BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama...

103
Triwulan II - 2012 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Transcript of BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama...

Page 1: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Triwulan II - 2012

Laporan Pelaksanaan Tugasdan Wewenang

BANK INDONESIA

Page 2: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

ii Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan

pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2009. Penyampaian laporan tersebut pada hakikatnya merupakan

salah satu wujud dari akuntabilitas dan transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang

Bank Indonesia. Laporan triwulan ini merupakan laporan triwulan kedua di tahun 2012

yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode

April sampai dengan Juni 2012.

Page 3: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 iii

Memenuhi amanat pasal 58 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2009, Bank Indonesia telah menyusun laporan tentang pelaksanaan tugas dan wewenang periode triwulan II-2012. Laporan ini disusun sebagai bentuk akuntabilitas kepada publik dan menguraikan berbagai kondisi dan risiko yang dihadapi, respons kebijakan yang ditempuh, dan proses serta sumber daya yang digunakan untuk melaksanakan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama triwulan II-2012. Selanjutnya, laporan ini menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia guna melakukan penilaian terhadap kinerja Dewan Gubernur dan Bank Indonesia secara keseluruhan.

Patut disyukuri, ditengah melemahnya perekonomian global perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh tinggi sebesar 6,4% (yoy). Berbagai indikator makroekonomi, moneter, perbankan dan sistem pembayaran menunjukkan kondisi yang positif dan terjaga selama triwulan II-2012. Secara umum inflasi masih terkendali pada level rendah, dan stabilitas perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang kian membaik dalam mendukung pembiayaan ekonomi. Meskipun demikian, Bank Indonesia akan terus mewaspadai melemahnya perekonomian global yang berdampak pada melambatnya ekspor, dan siap menyesuaikan kebijakan moneternya apabila diperlukan guna tetap menjamin tercapainya inflasi dalam kisaran sebesar 4,5%+1%.

Untuk mencapai kinerja yang positif, berbagai kebijakan telah ditempuh oleh Bank Indonesia. Dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, Bank Indonesia senantiasa berkoordinasi secara intensif dengan pemerintah dan seluruh stakeholders terkait. Dengan memperhatikan berbagai risiko yang ada, Bank Indonesia menyadari bahwa respons kebijakan kedepan menjadi semakin kompleks. Untuk itu, Bank Indonesia akan senantiasa mencermati berbagai tantangan dan menyikapinya secara terukur dengan mengutamakan efisiensi dan tata kelola yang baik.

Jakarta, 1 Agustus 2012GUBERNUR BANK INDONESIA

Darmin Nasution

KATA PENGANTAR

Page 4: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

iv Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 v

Kata Pengantar ........................................................................................................................... iii

Daftar Isi ........................................................................................................................................ v

Daftar Tabel ..................................................................................................................................vii

Daftar Grafik ................................................................................................................................ viii

Bab 1 Ringkasan Eksekutif ....................................................................................................... 1

Kinerja Perekonomian .........................................................................................................2

Kebijakan yang Ditempuh ...................................................................................................3

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ....................................................................................................................7

1. Inflasi ............................................................................................................................8

2. Pertumbuhan Ekonomi.... ...........................................................................................10

3. Neraca Pembayaran ....................................................................................................12

4. Nilai Tukar Rupiah .......................................................................................................13

5. Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB) ............................................................16

6. Perkembangan Suku Bunga Perbankan .......................................................................18

7. Perkembangan Bank Umum ........................................................................................19

8. Perkembangan Perbankan Syariah ..............................................................................22

9. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) .............................................................24

10. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ..............................25

11. Perkembangan Sistem Pembayaran .............................................................................25

12. Perkembangan Pengedaran Uang ...............................................................................27

Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia .......................................31

1. Stabilitas Moneter .......................................................................................................32

1.1. Kebijakan Moneter .............................................................................................32

1.2. Pengelolaan Operasi Moneter dan Nilai Tukar .....................................................35

1.3. Koordinasi dengan Pemerintah dalam Pengendalian Inflasi .................................39

1.4. Pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN) .................................................................40

1.5. Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung

Perumusan Kebijakan ........................................................................................41

2. Stabilitas Sistem Perbankan .........................................................................................42

2.1. Kebijakan dan Pengawasan Bank Umum ............................................................42

DAFTARISI

Page 6: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

vi Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

2.1.1. Pengaturan Bank Umum ..........................................................................42

2.1.2. Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) ..................................44

2.1.3. Kesiapan Bank Indonesia Terkait Implementasi Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) ................................................................................47

2.1.4. Pengawasan Bank Umum ........................................................................47

2.2. Kebijakan dan Pengawasan Perbankan Syariah ...................................................48

2.3. Kebijakan dan Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) .................................50

2.4. Penguatan Sektor Riil dan Penyaluran Kredit UMKM ...........................................51

2.5. Financial Inclusion dan Perlindungan Nasabah ....................................................52

2.6. Perizinan dan Informasi Perbankan .....................................................................53

2.7. Investigasi dan Mediasi Perbankan ......................................................................55

3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang ..................................................................57

3.1. Kebijakan Sistem Pembayaran ............................................................................57

3.2. Kebijakan Pengedaran Uang ...............................................................................59

4. Kerjasama Internasional ..............................................................................................61

a. Kerjasama ASEAN dengan Mitra Dialog (ASEAN+3) ............................................61

b. Kerjasama Bank Sentral ......................................................................................62

c. Kerjasama Bank Sentral di Bank for International Settlement (BIS) .......................63

d. Kerjasama International Monetary Fund (IMF) .....................................................64

e. Kerjasama Negara-Negara G-20 .........................................................................66

5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan .............................................................................68

Bab 4 Manajemen Intern Bank Indonesia ...............................................................................71

1. Akuntabilitas dan Transparansi ....................................................................................72

2. Audit Intern ................................................................................................................73

3. Keuangan Intern .........................................................................................................74

4. Sistem Informasi .........................................................................................................75

5. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) ..............................................................76

6. Aspek Hukum .............................................................................................................78

7. Program Sosial Bank Indonesia ....................................................................................79

Lampiran Produk Hukum Bank Indonesia Selama Triwulan II-2012 .....................................81

1. Peraturan Bank Indonesia ............................................................................................82

2. Peraturan Dewan Gubernur .......................................................................................82

3. Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia ...........................................................................83

4. Surat Edaran Intern Bank Indonesia .............................................................................84

Daftar Istilah ..............................................................................................................................85

Daftar Singkatan .......................................................................................................................89

Page 7: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 vii

2.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan ..............................................................................10

2.2. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran ..............................................................................11

2.3. Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan ...................................................19

2.4. Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan ..................................................................21

2.5. Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Syariah ......................................................22

2.6. Indikator Utama Kinerja BPR .............................................................................................24

2.7. Nilai Transaksi Pembayaran ................................................................................................26

2.8. Volume Transaksi Pembayaran...........................................................................................26

2.9. Perkembangan UYD di Bank dan Masyarakat Periode 2011-2012 ......................................28

2.10. UYD Per Pecahan ..............................................................................................................28

2.11. Pemusnahan Uang Rupiah Tidak Layak Edar ......................................................................29

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter,

Perbankan dan Sistem Pembayaran

Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Bab 4 Manajemen Intern Bank Indonesia

3.1. Realisasi Penarikan ULN Pemerintah ...................................................................................40

3.2. Realisasi Pembayaran ULN Pemerintah ...............................................................................40

3.3. Kegiatan Perizinan Bank Umum Tahun 2011-2012 ............................................................53

3.4. Perkembangan Jumlah Debitur dan Fasilitas SID Triwulan II-2012 .......................................54

3.5. Statistik Investigasi Dugaan Tindak Pidana Perbankan ........................................................55

3.6. Statistik Jenis Informasi yang Diterima dan Tindak Lanjut ...................................................56

3.7. Sengketa yang Memenuhi Persyaratan Untuk Ditindaklanjuti

Berdasarkan Kelompok Produk ..........................................................................................57

DAFTARTABEL

4.1. Penilaian Stakeholders Terhadap Kinerja Bank Indonesia berdasarkan FGD dan Survei .......72

Page 8: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

viii Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

2.1. Perkembangan Inflasi ..........................................................................................................8

2.2. Kapasitas Utilisasi ................................................................................................................8

2.3. Ekspektasi Pedagang Eceran ................................................................................................9

2.4. Pola Bulanan Inflasi Volatile Food ......................................................................................10

2.5 Neraca Perdagangan .........................................................................................................12

2.6. Aliran Modal ke Pasar Keuangan .......................................................................................13

2.7. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah .....................................................................................14

2.8. Premi Swap Rupiah ...........................................................................................................14

2.9. Perkembangan CDS Obligasi Pemerintah Tenor 5 Tahun di Negara Kawasan .....................15

2.10. Kinerja Mata Uang Regional Triwulan II-2012 ....................................................................15

2.11. Volatilitas Mata Uang Regional Asia Triwulan II-2012.........................................................15

2.12. Suku Bunga PUAB O/N dan BI Rate ....................................................................................17

2.13. Suku Bunga PUAB O/N dan JIBOR ......................................................................................17

2.14. Volume PUAB ....................................................................................................................17

2.15. Jumlah Bank Pelaku PUAB .................................................................................................17

2.16. Komposisi Tenor PUAB ......................................................................................................18

2.17. Perkembangan BI Rate, Suku Bunga Kredit dan Deposito Rupiah .......................................19

2.18. Perkembangan Rata-rata Suku Bunga Kredit Per Jenis Penggunaan ...................................19

2.19. Perkembangan Uang Yang Diedarkan ...............................................................................27

Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter,

Perbankan dan Sistem Pembayaran

DAFTARGRAFIK

Page 9: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 ix

Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

3.1. Suku Bunga Operasi Moneter ............................................................................................35

3.2. Posisi Instrumen Operasi Moneter ......................................................................................36

3.3. Pangsa Instrumen Operasi Moneter ...................................................................................36

3.4. Hasil Lelang Term Deposit Valas Triwulan II-2012...............................................................37

3.5. Rata-Rata Tertimbang Hasil Lelang Term Deposit Valas Triwulan II-2012 ............................37

3.6. Permintaan Informasi Debitur Individual (IDI)......................................................................54

3.7. Progress Penanganan Kasus Tipibank di Penegak Hukum...................................................56

3.8. Sebaran Jenis Tipibank ......................................................................................................56

Page 10: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

x Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 11: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

BAB 1

Ringkasan Eksekutif

Kondisi perekonomian Indonesia selama triwulan II-2012 kondusif dengan inflasi

yang terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi. Meskipun mengalami

tekanan, nilai tukar rupiah pada triwulan laporan terjaga stabil dengan volatilitas yang

rendah. Pengaruh ketidakpastian ekonomi global masih menjadi sumber tekanan

tersebut. Ketahanan sistem perbankan terjaga dengan baik ditopang fungsi intermediasi

yang tetap berjalan optimal. Demikian pula penyelenggaraan jasa sistem pembayaran dan

pengedaran uang. Berbagai capaian tersebut tidak terlepas dari upaya yang dilakukan

oleh Bank Indonesia, yang diraih dengan koordinasi yang intensif bersama dengan

pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.

Page 12: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 1 • Ringkasan Eksekutif

2 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Kinerja Perekonomian

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) selama triwulan II-2012 tetap terkendali. Inflasi IHK pada triwulan tersebut tercatat sebesar 0,90% (qtq) atau 4,53% (yoy). Terkendalinya inflasi IHK tidak terlepas dari penurunan inflasi inti dan administered price. Inflasi inti yang rendah seiring dengan penurunan harga komoditas global dan ekspektasi yang membaik. Sementara pelemahan nilai tukar yang terjadi pada triwulan II-2012, tidak berdampak signifikan terhadap inflasi inti. Inflasi administered price juga tercatat rendah seiring dengan tidak adanya kebijakan pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang bersifat strategis. Komponen inflasi IHK yang mengalami tekanan pada triwulan laporan adalah inflasi kelompok volatile food. Tekanan inflasi dari kelompok volatile food disebabkan kenaikan harga bahan pangan akibat terganggunya pasokan sejalan dengan mulai berakhirnya masa panen dan faktor cuaca. Dengan perkembangan inflasi IHK yang terkendali tersebut, Bank Indonesia memperkirakan inflasi tahun 2012 masih dalam kisaran sasaran sebesar 4,5%+1%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2012 tercatat tumbuh tinggi. Ditopang oleh inflasi yang terkendali, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 6,4% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Sumber utama pertumbuhan berasal dari permintaan domestik yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi yang meningkat. Sementara itu, pertumbuhan ekspor melambat cukup tajam akibat tekanan perlambatan perekonomian global yang berdampak pada menurunnya daya serap negara mitra dagang utama dan rendahnya harga komoditas. Di sisi lain, laju impor semakin kuat seiring dengan meningkatnya aktivitas investasi, terutama investasi mesin dan perlengkapan serta alat angkut. Ke depan, prospek ekonomi Indonesia untuk keseluruhan tahun 2012 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,1% s.d 6,5%.

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2012 diprakirakan mengalami tekanan. Sumber tekanan berasal dari defisit neraca transaksi berjalan akibat kinerja ekspor yang melemah sebagai dampak dari menurunnya permintaan global dan turunnya harga komiditi global. Sementara itu, impor masih kuat didorong masih tingginya permintaan domestik. Di sisi lain, transaksi modal dan finansial diperkirakan masih mencatat surplus, sehingga dapat mengurangi tekanan NPI pada triwulan laporan. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan Juni 2012 mencapai USD 106,5 miliar atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Prospek NPI secara keseluruhan tahun 2012 diperkirakan masih mencatat surplus.

Nilai tukar rupiah pada triwulan II-2012 juga mengalami tekanan sejalan dengan tekanan pada NPI. Tekanan pada nilai tukar tersebut selain akibat menurunnya kinerja neraca perdagangan, juga dominan dipengaruhi oleh faktor global. Beberapa faktor global tersebut terkait dengan kekhawatiran terhadap penyelesaian krisis utang di zona Eropa dan sentimen negatif terhadap rilis kondisi perekonomian di negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan China. Nilai tukar rupiah secara point-to-point melemah sebesar 2,69% ke level Rp 9.385/USD atau secara rata-rata melemah 2,31% (qtq) dibandingkan triwulan I-2012. Kendati melemah, volatilitas nilai tukar rupiah relatif terjaga pada level dan cukup rendah dibandingkan dengan negara-negara di kawasan. Kondisi ini tidak terlepas dari langkah stabilisasi nilai tukar rupiah yang ditempuh Bank Indonesia.

Page 13: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 1 • Ringkasan Eksekutif

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 3

Sejalan dengan kinerja makroekonomi yang tetap terjaga, stabilitas sistem keuangan juga tetap terkendali. Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (Financial Stability Index/FSI) pada akhir triwulan II-2012 tercatat sedikit meningkat dan berada pada level 1,70. Stabilitas sistem keuangan tersebut didukung oleh kinerja sektor perbankan yang tetap terjaga. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR), tercatat tinggi mencapai 17,87%, jauh di atas CAR minimum 8%. Permodalan bank yang tinggi tersebut berhasil dicapai melalui peningkatan profitabilitas bank. Sementara itu, intermediasi perbankan terus membaik tercermin dari pertumbuhan kredit triwulan II-2012 mencapai 26,29% (yoy). Penyaluran kredit perbankan pada sektor-sektor produktif tercatat tumbuh tinggi. Realisasi kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga mengalami peningkatan. Pada triwulan II-2012, kredit UMKM tumbuh 19,6% (yoy) dan telah mencapai 17,9% dari total Rencana Bisnis Bank tahun 2012.

Kinerja perekonomian Indonesia yang kondusif didukung oleh keandalan sistem pembayaran dan terpenuhinya kebutuhan uang kartal masyarakat. Sistem pembayaran yang merupakan bagian dari sistem keuangan berjalan aman dan lancar selama triwulan II-2012. Ketersediaan layanan Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) serta Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia pada triwulan laporan mencapai 99,82%. Di sisi pengedaran uang, kebutuhan uang kartal masyarakat yang masih cukup tinggi diikuti dengan adanya peningkatan Uang Yang Diedarkan (UYD) selama triwulan II-2012.

Kebijakan Yang Ditempuh

Kondisi perekonomian selama triwulan II-2012 tidak terlepas dari dukungan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia serta koordinasi intensif dengan pemerintah. Berbagai langkah kebijakan yang disertai dengan koordinasi yang erat dengan instansi terkait, diharapkan dapat membawa perekonomian Indonesia ke level yang lebih tinggi dengan tetap menjaga pencapaian inflasi pada kisaran sasaran yang ditetapkan.

Di bidang moneter, kebijakan Bank Indonesia selama triwulan laporan secara umum diarahkan untuk memitigasi berbagai risiko jangka pendek yang dapat muncul dari ketidakpastian ekonomi global. Kebijakan moneter tersebut ditempuh dengan tetap mempertahankan BI Rate pada level 5,75% selama triwulan II-2012. Level suku bunga acuan tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali serta sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013 yaitu 4,5% + 1%. Namun demikian, Bank Indonesia tetap mewaspadai melemahnya perekonomian global yang berdampak pada melambatnya ekspor di tengah masih tingginya impor sejalan dengan kuatnya permintaan domestik.

Sejalan dengan arah kebijakan tersebut, Bank Indonesia juga terus memperkuat pengelolaan nilai tukar sesuai fundamentalnya dan didukung oleh langkah-langkah lanjutan dalam operasi moneter agar penyesuaian keseimbangan eksternal berjalan secara teratur. Guna memperkuat kebijakan dimaksud, pada triwulan II-2012 Bank Indonesia menerbitkan instrumen operasi moneter dalam bentuk Term Deposit (TD) berdominasi valuta asing.

Page 14: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 1 • Ringkasan Eksekutif

4 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Dari sisi operasional, strategi pengelolaan operasi moneter Bank Indonesia selama triwulan II-2012 tetap diarahkan untuk menyerap kelebihan likuiditas dengan mengoptimalkan penggunaan instrumen operasi moneter jangka panjang. Strategi tersebut melanjutkan perpanjangan tenor yang telah dimulai sejak tahun 2010. Dengan strategi dimaksud, pengelolaan operasi moneter dilakukan dengan mengoptimalkan penyerapan melalui TD rupiah jangka panjang (tenor 6 dan 9 bulan), Reverse Repo Surat Berharga Negara (RR-SBN) tenor 3 bulan dan 6 bulan dan hanya menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan tenor 9 bulan.

Pada periode laporan, Bank Indonesia tetap melakukan beberapa kerjasama baik dengan pemerintah maupun kerjasama internasional. Kerjasama dengan pemerintah untuk pengendalian inflasi dilakukan melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Kerjasama tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa pencapaian inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh sisi permintaan, melainkan juga dari sisi pasokan. Kerjasama dengan pemerintah juga dilakukan untuk menjaga stabilitas pasar keuangan domestik. Di samping itu, Bank Indonesia juga aktif melakukan kerjasama dengan bank sentral dan lembaga keuangan lainnya, baik di tataran regional maupun internasional.

Di bidang perbankan, guna menjaga ketahanan sistem perbankan dan berfungsinya intermediasi yang didukung dengan pengelolaan bank berdasarkan prinsip kehati-hatian, Bank Indonesia melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan bank. Terkait pengaturan, pada triwulan II-2012 Bank Indonesia menerbitkan beberapa ketentuan perbankan baik yang ditujukan untuk perbankan konvensional maupun syariah. Bank Indonesia juga melakukan pengawasan berbasis risiko disamping pengawasan berbasis kepatuhan. Bank Indonesia melakukan uji kelayakan dan kepatutan pengurus bank guna memastikan terkelolanya perbankan dengan baik. Selain itu sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Keuangan juga terus mempersiapkan pengalihan fungsi pengawasan bank. Sejalan dengan upaya tersebut, di internal Bank Indonesia juga dilakukan penyesuaian terhadap kerangka kebijakan dan organisasi Bank Indonesia pasca-OJK.

Di bidang sistem pembayaran, kebijakan Bank Indonesia tetap diarahkan untuk menjaga keamanan, kelancaran, serta meningkatkan efisiensi sistem pembayaran, dengan tetap memperhatikan perlindungan terhadap pengguna jasa sistem pembayaran. Sejalan dengan arah kebijakan tersebut, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan penerapan chip pada kartu ATM/Debet yang terstandardisir, setelah sebelumnya dilakukan penerapan chip pada kartu kredit. Selain itu, seiring dengan meningkatnya transaksi sistem pembayaran yang diproses melalui Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II, Bank Indonesia terus melakukan pengembangan kedua sistem tersebut guna meningkatkan kapasitas layanan keduanya.

Di bidang pengedaran uang, arah kebijakan Bank Indonesia secara umum terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan uang di masyarakat, melakukan tindak lanjut pelaksanaan Undang-Undang Mata Uang serta persiapan pemenuhan kebutuhan uang menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 1433 H. Sejalan dengan arah kebijakan tersebut, Bank Indonesia telah meningkatkan jangkauan layanan kas KPw Dalam Negeri dengan wilayah yang luas dan sulit dijangkau dengan meningkatkan kas keliling dan kas titipan.

Page 15: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 1 • Ringkasan Eksekutif

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 5

Untuk mendukung kelancaran tugas pokok di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran, Bank Indonesia juga menempuh berbagai kebijakan di bidang manajemen internal. Pada triwulan II-2012, Bank Indonesia telah memulai siklus perencanaan strategisnya dengan melakukan perumusan Peta Strategi Bank Indonesia 2013. Peta Strategi tersebut selanjutnya akan menjadi acuan bagi pelaksanaan tugas seluruh satuan kerja di Bank Indonesia di tahun mendatang. Di bidang keuangan, Bank Indonesia juga terus berupaya memelihara sustainabilitas keuangan dengan berlandaskan pada prinsip akuntabilitas dan transparansi yang diamanatkan Undang-Undang Bank Indonesia. Pengakuan terhadap pengelolaan keuangan Bank Indonesia yang berlandaskan prinsip good governance dicerminkan dari penilaian Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI) terhadap Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) 2011. Untuk kesembilan kalinya, Bank Indonesia mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian terhadap LKTBI. Untuk mewujudkan sustainabilitas pengelolaan keuangan Bank Indonesia, hingga triwulan II-2012 Bank Indonesia juga masih melanjutkan pembahasan mengenai program Asset Liability Management (ALM) dengan pemerintah. Upaya tersebut diimbangi dengan implementasi Performance Based Budgeting (PBB) secara bertahap. Di bidang teknologi informasi, kebijakan diarahkan untuk menyediakan sistem informasi yang terintegrasi dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia. Sementara di bidang sumber daya manusia, kebijakan diarahkan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Bank Indonesia melalui peningkatan kompetensi dan kepemimpinan, serta penyelarasan organisasi Bank Indonesia yang sejalan dengan arah strategi ke depan.

Page 16: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 1 • Ringkasan Eksekutif

6 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 17: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

BAB 2

Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan danSistem Pembayaran

Kinerja perekonomian Indonesia selama triwulan II-2012 masih tetap solid

ditengah pelemahan perekonomian global yang mulai berdampak pada kinerja eksternal

perekonomian. Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga, disertai dengan fungsi intermediasi

yang terus meningkat dan didukung kelancaran pada sistem pembayaran. Meskipun sedikit

melambat, perekonomian Indonesia diperkirakan masih tetap tumbuh ditopang oleh

konsumsi rumah tangga dan investasi. Laju Inflasi juga terkendali dan melalui berbagai upaya

akan tercapai dalam kisaran yang ditetapkan yakni 4,5% + 1%.

Page 18: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

8 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

1. InflasiInflasi IHK pada triwulan II-2012 masih terkendali. Inflasi inti dan inflasi administered tercatat rendah, sedangkan inflasi volatile food mengalami peningkatan.

Inflasi IHK pada triwulan II-2012 secara umum masih terkendali pada level rendah, meskipun sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya. Inflasi IHK pada Juni 2012 tercatat sebesar 0,90% (qtq) atau 4,53% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan Maret 2012 sebesar 0,88% (qtq) atau 3,97% (yoy) (Grafik 2.1). Inflasi IHK yang terkendali ditopang oleh inflasi inti dan inflasi administered yang menurun. Sementara itu, inflasi pada kelompok volatile food tercatat meningkat, sehingga sedikit meningkatkan tekanan terhadap inflasi IHK secara keseluruhan. Dengan perkembangan inflasi IHK hingga triwulan II-2012 yang masih terkendali tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi tahun 2012 dan 2013 akan berada di dalam kisaran sasaran yang telah ditetapkan yaitu 4,5%+1%.

Inflasi inti pada triwulan II-2012 tercatat menurun dari 0,97% (qtq) atau 4,25% (yoy) pada Maret 2012 menjadi 0,75% (qtq) atau 4,15% (yoy) pada Juni 2012. Penurunan inflasi inti tidak terlepas dari pengaruh positif penurunan harga komoditas global seperti gandum, minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO), kedelai, jagung, gula, emas, dan bahan bakar minyak (BBM). Penurunan harga komoditi global tersebut pada sisi lain dapat mengurangi tekanan inflasi dari pengaruh nilai tukar rupiah yang sedikit terdepresiasi pada triwulan laporan.

Inflasi inti yang rendah juga didukung oleh sisi penawaran yang masih memadai dalam memenuhi permintaan domestik yang tetap kuat. Hal tersebut tercermin dari utilisasi kapasitas yang masih terkendali di bawah level 80%, meskipun pada sisi lain indeks produksi masih meningkat sejalan dengan peningkatan kegiatan domestik (Grafik 2.2). Kapasitas utilisasi yang memadai tidak terlepas dari peningkatan investasi dalam beberapa tahun terakhir.

Ekspektasi inflasi yang membaik juga mendukung terkendalinya inflasi inti. Beberapa survei menggambarkan terkendalinya ekspektasi inflasi tersebut. Survei ekspektasi inflasi pedagang eceran

Grafik 2.1Perkembangan Inflasi

Grafik 2.2Kapasitas Utilisasi

������

���� ���� ���� ���� ���� ����

����

����

����

����

���

��

��

��

�������������������������������������������

��������������������������������������

��

��

��

��

���

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

����������������������������������������������������������������������������������������������

��

��

��

��

���

���

���

���

� � � ����� � � ����� � � ����� � � ����� � � ����� � � ����� � � ����� � � ����� �

Page 19: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 9

baik untuk tiga bulan maupun enam bulan yang akan datang tercatat dalam tren menurun (Grafik 2.3). Sejalan dengan itu, hasil survei Consensus Forecast juga merevisi turunnya proyeksi inflasi tahun 2012 dan 2013 masing-masing menjadi 4,8% (yoy) dan 5,5% (yoy), dari 5,2% (yoy) dan 5,6% (yoy) pada survei triwulan I-2012.

Inflasi kelompok administered prices yang rendah dipengaruhi oleh penurunan harga BBM nonsubsidi mengikuti pergerakan harga minyak global. Selain itu, kebijakan lain di bidang harga barang dan jasa yang bersifat strategis juga tidak banyak ditempuh pada triwulan laporan. Tekanan kenaikan inflasi pada kelompok barang administered prices lebih disebabkan oleh kenaikan harga elpiji 3 kilogram akibat terjadi kelangkaan barang tersebut di pasar domestik. Dari perkembangan ini, inflasi administered prices pada triwulan II-2012 tercatat sebesar 0,67% (qtq) atau 2,90% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 0,92% (qtq) atau 2,92% yoy.

Tekanan inflasi IHK pada triwulan II-2012 terutama masih berasal dari kelompok volatile food. Kelompok volatile food pada triwulan II-2012 mencatat inflasi cukup tinggi 1,55% (qtq), meningkat dari 0,67% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Peningkatan inflasi volatile food terutama terjadi pada bulan Juni 2012 yaitu 1,73% (mtm), lebih tinggi dari pola historisnya dalam dua tahun terakhir (Grafik 2.4).

Kenaikan inflasi kelompok volatile food dipengaruhi oleh mulai berakhirnya masa panen pada sejumlah komoditas pangan strategis dan dibarengi gangguan cuaca di beberapa sentra produksi komoditas bumbu. Kondisi tersebut pada gilirannya menurunkan pasokan yang cukup tajam pada sejumlah komoditas pangan dan kemudian menaikkan harga. Selain itu, pengaturan impor produk hortikultura dengan pembatasan pintu masuk impor serta kenaikan harga beberapa komoditas pangan terindikasi mulai memberikan tekanan inflasi. Tekanan inflasi khususnya pada komoditas dengan ketergantungan impor yang cukup tinggi seperti bawang putih. Akibatnya, secara tahunan kelompok volatile food pada triwulan II-2012 mencatat inflasi 7,52% (yoy), meningkat signifikan dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,45% (yoy).

Grafik 2.3Ekspektasi Pedagang Eceran

������

���

���

���

���

���

��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

������

��

��

���� ���� ���� �������������������������������

Page 20: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

10 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

*Proyeksi Bank Indonesia

Komponen 2011 2012*2011 2012

TriwulanI

TriwulanI

TriwulanII

TriwulanII

TriwulanIII

TriwulanIV

Tabel 2.1Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

Konsumsi Rumah Tangga 4,5 4,6 4,8 4,9 4,7 4,9 5,0 4,7 - 5,1Konsumsi Pemerintah 2,8 4,5 2,8 2,8 3,2 5,9 7,0 6,9 - 7,3Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 7,3 9,3 7,1 11,5 8,8 10,0 12,3 9,2 - 9,6Ekspor Barang dan Jasa 12,2 17,2 17,8 7,9 13,6 7,9 1,9 6,9 - 7,3Impor Barang dan Jasa 14,4 15,3 14,0 10,1 13,3 8,0 10,9 8,0 - 8,4PDB 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,1 - 6,5

Secara spasial, kenaikan tertinggi inflasi volatile food terutama terjadi di Sumatera dan sebagian Kawasan Timur Indonesia (KTI). Inflasi volatile food di Pulau Jawa juga meningkat meskipun tidak setinggi kenaikan di kedua kawasan Sumatera dan KTI. Kenaikan inflasi volatile food tersebut dipicu kuatnya tekanan harga aneka bumbu seperti cabe merah dan bawang putih. Harga komoditas cabai merah naik signifikan hampir di seluruh kota dengan kenaikan harga tertinggi terjadi di Padang, yakni mencapai kisaran 100% (mtm).

2. Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Indonesia tercatat masih tumbuh tinggi, di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Realisasi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia triwulan II-2012 mencapai 6,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. (Tabel 2.1) Kontributor utama pertumbuhan ekonomi tersebut berasal dari permintaan domestik yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi yang meningkat. Sementara itu, pertumbuhan ekspor melambat cukup tajam akibat tekanan perlambatan perekonomian global yang berdampak pada menurunnya daya serap negara mitra dagang utama dan rendahnya harga komoditas. Di sisi lain, laju impor semakin kuat seiring dengan meningkatnya aktivitas investasi, terutama investasi mesin dan perlengkapan serta alat angkut.

Grafik 2.4Pola Bulanan Inflasi Volatile Food

������

��

��

����� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

�����������������

��������

����

Page 21: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 11

Permintaan domestik yang masih kuat sebagai penopang pertumbuhan ekonomi terutama dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga yang masih besar dan investasi yang tetap tinggi. Konsumsi rumah tangga yang masih kuat tersebut sejalan dengan optimisme keyakinan konsumen dan terjaganya daya beli konsumen yang terindikasi dari masih tingginya penjualan eceran.

Tetap tingginya konsumsi rumah tangga dan iklim usaha yang kondusif mendorong meningkatnya pertumbuhan investasi. Kondisi ini diperkuat oleh optimisme pelaku usaha. Pertumbuhan investasi terutama ditopang oleh investasi nonbangunan antara lain investasi mesin, alat angkut dan suku cadang. Selain itu, membaiknya serapan belanja modal pemerintah turut mendukung tumbuhnya investasi.

Pada sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2012 masih ditopang oleh tiga sektor utama yaitu industri pengolahan, perdagangan hotel dan restoran (PHR), serta pengangkutan dan komunikasi (Tabel 2.2). Meski melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sektor industri pengolahan masih mencatat pertumbuhan yang tinggi. Hal tersebut didukung oleh masih kuatnya permintaan domestik. Kinerja subsektor industri makanan dan minuman yang masih baik serta perbaikan industri semen seiring dengan maraknya sektor bangunan mendukung masih baiknya sektor industri pengolahan. Pertumbuhan sektor PHR yang masih tinggi tidak terlepas dari aktivitas domestik dan impor yang masih kuat. Sektor lain yang juga berperan penting dalam perekonomian yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi. Namun, pada triwulan II-2012 pertumbuhan sektor ini melambat yang disebabkan oleh pertumbuhan subsektor angkutan udara yang lebih rendah, sementara kinerja subsektor komunikasi tumbuh stabil.

