Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

40
BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 BAWASLU BULETIN Dari Bawaslu Kita Selamatkan Pemilu Indonesia EDISI MARET-APRIL 2016 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM www.bawaslu.go.id Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

Transcript of Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

Page 1: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016

BAWASLUBULETIN

Dari Bawaslu Kita Selamatkan Pemilu Indonesia

EDISI MARET-APRIL 2016

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

www.bawaslu.go.id

Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

Page 2: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016

Divisi Update Bahas Sistem Pemilu di Indonesia, ANFREL Kunjungi BawasluBawaslu Upayakan Perbaikan Manajemen Kasus PilkadaKinerja Pegawai Jadi Kunci Keber-hasilan Lembaga Pengawas PemiluFeatureBawaslu Akan Coba PadukanPemilu dengan Program WisataSudut PandangPolemik Revisi UU PilkadaProfilKetua KPU Belanda, Prof. Henk KummelingEkspose DaerahMenyoroti DPT Pemungutan Suara UlangBawaslu DIY Beri Penghargaan kepada Jajaran Pengawas dan StakeholdersInspirasiMatematika dan PemiluResensi BukuPengawasan Pemilu PartisipatifRegulasi

Galeri

DAFTAR ISI

2

Buletin BAWASLU ini diterbitkan oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum, sebagai wahana informasi kepada khalayak serta ajang ko-munikasi keluarga besar pengawas

Pemilu di seluruh tanah air. Terbit dua bulan sekali.

Dari RedaksiLaporan UtamaBandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar InternasionalOpiniPartai Politik dan DemokrasiSorotanRevisi UU Pilkada Dorong Penguatan Kewenangan BawasluInvestigasiMenekan Potensi Manipulasi Suara Lewat Teknologi InformasiBawaslu TerkiniPNS DPK Punya Peran Strategis Tentukan Netralitas Penyelenggara PemiluBawaslu TerkiniBerbagi Ilmu Pengawasan Pemilu, Bawaslu Diundang ke ManilaInfo BawasluTepat pada Ultah ke Delapan, Bawaslu Gelar Tes Narkoba Info Bawaslu-BriefingBersih-Bersih Narkoba di Lingkungan Sekretariat Jenderal BawasluDivisi UpdateBawaslu Susun Standar Peng-awasan Kampanye Pilkada 2017

Salam Awas

Setiap negara di seluruh dunia pasti memiliki sistem pemilu yang berbeda. Tidak ada suatu sistem pemilu, pengawasan pemilu, maupun sistem penyelesaian pemilunya yang sempurna. Karena hal tersebut sangat bergantung pada pada nilai-nilai budaya yang ada pada suatu bangsa dan itu akan memperkaya dalam suatu sistem pemilu.

Prinsip dasar pemilu yang sesuai dengan standar internasional diantaranya universal, equal, free, secret, direct, dan regular interval. Suatu negara memiliki kebijakan dalam sistem pemilu yang sesuai, tetapi kebijakan dalam memilih sistem pemilu harus

konsisten dengan standar-standar international.

Bawaslu menginisiasi untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman dengan dunia internasional dalam rangka membandingkan dan mengevaluasi sistem pemilu dan pengawasannya di Indonesia dengan Negara lain.

Buletin Bawaslu kali ini selain mengenai komparasi sistem pemilu di dunia internasional juga akan membahas terobosan pengawasan Bawaslu yaitu strategi pengawasan pemilu berbasis teknologi informasi yang rencananya akan diujicobakan pada Pilkada 2017 di beberapa daerah.

Selamat membaca.

BAD

AN P

ENGAWAS PEMILIHAN UMU

M

B A W A S L U - R

I

RE

P

U B L I K I N D O N E SI A

3

2

7

14

23

20

24

30

28

26

12

32

10

16

22

36

Penerbit: Bawaslu RI

Pengarah: Prof. Dr. Muhammad, S.IP., MSi.

Nasrullah, SH., MH. Endang Wihdatiningtyas, SH.

Daniel Zuchron Ir. Nelson Simanjuntak

Penanggung Jawab: Gunawan Suswantoro, SH, M.Si.

Redaktur: Ferdinand ET Sirait, SH, MH.

Drs. Johnly Pedro Merentek, M.Si. Nurmalawati Pulubuhu, S.IP. Raja Monang Silalahi, S.Sos.

Hilton Tampubolon, SE.

Redaktur Bahasa: Saparuddin

Pembuat Artikel: Falcao Silaban,

Christina Kartikawati, M Zain,Ali Imron, Hendru Wijaya,

Anastasia, Irwan, Deytri Aritonang, Haryo Sudrajat, Ira Sasmita, Pratiwi,Wisnu

Design Grafis dan Layout: Christina Kartikawati,

M Zain, Muhtar

Sekretariat: Tim Sekretariat Bawaslu

Alamat Redaksi: Jalan MH. Thamrin No. 14

Jakarta Pusat, 10350. Telp./Fax: (021) 3905889, 3907911.

www.bawaslu.go.id

1834

21 40

38

39

Page 3: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016

Bawaslu bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)

menggelar seminar internasional bertajuk ‘Demokrasi, Pemilu, dan Pengawasan Pemilu’ di Yogyakarta, Rabu (20/4). Seminar yang digelar dalam rangka pertukaran pengetahuan serta komparasi sistem pemilu dengan negara-negara sahabat itu menghadirkan perwakilan dari Argentina, India, dan akademisi sekaligus penyelenggara pemilu dari Belanda.

Ketua Bawaslu RI, Muhammad mengatakan, Bawaslu dibangun atas komitmen bersama untuk tidak menjadikan pemilu sebagai kegiatan yang ekslusif. Bawaslu memiliki keinginan menjadikan pemilu inklusif dan menjadi milik

semua pihak. Dari sekian banyak pemangku kepentingan, Bawaslu menilai perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia yang juga menjadi semangat kerja Bawaslu.

Kegiatan seminar internasional yang dilaksanakan atas kerja sama dengan perguruan tinggi, lanjut Muhammad, merupakan upaya Bawaslu untuk menjadikan pemilu semakin dekat dengan semua pemangku kepentingan. Kedekatan tersebut juga diinginkan Bawaslu tidak hanya dalam negeri saja, tetapi juga mencakup lingkungan internasional.

“Ada keinginan untuk menginternasionalkan Bawaslu karena memang posisi Bawaslu ini

3

FOTO-FOTO: HENDRU WIJAYA

Sebagai wujud kerja sama antara Bawaslu dengan pemangku kepentingan Pemilu, termasuk perguruan tinggi, Bawaslu menggelar seminar internasional yang menghadirkan 200 peserta dan narasumber dari dalam dan luar negeri.

Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

Ketua Bawaslu Muhammad memberikan materi tentang “Sistem Pengawasan Pemi-lu di Indonesia” pada kegiatan seminar internasional Convention Hall Asri Medical Center (AMC) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (20/4)

(Dutch Electoral Council/Universiteit Utrecht) Prof. Dr. Henk Kummeling memaparkan terkait sistem penyelenggaraan pemilu di Belanda, Se-lasa (20/4).

Page 4: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 4

memang istimewa. Lembaga pengawas pemilu hampir tidak ada di dunia, hanya ada di Indonesia dan Ekuador sehingga ada keinginan dari Bawaslu agar dunia mengetahui pentingnya posisi Bawaslu dalam menegakkan demokrasi di Indonesia,” ujar Muhammad saat membuka seminar di Aula Asri Medical Center, UMY, Yogyakarta.

Melalui seminar internasional, Muhammad mengharapkan terjadi transformasi informasi dengan Negara sahabat sehingga membantu Bawaslu dalam meningkatkan kinerja untuk menciptakan pemilu yang berintegritas. Secara lebih luas, Bawaslu juga ingin menyosialisasikan pengawasan partisipatif yang giat diusung Bawaslu kepada Negara-negara sahabat.

Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Jimly Asshidiqqie yang hadir sebagai keynote speaker pada seminar mengatakan, sangat mengapresiasi Bawaslu dan UMY yang menginisiasi seminr internasional sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan kepemiluan di berbagai Negara.

“Forum ini merupakan forum yang penting dalam membangun demokrasi yang berintegritas. Core bussines dari demokrasi adalah pemilu, maka integritas pemilu sangat menentukan integritas demokrasi. Sebagai Negara yang demokrasinya baru berkembang, tentu banyak hal

yang bisa kita pelajari dari Negara lain,” ungkap Jimly.

Pada kesempatan yang sama, Rektor UMY, Bambang Cipto menyampaikan apresiasi kepada Bawaslu yang telah memberi UMY kesempatan untuk bekerja sama dalam penyelenggaraan seminar internasional. Melalui seminar, semua pihak bisa menggali informasi tentang sistem pemilu yang ada di dunia.

“Seperti kita ketahui pemilu terdiri atas manusia dan sistem. Ketika kita memiliki sistem yang bagus sekalipun, tetapi ketika tidak didukung oleh sumber daya manusia yang bagus maka tidak akan mencapai hasil maksimal. Semaju apapun negara dan sistem yang digunakan, keberhasilan pelaksanaan pemilu harus didukung

oleh semua pihak yang terlibat,” kata Bambang. Henk Kummeling yang merupakan Guru Besar

Hukum Tata Negara Universitas Ultrecht sekaligus merupakan Presiden Dewan Pemilihan Umum Belanda yang menjadi narasumber seminar menjelaskan tentang posisi, tugas, dan fungsi Dewan Pemilihan Umum di Belanda. Menurutnya, sebagai penyelenggara Pemilu di Belanda, Dewan Pemilihan menjalankan tugas hampir serupa dengan yang dikerjakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Bawaslu di Indonesia.

FOTO-FOTO: HENDRU WIJAYA

”Lembaga kami hampir serupa

dengan lembaga seperti KPU dan Bawaslu yang ada di Indonesia. Kami menjalankan

tugas-tugas dalam pelaksanaan tahapan Pemilu hingga

pengawasannya

”Henk KummelingKETUA KPU BELANDA

Penandatanganan Nota Kerjasama antara Bawaslu RI dan UMY terkait Tri Dharma Perguruan Tinggi oleh Ketua Bawaslu Mu-hammad dan Rektor UMY Prof. Dr. H. Bambang Cipto di Conven-tion Hall Asri Medical Center (AMC) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (20/4).

Pimpinan Bawaslu Nasrullah memberikan cinderamata kepada Dr. Suranto, (Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), Selasa (20/4).

Page 5: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 5

Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia Prof. Dr. Topo Santoso memaparkan materi ‘’Perkem-bangan Tindak Pidana Pemilu di Indonesia,” Selasa (20/4). Ia mengatakan tindak pidana pemilu di Indo-nesia masih terhambat oleh tiga intitusi yaitu Sentra Gakkumdu yang melibatkan Kepolisian, Bawaslu, dan Kejaksaan yang memiliki pandangan hukum yang berbeda di masing - masing institusi.

“Lembaga kami hampir serupa dengan lembaga seperti KPU dan Bawaslu yang ada di Indonesia. Kami menjalankan tugas-tugas dalam pelaksanaan tahapan Pemilu hingga pengawasannya,” ujar Henk yang menggunakan bahasa Inggris dalam forum tersebut.

Namun pada tingkatan lokal, kata Henk, Dewan Pemilihan Belanda dibantu pemerintahan setempat seperti

penyediaan logistik pemilu. Ia juga menuturkan, Pemilu di Belanda tidak mengenal sistem distrik. Di negara kincir angin tersebut, hanya ada Pemilu nasional.

Selain itu, ia mengatakan, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara Pemilu di Belanda sangat tinggi. Bahkan pada saat Pemilu, angka sengketa menyangkut hasil Pemilu sangat rendah. “Kami berupaya

Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, memberikan pemaparan materi terkait “Penanganan Pelanggaran Kode Etik Pemilu” pada kegiatan seminar internasional di Convention Hall AMC (Asri Medical Center) Universitas Muhammad-iyah Yogyakarta, Selasa (20/4).

Duta Besar India untuk Indonesia Lhouvum memaparkan “Sistem Pemilu dan Penga-wasan Pemilu di Negara India,” Selasa (20/4). Ia mengatakan sistem pemilu di India lebih maju dengan menggunakan sistem pemili-han elektronik. Sistem pemilihan tersebut menurutnya terbukti mampu menggenjot partisipasi pemilih di India mencapai 70 persen.

Duta Besar Argentina untuk Indone-sia Ricardo Luis Bocalandro memapar-kan “Sistem Pemilu Dan Pengawasan Pemilu di Argentina”, Selasa (20/4). Ia mengatakan Argentina saat ini tengah mengembangkan sistem penyelengga-raan dan pengawasan pemilu dengan melibatkan masyarakat sipil.

Suasana diskusi panel sesi ke dua dengan narasumber Duta Besar Argentina dan Duta Besar India dan Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dr. Sur-anto, Selasa (20/4).

Page 6: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 6

agar masyarakat tidak meragukan kredibilitas kami sebagai penyelenggara sehingga pelaksanaan Pemilu bisa berjalan dengan baik,” katanya.

Berbicara setelah Henk Kummeling, Topo Santoso, Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, dalam penyelenggaraan Pemilu saat ini Bawaslu menanggung beban yang sangat berat. Lantaran Bawaslu berhadapan dengan peserta Pemilu dan masyarakat yang terus-menerus menyampaikan keberatannya atas penegakan hukum Pemilu.

