Bangunan Pada Masa Kolonial Belanda Di Pontianak, Kalimantan Barat

9
 1 TEKNOLOGI ARSITEKTUR BANGUNAN PADA MASA KOLONIAL BELANDA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT  Nurul Qalbi Kurnia Shally (2521 2027) Email : [email protected] Magister Arsitektur - Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan - Institut Teknologi Bandung. Labtek IXB ITB, Jl.Ganeca No.10 Bandung, Jawa Barat, Indonesia.  A b st r a k  Pengaruh masuknya kolonial Belanda di Kalimantan Barat dan Pontianak pada khususnya dapat dilihat langsung dari bentuk-bentuk bangunan yang dibangun pada masa tersebut.  Ketika memasuki Pontianak, Kolonial Belanda tidak s epenuhnya menguasai Pontianak. Hal ini dikarenakan telah berdirinya kesultanan Pontianak yang memimpin Pontianak pada masa itu. Sehingga dalam proses pembangunannya, Pontianak memiliki bangunan dengan gaya  perpaduan antara gaya arsitektur belanda dan gaya arsitektur melayu serta tetap mempertimbangkan aspek lingkungan dari Pontianak sendiri.  Kata kunci : Pontianak,Kolo nial Belanda, Bangu nan PENDAHULUAN Latar Belakang Pontianak merupakan salah satu daerah yang terdapat di Kalimantan Barat. Kota ini dikenal sebagai Kota Khatulistiwa karena dilalui garis lintang nol derajat bumi. Selain itu, Kota Pontianak juga dilalui  Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia dan Sungai Landak. Kota ini dipisahkan oleh Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Landak. Dengan demikian daerah di Kota Pontianak terbagi menjadi tiga belahan. Kota Pontianak terletak pada ketinggian berkisar antara 0,1 sampai 1,5 meter diatas permukaan laut. Struktur tanah kota merupakan lapisan tanah  gambut bekas endapan lumpur Sungai Kapuas. Lapisan tanah liat baru dicapai pada kedalaman 2,4 meter dari permukaan laut. Kota Pontianak termasuk beriklim tropis dengan suhu tinggi (28-32 °C dan siang hari 30 °C). Pada tahun 1778,  kolonialis Belanda dari Batavia memasuki Pontianak dengan utusannya Petor (Asistent Resident) dari Rembang bernama Willem Ardinpola. Ketika memasuki pontianak, kolonialis Belanda tidak berkuasa sepenuhnya atas daerah Pontianak. Hal ini dikarenakan sebelum masuknya kolonialis Belanda, telah berdirinya kesultanan di  pontianak. Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada hari Rabu, 23 Oktober1771 (14 Radjab 1185 H), yang ditandai dengan membuka hutan di persimpangan tiga Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tin ggal. Pada 1192 H, Syarif Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan  pada Kesultanan Pontianak. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Mesjid Jami' Sultan Abdurrahman Alkadrie dan Keraton Kadariah. Berkat kepemimpinan Syarif Abdurrahman Alkadrie, Kota Pontianak berkembang menjadi kota Perdagangan dan Pelabuhan. Ketika kolonial Belanda memasuki pontianak, kolonialis Belanda saat itu menempati daerah di seberang istana kesultanan yang kini dikenal dengan daerah Tanah Seribu atau Verkendepaa. 

Transcript of Bangunan Pada Masa Kolonial Belanda Di Pontianak, Kalimantan Barat

  • 1

    TEKNOLOGI ARSITEKTUR

    BANGUNAN PADA MASA KOLONIAL BELANDA

    DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

    Nurul Qalbi Kurnia Shally (25212027)

    Email : [email protected]

    Magister Arsitektur - Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan -

    Institut Teknologi Bandung.

    Labtek IXB ITB, Jl.Ganeca No.10 Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

    Abstrak

    Pengaruh masuknya kolonial Belanda di Kalimantan Barat dan Pontianak pada khususnya

    dapat dilihat langsung dari bentuk-bentuk bangunan yang dibangun pada masa tersebut.

    Ketika memasuki Pontianak, Kolonial Belanda tidak sepenuhnya menguasai Pontianak. Hal

    ini dikarenakan telah berdirinya kesultanan Pontianak yang memimpin Pontianak pada masa

    itu. Sehingga dalam proses pembangunannya, Pontianak memiliki bangunan dengan gaya

    perpaduan antara gaya arsitektur belanda dan gaya arsitektur melayu serta tetap

    mempertimbangkan aspek lingkungan dari Pontianak sendiri.