*Proyeksi Bank Indonesia

Sektor 2011 2012*20122011

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II

Pertanian 3,7 3,6 2,6 1,9 3,0 4,3 3,7 3,1 - 3,5Pertambangan & Penggalian 4,4 1,0 0,6 (-0,3) 1,4 2,8 3,1 2,5 - 2,9Industri Pengolahan 5,0 6,2 6,9 6,7 6,2 5,7 5,4 5,6 - 6,0Listrik, Gas & Air Bersih 4,3 3,9 5,2 5,8 4,8 5,2 5,9 5,8 - 6,2Bangunan 5,2 7,5 6,3 7,8 6,7 7,2 7,3 7,3 - 7,7Perdagangan, Hotel & Restoran 7,9 9,3 9,2 10,2 9,2 8,3 8,9 8,4 - 8,8Pengangkutan & Komunikasi 13,4 10,9 9,5 9,2 10,7 10,3 10,1 10,2 - 10,6Keuangan, Persewaan & Jasa 7,0 6,7 6,9 6,7 6,8 6,3 7,0 6,0 - 6,4Jasa-jasa 7,0 5,7 7,8 6,5 6,7 5,5 5,7 5,5 - 5,9PDB 6,4 6,5 6,5 6,5 6,5 6,3 6,4 6,1 - 6,5

Tabel 2.2Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Untuk keseluruhan tahun 2012 Bank Indonesia memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh pada kisaran 6,1%-6,5%, lebih rendah dari prakiraan sebelumnya pada kisaran 6,3%-6,7%. Revisi perlambatan perkiraan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi prospek ekspor yang melambat sebagai dampak akibat perekonomian global yang melemah. Namun, masih kuatnya permintaan domestik baik dari sisi konsumsi maupun investasi mampu menjaga pertumbuhan ekonomi tetap pada level yang tinggi.

Page 22: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

12 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

3. Neraca PembayaranKinerja Neraca Pembayaran Indonesia diperkirakan mengalami tekanan akibat kinerja ekspor yang menurun. Di sisi lain, transaksi modal dan finansial masih tinggi ditopang oleh tingginya investasi langsung.

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2012 diperkirakan masih tertekan akibat membesarnya defisit neraca transaksi berjalan. Namun, neraca transaksi modal dan finansial (TMF) yang diperkirakan masih positif, dapat membiayai sebagian defisit pada neraca transaksi berjalan, sehingga diperkirakan dapat mengurangi tekanan pada NPI di triwulan laporan. Dengan perkembangan NPI tersebut, cadangan devisa sampai dengan Juni 2012 menurun menjadi USD 106,5 miliar atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Perkiraan defisit pada neraca transaksi berjalan terutama terkait dengan dampak melemahnya kinerja ekspor Indonesia akibat dari menurunnya permintaan global. Pada sisi lain, impor yang masih tinggi sejalan dengan masih kuatnya kegiatan ekonomi domestik juga berkontribusi pada kemungkinan defisit neraca transaksi berjalan. Prospek defisit pada neraca transaksi berjalan pada triwulan II-2012 terindikasi pada neraca perdagangan yang mencatat defisit pada bulan April-Mei 2012 (Grafik 2.5). Selain itu, defisit pada neraca transaksi berjalan juga dipengaruhi oleh defisit neraca pendapatan akibat naiknya nilai pendapatan (dividen, bunga, dan imbal hasil) yang harus dibayarkan kepada investor asing.

Koreksi NPI yang lebih dalam tertahan oleh neraca transaksi modal dan finansial (TMF) yang diperkirakan masih mencatat surplus. Surplus Neraca TMF diperkirakan ditopang oleh aliran investasi langsung asing (Foreign Direct Investment – FDI) yang masih cukup dominan selama triwulan II-2012. Sementara itu, aliran investasi asing dalam bentuk portofolio diharapkan juga masih positif, meskipun sempat tertahan terutama pada bulan Mei 2012, akibat ketidakpastian kondisi pasar keuangan global.

Grafik 2.5Neraca Perdagangan

���������������

���

���

���

��

��

��

���������������

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

����������� ��������������������������� ���������������������������������������������

����

����

���

���

���

���

���

���

���

���

���

���� ���� ����

Page 23: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 13

Dalam periode ketidakpastian tersebut, aliran modal asing pada instrumen keuangan domestik secara neto sempat tercatat negatif (Grafik 2.6).

Ke depan, prospek NPI secara keseluruhan pada tahun 2012 diperkirakan masih mencatat surplus, meskipun lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Prospek surplus NPI masih ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial. Kinerja neraca TMF yang diperkirakan tetap solid didukung oleh masih positifnya aliran modal masuk. Kondisi tersebut sejalan dengan masih kuatnya daya tarik prospek ekonomi domestik dan masih menariknya imbal hasil investasi domestik. Sementara itu, kinerja neraca transaksi berjalan diperkirakan menurun akibat turunnya kinerja ekspor barang di tengah impor barang yang tetap tinggi dan meningkatnya defisit neraca jasa.

Grafik 2.6Aliran Modal ke Pasar Keuangan

������

�����

�����

�����

������

������

������

������

�������

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

������������������

4. Nilai Tukar RupiahNilai tukar rupiah selama triwulan II-2012 mengalami tekanan dipengaruhi faktor global dan domestik. Pelemahan tersebut sejalan dengan pergerakan nilai tukar negara-negara lain di kawasan.

Kinerja NPI yang kurang menguntungkan memberikan tekanan kepada nilai tukar rupiah. Pada triwulan II-2012, rupiah mengalami depresiasi dimana pada akhir triwulan laporan secara point to point melemah 2,69% dibandingkan dengan akhir Maret 2012 ke level Rp 9.385/USD. Secara rata-rata, rupiah pada triwulan II-2012 juga melemah sebesar 2,31% bila dibandingkan perkembangan triwulan I-2012 (Grafik 2.7).

Sebagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi NPI, tekanan terhadap nilai tukar rupiah pada triwulan laporan juga dipengaruhi faktor global dan domestik, meskipun pengaruh faktor global terlihat cukup dominan. Dari faktor global, pelemahan rupiah dipicu oleh sentimen negatif kekhawatiran akan penyelesaian krisis utang Yunani, memburuknya kondisi utang Spanyol dan penurunan peringkat beberapa lembaga keuangan internasional. Selain itu, sentimen juga dipengaruhi rilis data perekonomian global baik di negara-negara Eropa, Amerika Serikat, maupun China yang cenderung melemah. Berbagai sentimen ini pada gilirannya mendorong terjadinya penyesuaian penempatan

Page 24: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

14 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

dana asing di instrumen keuangan domestik yang akhirnya mendorong pelemahan rupiah. Dari sisi domestik, pelemahan rupiah disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan valuta asing korporasi terkait dengan kegiatan impor yang masih tinggi.

Pelemahan nilai tukar rupiah yang cukup signifikan terjadi selama bulan Mei 2012. Nilai tukar rupiah ditutup melemah 202 poin (2,20% mtm) ke level Rp 9.390/USD. Tekanan pelemahan tersebut terutama bersumber dari faktor eksternal seiring dengan semakin tingginya ketidakpastian politik di Yunani dan rumor keluarnya Yunani dari Eurozone. Selain itu, sentimen negatif memburuknya kondisi fiskal Spanyol yang akhirnya meminta bantuan talangan (bailout) kepada European Union (EU) sebesar EUR 100 miliar juga berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. Secara keseluruhan, berbagai sentimen negatif tersebut tidak dapat dihindari turut memberikan tekanan terhadap pasar valas domestik. Dalam bulan Mei 2012, ketidakpastian tersebut meningkatkan premi swap rupiah cukup signifikan bila dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya (Grafik 2.8).

Grafik 2.7Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

����

��� ��� ���

����

��� ��� ���

����������������

�����

�����

�����

�����

�����

�����

Grafik 2.8Premi Swap Rupiah

����

����

����

����

����

����

���������

�����

�����

����

�����

�����

�����

�����

����������������

������������������������������

Page 25: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 15

Faktor global yang cukup dominan dalam mempengaruhi nilai tukar rupiah, secara umum juga mempengaruhi mata uang lain di kawasan regional. Dalam kondisi perekonomian global yang semakin terintegrasi, sentimen negatif dari faktor eksternal telah mendorong peningkatan Credit Default Swap (CDS) di berbagai negara di kawasan regional dan diikuti oleh pelemahan berbagai mata uang lainnya, termasuk rupiah. Dalam periode ini, CDS Indonesia bergerak meningkat sejalan dengan peningkatan CDS negara lain (Grafik 2.9). Sejalan dengan itu, pelemahan rupiah juga bergerak searah dengan pelemahan mata uang lainnya (Grafik 2.10).

Grafik 2.9Perkembangan CDS Obligasi Pemerintah

Tenor 5 Tahun di Negara Kawasan

Grafik 2.10Kinerja Mata Uang Regional Triwulan II-2012

���

���

���

���

���

���

���

���

���

�������

�����

�����

����

�����

�����

�����

�����

������������������������

�����������������

������������������

���

���

���

���

���

���

���

������

���

������� ����� ����� ����� ����� ����� ����� �����

�����

�����

������

������

������

������

������

������

������

������

������������������

Grafik 2.11Volatilitas Mata Uang Regional Asia

Triwulan II-2012

���

���

���

���

������

���

���

���

���

����

����� ����� ����� �����

����

����

����

����

����

����

����

����

�����

����

���������������������������������������

Dibandingkan dengan mata uang lain, pelemahan rupiah relatif cukup terukur dan masih searah. Pelemahan tertinggi pada triwulan II-2012 tercatat pada mata uang India Rupee. Selain itu, volatilitas nilai tukar rupiah yang tercatat 5,63% (ytd) selama triwulan II-2012 juga relatif terjaga dan cukup rendah dibandingkan dengan volatilitas mata uang negara-negara lain di kawasan (Grafik 2.11).

Page 26: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

16 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Relatif rendahnya volatilitas nilai tukar rupiah tersebut tidak terlepas dari langkah stabilisasi yang ditempuh oleh Bank Indonesia.

Pada semester II-2012, rupiah diperkirakan akan bergerak stabil sejalan dengan perkiraan NPI yang akan kembali membaik. Namun, beberapa faktor risiko terkait masih tingginya ketidakpastian penyelesaian krisis Eropa masih perlu diwaspadai. Selain itu, dari sisi domestik, potensi tekanan nilai tukar rupiah dapat berasal dari masih kuatnya impor, di tengah kondisi ekspor yang melambat sehingga dapat mengurangi potensi pasokan valas domestik.

5. Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB)Perkembangan suku bunga PUAB di semua tenor pada triwulan II-2012 menunjukkan tren penurunan merespon kebijakan operasi moneter Bank Indonesia. Penurunan suku bunga PUAB tersebut diiringi dengan transaksi yang meningkat.

Perkembangan pasar uang antar bank (PUAB) pada triwulan II-2012 secara umum masih dipengaruhi oleh kondisi ekses likuiditas perbankan. Namun demikian, kondisi perekonomian yang masih dalam tren meningkat serta faktor musiman terkait setoran pajak juga turut memengaruhi permintaan di PUAB pada triwulan laporan. Selain itu, kebijakan penguatan operasi moneter yang ditempuh oleh Bank Indonesia berupa peningkatan suku bunga operasi moneter melalui pengaktifan kembali Term Deposit (TD) tenor sangat pendek (≤ 2 minggu) pada bulan Mei 2012 juga memengaruhi dinamika PUAB secara keseluruhan.

Dengan kondisi masih besarnya ekses likuiditas perbankan, rata-rata harian suku bunga PUAB tenor Overnight (PUAB O/N) pada triwulan II-2012 tercatat menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 3,97% menjadi 3,83%. Namun secara bulanan, suku bunga PUAB O/N pada Juni 2012 dalam tren meningkat yang secara rata-rata tercatat 3,94%, lebih tinggi dibandingkan dengan dua bulan sebelumnya (April rata-rata sebesar 3,76% dan Mei rata-rata sebesar 3,78%) (Grafik 2.12). Peningkatan suku bunga PUAB pada Juni 2012 tersebut dipengaruhi oleh respon perbankan terhadap kebijakan penguatan operasi moneter. Peningkatan suku bunga juga disebabkan oleh kenaikan kebutuhan likuiditas jangka pendek perbankan terkait dengan kebutuhan nasabah untuk memenuhi kewajiban setoran pajak.

Pergerakan suku bunga PUAB O/N juga diikuti oleh pergerakan suku bunga PUAB tenor lainnya dan juga sejalan dengan kuotasi pelaku di pasar uang yang dicerminkan dalam suku bunga Jakarta Inter Bank Offered Rate (JIBOR) (Grafik 2.13). Suku bunga PUAB tenor 2-4 hari pada triwulan II-2012 secara rata-rata turun dari 3,98% menjadi 3,82%, sementara tenor satu minggu turun dari 3,99% menjadi 3,88%. Namun demikian, sebagaimana PUAB O/N pada Juni 2012, suku bunga PUAB tenor 2-4 hari dan tenor satu minggu juga meningkat, yaitu dari masing-masing 3,76% dan 3,77% pada akhir triwulan I-2012 menjadi 3,94% dan 4,07%.

Dari sisi volume, kegiatan ekonomi yang masih tinggi serta peningkatan permintaan uang musiman terkait setoran pajak dan kebutuhan likuiditas liburan sekolah telah mendorong peningkatan volume PUAB pada periode laporan. Selain itu, kenaikan volume PUAB juga dipengaruhi meningkatnya kebutuhan likuiditas jangka pendek pasca-kebijakan penguatan operasi moneter serta meningkatnya aktivitas di pasar valas domestik terkait dengan pengurangan aset domestik oleh non-residen.

Page 27: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 17

Grafik 2.12Suku Bunga PUAB O/N dan BI Rate

Grafik 2.13Suku Bunga PUAB O/N dan JIBOR

����

����

����

����

����

����

����

����

����

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

�������� ��������� ��

����

����

����

����

����

����

����

����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

�������� ����� ����

Secara keseluruhan, berbagai faktor tersebut mendorong volume PUAB pada triwulan II-2012 dalam tren meningkat bila dibandingkan dengan triwulan I-2011 (Grafik 2.14). Sejalan dengan peningkatan volume PUAB, total nominal transaksi PUAB seluruh tenor secara rata-rata juga meningkat dari Rp 5,49 triliun per hari (77 transaksi/hari) pada triwulan I-2012 menjadi Rp 11,58 triliun per hari (153 transaksi/hari) pada triwulan II-2012. Kenaikan volume transaksi PUAB juga diikuti kenaikan jumlah bank yang melakukan transaksi yaitu dari rata-rata 45 bank per hari pada triwulan I-2012 menjadi 60 bank per hari pada triwulan II-2012 (Grafik 2.15).

Grafik 2.14Volume PUAB

Grafik 2.15Jumlah Bank Pelaku PUAB

����

��

��

��

��

��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

��� ���� �� ����

��

��

��

��

��

��

��

��

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

������ ���� ������

Page 28: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

18 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Berdasarkan tenornya, volume transaksi PUAB tenor O/N masih mendominasi transaksi PUAB pada triwulan II-2012 yaitu sekitar 62% dari total volume. Sementara itu, volume transaksi dengan tenor yang lebih panjang sedikit menurun. Volume transaksi PUAB dengan tenor 2-4 hari turun dari 14% menjadi 9%, sedangkan volume transaksi tenor 1 minggu turun dari 24% menjadi 17% (Grafik 2.16). Perubahan komposisi penempatan bank pada PUAB tersebut tidak terlepas dari upaya Bank Indonesia memperkuat Operasi Moneter khususnya melalui aktivasi kembali instrumen TD bertenor sangat pendek (≤ 2 minggu).

Grafik 2.16Komposisi Tenor PUAB

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

���� ����

��� ���� �� ����

6. Perkembangan Suku Bunga PerbankanTren penurunan suku bunga perbankan, baik suku bunga simpanan maupun suku bunga kredit, terus berlanjut.

Kondisi likuiditas perbankan yang cukup besar dan kebijakan Bank Indonesia mengenai transparansi suku bunga dasar kredit berpengaruh positif terhadap penurunan suku bunga simpanan perbankan. Tren penurunan suku bunga simpanan perbankan terus berlanjut. Pada triwulan II-2012, rata-rata suku bunga simpanan turun sebesar 29 bps dari 5,76% pada Maret 2012 menjadi 5,47% pada Mei 2012 (Grafik 2.17).

Penurunan suku bunga simpanan diikuti dengan turunnya suku bunga kredit perbankan. Pada periode yang sama, rata-rata suku bunga kredit turun sebesar 18 bps dari 12,57% pada Maret 2012 menjadi 12,39% pada Mei 2012. Sementara suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK), masing-masing tercatat rata-rata sebesar 11,79%, 11,51%, dan 14,03%, mengalami penurunan dibanding posisi Maret 2012 masing-masing tercatat rata-rata sebesar 0,23%, 0,12%, dan 0,10% (Grafik 2.18). Hal tersebut menunjukkan bahwa transmisi kebijakan moneter Bank Indonesia direspon positif oleh perbankan dengan penurunan suku bunga kredit meskipun tidak secepat penurunan suku bunga simpanan.

Page 29: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 19

Faktor lain yang turut mendorong penurunan suku bunga kredit adalah ketentuan yang mewajibkan bank untuk mempublikasikan data Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK). Selama triwulan II-2012, penurunan SBDK tertinggi terjadi pada segmen ritel sebesar 9 bps, diikuti segmen Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebesar 5 bps, segmen korporasi sebesar 3 bps dan segmen Non KPR sebesar 2 bps. Dibandingkan posisi Maret 2011 (saat SBDK pertama kali dipublikasikan oleh perbankan), terdapat penurunan SBDK cukup signifikan, yaitu 68 bps untuk segmen Korporasi, 66 bps untuk segmen Retail, 60 bps untuk segmen KPR dan 53 bps untuk segmen Non KPR (Tabel 2.3).

Grafik 2.17Perkembangan BI Rate, Suku Bunga Kredit

dan Deposito Rupiah (%)

Grafik 2.18Perkembangan Rata-rata Suku Bunga Kredit

Per Jenis Penggunaan (%)

�����

�����

�����

�����

�����

�����

�����

���� ������� ��� ������ ��� ��� ��� ������ ��� ��� ��� ��� ��� ������ ���

������������������������������������

����

����

����

����

����

����

����

����

�����

����

����

���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

��� �� ��

�����

�����

�����

�����

�����

����

Ket : data tanpa outlier dan perhitungan secara weighted average

SegmenKredit 2011 2012 qtq Mar-

Mei

Seluruh Sampel

Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

Koporasi 10,51 10,58 10,64 10,72 10,54 10,55 10,51 10,50 10,36 10,18 10,12 10,06 9,86 9,86 9,83 (0,03) (0,68)Retail 11,80 12,21 11,84 11,91 12,00 12,08 12,04 11,98 11,78 11,61 11,52 11,40 11,23 11,16 11,14 (0,09) (0,66) KPR 11,16 11,25 11,35 11,38 11,03 11,03 11,04 10,98 10,82 10,71 10,62 10,51 10,61 10,58 10,56 (0,05) (0,60) Non KPR 11,56 11,70 11,76 11,86 11,86 11,96 11,88 11,83 11,68 11,51 11,22 11,05 11,05 11,05 11,03 (0,02) (0,53)

Tabel 2.3Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan (%)

7. Perkembangan Bank UmumDi tengah tekanan eksternal akibat krisis ekonomi global, kinerja perbankan tetap terjaga. Permodalan jauh di atas threshold yang dicapai dari profitabilitas yang tinggi dan peningkatan efisiensi dalam menjalankan operasionalnya. Fungsi intermediasi juga berjalan dengan baik.

Perbankan Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang positif selama triwulan II-2012 (sampai dengan Mei 2012) di tengah krisis ekonomi global. Kinerja positif tampak dari kondisi permodalan perbankan yang masih berada jauh di atas threshold 8%, yang dicapai melalui perolehan profitabilitas perbankan yang cukup tinggi.

Page 30: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

20 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) pada akhir triwulan II-2012 tercatat sebesar 17,87%, mengalami penurunan sebesar 0,41% dari 18,28% pada triwulan I-2012. Namun dibandingkan posisi akhir triwulan IV-2011, terdapat kenaikan 1,82% dari 16,05% pada Desember 2011. Penurunan CAR tersebut disebabkan kenaikan jumlah kredit yang berdampak pada peningkatan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Tingkat pertumbuhan kredit sampai dengan triwulan II-2012 (ytd) sebesar 8,46%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang menurun sebesar 11,34%. Pertumbuhan kredit yang tinggi sejak pertengahan tahun 2011 mengakibatkan level kredit berada diatas tren rata-rata jangka panjangnya.

Tingginya profitabilitas disumbang dari laba yang meningkat. Sampai dengan Mei 2012, perbankan membukukan laba sebesar Rp 36,36 triliun, atau meningkat 68,20% dibandingkan laba pada akhir triwulan II-2012 sebesar Rp 21,61 triliun. Profitabilitas perbankan tersebut berasal dari pendapatan operasional dan pendapatan non operasional. Pendapatan operasional sebagian besar masih berasal dari bunga kredit (70,96%). Perolehan profitabilitas tersebut juga dicapai melalui efisiensi perbankan yang ditunjukkan dengan rasio Biaya Overhead terhadap Pendapatan Overhead (BOPO) sebesar 76,75%.

Sementara itu, total aset perbankan Indonesia pada akhir triwulan II-2012 mencapai Rp 3.827,43 triliun, meningkat Rp 118,71 triliun dari Rp 3.708,73 triliun pada Maret 2012. Peningkatan aset tersebut sejalan dengan kenaikan jumlah kredit yang cukup tinggi, yaitu sebesar Rp 119,97 triliun.

Perkembangan intermediasi perbankan menunjukkan perkembangan positif. Penyaluran kredit perbankan pada triwulan II-2012 mencapai Rp 2.386,15 triliun, tumbuh 5,29% (qtq) atau 26,29% (yoy). Dengan peningkatan tersebut, sumbangan kredit terhadap pembiayaan perekonomian yang direpresentasikan dari proporsi kredit terhadap Gross Domestic Product (GDP) diperkirakan berada pada kisaran 30%.

Kredit untuk tujuan produktif mencatat tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan tujuan konsumsi. Secara triwulanan (qtq), kredit untuk tujuan produktif yaitu Kredit Investasi (KI) dan Kredit Modal Kerja (KMK) pada triwulan II-2012 tumbuh masing-masing sebesar 3,89% dan 7,14% dibandingkan triwulan I-2012. Sementara itu, untuk Kredit Konsumsi (KK) tumbuh sebesar 3,37%. Secara tahunan (yoy), KI dan KMK tumbuh masing-masing sebesar 29,28% dan 28,88%, sedangkan KK tumbuh sebesar 20,28%. Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan KI, KMK dan KK tahun sebelumnya yang masing-masing tercatat tumbuh sebesar 29,06%, 24,80% dan 17,83%.

Secara sektoral, pertumbuhan kredit terjadi pada seluruh sektor. Secara nominal, komposisi kredit terbesar berada di sektor lain-lain, diikuti oleh perdagangan dan industri pengolahan. Sementara itu, apabila dilihat berdasarkan pertumbuhan, sektor listrik mendominasi pertumbuhan kredit baik secara triwulanan (qtq) maupun tahunan (yoy). Pertumbuhan pada triwulan II-2012 dibandingkan akhir triwulan sebelumnya terbesar berasal dari sektor listrik (10,41%), diikuti sektor perdagangan (9,69%), sektor pertambangan (8,40%) dan sektor pertanian (7,18%). Sementara secara tahunan (yoy), pertumbuhan terbesar masih berasal dari sektor listrik (94,19%) diikuti oleh sektor pertanian (34,59%), pertambangan (33,75%) dan perdagangan (32,26%).

Page 31: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 21

Dari sisi kualitas kredit, rasio Non Performing Loan (NPL) gross perbankan pada triwulan II-2012 juga membaik, yaitu menurun sebesar 0,03% dari 2,29% pada triwulan I-2011 menjadi 2,26%. Namun, dibandingkan Desember 2011 rasio NPL mengalami peningkatan sebesar 0,09% dari 2,17%. Kenaikan rasio NPL tersebut terkait dengan meningkatnya jumlah kredit yang disalurkan bank sejak akhir triwulan IV-2011.

Perkembangan intermediasi perbankan yang positif didukung oleh sumber dana yang memadai. Pada akhir triwulan II-2012, Dana Pihak Ketiga (DPK) masih tetap menjadi sumber utama pembiayaan kredit oleh perbankan. DPK tercatat sebesar Rp 2.908,96 triliun, meningkat 2,38% dari Rp 2.841,4 triliun pada triwulan I-2012. Selama tahun berjalan (ytd), DPK meningkat sebesar Rp 124,0 triliun (4,45%) dan secara tahunan meningkat sebesar Rp 470,96 triliun (19,32%, yoy).

Dibandingkan dengan triwulan I-2012, semua komponen DPK mengalami peningkatan dengan pertumbuhan terbesar pada giro sebesar 6,79%, diikuti oleh tabungan sebesar 1,08% dan deposito sebesar 1,04%. Secara tahunan, pertumbuhan tertinggi DPK juga dicapai oleh giro, yaitu sebesar 21,37%, diikuti dengan tabungan sebesar 21,17%, dan deposito sebesar 16,99%. Berdasarkan pangsa terhadap DPK, deposito masih mendominasi dana masyarakat di perbankan, yaitu mencapai 44,53% dari total DPK.

Kinerja perbankan yang tetap terjaga berkontribusi positif pada kestabilan sistem keuangan secara keseluruhan. Hal tersebut tidak terlepas dari peranan sistem perbankan yang masih mendominasi sistem keuangan Indonesia dengan pangsa aset perbankan lebih dari 70%. Dengan kondisi perbankan Indonesia yang tetap stabil ditengah tekanan krisis keuangan global, stabilitas sistem keuangan pada triwulan II-2012 tetap terjaga. Namun adanya peningkatan tekanan, khususnya di pasar saham menyebabkan indeks Stabilitas Sistem Keuangan (Financial Stability Index/FSI)1 sedikit meningkat. FSI pada triwulan II-2012 (Juni 2012) tercatat pada level 1,70, meningkat dibandingkan triwulan I-2012 pada level 1,64.

Indikator Utama2011 2012

Triwulan IVTriwulan IIITriwulan II Triwulan IITriwulan I Triwulan I

Total Aset (Triliun Rp) 3.065,80 3.195,10 3.371,45 3.652,83 3.708,73 3.827,43DPK (Triliun Rp) 2.351,40 2.438,00 2.544,86 2.784,91 2.841,40 2.908,96 - Giro 540,80 577,00 580,56 652,65 655,79 700,30 - Tabungan 722,70 753,70 797,01 898,30 903,46 913,23 - Deposito 1.087,80 1.107,30 1.167,30 1.233,97 1.282,11 1.295,42Kredit 1.814,80 1.950,70 2.079,26 2.200,09 2.266,18 2.386,15Jumlah NPLs (Triliun Rp) 51,00 53,50 55,51 47,69 51,81 53,89CAR (%) 17,60% 17,00% 16,63% 16,05% 18,28% 17,87%NPLs Gross (%) 2,80% 2,70% 2,67% 2,17% 2,29% 2,26%ROA (%) 3,10% 3,10% 3,12% 3,03% 3,05% 3,05%BOPO (%) 85,00% 85,90% 87,14% 85,42% 76,68% 76,75%LDR (%) 77,20% 80,00% 81,36% 78,77% 79,89% 81,61%Jumlah Bank 121 121 120 120 120 120Jumlah Kantor 14.069 14.321 14.473 14.797 14.840 15.142

Tabel 2.4Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan

* Posisi Mei 2012

(Dalam Triliun Rp)

1 Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (Financial Stability Index) merupakan rata-rata fungsi perkembangan NPL perbankan, indeks saham gabungan, dan yield obligasi pemerintah.

Page 32: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

22 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

* Posisi Mei 2012

Indikator Utama2011 2012

Triwulan IVTriwulan IIITriwulan II Triwulan I Triwulan II

BUS + UUS Total aset (Rp. T) 109,75 123,36 145,47 148,64 147,54DPK (Rp. T) 87,03 97,74 115,41 117,87 115,21 - Giro 9,46 10,30 12,01 12,77 11,94 - Tabungan 25,44 28,10 32,6 34,46 35,56 - Deposito 52,12 59,35 70,81 70,64 67,71Pembiayaan (Rp. T) 82,62 92,84 102,66 107,72 112,84Jumlah NPF (Rp T) 2,94 3,25 2,59 2,88 3,30CAR (%) 16,59% 16,18% 16,63% 15,33% 14,97%NPF Gross (%) 3,55% 3,5% 2,52% 2,67% 2,93%NPF Net (%) 1,62% 2,02% 1,34% 1,62% 1,78%ROA (%) 1,84% 1,80% 1,79% 1,90% 1,99%BOPO (%) 78,13% 77,54% 78,41% 77,83% 76,24%FDR (%) 94,93% 94,97% 88,94% 91,39% 97,95%Jumlah Bank - BUS 11 11 11 11 11 - UUS 23 23 24 24 24Jumlah Kantor 1.640 1.686 1.737 1.887 1.946

BPRS Total aset (Rp. T) 3,08 3,28 3,52 3,79 3,97DPK (Rp. T) 1,78 1,90 2,10 2,32 2,46Pembiayaan (Rp. T) 2,43 2,56 2,68 2,91 3,1Jumlah NPF (Rp T) 0,17 0,17 0,16 0,19 0,2CAR (%) 26,71% 24,8% 23,5% 24,9% 23,2%NPF Gross (%) 7,09% 6,9% 6,1% 6,42% 6,48%NPF Net (%) 5,60% 5,8% 5,1% 5,4% 5,4%ROA (%) 2,72% 2,8% 2,7% 2,7% 2,6%BOPO (%) 77,35% 75,7% 76,3% 77,9% 79,1%FDR (%) 136,19% 134,7% 127,7% 125,5% 126%Jumlah Bank 154 154 155 155 156Jumlah Kantor 357 362 364 373 377

Tabel 2.5Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Syariah

8. Perkembangan Perbankan SyariahKondisi perbankan syariah menunjukkan kinerja positif, dicerminkan dari perkembangan aset, pencapaian profitabilitas, peningkatan efisiensi, dan fungsi intermediasi yang berjalan optimal.

Sejalan dengan kinerja bank umum yang positif, perbankan syariah yang terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), menunjukkan kinerja baik selama triwulan II-2012. Total aset perbankan syariah meningkat dengan mulai berekspansinya beberapa BUS baru. Pada triwulan II-2012 (sampai dengan Mei 2012), total aset BUS dan UUS mencapai Rp 147,5 triliun, turun 0,74% (qtq) namun meningkat secara yoy sebesar 42,96%. Adapun total aset BPRS mencapai Rp 3,97 triliun, meningkat sekitar 4,75% (qtq) atau 34,49% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, total aset perbankan syariah mencapai ± 3,89% dari total aset industri perbankan nasional, sedikit menurun dari posisi triwulan I-2012 sebesar 4,1%.

Page 33: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 23

Pada periode yang sama, rasio CAR BUS dan UUS turun dari 15,33% menjadi 14,97%. Penurunan tersebut lebih disebabkan ekspansi pembiayaan yang mengalami peningkatan sehingga terbentuk ATMR yang relatif lebih tinggi, sementara modal relatif tidak banyak berubah. Hal yang sama juga terjadi pada BPRS, dimana rasio CAR menurun dari 24,9% menjadi 23,2%.

Profitabilitas perbankan syariah meningkat, yang tercermin dari peningkatan rasio Return on Asset (ROA) BUS dan UUS yang meningkat dari sebelumnya 1,90% menjadi 1,99%. Sementara itu, ROA BPRS tercatat sebesar 2,6% sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,7%.

Efisiensi perbankan syariah pada BUS dan UUS membaik dibanding triwulan sebelumnya, yang tercermin dari rasio BOPO untuk BUS dan UUS pada triwulan II-2012 menurun dari 77,83% menjadi 76,24%. Sedangkan rasio BOPO BPRS meningkat dari 77,9% menjadi 79,1%.

Fungsi intermediasi perbankan syariah mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Pembiayaan yang disalurkan oleh BUS dan UUS tercatat sebesar Rp 112,8 triliun, meningkat 4,75% (qtq) atau 43,53% (yoy) dari sebelumnya. Sementara pembiayaan BPRS meningkat menjadi sebesar Rp 3,1 triliun atau meningkat 6,5% (qtq) dan 33,15% (yoy). Peningkatan pembiayaan tersebut sejalan dengan demand yang masih cukup tinggi dan diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi lagi sesuai siklus pembiayaan yang secara historis dipacu pada triwulan II-2012.

Kualitas pembiayaan (Non Performing Financing/NPF) gross BUS dan UUS pada triwulan II-2012 mencapai 2,93% meningkat dibandingkan triwulan lalu (2,67%). Demikian juga halnya dengan NPF BPRS yang mengalami peningkatan dari 6,42% pada triwulan I-2012 menjadi 6,48% pada triwulan II-2012.