Di lain pihak, Bawaslu juga berhadapan dengan pemangku kepentingan seperti Kepolisian dan Kejaksaan yang memang ditunjuk dalam UU Pemilu sebagai pihak

yang memiliki domain dalam menangani tindak pidana pemilu. Topo menilai perlu dilakukan peninjauan kembali pasal-pasal dalam UU Pemilu yang mengatur tentang penanganan tindak pidana pemilu. Dengan begitu, penegakan hukum dalam pemilu dapat terwujud.

Hadirkan Duta BesarSeminar Internasional Bawaslu RI-UMY juga

menghadirkan Duta Besar dari dua negara yakni Duta Besar Argentina untuk Indonesia Ricardo Luis Bocalandro dan Duta Besar India Nengcha Lhouvum Mukhopadhaya.

Duta Besar Argentina untuk Indonesia Ricardo Luis Bocalandro mengungkapkan Argentina saat ini

Foto bersama Ketua Bawaslu dan Pimpinan Bawaslu serta Sekretaris Jenderal Bawaslu, Pimpinan dan para narasumber dalam kegiatan seminar internasional pertukaran pengetahuan tentang Demokrasi, Pemilu dan Pengawasan Pemilu di Convention Hall Asri Medical Cen-ter Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (20/4).

Salah satu Mahasiswa UMY menanyakan beberapa permasalahan penyelenggaraan Pilkada serentak 2015, Selasa (20/4).

Suasana para peserta yang melibatkan Dosen, Mahasiswa, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat. Lembaga Masyarakat, NGO, dan organi-sasi kepemudaan, Selasa (20/4)

Page 7: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 7

tengah mengembangkan sistem penyelenggaraan dan pengawasan pemilu dengan melibatkan masyarakat sipil. Penyelenggara pemilu akan menunjuk secara resmi masyarakat yang layak dijadikan sebagai pengawas Pemilu. Hal ini terbukti dapat menekan kecurangan Pemilu dan praktik jual beli suara yang dulu kerap terjadi di Argentina.

Sementara itu, Duta Besar India untuk Indonesia, Nengcha Lhouvum Mukhopadhaya menjelaskan, salah satu keunggulan pelaksanaan pemilu di India adalah memiliki lembaga penyelenggara pemilu yang sangat kuat.

“Penyelenggara Pemilu India ditunjuk langsung oleh Presiden

India. Komisi pemilihan umum di India menangani segala hal termasuk pengawasan,” ujar Nengcha.

Selain itu, India juga bergerak lebih maju dengan menggunakan sistem pemilihan elektronik sejak tahun 1999. Sistem pemilihan tersebut menurutnya terbukti mampu menggenjot partisipasi 800 juta pemilih di India mencapai 70 persen bahkan hingga 80 persen.

Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Bawaslu dan UMY terkait tri darma perguruan tinggi.

Ira Sasmita/Pratiwi EP

”Seperti kita ketahui pemilu

terdiri atas manusia dan sistem. Ketika kita memiliki sistem yang

bagus sekalipun, tetapi ketika tidak didukung oleh sumber

daya manusia yang bagus maka tidak akan mencapai hasil

maksimal. Semaju apapun negara dan sistem yang digunakan,

keberhasilan pelaksanaan pemilu harus didukung oleh semua pihak

yang terlibat

”Bambang Cipto

REKTOR UMY

Page 8: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 8

Opini

Demokrasi hanyalah sebuah alat menuju tujuan akhir bernegara kita yaitu terwujudnya masyarakat yang sejahtera. Hal ini berakibat hingga sekarang, belum ada satu pakar-pun di dunia yang meragukan bahwa demokrasi adalah satu-satunya kata kunci dalam mencapai kesejahteraan tersebut.

Dalam praktiknya, demokrasi khususnya di Indonesia ditandai dengan tumbuh suburnya partai-partai politik. Keberadaan partai politik sendiri di Indonesia pada awalnya tidak difungsikan sebagai mesin politik untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan sebagaimana tujuan awal pembentukan partai modern. Melainkan sebagai alat perjuangan melawan penjajah Belanda dan Jepang. Tiga serangkai pendiri partai pertama di Indonesia Ki Hajar Dewantara, Douwe Dekker dan Tjipto Mangunkusumo merancang “De Indische Partij” pada 25 Desember 1912 sebagai alat perjuangan melawan kolonial Belanda. Hal ini kemudian diikuti oleh Budi Utomo pada tahun 1917, dan hal yang sama juga dilakukan oleh Syarikat Islam (SI) yang dalam perkembangannya SI terpecah menjadi 2 (dua) yaitu SI merah (komunis) dan SI putih (Islam).

Thomas Meyer menjelaskan bahwa fungsi partai politik adalah untuk mengagregasikan kepentingan masyarakat, mengarahkannya pada kepentingan bersama dan merancangnya dalam bentuk legislasi dan kebijakan sehingga menjadi sebuah agenda yang mendapatkan dukungan rakyat dalam suatu pemilihan umum. Berbagai bentuk partai politik berdiri pasca reformasi tersebut. Ada partai yang menjual organisasinya melalui trah darah biru yang dimiliki oleh individu tertentu. Disisi lain ada pula partai yang menggunakan kekuatan modal sebagai pilar utama eksistensi organisasi partai dan bahkan ada pula partai yang menjual atau memanfaatkan isu-isu agama sebagai daya magis penarik simpati masyarakat.

Namun akan menjadi sebuah ironi dalam negara

demokrasi jika kemunculan partai-partai politik tidak diiringi dengan tiga hal yang menjadi syarat utama sehatnya iklim demokrasi dalam suatu negara. Ketiga hal tersebut adalah pertama adanya oposisi, kedua kuatnya ideologi partai dan terakhir penerapan demokrasi substansial.

Hilangnya OposisiBergabungnya PAN dan PPP ke

dalam koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan mungkin sebentar lagi Golkar akan semakin menunjukkan betapa rapuhnya sistem koalisi dalam mekanisme multi partai kita. Tidak dapat dipungkiri praktik

oposisi memang hanya akan berhasil dalam sistem presidensil dwi partai, tidak seperti di Indonesia yang multi partai sehingga tidak dihasilkan pemenang absolut dalam pemilu sehingga dibutuhkan koalisi.

Namun amat disayangkan koalisi yang telah terbetuk antara Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi Merah Putih bukanlah koalisi permanen dalam artian koalisi idelogis namun koalisi longgar yang hanya berdasarkan pada kepentingan sesaat aktor-aktor politik di DPR pusat. Padahal untuk mengawal jalannya demokrasi itu dibutuhkan oposisi atau dalam istilah lain karena manusia cenderung melakukan kesalahan maka dibutuhkan pengawasan, namun tatkala pengawasan lemah, maka kita tinggal menunggu saja robohnya demokrasi tersebut.

Hal ini dapat dibuktikan ketika koalisi Indonesia hebat yang terdiri dari PDIP, PKB, Nasdem dan Hanura, di daerah dapat demikian cair sehingga dapat berkoalisi dengan koalisi merah putih yang terdiri dari Gerindra, PAN, Golkar,PKS dan PPP. Ini dibuktikan dalam pilkada pesisir barat, dimana pasangan nomor urut satu diusung oleh Nasdem, PAN dan PKB yang notebene dipusat antara PKB dan PAN telah berbeda koalisinya.

Budaya ShortcutPartai politik adalah suatu badan hukum publik yang

Partai Politik dan Demokrasi

Oleh:M. IWAN SATRIAWAN*

“Tidak ada demokrasi tanpa politik dan tidak ada politik tanpa partai”Clinton Rossiter

Page 9: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 9

diakui oleh pemerintah dan terdiri dari sekelompok orang yang terorganisir secara baik dengan tujuan merebut atau mempertahankan kekuasaan secara damai lewat pemilihan umum (pemilu) yang dilaksanakan secara berkala.

Berdasarkan definisi tersebut diatas maka tidak dapat dipungkiri keberadaan partai politik sangat penting dalam membangun demokrasi dalam suatu negara. Hal ini disebabkan segala hal yang berkenaan dengan pengisian pejabat negara dan pembentukan peraturan perundang-undangan hampir selalu melibatkan partai politik. Dalam istilah Yves Meny dan Andrew Knapp, fungsi partai politik itu mencakup fungsi mobilisasi dan integrasi, sarana pembentukan pengaruh terhadap perilaku memilih (voting patterns); sarana rekruitmen politik; dan sarana elaborasi pilihan-pilihan kebijakan.

Namun dalam konteks Indonesia, pasca reformasi dunia politik telah mengalami perubahan yang cukup siginifikan. Salah satu yang paling mencolok dalam perubahan tersebut adalah memudarnya ideologi partai politik. Budaya jalan pintas (shortcut) menurut Kuntjoroningrat merupakan karakter dasar manusia Indonesia. Budaya jalan pintas seringkali dipraktikkan dalam pemilihan legislatif dan kepala daerah. Dengan hanya mementingkan popularitas, meskipun individu tersebut tidak memiliki kemampuan berpolitik. Ketika ia dilihat mampu menarik suara massa yang cukup banyak, maka dijadikan alasan untuk dicalonkan oleh partai politik.

Fenomena ini tidak dapat dilepaskan dari kegagalan partai poltik dalam menjalankan tugas dan fungsi partai politik yaitu kaderisasi dan pendidikan politik. Akhirnya partai politik hanya diibaratkan seperti taxi atau ojek an sich yang tatkala gagal mengantarkan penumpangnya ke tujuan yang dikehendaki, penumpang dapat berpindah kendaraan dengan sesuka hatinya. Ironisnya beberapa partai politik justru menumbuh suburkan budaya jalan pintas dan oligarki politik atau dalam bahasa lain politik kekeluargaan dan perkoncoan. Mulai dari suksesi kepemimpinan ditingkat DPP hingga pada penunjukkan kepala daerah harus melalui restu ketua umum.

Demokrasi FormalitasMenurut Jimly (2008:710) partai politik itu pada

pokoknya memiliki kedudukan (status) dan peranan (role) yang sentral dan penting dalam setiap sistem kedaulatan rakyat. Partai politik bisa disebut sebagai pilar demokrasi (ada juga yang menyebut sebagai salah satu infrastruktur politik), karena mereka memainkan peran yang penting

sebagai penghubung antara pemerintahan negara (the state) dengan warga negaranya (the citizen).

Berdasarkan hal tersebut maka jatuh bangunnya demokrasi dalam suatu negara tergantung pada kondisi partai politiknya. Jika partai politik telah berjalan tanpa orientasi dan arah yang jelas, karena agenda utamanya hanya merebut dan mempertahankan kekuasaan, maka demokrasi yang diagung-agungkan hanyalah demokrasi formalitas. Dalam artian secara formal setiap 5 (lima) tahun sekali kita mengadakan pemilu untuk memilih Presiden/wakil Presiden, DPR, dan juga kepala daerah namun sejatinya itu hanya formalitas karena sesungguhnya yang memilih adalah partai politik itu sendiri. Rakyat atau pemilih hanya disodori kertas yang sudah berisi gambar dan foto calon tanpa pernah rakyat pemilih mempunyai hak untuk menentukan calon alternatif pilihannya.

Demokrasi formalitas yang kita bangun bahkan menjadi lebih ekstrim seandainya calon yang diusung partai politik tersebut tidak disetujui oleh sebagian besar rakyat dan hanya tim suksesnya saja yang memilih sedangkan sebagian besar rakyat golput maka calon tunggal tersebut tetap akan dilantik walau hanya dapat 1 (satu) suara. Karena tidak mungkin juga menggagalkan pemilu atau pemilukada karena calonnya hanya satu.

Maka tidak ada jalan lain selain kita harus mengisi partai politik dengan kader-kader yang potensial, berintegritas dan berkapabilitas. Mengutip perkataan Bertolt Brecht seorang penyair Jerman dia mengatakan “Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional.”

Penulis adalah Pengajar Hukum Tata Negara pada Fakultas Hukum, Universitas Lampung

Page 10: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 10

Ketua Bawaslu RI, Muhammad me-nilai penundaan Pilkada Serentak 2015 di lima daerah bisa dikategorikan seb-agai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Lantaran penundaan tersebut menyebabkan hilangnya HAM warga negara untuk menggunakan hak pilih menentukan calon pemimpin daerah.

“Kasus lima daerah yang ditunda pada H - 1 diputuskan oleh Pengadi-lan Tinggi Tata Usaha Negara (PT-TUN) untuk di tunda dan mencabut keputusan KPU. Kalau menurut saya ini adalah pelanggaran HAM super,” ujarnya pada diskusi bertema ‘Ter-fokus Tinjauan Kritis Atas Pelaksanaan Pilkada Serentak 2015 dan Revisi Un-dang-undang Pilkada Yang Berspektif HAM’ yang diselenggarakan Komnas HAM di Jakarta, Senin (14/3).

Menurut Muhammad, penundaan di lima daerah tersebut tergolong pelanggaran HAM yang sangat be-rat. Penundaan tersebut juga pada berkurangnya pemenuhan hak tersebut juga berimplikasi kepada hak konsti-tusi terutama oleh para penyelenggara. Selain itu, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Hasanuddin itu meman-dang para hakim PTTUN dalam me-nyelesaikan perkara terkait penundaan di lima daerah untuk menunda penye-lenggaraan Pilkada setentak 2015 tidak melibatkan para pihak seperti KPU, Bawaslu serta Partai Politik.

