidak dinamakan dengan riba, maka tidak ada riba di dunia ini,karena riba adalah semua tambahan yang disyaratkan atas pokok harta, inilah keadaan bunga bank konvensional itu.

Kami tidak ingin memperpanjang permasalahan ini. Cukuplah sebagai renungan bagi kita bahwa telah digelar berbagai seminar dan diskusi tentang masalah ini, semunya menegaskan kebulatan bahwa bunga Bank konvensional adalah riba yang diharamkan Allah[5]. Bahkan dalam muktamar pertama tentang perekonomian Islam yang digelar di Mekkah dan dihadiri oleh tiga ratus peserta yang terdiri dari ulama syariat dan pakar ekonomi internasional, tidak ada satupun di antara mereka yang menyelisihi tentang haramnya bunga Bank.

Sebagai faedah, kami akan menyebutkan beberapa fatwa dan muktamar besar yang menyimpulkan haramnya bunga Bank: Keputusan muktamar keduaMajma Buhuts Islamiyyahdi Kairo pada bulan Muharram tahun 1385 H/Bulan Mei tahun 1965 M dan dihadiri oleh para peserta dari tiga puluh Negara.

Keputusan muktamar keduaMajma Fiqih Islami di Jeddah pada 10-16 Rabi Tsani 1406 H/22-28 Desember 1985 M.

KeputusanMajma Robithoh Alam Islamiyang diselenggarakan di Mekkah hari sabtu 12 Rojab 1406 H sampai sabtu 19 Rojab 1406 H.

Keputusan muktamar kedua tentang ekonomi Islami di Kuwait pada tahun 1403 H/1983 M.

KeputusanMajma Fiqih Islamdi India pada bulan Jumadi Ula 1410 H.[6]

Setelah menukil ijma ulama tentang masalah haramnya bunga bank,DR. Ali bin Ahmad As-Salusmengatakan:

Dengan demikian, maka masalah bunga bank menjadi masalah haram yang jelas dan bukan lagi perkara yang samar, sehingga tidak ada ruang lagi untukperselisihan dan fatwa-fatwa pribadi.[7]

Setelah konsensus ini, maka janganlah kita tertipu dengan berbagai syubhat (kerancuan) sebagian kalangan[8]yang berusaha untuk membolehkan riba Bank, apalagi para ulama telah bangkit untuk membedah syubhat-syubhat tersebut.[9]

BEKERJA DI BANKBila kita ketahui bahwa Bank adalah tempat riba yang diharamkan dalam Islam, maka bekerja di Bank hukumnya adalah haram, karena hal itu berarti membantu mereka dalam keharaman dan dosa, atau minimalnya adalah berarti dia ridho dengan kemunkaran yang dia lihat. Allah berfirman:

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.(QS. Al-Maidah: 2)

Ayat ini merupakan kaidah umum tentang larangan tolong menolong di atas dosa dan kemaksiatan. Oleh karenanya, para ahli fiqih berdalil dengan ayat di atas tentang haramnya jual beli senjata pada saat fitnah, jual beli lilin untuk hari raya Nashoro dan sebagainya, karena semua itu termasuk tolong menolong di atas kebathilan.

Lebih jelas lagi, perhatikan bersamaku hadits berikut:

- - .Dari Jabir berkata: Rasulullah melaknat orang yang memakan riba, wakilnya, sekretarisnya dan saksinya. (HR. Muslim 4177)

Imam Nawawiberkata: Hadits ini jelas menunjukkan haramnya menjadi sekretaris untuk riba dan saksinya. Hadits ini juga menunjukkan haramnya membantu kebathilan.[10]

Para ulama kita sekarang telah menegaskan tentang tidak bolehnya menjadi pegawai Bank, sekalipun hanya sebagai satpam. Kewajiban baginya adalah menghindari dari laknat Allah dan mencari pekerjaan lain yang halal, sesungguhnya Allah Maha luas rizkiNya.[11]