    Kata kunci : Pontianak,Kolonial Belanda, Bangunan

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Pontianak merupakan salah satu daerah yang terdapat di Kalimantan Barat. Kota ini

    dikenal sebagai Kota Khatulistiwa karena dilalui garis lintang nol derajat bumi. Selain itu,

    Kota Pontianak juga dilalui Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia dan Sungai

    Landak. Kota ini dipisahkan oleh Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai

    Landak. Dengan demikian daerah di Kota Pontianak terbagi menjadi tiga belahan. Kota

    Pontianak terletak pada ketinggian berkisar antara 0,1 sampai 1,5 meter diatas permukaan

    laut. Struktur tanah kota merupakan lapisan tanah gambut bekas endapan lumpur Sungai

    Kapuas. Lapisan tanah liat baru dicapai pada kedalaman 2,4 meter dari permukaan laut. Kota

    Pontianak termasuk beriklim tropis dengan suhu tinggi (28-32 C dan siang hari 30 C).

    Pada tahun 1778, kolonialis Belanda dari Batavia memasuki Pontianak dengan

    utusannya Petor (Asistent Resident) dari Rembang bernama Willem Ardinpola. Ketika

    memasuki pontianak, kolonialis Belanda tidak berkuasa sepenuhnya atas daerah Pontianak.

    Hal ini dikarenakan sebelum masuknya kolonialis Belanda, telah berdirinya kesultanan di

    pontianak. Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada hari Rabu, 23

    Oktober1771 (14 Radjab 1185 H), yang ditandai dengan membuka hutan di persimpangan

    tiga Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Kapuas untuk mendirikan balai dan

    rumah sebagai tempat tinggal. Pada 1192 H, Syarif Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan

    pada Kesultanan Pontianak. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Mesjid

    Jami' Sultan Abdurrahman Alkadrie dan Keraton Kadariah. Berkat kepemimpinan Syarif

    Abdurrahman Alkadrie, Kota Pontianak berkembang menjadi kota Perdagangan dan

    Pelabuhan. Ketika kolonial Belanda memasuki pontianak, kolonialis Belanda saat itu

    menempati daerah di seberang istana kesultanan yang kini dikenal dengan daerah Tanah

    Seribu atau Verkendepaa.

  • 2

    Selanjutnya pada 5 Juli 1779, kolonial Belanda berhasil membuat perjanjian dengan

    Sultan yang memimpin Pontianak pada saat itu mengenai penduduk Tanah Seribu agar dapat

    dijadikan daerah kegiatan bangsa Belanda, yang kemudian menjadi kedudukan

    pemerintahan Resident het Hoofd Westeraffieling van Borneo (Kepala Daerah Keresidenan

    Borneo lstana Kadariah Barat) dan Asistent Resident het Hoofd der Affleeling van

    Pontianak (Asistent Resident Kepala Daerah Kabupaten Pontianak). Area ini selanjutnya

    menjadi Controleur het Hoofd Onderaffleeling van Pontianak atau Hoofd Plaatselijk Bestur

    van Pontianak. Sehingga pada masa itu pula kolonial Belanda mulai campur tangan dalam

    proses pembangunan di Pontianak.

    Selama berada di Pontianak, kolonial Belanda juga membangun beberapa bangunan

    yang berada di bawah perintahnya. Pembangunan di Pontianak tersebut dimaksudkan untuk

    mendukung masa kepemerintahan Belanda. Fungsi bangunan yang didirikan pada masa

    kolonial belanda memiliki berbagai macam fungsi dan jenis bangunan. Beberapa bangunan

    tersebut diantaranya adalah tugu khatulistiwa, kantor pos, gedung pramuka kwartir kalbar,

    SD Negeri 14, lapangan keboen sajoek pontianak, gereja katedral santo yosef, dan vihara

    karaniya metta.

    Gambar 1 :

    Atas (Kiri-Kanan): Kantor Pos, Tugu Khatulistiwa, Lapangan psp

    Bawah (Kiri-Kanan) : Gedung Pramuka, Balai Kota Pontianak

    Sumber : www.skyscrapercity.com

    Permasalahan

    Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah Bagaimanakah arsitektur dari

    bangunan yang ada di Pontianak pada masa kolonial Belanda?

    Lingkup dan Batasan

    Lingkup dan batasan masalah yang dibahas adalah teknologi struktur dan konstruksi

    bangunan di Pontianak pada masa kolonial Belanda.