“Pada H - 1 diputuskan surat KPU batal, tidak ada pilkada besok. Teman-teman HAM tidak bersuara apakah wilayah hukum atau wilayah apa ini. Saya kira ini harus disuarakan,” ujarnya.

Tak hanya itu, Muhammad melan-jutkan, dari sisi pemilih sangat banyak

yang tidak dapat menggunakan hak su-ara akibat dari penundaan tersebut pada pelaksanaan Pilkada serentak yang harusnya digelar serentak pada tang-gal 9 Desember kemarin. Hal tersebut berimplikasi langsung terhadap hilang-nya hak pilih warga negara untuk me-milih calon kepala daerah di lima dae-rah tersebut.

“Kalau dihitung secara Matematika yang tidak jadi datang pada tanggal 9 Desember kemarin lebih banyak, dan ini termasuk pelanggaran HAM,” ung-kap Muhammad.

Oleh karena itu, Muhammad me-minta Komnas HAM untuk menindak-lanjuti beberapa persoalan pada penye-lenggaraan pilkada yang terkait dengan pelanggaran HAM. Komnas HAM diminta untuk aktif mengkritisi apabila ada tahapan yang melanggar hak kon-stitusi dan HAM warga Negara.

Pada kesempatan yang sama, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) merilis hasil pantauan penyelenggaraan Pilkada Serentak Ta-hun 2015 yang diselenggarakan pada 9 Desember 2015 lalu. Secara umum, dari hasil pemantauan yang dilakukan di 17 daerah, Komnas HAM masih menemukan pelanggaran HAM di se-jumlah daerah.

Ketua Tim Pemantauan Pilkada Komnas HAM Dianto Bachriadi men-gatakan, Komnas HAM melakukan pemantauan di 17 titik daerah yaitu Su-matera Utara, Banten, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara.

“Dari pantauan Komnas HAM pada penyelenggaraan Pilkada berdasarkan data dan fakta secara umum terseleng-gara dengan baik, namun ada beberapa permasalahan seperti masih kurang nya pelayanan pemilih kelompok rentan oleh KPU pada kelompok disabilitas dan penyediaan alat bantu di TPS,” kata Dianto.

Menurut dia, temuan tersebut meru-pakan hal yang harus segera ditindak-lanjuti oleh KPU sebagai penyelengga-ra pemilihan. Agar KPU memfasilitasi setiap pemilih, khususnya pemilih den-gan kebutuhan khusus. “Penyandang cacat khususnya di rumah sakit, masih banyak dari kelompok tersebut kurang terfasilitasi, akibatnya hak pilih me-reka menjadi hilang,” ujarnya.

Selain itu, Komnas HAM menu-rutnya juga menemukan persoalan terkait pendataan pemilih yang belum sepenuhnya akurat. Dianto menyonto-hkan beberapa permasalahan di rumah tahanan (Rutan). Setelah dilakukan pengecekan, banyak penghuni rutan masih belum terdata sepenuhnya se-hingga mereka tidak bisa ikut berparti-sipasi dalam Pilkada.

“Hal yang sama juga terjadi pada pemilih yang sedang berada dalam rumah tahanan masih belum terdatanya beberapa tahanan yang ada di dalam sel tahanan,” jelas Dianto Komnas HAM, lanjutnya, juga menemukan masalah menyangkut hak konstitusi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) baik yang se-dang di dalam maupun di luar negeri. Komnas HAM menilai pendataan pe-milih belum dilakukan merata pada pemilih yang berdomisili tidak sesuai dengan kartu identitasnya atau kelom-pok diaspora. Hendru W/Ira Sasmita

Ketua Bawaslu: Penundaan Pilkada di Lima Daerah

Merupakan Pelanggaran HAM Super

Page 11: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 11

Posisi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) akan diperkuat. Pemerintah dan DPR pada prinsipnya sepakat memberikan perluasan kewenangan kepada Bawaslu sehingga dapat mengadili dan memberikan sanksi apabila terjadi bentuk pelanggaran pemilu.

Anggota Komisi II DPR dari Fraksi PDIP Arif Wibowo mengatakan, usulan penguatan tersebut telah dibahas dalam rapat konsinyasi revisi UU Pilkada antara pemerintah dan DPR yang berlangsung hingga Rabu (27/4). “Bawaslu diberi kewenangan untuk menyelesaikan sengketa yang sifatnya adminsitratif,” ujarnya.

Wakil Ketua Komisi II Ahmad Riza Patria menambahkan, pemerintah dan DPR masih membahas teknik penguatan Bawaslu. Secara administratif, Bawaslu dapat memberikan sanksi diskualifikasi bagi bakal calon yang melakukan politik uang.

“Misalnya simpatisan, membagi-bagikan uang. Itu bukan terkait calon. Ada usul sanksi dapat diberikan kepada semua pihak yang melakukan politik uang. Jadi yang diberi sanksi bukan cuma pasangan calon,” terang Riza.

Bawaslu menyambut baik penguatan kewenangan yang diberikan melalui revisi UU Nomor 8/2015 tentang Pilkada. Namun Bawaslu menginginkan agar kewenangan penyelesaian sengketa pencalonan hanya berlaku bagi Bawaslu provinsi dan Bawaslu pusat.

Pimpinan Bawaslu Nelson Simanjuntak mengusulkan agar kewenangan penanganan sengketa pencalonan tidak diberikan kepada panitia pengawas pemilu (panwaslu) di tingkat kabupaten/kota. Alasannya, selama ini ada beberapa kasus keputusan panwaslu tidak sejalan dengan aturan yang berlaku. Ada juga panwaslu yang tidak mau menuruti rekomendasi pusat ketika terjadi kekeliruan. Dengan adanya pemberian kewenangan hanya kepada Bawaslu provinsi dan pusat, peluang terjadinya konflik kepentingan diyakini bisa dicegah.

Penguatan kewenangan Bawaslu, kata Nelson, akan membuat lembaga pengawas tersebut semakin kuat. Untuk itu dia setuju pembenahan internal di lembaga tersebut perlu dilakukan, baik dari aspek teknis maupun mekanisme penanganan sengketa.

“Perlu memang ditata kembali melalui undang-undang bahwa yang berwenang untuk menyelesaikan sengketa pencalonan adalah Bawaslu provinsi yang keputusannya

bisa dibanding ke Bawaslu pusat,” ujar Nelson.Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan

Demokrasi Titi Anggraini mengatakan, Bawaslu harus diperkuat, baik dalam segi kewenangan juga akses. Salah satu poin penguatan Bawaslu, antara lain, terkait kewenangan untuk menjatuhkan sanksi administrasi dalam penyelenggaraan pilkada. Rekomendasi Bawaslu ini bersifat final dan mengikat serta wajib ditindaklanjuti oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) daerah yang menyelenggarakan pilkada.

Titi mengusulkan kewenangan eksekutorial untuk eksekusi administrasi ini agar tidak diberikan kepada panitia pengawas atau Bawaslu provinsi, namun sepenuhnya menjadi wewenang Bawaslu pusat. Sebab, hal ini juga bisa membuat Bawaslu RI memiliki integritas dalam bekerja. Tujuannya agar Bawaslu tidak main-main dan menjaga mutu penegakan hukum.

“Ini juga bisa menghindari politisasi aktor politik lokal, menjaga konsistensi dalam penerapannya di seluruh Indonesia,” ujar Titi.

Rekomendasi Bawaslu pusat terkait sanksi administrasi bisa diberikan berdasarkan temuan hasil pengawasan di lapangan atau rekomendasi di jajaran bawahnya, yaitu panitia pengawas pemilu di tingkat provinsi.

Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Sumarsono mengatakan, pengesahan Revisi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah kemungkinan bisa mundur. Targetnya, revisi ini dapat disahkan selambatnya pada akhir masa sidang DPR, Jumat (29/4) mendatang.

Menurutnya, sampai saat ini masih ada dua persoalan yang menjadi problem dalam pembahasan kedua pihak, yakni terkait keharusan mundur anggota DPR, DPRD, dan DPD dalam pilkada dan masalah persentase dukungan calon perseorangan.

Dari dua poin tersebut, DPR masih mempunyai keinginan untuk menaikkan syarat dukungan calon perseorangan. Kemudian, DPR menginginkan cuti bagi anggota DPR, DPRD, dan DPD setelah ditetapkan sebagai pasangan calon kepala daerah. “Soal mundur khusus DPR, DPD, dan DPRD kita masih cukup memahami, PNS itu kan pejabat karier, kalau DPR kan lewat pemilihan,” kata Sumarsono.

Ira Sasmita

Revisi UU Pilkada Dorong Penguatan Kewenangan Bawaslu

11BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016

Page 12: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 12

Karena itu dalam rangka membangun sistem pengawasan yang mampu

mempersempit ruang kecurangan saat proses penghitungan dan rekapitulasi suara, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menggelar diskusi kepemiluan: “Pengawasan Pemilihan Kepala Daerah Berbasis Teknologi Informasi”. Diskusi yang dilaksanakan di Hotel Harper, Yogyakarta ini mengundang sejumlah pakar dan praktisi di bidang teknologi informasi.

“Bawaslu ingin mendengar pendapat para pakar terkait hal ini. Kami rancang program ini untuk Pemilu 2019. Rencananya di pilkada 2017 ada beberapa daerah yang

akan dijadikan pilot project. Tapi kalau sistemnya sudah ketemu, tidak tertutup kemungkinan kita gunakan ini di 101 titik pada 2017,” kata Pimpinan Bawaslu RI, Nasrullah dalam diskusi, Kamis (21/4).

Narasumber dalam diskusi yang digelar dalam dua sesi tersebut merupakan pakar dan praktisi teknologi informasi di Yogyakarta, yaitu Wing Wahyu Winarno, Deputy CIO Universitas Islam Indonesia Mukhammad Andri Setiawan, Dosen UGM Paulus Insap Santosa, Dosen AKAKOM Wagito, Dosen AMIKOM Arif Akbarul Huda, Penemu game online pemilu Rahmat Taufik, pengembang aplikasi sistem pencarian daftar pemilih ganda

Menekan Potensi Manipulasi Suara Lewat Teknologi Informasi

Selain politik uang, salah satu isu sentral terkait kecurangan dalam sebuah pemilihan adalah praktik manipulasi penghitungan suara. Terjadi perubahan antara hasil penghitungan suara di tempat pemungutan suara (TPS) dengan jenjang-jenjang rekapitulasi suara setelahnya. Manipulasi dilakukan dengan cara menambah maupun mengurangi perolehan suara calon.

Page 13: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 13

”Suara yang diperoleh

ditingkat TPS, berubah saat rekapitulasi

di kecamatan. Dan terkadang berubah lagi saat rekap ditingkatan

selanjutnya

”NASRULLAH

Pimpinan Bawaslu RI

(Sispendag) Ardhi Dwi Nurcahyo dan Hasmin Aries Pratama dari Bukaka Host.

Nasrullah menjabarkan sistem yang ingin dibangun Bawaslu adalah sistem pengawasan dimana proses pemungutan dan penghitungan suara di tempat pemungutan suara (TPS) dapat disaksikan secara realtime oleh seluruh masyarakat. Apabila streaming video secara langsung tidak memungkinkan, maka menurut Nasrullah alternatif sistemnya masyarakat dapat menyaksikan video saat pemungutan atau penghitungan suara dalam bentuk rekaman. Dengan adanya video hasil penghitungan suara di setiap TPS, menurutnya ruang terjadinya kecurangan manipulasi suara menjadi semakin sempit.

Sistem pengawasan berbasis teknologi informasi di TPS menjadi penting, sambung Nasrullah, dikarenakan proses rekapitulasi merupakan salah satu yang mendasar. Selama ini perolehan suara seseorang dapat mengalami perubahan dari yang seharusnya didapat. Perubahan tersebut menurutnya dapat disebabkan oleh faktor rendahnya integritas penyelenggara serta alat kontrol yang tersedia belum maksimal.

“Suara yang diperoleh ditingkat TPS, berubah saat rekapitulasi di kecamatan. Dan terkadang berubah lagi saat rekap ditingkatan selanjutnya,” katanya.

Ia menjabarkan kelemahan pada tahapan tersebut bukan tanpa upaya perbaikan. Seperti penggantian terhadap penyelenggara ditingkat bawah, dilakukan perubahan jenjang rekapitulasi, hingga dilakukannya proses pemindaian terhadap sertifikat hasil rekapitulasi di TPS yang hasilnya dapat dilihat di website Komisi Pemilihan Umum (KPU). “Tapi ternyata itu pun masih bisa diakali. Masih kurang terus,” ujar Nasrullah.

Atas dasar itulah, Bawaslu mengembangkan gagasan pengawasan berbasis teknologi. Meskipun sebenarnya program ini dirancang untuk pemilu serentak 2019, namun sejumlah daerah yang menggelar Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota 2017 rencananya akan dijadikan pilot project atau proyek percontohan penerapan pengawasan partisipatif berbasis teknologi informasi. Bahkan menurut Nasrullah, apabila sistemnya dinilai sudah baik maka tidak tertutup kemungkinan Bawaslu akan menerapkan pengawasan berbasis teknologi di 101 titik atau seluruh daerah yang menggelar Pilkada di 2017 mendatang.