BOLEHKAH MENYIMPAN UANG DI BANK?Pada asalnyamenyimpan uang di Bank hukumnya tidak bolehkarena hal itu termasukmembantu kelancaran perekonomian ribayang jelas hukumnyaharam, sebab uang tersebut akan digunakan oleh Bank untuk memberikan pinjaman kepada orang lain dengan riba. Oleh karena itu, maka pada asalnya setiap muslim harus putus hubungan dan thalak tiga dengan Bank. Hanya saja, pada zaman sekarang terkadang seorang tidak bisa menghindari diri dari Bank, sehingga para ulama membolehkannya apabila dalam keadaan dharurat sekali dan tidak ada cara lain untuk menyimpan hartanya.

Dari sini, dapat kita katakan bahwaorang yang menyimpan uang di Bank tidak keluar dari dua keadaan:

Pertama: Orang yang ingin membungakan dan mengembangkan hartanya dengan jalan riba. Tidak ragu lagi bahwa orang ini telah terjatuh dalam keharaman dan terancam dengan peperangan Allah dan rasulNya. Lantas, siapakah yang menang jika berhadapan dengan Allah dan rasulNya?!

Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.(QS. Al-Baqoroh: 279)

Kedua: Orang yang ingin menyimpan hartanya agar aman. Hal ini terbagi menjadi beberapa keadaan:

1. Apabila ada tempat lain atau bank Islam yang bersih dari riba untuk penyimpanan secara aman, maka tidak boleh dia menyimpan di bank konvensional karena tidak ada kebutuhan mendesak dan ada pengganti lainnya yang boleh.

2. Apabila tidak ada bank Islami yang bersih dari riba atau tempat aman lainnya padahal dia sangat khawatir bila harta tersebut akan dicuri atau lainnya, maka hukumnya adalah boleh karena dharurat. Hal ini berbeda-beda sesuai keadaan manusia. Artinya, tidak semua orang terdesak untuk menyimpan uangnya di Bank. Maka hendaknya seorang bertaqwa dan takut kepada Allah, janganlah dia meremehkan dengan alasan dharurat padahal tidak ada dharurat sama sekali sebagaimana banyak dilakukan oleh kebanyakan kaum muslimin.[12]

MEMANFAATKAN BUNGA BANKKalau kita katakan bahwa boleh menabung di Bank dalam kondisi dharurat, maka tentu saja akan muncul pertanyaan: Apa yang kita perbuat dengan bunga (baca: riba) yang diberikan Bank kepada tabungan kita?!

Kami katakan: Ada beberapa kemungkinan apa yang kita lakukan terhadapnya:

1. Mengambilnya dan memanfaatkannya seperti uang pokok.

2. Membiarkannya untuk Bank agar dimanfaatkan sesuka Bank.

3. Mengambilnya lalu merusaknya.

4. Mengambilnya lalu memberikannya kepada fakir miskin atau untuk keperluan umum bagi kemaslahatan kaum muslimin

5. Mengambilnya dan memberikannya kepada orang yang dizhalimi oleh Bank dengan riba.

Pendapat yang paling mendekati kebenaran -menurut kami- adalahpendapat keempatyaitu mengambilnya dan memberikannya kepada fakir miskin atau keperluan umum bukan dengan niat sedekah tetapi untuk membebaskan diri dari uang yang haram. Inilah pendapat yang dipilih oleh para ulama sepertiLajnah Daimah[13],al-Albani[14],Musthofa az-Zarqodan lain sebagainya[15].

SOLUSI DAN SERUAN Setelah keterangan singkat di atas maka sudah semestinya bagi kaum muslimin, khususnya kepada para pemimpin[16]untuk mengingkari bersama praktek riba yang berkembang di Bank dan berusaha untuk mendirikan Bank-Bank Islam yang bersih dari riba dan sesuai dengan undang-undang syariat Islam yang mulia, atau memperbaiki bank-bank Islam yang sudah ada karena masih disinyalir oleh banyak kalangan belum bersih dari praktek riba dan belum memadai pelayanannya di semua penjuru kota.