  • 3

    BANGUNAN DI PONTIANAK PADA MASA KOLONIAL BELANDA

    Gambar 2: Beberapa bangunan kolonial Belanda di Pontianak

    Sumber : www.skyscrapercity.com

    Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa bangunan di Pontianak yang didirikan pada masa

    kolonial Belanda:

    Tugu Khatulistiwa tugu Kolonial Belanda tahun 1928 Kel. Batulayang Kota Pontianak Hamdi Kec.Pontianak Utara

    Gambar 3: Tugu Khatulistiwa Pontianak

    Sumber : www.skyscrapercity.com

    Pada 31 Maret 1928 satu ekspedisi internasional yang dipimpin ahli geografi

    berkebangsaan Belanda datang ke Pontianak untuk menentukan titik khatulistiwa. Pada

    tahun itu juga dibangun tugu pertama berbentuk tonggak tanda panah kemudian

    disempurnakan pada tahun 1930. Setelah itu, arsitek Silaban (1938) menyempurnakan dan

    membangun tugu yang baru dengan empat tonggak kayu belian menopang lingkaran

  • 4

    dengan anak panah penunjuk arah setinggi sekitar 4,40 meter. Baru kemudian, pada tahun

    1990, tugu direnovasi dengan pembuatan kubah untuk melindungi tugu yang asli. Di atas

    kubah dibuatlah duplikat tugu berukuran lima kali lebih besar dibandingkan dengan tugu

    yang aslinya.

    Bangunan tugu khatulistiwa terdiri dari empat buah tonggak atau tiang dari kayu

    belian atau kayu ulin (kayu langka khas Kalimantan). Masing-masing tonggak berdiameter

    0,30 meter. Dua tonggak bagian depan tingginya 3,05 meter dari permukaan tanah,

    sedangkan dua tonggak bagian belakang, tempat lingkaran dan anak panah penunjuk arah,

    tingginya 4,40 meter. Adapun diameter lingkaran yang bertuliskan EUENAAR 2,11 meter. Panjang panah yang menunjuk arah lingkaran ekuator adalah 2,15 meter. Di bawah

    panah terdapat tulisan 109 derajat 200OlvG yang menunjukkan letak tugu itu berdiri pada garis bujur timur. Setiap terjadi titik kulminasi, bayangan tugu dan benda-benda lain

    di sekitarnya menghilang beberapa saat. Ini menandakan bahwa tugu ini benar-benar berada

    di garis lintang nol derajat.

    Peristiwa yang paling menakjubkan di sekitar Tugu Khatulistiwa adalah saat

    terjadi kulminasi, yakni Matahari tepat berada di garis khatulistiwa. Pada saat itu bayangan

    tugu menghilang beberapa detik, meskipun diterpa sinar Matahari. Kita yang berdiri di sekitar tugu juga akan hilang bayangannya selama beberapa saat. Titik kulminasi Matahari

    itu terjadi setahun dua kali, yakni antara tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September.

    Kantor Pos Bangunan Kolonial Belanda tahun 1937 Jl. Rahadi Usman Kota Pontianak

    Gambar 4: Kantor Pos Pontianak

    Sumber : www.skyscrapercity.com

    Bangunan Kantor Pos Lama ini berada di Jalan Rahadi Oesman, Pontianak

    Kota berdekatan dengan bangunan Bank Indonesia dan Kantor Walikota Pontianak.

    Lokasinya tidak jauh dari lapangan Alun-Alun Kapuas dan Pelabuhan Pontianak. Corak

    bangunan bernuansa arsitektur indies sangat kental terasa di bangunan kantor pos yang

    pertama di kota Pontianak ini. Dan kantor Pos pusat Kota Pontianak,

    sebelum dipindahkan ke jalan Sultan Syarif Abdurahman. Berwarna putih pastel,

    beberapa sisi bangunan berwarna oranye dan beratap kayu sirap. Ukuran pintu dan jendela

    yang lebar dan tinggi. Jarak antara lantai dengan dek atapnya yang tinggi. Memberi

    kesan luas dan megah dari bentuk bangunan ini. Dibangun pertama kali pada tahun

    1858 oleh pemerintahan Kolonial Hindia Belanda.

  • 5

    Semenjak awal, bangunan ini memang difungsikan sebagai post telegraf kantoor (kantor pos). Berdasarkan Platte Grond Van de Hoofdplaats Pontianak, 1 Maart 1934 (peta Pontianak 1934). Post Telegraf Kantoor ini berada di simpang Heerenstraat

    (sekarang Jalan Zainudin) dan Larive Park (sebagian kawasan taman ini sekarang

    menjadi Taman Alun Kapuas). Di sebelah barat laut nya terdapat , kini menjadi sebuah

    taman. Di samping sebelah Timur terdapat De Javasche Bank (sekarang Bank Indonesia).