Kualitas PemilihanKetua Bawaslu RI, Muhammad

mengungkapkan dalam upaya meningkatkan hasil dan kualitas pelaksanaan pemilihan, tentu harus ada inovasi. Penggunaan teknologi informasi dalam pengawasan di TPS ini, sambungnya, merupakan salah satu ikhtiarnya. Dengan mengawinkan pengawasan dengan teknologi, diharapkan berkorelasi positif terhadap hasil dan kualitas pelaksanaan pemilihan.

Guru Besar Universitas Hasanuddin ini menjelaskan, KPU sebelumnya memang telah menggunakan teknologi dalam penyelenggaraan pemilihan dengan melakukan pemindaian terhadap formulir C1 atau dokumen hasil penghitungan suara di TPS pada Pemilu 2014 lalu serta Pilkada 2015. Akan tetapi menurutnya terdapat kelemahan dalam pemindaian tersebut, sebagaimana hasil temuan pengawas yakni sebelum dipindai dokumen tersebut sudah direkayasa.

“Oleh karena itu, walaupun tidak semua melakukan itu, kami melihat bahwa pengawasan pemilu juga seharusnya mampu bersahabat dengan teknologi. Paling tidak kita mampu mendeteksi secara cermat, tepat dan akurat proses yang terjadi di TPS pada saat pemungutan dan penghitungan suara. Kenapa? karena kita tahu Basis data itu kan di TPS,” tandasnya.

Idealnya dalam pemilihan adalah, samanya antara pilihan rakyat di TPS dengan yang nantinya ditetapkan KPU. Menurut Muhammad apabila basis data yang ada di TPS dapat dipastikan sama atau akurat lewat pengawasan Bawaslu, maka hal tersebut menjadi poin yang sangat penting. “Untuk kemudian menjadi amunisi bagi jajaran pengawas pemilu tingkat selanjutnya untuk memastikan supaya angka itu tidak berubah,” sambung Muhammad.

Haryo S/Kartika

Page 14: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 14

Ketua Bawaslu RI, Muhammad, menilai Pegawai Negeri Sipil Diperbantukan (PNS DPK) memiliki peran sangat strategis dalam menentukan netralitas penyelenggara pemilu. Sebagai lembaga Negara yang relatif muda, kesekretariatan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Bawaslu sebagian besar didukung oleh PNS DPK mulai dari tingkatan pusat hingga ke daerah. “Harus diakui secara internal peran PNS DPK sangat strategis menentukan netralitas penyelenggaraan dan pengawasan pemilu,” kata Muhammad saat menutup Rapat Kerja Teknis Kepegawaian Tahun 2016 yang digelar Bagian Sumber Daya Manusia, Bawaslu RI, di Bali,

Kamis (17/3) malam. Muhammad mengatakan,

kesuksesan pemilihan umum maupun pemilihan kepala daerah bisa tercapai ketika ada hubungan baik antara komisioner atau pimpinan dengan kesekretariatan. Ketika menyinggung sekretariat di Bawaslu, menurutnya deretan kekurangan dan persoalan masih sangat terlihat. “Kita semua tahu tenaga di Bawaslu ini sebagian besar dari instansi lain. Itu pun jumlahnya masih sangat jauh dari cukup,” ungkapnya. Jumlah PNS DPK mulai dari Bawaslu RI hingga Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota, lanjut Muhammad, hingga saat ini masih terbatas.

Namun, di tengah keterbatasan

tersebut mereka berupaya untuk menjalankan amanat Undang-Undang untuk menyelenggarakan dan mengawasi pemilu yang demokratis. Keberadaan PNS DPK yang sebagian besar berasal dari pemerintah daerah, menurutnya juga memiliki tantangan dan hambatan tersendiri. Tak bisa dipungkiri, PNS DPK di Bawaslu akan menjalankan tugas yang beririsan dengan instansi induknya atau pimpinan asalnya. Apalagi saat mengawasi jalannya pemilu dan pilkada. PNS DPK akan diuji netralitasnya dalam menyelenggarakan dan mengawasi pemilu secara independen dan mandiri. “Kami sadar bantuan pemda merupakan bagian sangat

PNS DPK Punya Peran Strategis Tentukan Netralitas Penyelenggara Pemilu

Kepala Biro Administrasi Bawaslu RI, Dermawan Adhi Santoso, Pimpinan Bawaslu RI Nasrullah, Ketua Bawaslu RI Muhammad, Sekjen Bawaslu RI Gunawan Suswantoro dan Ketua Bawaslu Provinsi Bali I Ketut Rudia (kiri ke kanan, red) saat penutupan Rakernis Kepegawaian Tahun 2016 di Mercure Nusa Dua Hotel Bali, Kamis, 17 Maret 2016.

HUMAS

Page 15: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 15

penting dalam menyukseskan pemilu yang menggariskan salah satu asasnya netral dan independen. Salah satu peran ini dalam memberikan dukungan sumber daya manusia yang netral dan mengerti tugas barunya sebagai pengawas pemilu,” ujar guru besar Ilmu Politik Universitas Hasanuddin tersebut.

Pimpinan Bawaslu RI Nasrullah pada kesempatan yang sama menambahkan, komposisi PNS DPK dan pegawai organik bisa dianalogikan seperti komposisi pemain sepak bola dalam PSSI. PSSI didominasi oleh pemain asli Indonesia dan sedikit pemain naturalisasi. “Tapi kalau di Bawaslu kebalikannya PSSI. Di Bawaslu lebih banyak naturalisasi ketimbang pemain asli,” ungkapnya. Komposisi tersebut, lanjut Nasrullah, membuat PNS DPK yang dinaturalisasi dari instansi asalnya memiliki peran sentral terhadap kinerja Bawaslu. Namun dia menyayangkan peran

sentral tersebut belum tercapai dengan optimal lantaran banyak PNS DPK yang belum mendalami dan memahami tugas, pokok dan fungsi Bawaslu dalam pengawasan pemilu di Indonesia. “Terkadang di beberapa wilayah terkesan hanya sekedar memenuhi kebutuhan SDM saja, tapi kadang yang ditempatkan di sekretariat Panwaslu atau Bawaslu provinsi ibaratnya tidak maksimal atau asal-asalan,” ungkapnya. Oleh karena itu, Nasrullah berharap ke depannya pemerintah daerah sebagai pemasok PNS DPK dapat memberikan perhatian lebih terhadap kebutuhan SDM yang kompeten untuk mendukung Bawaslu. SDM berkualitas diyakininya mampu memahami bagaimana peran pengawas pemilu dan berani bersikap netral dan independen meskipun ada situasi dan kondisi yang mengaitkannya dengan konflik kepentingan instansi asal atau bos lama.

Sekretaris Jenderal Bawaslu RI, Gunawan Suswantoro menambahkan, untuk mengoptimalkan manajemen kepegawaian di Bawaslu, diperlukan dukungan dan kerja sama aktif dari Badan Kepegawaian Negara dan Badan Kepegawaian Daerah. Bantuan SDM yang diberikan pemda diharapkan bisa mendukung kerja pengawasan yang dijalankan Bawaslu. Pelaksanaan pemilu dan pilkada yang membutuhkan dukungan optimal kesekretariatan menurutnya juga menuntut dukungan optimal dari SDM yang ada di dalamnya. SDM di Bawaslu yang didominasi PNS DPK mau tidak mau harus bekerja keras untuk menjalankan amanat UU.

Namun di sisi lain, aspek kepegawaian mereka yang masih tersangkut dengan instansi asal juga harus diperhatikan. “Kami mohon ke depannya BKD lebih memperhatikan DPK ini. Mulai dari

mengingatkan tentang kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala sampai urusan tunjangan kinerja. Mereka ini anak-anak kita semua yang dulu bekerja di pemda sekarang mengabdi di Bawaslu yang tentunya harus diperhatikan,” ujar Gunawan. Rakernis Kepegawaian Tahun 2016 mengambil tema ‘Penyamaan Persepsi dalam Manajemen Kepegawaian di Tingkat Pusat dan Daerah khususnya Pegawai Negeri Sipil yang berstatus Dipekerjakan’. Acara yang digelar selama tiga hari ini menghadirkan narasumber Deputi Sumber Daya Manusia Kementerian Pemberdayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Setiawan Wangsaatmaja dan naarsumber dari BKN. Selain diikuti internal Bawaslu RI dan Bawaslu Provinsi, rakernis juga menyertakan perwakilan dari BKD Provinsi dan perwakilan BKN dari setiap regional.

Ira Sasmita

”Tapi kalau di Bawaslu kebalikannya PSSI.

Di Bawaslu lebih banyak naturalisasi ketimbang

pemain asli

” Nasrullah

PIMPINAN BAWASLU RI

”Harus diakui secara

internal peran PNS DPK sangat strategis

menentukan netralitas penyelenggaraan dan pengawasan pemilu

”Muhammad

KETUA BAWASLU RI

Page 16: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 16

Briefing

Berbagi Ilmu Pengawasan Pemilu, Bawaslu Diundang ke Manila

Jelang pelaksanaan Pemilu di Filipina pada 9 Mei mendatang, Bawaslu RI diundang ke Manila untuk berbagi ilmu tentang pengawasan Pemilu dalam acara diskusi bertema ‘Forum on Electoral Contest Resolution in Indonesia and the Philippines’ yang berlangsung pada Rabu (13/4). Kegiatan ini diselenggarakan sebagai bentuk kerja sama antara Kedutaan Besar RI Manila dengan ISDS dan Department of Political Science University of the Philippines.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Bawaslu RI Muhammad memaparkan bagaimana peranan pengawas pemilu dalam penegakan demokrasi di Indonesia. Muhammad menjelaskan kewenangan Bawaslu dalam penyelenggaraan pemilu di Indonesia meliputi kewenangan pencegahan, penanganan pelanggaran, dan penyelesaian sengketa.

Di luar kewenangan pencegahan, penanganan pelanggaran, dan penanganan sengketa tersebut, Muhammad melanjutkan, fungsi terpenting Bawaslu dalam penyelenggaraan pemilu adalah memastikan semua proses dan tahapan pemilu berjalan sesuai dengan konstitusi dan aturan yang berlaku.

“Bawaslu mengawasi apakah tahapan yang dilaksanakan KPU sesuai jadwal. Bawaslu memastikan semua hal yang terkait pelaksanaan tahapan, mulai dari logistik pemilu,

daftar pemilih, anggaran, infrastruktur, hingga sumber daya manusia dalam penyelenggaraan Pemilu terpenuhi sesuai peraturan yang berlaku,” ungkap Muhammad.

Lebih luas lagi, Bawaslu juga mengawasi peserta pemilu yang terdiri dari partai politik dan peserta perseorangan. Selain itu, Bawaslu juga mengawasi seluruh penduduk Indonesia yang terdaftar sebagai pemilih dalam Pemilu. “Jadi ada tiga elemen yang dikontrol Bawaslu. Mulai dari KPU, peserta pemilu yang terdiri dari partai dan kandidat perseorangan, dan terakhir pemilih,” jelas Muhammad.

Pada usia Bawaslu yang sudah memasuki angka delapan tahun, sambung Muhammad, Bawaslu juga terus melakukan pengembangan dan inovasi dalam menjalankan fungsi pengawasan. Dia menjelaskan konsep pengawasan partisipatif yang melibatkan

masyarakat sebagai pemilih dikedepankan Bawaslu pada Pileg dan Pilpres 2014 lalu.

Selain Muhammad, forum tersebut juga menghadirkan Komisioner KPU RI Ida Budhiati dan Staf Khusus Ketua Mahkamah Konstitusi Janedjri M. Gaffar. Sementara dari penyelenggara pemilu Filipina hadir Aries Arugay dari Institute for Strategic and Development Studies (ISDS) Philippine, dan Atty. Nesrin B. Cali (Commission on Election of the Philippines). Pratiwi EP

“Jadi ada tiga elemen yang

dikontrol Bawaslu. Mulai dari KPU, peserta pemilu

yang terdiri dari partai

dan kandidat perseorangan, dan

terakhir pemilih

” Muhammad

KETUA BAWASLU RI

FOTO: DINA EKA

Page 17: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 17

Pimpinan Bawaslu RI sekaligus merupakan Koordinator Divisi Hu-kum dan Penanganan Pelanggaran Nelson Simanjuntak mengatakan SOP ini diperlukan untuk mengatur pros-es penerimaan laporan dan temuan dugaan pelanggaran agar sesuai den-gan peraturan perundangan yang ber-laku. Menurut Nelson, proses yang baik akan menghasilkan yang baik sehingga Bawaslu dapat menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya.

“Di setiap penyelenggaraan Pe-milu, banyak laporan dugaan pelang-garan yang masuk ke Bawaslu. Pun dengan temuan yang didapatkan oleh jajaran pengawas. Jika tidak bisa di-tangani dengan baik dan sesuai aturan maka laporan dan temuan tersebut tidak memberikan hasil yang baik,” jelas Nelson, dalam Rapat Penyusu-nan SOP Penerimaan Laporan dan Temuan Dugaan Pelanggaran Pemili-han Umum di Bogor, Senin (21/3).

Dalam rapat penyusunan SOP ini, dibahas alur tahapan yang mesti di-lakukan oleh pelapor maupun yang menerima laporan. Nelson menegas-

kan, alur tahapan harus dijelaskan secara rinci dan diupayakan menggu-nakan waktu yang singkat.

“Ke depan kita harus berusaha lebih ekstra agar setiap laporan yang masuk ditangani dengan cepat. Maka dalam SOP ini harus diatur waktu penanganan lebih singkat,” tegasnya.