Penghimpunan DPK BUS dan UUS menurun pada triwulan II-2012 dari Rp 117,87 triliun menjadi Rp 115,2 triliun atau turun sebesar 2,26% (qtq). Penurunan DPK terutama disebabkan adanya penarikan dana giro dan deposito BUS oleh Kementerian Agama sejak bulan Februari 2012. Diperkirakan penurunan DPK tersebut masih akan berlanjut terkait dengan rencana Kementerian Agama untuk melakukan pembelian sukuk dana haji dengan menggunakan dana haji yang tersimpan di perbankan syariah. Adapun penarikan dana tersebut akan dilakukan secara bertahap sampai dengan Juli 2012. Meskipun terjadi penurunan DPK, berdasarkan pemantauan Bank Indonesia, kondisi likuiditas bank syariah masih cukup aman. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan secondary reserve yang dimiliki oleh perbankan syariah secara rata-rata lebih besar dibandingkan dana haji yang akan ditarik. Kondisi penghimpunan dana sebaliknya terjadi pada BPRS. DPK BPRS mengalami pertumbuhan sebesar 6,03% (qtq), dari Rp 2,32 triliun menjadi Rp 2,46 triliun.

Dengan perkembangan pembiayaan dan DPK selama triwulan II-2012, rasio financing to deposit (FDR) BUS dan UUS mencapai 97,95%, meningkat dari rasio triwulan sebelumnya sebesar 91,39%. Adapun rasio FDR BPRS tercatat 126% meningkat dari rasio triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 125,5%.

Sejalan dengan perkembangan usaha, terjadi peningkatan jaringan kantor perbankan syariah. Pada triwulan II-2012, jumlah kantor BUS dan UUS meningkat sebanyak 59 kantor (qtq) sehingga total perbankan syariah menjadi 1.946 kantor. Sementara pada BPRS meningkat sebanyak 4 kantor (qtq) sehingga menjadi 377 kantor.

Page 34: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

24 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

9. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)Sebagaimana halnya kinerja positif bank umum dan bank syariah, kinerja BPR selama triwulan II-2012 juga tetap terjaga.

Perkembangan kinerja positif ditunjukkan oleh BPR secara agregat selama triwulan II-2012. Hal tersebut ditunjukkan dengan pertumbuhan total aset mencapai 4,90% (qtq) atau 20,97% (yoy).

Fungsi intermediasi BPR selama triwulan laporan juga berjalan baik. Pada triwulan II-2012, kredit BPR tumbuh 6,88%, sehingga total kredit BPR triwulan II-2012 menjadi sebesar Rp 46,60 triliun naik dari Rp 43,6 triliun pada triwulan sebelumnya. Seiring dengan pertumbuhan kredit yang cukup baik, kualitas kredit BPR juga mengalami perbaikan. Hal tersebut ditunjukkan oleh penurunan rasio NPL gross pada triwulan laporan dibanding triwulan sebelumnya. Rasio NPL gross menurun dari 5,56% menjadi 5,27%.

Sementara itu, penghimpunan DPK BPR juga mengalami pertumbuhan sebesar 2,79% (qtq) atau 18,12% (yoy) dari Rp 39,4 triliun pada triwulan I-2012 menjadi Rp 40,5 triliun pada triwulan II-2012. Pertumbuhan DPK terbesar terjadi pada deposito yang tumbuh sebesar 4,88%. Sejalan dengan perkembangan penyaluran kredit dan penghimpunan DPK tersebut, Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR meningkat dari 81,33% menjadi 83,62%.

Dari sisi kecukupan permodalan, rasio CAR BPR mengalami sedikit penurunan dari 29,74% pada triwulan I-2012 menjadi 27,91% pada triwulan II-2012.

Meskipun rasio permodalan BPR menurun, profitabilitas BPR tercatat mengalami peningkatan. Hal tersebut dicerminkan oleh peningkatan Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA meningkat 18 bps (qtq) yaitu dari 3,71% menjadi 3,89%. Sementara ROE meningkat 152 bps (qtq) dari 32,80% menjadi 34,32%. Profitabilitas BPR yang membaik didukung dengan peningkatan efisiensi operasional BPR yang dicerminkan oleh rasio BOPO. Pada triwulan II-2012, rasio BOPO menurun sebesar 147 bps (qtq) dari 79,04% menjadi 77,57%. Penurunan rasio BOPO disebabkan membaiknya kualitas kredit yang tercermin dari membaiknya NPL net dari 3,93% pada triwulan I-2012 menjadi 3,71% pada triwulan II-2012.

* Posisi Mei 2012

Indikator2011 2012*2010

Triwulan II Triwulan II Triwulan IITriwulan III Triwulan III Triwulan IVTriwulan I Triwulan I Triwulan I

Total Aset (Triliun Rp) 40,7 42,8 45,7 47,6 49,6 52,3 56,1 57,2 60,0DPK (Triliun Rp) 28,0 29,3 31,3 32,9 34,0 38,8 38,2 39,4 40,5- Tabungan 8,7 9,0 9,9 10,3 10,5 10,9 12,0 12,3 12,9- Deposito 19,3 20,3 21,5 22,6 23,5 24,9 26,1 27,1 27,6Kredit 31,5 32,8 33,8 35,7 38,0 39,6 41,0 43,6 46,6Jml NPLs (Triliun Rp) 2,1 2,2 2,1 2,3 2,3 2,4 2,1 2,4 2,5CAR (%) 23,63 23,32 30,01 31,7 29,54 28,69 28,68 29,74 27,91NPLs Gross(%) 6,53 6,78 6,12 6,41 6,21 6,09 5,22 5,56 5,27NPLs net (%) 3,83 4,05 4,25 4,53 4,45 4,34 3,67 3,93 3,71ROA (%) 3,95 3,46 3,16 3,92 3,83 3,57 3,32 3,71 3,89BOPO (%) 78,76 80,4 80,97 78,86 78,75 79,28 79,47 79,04 77,57LDR (%) 82,04 81,79 79,02 80 82,69 81,81 78,54 81,33 83,62Jumlah Bank 1.715 1.715 1.706 1.679 1.682 1.683 1.669 1.665 1.667Jumlah Kantor 3.820 3.816 3.910 3.970 4.021 4.114 4.172 4.239 4.268

Tabel 2.6Indikator Utama Kinerja BPR

Page 35: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 25

Pada triwulan II-2012, jumlah BPR bertambah 2 BPR dengan adanya pendirian BPR baru. Dengan penambahan tersebut maka jumlah BPR tercatat sebanyak 1.667 BPR, yang terdiri dari 1.390 BPR Perseroan Terbatas, 243 BPR Perusahaan Daerah dan 34 BPR Koperasi. Dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, jumlah BPR tersebut berkurang 15 BPR. Berkurangnya jumlah BPR tersebut disebabkan pencabutan izin usaha sebanyak 9 BPR dan selebihnya melakukan merger.

Sejalan dengan peningkatan jumlah BPR, jangkauan pelayanan BPR juga semakin luas. Jaringan kantor BPR (cabang dan kantor kas) bertambah sebanyak 47 jaringan kantor atau tumbuh 1,11% (qtq) dari 4.239 kantor menjadi 4.286 kantor. Jumlah Kantor Cabang (KC) dan Kantor Kas (KK) masing-masing mengalami peningkatan sebanyak 15 KC atau tumbuh 1,19%, yaitu dari 1.256 KC dan sebanyak 14 KK atau tumbuh 1,06% (qtq) dari 1.318 KK menjadi 1.332 KK.

10. Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)Selama triwulan II-2012, penyaluran kredit ke sektor UMKM mengalami pertumbuhan positif.

Realisasi kredit UMKM pada triwulan II-2012 (posisi akhir Mei 2012) meningkat Rp 50,5 triliun, tumbuh 10,5% (ytd) atau 21,1% (yoy) sehingga menjadi Rp 530,4 triliun. Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2012 yang sebesar 0,3% (ytd) atau 17,4% (yoy). Dengan peningkatan tersebut, penyaluran kredit UMKM triwulan II-2012 telah mencapai 33,5% dari Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun 2012 (Rp 150,1 triliun).

Kontribusi kredit UMKM terhadap total kredit perbankan sebesar 21,1%, dengan pangsa kredit yang didominasi usaha menengah (46,4%), usaha kecil (31,7%) dan usaha mikro (21,9%). Pemberian kredit UMKM seluruhnya bersifat produktif dan sebagian besar (64,9%) disalurkan ke sektor perdagangan, industri pengolahan, serta pertanian, perburuan, dan kehutanan. Dari sisi kualitas, NPL kredit UMKM mencapai 3,78%, lebih rendah dari triwulan I-2012 sebesar 3,92%. NPL kredit UMKM tertinggi pada kredit modal kerja, yaitu sebesar 3,96%.

Sementara itu, Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah disalurkan hingga Juni 2012 tercatat sebesar Rp 15,73 triliun (berdasarkan data Kemenko Bidang Perekonomian). Dengan penyaluran tersebut, realisasi KUR mencapai 52,43% dari target yang ditetapkan untuk tahun 2012, yaitu sebesar Rp 30 triliun. Sejak peluncuran program KUR, realisasi KUR oleh bank pelaksana mencapai Rp 79,15 triliun. Berdasarkan lokasi, penyaluran KUR masih terpusat di wilayah Jawa (50,41%), Sumatera (23,04%), Sulawesi (9,60%), Kalimantan (9,84%), Bali (4,32%) dan Papua (2,79%). Sementara berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran KUR tertinggi didominasi oleh sektor perdagangan (47,58%). Ditinjau dari sisi kualitas kredit, NPL KUR sampai dengan triwulan II-2012 tercatat sebesar 3,17% atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,92%.

11. Perkembangan Sistem PembayaranSelama triwulan II-2012, transaksi sistem pembayaran berjalan aman dan lancar.

Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, transaksi sistem pembayaran pada triwulan II-2012 mengalami peningkatan baik dari sisi nilai maupun volume. Nilai transaksi meningkat sebesar Rp 13.655 triliun (89,73%, yoy), didominasi transaksi pengelolaan moneter Bank Indonesia,

Page 36: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

26 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Transaksi SistemPembayaran Non Tunai

2011 2012 % Naik / (Turun)2011

Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II qtq yoy

RTGS 14.107,1 17.400,4 21.154,4 52.661,9 31.406,7 27.536,9 -12,32% 95,20% - Pengelolaan Moneter 5.232,2 8.145,4 11.470,5 24.848,1 22.738,8 17.496,9 -23,05% 234,41% - Pemerintah 668,4 856,0 1.148,2 2.672,6 759,3 962,8 26,80% 44,06% - Masyarakat 3.124,6 3.448,1 3.646,2 10.218,9 3.503,1 3.838,4 9,57% 22,84% - Pasar Modal 539,3 546,4 481,3 1.567,1 573,7 500,0 -12,85% -7,30% - Valas 975,0 931,8 624,2 2.531,0 671,2 661,1 -1,50% -32,19% - PUAB 1.527,6 1.252,8 1.324,8 4.105,2 715,7 1.464,3 104,58% -4,14% - Lain-lain 2.040,0 2.219,9 2.459,1 6.719,0 2.445,0 2.613,4 6,89% 28,11%Kliring 476,1 506,7 527,7 1.510,4 507,4 541,5 6,72% 13,76%Debet 344,3 361,5 367,9 1.073,7 368,5 384,3 4,30% 11,61% - Cek 42,2 46,7 50,5 139,4 49,0 49,7 1,37% 17,71% - Bilyet Giro 302,0 314,6 317,3 933,9 319,3 334,5 4,75% 10,77% - Warkat Debet Lainnya 0,1 0,1 0,1 0,4 0,1 0,1 5,34% -0,79%Kredit 131,7 145,2 159,8 436,8 139,0 157,3 13,15% 19,36%APMK 634,9 695,0 723,1 2.053,0 743,9 795,0 6,87% 25,22% - Kartu Kredit 45,1 46,8 47,8 139,7 47,4 50,2 5,97% 11,48% - Kartu ATM dan ATM/Debet 589,9 648,2 675,3 1.913,3 696,5 744,8 6,93% 26,27%Uang Elektronik 0,2 0,3 0,3 0,8 0,3 0,4 34,87% 97,87%Total 15.218,3 18.602,4 22.405,5 56.226,1 32.658,4 28.873,9 -11,59% 89,73%

Tabel 2.7Nilai Transaksi Pembayaran

* Posisi Juni 2012

Nilai (Triliun Rp)

Transaksi SistemPembayaran Non Tunai

2011 2012 % Naik / (Turun)2011

Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II qtq yoy

RTGS 3.901,0 4.131,3 4.455,9 12.488,2 4.162,4 4.301,2 3,33% 10,26% - Pengelolaan Moneter 20,7 17,2 17,7 55,6 17,9 17,1 -4,62% -17,25% - Pemerintah 174,6 192,1 247,5 614,2 172,2 200,4 16,36% 14,79% - Masyarakat 3.364,1 3.577,7 3.835,9 10.777,7 3.642,3 3.744,6 2,81% 11,31% - Pasar Modal 16,2 17,9 16,0 50,1 20,4 15,1 -25,88% -6,61% - Valas 31,9 30,6 19,0 81,5 17,5 17,5 0,22% -45,14% - PUAB 28,1 21,3 20,3 69,8 10,4 20,4 96,02% -27,50% - Lain-lain 265,4 274,5 299,6 839,4 281,7 286,1 1,57% 7,81%Kliring 24.079,0 25.432,0 26.950,0 76.460,9 24.361,0 26.870,1 10,30% 11,59%Debet 10.559,1 10.496,3 10.435,1 31.490,5 10.681,4 10.884,5 1,90% 3,08% - Cek 918,2 915,6 932,0 2.765,8 934,6 954,6 2,14% 3,97% - Bilyet Giro 9.422,7 9.361,3 9.286,4 28.070,5 9.524,2 9.703,5 1,88% 2,98% - Warkat Debet Lainnya 218,2 219,3 216,8 654,3 222,6 226,4 1,69% 3,76%Kredit 13.519,8 14.935,7 16.514,9 44.970,4 13.679,5 15.985,6 16,86% 18,24%APMK 592.902,2 645.259,5 676.090,5 1.914.252,1 689.906,9 743.708,7 7,80% 25,44% - Kartu Kredit 51.742,7 52.825,2 53.965,8 158.533,7 53.699,1 55.108,1 2,62% 6,50% - Kartu ATM dan ATM/Debet 541.159,5 592.434,3 622.124,6 1.755.718,4 636.207,8 688.600,6 8,24% 27,25%Uang Elektronik 9.357,6 10.575,6 12.727,3 32.660,5 17.260,8 24.703,1 43,12% 163,99%Total 630.239,7 685.398,4 720.223,7 2.035.861,8 735.691,0 799.583,1 8,68% 26,87%

Tabel 2.8Volume Transaksi Pembayaran

* Posisi Juni 2012

Volume (Ribu Transaksi)

Page 37: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 27

terutama penempatan likuiditas bank di instrumen deposit facility. Sedangkan volume transaksi meningkat sebanyak 169 juta transaksi (26,87%, yoy), terjadi pada seluruh sistem pembayaran (Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), Kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan Kartu ATM/Debet, Kartu Kredit maupun uang elektronik (Tabel 2.7 dan Tabel 2.8).

Dibandingkan triwulan sebelumnya, transaksi sistem pembayaran mengalami penurunan di sisi nilai namun meningkat dari sisi volume. Penurunan nilai transaksi terutama disebabkan menurunnya transaksi pengelolaan moneter pada triwulan II-2012, sejalan dengan adanya perubahan pola penyimpanan likuiditas bank peserta RTGS dari FASBI (overnight) menjadi Term Deposit.

Selama triwulan II-2012, setelmen transaksi dana bernilai besar maupun ritel serta setelmen surat berharga yang dilakukan melalui Bank Indonesia dapat dilaksanakan secara aman dan lancar. Ketersediaan layanan Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) serta Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia pada triwulan laporan mencapai 99,82%. Penyelenggaraan transaksi yang aman dan lancar selama triwulan laporan juga terjadi pada sistem pembayaran dengan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) dan uang elektronik yang diselenggarakan di luar Bank Indonesia.

12. Perkembangan Pengedaran UangUang Yang Diedarkan (UYD) meningkat pada triwulan II-2012 karena peningkatan kebutuhan uang kartal oleh masyarakat.

UYD atau uang kartal selama triwulan II-2012 mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya (Grafik 2.19). Pada triwulan laporan rata-rata jumlah UYD tercatat sebesar Rp 374,43 triliun meningkat sebesar Rp 33,83 trilliun atau 9,9% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kenaikan tersebut salah satunya disebabkan faktor musiman masa liburan sekolah dan pembayaran gaji ke-13 bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Secara tahunan, UYD juga mengalami peningkatan yakni sebesar Rp 58,89 trilliun atau 18,7%. Peningkatan UYD tersebut sejalan dengan aktivitas perekonomian Indonesia yang masih tumbuh positif.

Grafik 2.19Perkembangan Uang Yang Diedarkan

����������

���

���

���

���

���

�������������� ������������ ����������� ���������� �����������

���� ����

�����

�����

����

����

�����

������

�������������������������������������

Page 38: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

28 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

UYD yang ada di perbankan pada triwulan II-2012 mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya dari 15,38% menjadi 14,73%. Secara tahunan, rata-rata pangsa UYD di perbankan pada triwulan II-2012 juga mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya namun tidak signifikan. Porsi terbesar UYD masih berada di masyarakat yang pada triwulan II-2012 mencapai 85,27%, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 84,62% (Tabel 2.9).

Dari sisi pecahan, komposisi UYD pada triwulan II-2012 didominasi uang pecahan besar (Rp 20.000 ke atas) yang mencapai 92,9%, dengan komposisi pecahan Rp 100.000, Rp 50.000 dan Rp 20.000 masing-masing sebesar 59%, 31,3% dan 2,6% dari total UYD. Sedangkan pangsa uang pecahan kecil (Rp10.000 ke bawah) hanya sebesar 7,1% (Tabel 2.10).

Periode Triwulan II

Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal(%) (%) (%) (%) (%)

Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II2011 2012

Masyarakat 257.560,62 85,23 282.218,91 83,42 288.880,75 85,09 291.036,21 84,62 300.385,79 85,27Bank 44.648,95 14,77 56.107,79 16,58 50.628,72 14,91 52.898,53 15,38 51.877,40 14,73Total 302.209,57 100,00 338.326,71 100,00 339.509,48 100,00 343.934,74 100,00 352.263,19 100,00

Tabel 2.9Perkembangan UYD di Bank dan Masyarakat Periode 2011-2012

Pecahan 2011 20112012 2012Triwulan II Triwulan IITriwulan I Triwulan ITriwulan IV Triwulan IVTriwulan III Triwulan IIITriwulan II Triwulan II

Nominal (triliun Rp) Pangsa

100.000,00 170,4 176,2 206,9 191,3 220,9 54,0% 52,4% 55,5% 56,2% 59,0% 50.000,00 112,4 119,1 129,8 114,7 117,3 35,6% 35,4% 34,8% 33,7% 31,3% 20.000,00 8,8 10,5 9,5 9,1 9,8 2,8% 3,1% 2,5% 2,7% 2,6% 10.000,00 8,5 11,0 9,6 9,1 9,5 2,7% 3,3% 2,6% 2,7% 2,5% 5.000,00 6,0 8,3 7,0 6,6 6,8 1,9% 2,5% 1,9% 1,9% 1,8% 2.000,00 2,9 4,4 3,8 3,5 3,7 0,9% 1,3% 1,0% 1,0% 1,0% <=1000 2,8 3,1 2,5 2,4 2,3 0,9% 0,9% 0,7% 0,7% 0,6% UK 311,8 332,5 369,2 336,7 370,3 98,8% 98,8% 99,0% 98,8% 98,9% 1.000,00 0,5 0,7 0,7 0,9 1,0 0,2% 0,2% 0,2% 0,2% 0,3% 500,00 2,1 2,2 2,2 2,2 2,3 0,7% 0,6% 0,6% 0,7% 0,6% 200,00 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% <=100 0,8 0,8 0,5 0,5 0,5 0,3% 0,3% 0,1% 0,2% 0,1% UL 3,7 4,0 3,8 4,0 4,2 1,2% 1,2% 1,0% 1,2% 1,1% 315,5 336,5 373,0 340,6 374,4 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%Uang Pecahan Besar (UPB) 291,6 305,9 346,2 315,1 348,0 92,4% 90,9% 92,8% 92,5% 92,9%Uang Pecahan Kecil (UPK) 24,0 30,6 26,8 25,5 26,4 7,6% 9,1% 7,2% 7,5% 7,1%

Jumlah 315,5 336,5 373,0 340,6 374,4 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

Tabel 2.10UYD Per Pecahan

Page 39: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 29

Peningkatan kebutuhan uang oleh masyarakat dapat terpenuhi dengan upaya Bank Indonesia untuk mengedarkan uang layak edar dalam jumlah yang cukup. Selama triwulan II-2012, jumlah uang layak edar dari Bank Indonesia ke perbankan dan masyarakat mencapai Rp 108,6 triliun, naik sebesar 74,3% dibandingkan dengan triwulan I-2012.

Untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terhadap ketersediaan uang layak edar, pada akhir triwulan II-2012 Bank Indonesia telah melakukan survei kepada stakeholders eksternal di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Berdasarkan hasil survei, masyarakat memberikan penilaian 4,49 (dari skala 6). Pencapaian tersebut relatif menurun dibanding pencapaian kinerja hasil Focus Group Discussion (FGD) pada triwulan I-2012 yang sebesar 4,60. Aspek yang dinilai rendah oleh masyarakat adalah aspek ‘terpenuhinya uang tunai dalam kualitas yang baik/layak edar’ dan ‘terpenuhinya uang tunai dalam jenis pecahan yang sesuai kebutuhan’. Dari hasil survei, diperoleh masukan dari masyarakat agar Bank Indonesia dapat menyediakan uang layak edar dengan denominasi yang dibutuhkan masyarakat, termasuk penyediaan uang kertas seribu rupiah. Selain itu, masyarakat mengharapkan Bank Indonesia untuk meningkatkan publikasi tentang sosialisasi uang layak edar baik melalui media massa maupun media elektronik.

Untuk menjaga kesegaran uang rupiah dalam kondisi layak edar, Bank Indonesia melakukan pemusnahan uang rupiah tidak layak edar yang masuk ke Bank Indonesia. Selama triwulan II-2012, uang masuk ke Bank Indonesia tercatat sebesar Rp 76,7 triliun, terdiri dari uang kertas dan uang logam masing-masing sebesar Rp 76,7 triliun dan Rp 19 miliar. Dari uang kertas yang masuk tersebut, sebesar 5,98% atau setara dengan 0,7 miliar bilyet uang rupiah kertas dengan nilai Rp 4,6 trilliun merupakan uang tidak layak edar yang selanjutnya dimusnahkan oleh Bank Indonesia. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan mengalami penurunan yang signifikan. Pada triwulan II-2011, jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan sebesar 1,29 milliar bilyet dengan nilai Rp 37,8 triliun (Tabel 2.11).

Indikator Utama2011 2012 qtq yoy

Triwulan IVTriwulan IIITriwulan II Triwulan II (%) (%)Triwulan I

Triliun Rp 37,8 39,9 41,7 33,0 4,6 -86,1% -87,9%

Juta Bilyet 1,3 1,2 1,8 1,5 0,7 -52,6% -44,2%

Tabel 2.11Pemusnahan Uang Rupiah Tidak Layak Edar

Page 40: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 2 • Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

30 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 41: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

BAB 3

Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Memperhatikan perkembangan kondisi ekonomi global dan domestik, Bank

Indonesia menempuh berbagai kebijakan. Kebijakan moneter ditempuh untuk

mengarahkan inflasi pada sasaran yang telah ditetapkan dengan tetap menjaga laju

pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bank Indonesia juga memperkuat ketahanan perbankan

dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian bank. Untuk mendukung kebijakan

tersebut, kelancaran sistem pembayaran dan pemenuhan uang beredar juga menjadi fokus

kebijakan Bank Indonesia selama triwulan II-2012. Bank Indonesia juga terus memperkuat

koordinasi dengan pemerintah dan pihak terkait lainnya, serta melakukan upaya edukasi

dan komunikasi dengan stakeholders.

Page 42: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

32 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

1. Stabilitas MoneterBank Indonesia masih melanjutkan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi pada kisaran yang telah ditetapkan, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Sejalan dengan itu, Bank Indonesia terus memperkuat pengelolaan nilai tukar sesuai fundamentalnya dan didukung oleh langkah-langkah lanjutan dalam operasi moneter dan pendalaman pasar valas dalam rangka menjaga agar penyesuaian keseimbangan eksternal berjalan secara teratur.

1.1. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia pada triwulan II-2012 secara umum diarahkan untuk memitigasi berbagai risiko jangka pendek yang dapat muncul dari ketidakpastian ekonomi global. Krisis Eropa yang masih berlanjut pada triwulan II-2012 memberikan tekanan pada pasar keuangan dan juga diikuti oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Sementara di sektor riil masih cukup kondusif dengan laju inflasi yang terkendali.

Mempertimbangkan kondisi global dan domestik tersebut, kebijakan moneter yang ditempuh diarahkan untuk tetap mengendalikan inflasi agar mencapai target yang telah ditetapkan, sekaligus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Dengan arah kebijakan tersebut, maka Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan BI Rate sepanjang triwulan-II 2012 pada level 5,75%. Bank Indonesia memandang bahwa tingkat suku bunga tersebut masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Namun demikian, Bank Indonesia terus mewaspadai melemahnya perekonomian global yang berdampak pada melambatnya ekspor di tengah masih tingginya impor sejalan dengan kuatnya permintaan domestik.

Sejalan dengan arah kebijakan tersebut, Bank Indonesia juga terus memperkuat pengelolaan nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamentalnya dan didukung oleh langkah-langkah lanjutan dalam operasi moneter agar penyesuaian keseimbangan eksternal berjalan secara teratur. Pengelolaan nilai tukar rupiah dilakukan dengan mendorong peningkatan pasokan valuta asing ke pasar agar pergerakan rupiah tetap sejalan dengan pergerakan nilai tukar kawasan Asia dan kondisi fundamental perekonomian Indonesia. Langkah kebijakan tersebut juga didukung melalui operasi moneter Bank Indonesia yang tetap diarahkan untuk menyerap kelebihan likuiditas dengan instrumen operasi moneter jangka panjang.

Guna memperkuat kebijakan-kebijakan tersebut, Bank Indonesia juga menempuh kebijakan terkait dengan upaya pendalaman pasar valas. Pada triwulan II-2012, Bank Indonesia menerbitkan instrumen Term Deposit berdenominasi valuta asing (TD Valas), yang merupakan instrumen penempatan devisa oleh perbankan domestik di Bank Indonesia. Selain memperkaya instrumen operasi moneter Bank Indonesia yang telah ada, instrumen TD Valas memberikan alternatif penempatan valas bagi perbankan dalam negeri. Instrumen tersebut sekaligus dapat digunakan sebagai outlet penempatan devisa oleh perbankan domestik seiring dengan masuknya Devisa Hasil Ekspor pasca-penerapan ketentuan Bank Indonesia mengenai Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Devisa Utang

Page 43: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 33

Luar Negeri. Selanjutnya, Bank Indonesia akan mengelola devisa tersebut melalui berbagai transaksi devisa untuk mendorong pendalaman pasar, sekaligus sebagai instrumen operasi moneter.

Untuk mendukung berbagai kebijakan yang ditempuh, Bank Indonesia melakukan koordinasi lebih intensif dengan pemerintah. Koordinasi dilakukan melalui berbagai forum antara lain Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan dan Forum Tim Pengendalian Inflasi (TPI) baik di pusat maupun di daerah untuk menjaga stabilitas harga di dalam negeri.

Kebijakan lain yang ditempuh oleh Bank Indonesia guna menjaga kestabilan moneter dan sistem keuangan adalah memantapkan Crisis Management Protocol (CMP)/Protokol Manajemen Krisis). Berlarutnya penanganan krisis Eropa tidak saja berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi dunia, namun juga memicu volatilitas di pasar keuangan global. Ditengah semakin eratnya interkoneksi antar negara, maka seluruh otoritas terkait perlu mewaspadai dan memonitor berbagai dinamika yang sedang terjadi dan dampak rambatan baik langsung maupun tidak langsung yang dapat mengganggu stabilitas perekonomian nasional. Berangkat dari pemikiran tersebut, Bank Indonesia mengembangkan CMP sebagai suatu pedoman dan tata cara yang jelas, terintegrasi dan berkelanjutan dalam melaksanakan langkah-langkah pencegahan dan/atau penanganan krisis. CMP Bank Indonesia mencakup dua sub-protokol yaitu sub-protokol nilai tukar dan perbankan.

Sepanjang triwulan I dan II-2012, Bank Indonesia telah melaksanakan beberapa kegiatan terkait penyiapan CMP. Pada triwulan I-2012 Bank Indonesia menerbitkan aturan hukum internal1 yang mengatur mengenai Protokol Manajemen Krisis yang mencakup pengaturan mengenai kegiatan surveillance, mekanisme pengambilan keputusan, koordinasi dengan pemerintah dan institusi terkait dan komunikasi kepada pemangku kepentingan. Selanjutnya, pada triwulan II-2012 telah diterbitkan pula aturan pelaksanaan yang mengatur mengenai pedoman pelaksanaan manajemen krisis2. Aturan pelaksanaan ini penting sebagai acuan mekanisme kerja yang lebih detil bagi departemen terkait di internal Bank Indonesia.

Sebagai perwujudan koordinasi dengan pemerintah dan institusi terkait, CMP Bank Indonesia telah pula diintegrasikan ke dalam CMP Nasional. Pada tanggal 7 Juni 2012, Rapat Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) yang merupakan pengejewantahan Pasal 44, Pasal 45, dan Pasal 46 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyepakati dua hal penting. Pertama, Nota Kesepahaman bersama antara Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan tentang Koordinasi Dalam Rangka Stabilitas Keuangan. Kedua, Surat Keputusan Bersama yang memuat antara lain adanya rapat koordinasi di tingkat deputi, serta penunjukan Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan selaku Koordinator Sekretariat FKSSK.

Ruang lingkup Nota Kesepahaman bersama antara Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan tentang Koordinasi Dalam Rangka Stabilitas Keuangan meliputi pengaturan mengenai :

1 PDG No.14/1/PDG/2012 tentang Protokol Manajemen Krisis2 SE No.14/11/INTERN tentang Pedoman Pelaksanaan Protokol Manajemen Krisis

Page 44: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

34 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

a. Pertukaran data dan informasi mengenai kondisi SSK dan analisis CMP yang menjadi tugas dan wewenang masing-masing lembaga;

b. Pembahasan hasil pemantauan mengenai kondisi nilai tukar, perbankan, lembaga keuangan bukan bank, pasar modal, pasar Surat Berharga Negara, dan risiko fiskal yang oleh masing-masing lembaga ditengarai dapat mengganggu SSK baik yang berdampak atau tidak berdampak pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

c. Pemberian masukan dan pencapaian kesepahaman mengenai langkah-langkah dan tindakan yang diperlukan sesuai tugas dan wewenang masing-masing lembaga;

d. Harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan yang menjadi tugas dan wewenang masing-masing lembaga yang diperlukan dalam rangka menjaga SSK;

e. Koordinasi pelaksanaan atas kebijakan yang diambil mengenai langkah-langkah dan tindakan pencegahan dan penanganan krisis sesuai tugas dan wewenang masing-masing lembaga;

f. Komunikasi publik dalam rangka upaya pencegahan dan penanganan krisis; dan

g. Pelaksanaan simulasi dan evaluasi CMP Nasional.

Guna menunjang koordinasi antar lembaga, dilaksanakan pula upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Pada 17-19 April 2012 di Jakarta, Bank Indonesia menyelenggarakan workshop mengenai “International Financial Crisis” yang juga merupakan bagian dari technical assistance dari Bundesbank. Selanjutnya, pada 4-6 Juni 2012 di Bogor, telah dilaksanakan workshop “Crisis Binder Workshop: Crisis Preparedness in Interconnected Markets”, yang didukung oleh World Bank, Toronto Center, Australian AID, Sida, serta Canadian International Development Agency.

Selanjutnya, dengan mempertimbangkan tantangan yang semakin kompleks dalam menjaga stabilitas makroekonomi, Bank Indonesia melakukan penguatan terhadap framework bauran kebijakan moneter dan makroprudensial. Kebijakan moneter tidak cukup hanya mengandalkan instrumen suku bunga. Diperlukan suatu bauran kebijakan moneter dan makroprudensial dengan menggunakan berbagai instrumen yang tersedia, baik untuk stabilitas internal maupun untuk stabilitas eksternal. Bauran instrumen untuk stabilitas internal ditujukan sebagai stabilisasi harga dan pengelolaan permintaan domestik. Sedangkan bauran instrumen untuk stabilitas eksternal digunakan untuk mengelola aliran masuk modal asing dan stabilitas nilai tukar.