    Di depannya terdapat tennisvelden (lapangan tenis, sekarang berada di halaman hotel

    kartika). Bangunan ini, sampai sekarang masih kokoh berdiri dan masih berfungsi

    sebagai kantor pos yang di kelola oleh PT POS. Khusus melayani ekspedisi pengiriman

    barang.

    Gambar 5: Taman Alun Kapuas dan Pelabuhan Pontianak

    Sumber : www.skyscrapercity.com

    Gedung PBI Bangunan Kemerdekaan/NICA thn. 1945 Jl. Zainuddin Kel Tengah Kota Pontianak Sekarang Gedung Pramuka Kec. Pontianak Kota Kwarcab

    Pontianak

    Gambar 6: Gedung Pramuka Kwartir Kalbar

    Sumber : www.skyscrapercity.com

    Kantor De Javasche Bank (DJB) Cabang Pontianak dibuka pada tanggal 1 April

    1906 sebagai kantor cabang ke-9 dan merupakan kantor cabang pertama untuk Pulau

    Kalimantan. Pembukaan kantor cabang yang telah dilakukan sebelumnya adalah Semarang,

    Surabaya, Padang, Makasar, Cirebon, Solo, Pasuruan dan Yogyakarta. Bagian belakang

    gedung kantor yang pertama ini digunakan sebagai rumah dinas pemimpin cabang.

    Bangunan ini terbuat dari kayu dan berlokasi di Jl. Larivepark (kini Jl. Dr. Rahadi Usman).

    Kemudian, bangunan lama dibongkar, berganti gedung baru yang dibangun oleh Biro

    Architect en Ingineurs Bureau Hulswit Fermont ed Cuypers pada tanggal 22 April 1926.

    Bagian atas gedung ini digunakan sebagai tempat tinggal pemimpin cabang. Dua pejabat

  • 6

    lainnya, yaitu wakil pemimpin cabang dan kuasa kas, menempati rumah masing-masing di

    Jl. Heerenstraat No.5 (kini Jl.Surabaya) dan Jl. Le Roeslerweg (kini Jl.Bandung).

    SDN 46 (sekarang SDN 14) Sekolah Kolonial Belanda tahun 1928 Jl. Tamar Kel. Tengah Kota Pontianak Kec. Pontianak Kota

    Gambar 7: SD Negri 14 Pontianak

    Sumber : www.skyscrapercity.com

    Sekolah Dasar Negeri 14 Kota Pontianak di Jalan Tamar, Pontianak, bangunannya

    100 persen berbahan kayu dengan arsitektur tradisional. Hingga usianya lebih dari satu

    abad, bangunan itu masih berdiri tegak. Seluruh bangunan yang menggunakan bahan baku

    kayu tampak semakin unik dengan arsitektur khas peninggalan Belanda. Bangunan yang

    didirikan pada 1902 itu kini umurnya sudah mencapai 110 tahun dan tidak ada perubahan.

    Pada tahun 1902 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Hollandsch Inlandsche

    School (HIS) untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Baru pada tahun

    1928, pemerintah Hindia Belanda bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia untuk

    memberikan pendidikan kepada orang pribumi. Pada saat menjalankan kerja sama itu,

    Pemerintah Hindia Belanda hanya memperbolehkan anak-anak pejabat seperti camat

    bersekolah di sekolahan itu. Sedangkan anak-anak Indonesia yang orangtuanya bukan dari

    kalangan pejabat tidak diperbolehkan merasakan pendidikan di HIS.

    Lapangan Keboen Sajoek (PSP) Jl. AR. Hakim Kota Pontianak

    Gambar 8: Lapangan Keboen Sajoek (PSP)

    Sumber : www.skyscrapercity.com

  • 7

    Lapangan keboen sajoek (PSP) memiliki nama asli pontianak sport vereneging

    atau psv yang digunakan sebagai lapangan tempat berolahraga. Lapangan tersebut berada

    di kawasan yang berdekatan dengan gereja katedral pontianak. Lapangan PSP memiliki

    sejarah tersendiri bagi Kota Pontianak, karena di lapangan inilah bendera merah putih

    Indonesia pertama kalinya di tancapkan.