Sungguh keji keji ucapan seorang bahwa tidak ada Bank kecuali dengan bunga dan tidak ada kekuatan ekonomi Islam kecuali dengan Bank[17]. Ini adalah kedustaan nyata, sebab sepanjang sejarah Islam berabad-abad lamanya, perekonomian mereka stabil tanpa Bank Riba.

Sekali lagi, kami menghimbau kepada para ulama, para pemimpin, para ahli ekonomi, para pedagang besar untuk berkumpul dan mendiskusikan masalah ini dengan harapan agar Bank-Bank Islam yang bersih dari kotoran riba akan banyak bermunculan di Negeri kita tercinta sehingga kita tidak lagi membutuhkan kepada bank-bank riba. Dan kewajiban bagi setiap muslim untuk bahu-membahu mendukung ide tersebut agar mereka selamat dari jeratan riba yang menyebabkan murka Allah.

disusun oleh:

Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As SidawiDAFTAR REFERENSI1.Al-Muamalat Al-Maliyah Al-Muashiroh fil Fiqih Al-Islamikarya DR. Muhammad Utsman Syubair, cet Dar Nafais, Yordania, cet keenam tahun 1427 H.

2.Al-Muamalat Al-Maliyah Al-Muashirohkarya Saaduddin Muhammad Al-Kibbi, cet Maktab Islami, Bairut, cet pertama 1423 H.

3.Ar-Riba fil Muamalat Al-Mashrofiyyah Al-Muashirohkarya DR. Abdullah bin Muhammad As-Saidi, cet Dar Thoibah, KSA, cet kedua 1421.

4.Qodhoya Fiqhiyyah Muashirohkarya Muhammad Burhanuddin, cet Darul Qolam, Bairut, cet pertama 1408 H.

5.Fawaidul Bunuk Hiya Riba Al-Harromkarya DR. Yusuf al-Qorodhawi, cet Muassasah Ar-Risalah, Bairut, cet kedua tahun 1423 H.

6. Dan lain-lain.

[1]Al-Mashorif wa Buyutu Tamwil Islamiyyahkarya Ghorib al-Jamaal hlm. 23,Al-Muamalat Al-Maliyah Al-Muashirohkarya DR. Muhammad Utsman Syubair hlm. 252-253,Ar-Riba wal Muamalat Al-Mashrofiyyahkarya Umar Al-Mutrik hlm. 309.

[2]Al-Bunuk Al-Islamiyyah Baina Nadhoriyyah wa Tathbiqhlm. 37-39 karya DR. Abdullah bin Ahmad ath-Thoyyar,Al-Muamalat Al-Maaliyah Al-Muashirohhlm. 253-254 karya Saaduddin Muhammad Al-Kibbi,Al-Jami fi Fiqhi Nawazil1/92 karya Shalih bin Abdillah al-Humaid.

[3]LihatAl-IfshohIbnu Hubairah 1/326,Syarh Musliman-Nawawi 4/93-94,Az-ZawajirAl-Haitsami 1/222,Al-Muqoddimat wal MumahhidatIbnu Rusyd 2/503.

[4]Al-Hawii Al-Kabir5/74.

[5]Lihat kitab Syaikh DR. Yusuf Al-Qorodhowi yang berjudulFawaidul Bunuk Hiya Riba Al-Harom(Bunga Bank Adalah Riba Yang Haram), cet kedua 1421 H, Muassasah Ar-Risalah, Bairut.

[6]Lihat teks-teks keputusan tersebut dalamFawaid Bunuk Hiya Riba Muharromhlm. 106-122 karya Yusuf Al-Qorodhowi

danFiqih Nawaziloleh al-Jizani 3/136-145.

[7]Al-Muamalat Al-Maliyah Al-Muashiroh fi Dhoui Syariah Islamiyahhlm. 36, dinukil juga oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin dalam risalahAr-Ribahlm.31-32.

[8]Lihat kitabAl-Ashroniyyunhlm. 259-261 oleh Muhammad Hamid an-Nashir danManhaj Tasir Al-Muashirhlm. 152-161 oleh Abdullah bin Ibrahim ath-Thowil.