Penyempurnaan kerangka kerja kebijakan moneter dengan sasaran akhir stabilitas harga yang dilakukan oleh Bank Indonesia mencakup: (i) desain framework flexible Inflation Targeting Framework (ITF) dan implementasinya, (ii) penyusunan model makroekonomi dan dukungan riset, (iii) koordinasi dengan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam bidang pengendalian inflasi, (iv) penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan peningkatan kapasitas ekonomi. Sampai dengan triwulan II-2012, sebagian besar tahapan kegiatan penguatan terhadap framework bauran kebijakan moneter dan makroprudensial telah diselesaikan. Dari 15 kegiatan utama, empat kegiatan telah selesai dilaksanakan yaitu (i) review external expert terhadap implementasi kebijakan moneter Bank Indonesia, (ii) penguatan kelembagaan TPID berupa draft Peraturan Menteri Dalam Negeri, (iii) pengembangan pusat informasi harga pangan strategis, dan (iv) fasilitasi penguatan pemerintah daerah dalam rangka pembentukan cadangan pangan.

Page 45: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 35

1.2. Pengelolaan Operasi Moneter dan Nilai Tukar

Strategi pengelolaan operasi moneter Bank Indonesia yang ditempuh selama triwulan II-2012 tetap diarahkan untuk menyerap kelebihan likuiditas dengan mengoptimalkan penggunaan instrumen operasi moneter jangka panjang. Strategi ini diterapkan oleh Bank Indonesia dengan melanjutkan perpanjangan tenor instrumen operasi moneter yang telah dimulai sejak tahun 2010. Dengan strategi tersebut, pengelolaan operasi moneter dilakukan dengan mengoptimalkan penyerapan melalui instrumen Term Deposit rupiah jangka panjang (tenor 6 dan 9 bulan), Reverse Repo Surat Berharga Negara (RR-SBN) yang ditawarkan dengan tenor 3 bulan dan 6 bulan serta hanya menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan tenor 9 bulan.

Strategi perpanjangan profil instrumen operasi moneter juga dilakukan agar perbankan terbiasa mengelola kelebihan likuiditasnya dalam horizon waktu yang lebih panjang dan tidak menempatkan aset likuid jangka pendek dalam jumlah yang sangat besar. Guna mendukung arah kebijakan ini Bank Indonesia mengarahkan agar suku bunga instrumen operasi moneter di tenor yang lebih panjang meningkat lebih tinggi (Grafik 3.1). Dengan strategi ini, imbal hasil (yield) instrumen operasi moneter jangka menengah menjadi meningkat, sehingga preferensi penempatan dana bank mulai beralih dari instrumen operasi moneter jangka sangat pendek (Deposit Facility / DF) ke jangka lebih panjang (instrumen SBI, TD dan RR-SBN).

Posisi instrumen operasi moneter Bank Indonesia pada akhir triwulan II-2012 turun sebesar Rp 104 triliun menjadi Rp 362 triliun dari posisi akhir triwulan I-2012 sebesar Rp 466 triliun (Grafik 3.2). Penurunan tersebut merupakan dampak dari faktor siklikal dan nonsiklikal. Dari faktor siklikal, penurunan posisi instrumen operasi moneter terutama disebabkan oleh besarnya kebutuhan likuiditas perbankan terkait penyetoran pajak, setelmen lelang SBN, dan meningkatnya kebutuhan uang dalam rangka tahun ajaran baru dan libur sekolah. Dari faktor nonsiklikal, penurunan instrumen tersebut terkait dengan pelaksanaan strategi operasi moneter valas yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, sehingga berdampak pada berkurangnya likuiditas rupiah.

Grafik 3.1Suku Bunga Operasi Moneter

����

����

����

����

����

����������������������

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

Page 46: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

36 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Strategi penguatan operasi moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan meningkatkan suku bunga instrumen moneter jangka lebih panjang berdampak pada menurunnya porsi instrumen Deposit Facility (DF) dalam struktur instrumen Operasi Moneter (Grafik 3.3). Posisi DF yang merupakan instrumen moneter paling pendek (overnight) pada triwulan II-2012 turun menjadi 33% dari porsi triwulan sebelumnya yang mencapai 45% dari total penempatan di Bank Indonesia. Sebagian likuiditas yang sebelumnya tertanam di instrumen DF ditempatkan oleh perbankan ke instrumen operasi moneter yang memiliki tenor lebih panjang, khususnya pada instrumen TD rupiah. Adanya perpindahan penempatan tersebut menyebabkan porsi instrumen TD rupiah meningkat dari porsi triwulan sebelumnya 18% menjadi 24% pada triwulan laporan. Posisi TD tercatat meningkat dari Rp 83 triliun pada triwulan I-2012 menjadi Rp 89 triliun pada akhir triwulan laporan atau bertambah sebesar Rp 5,39 triliun. Sejalan dengan pergeseran penempatan likuiditas pada instrumen dengan tenor lebih panjang, porsi RR-SBN triwulan laporan meningkat dari 16% menjadi 17%. Namun, sejalan dengan turunnya posisi OM, posisi RR berkurang dari Rp 73 triliun menjadi Rp 60 triliun. Strategi

Grafik 3.3Pangsa Instrumen Operasi Moneter

���

��

��

��

����� ����� ������ ����� ���� ����� ������ ����� ���� �����

���� ���� ����

������� �� �� ��� ��

�����

������

�� ��

���

�� �� ���

���������

��� ���

������

���

���

���

���������

������

������

��� �� �����

��� ������

������

���

Grafik 3.2Posisi Instrumen Operasi Moneter

����������

���

���

���

���

���

���

����� ����� ������ ����� ���� ����� ������ ����� ���� �����

���� ���� ����

������� �� �� ��� ��

��

���

�� ���

��� ���

������ ��� ���

�����

��

������

���

���

���

��

������

���

����

��

�����

��

��

�� �� �����

�� �� ��

Page 47: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 37

penyerapan likuiditas melalui lelang RR-SBN pada bulan Juni lebih diarahkan untuk mengoptimalkan penggunaan instrumen RR-SBN dengan tenor pendek untuk mengimbangi lelang TD yang secara temporer juga ditawarkan dengan tenor kurang dari satu bulan.

Pada triwulan II-2012, pengelolaan operasi moneter Bank Indonesia diperkaya dengan penggunaan instrumen yang baru yakni TD valas. Penerbitan instrumen tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi pasar valas domestik yang cenderung tipis dan tersegmentasi, serta permintaan valas domestik yang bergantung pada pasokan valas dari luar negeri. Keterbatasan outlet penempatan dana valas di dalam negeri selama ini membuat bank domestik menempatkan dana valasnya di pasar uang luar negeri. Dengan demikian, selain memperkaya instrumen operasi moneter yang telah ada, TD valas memberikan alternatif penempatan valas di Bank Indonesia bagi perbankan dalam negeri.

Instrumen TD valas ditawarkan dalam beberapa tenor penempatan yakni 7 hari, 14 hari dan 30 hari. Instrumen TD valas memiliki beberapa kelebihan, diantaranya imbal hasil yang kompetitif, tetap dapat menjadi alat likuid bagi bank dengan memberikan kesempatan bank melakukan early redemption maupun mengalihkan ke fx-swap, serta dapat menjadi faktor pengurang Posisi Devisa Neto bank.

Dalam operasionalisasinya, sesuai dengan ketentuan, lelang TD valas diselenggarakan secara reguler setiap hari Rabu atau hari kerja lain yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Lelang TD valas yang pertama dilaksanakan pada tanggal 13 Juni 2012 dan selama periode triwulan II-2012, telah diselenggarakan empat kali lelang dan mengalami oversubscribed pada setiap lelang (Grafik 3.4). Seluruh tenor yang disediakan yakni 7 hari, 14 hari dan 30 hari telah dibuka dengan suku bunga yang mulai konvergen dan stabil (Grafik 3.5).

Grafik 3.4Hasil Lelang Term Deposit Valas

Triwulan II-2012

Grafik 3.5Rata-Rata Tertimbang Hasil Lelang

Term Deposit Valas Triwulan II-2012 (%)

��������

���

���

���

�����������������

����������������������

����������

������ ������ ������

���

���

��� ���

���

������

���

���

���

����

����

����

����

�����������������������

������ ������ ������ ����������

Dalam pengelolaan nilai tukar, Bank Indonesia senantiasa berada di pasar guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Selain memperkuat pasokan valas domestik melalui instrumen moneter TD valas, selama triwulan laporan Bank Indonesia melakukan intervensi spot, forward dan swap jual untuk menjaga volatilitas nilai tukar rupiah. Penggunaan berbagai instrumen operasi moneter valas

Page 48: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

38 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

tersebut dimaksudkan agar likuiditas valas di pasar dapat terkelola dengan baik sesuai jangka waktu kebutuhan valas yang diperlukan.

Selanjutnya, guna meningkatkan efektivitas pengelolaan operasi moneternya, Bank Indonesia juga melakukan program kerja inisiatif berupa penguatan operasi moneter. Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan memperkuat pelaksanaan operasi moneter serta mencari alternatif pengelolaan likuiditas yang lebih efektif dan efisien di tengah kondisi ekses likuiditas. Selain itu, program kerja ini juga bertujuan memperkuat pelaksanaan operasi moneter yang terintegrasi antara operasi moneter rupiah dan valas, serta penguatan pelaksanaan kebijakan nilai tukar.

Penguatan operasi moneter dalam jangka menengah dan jangka pendek memfokuskan pada penguatan aspek strategis dan aspek teknis yang menjadi dasar penguatan operasi moneter dalam jangka panjang. Pada aspek strategis, Bank Indonesia akan meninjau kembali kerangka operasional, threshold likuiditas harian perbankan, strategi komposisi instrumen operasi moneter, dan pemanfaatan instrumen valas. Sementara pada aspek teknis akan mengevaluasi alternatif penguatan operasional dari sisi pelaksanaan serta regulasi.

Program kerja inisiatif lain yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah akselerasi pendalaman pasar keuangan. Program ini mencakup lima pilar kegiatan yakni (1) Pilar regulasi dan standardisasi, (2) Pilar pengembangan pasar dan instrumen, (3) Pilar infrastruktur dan sistem, (4) Pilar kelembagaan dan (5) Pilar pemahaman dan edukasi.

Selama triwulan II-2012, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Bank Indonesia di masing-masing pilar program kerja. Pada Pilar Regulasi dan Standardisasi, Bank Indonesia mengevaluasi beberapa ketentuan terkait transaksi valuta asing pada pasar domestik. Evaluasi terutama diarahkan untuk mengembangkan dan menggiatkan transaksi lindung nilai untuk mendukung pendalaman pasar valas domestik. Dalam memperkuat hasil evaluasi ketentuan, Bank Indonesia menyampaikan kuesioner kepada sejumlah pelaku pasar baik perbankan maupun korporasi. Sementara itu, bekerja sama dengan Bapepam-LK, Bank Indonesia melakukan finalisasi penyusunan draft Global Master Repo Agreement (GMRA) dalam rangka standardisasi transaksi repo antarpelaku pasar.

Pada Pilar Pengembangan Pasar dan Instrumen, Bank Indonesia melakukan asesmen terkait transaksi swap antara Bank Indonesia dan bank untuk mendukung pengembangan transaksi lindung nilai. Di samping itu, Bank Indonesia juga telah melakukan asesmen terhadap pengembangan transaksi Interest Rate Swap (IRS).

Pada Pilar Infrastruktur dan Sistem, pengembangan BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II yang sedang berjalan masih menjadi program utama Bank Indonesia. Termasuk dalam program tersebut yaitu pengembangan Bank Indonesia Electronic Trading Platform (BI-ETP). Selain itu, Bank Indonesia sedang melakukan asesmen terhadap pembentukan Central Counterparty (CCP) yang diharapkan dapat mendorong transaksi jual-beli maupun repo surat berharga.

Pada Pilar Kelembagaan, telah dilakukan high level meeting Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan dalam rangka inisiasi pembentukan tim koordinasi lintas otoritas pendalaman pasar keuangan. Pembentukan tim koordinasi lintas otoritas tersebut diharapkan dapat menyelaraskan upaya pendalaman pasar yang dilakukan oleh masing-masing otoritas.

Page 49: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 39

Pada Pilar Pemahaman dan Edukasi, Bank Indonesia melakukan edukasi kepada beberapa BPD untuk mendorong peningkatan aktivitas BPD dalam Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) dan Operasi Moneter Syariah. Bank Indonesia juga melakukan diskusi dengan bank umum syariah untuk menyamakan pemahaman mengenai kondisi PUAS dan juga menyampaikan harapan terkait PUAS terhadap pelaku pasar. Di samping itu telah dilakukan sosialisasi kepada perbankan terkait ketentuan Term Deposit Valas sebagai instrumen moneter.

1.3. Koordinasi dengan Pemerintah dalam Pengendalian Inflasi

Dalam rangka menciptakan stabilisasi harga, Bank Indonesia terus berupaya untuk memperkuat koordinasi dan sinergi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Di tingkat pusat, koordinasi dilakukan melalui Tim Pengendali Inflasi (TPI) dalam forum Focus Group Discussion (FGD) yang secara rutin diselenggarakan sebulan sekali. Sementara di tingkat daerah koordinasi dilakukan bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan melalui wadah Kelompok Kerja Nasional TPID (Pokjanas TPID).

Selama triwulan II-2012, agenda TPI dititikberatkan pada upaya merumuskan kebijakan dalam rangka mengantisipasi peningkatan tekanan inflasi, terutama dari kelompok volatile food. Hal tersebut didasarkan pada dinamika pergerakan inflasi IHK yang didominasi oleh kelompok volatile food, khususnya harga beras. Dalam kaitan ini, TPI fokus untuk mengevaluasi sekaligus merumuskan opsi kebijakan di sisi hilir (stabilisasi harga beras) mengingat langkah-langkah untuk perbaikan di sisi hulu (peningkatan produksi) membutuhkan waktu yang bersifat lebih jangka menengah-panjang dan menjadi kewenangan kementerian teknis terkait.

Upaya untuk mengendalikan tingginya risiko fluktuasi harga pangan juga menjadi tema sentral yang diangkat pada Rapat Koordinasi Nasional TPID (Rakornas TPID) yang diselenggarakan pada 16 Mei 2012. Rakornas TPID untuk ketiga kalinya tersebut dibuka oleh Presiden Republik Indonesia dan diikuti oleh seluruh Gubernur Provinsi dan Bupati/Walikota yang telah memiliki TPID di daerahnya. Di dalam Rakornas III TPID tersebut, mengemuka perlunya meningkatkan peran aktif daerah untuk mendorong kelancaran perdagangan antardaerah serta membuka akses informasi harga sebagai salah satu langkah strategis untuk meredam potensi gejolak harga pangan.

Rakornas TPID III 2012 menghasilkan tiga kesimpulan penting. Pertama, komitmen dari seluruh daerah untuk mendukung percepatan implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) yang dalam pelaksanaannya akan dibentuk suatu gugus tugas (task force) lintas Kementerian/Lembaga. Kedua, komitmen bersama untuk memperluas akses informasi harga pangan melalui pengembangan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS). Ketiga, kesepahaman dan komitmen bersama untuk menjaga kelancaran perdagangan antardaerah untuk mewujudkan stabilitas harga di daerah.

Di samping itu, Pokjanas TPID memandang bahwa penguatan kelembagaan TPID masih perlu menjadi prioritas penting. Untuk itu, selama triwulan II-2012, Pokjanas TPID melanjutkan penyelesaian konsep Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) tentang Pedoman Pelaksanaan Koordinasi dalam rangka Menjaga Keterjangkauan Barang dan Jasa di Daerah. Permendagri ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi pemerintah daerah mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam

Page 50: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

40 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

pembentukan TPID; tugas, fungsi, dan mekanisme kerja TPID serta koordinasi antara TPI dan TPID atau antar TPID. Konsep Permendagri tersebut saat ini dalam tahap kajian hukum di Kementerian Dalam Negeri dan selanjutnya diharapkan dapat diimplementasikan dalam waktu dekat.

1.4. Pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN)

Sejalan dengan fungsi Bank Indonesia sebagai pemegang kas pemerintah, Bank Indonesia menatausahakan penarikan Utang Luar Negeri (ULN) pemerintah untuk pembiayaan proyek, pembiayaan defisit APBN dan pengelolaan portofolio utang serta melakukan pembayaran ULN pemerintah yang jatuh waktu.

Dalam triwulan II-2012 (April dan Mei 2012) jumlah penarikan PLN pemerintah yang diadministrasikan Bank Indonesia sebesar USD 2.110,3 juta termasuk penerbitan Global Medium Term Notes RI0422 sebesar USD 1.540,0 juta dan reopening RI0142 sebesar USD 455,0 juta. Adapun realisasi pembayaran Pinjaman Luar Negeri (PLN) pemerintah sebesar USD 829,4 juta (Tabel 3.1 dan Tabel 3.2).

Mempertimbangkan konsekuensi terhadap kredibilitas negara, aspek penting dalam pembayaran ULN pemerintah yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah mengutamakan pembayaran kewajiban pemerintah yang aman, akurat dan tepat waktu. Untuk itu, Bank Indonesia menjamin ketersediaan valuta asing yang diperlukan sesuai dengan valuta pinjaman yang harus dibayarkan. Untuk mendukung kinerja tersebut, Bank Indonesia secara bulanan melakukan rekonsiliasi data realisasi pembayaran ULN dengan pemerintah.

Tabel 3.1Realisasi Penarikan ULN Pemerintah

2012 2012Triwulan

ITriwulan

IApril AprilMei MeiJuni JuniTriwulanII

TriwulanII

Pemerintah 1.706,3 2.038,5 71,9 - 2.110,3 Multilateral 28,1 22,9 6,1 29,0Bilateral 147,6 12,0 38,7 50,6FKE 34,0 7,8 7,2 15,0Komersial 21,3 0,8 19,9 20,7 Bond 1.475,3 1.995,0 - 1.995,0Total 1.706,3 2.038,5 71,9 - 3.816,7

Pemerintah 1.157,6 441,5 387,9 - 829,4Multilateral 407,9 249,5 249,8 499,3Bilateral 64,4 29,0 22,3 51,3FKE 203,1 44,7 9,9 54,6Komersial 15,2 1,9 0,0 1,9Bond 467,0 116,4 105,9 222,3Bank Indonesia 26,3 3,4 1,1 - 4,4Multilateral 1,2 - 1,1 1,1Bilateral - 3,4 - 3,4Komersial 25,1 -Total 1.183,9 444,9 389,0 - 833,9

Sumber : Statistik ULN Indonesia

Sumber : Statistik ULN Indonesia

(Juta USD) (Juta USD)

Tabel 3.2Realisasi Pembayaran ULN Pemerintah

Sebagai perwujudan dari pelaksanaan transparansi informasi mengenai perkembangan ULN Indonesia, Bank Indonesia bersama dengan Kementerian Keuangan menerbitkan publikasi Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI). Publikasi tersebut menyajikan data ULN pemerintah, Bank Indonesia dan sektor swasta. Publikasi tersebut diharapkan dapat menjadi referensi utama bagi stakeholder

Page 51: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 41

domestik dan internasional dalam memperoleh data yang akurat mengenai ULN Indonesia. Sampai dengan triwulan II-2012, telah diterbitkan publikasi SULNI edisi Januari-Juni 2012, yang dapat diakses melalui website Bank Indonesia.

Selain menerbitkan SULNI, Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan juga menerbitkan Statistik Utang Sektor Publik Indonesia (SUSPI). Publikasi tersebut memuat data utang pemerintah, Bank Indonesia dan BUMN, baik utang domestik maupun ULN. Penerbitan SUSPI merupakan implementasi dari Public Sector Debt Statistics/SUSP, yang merupakan joint program antara World Bank dan IMF dalam rangka penyediaan data utang sektor publik di setiap negara dalam standar internasional yang comparable. Peran SUSP dirasakan semakin penting saat terjadinya Sovereign Debt Crisis di beberapa negara Eropa dan kemudian menjadi concern G20 dalam perumusan kebijakan fiscal sustainability dan financial reform. Saat ini sudah terdapat 94 negara (termasuk Indonesia) yang setuju untuk menyampaikan SUSP secara online setiap triwulan ke website World Bank dan IMF, dimana data dari 67 negara diantaranya telah tersedia.

SUSPI untuk periode triwulan I-2010 s.d. triwulan IV-2011 telah disampaikan kepada World Bank/IMF pada April 2012 dan telah dipublikasikan dalam website World Bank. Selanjutnya, proses up-dating data SUSPI untuk triwulan I dan II-2012 sedang dilakukan oleh Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan dan akan disampaikan pada awal Agustus 2012.

1.5. Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung Perumusan Kebijakan

Sejalan dengan tugas Bank Indonesia dan untuk mendukung perumusan kebijakan, Bank Indonesia melakukan kegiatan statistik, menyediakan data dan informasi ekonomi, keuangan dan moneter serta menyusun laporan/analisis serta melaksanakan berbagai jenis survei yang terkait dengan kondisi eksternal, keuangan, moneter dan sektor riil. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, Bank Indonesia senantiasa mengedepankan upaya untuk mewujudkan data/statistik dan informasi yang CRATA yaitu komprehensif (comprehensive), terpercaya (reliable), akurat (accuracy), terkini (timeliness) dan mudah untuk diakses (accessible) serta sesuai dengan standar yang berlaku secara internasional.

Untuk memberikan gambaran terkini mengenai peranan sektor eksternal dalam perekonomian, sebagaimana triwulan sebelumnya, pada triwulan II-2012 Bank Indonesia menyusun laporan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Laporan tersebut menggambarkan aliran sumber daya dari dan ke negara lain, struktur ekonomi dan perdagangan, permasalahan utang luar negeri, serta perubahan posisi cadangan devisa dan potensi tekanan nilai tukar.

Di samping itu, Bank Indonesia juga melakukan analisis sektor riil dan sektor finansial. Analisis sektor riil dilakukan dengan memanfaatkan hasil survei-survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia secara rutin seperti Survei Konsumen (SK), Survei Penjualan Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Survei Harga Properti Residensial (SHPR), Survei Perbankan (SP) dan Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi (SPIME) dan survei-survei lainnya yang dilakukan secara ad-hoc. Sedangkan bentuk analisis sektor finansial antara lain dalam bentuk analisis Neraca Arus Dana (NAD) dan Perusahaan Pembiayaan (PP).

Page 52: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

42 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Dalam rangka meningkatkan kualitas hasil survei, Bank Indonesia senantiasa melakukan pengembangan dan penyempurnaan metodologi dan pelaksanaan survei. Salah satu survei yang telah disempurnakan metodologinya pada tahun 2012 adalah Survei Penjualan Eceran (SPE). Bank Indonesia juga telah melakukan penyempurnaan metodologi perhitungan indeks, penambahan cakupan kota dan jumlah responden, dan melakukan perubahan tahun dasar. Terkait dengan kuatnya permintaan domestik di tengah melemahnya ekonomi dunia, pada triwulan-II 2012, Bank Indonesia melakukan survei: Strategi Investasi Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Permintaan Domestik. Sedangkan untuk melihat besaran dampak kebijakan pemerintah terhadap salah satu tugas Bank Indonesia yaitu pengendalian harga, Bank Indonesia melakukan kegiatan Liaison Dampak Pembatasan Impor Hortikultura Terhadap Inflasi.

Selanjutnya, terkait dengan tindak lanjut penerbitan ketentuan Bank Indonesia tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Utang Luar Negeri, Bank Indonesia telah melakukan berbagai kegiatan sosialisasi kepada para eksportir dan instansi terkait. Selain itu, Bank Indonesia juga menyempurnakan sistem monitoring sehingga memudahkan dalam memantau eksportir yang telah memasukkan DHEnya ke perbankan domestik. Untuk medukung penerapan ketentuan tersebut, Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan Ditjen Bea Cukai dan mendorong penyempurnaan dokumen kepaban (PEB) yang digunakan sebagai dasar monitoring DHE. Manfaat lain dari ketentuan tersebut diharapkan eksportir dapat menyampaikan nilai ekspor dengan tepat sehingga data statistik ekspor lebih akurat.

2. Stabilitas Sistem PerbankanMelalui bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta langkah-langkah yang dilakukan Bank Indonesia bersama perbankan, stabilitas sistem perbankan selama triwulan II-2012 tetap terjaga.

2.1. Kebijakan dan Pengawasan Bank Umum

2.1.1. Pengaturan Bank Umum

Sebagai tindak lanjut penerbitan ketentuan mengenai pokok-pokok pengaturan dalam ketentuan mengenai Penerapan Prinsip Kehati-hatian bagi Bank Umum yang Melakukan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Pihak Lain3 dan Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu4, pada triwulan II-2012 Bank Indonesia menerbitkan ketentuan pelaksanaan ketentuan dimaksud5. Ketentuan yang mulai berlaku pada tanggal 27 Juni 2012 mencakup pengaturan mengenai :

3 PBI No.13/25/PBI/2011 tentang Penerapan Prinsip Kehati-hatian bagi Bank Umum yang Melakukan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Pihak Lain.

4 PBI No.11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu sebagaimana telah diubah dengan PBI No.14/2/PBI/2012

5 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/20/DPNP/2012 tanggal 27 Juni 2012 tentang Prinsip Kehati-hatian bagi Bank Umum yang Melakukan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Pihak Lain.

Page 53: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 43

1) Penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko atas pelaksanaan alih daya oleh bank.

2) Pelaksanaan penyerahan pekerjaan yang spesifik kepada pihak lain tetap mengacu pada ketentuan Bank Indonesia lainnya yang mengatur kegiatan/pekerjaan yang spesifik, termasuk pelaksanaan alih dayanya.

3) Pengertian pekerjaan pokok dan pekerjaan penunjang beserta contohnya.

4) Upaya yang harus dilakukan bank sehubungan dengan pelaksanaan alih daya tidak menghilangkan tanggung jawab Bank dalam memberikan perlindungan terhadap hak dan kepentingan nasabah.

5) Prinsip kehati-hatian dalam penyerahan pekerjaan penagihan kredit.

Selain melakukan pengaturan bank umum, dalam upaya menjaga stabilitas sistem perbankan Bank Indonesia mendukung agenda reformasi sektor keuangan global sebagai bentuk komitmen Indonesia dalam keanggotaan G-20. Reformasi sektor keuangan global merupakan respons untuk mengatasi krisis keuangan global yang saat ini masih berlangsung. G-20 telah menyepakati melanjutkan penyelesaian sembilan agenda reformasi sektor keuangan global (global financial sector reforms) yaitu: (1) penguatan permodalan dan likuiditas perbankan (Basel III); (2) pengaturan lembaga keuangan yang berdampak sistemik (Systemically Important Financial Institutions/SIFI); (3) penguatan kerangka pengaturan; (4) reformasi pasar OTC derivatives; (5) penguatan standar akuntansi; (6) reformasi infrastruktur pasar keuangan; (7) penguatan kebijakan makroprudensial; (8) peningkatan kepatuhan terhadap standar internasional; dan (9) penguatan Financial Stability Board (FSB).

Penyelesaian komitmen Indonesia terkait agenda reformasi sektor keuangan global difokuskan untuk meningkatkan stabilitas sistem keuangan nasional, yakni melalui rezim pengaturan yang sesuai dengan kondisi dan kepentingan nasional. Penyelesaian komitmen Indonesia di tingkat nasional sampai dengan triwulan II-2012 adalah sebagai berikut :

a. Basel III. Bank Indonesia memiliki komitmen untuk memperkuat stabilitas sektor perbankan terutama melalui penguatan kualitas permodalan dan likuiditas bank-bank nasional sehingga mendukung terciptanya stabilitas sektor keuangan. Untuk itu, Basel III akan diterapkan di Indonesia sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh Basel Committee on Banking Supervision (BCBS).

b. Perlindungan konsumen. Krisis global memberikan pelajaran berharga bahwa aspek perlindungan konsumen di sektor keuangan manjadi hal yang sangat vital. Fokus Bank Indonesia dalam perlindungan konsumen adalah melindungi seluruh kepentingan nasabah yang mendapatkan layanan jasa perbankan. Untuk itu, Bank Indonesia telah menerbitkan beberapa ketentuan terkait perlindungan konsumen, yakni ketentuan mengenai Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu6, ketentuan mediasi perbankan7, dan ketentuan tentang penerapan manajemen risiko pada bank umum yang melakukan layanan nasabah prima8.

6 PBI No.11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu sebagaimana telah diubah dengan PBI No.14/2/PBI/2012.7 PBI No.8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan.8 SE BI No.13/29/DPNP tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank Umum yang Melakukan Layanan Nasabah Prima.

Page 54: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

44 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

c. Financial Inclusion. Pada pertemuan tingkat pemimpin (Leaders Summit) G-20 di Los Cabos, Mexico, Indonesia bersama dengan tuan rumah Mexico dan negara non G-20 menggulirkan Financial Inclusion Peer Learning Program. Program tersebut antara lain didasarkan pada hasil identifikasi G-20 bahwa banyak negara yang saat ini mulai memprioritaskan financial inclusion sebagai program kerja prioritas namun belum memiliki strategi nasional untuk mengimplementasikannya. Dalam upaya mendorong kegiatan financial inclusion, Bank Indonesia berkoordinasi dengan beberapa kementerian untuk meningkatkan financial access masyarakat ke lembaga keuangan formal.

d. Peningkatan kepatuhan terhadap standar internasional. Pada tahun 2012 FSB terus memonitor upaya seluruh anggota G-20 untuk memenuhi komitmen peningkatan kepatuhan terhadap standar internasional. Hal ini mencakup pelaksanaan Financial Sector Assessment Program (FSAP) dan publikasi hasil FSAP, pelaksanaan thematic peer review dan country peer review, termasuk juga asesmen terkait inisiatif FSB untuk meningkatkan kepatuhan terhadap kerjasama internasional dan pertukaran informasi. Indonesia telah mengadopsi implementasi FSB Principles and Standards dalam regulasi perbankan nasional. Selain itu, Indonesia juga telah melaksanakan FSAP di tahun 2010 dan telah mempublikasikan hasil FSAP pada tahun 2012.

2.1.2. Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API)

Melanjutkan kegiatan yang dilakukan pada triwulan I-2012, implementasi API pada triwulan II-2012 mencakup struktur perbankan yang sehat (pilar 1), sistem pengaturan yang efektif (pilar 2), serta perlindungan nasabah (pilar 6).

2.1.2.1. Penguatan Struktur Perbankan yang Sehat

Pada triwulan II-2012, kegiatan Bank Indonesia untuk mewujudkan struktur perbankan dilakukan guna menata kembali industri perbankan dalam menghadapi dinamika perekonomian domestik, regional, dan global. Dengan langkah kebijakan yang diambil, diharapkan industri perbankan nasional dapat (i) memiliki ketahanan yang baik, (ii) menjalankan fungsi intermediasi secara efisien berdasarkan tatakelola yang baik, serta (iii) memanfaatkan setiap peluang pengembangan usaha secara terukur dan berkompetisi dengan sehat, baik di dalam maupun di luar negeri, dalam rangka mendukung pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Indonesia.

Adapun kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan dalam kerangka penguatan ketahanan dan daya saing perbankan untuk merespons dinamika domestik, regional, global, maupun tantangan dari kondisi internal perbankan adalah :

1. Penataan Perizinan Berjenjang Produk, Aktivitas dan Jaringan Kantor

Mencakup kebijakan penguatan ketahanan dan daya saing perbankan nasional yang terkait dengan: (i) penataan perizinan berjenjang produk, (ii) aktivitas dan jaringan kantor dalam rangka penataan permodalan, (iii) persaingan usaha, (iv) peningkatan daya saing dan efisiensi, serta (v) peningkatan fungsi intermediasi dan pengembangan UMKM. Hal ini dilakukan secara

Page 55: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 45

terintegrasi melalui pengelompokan bank-bank umum kedalam empat kelompok permodalan, tanpa mengubah izin usaha bank sebagai bank umum. Pada tahap awal, kebijakan ini hanya diberlakukan bagi bank umum konvensional.

2. Penataan Struktur Kepemilikan

Mencakup kebijakan penguatan ketahanan dan daya saing perbankan nasional yang terkait dengan penataan struktur kepemilikan. Kebijakan tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas penerapan Good Corporate Governance (GCG). Melalui kebijakan ini akan diatur besar maksimal saham bank yang dapat dimiliki oleh satu pihak, yang diberlakukan bagi seluruh Bank Umum (konvensional dan syariah).