Ketua Bawaslu RI Muhammad

juga menyayangkan adanya jajaran pengawas di daerah yang dilaporkan ke Dewan Kehormatan Penyelengga-ra Pemilu (DKPP) karena dianggap ti-dak menindaklanjuti laporan. Padahal, menurut Muhammad, Bawaslu sudah berupaya menjalankan kewajiban-nya dalam menerima laporan dugaan pelanggaran dan menindaklanjutinya.

Muhammad menjelaskan penyusu-nan SOP harus diarahkan untuk mem-berikan kemudahan pelapor dalam memberikan infornasi terkait dugaan pelanggaran Pemilu. Hal tersebut di-tujukan agar tidak ada lagi masyara-kat yang melaporkan bahwa Bawaslu tidak menjalankan kewajiban dengan baik.

“Kita susun SOP ini secara rinci dan tidak berbelit-belit. Selain untuk memberi kemudahan bagi pelapor, kita juga berupaya jangan sampai masyarakat tidak paham dengan me-kanisme pelaporan sehingga men-ganggap Bawaslu tidak bekerja den-gan baik,” pungkasnya.

Pratiwi EP

Bawaslu Susun SOP Penanganan Pelanggaran

HUMAS

Bawaslu menggelar Rapat Penyusunan SOP Penerimaan Laporan dan Temuan Dugaan Pelang-garan Pemilihan Umum di Bogor 21-23 Maret 2016. Rapat ini dihadiri Pimpinan Bawaslu RI Nelson Simanjuntak.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilu, Bawaslu memiliki kewajiban beserta kewenangan dalam menerima laporan dan temuan dugaan pelanggaran Pemilu. Dalam menjalankan kewajiban dan kewenangan tersebut perlu adanya pedoman standar atau Standard Operational Procedure (SOP).

”Kita susun SOP ini secara

rinci dan tidak berbelit-belit. Selain untuk memberi

kemudahan bagi pelapor, kita juga berupaya jangan sampai

masyarakat tidak paham dengan mekanisme pelaporan

sehingga menganggap Bawaslu tidak bekerja

dengan baik

”Nelson SimanjuntakPIMPINAN BAWASLU RI

Page 18: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 18

Dikatakan Sekretaris Jenderal Bawaslu Gunawan Suswantoro dalam apel khusus sekaligus peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Bawaslu pada Selasa (12/4), ada dua tantangan yang sedang diperangi oleh Indonesia, yaitu korupsi dan narkoba.

Sebagai lembaga negara, kata Gunawan, Bawaslu harus menjadi contoh bagi lembaga lainnya yang tidak ada satupun pejabat maupun stafnya yang menjadi pecandu maupun pengedar narkoba.

“9 April merupakan hari lahirnya Bawaslu. Dengan momentum ini, kita buktikan bahwa Bawaslu memang lembaga yang bisa dipercaya oleh masyarakat, salah satunya dengan menjadi lembaga yang bersih dan bebas dari narkoba,” kata Gunawan.

Gunawan menegaskan, Bawaslu harus menjadi lembaga yang benar-benar kredibel dalam menyukseskan Pemilu di Indonesia. Ia tidak ingin lembaga ini tercoreng hanya karena ada pejabat maupun pegawai yang menggunakan narkoba. Gunawan juga menyayangkan banyak para pejabat yang tersandung dalam kasus narkoba. “Apalagi baru-baru ini ada satu yang luput dari kita

yakni lolosnya bupati hasil dari Pilkada serentak 2015 di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan dari pemeriksaan narkoba. Hal seperti ini jangan sampai terulang lagi,” tegasnya.

Sementara Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi DKI Jakarta Iwan A. Ibrahim mengatakan, narkoba sudah menjajah Indonesia sehingga harus diperangi bersama. Iwan mengapresiasi langkah Bawaslu yang berupaya untuk memerangi narkoba dengan menjalani tes urin tersebut.

“Jika memang terdapat pengguna narkoba di lingkungan Bawaslu maka akan kami serahkan ke pihak sekretariat jenderal langkah selanjutnya seperti apa. Jika ternyata merupakan pecandu yang parah maka akan dibawa ke BNN untuk ditindaklanjuti. Intinya dari pemeriksaan urin ini ingin membuktikan pada publik bahwa Bawaslu bebas dari narkoba,” pungkasnya.

Dalam perayaan ulang tahun ini juga digelar pemotongan tumpeng sekaligus penampilan dari band Bawaslu.

Pratiwi EP

Tepat Pada Ultah Kedelapan, Bawaslu Gelar Tes Narkoba

“9 April

merupakan hari lahirnya

Bawaslu. Dengan momentum ini, kita buktikan

bahwa Bawaslu memang lembaga

yang bisa dipercaya oleh

masyarakat, salah satunya

dengan menjadi lembaga yang

bersih dan bebas dari narkoba

” Gunawan

SuswantoroSEKJEN

BAWASLU RI

FOTO-FOTO: HUMAS BAWASLU RI

Ada yang berbeda dari perayaan ulang tahun Bawaslu pada tahun ini. Jika biasanya perayaan ulang tahun berbentuk perayaan seremonial, di perayaan ulang tahun kedelapan ini, Bawaslu justru menghadirkan Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi DKI Jakarta. Bertempat di lapangan Kantor Bawaslu, Selasa (12/4), para pejabat struktural beserta seluruh pegawai Bawaslu RI menjalani tes urin bebas narkoba. Kabag Pengawasan Internal, Pakerti Luhur usai memberikan sampel urin ke-

pada petugas dari BNN Provinsi DKI Jakarta.

Page 19: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 19

Pemotongan tumpeng oleh Sekjen Bawaslu RI, Gunawan Suswantoro.

Santap bersama.

Sekjen Bawaslu RI, Gunawan Suswantoro memberikan sambutan pada HUT Bawaslu ke-8.

Pelaksanaan tes narkoba Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi DKI Jakarta Iwan A. Ibrahim

Page 20: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 20

Briefing

Kasus penyalahgunaan narkoti-ka dan obat-obatan terlarang (Narkoba) yang menimpa Bu-

pati Ogan Ilir dan keterlibatan Kasat Narkoba Pelabuhan Belawan, Suma-tera Utara, AKP Ichwan Lubis dalam peredaran narkoba, membuka mata kita bahwa darurat barang haram itu di Indonesia juga telah menyentuh level penyelenggara pemerintahan.

Sangat ironis ketika sebagai pihak yang seharusnya menjadi agen-agen dalam pemberantasan narkoba, jus-tru malah terlibat bahkan mengambil keuntungan dari peredarannya. Ibarat membersihkan dengan sapu yang ko-tor, maka penyelenggara pemerin-tahan termasuk ASN, Kepolisian dan aparat penegak hukum lainnya harus mulai membenahi jajarannya terutama dalam hal pemberantasan narkoba.

Oleh sebab itu, maka menjadi ke-sadaran dan keharusan sebagai Pem-bina Kepegawaian di lingkungan Sekretariat Jenderal Bawaslu, maka saya harus ikut serta program “bersih-bersih” terhadap aparatur yang terlibat narkoba dalam rangka darurat narkoba di Indonesia. Sekretariat Jenderal Ba-waslu, harus bisa membuktikan bah-

wa tidak ada pegawai yang memakai bahkan mengedarkan narkoba.

Oleh karena itu pada tanggal 12 April 2016, Bawaslu dan Badan Nar-kotika Nasional (BNN) Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dalam rangka tes narkoba seluruh pegawai di Sekretar-iat Jenderal Bawaslu, tidak terkecuali staf, pejabat struktural, dan pimpinan. Ini adalah langkah positif Bawaslu dalam memberantas peredaran nar-koba dalam unsur Sekretariat Jenderal Bawaslu.

Tes narkoba di Sekretariat Jenderal Bawaslu dilakukan tanpa pemberita-huan terlebih dahulu. Namun, seluruh pegawai sudah diperintahkan untuk hadir menghadiri apel. Ini dilakukan untuk mencegah adanya tindakan an-tisipasi jika saja ada pemakai narkoba. Bagi para pegawai yang terbukti posi-tif memakai narkoba, maka otomatis akan diberikan sanksi berat seperti pemecatan dari jabatan dan kepega-waian di Bawaslu dan menjalani re-habilitasi oleh BNN Provinsi DKI Jakarta.

Hasilnya, ada beberapa pegawai yang terindikasi menggunakan zat-zat yang termasuk dalam kategori narkoba.

Namun, setelah dilakukan tes lanjutan, zat-zat tersebut merupakan bagian dari kandungan obat-obatan biasa. Sekre-tariat Jenderal Bawaslu pun dinyatakan nihil dari penggunaan narkoba.

Indonesia memang merupakan pasar yang subur bagi peredaran narkoba. Penerapan hukuman mati bagi pengedar narkoba seakan belum mampu menekan tingkat penggunaan narkoba di Indonesia. Terlebih nar-koba telah merasuki aparatur Negara dan penegak hukum. Oleh sebab itu, sedemikian kecil tindakan kita untuk ikut memerangi narkoba akan men-jadi bagian berharga dalam pemberan-tasannya.

Bawaslu sebagai lembaga yang ikut andil dalam penyelenggaraan pemilu/pilkada untuk memilih wakil rakyat dan para pemimpin tentu saja harus ikut serta menjadi garda terde-pan dalam pemberantasan narkoba. Tentu kita tidak ingin setiap para pe-nyelenggara Negara yang terpilih merupakan orang-orang yang dekat dengan narkoba. Untuk mewujud-kannya, maka harus dimulai dengan membersihkan narkoba dari internal Bawaslu itu sendiri. n

“Bersih-bersih” Narkobadi Lingkungan Sekretariat Jenderal Bawaslu

Oleh:GUNAWAN SUSWANTOROSekretaris Jenderal Bawaslu RI

Page 21: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 21

Divisi Pengawasan

Bawaslu menggelar Rapat Penyu-sunan Standar Pengawasan Tahapan Kampanye dan Dana Kampanye pada Pilkada 2017 pada 28-30 April 2016 di Bandung, Jawa Barat. Penyusunan standar pengawasan didasari pada hasil evaluasi pengawasan Pilkada 2015 ser-ta perkembangan dalam proses revisi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pilkada. Rapat tersebut digelar untuk mengidentifikasi peta potensi rawan pada tahapan kampanye dan dana kampanye menjadi early warning system bagi pengawas pemilu dalam pelaksanaan pengawasan tahapan kam-panye, dengan mengundang sejumlah Pimpinan Bawaslu Provinsi yang akan melaksanakan pemilihan pada 2017. Salah satu forum tersebut membahas mengidentifikasi isu - isu strategis pen-gawasan tahapan kampanye dan dana kampanye yang belum tercakup dalam alat kerja.

Ketua Bawaslu RI, Muhammad menegaskan bahwa pengawas pemilu wajib memahami makna kampanye secara komperhensif. “Jangan lupa makna kampanye itu sendiri. Jangan sampai ada pengawas pemilu tidak tahu makna kampanye. Fatal menurut saya jika ada seorang wasit tidak men-getahui aturan,” ujarnya saat memberi arahan, Kamis (28/4) malam. Muham-mad menegaskan dalam menyusun in-

strumen standar p e n g a w a s a n tahapan kam-panye dan dana kampanye, har-us didesain agar pengawas pe-milu dapat men-getahui secara benar definisi kampanye itu sendiri. “Kam-panye adalah penyampaian visi dan misi dalam rang-ka pendidikan politik. Ingat jangan sampai dilupakan hal tersebut karena hal tersebut adalah payungnya,” ujar Muhammad.

Guru Besar Universitas Hasanud-din ini menjelaskan, pemaknaan kam-panye sebagai konsep dasar tersebut harus terpenuhi. Sebab kegiatan kam-panye menjadi bagian penting dari tahapan pemilu yang dapat mening-katkan partisipasi dalam pemilihan. “Dengan dikemasnya panduan dengan baik akan berdampak signifikan pada tingkat partisipasi pemilu. Pada tahap itu masyarakat dapat mengenal pasan-gan calon,” imbuhnya.

Muhammad berharap, standar pengawasan tahapan kampanye dpat dirumuskan dengan baik dan diterap-kan oleh pengawas dengan baik pula.

Dengan begitu, maka diharapkan tahapan kampanye dapat menjadi me-dia strategis bagi pemilih untuk me-nentukan pasangan calonnya. “Bahkan apabila kampanye itu bisa memenuhi tujuan dari kampa-

nye itu sendiri yaitu menyampaikan visi dan misi serta pendidikan politik, boleh jadi masyarakat yang sebelum-nya mendukung pasangan calon A, setelah kampanye beralih pilihan. Ini sangat mungkin terjadi,” ujarnya. Di-tempat yang sama, Pimpinan Bawaslu RI, Nasrullah mengatakan Bawaslu sudah mengidentifikasi dana kampa-nye yang menjadi temuan Bawaslu sepanjang pelaksanaan Pilkada 2015 lalu. Seperti, penyumbang yang tidak jelas identitasnya atau melebihi jumlah maksimal sumbangan.