[9]Lihat bantahan syubhat-syubhat masalah ini dalamAr-Riba fil Muamalat Al-Mashrofiyyah Al-Muashirohkarya DR. Abdullah bin Muhammad as-Saidi danTaudhiful Amwal Bainal Masyru wal Mamnuoleh DR. Abdullah bin Muhammad ath-Thoyyar hlm. 64-75.

[10]Syarh Shohih Muslim11/26.

[11]LihatFatawa Ulama Baladil Haramhlm. 1187-1193 kumpulan DR. Khalid al-Juraisi,Fatawa Al-Ahum wal Bunukhlm. 53 kumpulan Abdurrahman asy-Syitri,Fatawa Lajnah Daimah13/344 kumpulan Ahmad ad-Duwaisy.

[12]LihatAr-Riba fil Muamalat Al-Mashrofiyyah Al-Muashiroh2/923-959 oleh DR. Abdullah bin Muhammad as-Saidi,Al-Muamalat Al-Maliyah Al-Muashirohhlm. 267 oleh Saaduddin Muhammad al-Kibbi,Qodhoya Fiqhiyyah Muashirohhlm. 16-18 oleh Muhammad Burhanuddin,Muamalat Bunuk Al-Haditsahhlm. 49 oleh DR. Ali As-Salus,Fatawa Lajnah Daimah13/346-351.

[13]Lajnah Daimah adalah lembaga fatwa di Saudi Arabia, diketuai oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz, anggota: Abdullah al-Ghudayyan, Shalih al-Fauzan, Abdul Aziz Alu Syaikh, Bakr Abu Zaid. (LihatFatawa Lajnah Daimah13/354).

[14]Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani pernah menulis surat kepada Syaikh Abdul Aziz bin Baz berisi pembahasan tentang uang riba yang disimpan di bank-bank. Beliau berkesimpulan bahwa uang-uang tersebut boleh untuk digunakan dalam kebaikan-kebaikan selain makan, minum dan pakaian. Dan digunakan dalam hal-hal yang akan habis seperti bensin, kayu baker, memperbaiki WC dan jalan umum serta mencetak kitabSyaikh Ibnu Baz akhirnya menulis jawaban yang berisi bahwa beliau setuju dengan pendapatnya.(Al-Imam Al-Albani Durusun wa Ibarhlm. 258 karya Syaikh DR. Abdul Aziz bin Muhammad as-Sadhan).

[15]LihatQodhoya Fiqhiyyah Muashirohhlm. 26-27 oleh Muhammad Burhanuddin,Al-Muamalat Al-Maliyah Al-Muashirohhlm. 276-286 karya Saaduddin Muhammad al-Kibbi).

[16]Alangkah bagusnya ucapan Imam Al-Mawardi: Adapun muamalat yang munkar seperti zina dan transaksi jual beli haram yang dilarang syariat sekalipun kedua belah pihak saling setuju, apabila hal itu telah disepakati keharamannya, maka kewajiban bagi pemimpin untuk mengingkari dan melarangnya serta menghardiknya dengan hukuman yang sesuai dengan keadaan dan pelanggaran. (Al-Ahkam As-Sulthoniyyahhlm. 406).

[17]Ini adalah ucapan penasehat ekonomi, Ibrahim bin Abdillah an-Nashir dalam kitabnyaMauqif Syariah Islamiyyah Minal Mashorifhlm. 1. Kitab ini telah diingkari secara keras oleh Majma Fiqih Islam dalam Muktamar di Mekkah hari Sabtu Shofar 1408 H, dan dibantah oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz dalam MajalahRobithohbulan Syawal 1407 H dan Syaikh Muhammad Rosyid al-Ghufaili dalam kitabNutaful Maarif fir Roddi ala Man Ajaza Riba Al-Mashorif, cet Darul Wathon.

sumber :http://pengusahamuslim.com/ada-apa-dengan-bank-konvensional