3. Revitalisasi Bank BUMN dan Bank Pembangunan Daerah, serta Penguatan Permodalan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA)

Kebijakan bertujuan untuk menata peran dari masing-masing jenis bank berdasarkan kepemilikan. Melalui kebijakan tersebut, diharapkan peran perbankan dapat lebih optimal dalam menunjang pencapaian visi mewujudkan sistem perbankan yang efisien, sehat, dan stabil, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan lebih merata melalui pembiayaan yang mudah, aman dan terjangkau.

2.1.2.2. Sistem Pengaturan yang Efektif

Bank Indonesia mewujudkan sistem pengaturan permodalan bank yang efektif melalui implementasi Basel II dan Basel III. Implementasi ini merupakan proses adopsi inisiatif reformasi keuangan global untuk meningkatkan ketahanan perbankan. Fokus pelaksanaan tugas pokok dan kebijakan Bank Indonesia terkait dengan implementasi Basel II yang dilakukan sampai dengan triwulan II-2012 adalah :

1. Perhitungan kecukupan modal minimum yang dikaitkan dengan risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional

Sejak Januari 2012, perhitungan ATMR Risiko Kredit telah menggunakan pendekatan standar9. Perhitungan yang baru ini melengkapi perhitungan modal bank yang terkait dengan risiko pasar10 dan risiko operasional11. Ketentuan ini akan berdampak pada penyesuaian beberapa aspek pengaturan dalam ketentuan risiko pasar12, khususnya yang terkait dengan perhitungan beban modal untuk risiko spesifik yang akan menggunakan informasi peringkat sebagai basis perhitungan kebutuhan modal bank. Saat ini Bank Indonesia tengah melanjutkan proses pengaturan perhitungan modal bank dengan menggunakan pendekatan yang lebih kompleks (advanced approaches).

9 Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 13/6/DPNP mengenai Pedoman Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk Risiko Kredit dengan Menggunakan Pendekatan Standar.

10 SE No. 9/31/DPNP tentang Pedoman Penggunaan Model Internal dalam Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar.

11 SE No. 11/3/DPNP tentang Perhitungan ATMR untuk Risiko Operasional dengan Menggunakan Pendekatan Indikator Dasar.12 SEBI No. 9/33/DPNP tentang Pedoman Penggunaan Metode Standar dalam Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan

Memperhitungkan Risiko Pasar.

Page 56: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

46 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

2. Proses review oleh pengawas

Bank Indonesia bersama perbankan telah melakukan diskusi mengenai pokok-pokok pengaturan modal sesuai dengan profil risiko. Profil risiko bank merupakan salah satu faktor penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan kerangka pengawasan bank berbasis risiko (risk based bank rating/RBBR). Profil risiko yang dinilai meliputi risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko kepatuhan, risiko hukum, risiko reputasi dan risiko stratejik. Saat ini, Bank Indonesia tengah mempersiapkan pengaturan mengenai permodalan berdasarkan profil risiko yang nantinya akan diatur dalam Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia.

3. Disiplin pasar

Bank Indonesia telah menyusun pokok-pokok penyempurnaan ketentuan mengenai Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia. Penyempurnaan ketentuan tersebut juga sejalan dengan penerapan PSAK 60 (IFRS 7) mengenai pengungkapan instrumen keuangan yang akan diberlakukan dalam penyusunan laporan keuangan akhir Desember 2012. Pokok-pokok pengaturan tersebut telah dibahas bersama perbankan dan telah disetujui. Lebih lanjut, pokok-pokok pengaturan tersebut akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Persiapan Implementasi Basel III

Secara umum, kerangka Basel III mencakup (1) peningkatan kualitas permodalan, konsistensi dan transparansi permodalan; (2) peningkatan rasio permodalan bank; (3) perluasan cakupan risiko dalam kerangka permodalan bank; (4) penerapan rasio leverage (leverage ratio) yang berfungsi untuk mendukung rasio permodalan bank; (5) mengurangi procyclicality dan mendorong penyediaan countercyclical buffer; (6) mengatasi risiko sistemik; dan (7) menerapkan standar likuiditas global. Sesuai dokumen Basel III. mulai tahun 2013, implementasi seluruh persyaratan yang ditetapkan akan dilakukan secara bertahap oleh perbankan di negara anggota Basel Committee on Banking Supervision (BCBS), termasuk Indonesia. Pada awal 2019, seluruh persyaratan Basel III diharapkan telah diterapkan secara penuh.

Dalam rangka persiapan implementasi Basel III, Bank Indonesia telah melaksanakan comprehensive Quantitative Impact Study (QIS) terhadap dua bank besar yang dipilih menjadi responden. Berdasarkan data Desember 2010 dan Juni 2011, hasil QIS menunjukkan bahwa level pemenuhan perbankan nasional terhadap standar permodalan dan likuiditas berada di atas tingkat minimum yang dipersyaratkan. Pelaksanaan QIS akan dilakukan secara berkelanjutan guna memantau dan mengantisipasi dampak penerapan Basel III.

Selain itu, secara rutin setiap bulan Bank Indonesia memantau level permodalan seluruh perbankan sesuai konsep Basel III dengan menggunakan data Laporan Bulanan Bank Umum (LBU). Bank Indonesia juga telah menyelesaikan Consultative Paper (CP) mengenai rencana pengaturan permodalan bank sesuai Basel III yang segera akan disampaikan kepada seluruh bank guna memperoleh masukan dan tanggapan dari perbankan untuk penyusunan usulan pengaturan permodalan bank sesuai Basel III. Pada triwulan II-2012 dilakukan diskusi/workshop mengenai permodalan Basel III yang bertujuan

Page 57: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 47

untuk pelaksanaan mapping permodalan perbankan Indonesia sesuai dengan Basel III. Diskusi/workshop tersebut akan dilaksanakan dalam 3 tahap dan akan berakhir pada Oktober 2012.

2.1.3. Kesiapan Bank Indonesia Terkait Implementasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Dalam rangka persiapan implementasi OJK dan memenuhi amanat pasal 57 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia bersama dengan Kementerian Keuangan masih terus melanjutkan penyiapan berbagai hal yang terkait dengan organisasi OJK.

Pada triwulan II-2012 telah dibahas hal-hal antara lain :

a. Usulan Struktur Organisasi OJK yang terdiri dari Kompartemen Pengawasan Perbankan beserta Kantor Regional OJK, Kompartemen Pengawasan Pasar Modal, Kompartemen Industri Keuangan Non Bank (IKNB) serta Struktur Organisasi Shared Function termasuk usulan Visi, Misi dan Logo

b. Usulan tugas pokok dan fungsi, serta Standard Operating Procedure pengawasan

c. Draft Peraturan Dewan Komisaris serta tata cara dan penyelenggaraan rapat Dewan Komisioner

d. Sistem manajemen sumber daya manusia

e. Usulan pejabat dan pegawai organ pendukung Dewan Komisioner

e. Rancang bangun infrastruktur dan blueprint IT untuk OJK

f. Sarana dan prasarana OJK

g. Kebutuhan anggaran OJK untuk tiga tahun kedepan dari sisi sumber penerimaan dan pembiayaan yang akan diajukan oleh pemerintah ke DPR.

Sementara itu, Task Force Penyiapan Bisnis Proses Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) dan Bank Indonesia kedepan juga telah menyusun grand design pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang SSK. Task Force tersebut secara intensif membahas HLOS (High Level Organization Structure), pengembangan kerangka kebijakan SSK, serta mekanisme kerja dan bentuk organisasinya. Kebijakan mengenai organisasi SSK Bank Indonesia tersebut diharapkan dapat diterbitkan pada tahun ini, agar dapat diimplementasikan secara bertahap dan berkelanjutan mulai awal 2013.

2.1.4. Pengawasan Bank Umum

Guna memastikan pengelolaan perbankan dijalankan berdasarkan prinsip kehati-hatian, Bank Indonesia melaksanakan fungsi pengawasan baik yang bersifat off site maupun on site. Pengawasan off site dilakukan dengan memantau dan menganalisis kondisi dan kinerja perbankan melalui laporan yang disampaikan oleh bank kepada Bank Indonesia. Sejalan dengan kerangka pengawasan berbasis risiko, kondisi individu perbankan dipantau dengan memetakan profil risiko masing-masing bank. Selain itu, guna memastikan implementasi praktek tata kelola yang baik, Bank Indonesia juga melakukan penilaian terhadap aspek good governance perbankan.

Pemantauan likuiditas yang dimiliki perbankan terutama likuiditas valas menjadi salah satu fokus pengawasan Bank Indonesia selama triwulan II-2012. Pengawasan tersebut antara lain bertujuan

Page 58: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

48 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

untuk mengantisipasi adanya dampak krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan zona Eropa terhadap perbankan Indonesia. Pemantauan likuiditas tersebut dilakukan secara harian dengan memantau liquidity reserve yang dimiliki bank, baik primary, secondary maupun tertiary reserve. Disamping itu dilakukan pula pemantauan posisi kredit dan DPK secara harian.

Berdasarkan hasil pemantauan, kondisi likuiditas harian perbankan masih terjaga. Selain itu, belum terdapat dampak krisis yang memengaruhi kondisi likuiditas perbankan. Hal ini terlihat dari terjaganya alat likuid yang dimiliki bank dan kemampuan perbankan dalam memenuhi ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM) baik rupiah maupun valas.

Menindaklanjuti hasil pengawasan bank, pada triwulan II-2012 Bank Indonesia juga melakukan pengawasan on site melalui pemeriksaan langsung ke bank. Termasuk dalam pemeriksaan tersebut adalah pemeriksaan khusus yang ditujukan untuk mendalami suatu permasalahan tertentu yang menjadi fokus pengawas terhadap kondisi bank.

Mencermati bisnis perbankan yang semakin kompleks dan melibatkan banking group yang beroperasi secara internasional, Bank Indonesia memperkuat kerjasama dengan otoritas pengawasan bank negara lain. Pada triwulan II-2012 Bank Indonesia menyepakati kerjasama pengawasan perbankan lintas negara (cross border banking supervision) dengan otoritas pengawasan bank Australia (Australian Prudential Regulation Authority) dan otoritas pengawasan bank Korea Selatan (Financial Services Commission Korea). Peningkatan kerjasama antar otoritas pengawasan bank tersebut secara spesifik meliputi (i) pertukaran informasi hasil pengawasan bank; (ii) pelaksanaan pemeriksaan bank lintas negara dan kerja sama selama proses pemeriksaan dilakukan; (iii) pelaksanaan pertemuan secara berkala (supervisory colleges); dan (iv) informasi perkembangan pengawasan bank secara umum termasuk pendirian bank lintas negara.

Sebelumnya, pada tahun 2010 Bank Indonesia juga telah menandatangani nota kesepahaman yang sama dengan Bank Negara Malaysia, China Banking Regulatory Commission serta Monetary Authority of Singapore.

2.2. Kebijakan dan Pengawasan Perbankan Syariah

Guna meningkatkan kualitas pengelolaan perbankan syariah, pada triwulan II-2012 Bank Indonesia menerbitkan beberapa ketentuan. Ketentuan yang diterbitkan terkait dengan penyempurnaan Fit and Proper Test bagi Pengurus Bank Syariah dan UUS13 dan mengenai Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas bagi Bank Syariah dan UUS14.

Penerbitan ketentuan mengenai penyempurnaan Fit and Proper Test mengatur antara lain penegasan pihak yang menjadi objek Fit and Proper Test, penyederhanaan mekanisme Fit and Proper Test, perubahan sanksi dan konsekuensi pihak dinyatakan Tidak Lulus dan pengaturan untuk bank dalam penanganan LPS. Sementara ketentuan mengenai Pembiayaan Kepemilikan Emas (PKE), dilatarbelakangi Fatwa Dewan Syariah Nasional mengenai jual beli emas secara tidak langsung.

13 PBI No. 14/6/PBI/2012 tanggal 18 Juni 2012 tentang penyempurnaan Fit and Proper Test bagi Pengurus Bank Syariah dan UUS.14 SE BI No. 14/16/DPbS tanggal 31 Mei 2012 tentang Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas bagi Bank Syariah dan UUS.

Page 59: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 49

Melalui pengaturan tersebut memungkinkan masyarakat untuk memiliki emas melalui pembelian secara tangguh serta sebagai acuan kehati-hatian perbankan syariah dalam operasional produk PKE.

Selama triwulan II-2012, pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap BUS, UUS dan BPRS difokuskan pada aspek risiko operasional, risiko kredit, kepatuhan penerapan prinsip syariah, dan good corporate governance. Dalam pelaksanaan pengawasan BPRS, terdapat beberapa BPRS wilayah Jabodetabek yang belum memenuhi ketentuan yang berlaku terkait aspek kelembagaan yaitu kepengurusan, permodalan dan badan hukum. Terkait temuan pengawasan tersebut, Bank Indonesia telah melakukan pertemuan dengan BPRS dimaksud guna meminta komitmen pemenuhannya. Komitmen yang diminta antara lain pemenuhan badan hukum BPRS sebagai Perseroan Terbatas, proses Fit and Proper Test bagi calon pengurus dan upaya penambahan jumlah modal disetor minimal.

Guna melengkapi infrastruktur pengawasan, Bank Indonesia tengah mengembangkan Sistem Informasi Perbankan (SIP) Syariah. Sistem tersebut akan mengintegrasikan beberapa aplikasi perbankan syariah yang digunakan dalam proses pengawasan bank sehingga memudahkan pengawas dalam mengakses informasi yang diperlukan. Selain itu telah dilakukan berbagai kegiatan terkait, seperti penyusunan user requirement Extensible Business Reporting languange (XBRL) untuk penyusunan Laporan Bank Umum Syariah (LBUS) dan pembahasan materi penyempurnaan Pedoman Akutansi Perbankan Syariah (PAPSI) bersama Ikatan Akuntan Indonesia dan perbankan syariah.

Dalam upaya peningkatan kompetensi pengawas, Bank Indonesia juga melakukan berbagai program pelatihan perbankan syariah. Pada triwulan II-2012 telah dilaksanakan pelatihan perbankan syariah tingkat menengah di Yogyakarta. Selain itu, mengingat produk emas menjadi salah satu tren bisnis industri perbankan syariah, Bank Indonesia memberikan pelatihan penaksir emas.

Di bidang riset, pada triwulan II-2012 Bank Indonesia melakukan berbagai riset dalam rangka mendukung perumusan kebijakan pengembangan perbankan syariah (research-based policy making). Terkait kegiatan tersebut, telah diselesaikan kajian mengenai Model Bisnis Bank Syariah. Selain itu, Bank Indonesia juga tengah melakukan beberapa kajian lainnya. Kajian Model Bisnis Bank Syariah bertujuan merumuskan pedoman bagi regulator maupun pelaku perbankan mengenai model bisnis dalam mengembangkan individual maupun industri bank syariah.

Selain melakukan kajian, Bank Indonesia juga melakukan program diseminasi dengan memuat kajian perbankan syariah melalui jurnal akademik. Pada akhir triwulan laporan, telah dimuat tiga paper kajian perbankan syariah 2011 dalam 3 jurnal terbitan di dalam negeri dan luar negeri. Kajian tersebut meliputi (i). Stress Testing Perbankan Syariah, (ii). Pemetaan Profil BMT dan (iii). Indeksasi Return Sektor Riil. Kegiatan diseminasi juga dilakukan dengan menyelenggarakan Forum Riset Perbankan Syariah di Universitas Muslim Indonesia Makassar. Melalui kegiatan tersebut diharapkan akan diperoleh ide yang inovatif dalam pengembangan industri perbankan syariah dari para peneliti dan akademisi.

Terkait pelaksanaan tugas di bidang perizinan pengurus dan kelembagaan perbankan syariah, selama triwulan II-2012 Bank Indonesia telah melaksanakan fit and proper test calon anggota Dewan Komisaris BUS. Selanjutnya dari sisi perizinan kelembagaan, terdapat pendirian BPRS baru yaitu PT

Page 60: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

50 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

BPRS Magetan yang berlokasi di Magetan, Jawa Timur. Dengan adanya penambahan tersebut, jumlah BUS, UUS dan BPRS menjadi 11 BUS, 24 UUS dan 156 BPRS.

Selain pemberian izin pendirian BPRS, pada triwulan II-2012 Bank Indonesia telah mengeluarkan persetujuan prinsip pendirian PT BPRS Harta Insan Karimah Makassar di Makassar, Sulawesi Selatan. Selain itu, Bank Indonesia juga telah mengeluarkan izin produk Transaksi Mata Uang Asing iB serta Musyarakah Muthanaqisah iB. Saat ini, permohonan izin pendirian BPRS yang masih diproses oleh Bank Indonesia mencapai 33 BPRS terdiri dari 29 permohonan pendirian baru dan 4 permohonan konversi BPR menjadi BPRS.

Terkait keanggotaan Bank Indonesia pada institusi keuangan syariah internasional, pada triwulan II-2012 Bank Indonesia berpartisipasi pada beberapa pertemuan/seminar internasional. Beberapa pertemuan/seminar tersebut antara lain :

a. Seminar internasional keuangan syariah Bank Indonesia yang ke-2 di Bandung, dengan tema “Can Islamic Finance Focus on Productive Economic Activities Promote Growth and Financial Stability?”. Seminar tersebut dihadiri oleh 11 negara dengan pembicara utama Presiden IDB Group;

b. Pertemuan Board of Directors IIFM di Singapura. Dalam pertemuan tersebut antara lain membahas mengenai Islamic Profit Rate Swap (Mubadalatul Arbaah) dan cross currency swap, yang dapat digunakan untuk sarana hedging;

c. Pertemuan Technical Committee IFSB di Kuala Lumpur. Pertemuan tersebut antara lain membahas Update on the Mid-term Review of the Islamic Financial Services Industry Development: Ten-Years Framework and Strategies;

d. Pertemuan Governing Board IILM di Turki yang membahas internal audit charter dan pertemuan Sharia Committee IILM yang membahas persiapan rencana penerbitan sukuk IILM tahun 2012. Dalam pembahasan tersebut antara lain dibahas mengenai fatwa yang diperlukan dan Tahawwut Master Agreement bagi Issuer atau Holding berupa Sharia-Compliant Profit Rate Swap Agreement dalam rangka risk management;

e. Sebagai pembicara dalam seminar/training perbankan syariah di Bahrain (Mei 2012) dan Turki (Juni 2012), dalam rangka mempromosikan sistem perbankan syariah Indonesia.

2.3. Kebijakan dan Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan BPR dan meningkatkan peran serta kapasitas BPR dalam pembiayaan terhadap sektor UMKM, Bank Indonesia melanjutkan program pembentukan dan pengembangan lembaga Apex BPR. Lembaga Apex BPR dibentuk atas dasar kesepakatan antara Bank Umum yang menjadi Apex dengan BPR anggota yang diwakili oleh pengurus asosiasi BPR di daerah (BPD Perbarindo). Saat ini telah terbentuk enam lembaga Apex BPR yang terdiri dari lima BPD (Sumatera Barat, Riau-Kepri, Jawa Timur, Kalimantan Selatan dan Jawa Tengah) dan satu bank umum (Bank Andara). Pengembangan lembaga Apex BPR juga sejalan dengan program BRC (BPD Regional Champion).

Page 61: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 51

Lembaga Apex BPR memiliki tiga fungsi utama, yaitu pengelolaan dana anggota (pooling funds), pemberian bantuan keuangan (financial assistance), dan bantuan teknis (technical assistance). Dalam rangka menunjang fungsi Apex yang berkaitan dengan perluasan akses BPR dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia melakukan pilot project implementasi Sistem Transfer Kredit Elektronik (STKE) Apex BPR. Melalui fungsi tersebut, Bank Umum yang menjadi Apex BPR menyediakan jasa sistem pembayaran bagi BPR anggota untuk melakukan transaksi pembayaran. Salah satu tujuannya untuk meningkatkan peran dan kapasitas BPR dalam pembiayaan terhadap sektor usaha mikro dan kecil. Selanjutnya, untuk pengembangan STKE, pada tanggal 14 dan 15 Juni 2012 telah dilakukan sosialisasi persiapan implementasi STKE di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang.

2.4. Penguatan Sektor Riil dan Penyaluran Kredit UMKM

Bank Indonesia terus mendorong pertumbuhan sektor UMKM yang mempunyai peranan strategis dalam perekonomian nasional melalui koordinasi dengan pihak terkait. Sebagai upaya penguatan sektor riil dan UMKM, pada triwulan II-2012 Bank Indonesia melaksanakan berbagai kegiatan penelitian dan diseminasi hasil penelitian/kajian. Salah satu hasil penelitian yang telah didiseminasikan melalui seminar di provinsi Sumatera Utara, Daerah Istimewa Yogyakarta, Maluku, Gorontalo, Bengkulu, Bali, Banten, dan Sulawesi Utara terkait penelitian mengenai Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan (KPJU). Hasil penelitian tersebut juga telah dimuat dalam website Bank Indonesia yang terkait dengan Info UMKM.

Pada triwulan laporan, Bank Indonesia juga melakukan diseminasi hasil penelitian Lending Model empat komoditi dari sektor kelautan dan dua komoditi dari sektor pertanian kepada Kementerian Kelautan & Perikanan, Kementerian Pertanian, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri, dan perbankan. Komoditi sektor kelautan mencakup budidaya kepiting soka, pengolahan kerupuk ikan patin, pengolahan agar-agar kertas (Alkali Treated Carrageenan/ATC) dari rumput laut, serta ritel pemasaran kerupuk berbahan baku udang, ikan dan perikanan. Sedangkan komoditi dari sektor pertanian berupa budidaya kentang dan jamur.

Selama triwulan I dan dilanjutkan pada triwulan II-2012, Bank Indonesia telah menyusun database UMKM peserta klaster yang dikembangkan oleh Bank Indonesia. Penyusunan database bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi awal penerima program klaster yang meliputi data individu, aspek produksi, aspek keuangan, aspek pasar dan aspek penunjang lainnya. Melalui database, diperoleh beberapa informasi sebagai berikut :

a. Jumlah petani yang tergabung dalam klaster, yakni sebanyak 1.078 petani terdiri dari 665 petani cabai dan 413 petani bawang merah;

b. Kualifikasi petani yakni ± 91% masih memenuhi kebutuhan lokal tanpa spesifikasi khusus, ± 8% telah memasok pesanan khusus dari pabrikan/industri, dan hanya ± 1% melayani keduanya;

c. Total lahan yang dimanfaatkan seluas 639,73 Ha terdiri dari lahan cabai seluas 395,95 Ha dan lahan bawang merah seluas 243,78 Ha;

d. Status kepemilikan lahan yakni ± 27% petani memiliki lahan berstatus SHM, ± 21% Non SHM, ± 49% sewa dan sisanya ± 3% gabungan antara ketiga status dimaksud.

Page 62: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

52 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Bank Indonesia juga telah berhasil membuat program penciptaan Wirausaha Baru. Melalui program tersebut, Bank Indonesia turut berkontribusi menyukseskan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) yang dicanangkan oleh pemerintah sejak tanggal 2 Februari 2011. Program Wirausaha Baru yang dilakukan oleh Bank Indonesia bertujuan mencetak wirausaha baru melalui program pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan, menciptakan potensial nasabah bagi industri perbankan ke depan sebagai saluran atau tindak lanjut pendidikan kewirausahan di kampus dan pada akhirnya dapat membuka lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. Pada triwulan II-2012, Bank Indonesia juga telah menunjuk Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC) sebagai lembaga yang akan menseleksi calon peserta pelatihan Wirausaha Baru.

Dalam rangka pemetaan dan pendalaman klaster komoditas unggulan daerah dan komoditas utama penyumbang inflasi di Indonesia, Bank Indonesia menilai perlunya pemetaan klaster secara komprehensif. Pemetaan tersebut dilakukan guna memperoleh model pendekatan terbaik untuk produk dan daerah tertentu sesuai dengan kondisi perekonomian masing-masing. Sampai dengan triwulan II-2012, Bank Indonesia telah menyelesaikan penyusunan Term of Reference (TOR), penjajakan/koordinasi awal dengan stakeholders terkait di pusat maupun daerah, penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) di Kantor Pusat dan KPw Dalam Negeri Bank Indonesia, dan seleksi surveyor.

Selanjutnya, dalam rangka penguatan ketahanan pangan daerah telah dilakukan Pilot Project Komoditas Beras dan Cabai. Program tersebut diinisiasi dalam rangka stabilisasi harga dalam negeri, yang berdasarkan data statistik moneter komoditas beras dan cabai termasuk dalam 15 besar penyumbang inflasi. Program penguatan ketahanan pangan dilaksanakan di Kantor Pusat dan 11 KPw Dalam Negeri Bank Indonesia.

Pengembangan klaster nasional lainnya yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah komoditas jarak. Sampai triwulan II-2012, telah dilaksanakan sosialisasi dan koordinasi dengan stakeholder di daerah dan PT. Jatropha Green Energy (JGE) terkait upaya meningkatkan awareness dan komitmen masing-masing. Selain kegiatan sosalisasi, juga telah disusun lending model komoditas jarak sebagai pendukung program. Selanjutnya, dalam rangka menjamin keberlanjutan produksi petani, telah dilakukan Memorandum of Understanding (MoU) antara beberapa kelompok tani dengan PT. JGE terkait pembelian hasil produksi jarak.

2.5. Financial Inclusion dan Perlindungan Nasabah

Dalam rangka implementasi Pilar 6 API yakni Perlindungan Nasabah, pada triwulan II-2012 Bank Indonesia masih meneruskan program Keuangan Inklusif (Financial Inclusion). Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses berbagai lapisan masyarakat kepada lembaga keuangan. Kegiatan keuangan inklusif dilakukan melalui (1) Edukasi Keuangan dan Perlindungan Nasabah; (2) Kelayakan keuangan (Financial Eligibility); (3) Kebijakan yang mendukung; (4) Fasilitasi; dan (5) Reformasi kebijakan.

Terkait kegiatan tersebut, pada triwulan II-2012 Bank Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Keuangan, perbankan nasional dan asosiasi perbankan, menyelenggarakan Pekan Kegiatan Financial Inclusion yang terdiri dari kegiatan The 1st ASEAN Conference on Financial Inclusion, pencanangan hari RAjin menaBUng, Indonesia Banking Expo, Olimpiade Perbankan 2012 dan Funbike Perlidungan Konsumen. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2012 - 1 Juli 2012 di Jakarta. Pada

Page 63: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 53

pembukaan Pekan Kegiatan Financial Inclusion, telah dilakukan penandatanganan Kesepakatan Bersama antara Bank Indonesia dengan :

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka pelaksanaan edukasi masyarakat di bidang perbankan;

2. Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mendorong pengembangan sektor kelautan dan perikanan; serta

3. Badan Pertanahan Nasional dalam rangka pelaksanaan sertifikasi hak atas tanah.

Disamping kegiatan tersebut, melalui koordinasi dengan Kantor Wakil Presiden RI, Bank Indonesia juga telah menyelesaikan Strategi Nasional on Financial Inclusion yang selanjutnya akan dilakukan proses penandatanganan dan peluncuran secara resmi.

2.6. Perizinan dan Informasi Perbankan

Dalam rangka menciptakan pengelolaan perbankan yang sehat, Bank Indonesia melaksanakan uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test). Fit and proper test dilakukan terhadap calon

JENIS KEGIATAN2011 2012

Triwulan I Triwulan IITriwulan ITriwulan II Triwulan III Triwulan IV

PELAKSANAAN FIT & PROPER TEST 1. PSP 9 0 0 0 0 02. Dewan Komisaris 24 21 17 22 21 133. Direksi (termasuk pimpinan kantor cabang bank asing dan pemimpin kantor perwakilan) 28 34 37 28 28 25 JARINGAN KANTOR 1. Pembukaan a. Kantor Wilayah (Kanwil) 2 8 3 2 0 0 b. Kantor Cabang (KC) 26 23 20 32 7 5 c. Kantor Cabang Pembantu (KCP) 61 70 49 65 12 18 d. Kantor Fungsional (KF) 0 11 34 2 0 792. Penutupan a. Izin usaha 0 0 1 0 0 0 b. Kantor Perwakilan 0 0 0 1 0 0 c. Kantor Cabang (KC) 5 0 1 1 1 0 d. Kantor Cabang Pembantu (KCP) 7 0 1 2 2 13 e. Kantor Fungsional (KF) 0 0 7 2 1 33. Pemindahan Alamat a. Kantor Pusat (KP) 0 1 0 1 2 2 b. Kantor Wilayah (kanwil) 0 2 0 1 0 0 c. Kantor Cabang 2 5 6 3 4 4 d. Kantor Cabang Pembantu 26 16 25 43 12 35 e. Kantor Fungsional 0 2 1 7 0 0 f. Kantor Perwakilan Bank 0 1 0 0 0 04. Perubahan status a. Peningkatan Status - KCP menjadi KC 11 3 3 10 3 4 - KK menjadi KCP 17 12 9 1 1 2 - KF menjadi KCP 0 0 0 0 0 1 - KK menjadi KC 0 0 0 0 0 1 b. Penurunan Status - KC menjadi Kantor Kas 0 1 0 0 0 0 - KC menjadi KCP 35 8 2 6 1 1 - KCP ke PP 0 0 0 0 5 05. Perubahan Penggunaan izin usaha (Perubahan nama) 0 0 0 1 0 0

Tabel 3.3Kegiatan Perizinan Bank Umum Tahun 2011-2012

Page 64: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

54 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

2011 2012

Triwulan I Triwulan I Triwulan IITriwulan II Triwulan III Triwulan IV

Jumlah Debitur 53,4 55 56,8 57,1 59,7 61,5

Jumlah Fasilitas 95,5 100 103,4 109,9 112,9 120,5

Tabel 3.4Perkembangan Jumlah Debitur dan Fasilitas SID Triwulan II-2012

(Dalam Juta)

Tahun

Pemegang Saham Pengendali (PSP), anggota Dewan Komisaris dan Direksi, termasuk pimpinan kantor cabang bank asing dan pemimpin kantor perwakilan.

Selain itu, Bank Indonesia juga mengelola perizinan kelembagaan bank yang mencakup perubahan jaringan kantor, rencana akuisisi, perubahan penggunaan izin usaha akibat perubahan nama bank, pemberian izin sebagai bank umum devisa, dan perubahan bentuk badan hukum. Kegiatan perizinan tersebut merupakan bagian dari pengawasan Bank Indonesia untuk memastikan agar operasional bank sesuai dengan Rencana Bisnis Bank/RBB (Tabel 3.3).

Sebagai bagian dari infrastruktur industri keuangan dalam mendukung prinsip kehati-hatian serta efisiensi penyediaan dana di industri perbankan, Bank Indonesia mengelola Sistem Informasi Debitur (SID). Pada triwulan II-2012, jumlah pelapor SID tercatat sebanyak 120 Bank Umum, 1.181 BPR, dan 16 Perusahaan Pembiayaan, dengan total kantor pelapor sebanyak 5.751 kantor. Jumlah pelapor tersebut meningkat dibandingkan triwulan I-2012, dengan adanya penambahan18 pelapor dari bank umum dan 89 pelapor dari BPR. Data fasilitas kredit yang tercatat dalam SID mencapai 120,5 juta, meningkat 6,7% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya atau 20,5% (yoy). Sejalan dengan peningkatan data tersebut, data debitur juga meningkat sebesar 3% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya atau 11,8% (yoy), sehingga menjadi 61,5 juta debitur (Tabel 3.4).

Grafik 3.6Permintaan Informasi Debitur Individual (IDI)

(Dalam Ribuan)

� �� ��� �� � ������ ����

������ ������

�����

�����

�����

�����

������

������

������

�����

�����

�����

�����

Page 65: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 55

KETERANGAN

Bank Umum BPR Total

Jumlah Kasus

Jumlah Kasus

Jumlah Kasus

Jumlah Kantor Bank

Jumlah Kantor Bank

Jumlah Kantor Bank

1. Jumlah Yang Dilakukan Investigasi 3 3 13 7 16 10

2. Jumlah Yang Dilaporkan Kepada Penyidik 3 2 10 5 13 7

Tabel 3.5Statistik Investigasi Dugaan Tindak Pidana Perbankan

Periode Triwulan II - 2012 (April - Juni 2012)

Dari sisi penggunaan informasi, jumlah permintaan Informasi Debitur Individual (IDI) selama triwulan II-2012 mencapai 6,972 juta. Permintaan tersebut menurun 16,52% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya disebabkan transisi implementasi sistem baru yang diberlakukan pada triwulan IV-2011, sehingga memerlukan penyesuaian oleh lembaga pelapor terhadap sistem baru tersebut.

Melanjutkan upaya peningkatan kualitas data SID yang dilakukan pada triwulan I-2012 dengan meminta konfirmasi kepada seluruh pelapor SID terhadap data yang diindikasikan salah, pada triwulan II-2012 Bank Indonesia telah menerima konfirmasi dari sebagian besar pelapor SID. Selanjutnya, Bank Indonesia menargetkan seluruh konfirmasi dapat diterima paling lambat Agustus 2012.