Nasrullah mengungkapkan, penga-wasan dana kampanye yang nantinya menjadi domain jajaran pengawas pe-milu perlu memggandeng pelibatan Ikatan Akutan Publik Indonesia (IAPI) untuk memonitor dana kampanye yang belum terdeteksi. Sebab selama ini pel-ibatan IAPI hanya berkoordinasi den-gan pihak KPU dan hanya menerima laporan dana kampanye secara sepihak. Ia mengusulkan proses audit dana kam-panye menjadi ranah pengawas pemilu. “Wilayah dana kampanye ini, paling baik menjadi ranahnya Bawaslu. Apa-bila sudah menjadi kewenangan Ba-waslu kita akan libatkan BPKP dengan membentuk satu tim untuk mengaudit dana kampanye tersebut,” ujarnya.

Hendru/Haryo

Bawaslu Susun Standar Pengawasan Kampanye Pilkada 2017

Page 22: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016

Pimpinan Bawaslu RI Nelson Simanjuntak didampingi pejabat struktural Sekre-tariat Jenderal Bawaslu menerima kunjungan ANFREL, Senin, 7 Maret 2016.

22

Divisi Sosialisasi, Humas dan Kerjasama Antar Lembaga

Badan Pengawas Pemilu (Ba-waslu) Republik Indonesia menerima kunjungan dari

Asian Network for Free Elections (ANFREL) Foundation di Jakarta, Senin (7/3). Pada kunjungan tersebut, jaringan pemantau pemilu di Asia itu bersama Bawaslu membahas sistem penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesa dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Ketua ANFREL Foundation, Da-maso Magbual mengatakan, melalui kunjungan ini ANFREL ingin mencoba menggali informasi terkait sistem pe-milu di Indonesia dari Bawaslu. Peng-galian informasi ini sangat pen-ting lantaran pascapilkada menurutnya in-formasi mengenai penyelenggaraan pe-milu serentak di Indonesia masih belum banyak. Damaso menilai penyelengga-raan pemilu di Indonesia terbilang unik. Terlebih lagi dengan adanya lembaga pengawasan seperti Bawaslu yang me-miliki kewenangan cukup kuat dalam pengawasan penyelenggaraan pemilu.

Dia memuji Indonesia sebagai salah satu Negara di Asia Tenggara yang melaksanakan proses demokrasi me-lalui pemilu dengan cukup baik. Khu-susnya dalam hal melibatkan masyara-kat sipil dalam tahapan pengawasan pemilu. “Indonesia kini juga menjadi contoh termasuk Filipina dan negara-negara Asia lainnya,” ujar Damaso.

Pimpinan Bawaslu RI Nelson Si-manjuntak mewakili pimpinan Ba-waslu lainnya saat menerima ANFREL mengatakan, Bawaslu melakukan tugas dan fungsinya berdasarkan Un-dang-Undang 15 Tahun 2011. Dimana Bawaslu mempunyai fungsi menga-wasi persiapan sampai pada tahapan hingga proses penetapan hasil pemilu. Tak hanya itu, Bawaslu juga mempu-

nyai kewenangan menyelesaikan seng-keta pemilu.

“Penyelenggara pemilu di Indo-nesia terdiri dari tiga lembaga. Ada KPU yang bertugas merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pe-milihan Umum, Bawaslu mempunyai fungsi mengawasi persiapan sampai pada tahapan hingga proses penetapan hasil pemilu, dan DKPP memberikan sanksi kepada penyelenggara Pemilu yang terbukti melanggar kode etik,” jelas Nelson.

Bawaslu, lanjut Nelson, juga melakukan pengawasan hingga tingka-tan paling bawah di Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Tempat Pemungutan Suara (TPS). Salah satu pengawasan yang aktif dilakukan adalah penga-wasan terkait politik uang. Bawaslu juga menerima laporan terkait tindak pidana pemilu yang ditindaklanjuti melalui Sentra Penegakan Hukum Ter-padu (Sentra Gakkumdu) yang meli-batkan tiga institusi yakni Bawaslu, Kepolisian, dan Kejaksaan.

“Dalam rangka menindaklanjuti pelanggaran hingga adanya pelapo-ran tindak pidana pemilu Bawaslu

berkoordinasi sampai menindaklan-juti Kepolisian dan Kejaksaan terkait tindak pidana pemilu,” kata Nelson. Selain fungsi pengawasan, Nelson meneruskan, Bawaslu juga melakukan hubungan kerja dengan unsur masyara-kat sipil, pegiat pemilu, sampai pada kalangan pelajar (pemilih pemula) un-tuk berpartisipasi melakukan penga-wasan pemilu.

“Bawaslu tentu melakukan hubung-an kerja kepada masyarakat sipil untuk berpartisipasi melakukan pengawasan. Bahkan Bawaslu bercita-cita nantinya tugas pengawasan dilakukan oleh ma-syarakat sebagai kepeduliannya terha-dap penyelenggaraan pemilu di Indo-nesia,” ungkapnya.

Dalam pertemuan tersebut, pimpi-nan Bawaslu didampingi Sekretaris Jenderal Bawaslu Gunawan Suswan-toro, Kepala Biro Hukum, Hubungan Masyarakat dan Pengawasan Internal (H2PI) Ferdinand Eskol Tiar Sirait, Kabag Humas dan Antar Lembaga Johnly Pedro Merentek. Selain itu, ha-dir pula Koordinator Jaringan Pendidi-kan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Ma-sykurudin Hafidz. Hendru

Bahas Sistem Pemilu di Indonesia,ANFREL Kunjungi Bawaslu

Page 23: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 23

Bawaslu Upayakan Perbaikan Manajemen Kasus Pilkada

“Kesalahan kecil dalam manajemen kasus (Pilkada) bisa menimbulkan gugatan kepada penyelenggara,” kata Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Wirdyaningsih, dalam kegiatan penyusunan SOP Klarifikasi

Penanganan Pelanggaran, di Bogor, Senin (28/3).

Menurut mantan Anggota Bawaslu Periode 2008-2012 itu, rawannya gugatan terhadap pengawas pemilu, karena penanganan pelanggaran/kasus

merupakan salah satu pelayanan publik Bawaslu yang utama. Fungsi ini harus dijalankan maksimal sebab berhubungan langsung dengan masyarakat. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya, prosedur baku baik dalam penerimaan, pengkajian, klarifikasi, hingga pemantauan rekomendasi wajib ditaati oleh masing-masing organ yang memainkan peran masing-masing. “Penyimpangan dalam pelaksaan SOP harus bisa ditelusuri dan ditemukan sebabnya. Jangan lagi, penanganan kasus tertunda akibat ada satu organ yang tidak berjalan,” tambah wanita yang akrab disapa Nunung tersebut.

Dalam UU No. 8 Tahun 2015 tentang Pilkada, penanganan pelanggaran dalam Pilkada, Pengawas Pemilihan dilimitasi waktu 3+2 hari. Terbatasnya waktu, memang menjadi kendala mendasar bagi pengawas dalam menangani pelanggaran di Pilkada. Akibatnya, ada kemungkinan kasus tidak selesai ditangani dan menjadi kadaluarsa. Nunung juga menyampaikan, khusus untuk prosedur standar penanganan pelanggaran harus ada diskresi terhadap panjangnya birokrasi. Namun, diskresi tersebut jangan juga menghilangkan tanggung jawab dari mulai Staf hingga Pimpinan. “Waktu 5 (3+2) hari saya rasa sangat sulit dalam penanganan pelanggaran. Dengan standar prosedur yang baik saja, saya rasa sulit menangani kasus dengan waktu sesingkat itu, padahal itu amanat UU dan kita tidak boleh melanggarnya,” pungkasnya.

Falcao Silaban

Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran

Penanganan pelanggaran oleh Pengawas dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota rawan untuk dipermasalahkan oleh peserta pemilu. Oleh karena itu, harus ada prosedur standar yang baik dan baku dalam penanganannya.

Mantan Anggota Bawaslu RI periode 2008-2012, Wirdyaningsih memberikan materi pada penyusunan SOP Klarifikasi Penanganan Pelanggaran didampingi Kabag Penyelesaian Sengketa, Yusti Erlina, di Bogor, Senin (28/3).

Page 24: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016

IRA SASMITA

24

“Saya tahu betul bagaimana proses kerja pengawas pemilu karena terlibat cukup lama dari tingkat pemantau, pengawas di kecamatan hingga sampai ke pusat. Kinerja lembaga pengawas pemilu itu tidak akan tercapai dengan maksimal tanpa didukung kinerja pegawai kesekretariatan yang baik pula,” kata Endang saat membuka Rapat Kerja Teknis Kepegawaian Tahun 2016 dengan tema ‘Penyamaan Persepsi dalam Manajemen Kepegawaian di Tingkat Pusat dan Daerah khususnya Pegawai Negeri Sipil yang berstatus Dipekerjakan’, di Hotel Mercure Nusa Dua, Bali, Rabu (16/3).

Sebagai lembaga pengawas pemilu yang masih relatif muda, Endang menilai Bawaslu menyandang beban yang tidak ringan. Bawaslu dituntut oleh semua pihak untuk bekerja maksimal dalam mengawal penegakan demokrasi di Indonesia. Namun, ironisnya tuntutan tersebut

nyaris tidak sebanding dengan kemampuan Bawaslu khususnya menyangkut sumber daya manusia sebagai penggerak lembaga.

“Bawaslu sama halnya dengan lembaga lain yang dibentuk pasca reformasi. Lembaga yang dituntut bekerja maksimal tapi dengan fasilitas yang tidak bisa dikatakan maksimal dan bisa dikatakan pas-pasan khususnya menyangkut SDM,” ungkap Endang.

Urusan kepegawaian menjadi salah satu poin penting, lanjut Endang, lantaran Undang-Undang Penyelenggara Pemilu dengan jelas mengatur bahwa pengawasan pemilu tidak hanya menjadi tanggung jawab komisioner atau pimpinan melainkan harus didukung penuh oleh kesekretariatan. Sayangnya, hingga tahun 2016 ini Bawaslu dari tingkat pusat hingga kabupaten/kota masih belum didukung penuh oleh SDM terutama pegawai negeri sipil yang

Kinerja Pegawai Jadi Kunci Keberhasilan Lembaga Pengawas Pemilu

Divisi Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Pimpinan Bawaslu RI, Endang Wihdatiningtyas berjabat tangan dengan Sekjen Bawaslu RI Gunawan Suswantoro berjabat tangan seusai membuka secara resmi Rapat Kerja Tek-nis Kepegawaian Tahun 2106 yang diselenggarakan di Bali, 16-18 Maret 2016..

Pimpinan Bawaslu RI, Endang Wihdatiningtyas mengatakan, kinerja pegawai pada kesekretariatan menjadi salah satu kunci keberhasilan lembaga pengawas pemilu. Bawaslu sebagai lembaga Negara pengawas pemilu dari tingkat pusat hingga kabupaten/kota tidak akan bekerja maksimal tanpa dukungan penuh dari pegawai kesekretariatan.

”Ada yang beberapa

dikerjakan di pengawas pemilu tidak bisa

menjaga roh-roh atau asas penyelenggara pemilu. Masih ada

oknum yang bekerja di lembaga penyelenggara

yang dari ASN tidak bisa bersikap netral dan

cenderung mengutamakan kepentingan pemimpin

lamanya di instansi pemerintah daerah yang

sering kali menjadi peserta pemilu

”Endang Wihdatiningtyas

PIMPINAN BAWASLU

Page 25: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 25

menjadi pegawai organik Bawaslu. Selama hampir delapan tahun

Bawaslu berdiri, persoalan pemenuhan kebutuhan akan pegawai negeri sipil sebagai penunjang kesekretariatan Bawaslu menurutnya terus terjadi. Bahkan sudah menjadi rahasia umum, mencari PNS untuk mengisi kesekretariatan Panwaslu Kabupaten/Kota yang statusnya masih adhoc merupakan hal yang sangat sulit.

Kesulitan memenuhi kebutuhan pegawai tersebut, Endang meneruskan, akhirnya berujung pada pengadaan pegawai penunjang kesekretariatan yang terkesan asal-asalan. PNS yang diperbantukan untuk Bawaslu masih jauh dari kualifikasi dan kebutuhan Bawaslu sebagai lembaga pengawas pemilu. Tak jarang, PNS yang diperbantukan tidak mengerti sama sekali bagaimana menjalankan sekretariat Bawaslu Provinsi atau Panwaslu Kabupaten/Kota sesuai dengan aturan penyelenggaraan pemilu.

“Ada yang beberapa dikerjakan di pengawas pemilu tidak bisa menjaga roh-roh atau asas penyelenggara pemilu. Masih ada oknum yang bekerja di lembaga penyelenggara yang dari ASN tidak bisa bersikap netral dan cenderung mengutamakan kepentingan pemimpin lamanya di instansi pemerintah daerah yang sering kali menjadi peserta pemilu,” jelas Endang.

Manajemen kepegawaian pada lembaga penyelenggara pemilu memiliki korelasi erat dengan dukungan pemerintah mulai dari tingkat pusat hingga daerah. Sekretaris Jenderal Bawaslu RI, Gunawan Suswantoro mengatakan, peningkatan kualitas dan kinerja kepegawaian Bawaslu khususnya di provinsi dan kabupaten/kota memerlukan dukungan penuh dan kerja sama aktif dari pemerintah daerah.

“Pemda perlu memahami apa itu Bawaslu, bagaimana kerja dan beban Bawaslu lalu bagaimana peran pemda dan korelasinya dalam menjalankan fungsi dan tugas Bawaslu dalam penegakan demokrasi di Indonesia,” kata Gunawan.