    Gereja Katedral Rumah Ibadah Kolonial Belanda tahun 1909 Jl. Pattimura Kel. Darat Kota Pontianak Sekip Kec Ptk. Kota

    Gambar 9: Gereja Katedral di Pontianak

    Sumber : www.skyscrapercity.com

    Gereja Katedral Santo Yosef didirikan di Kota Pontianak sejak tahun 1909 pada

    masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Bangunan pertamanya dirancang oleh

    arsitek dari tentara Belanda bernama Van Noort. Bangunan Gereja Katedral tersebut

    berukuran 11x20 meter. Ukuran ini disesuaikan dengan umat gereja saat itu yang masih

    sedikit yang kira kira berjumlah 25 orang. Bangunan ini seluruh rangkanya adalah kayu

    belian dengan dinding semen. Bangunan itu menggunakan arsitektur eropa modern saat

    itu. Seperti halnya bangunan di Pontianak saat itu, gereja ini juga mempunyai kolong atau

    berstruktur panggung.

    Keunikan bangunan ini, adalah tulang-tulangnya yang tampak di luar. Hal tersebut

    tidak lazim, karena pada umumnya bangunan yang menggunakan rangka kayu tulang-

    tulangnya justru disembunyikan di bagian dalam. Fungsi dari tulang yang tampak diluar

    tersebut adalah agar kondisi bangunan mudah terkontrol apabila ada bagian rangka yang

    lapuk sehingga dapat terlihat dari luar dan dapat diperbaiki dengan lebih mudah.

    Kelenteng/Vihara Bodhisatva Karaniyah Metta Rumah Ibadah tahun 1689 M Komplek Pasar Kapuas Indah Kota Pontianak

    Gambar 10: Kelenteng / Vihara Bodhisatva Karaniyah Metta

    Sumber : www.skyscrapercity.com

  • 8

    Vihara Bodhisatva Karaniya Metta ini berada di Kelurahan Darat Sekip,

    Kecamatan Pontianak Kota. Di atas gapura masuk vihara terdapat keterangan yang

    menunjukkan tahun 1829 M sebagai periode vihara ini. Warna merah mendominasi

    hampir di sebagian besar bangunan yang dahulu lebih di kenal dengan sebutan kelenteng

    tiga atau Thian Hou Keng . Tiang dan rangka bangunannya terbuat dari kayu ulin yang di

    beri warna merah dan kuning emas. Di tiga pintu utama terlukis gambar dewa-dewa

    Khong Hu Chu. Dinding dan altar terdapat patung dan lukisan yang bermakna tentang

    filosofi ajaran kehidupan.

    Ada beberapa bagian dalam vihara yang memiliki makna serta sejarahnya

    tersendiri. seperti Pot sembahyang dewa Langit Bumi, yang konon bertarihk tahun 1673

    M. Yakni pada masa di Mancuria bertahta raja Khan hi (1662-1722). Ada juga Lonceng

    tua pek kong, yang konon dibawa pada tahun 1789, pada masa raja Khen Long (1736-

    1796).

    Dalam perkembangan sejarahnya vihara ini sudah mengalami beberapa kali

    pemugaran sampai seperti keadaan yang seperti sekarang ini. Salah satunya pada tahun

    1906, vihara di renovasi menjadi tiga bagian. Dewi Samudera (ma Cou), Tua Pek Kong,

    Na Ta cie ce. Karena hal ini lah kemudian vihara ini juga disebut dengan kelenteng tiga.

    Selain itu juga pada tahun 1983, untuk merawat , menjaga dan menjalankan keberadaan

    vihara ini kemudian dibentuk yayasan Bodhisatva Karaniya Metta.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan data dan hasil pembahasan yang dilakukan, didapatkan bahwa bangunan

    yang didirikan pada masa kolonial Belanda di Pontianak memiliki ciri khas masing-masing

    serta fungsi yang beragam. Misalnya seperti bangunan gereja katedral yang menggunakan

    struktur kayu pada keseluruhan bangunannya dengan tulang-tulang bangunan yang tampak di

    luar. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah mengontrol bangunan apabila terjadi

    kerusakan. Selain itu, walaupun di rancang oleh arsitek belanda bangunan-bangunan tersebut

    tetap memperhatikan kondisi lingkungan dari Pontianak yang rawan banjir karena banyak

    dilalui oleh anak sungai dengan menggunakan sistim rumah panggung.

    DAFTAR PUSTAKA

    http://pontianakkota.go.id/pemkot/sejarah.html

    http://melayuonline.com/ind/history/dig/386/kesultanan-kadriah

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Pontianak

    http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?p=88181460

    http://www.borneotribune.com/index.php/rubrik/box/152-box/1150-pontianak-heritage-kantor-pos-lama-dan-kenangan-masa-silam

    http://kekunaan.blogspot.com/2012/11/sd-negeri-14-pontianak.html

    http://galeri-khatulistiwa.blogspot.com/p/pontianak-tempo-doeloe.html

    http://pontianak.tribunnews.com/2012/08/14/tentara-belanda-arsitek-pertama