2.7. Investigasi dan Mediasi Perbankan

Dalam rangka mewujudkan law enforcement perbankan, Bank Indonesia telah melakukan tindak lanjut hasil pengawasan bank berupa penanganan kasus-kasus yang diduga mengandung tindak pidana perbankan (tipibank).

Selama periode triwulan II-2012, Bank Indonesia telah melakukan investigasi terhadap 16 kasus yang diduga mengandung tipibank yang terjadi pada 10 bank (Tabel 3.5).

Hasil investigasi yang diduga mengandung tipibank selanjutnya dilaporkan kepada penegak hukum untuk tindak lanjut pengenaan sanksi pidana melalui pembahasan forum Tim Kerja, sebagaimana diatur dalam Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia, Polri dan Kejaksaan RI tentang koordinasi penanganan tipibank. Menindaklanjuti Nota Kesepahaman tersebut, selama triwulan II-2012 telah dilaksanakan Rapat Tim Kerja Tingkat Pusat sebanyak dua kali. Selain di Kantor Pusat, juga dilakukan Rapat Kerja di tingkat daerah, yaitu sebanyak delapan kali pertemuan Tim Kerja Tingkat Daerah, dan empat kali pertemuan Tim Pleno Tingkat Daerah.

Progress penanganan tindak pidana perbankan terhadap kasus-kasus yang telah dilaporkan oleh Bank Indonesia kepada penegak hukum, serta sebaran jenis tipibank secara kumulatif sampai dengan triwulan II–2012 adalah sebagaimana Grafik 3.7 dan 3.8.

Disamping melakukan fungsi investigasi, Bank Indonesia juga melaksanakan fungsi mediasi perbankan. Fungsi mediasi perbankan yang difasilitasi Bank Indonesia merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan perlindungan nasabah sebagaimana Pilar 6 API, yakni mengedepankan penyelesaian sengketa secara win-win solution.

Page 66: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

56 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Dalam rangka meningkatkan kualitas dan mutu pengelolaan serta penyajian data terkait berbagai informasi yang diterima, sejak awal 2012 penyajian data lebih ditekankan pada informasi berpotensi untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya melalui mediasi perbankan, termasuk pada tahap pra mediasi (tabel 3.6).

Grafik 3.7Progress Penanganan Kasus Tipibank di

Penegak Hukum(Tahun 1999 s.d. Tw II-2012)

Grafik 3.8Sebaran Jenis Tipibank

����������������

���

��������

������������������

����������������

��

�����������������

��

��

���

���

���

���

������������

��

���

��

��

�� ��

������������ ����������� ��������� ��������������������

���������

��������������

���������

Carried Over(2011)

Jenis Informasi / Tindak LanjutTriwulan I Triwulan II

2012

1. Sengketa yang diterima dan ditangani 38 30 25 a. Sengketa yang telah diselesaikan : - Klarifikasi kepada bank 10 4 10 - Edukasi 15 1 5 - Mediasi 10 1 2 b. Sengketa yang sedang dalam proses penanganan 3 24 82. Informasi lainnya - 193 219 a. Informasi yang selesai ditindaklanjuti : - 43 74 - Klarifikasi kepada bank - 8 7 - Edukasi - 15 23 - Penerusan kepada Satker/instansi terkait - 20 44 b. Informasi yang sedang diproses - 55 29 c. Tidak ditindaklanjuti - 95 116 TOTAL - 223 2443. Tingkat kepuasan nasabah 5,5 5,5 5,2

Tabel 3.6Statistik Jenis Informasi yang Diterima dan Tindak Lanjut

Pada triwulan II-2012, terdapat peningkatan penerimaan permohonan dan penyampaian informasi sebesar 9,4% dibandingkan triwulan I-2012. Dari total 244 permohonan dan penyampaian informasi yang diterima oleh Bank Indonesia, sebanyak 25 permohonan (10,25%) memenuhi persyaratan untuk

Page 67: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 57

ditindaklanjuti penyelesaiannya melalui mediasi perbankan. Selanjutnya, terhadap 10 permohonan yang telah memenuhi persyaratan tersebut (40%) telah dapat diselesaikan melalui proses klarifikasi awal kepada bank. Sedangkan terhadap lima permohonan (20%) ditindaklanjuti dengan penyampaian edukasi kepada nasabah/kuasanya, dua permohonan (8%) diteruskan kepada satuan kerja/instansi lainnya, dan delapan permohonan (32%) masih dalam proses penanganan Bank Indonesia.

Berdasarkan kelompok produk, permohonan penyelesaian sengketa melalui mediasi perbankan yang disampaikan oleh nasabah, pada triwulan II-2012 masih didominasi sengketa dalam kelompok produk sistem pembayaran. Sengketa sistem pembayaran tercatat sebanyak 36 sengketa (65%) dari total 55 sengketa yang memenuhi persyaratan untuk ditindaklanjuti oleh Bank Indonesia (tabel 3.7). Selanjutnya, berdasarkan evaluasi diperoleh informasi bahwa tingkat kepuasan nasabah terhadap mediasi Bank Indonesia mencapai 5,4 dari skala 6.

15 Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan Atas PBI APMK.

PersentaseKelompok Produk Triwulan I Triwulan II Total

Penghimpunan Dana 5 5 10 18%Penyaluran Dana 5 3 8 15%Sistem Pembayaran 19 17 36 65%Produk Kerjasama 0 0 0 0,0%Produk Lainnya 1 0 1 2%Diluar permasalahan produk perbankan 0 0 0 0%Total 30 25 55 100%

Tabel 3.7Sengketa yang Memenuhi Persyaratan Untuk Ditindaklanjuti

Berdasarkan Kelompok Produk

3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran UangKebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk menjaga kelancaran, kemanan dan efisiensi sistem pembayaran. Sementara kebijakan pengedaran uang ditujukan untuk mendukung ketersediaan uang rupiah dalam jumlah dan nominal yang cukup serta layak edar.

3.1. Kebijakan Sistem Pembayaran

Fokus utama kebijakan Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran diarahkan untuk menjaga keamanan dan kelancaran serta meningkatkan efisiensi sistem pembayaran. Selain itu, kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan agar penyelenggaraan sistem pembayaran di Indonesia memperhatikan aspek perlindungan terhadap pengguna jasa sistem pembayaran.

Setelah diterbitkannya ketentuan mengenai Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK)15 pada triwulan I-2012 yang mengatur mengenai aspek transparansi, aspek prudential, aspek keamanan dan aspek pelaporan penyelenggaraan APMK, Bank Indonesia menyusun aturan pelaksanaannya dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI).

Page 68: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

58 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia untuk menjaga keamanan dalam penyelenggaraan APMK, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan penerapan chip pada kartu ATM/Debet. Kebijakan ini menyusul diterapkannya chip pada kartu kredit. Agar terstandardisasi, penerapan chip pada kartu ATM/Debet didahului dengan pengembangan standar nasional kartu ATM/Debet. Pengembangan standar nasional tersebut diikuti dengan pembentukan Certification Body (CB) melalui pendirian PT. Citra Bakti Indonesia (CBI) pada bulan Mei 2012. Dalam rangka pengembangan standar nasional tersebut, pada Juni 2012 telah dilakukan proses simulasi penyelenggaraan sertifikasi, dengan tujuan agar proses sertifikasi dapat berjalan dengan lancar.

Berbagai upaya dilakukan Bank Indonesia untuk meningkatkan efisiensi dalam penyelenggaraan sistem pembayaran, antara lain dengan melakukan integrasi penyelesaian transaksi sistem pembayaran yang bersifat mikro/ritel dan mendorong interoperabilitas uang elektronik. Terkait integrasi penyelesaian dan monitoring transaksi mikro/ritel, Bank Indonesia melaksanakan inisiatif Pengembangan National Payment Gateway (NPG). Bagi Bank Indonesia, NPG akan membantu pemantauan risiko penyelenggaraan sistem pembayaran. Selain itu, dengan adanya NPG akan terbentuk database sistem pembayaran ritel secara nasional yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan bagi otoritas atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Bagi konsumen, dengan koneksi yang mencakup seluruh infrastruktur sistem pembayaran di Indonesia, seluruh pelaku sistem pembayaran dapat memanfaatkan sarana yang ada, serta masyarakat akan memiliki akses layanan yang lebih luas untuk melakukan transaksi keuangan karena seluruh sarana telah terkoneksi secara nasional.

Pada triwulan II-2012 telah dilakukan penyusunan grand design Sistem Pembayaran ritel dengan salah satu aspek pengembangan NPG adalah pembentukan prinsipal domestik. Guna mendukung pembentukan prinsipal domestik telah dilakukan pertemuan dengan beberapa bank penerbit kartu kredit dalam upaya mewujudkan prinsipal kartu kredit dan debet domestik (BCA, Mandiri, BNI, BRI dan Mega).

Untuk pengembangan interoperabilitas uang elektronik, pada periode laporan Bank Indonesia telah melakukan pertemuan dengan Kementerian BUMN. Dalam pertemuan tersebut, Kementerian BUMN berkomitmen untuk mendukung interoperabilitas uang elektronik dan akan menindaklanjuti melalui koordinasi dengan BUMN yang terkait dalam pengembangan uang elektronik. Selain dengan Kementerian BUMN, Bank Indonesia juga melakukan pertemuan dengan Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) dan disepakati agar pengembangan interoperabilitas uang elektronik menjadi program nasional. Dengan demikian proses pengembangannya dapat dimonitor secara langsung oleh Presiden Republik Indonesia. Salah satu sektor yang akan memperoleh manfaat dari interoperabilitas uang elektronik adalah sektor transportasi. Melalui program ini diharapkan dapat membantu menanggulangi masalah kemacetan di wilayah Jakarta.

Seiring dengan peningkatan transaksi sistem pembayaran, Bank Indonesia masih terus melanjutkan pengembangan Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II untuk meningkatkan kapasitas layanan kedua sistem tersebut. Selain meningkatkan kapasitas layanan kedua sistem tersebut, pengembangan juga bertujuan untuk mengantisipasi kebutuhan konektivitas BI-RTGS dan BI-SSSS dengan infrastruktur sistem keuangan lainnya baik domestik maupun internasional.

Page 69: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 59

Saat ini sedang dilakukan proses pengembangan infrastruktur baik di sisi peserta maupun di Bank Indonesia selaku penyelenggara Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II. Terkait dengan pengembangan tersebut, pada triwulan II-2012 telah dilaksanakan pertemuan dengan Working Group Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS generasi II. Dalam pertemuan tersebut antara lain dibahas mengenai kerangka bye-laws BI-RTGS/SSSS Generasi II. Selain pertemuan dengan working group, dalam rangka pengembangan pasar keuangan Indonesia telah dilaksanakan High Level Meeting antara Bank Indonesia dengan Bapepam-LK dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU).

3.2. Kebijakan Pengedaran Uang

Pada triwulan II-2012, pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang pengedaran uang difokuskan pada pemenuhan kebutuhan uang di masyarakat khususnya dalam rangka memenuhi kebutuhan uang menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 1433 H serta melanjutkan implementasi UU Mata Uang.

Terkait pemenuhan kebutuhan uang di masyarakat, pada triwulan II-2012 Bank Indonesia melanjutkan pengembangan jangkauan layanan kas khususnya di wilayah terpencil dan terdepan NKRI. Pada triwulan sebelumnya telah dilakukan penambahan kas keliling dan kas titipan di wilayah yang luas dan sulit dijangkau. Untuk mendukung kegiatan tersebut, pada triwulan II-2012 Bank Indonesia melakukan kerjasama dengan instansi terkait yakni dengan Kepolisian Perairan (Polair) untuk layanan kas di Kepulauan Seribu dan dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) di Kepulauan Maluku.

Kehadiran Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Serang dan Gorontalo telah menimbulkan kebutuhan layanan kas baik yang dikemukakan oleh perbankan setempat maupun instansi daerah. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, di wilayah Provinsi Banten dilakukan kegiatan kas keliling pada minggu pertama setiap bulan. Saat ini sedang dilakukan survei kemungkinan pembukaan kas titipan untuk wilayah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten di Serang. Sementara di wilayah Gorontalo telah dibuka kas titipan, yang merupakan kerjasama antara Bank Indonesia dengan Bank Mandiri selaku bank pengelola. Model kas titipan tersebut dipilih karena lebih efisien dibanding dengan layanan kas keliling.

Berdasarkan evaluasi Bank Indonesia, beberapa kas titipan telah berperan aktif dalam transaksi uang kartal antar bank (TUKAB). TUKAB merupakan kegiatan antar bank yang meliputi permintaan, penawaran dan penukaran Uang Layak Edar (ULE) dalam rangka memenuhi kebutuhan jumlah nominal dan/atau jenis pecahan uang. Dengan adanya TUKAB, perbankan cukup menjaga kebutuhan kas sesuai kebutuhan operasional bank dalam memenuhi kebutuhan nasabah sehingga pengelolaan kas perbankan dan Bank Indonesia lebih optimal. Mekanisme TUKAB merupakan pendekatan yang sedang didorong untuk diperluas guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi clean money policy.

Dalam rangka menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri 1433 H, Bank Indonesia telah menyiapkan berbagai upaya pemenuhan kebutuhan uang oleh masyarakat. Upaya tersebut diantaranya dilakukan dengan membentuk Posko Lebaran 2012 yang bertugas melakukan: (i). koordinasi pelaksanaan distribusi uang, (ii). pemantauan kecukupan kas, (iii). penetapan dan pelaksanaan layanan kas, serta (iv). strategi kehumasan. Khusus untuk pemenuhan layanan penukaran uang di wilayah Jabodetabek

Page 70: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

60 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

akan dilakukan melalui: (i). koordinasi dengan perbankan untuk menjamin kelancaran pembayaran tunai, (ii) loket penukaran uang di lima stasiun Kereta Api, (iii) loket penukaran bersama perbankan di Monumen Nasional, dan (iv) kegiatan kas keliling ke wilayah Serang, Cilegon, Rangkasbitung, Pandeglang dan sekitarnya.

Selain memenuhi kebutuhan uang di masyarakat, Bank Indonesia juga terus melaksanakan upaya preventif penanggulangan peredaran uang palsu dalam rangka menjaga kepercayaan masyarakat terhadap uang rupiah. Berdasarkan hasil pemantauan, temuan uang palsu sampai dengan akhir triwulan II-2012 tercatat sebesar 41.080 bilyet atau naik 77,6% dibanding triwulan sebelumnya yaitu 23.125 bilyet.

Rasio uang palsu terhadap uang yang diedarkan pada Juni 2012 relatif kecil yakni empat bilyet berbanding satu juta bilyet, atau dengan kata lain dalam satu juta bilyet uang yang beredar sedikitnya terdapat empat bilyet uang palsu. Berdasarkan pecahannya, uang palsu tersebut didominasi oleh uang kertas Rp 100.000 dan Rp 50.000 dengan pangsa masing-masing 52,3% dan 42,0%. Adapun lokasi penemuan uang palsu sebagian besar berada di wilayah Jawa.

Sejalan dengan upaya penanganan uang palsu, Bank Indonesia melakukan berbagai upaya preventif. Diantaranya dengan mengadakan kegiatan Training of Trainers (ToT), sosialisasi keaslian uang rupiah bekerjasama dengan mitra strategis, dan sosialisasi dalam bentuk pagelaran kesenian tradisional serta pameran. Selama triwulan II-2012, telah dilakukan 29 kegiatan sosialisasi dengan peserta secara keseluruhan sebanyak 7.537 orang.

Dalam rangka implementasi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, diperlukan beberapa penyesuaian pelaksanaan tugas dan kewenangan Bank Indonesia di bidang pengedaran uang diantaranya meliputi :

a. Kewenangan Bank Indonesia dalam mengeluarkan, mengedarkan, mencabut dan menarik uang rupiah;

b. Koordinasi antara Bank Indonesia dengan pemerintah dalam menetapkan pecahan uang, bahan baku uang, perencanaan, pencetakan, pemusnahan uang; serta

c. Koordinasi dan pembentukan badan pemberantasan rupiah palsu.

Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia dalam menindaklanjuti beberapa penyesuaian tersebut, diantaranya koordinasi dengan pemerintah. Koordinasi dilakukan dalam menetapkan pecahan uang, bahan baku uang, perencanaan, pencetakan dan pemusnahan uang.

Terkait koordinasi perencanaan cetak uang rupiah, telah ditandatangani Nota Kesepahaman tentang Koordinasi dalam rangka Perencanaan dan Pencetakan, serta Pemusnahan Rupiah antara Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan pada tanggal 27 Juni 2012 di Jakarta. Selain itu, Bank Indonesia juga telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang Pengelolaan Uang Rupiah16 dan Peraturan Dewan Gubernur tentang Pengelolaan Uang Rupiah17.

16 PBI No.14/7/PBI/2012 tanggal 27 Juni 2012 tentang Pengelolaan Uang Rupiah (Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5323).

17 PDG No.14/13/PDG/2012 tanggal 27 Juni 2012 tentang Pengelolaan Uang Rupiah.

Page 71: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 61

Dalam kegiatan pemusnahan uang, sesuai Nota Kesepahaman Bank Indonesia dan Pemerintah tanggal 27 Juni 2012, seluruh kegiatan pemusnahan uang yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia disepakati sejalan dengan UU Mata Uang.

Selanjutnya, sebagaimana amanat Pasal 28 ayat 1 UU tentang Mata Uang terkait pembentukan badan yang akan mengkoordinasikan pemberantasan uang palsu, telah diselenggarakan rapat koordinasi antara Kementerian Keuangan, Badan Intelijen Negara, Kejaksaan Agung, Kepolisian Negara RI, Sekretariat Kabinet, Kementerian Polhukam dan Bank Indonesia. Pertemuan tersebut membahas mengenai usulan pembuatan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu, bentuk organisasi dan kedudukan instansi terkait dalam badan tersebut. Sebagai tindak lanjut akan dilakukan pertemuan lanjutan untuk membentuk tim kecil (terdiri dari seluruh instansi anggota badan, Kemenkumham dan Sekretariat Kabinet) guna melakukan drafting konsep Perpres.

4. Kerjasama InternasionalDalam upaya mendukung pelaksanaan tugasnya, Bank Indonesia berpartisipasi aktif melakukan kerjasama internasional di berbagi fora baik pada tataran regional maupun multilateral.

a. Kerjasama ASEAN dengan Mitra Dialog (ASEAN+3)

Pada triwulan II-2012, Bank Indonesia berperan aktif dalam pertemuan puncak kerja sama keuangan ASEAN dengan mitra dialog (dalam hal ini kerja sama ASEAN dengan Jepang, China, dan Korea atau disebut ASEAN+3). Rangkaian pertemuan puncak kerja sama keuangan ASEAN+3 dilaksanakan pada awal Mei 2012 di Manila dengan peserta Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3. Pertemuan tersebut merupakan pertemuan perdana dimana Gubernur Bank Sentral ikut serta dalam pertemuan yang semula hanya dihadiri Menteri Keuangan. Hal ini merupakan implementasi kesepakatan ASEAN+3 pada 2011 saat keketuaan kerjasama keuangan ASEAN+3 dijabat Indonesia bersama Jepang. Kesepakatan ini muncul mengingat banyak inisiatif kerja sama keuangan ASEAN+3 memerlukan partisipasi aktif Kementerian Keuangan dan Bank Sentral. Pada pertemuan perdana tersebut, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral telah memberikan persetujuan/arahan atas implementasi kerjasama keuangan ASEAN+3, khususnya terkait penguatan fasilitas resolusi krisis dan pembentukan fasilitas pencegahan krisis.

Terkait dengan Economic Review and Policy Dialogue, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral melakukan exchange of view. Exchange of view dilakukan terhadap kondisi dan tantangan yang dihadapi perekonomian kawasan bersama ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO)18

dan Asian Development Bank. Berdasarkan hasil diskusi, terdapat kesepahaman bahwa walaupun pertumbuhan ekonomi kawasan saat ini cukup tinggi, namun tetap rentan terhadap ketidakpastian global, terutama yang berasal dari krisis utang Eropa. Untuk itu, disepakati: (i) menjalankan kebijakan makroekonomi yang tepat, (ii) memperkuat jaring pengaman keuangan regional melalui kolaborasi dengan AMRO, ADB dan IMF, serta (iii) terus meningkatkan perdagangan dan investasi di kawasan.

18 Unit surveillance independen yang dibentuk pada kerja sama Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM).

Page 72: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

62 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Terkait dengan penguatan fasilitas resolusi krisis dan pembentukan fasilitas pencegahan krisis, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 telah menyetujui penguatan fasilitas resolusi krisis dan pembentukan fasilitas pencegahan krisis pada kerjasama Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) yakni :

1) Meningkatkan size kerja sama CMIM dari semula USD 120 miliar menjadi USD 240 miliar dengan mempertahankan share kontribusi dan voting power masing-masing negara anggota. Terkait peningkatan size tersebut, Bank Indonesia telah menyetujui peningkatan komitmennya dari semula USD 4,55 miliar menjadi USD 9,1 miliar19.

2) Meningkatkan IMF de-linked portion menjadi 30% pada 2012 dan 40% pada 2014, jika kondisi dinilai mendukung20.

3) Memperpanjang maturity period untuk IMF linked portion menjadi tiga tahun (semula dua tahun) dan IMF de-linked portion menjadi dua tahun (semula satu tahun).

4) Meluncurkan CMIM Precautionary Line (CMIM-PL) sebagai fasilitas pencegahan krisis yang dapat diakses negara anggota ASEAN+3 pada saat menghadapi potensi permasalahan likuiditas jangka pendek dan atau neraca pembayaran.

Selanjutnya, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 juga menekankan pentingnya penguatan AMRO. Upaya dilakukan melalui peningkatan kapasitas organisisasi, percepatan peningkatan status hukum AMRO menjadi organisasi internasional, dan kolaborasi yang lebih erat dengan organisasi internasional terkait seperti ADB, dan IMF.

Terkait dengan isu eksplorasi area kerjasama keuangan baru, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 menyepakati studi terkait beberapa area kemungkinan kerja sama keuangan baru negara ASEAN+3 di masa depan yaitu (i) disaster risk insurance, (ii) infrastructure financing, dan (iii) the use of local currencies for regional trade settlement.

Selain melalui kerja sama ASEAN+3, kerjasama keuangan antar negara ASEAN pada triwulan II-2012 masih difokuskan pada upaya peningkatan stabilitas, liberalisasi serta integrasi sektor keuangan menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Beberapa isu yang dibahas masih terkait dengan: (i) inisiatif pembentukan Taskforce on ASEAN Banking Integration Framework (TF-ABIF), (ii) pengembangan kerangka kerja capital account liberalization (CAL Framework), (iii) negosiasi liberalisasi jasa keuangan putaran keenam, (iv) finalisasi berbagai action plans harmonisasi sistem pembayaran dan setelmen ASEAN, dan (v) pemenuhan capacity building bagi Brunei, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam (BCLMV) melalui Steering Committee on Capacity Building (SCCB).

b. Kerjasama Bank Sentral

Dalam rangka mendukung pencapaian tugas, Bank Indonesia melakukan berbagai kerjasama, koordinasi, dan sharing informasi dengan bank sentral lain baik di tataran bilateral, regional, maupun

19 CMIM merupakan pooling of funds negara anggota dengan kontribusi yang berasal dari cadangan devisa negara. Kontribusi tersebut disampaikan melalui penyerahan commitment letter oleh masing-masing bank sentral.

20 Peningkatan ini juga berlaku untuk skema pencegahan krisis.

Page 73: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 63

global. Pada triwulan II-2012, Bank Indonesia berpartisipasi aktif dalam forum kerjasama Bank Sentral/Otoritas Moneter di Kawasan EMEAP21 melalui pertemuan tingkat Deputies yang dilaksanakan di Bali pada 28-29 Mei 2012. Pada pertemuan tersebut isu-isu yang menjadi fokus perhatian Deputies antara lain :

1) Perkembangan Ekonomi Global dan Regional

Deputies membahas peningkatan downside risk di kawasan EMEAP sebagai dampak dari memburuknya krisis utang di Eropa, perlambatan pertumbuhan ekonomi China, dan peningkatan harga minyak dunia. Terkait dengan krisis utang Eropa, dikemukakan bahwa proses deleveraging di kawasan Eropa telah menyebabkan pengurangan penyaluran kredit dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut pada akhirnya dapat berujung pada semakin memburuknya kondisi fiskal negara-negara di kawasan Eropa (vicious circle). Selain itu, dikemukakan pula bahwa penurunan tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek ekonomi Eropa dapat mendorong peningkatan biaya pinjaman utang (sovereign) yang pada gilirannya akan memicu terjadinya krisis utang dan perbankan. Seiring dengan perkembangan ini, alternatif kebijakan yang dapat ditempuh oleh negara-negara EMEAP antara lain dengan mengembangkan pasar modal, pengelolaan terhadap interest rate risks, dan mencari sumber pertumbuhan baru.

2) Penguatan Kerangka Manajemen Krisis EMEAP

Dalam rangka memperkuat kerangka manajemen krisis di kawasan, EMEAP tengah merumuskan term of reference (TOR) protokol manajemen krisis yang akan digunakan sebagai panduan operasional komunikasi pada saat terjadi krisis. Dalam hal dicapai konsensus atas penggunaan TOR dimaksud, EMEAP merencanakan akan mengadakan simulasi uji coba protokol komunikasi, termasuk mengembangkan event driven triggers dan threshold condition. Selanjutnya, EMEAP juga tengah mengembangkan kebijakan (policy tool kits) dalam menghadapi berbagai skenario krisis. Selain itu, dipersiapkan kerangka koordinasi dengan otoritas non-bank sentral lain misalnya dengan otoritas pengawasan khususnya dalam penanganan krisis yang melibatkan institusi keuangan. Usulan-usulan tersebut akan dibahas lebih lanjut pada pertemuan EMEAP Governors pada Juli 2012.

c. Kerjasama Bank Sentral di Bank for International Settlement (BIS)

Bank Indonesia juga berpartisipasi aktif dalam forum BIS dalam melakukan sharing informasi tentang perkembangan ekonomi, moneter, keuangan serta isu-isu kebanksentralan terkini. Selain informasi tersebut, juga diinformasikan mengenai kebijakan yang ditempuh oleh masing-masing bank sentral/otoritas moneter anggota BIS, dan koordinasi kerjasama pada area banking supervision, financial markets, dan payment system.

21 The Executives Meeting of East Asia-Pacific Central Banks (EMEAP), adalah organisasi kerjasama antara bank sentral dan otoritas moneter di kawasan Asia Timur dan Pasifik. EMEAP terdiri dari 11 anggota yaitu Reserve Bank of Australia, People’s Bank of China, Hong Kong Monetary Authority, Bank Indonesia, Bank of Japan, The Bank of Korea, Bank Negara Malaysia, Reserve Bank of New Zealand, Bangko Sentral ng Pilipinas, Monetary Authority of Singapore, dan Bank of Thailand. Kerjasama dilakukan a.l melalui sharing informasi tentang perkembangan ekonomi, keuangan terkini dan kebijakan yang ditempuh oleh masing-masing bank sentral/otoritas moneter di kawasan EMEAP, serta koordinasi kerjasama pada area banking supervision, financial markets, payment system dan information technology dengan tujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan sistem keuangan di kawasan.

Page 74: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

64 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Pada triwulan II-2012, Bank Indonesia berpartisipasi aktif pada BIS Bimonthly Meeting Mei 2012 dan BIS Annual General Meeting22 tanggal 23-24 Juni 2012. Topik utama yang dibahas pada Bimonthly Meeting adalah krisis, reformasi regulasi, dan deleveraging serta implikasinya bagi negara berkembang. Sementara pada BIS Annual General Meeting (AGM), diangkat topik globalisasi keuangan masa depan (future financial globalization).

1) Krisis, reformasi regulasi dan deleveraging serta implikasi bagi negara berkembang

Diskusi bertujuan untuk mengetahui secara rinci dampak deleveraging yang terjadi di kawasan Eropa terhadap negara berkembang. Mayoritas peserta diskusi sepakat bahwa magnitude dari deleveraging sektor perbankan di kawasan Eropa sangat besar dan prosesnya akan berlangsung lama, yang terjadi bukan hanya di sektor perbankan tetapi juga di sektor swasta non-bank dan rumah tangga.

Dalam diskusi juga muncul kekhawatiran regulasi Basel III yang bertujuan mengatasi risiko likuiditas dan permodalan justru dapat menghambat pemulihan ekonomi di kawasan Eropa. Meskipun tidak terlalu berdampak pada perbankan negara berkembang Asia, namun perlu diwaspadai second round-effect dampak dari deleveraging dan penerapan regulasi baru Basel III terhadap negara-negara di luar Eropa.

2) Future Financial Globalization

Beberapa hal yang dapat dikemukakan antara lain peran sektor finansial dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan penelitan hubungan antara perkembangan sektor finansial dan pertumbuhan ekonomi cenderung tidak konklusif, khususnya di negara berkembang.

Perkembangan sektor finansial yang pesat dan reckless dinilai sebagai penyebab pecahnya krisis. Perkembangan sektor finansial juga tidak dapat dipisahkan dari dukungan kebijakan moneter yang terlalu longgar, sebagai pemicu utama reckless-nya sektor finansial. Upaya menyoroti fenomena globalisasi finansial harus tetap diletakkan dalam kerangka persoalan yang komprehensif. Terkait hal tersebut, dalam konferensi tahunan BIS, meskipun belum menemukan hal yang konklusif, aspek yang perlu pemikiran bersama adalah arah reformasi keuangan pasca krisis dan bagaimana mengawal inovasi dan integrasi keuangan agar manfaatnya lebih besar daripada potensi bahaya sistemik yang ditimbulkan.

d. Kerjasama International Monetary Fund (IMF)

Dalam rangka memajukan kerjasama internasional dalam menjaga stabilitas keuangan dan moneter, Bank Indonesia sebagai anggota IMF berpartisipasi aktif pada Pertemuan IMFC23 Spring Meeting tanggal 20-21 April 2012. Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai beberapa isu : (i) perekonomian global terkini, (ii) penguatan IMF resources, (iii) governance, serta (iv) surveillance IMF.

22 BIS GHOS Meeting merupakan forum di BIS yang diperuntukkan bagi gubernur bank sentral ataupun otoritas supervisi perbankan yang membahas perkembangan isu-isu regulasi dan supervisi perbankan, dilaksanakan 2 kali setahun di Basel, Swiss.

23 IMFC (International Monetary Financial Committee) merupakan forum komite pengambilan keputusan tertinggi IMF di bawah Board of Governor (Dewan Gubernur) yang terdiri dari 24 wakil grup konstituen yang mewakili suara 187 negara anggota. IMFC bersidang 2 kali setahun, yaitu saat Spring (spring meeting) dan Fall (annual meeting).

Page 75: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 65

Dalam sesi pembahasan perkembangan terkini ekonomi global, diulas mengenai pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat dan perkembangan krisis Euro yang diwarnai risiko yang masih tinggi. Dalam upaya memulihkan perekonomian global, IMFC sepakat untuk memulihkan kembali kepercayaan, mendorong pertumbuhan serta mendukung penciptaan lapangan kerja. Di negara maju, perlu dilakukan konsolidasi fiskal lebih lanjut, kebijakan moneter yang akomodatif dengan tetap menjaga ekspektasi inflasi, serta reformasi struktural untuk mendorong output dan kesempatan kerja. Di negara berkembang, diperlukan keseimbangan menjaga pertumbuhan berkelanjutan dengan upaya mengatasi tekanan inflasi. IMFC menyepakati langkah lebih lanjut untuk menyeimbangkan permintaan dari negara defisit ke negara surplus disamping pentingnya implementasi komitmen reformasi keuangan yang disetujui (termasuk kerangka Basel III serta pencegahan proteksi di segala bentuk).

Terkait pembahasan mengenai isu penguatan IMF Resources, IMFC berkomitmen untuk menjaga stabilitas keuangan global dan menyambut baik keputusan Euro Area memperkuat European firewalls. Bersama G-20, IMFC sepakat memperkuat IMF resources untuk pencegahan dan resolusi krisis. Beberapa negara berkomitmen memberi dukungan penambahan resources kepada IMF hingga mencapai sekitar USD 430 miliar disamping peningkatan quota negara anggota hasil reformasi 2010. IMFC sepakat bahwa resources diperuntukkan bagi seluruh negara anggota dan bukan untuk spesifik negara atau kawasan tertentu. Penguatan IMF resources IMF dilakukan melalui temporary bilateral loans ataupun note purchase agreements. Bagi negara South East Asia Voting Group seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand, komitmen untuk berkontribusi disampaikan setelah dilakukan konsultasi domestik terlebih dahulu.