Gunawan memandang, Pemda perlu melihat kembali aturan perundang-undangan yang menjelaskan kedudukan Bawaslu sebagai lembaga penyelenggara dan pengawas pemilu. Bawaslu membutuhkan dukungan sumber daya manusia (SDM) untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Hingga memasuki usia ke-8 tahun, menurut Gunawan, masih banyak kekurangan Bawaslu jika dilihat dari segi SDM. Jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mendukung Bawaslu masih jauh dari ideal. Bahkan jumlah pegawai organik Bawaslu jumlahnya sangat memprihatinkan.

“Saya prihatin sejak 2007 rekrutmen masih jauh dari ideal, masih sangat kurang. Di Sekjen Bawaslu pusat baru ada 177 PNS, di provinsi baru ada 341 personil.Totalnya hanya ada ada 500 orang PNS yang mengurus Bawaslu di seluruh Indonesia dan itu pun jumlah

PNS organik masih 46 orang,” jelasnya.

ASN yang belum berstatus pegawai organik masih berstatus sebagai pegawai yang diperbantukan. Namun keberadaan mereka belum didukung secara maksimal oleh pemerintah daerah sebagai induknya. Misalnya menyangkut tunjangan kinerja, kenaikan pangkat, hingga kenaikan gaji berkala. “Padahal apa yang mereka lakukan di Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota itu sungguh sangat luar biasa. Mereka bekerja tanpa mengenal waktu, enggak kenal hari karena mereka memang dituntut Undang-Undang,” ungkap Gunawan.

Oleh karena itu, Gunawan memandang, pemerintah daerah perlu menyelaraskan kembali persepsinya tentang PNS yang diperbantukan di kesekretariatan Bawaslu. Pemda, lanjutnya, perlu mengetahui tentang pengukuran indeks demokrasi. “Dari 13 item indeks demokrasi harus ada supporting dari pemda terhadap lembaga penyelenggara pemilu. Yang mengukur indeks demokrasi itu kan pemda provinsi terkait peningkatan partisipasi pemilih dan penegakan hukum pemilu,” kata dia.

Merujuk pada hal tersebut, Gunawan menggarisbawahi betapa pentingnya kerja sama antara pemda dan pengawas pemilu. Tak hanya kerja sama, pemda juga perlu meningkatkan pemahaman tentang tugas, pokok dan fungsi Bawaslu khususnya menyangkut pengukuran indeks demokrasi. “Kualitas demokrasi bukan hanya tanggung jawab KPU dan Bawaslu, tapi juga pemerintah daerah. Makanya pemda juga punya kewajiban menyediakan SDM yang paham tentang demokrasi, politik dan pemilu,” tegas Gunawan.

Ira Sasmita

Divisi Organisasi dan Sumber Daya Manusia

”Pemda perlu memahami

apa itu Bawaslu, bagaimana kerja dan beban Bawaslu

lalu bagaimana peran pemda dan korelasinya

dalam menjalankan fungsi dan tugas Bawaslu dalam penegakan demokrasi di

Indonesia,

”Gunawan Suswantoro

SEKJEN BAWASLU RI

Page 26: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 26

Bawaslu Akan Coba Padukan Pemilu dengan Program Wisata

Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia (Bawaslu RI) melaksanakan rapat kerja (raker) penyusunan rencana kerja Bawaslu RI dan Bawaslu Provinsi Tahun anggaran 2017, di Hotel Horison Lampung, Jum’at (4/3) hingga Minggu (6/3).

Sekjen Bawaslu RI, Gunawan Suswantoro dalam sambutannya mengatakan bahwa politik atau Pemi-lu tidak termasuk di dalam 7 program nasional yang ada pada pemerintahan saat ini. Program pariwisata meru-pakan salah satu yang tercantum dalam program nasional tersebut bisa dijadikan target Bawaslu untuk mengakseskan program demokrasi melalui pengawasan Pemilu ke dalam program wisata.

“Posisi Bawaslu yang mengelola tentang program demokrasi melalui pengawasan Pemilu diharapkan terkoneksi dengan satu atau dua pro-gram nasional,” terang Gunawan.

Ia menambahkan, koneksitas program antara program demokrasi melalui penyelenggaraan Pemilu dengan program wisata yang ter-gabung dalam program nasional akan menjadi langkah untuk menarik ma-syarakat Internasional supaya paham tentang demokrasi di Indonesia.

“Bawaslu harus mencoba men-

gakseskan program Pemilu dengan program wisata. Kesempatan men-arik wisata ke dalam ajang demokrasi melalui pengawasan Pemilu sangat efektif untuk dilakukan,” harapnya.

Di tahun 2017 lanjut Gunawan, Bawaslu akan bekerja sama den-gan Kementerian Pariwisata dalam mengakseskan program demokrasi melalui penyelenggaraan Pemilu terutama dalam model pengawasan-nya.

Dikatakannya kembali, kedepan perlu adanya duta-duta pengawasan Pemilu dalam konsep internasional-isasi pengawasan Pemilu di Indone-sia.

Selain itu Gunawan mengatakan, di tahun 2014 Bawaslu telah sukses mengawal adanya revolusi mental yang dikaitkan dengan pengawasan Pemilu partisipatif. Jadi, pengawasan partisipatif yang telah Bawaslu ban-gun pada tahun 2014 dengan meli-batkan elemen masyarakat sampai pelajar SMA merupakan konteks yang nyata dalam rangka mengem-bangkan demokrasi di Indonesia melalui pengawasan Pemilu.

Terkait suksesnya pengawasan Pemilu partisipatif, menurut Gu-nawan perlu dikembangkan kembali pada Pemilu/Pilkada berikutnya.

Raker ini dihadiri Ketua Ba-waslu RI Prof Muhammad, Pimpinan Bawaslu RI Nasrullah dan Endang Wihdatiningtyas, Sekjen Bawaslu RI Gunawan Suswantoro, tiga Kepala Biro di Bawaslu RI, Dermawan Adhi Santoso, Ferdinand Eskol Tiar Sirait dan Bernad D Sutrisno, serta seluruh Komisioner dan Kepala Sekretariat di 34 Bawaslu Provinsi selaku peserta.

Irwan

Feature

Sekjen Bawaslu RI, Gunawan Suswantoro saat memberi sambutan pada kegiatan Raker Penyusunan Rencana Kerja Bawaslu RI dan Bawaslu Provinsi Tahun Anggaran 2017, di Hotel Horison Lampung, Jum’at (4/3).

Page 27: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 27

Pertama, Bawaslu Award 2016 dilaksanakan tepat pada tanggal kabisat yakni tanggal 29 Februari 2016. Tanggal ini hanya akan ada selama empat tahun sekali. Dan yang kedua, adalah rekor baru di Museum Rekor Indonesia dengan pemakai batik terbanyak dalam sebuah kegiatan.

“Ada sekitar 1.600 orang peserta yang hadir di Balai Sarbini ini, dengan memakai pakaian Batik. Ini merupakan rekor yang akan dicatatkan di MURI,” kata pembawa acara Bawaslu Award Michael Tjandra.

Ide untuk memecahkan peserta yang memakai batik terbanyak dicetuskan oleh Gunawan Suswantoro. Melalui berbagai macam pesan, ia menginstruksikan agar seluruh peserta yang hadir di Balai Sarbini menggunakan batik sebagai lambang

pakaian nasional.Dalam acara bertajuk Bawaslu

Award diberikan penghargaan dalam 28 kategori, bagi jajaran Pengawas Pemilu, Stakeholders, dan Media Massa serta lembaga Negara yang berkontribusi terhadap Pemilu khususnya dalam pengawasan Pemilu. Dalam acara tersebut, juga dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dan beberapa Pejabat Tinggi Negara, seperti Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPR Ade Komaruddin, Ketua DPD Irman Gusman, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Yuddy Chrisnandi, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise, dan lainnya.

Falcao Silaban

Pemakai Batik di Bawaslu Award Dicatat Terbanyak di MURI

Ketua Bawaslu Muhammad dan Sekjen Bawaslu Gunawan Suswantoro tampak sedang berbincang sebelum pelaksanaan Bawaslu Award 2016. Dalam pagelaran tersebut, ada sekitar 1.600 orang yang menggunakan batik dan dicatatkan di MURI.

Feature

Ada dua hal istimewa dalam pelaksanaan Bawaslu Award Tahun 2016 yang dilaksanakan pada Senin (29/2) selain memberikan penghargaan terhadap insan dan lembaga yang dinilai berkontribusi penting dalam perkembangan demokrasi di Indonesia.

Page 28: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 28

Bawaslu Minta Regulasi Pilkada Tidak Terlambat

242228

Bawaslu menyarankan regulasi terkait penyelenggaraan Pilkada segera tuntas. Pasalnya regulasi ini kerap menimbulkan benturan dalam pelaksanaannya. Hal tersebut disampaikan Pimpinan Bawaslu Nasrullah dalam kegiatan diskusi publik bersama awak media massa di Gedung Bawaslu, Jumat (18/3).

Nasrullah mengatakan, KPU harus segera menetapkan Peraturan KPU sebagai pedoman pelaksanaan Pilkada, yang tahapannya harus sudah dimulai dalam satu sampai dua bulan ke depan agar target pemungutan suara tidak terhambat. Begitu juga dengan Bawaslu yang akan menyusun Peraturan Bawaslu.

“Sampai sekarang revisi ini belum jelas. Sementara KPU sangat menghendaki agar PKPU dapat ditetapkan setelah

dikonsultasikan. Pembahasan revisi harusnya segera dimulai, agar nantinya tidak terburu-buru. Karena tantangan terberat dari substansi undang-undang yaitu bagaimana menghasilkan daya respon yang baik dan progresif,” kata Nasrullah.

Menurut Nasrullah, jangan sampai regulasi belum ada sementara tahapan sudah akan berjalan. Apalagi pada Maret tersebut, Anggota DPR sudah memasuki masa reses. Ia mengharapkan persoalan revisi cepat diselesaikan agar tidak sampai menghambat jalannya Pilkada di 2017.

“Regulasi ini sering kali terlambat. Alhasil ketika pelaksanaan, kegiatan jadi terhambat.

Sebagai penyelenggara, tentunya berharap jangan sampai terjadi

lagi pada Pilkada 2017,” ujarnya.

Mengenai substansi, Nasrullah juga mengatakan ada beberapa poin yang perlu disoroti dalam revisi UU Pilkada. Terkait pencalonan,

Nasrullah mengharapkan agar proses

pencalonan dikembangkan pola yang menarik partisipasi masyarakat untuk maju agar tidak ada lagi calon tunggal di kemudian hari.

“Setiap partai politik (parpol) memiliki hak untuk mengajukan calon, terutama yang memiliki kursi di DPR. Jika yang tidak memiliki kursi di DPR bisa berkoalisi. Parpol juga harus lebih terbuka dalam mengusungkan calon sehingga akan banyak yang berlomba untuk maju,” jelasnya.

Nasrullah juga menegaskan setiap parpol harus menyeleksi kembali calon yang akan diusung. Jangan sampai memiliki rekam jejak yang negatif seperti yang terjadi di Ogan Ilir, bupati yang baru dilantik ternyata pecandu narkoba. Dalam hal kampanye, Bawaslu merekomendasikan kampanye dikembalikan ke peserta Pemilu dan tidak lagi ke KPU. Kampanye harusnya ditanggung peserta Pemilu itu sendiri agar semarak Pemilu bisa terwujud.

“Pemilu legislatif dan presiden terkesan ramai namun tidak tertib. Pilkada 2015 tertib namun tidak ramai. Untuk Pilkada 2017, coba

diarahkan ramai namun tertib. Kembalikan ke peserta

namun buat aturan yang tegas,” kata Nasrullah.

Pratiwi EP

Pelaksanaan pemungutan suara Pilkada serentak 2017 direncanakan sudah akan digelar 15 Februari 2017 mendatang. Namun sampai dengan Maret ini, pemerintah dan DPR belum juga

tuntas membahas revisi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota.

Polemik Revisi UU Pilkada

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET - APRIL 2016

PIMPINAN BAWASLU RI, NASRULLAH

Page 29: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 292729

WWW.ANTARANEWS.cOM

2529

Draft Revisi Sudah Dikirim ke DPRMenteri Dalam Negeri (Mendagri)

Tjahjo Kumolo mengatakan Amanat Presiden (Ampres) terkait revisi UU Pilkada sudah dikirim ke DPR RI. “Secara prinsip pemerintah sudah menugaskan Mendagri dan Kementerian Hukum dan HAM untuk mewakili Bapak Presiden untuk membahas revisi Undang-Undang Pilkada,” kata Mendagri Tjahjo Kumolo, Selasa (15/3).

Mendagri Tjahjo mengatakan, dalam rencana revisi UU Pilkada itu, terdapat hampir 16 poin perubahan yang sudah diharmonisasi bersama Kemenkumham, Setneg, dan Setkab. Ia berharap pembahasan dapat selesai dalam satu bulan, sehingga KPU memiliki waktu untuk melakukan perubahan peraturan KPU dan Bawaslu.

Menurut Tjahjo, Pemilu serentak yang digelar di 269 daerah pada tahun 2015 semua berjalan lancar. Tak hanya itu, anggaran juga cukup

meski sempat terhambat. Hanya saja, ia meminta agar pembakaran gedung KPUD dan gedung pemda di Kalimantan Tengah untuk terus diproses hukum sampai tuntas.