Terkait isu pembahasan mengenai governance, IMFC menyambut baik ratifikasi yang telah disampaikan sebagian negara anggota atas reformasi quota dan governance IMF 2010, dan mengharapkan agar reformasi tersebut dapat berlaku efektif pada IMFC Annual Meeting, Oktober 2012. Selain itu, IMFC juga mengkonfirmasi kembali komitmen untuk menyelesaikan review kuota formula pada bulan Januari 2013 serta merampungkan Review Kuota IMF ke-15 pada bulan Januari 2014. Penyelarasan kuota tersebut diharapkan dapat merefleksikan peningkatan kuota negara berkembang serta melindungi suara dan representasi negara miskin.

Terkait isu pembahasan mengenai surveillance, IMFC mendukung penguatan kerangka surveillance IMF. Salah satu dukungan tersebut yakni dengan diusulkannya kerangka baru integrated surveillance decision yang mengedepankan perspektif bilateral dan multilateral dalam rekomendasi kebijakan IMF. Selain itu, kerangka baru memungkinkan asesmen yang lebih baik atas risiko di tingkat nasional maupun global, termasuk risiko spillovers. Dengan kerangka yang baru, forum IMFC memiliki peran kunci dalam memberikan arahan (guidance) mengenai prioritas strategis dan operasional surveillance IMF secara reguler.

Hal lain yang dibahas pada pertemuan IMFC adalah komitmen anggota untuk mendukung negara miskin melalui persetujuan paket pendanaan bagi negara miskin dalam Poverty Reduction and Growth Trust (2014-2015), selambat-lambatnya sebelum Annual Meeting 2012. IMFC juga mendesak

24 Negara-negara Arab di MENA (Middle East and North Africa) yang mengalami transisi politik yang marak terjadi pada saat Spring 2011.

Page 76: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

66 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

manajemen IMF memberikan dukungan kepada negara-negara Arab Spring24 melalui saran kebijakan, bantuan teknis, pendanaan, termasuk menjaga proses transisi dan stabilitas ekonomi.

e. Kerjasama Negara-Negara G-20

Sepanjang triwulan II-2012, Bank Indonesia telah mengikuti berbagai kegiatan terkait keanggotaan Indonesia dalam forum G-20, sebagai berikut :

1) Pertemuan G-20 tingkat Deputies dan pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral yang diselenggarakan back to back dengan IMF Spring Meeting di Washington DC.

2) Los Cabos Summit di Los Cabos Mexico. Kontribusi Bank Indonesia terutama dalam drafting komunike, baik pada proses drafting Finance Deputies maupun pada Joint Drafting Session Deputies and Sherpa, khususnya isu di Jalur Keuangan. Selain itu, Bank Indonesia juga aktif memberikan masukan pada pertemuan dengan Menkeu dan Sherpa/Wamenkeu mengenai isu penguatan resources IMF.

Los Cabos Summit menghasilkan beberapa kesepakatan sebagai berikut :

(i) Koordinasi global. G-20 bertekad memperkuat pemulihan perekonomian dan mengatasi tekanan di pasar keuangan. Terkait dengan itu, G-20 berkomitmen :

(a) Memperkuat demand dan mengembalikan kepercayaan pasar, mengembalikan stabilitas sistem keuangan, serta menciptakan lapangan kerja.

(b) Mengatasi berbagai risiko global jangka pendek, memulihkan keyakinan, dan meningkatkan pertumbuhan, serta memperkuat landasan jangka menengah untuk mendukung pertumbuhan.

(ii) Implementasi kebijakan. G-20 menyepakati Accountability Assessment Framework yang mencakup tiga pilar. Pilar 1, prinsip-prinsip yang mendasari, antara lain country-owned dan transparansi. Pilar 2, peer review dengan dukungan assessment dari organisasi internasional. Pilar 3, laporan tahunan hasil assessment kepada Leader.

(iii) Los Cabos Action Plan (LCAP). G-20 menyepakati LCAP yang memuat komitmen untuk: (i) mengatasi permasalahan sovereign debt dan krisis perbankan di eurozone; (ii) memastikan stabilitas keuangan, termasuk antisipasi potensi dampak deleveraging; (iii) memperkuat demand, pertumbuhan ekonomi, dan menurunkan tingkat pengangguran di negara maju; (iv) memastikan percepatan konsolidasi fiskal di negara maju; (v) menghadapi kemungkinan naiknya harga minyak akibat risiko geopolitis; (vi) mencegah proteksionisme dan menjaga keterbukaan pasar, serta (vii) meningkatkan upaya menurunkan imbalances internal dan eksternal.

(iv) Krisis Eropa. Anggota G-20 akan menempuh berbagai upaya untuk mengamankan integritas dan stabilitas kawasan, memperbaiki fungsi pasar finansial dan menghentikan feedback loop antara sovereign dan sektor perbankan.

Page 77: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 67

(v) Global financial system stability - penguatan IMF resources. Sejalan dengan upaya meningkatkan stabilitas keuangan global dan kemampuan IMF untuk mengatasi krisis, G-20 mendukung komitmen penguatan IMF resources hingga lebih dari USD 450 miliar sebagai tambahan dari reformasi kuota 2010. Jumlah tersebut merupakan kapitalisasi terbesar yang pernah dicapai dalam sejarah IMF.

(vi) Reformasi sektor keuangan global dan penguatan financial inclusion. G-20 menyepakati implementasi kebijakan sektor keuangan yang telah disepakati secara tepat waktu, menyeluruh dan konsisten di tingkat nasional guna mendorong sistem keuangan yang stabil dan mampu mencegah krisis di masa datang. G-20 akan melanjutkan implementasi agenda reformasi struktural dan pengaturan (regulatory) untuk meningkatkan prospek pertumbuhan jangka menengah serta membangun sistem keuangan yang lebih resilien. Untuk mendorong financial inclusion, G-20 menyepakati Global Alliance for Financial Inclusion, yang akan mengukur kemajuan dalam pengembangan jasa keuangan bagi masyarakat miskin, serta meningkatkan financial education dan proteksi bagi para pengguna jasa tabungan, kredit, dan asuransi.

(vii) Global imbalances. G-20 tetap berkomitmen untuk menurunkan imbalances melalui penguatan pendanaan publik bagi negara-negara yang defisit, serta penguatan demand domestik dan peningkatan fleksibilitas nilai tukar di negara yang memiliki surplus current account yang tinggi.

(viii) Development agenda. Untuk mengurangi dampak krisis terhadap negara berkembang, khususnya terhadap low income countries, G-20 akan meningkatkan upaya untuk menciptakan iklim yang mendukung pembangunan, termasuk melalui dukungan terhadap pembiayaan investasi infrastruktur.

Selain kehadiran sebagai bagian dari delegasi RI pada berbagai pertemuan G-20 tersebut, partisipasi aktif Bank Indonesia sepanjang triwulan II-2011 juga dilakukan dalam pembahasan level teknis melalui partisipasi aktif dalam berbagai teleconference dan pertemuan tatap muka. Beberapa pertemuan level teknis yang dihadiri oleh Bank Indonesia terkait isu G-20 2012 adalah: (i) Seminar on Commodities (5-6 Mei 2012, Los Cabos, Mexico); (ii) Energy and Commodities Working Group Meeting (18 April 2012 back to back IMF Spring Meeting, Washington D.C dan 22 Mei 2012, Paris, Perancis); (iii) Framework Working Group Meeting (17-18 Mei 2012, Vancouver, Canada); dan (iv) International Financial Architecture Working Group Meeting (18 April 2012 back to back IMF Spring Meeting, Washington D.C dan 1 Juni 2012, Istanbul, Turki). Sementara itu, dalam kerangka persiapan kehadiran Presiden RI dan delegasi RI lainnya pada pertemuan G-20 tingkat pemimpin Negara (G-20 Summit), Los Cabos Mexico, Juni 2012, Bank Indonesia juga berpartisipasi aktif dalam berbagai rapat koordinasi antar instansi, khususnya dalam penyiapan position paper, talking point Presiden RI, serta briefing dengan Sherpa RI.

Page 78: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

68 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

5. Komunikasi dan Edukasi KebijakanKegiatan komunikasi dan edukasi kebijakan dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas implementasi kebijakan Bank Indonesia.

Guna meningkatkan efektivitas implementasi berbagai kebijakannya, Bank Indonesia secara intensif melakukan komunikasi dan edukasi kepada stakeholders. Melalui kegiatan tersebut, Bank Indonesia berupaya agar perkembangan kondisi ekonomi, moneter, perbankan dan sistem pembayaran serta arah kebijakan Bank Indonesia menjadi jelas dan dapat dipahami, sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

Komunikasi dan edukasi kebijakan dilakukan melalui berbagai media, antara lain penyampaian publikasi, siaran pers, pidato Dewan Gubernur, konferensi pers, dan pencantuman data dan informasi melalui website Bank Indonesia. Bank Indonesia juga melakukan sosialisasi, edukasi dan pelatihan kepada stakeholders yang terkait langsung dengan kebijakan (misal: perbankan, asosiasi, kalangan industri, instansi terkait dan akademisi) maupun kepada masyarakat melalui pesan layanan masyarakat di berbagai media komunikasi.

Dalam upaya mendorong pengembangan perbankan syariah, Bank Indonesia juga melakukan program komunikasi, sosialisasi dan edukasi masyarakat melalui iB Campaign. Tema pokok yang diusung dalam kegiatan tersebut adalah “perbankan syariah yang menghargai kerja keras, kemitraan dan kesetaraan”. Pada triwulan II-2012, telah dilakukan kegiatan iB Campaign bekerjasama dengan perbankan syariah dalam International Franchise License & Business Concept Expo & Conference (IFRA). Selain itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia bekerjasama dengan perbankan syariah daerah melakukan sosialisasi iB Campaign dalam berbagai expo yang diselenggarakan di Pekanbaru, Palembang, Jember, dan Balikpapan.

Sosialisasi dan edukasi perbankan syariah kepada masyarakat luas difokuskan pada lima segmen utama, yaitu kalangan profesional, netizen (pengguna internet), wanita/keluarga, akademisi/ulama serta kalangan muda. Beberapa sosialisasi dan bantuan teknis yang telah dilakukan antara lain: (i) “Shariah Economic Activities (SEHATI) 5” dengan tema “Membangun Kemakmuran Dengan Ekonomi Islam” yang diselenggarakan oleh UNDIP, Semarang; (ii) Seminar Nasional-Festival Ekonomi Syariah oleh Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta;dan (iii) “Shariah Economic Informal Study” yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Selain itu, Bank Indonesia bekerjasama dengan perguruan tinggi melaksanakan Training of Trainers (TOT) Perbankan Syariah. Kerjasama tersebut diantaranya dengan Perguruan Tinggi Politeknik Swadarma, Tangerang dan UNDIP Semarang. Selain kegiatan TOT, Bank Indonesia juga membantu pelaksanaan seminar yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi, baik sebagai narasumber maupun pemberian bantuan dana.

Kegiatan sosialisasi juga dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai kebanksentralan. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain kerjasama dengan perguruan tinggi, pengajaran mata kuliah kebanksentralan di perguruan tinggi, maupun pelatihan kepada guru Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang ekonomi. Bank Indonesia juga memberikan kesempatan magang penelitian serta bantuan dana penelitian kepada mahasiswa yang terpilih.

Page 79: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 69

Selama triwulan II-2012, telah dilaksanakan 39 kali pengajaran kebanksentralan di beberapa perguruan tinggi yang memiliki kerja sama dengan Bank Indonesia. Sejalan dengan kegiatan pembelajaran tersebut, Bank Indonesia juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa berbagai perguruan tinggi yang sudah melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Bank Indonesia untuk melakukan kegiatan magang. Melalui kegiatan magang, diharapkan dapat memperoleh pengalaman bekerja khususnya di bidang penelitian. Selama triwulan II-2012, mahasiswa yang melakukan magang penelitian sebagai asisten peneliti sebanyak 12 orang.

Bank Indonesia juga secara rutin menyelenggarakan Lokakarya Kebanksentralan bagi guru SMA/SMK bidang studi ekonomi di berbagai wilayah di Indonesia. Pada triwulan II-2012, lokakarya kebanksentralan yang telah diselenggarakan sebanyak 3 kali dari 10 kali rencana penyelenggaraan untuk tahun 2012. Lokakarya diselenggarakan di Tegal, Palembang, dan Padang, dengan jumlah peserta sekitar 100 sampai dengan 150 orang. Melalui lokakakarya diharapkan guru SMA/SMK dapat meneruskan pemahaman mengenai kebanksentralan kepada murid didiknya.

Disamping kegiatan lokakarya, Bank Indonesia juga menyelenggarakan kegiatan pembelajaran kebanksentralan kepada wartawan. Kegiatan yang dikenal dengan nama BBM (Bincang Bareng Media) telah dimulai sejak Mei 2012. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada wartawan mengenai Bank Indonesia secara menyeluruh.

Selain melakukan komunikasi di dalam negeri, Bank Indonesia juga melakukan komunikasi dengan stakeholders internasional. Upaya komunikasi ini khususnya bertujuan untuk meningkatkan persepsi positif mengenai perekonomian Indonesia. Dalam menjalankan fungsi komunikasi tersebut, Bank Indonesia membentuk Investor Relations Unit (IRU) pada tahun 2005 sebagai single point of contact bagi stakeholders internasional, khususnya lembaga pemeringkat dan investor.

Selama triwulan II-2012, IRU telah melakukan berbagai kegiatan diantaranya :

a. Menerima kunjungan investor asing sebanyak 17 kali. Selain sebagai sarana mendiseminasikan informasi mengenai perkembangan perekonomian Indonesia terkini, kunjungan tersebut juga dimanfaatkan oleh IRU sebagai sarana tukar menukar informasi guna mendapat masukan bagi perumusan kebijakan Bank Indonesia.

b. Menyelenggarakan investor conference call dengan pembicara dari Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan.

c. Melakukan pengkinian data dan informasi ekonomi Indonesia secara berkala bagi stakeholders melalui website IRU Bank Indonesia.

Page 80: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 3 • Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia

70 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 81: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

BAB 4

Manajemen Intern Bank Indonesia

Berbagai kebijakan dan pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia tidak terlepas

dari dukungan berbagai kegiatan penunjang internal. Seperti halnya dalam tugas

pokok, pelaksanaan tugas penunjang tersebut dilaksanakan dengan mengedepankan

prinsip-prinsip tata kelola organisasi yang baik. Selama triwulan II-2012, Bank Indonesia

melaksanakan berbagai kegiatan manajemen strategis untuk memenuhi tuntutan

akuntabilitas dan transparansi kepada publik sejalan dengan amanat

Undang-Undang Bank Indonesia

Page 82: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia

72 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

1. Akuntabilitas dan Transparansi

Untuk memperkuat akuntabilitas, Bank Indonesia melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tugasnya. Pada triwulan II-2012, Bank Indonesia telah melakukan survei kepada seluruh pegawai Bank Indonesia dan stakeholders eksternal. Survei kepada pegawai bertujuan untuk mengukur kualitas pelaksanaan tugas satuan kerja-satuan kerja di Bank Indonesia. Sementara survei kepada stakeholders eksternal bertujuan untuk mengetahui penilaian stakeholders terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Bank Indonesia selama semester I-2012. Hasil survei tersebut selain merupakan indikator pencapaian kinerja Bank Indonesia juga menjadi masukan untuk perbaikan pelaksanaan tugas kedepan.

Berdasarkan survei kinerja Bank Indonesia kepada stakeholders eksternal, diperoleh hasil bahwa kinerja Bank Indonesia selama semester I-2012 secara umum dinilai memuaskan. Hal tersebut tercermin dari pencapaian di atas target 4 dari skala 1-6. Pencapaian kinerja yang baik tersebut relatif lebih baik dibanding pencapaian kinerja hasil Focus Group Discussion (FGD) pada triwulan I-2012.

Hasil Survei Eksternal (Semester I-2012)

Hasil FGD(Triwulan I-2012)

Indikator Kinerja Utama

Tingkat keyakinan stakeholders terhadap kredibilitas kebijakan moneter 4,25 4,58

Tingkat keyakinan stakeholders terhadap stabilitas sistem keuangan 4,31 4,64

Tingkat kepuasan masyarakat terhadap ketersediaan uang layak edar 4,60 4,49

Keterangan : target IKU sebesar 4 dari skala 1-6.

Tabel 4.1Penilaian Stakeholders Terhadap Kinerja Bank Indonesia berdasarkan FGD dan Survei

Selain melaksanakan survei kinerja, guna memenuhi prinsip akuntabilitas publik, Bank Indonesia melaksanakan tugasnya secara terkoordinasi melalui sistem perencanaan, anggaran, dan manajemen kinerja (SPAMK). Sistem dimaksud dilakukan secara berkesinambungan dalam suatu siklus yang meliputi tahapan sebagai berikut : (i) perumusan, (ii) pelaksanaan dan pemantauan, serta (iii) evaluasi arah strategis dan strategi tahunan Bank Indonesia.

Tahap perumusan diawali dengan proses review arah strategis Bank Indonesia mengacu pada misi, visi, nilai-nilai strategis, dan strategy map (peta strategi) Bank Indonesia. Peta strategi Bank Indonesia mencakup Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Utama (IKU), target IKU, dan Program Kerja. Pelaksanaan review arah strategis Bank Indonesia dilakukan melalui rangkaian kegiatan, antara lain penggalian isu strategis yang berpengaruh terhadap Bank Indonesia (environmental scanning), Board Retreat, dan tahap komunikasi strategi kepada seluruh satuan kerja melalui Forum Strategis (Forstra) Bank Indonesia.

Pada tahun ini, Board Retreat dan Forstra dilaksanakan satu bulan lebih awal daripada jadwal tahun sebelumnya. Hal ini ditujukan untuk memberikan kesempatan yang lebih lama untuk proses penjabaran dari perencanaan Bank Indonesia kepada perencanaan satuan kerja. Masing-masing kegiatan dilaksanakan pada 24-25 Mei 2012 dan 28-29 Juni 2012. Forstra tahun 2012 bertema “Merespon Tantangan, Menguatkan Konsolidasi Menuju Bank Indonesia 2018.” Dalam Forstra

Page 83: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 73

tahun ini, Dewan Gubernur telah menetapkan Arah Strategis Bank Indonesia 2013 yang mencakup sasaran strategis (strategic objectives) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang selanjutnya akan menjadi pedoman bagi seluruh kegiatan satuan kerja.

Sementara itu, guna mendukung akuntabilitas anggaran, sejak awal 2011 Bank Indonesia telah mempersiapkan penyusunan anggaran berbasis kinerja (Performance Based Budgeting). Beberapa milestones yang telah dicapai pada triwulan II-2012 antara lain: (i) penyusunan standard cost, (ii) penyempurnaan proses cascading strategy map Bank Indonesia ke strategy map satuan kerja, serta (iii) integrasi Sasaran Strategis, Program Kerja, output, Indikator Kinerja Utama (IKU), dan anggaran. Dengan penguatan sistem anggaran Bank Indonesia ke arah Performance Based Budgeting tersebut diharapkan aspek efektivitas dan efisiensi dari pelaksanaan tugas Bank Indonesia dapat lebih terukur. Untuk memastikan tercapainya kinerja Bank Indonesia sesuai dengan yang diharapkan, Bank Indonesia juga melakukan penajaman dalam proses perencanaan dan monitoring pelaksanaan program kerja, serta review penggunaan anggaran yang lebih intensif.

Selanjutnya, dalam rangka transparansi Bank Indonesia senantiasa mengkomunikasikan kebijakan-kebijakan kepada masyarakat secara terbuka guna meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap arah kebijakan Bank Indonesia. Komunikasi dengan pemerintah dan stakeholders terus dilaksanakan melalui penyampaian berbagai laporan maupun pelaksanaan forum koordinasi. Memenuhi amanat Undang-Undang tentang Bank Indonesia, juga disampaikan laporan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia kepada DPR-RI dan Pemerintah baik melalui rapat kerja maupun secara tertulis. Berbagai laporan pelaksanaan tugas, hasil riset, kajian, survei, statistik, dan materi lain terkait tugas Bank Indonesia telah tersedia secara lengkap di situs Bank Indonesia (www.bi.go.id).

2. Audit Intern

Dalam mendukung pencapaian sasaran strategis di bidang audit intern, kebijakan audit intern Bank Indonesia yang meliputi kegiatan audit (assurance) dan konsultasi (consulting) ditujukan untuk memberikan nilai tambah bagi tercapainya tujuan organisasi. Kebijakan audit intern dilakukan melalui pendekatan yang sistematis dalam mengevaluasi dan menyempurnakan efektivitas proses tata kelola organisasi (governance), manajemen risiko (risk management), dan pengendalian internal (internal control).

Selama triwulan II-2012, telah dilaksanakan serangkaian kegiatan audit umum dan konsultasi yang menghasilkan sejumlah rekomendasi untuk ditindaklanjuti. Kegiatan audit dan konsultasi juga didukung oleh peningkatan kompetensi auditor dan telah menghasilkan beberapa auditor yang memiliki sertifikasi internasional dan nasional.

Selain kegiatan audit dan konsultasi, Bank Indonesia juga memfasilitasi pelaksanaan audit Badan Pemeriksa Keuangan-Repubilk Indonesia (BPK-RI) terhadap Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI). Selama triwulan II-2012, telah dilakukan beberapa kali pembahasan dengan BPK-RI terkait penyelesaian tindak lanjut temuan. Pada akhir triwulan II-2012, posisi sementara penyelesaian tindak lanjut temuan BPK-RI sejak LKTBI 1999 sampai dengan LKTBI 2010 adalah sebanyak 1.202 butir (92,89%) dari total 1.294 butir temuan.

Page 84: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia

74 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Kebijakan pengembangan audit intern pada tahun 2012 masih mengacu pada kerangka blueprint pengembangan audit intern 2010-2014. Sasaran akhir yang akan dicapai adalah terwujudnya audit intern sesuai dengan standar profesi audit intern dan ekspektasi stakeholder. Dalam mencapai sasaran tersebut, telah dilaksanakan program kerja pengembangan kebijakan dan prosedur kerja serta proses pengembangan otomasi mekanisme kerja dan penyusunan Sistem Manajemen Mutu (SMM) kegiatan audit intern dalam rangka penyempurnaan kebijakan dan prosedur kerja.

3. Keuangan Intern

Selama triwulan II-2012, pelaksanaan kebijakan manajemen keuangan intern tetap diarahkan dalam upaya meningkatkan pelaksanaan good governance dan memelihara sustainabilitas keuangan Bank Indonesia yang mendukung pelaksanaan tugas pokok di bidang kebijakan moneter, perbankan, serta sistem pembayaran.

Salah satu bentuk pengakuan terhadap good governance pengelolaan keuangan internal Bank Indonesia, yakni dengan diberikannya opini Wajar Tanpa Pengecualian atas Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) 2011 oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI). Opini tersebut memiliki arti bahwa LKTBI dinyatakan bebas dari salah saji yang material dan secara wajar menggambarkan posisi keuangan Bank Indonesia sesuai standard akuntansi keuangan yang berlaku umum dan kebijakan akuntansi khusus atas transaksi yang umum dilakukan bank sentral. Pencapaian opini Wajar Tanpa Pengecualian tersebut merupakan yang kesembilan kali yang diberikan atas LKTBI sejak 2003 sampai dengan 2011.

Berdasarkan Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) periode 2011 audited, penerimaan Bank Indonesia sebesar Rp 17.349 miliar, meningkat Rp 11.297 miliar dibandingkan dengan tahun 2010. Kondisi tersebut terutama disebabkan peningkatan penerimaan pengelolaan devisa sebesar 30,34% dan penurunan kerugian selisih kurs sebesar 28,85%. Dari sisi pengeluaran, terdapat kenaikan sebesar Rp 8.528 miliar dengan peningkatan terbesar adalah beban jasa giro pemerintah sebesar Rp 2.232 miliar (91,71%). Meskipun peningkatan penerimaan lebih besar dibandingkan peningkatan pengeluaran, namun LKTBI menunjukkan posisi defisit sebagaimana tahun sebelumnya. LKTBI tahun 2011 mencatat defisit sebesar Rp 25.149 miliar, dengan beban Operasi Pasar Terbuka (OPT) mencapai Rp 30.092 miliar atau 70,70% dari seluruh beban Bank Indonesia tahun 2011.

Dari sisi penerimaan, terjadi peningkatan penerimaan Bank Indonesia pada triwulan II-2012 sebesar Rp 8.839 miliar atau 103,03% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sampai dengan triwulan II-2012, penerimaan Bank Indonesia mencapai Rp 17.417 miliar dengan kontribusi terbesar berasal dari hasil pengelolaan cadangan devisa sebesar Rp 11.483 miliar dan pengelolaan Surat-Surat Berharga (SSB) Dalam Negeri sebesar Rp 2.851 miliar.

Sementara itu, dari sisi pengeluaran terjadi peningkatan sebesar Rp 7.335 miliar (84,21%) dibanding triwulan sebelumnya. Sampai dengan triwulan II-2012 pengeluaran Bank Indonesia tercatat sebesar Rp 16.045 miliar dengan proporsi utama beban OPT sebesar Rp 10.753 miliar dan pembayaran jasa giro pemerintah sebesar Rp 2.212 miliar. Peningkatan pengeluaran jasa giro pemerintah tersebut seiring dengan peningkatan giro pemerintah yang ditempatkan di Bank Indonesia. Secara total, pada

Page 85: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 75

akhir triwulan II-2012 Bank Indonesia mencatat surplus sebesar Rp 1.069 miliar atau meningkat sebesar Rp 1.201 miliar dari posisi defisit Rp 132 miliar pada triwulan I-2012.

Selanjutnya, guna mendukung transparansi dan akuntabilitas keuangan, Bank Indonesia telah menyusun konsep kerangka dasar pelaporan keuangan Bank Indonesia pada program Penyusunan Kebijakan Akuntansi Keuangan Bank Indonesia (KAKBI). Konsep kerangka dasar pelaporan keuangan tersebut telah disepakati oleh Komite Penyusunan dan akan ditindaklanjuti dengan penyusunan draft KAKBI.

Sementara itu, Bank Indonesia mengimplementasikan Performance Based Budgeting (PBB) yang pada triwulan II-2012 telah mencapai persiapan tahap akhir untuk uji coba penyusunan anggaran tahun 2013. Uji coba penyusunan anggaran tersebut akan dilaksanakan pada triwulan III-2012.

Dalam rangka menjaga sustainabilitas keuangan, Bank Indonesia telah melakukan langkah-langkah koordinasi dengan pemerintah dalam kerangka Asset Liability Management (ALM). Selain bertujuan untuk menjaga sustainabilitas keuangan pemerintah dan Bank Indonesia dalam jangka panjang, program ALM juga dilakukan sebagai upaya untuk menjaga pengembangan dan pendalaman pasar Surat Berharga Negara domestik, serta sekaligus untuk memfasilitasi amanah Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pada triwulan II-2012, program ALM dengan pemerintah telah mencapai tahap kesepakatan untuk Revisi SKB 2003 mengenai penyelesaian BLBI. Selain itu, penyusunan SKB mengenai rekstrukturisasi dan konversi SUP menjadi SBN Tradable berada dalam tahap pengajuan persetujuan prinsip antara Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan.

4. Sistem Informasi

Pengelolaan sistem informasi bertujuan untuk menyediakan layanan informasi yang terintegrasi dan berkualitas tinggi dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan, sistem pemerintah dan manajemen intern.

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan konsekuensi berupa dukungan layanan sistem informasi untuk masa transisi pengalihan fungsi pengawasan perbankan dari Bank Indonesia ke OJK. Dukungan tersebut dilakukan sebagai bagian dari task force penyiapan OJK. Kegiatan dimulai dengan identifikasi aplikasi dan infrastruktur layanan informasi fungsi pengawasan perbankan yang ada saat ini di Bank Indonesia, yang nantinya diperlukan untuk pelaksanaan fungsi pengawasan perbankan di OJK.

Pada triwulan II-2012 telah dimulai pelaksanaan pengembangan integrasi capturing data dan informasi Laporan Statistik Moneter dan Keuangan (LSMK). Hal ini sejalan dengan persiapan masa transisi pengalihan fungsi pengawasan perbankan dari Bank Indonesia ke OJK, serta roadmap pelaksanaan integrasi sistem informasi. Pada tahap awal telah dilakukan capturing pelaporan dari perbankan syariah, dan saat ini telah memasuki tahapan penyusunan data dictionary. Pelaksanaan integrasi sistem informasi dimaksud dilakukan dengan pembuatan standardisasi data dan informasi yang harus disampaikan oleh Pelapor, berdasarkan prinsip International Financial Reporting Standard (IFRS), dengan mekanisme pelaporan menggunakan metode pelaporan eXtensible Business Reporting Language (XBRL).

Page 86: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia

76 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Selain integrasi capturing data dan informasi LSMK, Bank Indonesia juga melakukan integrasi sistem informasi yang ditujukan sebagai executive information system (EIS) berupa pengembangan Dashboard Dewan Gubernur. Sistem informasi ini bertujuan untuk memberikan informasi terkini dalam rangka pengambilan keputusan oleh Dewan Gubernur. Pada triwulan II-2012, pengembangan Dashboard Dewan Gubernur memasuki tahapan pengembangan penyajian informasi sektor moneter dan indikator Protokol Manajemen Krisis (PMK). Selain pengembangan Dashboard Dewan Gubernur, juga dilakukan pengembangan sistem aplikasi Enterprise Content Management (ECM). Pengembangan bertujuan untuk mengelola unstructure information khususnya pada informasi stabilitas sistem keuangan.

Selanjutnya, terkait program pengembangan Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS Generasi II, pada triwulan II-2012 telah memasuki tahapan pengujian internal. Pengembangan sistem bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan transfer dana dan pengelolaan surat berharga negara yang dilakukan dengan implementasi teknologi terkini, penggunaan standard internasional untuk format message transaction.

Selanjutnya, untuk meningkatkan tata kelola (governance) pengelolaan sistem informasi, telah dilakukan pengembangan sistem aplikasi pengelolaan keuangan Bank Indonesia dan sistem aplikasi pengelolaan aset. Pengembangan sistem aplikasi pengelolaan keuangan Bank Indonesia yang dilakukan yaitu Enterprise Data Warehouse (EDW) Keuangan Intern dan Proyeksi dan Perencanaan Anggaran (PPA). Sedangkan pengembangan sistem aplikasi pengelolaan aset adalah sistem aplikasi Bank Indonesia Sistem Manajemen Aset (BISMA). Pengembangan sistem aplikasi pengelolaan keuangan Bank Indonesia terutama dilakukan dalam rangka penerapan Performance Based Budgeting (PBB).

Selain pengembangan sistem, pada triwulan II-2012 juga telah dilakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap sistem aplikasi Bank Indonesia Sentralisasi Otomasi Sistem Akunting (BI-SOSA). Hasil evaluasi tersebut akan menjadi pedoman untuk pelaksanaan pengembangan BI-SOSA pada tahun 2013.

5. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM)

Kebijakan Bank Indonesia di bidang organisasi dan SDM selama triwulan II-2012 masih difokuskan pada pemenuhan SDM secara kuantitas dan kualitas sesuai formasi efektif, penyesuaian organisasi sejalan dengan arah dan strategi Bank Indonesia termasuk persiapan dalam rangka pengalihan fungsi pengawasan bank ke OJK. Disamping itu, Bank Indonesia juga melakukan Program Penyelarasan Kultur Bank Indonesia.

Untuk memenuhi SDM secara kuantitas dan kualitas sesuai formasi efektif, pada triwulan II-2012 Bank Indonesia melakukan penyusunan rencana kebutuhan SDM. Penentuan rencana kebutuhan SDM tersebut mempertimbangkan hasil evaluasi organisasi dan antisipasi perubahan organisasi terkait dengan masa transisi pengalihan tugas pengawasan bank ke OJK.

Untuk memenuhi kebutuhan SDM, Bank Indonesia melakukan rekrutmen pegawai. Pemenuhan SDM tingkat Staf dan setingkat Asisten Manajer dilakukan melalui jalur Pendidikan Calon Pegawai Muda (PCPM) dan jalur Multi Level Entry (MLE). Secara keseluruhan, jumlah SDM yang telah direkrut sampai dengan triwulan II-2012 sebanyak 362 orang. Disamping jumlah SDM yang telah direkrut, saat ini sedang dilakukan proses rekrutmen pegawai setingkat Asisten Manajer melalui jalur PCPM.

Page 87: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 77

Untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi SDM, Bank Indonesia senantiasa melakukan pengembangan SDM melalui beberapa program. Pada triwulan II-2012 telah dilakukan program pengelolaan pegawai bertalenta yang meliputi antara lain :

a. Penugasan satu orang Pegawai di ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), dan perpanjangan penugasan satu orang pegawai sebagai Staf Wakil Presiden.

b. Program Tugas Belajar (PTB) dengan rincian : (i) 24 orang pegawai telah mendapatkan persetujuan sebagai calon peserta PTB terdiri dari program Strata-2 sebanyak 17 orang, Strata-3 sebanyak tiga orang dan Atas Inisiatif Sendiri (AIS) sebanyak empat orang; (ii) dua orang telah diberangkatkan sebagai peserta PTB program Strata-2; (iii) enam orang telah menyelesaikan PTB program Strata-2; dan (iv) satu orang telah menyelesaikan PTB program Strata-3.

Saat ini jumlah pegawai Bank Indonesia yang sedang melaksanakan PTB program Strata-2 sebanyak 47 orang dan PTB program Strata-3 sebanyak 14 orang.

c. Program Peningkatan Mutu Keterampilan (PMK) Leadership bagi 12 orang pegawai bertalenta yang akan dilaksanakan sampai dengan Desember 2012.

Selain melakukan kegiatan tersebut di atas, dalam rangka penyempurnaan sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Bank Indonesia, dilakukan beberapa kegiatan, antara lain :

a. Finalisasi ketentuan mutasi/rotasi/detasiring dan ketentuan promosi ke pangkat Deputi Direktur.

b. Penyempurnaan mengenai pedoman ketentuan PTB,

c. Penyesuaian penilaian kinerja pegawai,

d. Penyempurnaan sebutan pangkat, jabatan, nama satuan kerja, unit kerja, dan eselonisasi terhadap pegawai, sebagai tindak lanjut penerapan Performance Based Culture (PBC).

Selanjutnya, guna mempersiapkan organisasi Bank Indonesia paska OJK, Bank Indonesia melalui Task Force Penyiapan Bisnis Proses Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) telah melakukan melalui kegiatan sebagai berikut :

a. Penyusunan strategi dan kerangka kerja perumusan kebijakan baru Stabilitas Moneter, SSK, dan Sistem Pembayaran yang terintegrasi dalam pelaksanaan tugas-tugas Bank Indonesia ke depan;

b. Melakukan identifikasi key business process Bank Indonesia ke depan, dalam kaitannya dengan perumusan fungsi SSK;

c. Menyusun klasifikasi fungsi dan tugas Bank Indonesia, terkait dengan proses penataan struktur organisasi Bank Indonesia ke depan;

d. Penyiapan rumusan konsep fungsi dan struktur organisasi Bank Indonesia ke depan termasuk struktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Dalam Negeri (KPw-DN) paska OJK;

e. Melakukan pelatihan process architecture dengan tujuan membangun pemahaman terhadap keterkaitan proses kerja lintas satuan kerja;

Dalam rangka persiapan Bank Indonesia dalam pengalihan fungsi pengawasan bank ke OJK, Bank Indonesia telah menyusun rancangan organisasi sektor perbankan di Bank Indonesia mirroring

Page 88: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia

78 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

dengan rancangan kompartemen perbankan di OJK. Selanjutnya dengan telah ditetapkannya Dewan Komisioner OJK oleh Presiden Republik Indonesia, telah disusun tim transisi persiapan pembentukan OJK yang anggotanya berasal dari Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan RI.

Terkait pengelolaan sistem MSDM Bank Indonesia (Simasdam), telah dilakukan penyempurnaan sistem dengan mengimplementasikan One Page Summary (OPS). Informasi dimaksud akan digunakan dalam rangka mendukung proses pengambilan keputusan terutama pelaksanaan promosi pegawai setingkat Direktur. Selain itu, untuk meningkatkan efisiensi proses pengolahan informasi gaji pegawai, Bank Indonesia juga menerapkan sentralisasi penggajian pegawai Bank Indonesia Sistem Aplikasi Penggajian (BISAP) dan implementasi Slip Gaji Elektronis.

6. Aspek Hukum

Berdasarkan Undang-Undang, Bank Indonesia merupakan badan hukum publik yang berwenang menetapkan peraturan-peraturan yang digunakan sebagai landasan hukum dalam pelaksanaan tugas sebagai bank sentral. Pada triwulan II-2012, Bank Indonesia telah mengeluarkan beberapa peraturan baik yang berlaku untuk pihak eksternal maupun internal Bank Indonesia.

Beberapa peraturan yang telah dikeluarkan berupa peraturan di bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran maupun manajemen intern. Peraturan yang telah dikeluarkan mencakup Peraturan Bank Indonesia (PBI), Peraturan Dewan Gubernur (PDG), Surat Edaran Bank Indonesia Ekstern (SE Ekstern), dan Surat Edaran Bank Indonesia Intern (SE Intern). Selama triwulan II-2012, peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia sebanyak 39 buah yang terdiri dari 4 PBI, 8 SEBI Ekstern, 11 PDGBI, dan 16 SEBI Intern (Daftar produk hukum Bank Indonesia triwulan II-2012 sebagaimana terlampir).

Selanjutnya, Bank Indonesia juga berpartisipasi dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) dan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP), yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia, baik sebagai nara sumber maupun anggota tim penyusun. Selama triwulan II-2012, Bank Indonesia berperan aktif dalam pembahasan antar kementerian terkait: (i) RUU tentang Pasar Modal, (ii) RUU tentang Koperasi, (iii) RUU tentang Usaha Perasuransian, (iv) RUU tentang Balai Harta Peninggalan, (v) RUU tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme, (vi) RUU tentang Amandemen UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), (vii) RUU tentang Pengelolaan Keuangan Haji, serta (viii) RUU tentang Badan Hukum di Luar Perseroan Terbatas dan Koperasi. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan pembahasan dengan Kementerian Keuangan terkait draft RUU tentang Amandemen UU Bank Indonesia yang telah disampaikan pada tahun 2011.

Dalam pembahasan RPP, selama triwulan II-2012 Bank Indonesia berpartisipasi dalam pembahasan: (i) RPP tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan dan Pemisahan Perseroan Terbatas, (ii) RPP tentang Penyelenggaraan ITE, (iii) RPP tentang Pelaksanaan UU Sistem Resi Gudang, (iv) RPP tentang Penyelenggaraan Koordinasi dan Pengendalian Pemberdayaan UMKM, (v) RPP tentang Fasilitas dan Insentif Hortikultura, (vi) RPP tentang Tata Cara Pemberitahuan Pembawaan Uang Tunai dan/atau Instrumen Pembayaran lain, dan (vii) RPP tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos.

Page 89: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 79

Dalam rangka pelaksanaan UU, Bank Indonesia juga bekerja sama dengan beberapa instansi/kementerian terkait. Kerjasama yang dilakukan antara lain dengan: (i) Kementerian Keuangan dalam rangka implementasi UU tentang Perbendaharaan Negara (terkait pelaksanaan treasury single account) dan UU tentang Pajak Penghasilan, (ii) Kementerian Koperasi dan UKM dalam rangka implementasi UU tentang UMKM, dan (iii) Kementerian Komunikasi dan Informasi dalam rangka implementasi UU tentang ITE.

Selain itu, dalam rangka melakukan kajian terkait kedudukan Bank Indonesia dalam ketatanegaraan Indonesia, Bank Indonesia mengadakan kerjasama penelitian dengan Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada dan Fakultas Hukum Universitas Negeri Sebelas Maret.

Selanjutnya, guna mendukung pengembangan dan pembangunan hukum nasional, Bank Indonesia melakukan sosialisasi secara berkala. Sosialisasi dilakukan melalui diskusi terbatas dan pemberian kuliah umum di perguruan tinggi serta di instansi Kepolisian, Kehakiman, dan Kejaksaan. Selain itu, Bank Indonesia secara berkala menerbitkan Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan. Buletin tersebut didistribusikan antara lain kepada perguruan tinggi, perbankan, lembaga penelitian, lembaga eksekutif/yudikatif/legislatif, dan kantor hukum.

Bank Indonesia turut aktif dalam pembahasan mengenai liberalisasi sektor jasa perbankan, baik dalam forum nasional maupun internasional. Pada forum nasional, pembahasan dilakukan dengan instansi terkait. Sedangkan pada forum internasional dilakukan dengan mengikuti sidang WTO, ASEAN, APEC, serta kerjasama bilateral maupun regional. Peran Bank Indonesia dalam forum internasional terkait dengan aspek hukum pembahasan legal text maupun penyusunan Schedules of Specific Commitments (SoC) sub-sektor perbankan.

Selain terkait sub-sektor perbankan, Bank Indonesia bersama kementerian terkait juga menghadiri sidang UNCITRAL, khususnya dalam working group security interest, insolvency law, dan arbitration. Hasil dari sidang-sidang dimaksud menjadi masukan berharga dalam pengembangan dan pembangunan sistem hukum nasional.

7. Program Sosial Bank Indonesia

Selain melaksanakan tugas pokok di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran, Bank Indonesia juga melakukan kegiatan yang bersinggungan dengan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Bentuk tanggung jawab sosial Bank Indonesia tersebut diwujudkan melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI).

Kegiatan PSBI bertujuan untuk : (i) membantu upaya pemecahan permasalahan yang terjadi di masyarakat yang mempengaruhi pelaksanaan tugas Bank Indonesia; (ii) meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap berbagai aspek yang terkait dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia; dan (iii) membantu upaya swadaya masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas kehidupan.

Pada tahun 2012, arah PSBI diprioritaskan untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi, pengembangan UMKM dan sektor riil. Disamping itu, Bank Indonesia juga tetap melakukan kegiatan sosial lainnya, sebagai bentuk kepedulian dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

Page 90: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Bab 4 • Manajemen Intern Bank Indonesia

80 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Pada triwulan II-2012, Bank Indonesia melakukan penyempurnaan ketentuan PSBI, merumuskan program dan kegiatan sebagai pedoman kegiatan PSBI. Beberapa kegiatan PSBI yang telah dilaksanakan pada triwulan II-2012 sebagai berikut :

a. Di bidang pengembangan ekonomi, Bank Indonesia mengimplementasikan program klaster komoditas sapi di Kendari, komoditas lele di Tanjungpinang, Batam dan Desa Wisata di wilayah Bali. Ketiga program tersebut merupakan lanjutan program tahun 2011.

b. Di bidang pendidikan, Bank Indonesia memberikan bantuan pengembangan sarana prasarana pendidikan di di wilayah Jakarta, wilayah kerja KPw BI Malang, wilayah kerja KPw BI Batam, wilayah kerja KPw BI Wilayah V serta bantuan pengembangan perpustakaan desa di desa Bendung, Semin, Gunung Kidul, Yogyakarta.

c. Pada bidang sosial dan keagamaan, dukungan diberikan untuk perbaikan sarana ibadah di Banda Aceh, Denpasar, Sulawesi, Papua dan Jakarta serta kegiatan operasi gratis bibir sumbing bekerja sama dengan Klinik Daarul Rizky Bekasi. Selain itu, sebagai bentuk kepedulian terhadap korban bencana alam, Bank Indonesia memberikan bantuan tanggap darurat kepada korban bencana banjir bandang di Pasaman, Padang; korban bencana angin puting beliung di Sidrap, Sulawesi Selatan; dan korban lahar dingin Gunung Gamalama di wilayah Maluku Utara.

d. Program Desa Kita dilaksanakan di Desa Srikaton, Bengkulu dan di Dusun Wael, Ambon. Untuk program Desa Kita di Desa Srikaton, Bengkulu telah memasuki tahun terakhir. Kegiatan akan difokuskan pada persiapan sustainability program dan penyelesaian pembangunan fisik tempat berkumpul masyarakat pada saat terjadi bencana dan sarana pendidikan. Sedangkan untuk program Desa Kita yang dilaksanakan di Dusun Wael, Ambon, telah memasuki tahap peningkatan kualitas usaha pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu.

Kedepan, Bank Indonesia akan melakukan beberapa upaya optimalisasi pelaksanaan PSBI. Upaya tersebut antara lain dilakukan melalui : (i) finalisasi ketentuan PSBI; (ii) penguatan peran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah dalam pelaksanaan PSBI; (iii) percepatan pelaksanaan PSBI yang telah menjadi komitmen; dan (iv) peningkatan akuntabilitas program melalui optimalisasi monitoring program dan laporan.

Page 91: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

LAMPIRAN

Produk Hukum Bank IndonesiaTriwulan II-2012

Page 92: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Lampiran • Produk Hukum Bank Indonesia Triwulan II-2012

82 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Tanggal Perihal

1. PeraTuran Bank IndonesIa

no nomor BI

1 14/7/PBI/2012 27 Juni 2012 Pengelolaan Uang Rupiah.

2 14/6/PBI/2012 18 Juni 2012 Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.

3 14/5/PBI/2012 08 Juni 2012 Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Moneter.

4 14/4/PBI/2012 07 Juni 2012 Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/15/PBI/2011 tentang Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Lembaga Bukan Bank.

Tanggal Perihal

2. PeraTuran deWan GuBernur

no nomor PdG

1 14/13/PDG/2012 27 Juni 2012 Pengelolaan Uang Rupiah.

2. 14/12/PDG/2012 21 Juni 2012 Fungsi Audit Intern di Bank Indonesia.

3. 14/11/PDG/2012 07 Juni 2012 Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri.

4 14/10/PDG/2012 04 Mei 2012 Kerangka Dasar Penyusunan Kebijakan Akuntansi Keuangan Bank Indonesia.

5 14/9/PDG/2012 03 Mei 2012 Tunjangan Hari Tua bagi Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia.

6 14/8/PDG/2012 03 Mei 2012 Tunjangan Hari Tua bagi pegawai Bank Indonesia.

7 14/7/PDG/2012 10 April 2012 Perubahan atas PDG Nomor 11/1/PDG/2009 tentang Fasilitas Anggota Dewan Gubernur dan Mantan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia.

8 14/6/PDG/2012 10 April 2012 Perubahan Ketiga atas PDG Nomor 10/12/PDG/2008 tentang Remunerasi Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia.

9 14/5/PDG/2012 10 April 2012 Perubahan Kedua Atas PDG Nomor 9/2/PDG/2007 tentang Tata Tertib dan Tata Cara Palaksanaan Tugas dan Wewenang Dewan Gubernur Bank Indonesia.

10 14/4/PDG/2012 09 April 2012 Perubahan Kedua atas Peraturan Dewan Gubernur Nomor 10/11/ PDG/2008 Tentang Remunerasi Pegawai Bank Indonesia.

11 14/3/PDG/2012\ 2 April 2012 Pangkat, Jabatan, Satuan Kerja, Unit Kerja, dan Eselon di Bank Indonesia.

Page 93: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Lampiran • Produk Hukum Bank Indonesia Triwulan II-2012

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 83

Tanggal Perihal

3. suraT edaran eksTern Bank IndonesIa

no nomor se

1 14/20/DPNP 27 Juni 2012 Prinsip Kehati-hatian bagi Bank Umum yang Melakukan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Pihak Lain.

2 14/19/DASP 26 Juni 2012 Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/15/DASP Tanggal 18 Juni 2009 perihal Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia oleh Penyelenggara Kliring Lokal Selain Bank Indonesia.

3 14/18/DPM 08 Juni 2012 Perubahan Keempat atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 Perihal Operasi Pasar Terbuka.

4 14/17/DASP 07 Juni 2012 Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/10/DASP perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu.

5 14/16/DPbS 31 Mei 2012 Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.

6. 14/15/DPM 10 Mei 2012 Perizinan, Pengawasan, Pelaporan, dan Pengenaan Sanksi bagi PVA bukan Bank.

7 14/14/DASP 18 April 2012 Tata Cara Penerbitan dan Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara

8 14/13/DPNP 09 April 2012 Pencabutan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 23/15/BPPP tanggal 28 Februari 1991 perihal Kegiatan Bank di Pasar Modal.

Page 94: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Lampiran • Produk Hukum Bank Indonesia Triwulan II-2012

84 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

4. suraT edaran InTern Bank IndonesIa

Tanggal Perihalno nomor se

1 14/25/INTERN 26 Juni 2012 Perubahan Kedua atas SE Nomor7/61/INTERN tgl. 9 September 2005 tentang Organisasi Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter.

2 14/24/INTERN 21 Juni 2012 Tata Cara Penyediaan Tiket Perjalanan Dinas Pegawai Bank Indonesia.

3 14/23/INTERN 21 Juni 2012 Pelaksanaan Fungsi Audit Intern di Bank Indonesia.

4 14/22/INTERN 08 Juni 2012 Perubahan Ketiga atas Surat Edaran Nomor 13/14/INTERN tanggal 9 Mei 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Transaksi Operasi Pasar Terbuka.

5 14/21/INTERN 29 Mei 2012 Perubahan atas SE Nomor 9/60/INTERN tanggal 19 Desember 2007 tentang Pedoman Penilaian Tingkat Kesehatan BPR Syariah.

6 14/20/INTERN 29 Mei 2012 Pedoman Pelaksanaan Ketentuan GWM dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

7 14/19/INTERN 29 Mei 2012 Perubahan Kedua SE Nomor 11/58/INTERN tanggal 8 September 2009 perihal Pedomam Pelaksanaan Quality Assurance melalui Forum Panel Pengawasan Bank Berdasarkan Risiko.

8 14/18/INTERN 28 Mei 2012 Sistem Pengelolaan Kredit Bank Indonesia.

9 14/17/INTERN 11 Mei 2012 Pelaksanaan Pembayaran Remunerasi di Bank Indonesia.

10 14/16/INTERN 4 Mei 2012 Perubahan Keempat atas SE BI Nomor 11/24/INTERN tanggal 30 April 2009 tentang Sistem Pemenuhan SDM Bank Indonesia.

11 14/15/INTERN 01 Mei 2012 Pedoman Teknis Bank Performence Report (BPeR).

12 14/14/INTERN 16 April 2012 Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/38/INTERN tanggal 29 Juni 2009 Perihal Pengaturan Dokumen Bank Indonesia.

13 14/13/INTERN 16 April 2012 Perubahan Kedua atas SE BI Nomor 12/63/INTERN tanggal 26 Oktober 2010 perihal Pedoman Pelaksanaan Ketentuan GWM Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing.

14 14/12/INTERN 9 April 2012 Perubahan Kelima atas SE Nomor 10/70/INTERN tanggal 27 November 2008 tentang Gaji dan Penghasilan Lain Pegawai Bank Indonesia.

15 14/11/INTERN 9 April 2012 Pedoman Pelaksanaan Protokol Manajemen Krisis.

16 14/10/INTERN 2 April 2012 Nama Jabatan, Nama dan Rubrik Satuan Kerja dan Unit Kerja di Bank Indonesia.

Page 95: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Daftar Istilah

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 85

DAFTARISTILAH

Administered price :

BOPO :

BI Rate :

Bank Indonesia Real-Time : Gross Settlement (BI-RTGS)

Bank Indonesia Sentralisasi : Otomasi Sistem Akunting(BI-SOSA) Bank Indonesia - Scripless : Securites Settlement System(BI-SSSS)

Cadangan Devisa :

Capital Adequacy Ratio (CAR) :

Cash in Transit (CIT) :

Crisis Management Protocol :(CMP) Deposit Facility :

Harga barang/jasa yang diatur oleh Pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik.Rasio efisiensi bank yang mengukur beban operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin tinggi nilai BOPO maka semakin tidak efisien operasi bank.Suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.Merupakan sistem transfer dana secara elektronik antar peserta sistem BI-RTGS dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual.Merupakan aplikasi yang terdiri dari Sistem General Ledger dan Sistem Subsidiary Ledger yang tersentralisasi dan terintegrasi.

Merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara peserta, penyelenggara dan Sistem BI-SSSS.Cadangan devisa negara yang dikelola oleh Bank Indonesia yang tercatat pada sisi aktiva neraca Bank Indonesia, yang antara lain berupa emas, uang kertas asing, dan tagihan dalam bentuk giro, deposito berjangka, wesel, surat berharga luar negeri dan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran luar negeri.Rasio kecukupan modal bank yang diukur berdasarkan perbandingan antara jumlah modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).Jasa pengambilan dan pengantaran uang dan barang-barang berharga lainnya dengan kendaraan yang didisain secara khusus dari satu tempat ke tempat lainnya sebagaimana yang diinstruksikan oleh klien.Merupakan pedoman dan tata cara bagi Bank Indonesia dalam melaksanakan langkah-langkah pencegahan dan penanganan krisis.Penempatan dana rupiah oleh bank di Bank Indonesia dalam rangka operasi moneter.

Page 96: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Daftar Istilah

86 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Enterprise Data Warehouse :

Financial Inclusion :

Financial Stability Index (FSI) :

Financing to deposit ratio (FDR) : atau Loan to deposit ratio (LDR)

Good Governance :Inflasi Indeks Harga Konsumen : (IHK)

Jakarta Inter Bank Offered Rate : (JIBOR) Kliring :

Kredit Investasi :

Kredit Konsumsi :

Kredit Modal Kerja (KMK) :

Inflasi inti :

Makroprudensial :

Merupakan aplikasi yang memiliki kemampuan mengintegrasikan data dari berbagai sumber untuk menghasilkan data dan informasi yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan pengguna Enterprise Data Warehouse.Suatu kegiatan menyeluruh yang bertujuan untuk meniadakan segala bentuk hambatan baik yang bersifat harga maupun non harga terhadap akses masyarakat dalam menggunakan dan/atau memanfaatkan layanan jasa keuangan.Indikator kinerja stabilitas sistem keuangan Indonesia secara keseluruhan yang mencakup perbankan, pasar saham dan pasar obligasi, dan membantu megidentifikasi potensi tekanan di sistem keuangan.Rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank. FDR digunakan untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank umum.Tata kelola organisasi yang baik dan sehat.Kenaikan harga barang yang diukur dari perubahan indeks konsumen yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa kebutuhan masyarakat luas.Suku bunga indikasi penawaran dalam transaksi PUAB di Indonesia yang berasal dari kontributor JIBOR.Perhitungan utang piutang antara para peserta kliring secara terpusat di satu tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan suat-surat dagang yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan (clearing).Kredit jangka menengah dan panjang yang diberikan untuk membiayai proyek baru ataupun proyek perluasan suatu perusahaan (investment loan).Kredit yang diberikan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya kepada pihak perseorangan, termasuk pegawai bank pelapor, untuk keperluan konsumsi dengan cara membeli, menyewa, atau dengan cara lain; sin. kredit perseorangan; kredit konsumtif (consumer credit; personal credit; consumer loan).Kredit jangka pendek yang diberikan untuk membiayai kebutuhan modal kerja dari suatu perusahaan (working capital loan).Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices. Kegiatan pemantauan dan analisis kinerja lembaga keuangan secara industri dalam kerangka pengawasan terhadap sistem keuangan.

Page 97: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Daftar Istilah

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 87

Neraca Pembayaran Indonesia :

Non Performing Loan (NPL) atau : Non Performing Financing (NPF)

Operasi Moneter :

Pasar Uang Antar Bank :Overnight (PUAB O/N) Profitabilitas :

Reverse Repo :

Rencana Bisnis Bank :

Risiko Kredit :

Risiko Operasional :

Risiko Pasar :

Risk Based Bank Rating :

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) :

Suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial. Umumnya neraca pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan dan neraca lalu lintas modal dan finansial, dan item-item finansial.Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank syariah.Pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Koridor Suku Bunga (Standing Facilities).Kegiatan pinjam meminjam dalam rupiah dan/atau valuta asing antar bank konvensional dengan jangka waktu satu hari (overnight).Ukuran mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode tertentu.Transaksi pembelian surat berharga oleh peserta operasi moneter dari Bank Indonesia dengan kewajiban penjualan kembali oleh peserta operasi moneter sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati.Dokumen tertulis yang menggambarkan rencana kegiatan usaha bank jangka pendek (1 tahun) dan jangka menengah (3 tahun), termasuk strategi untuk merealisasikan rencana tersebut, rencana untuk memperbaiki kinerja usaha, dan rencana pemenuhan ketentuan kehati-hatian sesuai dengan target dan waktu yang ditetapkan.Risiko kerugian akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya.Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank.Risiko kerugian pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option.Penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan risiko baik secara individual maupun secara konsolidasi.Surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.

Page 98: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Daftar Istilah

88 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

Secondary Reserve : (GWM Sekunder)

Sistem Informasi Debitur :

Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) :

Term Deposit :

Transaksi Swap :

Volatile food :

Cadangan minimum yang wajib dipelihara oleh Bank berupa Sertifikat Bank Indonesia, Surat Utang Negara, Surat Berharga Syariah Negara dan/atau Excess Reserve, yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga (DPK).Sistem yang menyediakan informasi debitur yang merupakan hasil olahan dari laporan debitur yang diterima oleh Bank Indonesia.Suku bunga terendah yang digunakan sebagai dasar bagi bank dalam penentuan suku bunga kredit yang dikenakan kepada nasabah bank. Penempatan dana rupiah milik peserta operasi moneter secara berjangka di Bank Indonesia. Term deposit dapat dicairkan sebelum jatuh waktu (early redemption) sepanjang memenuhi persyaratan tertentu dan atas pencairan tersebut dikenakan biaya.Transaksi pertukaran dua valuta melalui pembelian/penjualan tunai (spot) dengan penjualan/pembelian kembali secara berjangka yang dilakukan secara simultan dengan bank yang sama dan pada tingkat premi atau diskon dan kurs yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.Komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan makanan yang harganya sangat berfluktuasi.

Page 99: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Daftar Singkatan

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 89

DAFTARSINGKATAN

AGM : Annual General MeetingAMRO : ASEAN+3 Macroeconomic Research OfficeAPBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraAPI : Arsitektur Perbankan IndonesiaAPMK : Alat Pembayaran Menggunakan KartuASEAN : The Association of Southeast Asian NationsASEAN+3 : ASEAN + Jepang, China, KoreaATC : Alkali Treated CarrageenanATM : Anjungan Tunai MandiriATMR : Aktiva Tertimbang Menurut RisikoBapepam-LK : Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga KeuanganBBM : Bahan Bakar MinyakBCBS : Basel Committee on Banking SupervisionBI : Bank IndonesiaBI-ETP : Bank Indonesia - Electronic Trading PlatformBI-RTGS : Bank Indonesia - Real Time Gross SettlementBIS : Bank for International SettlementBISAP : Bank Indonesia Sistem Aplikasi PenggajianBISMA : Bank Indonesia Sistem Manajemen AsetBI-SOSA : Bank Indonesia Sentralisasi Otomasi Sistem AkuntingBI-SSSS : Bank Indonesia - Scripless Security Settlement SystemBLBI : Bantuan Likuditas Bank IndonesiaBOPO : Biaya Operasional Pendapatan OperasionalBPD : Bank Pembangunan DaerahBPK - RI : Badan Pemeriksa Keuangan Republik IndonesiaBPR : Bank Perkreditan RakyatBPRS : Bank Pembiayaan Rakyat Syariahbps : Basis PointBRC : BPD Regional ChampionBUMN : Badan Usaha Milik NegaraBUS : Bank Umum SyariahCAR : Capital Adequacy RatioCCP : Central Counterparty

Page 100: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Daftar Singkatan

90 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

CDS : Credit Default SwapCMIM : Chiang Mai Initiative MultilateralizationCMP : Crisis Management ProtocolCP : Consultative PaperCPO : Crude Palm OilCRATA : Comprehensive, Realible, Accuracy, Timeliness dan AccessibleDF : Deposit FacilityDHE : Devisa Hasil EksporDJPU : Direktorat Jenderal Pengelolaan UtangDPK : Dana Pihak KetigaDPR : Dewan Perwakilan RakyatECM : Enterprise Content ManagementEDW : Enterprise Data WarehouseEIS : Executive Information SystemEMEAP : The Executives’ Meeting of East Asia Pacific Central BanksFDI : Foreign Direct InvestmentFDR : Financing to Deposit RatioFGD : Focus Group DiscussionFKSSK : Forum Koordinasi Stabilitas Sistem KeuanganFSI : Financial Stability IndexGCG : Good Corporate GovernanceGDP : Gross Domestic ProductGKN : Gerakan Kewirausahaan NasionalGMRA : Global Master Repo AgreementGWM : Giro Wajib MinimumHLOS : High Level Organization StructureIDI : Informasi Debitur IndividualIFRS : International Financial Reporting StandardIFSB : International Financial Stability BoardIHK : Indeks Harga KonsumenIKNB : Industri Keuangan Non BankIMFC : International Monetary Financial CommitteeIRU : Investor Relations UnitIRS : Interest Rate SwapJIBOR : Jakarta Interbank Offered RateKAKBI : Kebijakan Akuntansi Keuangan Bank IndonesiaKCBA : Kantor Cabang Bank AsingKI : Kredit InvestasiKK : Kredit KonsumsiKMK : Kredit Modal KerjaKPJU : Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan

Page 101: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Daftar Singkatan

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 91

KPw BI : Kantor Perwakilan Bank IndonesiaKSSK : Koordinasi Stabilitas Sistem KeuanganKTI : Kawasan Timur IndonesiaKUR : Kredit Usaha RakyatLBU/S : Laporan Bank Umum/SyariahLCAP : Los Cabos Action PlanLDR : Loan to Deposit RatioLK : Laporan KeuanganLKTBI : Laporan Keuangan Tahunan Bank IndonesiaLSMK : Laporan Statistik Moneter dan KeuanganMLE : Multi Level EntryMoU : Memorandum of Understandingmtm : Month to monthNAD : Neraca Arus DanaNPF : Non Performing FinancingNPI : Neraca Pembayaran IndonesiaNPL : Non Performing LoanOJK : Otoritas Jasa KeuanganOPT : Operasi Pasar TerbukaPAPSI : Pedoman Akutansi Perbankan SyariahPBB : Performance Based BudgetingPBC : Performance Based CulturePBI : Peraturan Bank IndonesiaPCPM : Pendidikan Calon Pegawai MudaPDB : Produk Domestik BrutoPDG : Peraturan Dewan GubernurPerbarindo : Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat IndonesiaPerpres : Peraturan PresidenPHR : Perdagangan, Hotel dan RestoranPIHPS : Pusat Informasi Harga Pangan StrategisPKE : Pembiayaan Kepemilikan EmasPMK : Peningkatan Mutu KeterampilanPNS : Pegawai Negeri Sipil Polair : Kepolisian PerairanPOLRI : Kepolisian Republik IndonesiaPP : Perusahaan PembiayaanPPA : Proyeksi dan Perencanaan AnggaranPSAK : Pernyataan Standar Akuntansi KeuanganPSBI : Program Sosial Bank IndonesiaPSP : Pemegang Saham PengendaliPUAB : Pasar Uang Antar Bank

Page 102: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Daftar Singkatan

92 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012

PUAB O/N : Pasar Uang Antar Bank OvernightPUAS : Pasar Uang Antar Bank SyariahQIS : Quantitative Impact Studyqtq : quarter to quarterRBB : Rencana Bisnis BankRBBR : Risk Based Bank RatingRI : Republik IndonesiaROA : Return on AssetsRR-SBN : Reverse Repo-Surat Berharga NegaraRTGS : Real Time Gross SettlementRUU : Rancangan Undang-UndangSBDK : Suku Bunga Dasar KreditSBI : Sertifikat Bank IndonesiaSBN : Surat Berharga NegaraSCCB : Steering Committee on Capacity BuildingSDM : Sumber Daya ManusiaSHPR : Survei Harga Properti ResidensialSID : Sistem Informasi DebiturSimasdam : Sistem MSDM Bank IndonesiaSIP : Sistem Informasi PerbankanSK : Survei KonsumenSKB : Surat Keputusan BersamaSKDU : Survei Kegiatan Dunia UsahaSKNBI : Sistem Kliring Nasional Bank IndonesiaSMA : Sekolah Menengah AtasSMK : Sekolah Menengah KejuruanSP : Survei PerbankanSPE : Survei Penjualan EceranSPIME : Survei Proyeksi Indikator Makro EkonomiSRG : Sistem Resi GudangSSB : Surat-Surat BerhargaSTKE : Sistem Transfer Kredit ElektronikSULNI : Statistik Utang Luar Negeri IndonesiaSUSPI : Statistik Utang Sektor Publik IndonesiaTD : Term DepositTF-ABIF : Taskforce on ASEAN Banking Integration Framework Tipibank : Tindak Pidana PerbankanTMF : Transaksi Modal dan FinansialTNI-AL : Tentara Nasional Indonesia Angkatan LautTOR : Term Of ReferenceToT : Training of Trainer

Page 103: BANK INDONESIA - bi.go.id · yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni 2012. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Daftar Singkatan

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank IndonesiaTriwulan II - 2012 93

TPI : Tim Pengendali InflasiTPID : Tim Pengendali Inflasi DaerahTukab : Transaksi Uang Kartal Antar BankUCEC : Universitas Ciputra Entrepreneurship CenterULN : Utang Luar NegeriUMKM : Usaha Mikro Kecil dan MenengahUU : Undang-UndangUUS : Unit Usaha SyariahUYD : Uang yang DiedarkanValas : Valuta AsingWTP : Wajar Tanpa PengecualianXBRL : eXtensible Business Reporting Languageyoy : year on yearytd : year to date