Mendagri menyebutkan, terkait Pilkada Serentak 2015 juga ada tiga peristiwa yang kurang mengenakkan sehingga perlu dievaluasi. Satu hari sebelum dilantik, wakil bupati ada yang meninggal, yaitu di Grobogan. Kemudian satu wakil bupati yang sudah dilantik masuk tahanan karena kasus korupsi. “Dan, satu yang sudah saya putuskan terpilih menang di daerah ternyata punya hobi narkoba,” ucapnya.

Mendagri menyebutkan dalam revisi UU Pilkada, seluruh aturan atau putusan MK akan dimasukkan dalam revisi Undang-Undang Pilkada.

“Tadi juga diputuskan, bagi anggota DPR, DPD, PNS, TNI, dan pejabat lainnya harus tetap

mundur dari posisinya karena kalau tidak ini akan bisa menggunakan kewenangannya dalam tanda petik,” kata dia.

Sementara itu, terkait anggaran, Mendagri mengatakan, anggaran pelaksanaan pilkada tetap dibebankan kepada daerah. Sebab pengalaman pada Pemilu tahun lalu, anggaran di semua daerah pelaksana Pilkada mencukupi.

Ia berharap Pilkada 2017 pada Februari dapat dimulai tahapannya oleh KPU pada Mei 2016. Sementara itu, mengenai calon perseorangan, Mendagri mengatakan hal itu tidak dibahas dalam ratas.

“Tidak dibahas karena itu sangat spesifik, bisa merupakan strategi partai, toh calon tunggal juga sudah sah kok karena sudah ada putusan MK, karena tidak ada partai yang mencalonkan maka muncul calon tunggal,” kata Tjahjo.

Pratiwi EP

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET - APRIL 2016

MENTERI DALAM NEGERI, TJAHJO KUMOLO

Page 30: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 30

Ketua KPU Belanda, Prof. Henk Kummeling

Tidak Ada Sistem Pemilu yang Sempurna

KORANSINDO.cOM

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 20162630

Prof. dr. H.R.B.M. Henk Kummel-ing lahir pada tanggal 10 Januari 1961 di Pannerden (Gelderland). Saat ini ia merupakan Ketua Komisi Pemilihan Umum (Chairman of Electoral Coun-cil) Belanda.

Sejak tanggal 1 September 1995 telah menjadi profesor hukum konsti-tusi dan hukum konstitusi perbandin-gan di Institut Konstitusi dan Admin-istrasi Hukum, Universitas Utrecht Belanda. Sebelumnya, dia adalah seorang asisten peneliti pada Fakultas Hukum Konstitusional di Universitas Katolik Nijmegen (Radboud Univer-sity), dan sejak tanggal 1 September 1994 sampai 1 Januari 1997 Guru Be-sar Hukum Tata dan Administrasi di Universitas Katolik Brabant (Tilburg University).

Pada November 1988 ia mem-peroleh gelar Doktor dalam penelitian disertasi hukum perbandingan di kon-sultan hukum publik, sebagai promo-tor Prof. C.A.J.M. Kortmann. Dalam kuliah perdananya di Utrecht pada ta-hun 1997, ia mengangkat pertanyaan tentang relativitas kewajiban keraha-siaan. Dia telah menerbitkan karya tentang berbagai topik seperti hak-hak dasar, perlindungan hukum di Uni Er-opa, pemerintah terbuka, pengawasan (keuangan), badan-badan administra-tif independen, pemilu, politik konsti-tusional, desentralisasi pemerintahan dan hukum internasional. Tentang topik yang sama ia juga secara rutin memberikan kursus. Dia juga telah memberikan pendidikan tentang ma-salah ini di Cina, Indonesia, Inggris, Amerika Serikat, Suriname dan Af-rika Selatan.

Dari tanggal 1 September 2008 sampai 1 September 2014 dia adalah Dekan Fakultas Hukum, Ekonomi dan Pemerintahan di Universitas Utrecht.

Pada 2015 ditunjuk Dewan Gubernur untuk profesor universitas.

Kegiatan pendukungnya yang layak dicatat adalah sebagai pimpinan Dewan Pemilihan, Presidensi komite AWB-banding dari Departemen Kesehatan dan profesor di University of Western Cape di Cape Town, Afrika Selatan.

Beberapa pertanyaan untuk Henk Kummeling.

Apa kepentingan organisasi se-perti Dewan Pemilihan (KPU) di Belanda? Kepercayaan dalam sistem politik sangatlah penting. Oleh karena itu warga harus merasa yakin bahwa pemilu adil dan sesuai dengan aturan,

Page 31: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 31BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016

Perjalanan Karier• Sejak2016:Ketua,KomiteEvaluasiUU Judicial review.• Sejak2008:DekanFakultasHukum,Ekonomi dan Pemerintahan, Universitas Utrecht.• Sejaktahun1995:Profesorhukumkonstitusi dan hukum konstitusi per-bandingan, Universitas Utrecht.• Sejaktahun1999:Anggotakomisireferendum Utrecht.• Sejaktahun1997(wakil)ketuakomite AWB-banding dari Kementerian Kesehatan.

Publikasi2015 - Artikel Kummeling,H.R.B.M.(15-12-2015).skema kuorum sebagai perjuangan parlemen.Surinamejuristenblad2015(3),(pp.15-24). 2015 - Volume / babKummeling,H.R.B.M.(2015).EditingKomentardiart.155a-155FGem.wdanseni.151a-151fPw,edisi8.DalamT.D. cammelbeeck & H.R.B.M. Kummel-ing, Text and commentary Kota dan ProvinsiAct2015(Eds.)(Pp213-219;.603-609).Deventer:Kluwer. 2015 - Editor BukuKummeling, H.R.B.M. & cammelbeeck, T.D.(2015).Text&Commentary:KotaProvinsi.(1184p.).WoltersKluwer.

2015 - Presentasi / kuliahH.R.B.M.Kummeling(13-03-2015).citizen Academy 3.0 Lembaga untuk masyarakat terbuka.H.R.B.M.Kummeling(23-01-2015).Konvensi signifikansi konstitusional. seminar Kirchheiner.H.R.B.M.Kummeling(16-09-2015).Insentif untuk pengacara terutama pen-gacara dan hakim. pengacara Kinerja profesional. 2014 - BukuKummeling, H.R.B.M. & Bovend’Eert, P.P.T.(2014).ParlemenBelanda(Pendidi-kanEdition).(186p.).Deventer:Kluwer. 2014 - Volume / babKummeling,H.R.B.M.(2014).Tepatdike-susahan, di: Krisis, Bencana dan laporan Keadilan Awal untuk Asosiasi Pengacara Belanda‘.NJVoperasi,Volume144(pp.263-299).Deventer:Kluwer. 2013 - Volume / babKummeling,H.R.B.M.(2013).MengeditCommentaryPasal155a-155FGemwdanseni.151a-151fPw.DalamT.D.cammelbeeck & H.R.B.M. Kummel-ing, Teks dan commentary Kota dan Provinsi(Eds.)(Pp221-226;.599-605).Kluwer. 2012 - ArtikelDuijker Sloot A.P.W. & Kummeling,

H.R.B.M.(2012).Tidakperludantidakdiinginkan: misteri DNB. Belanda Juris-tenblad,1(pp.26-27)(2p.).Kummeling,H.R.B.M.(25-04-2012).Presiden Dewan Pemilihan mendapat jalan;HenkKummelingkonstitusionalmengalir melalui pembuluh darah. FD

2012 - BukuKummeling, H.R.B.M., Widdershoven, R.J.G.M.,Burkens,M.C.&Vermeulen,B.P.(2012).Prinsip-prinsipdemokrasi.Pengantar dasar-dasar hukum konstitu-sionaldanadministratifBelanda.(398p.).Deventer:Kluwer.Kummeling, H.R.B.M., Elzinga, Douwe Jan Schipper & -Spanninga, Hanneke (2012).SuaraBelanda.(282p.).De-venter: Kluwer. 2012 - Volume / babDuijker Sloot A.P.W. & Kummeling, H.R.B.M.(2012).Parlemendaninformasipengawasan rahasia. Dalam H.R.B.M. Kummeling(Eds.),ThekompositBes-selink(pp.75-83)(9p.).Oisterwijk:WolfHukum Penerbit. 2011 - ArtikelKummeling,H.R.B.M.(14-05-2011).Poli-tik dibagi ke Queen Máxima. Algemeen DagbladKummeling,H.R.B.M.(2011).ReaksiWit-teveen. Jurnal Hukum Konstitusi 2011 (3),(pp.330-333)(4p.).

dan bahwa otoritas pengawas proses ini benar-benar memihak dan inde-penden.

Bagaimana rekomendasi dari Dewan Pemilihan (KPU) Belanda berkontribusi dalam peningkatan proses pemilihan? Tidak ada dua pe-milu yang sama, karena perubahan masyarakat, partai baru muncul dan karena itu merupakan proses pe-rubahan. Dunia media perlu untuk terus-menerus ditingkatkan. Sejak Dewan Pemilihan mengumpulkan semua pengetahuan yang diperlukan, yang terbaik adalah ditempatkan un-tuk membuat rekomendasi tentang bagaimana cara-cara untuk mening-katkan kualitas pemilu. Dewan Pe-

milihan tidak melayani kepentingan politik, dan menyarankan agar murni professional, adil, jujur, transparan, keandalan pemilu dan proses pemili-han.

Menurutnya, tidak ada sistem pe-milu yang sempurna, tidak ada sistem pengawasan pemilu dan sistem pe-nyelesaian pemilu yang sempurna. Karena hal tersebut sangat bergantung pada pada nilai-nilai budaya yang ada pada suatu bangsa dan itu akan mem-perkaya dalam suatu sistem pemilu.

Ia menjelaskan prinsip dasar pe-milu yang sesuai dengan standard internasional diantaranya universal, equal, free, secret, direct, dan regular interval. Suatu negara memiliki kebi-

jakan dalam sistem pemilihan umum yang sesuai, tetapi kebijakan dalam memilih sistem pemilihan umum ha-rus konsisten dengan standar-standar international.

Bagaimana dengan sistem peny-elesaian sengketa pemilu di Belanda? Sistem penyelesaian sengketa pemi-lu di Belanda menggunakan sistem campuran. Jika ada laporan tentang sengketa pemilu, maka internal KPU langsung menyelesaikannya dengan memberi nasehat kepada kandidat. Apabila nasehat tidak memberikan solusi, maka kandidat berhak mem-bawa kasusnya ke Pengadilan Tata Usaha Negara.

Ali Imron

Page 32: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 32

Meskipun selisih suara dari dua pasangan calon sangat ketat, namun pemungutan suara ulang (PSU) di tiga tempat pemungutan suara (TPS) di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara berlangsung relatif lancar, tertib, dan damai pada 22 Maret silam. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Muna maupun Panitia Pengawas Pemilihan Kabupaten Muna pada 18 April 2016 juga telah menyampaikan laporan hasil dan pengawasan PSU kepada Mahkamah Konstisusi (MK).

Terkait adanya PSU tersebut, Pimpinan Badan Penga-was Pemilu Republik Indonesia, Nasrullah terjun lang-sung ke Muna, Sulawesi Tenggara melakukan supervisi guna memastikan pengawasan lebih ketat sehingga proses PSU tidak lagi diwarnai oleh praktik-praktik ilegal.

Nasrullah mengungkapkan salah satu yang harus men-jadi sorotan dalam pengawasan PSU adalah terkait daf-tar pemilih tetap (DPT). Dalam pelaksanaan PSU, tidak diperbolehkan ada daftar pemilih baru diluar yang telah ditetapkan dan digunakan pada Pilkada 9 Desember lalu. Perubahan yang dimungkinkan dalam DPT, adalah adanya pengurangan pemilih karena misalnya disebabkan pemilih meninggal dunia atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai pemilih.

“Bagaimana menghadirkan DPT yang akurat, dengan hadirkan pengawasan yang lebih melekat,” katanya saat memberikan pengarahan kepada jajaran pengawas, baik tingkat kelurahan, kecamatan, maupun kabupaten di Muna yang akan melaksanakan PSU. Pelaksanaan supervisi juga dilakukan oleh seluruh Pimpinan Bawaslu Provinsi Su-

Menyoroti DPT Pemungutan Suara Ulang

Page 33: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016

FOTO-FOTO: MUHTAR

33

lawesi Tenggara yakni Hamirudin Udu, Munsir Salam dan Hadi Mahcmud beserta jajaran sekretariat.

Diketahui pada 25 Februari lalu, MK mengeluarkan putusan yang isinya memerintahkan kepada Komisi Pe-milihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara untuk melaksanakan pemungutan suara ulang di tiga TPS. Tiga TPS tersebut adalah TPS 4 Kelura-han Raha I dan TPS 4 Kelurahan Wamponiki, Kecamatan Katobu, serta TPS 1 Desa Marobo, Kecamatan Marobo.

Pimpinan Bawaslu Sultra, Munsir Salam mengungkap-kan dari proses penyisiran yang dilakukan terdapat pengu-rangan 162 pemilih di tiga TPS tersebut. Hasil koordinasi dengan KPU setempat, disepakati bahwa pemilih yang ti-dak memenuhi syarat tersebut diberikan tanda khusus agar tidak disalahgunakan.

Ketua Panwas Muna, Mahilludin Saga menjelaskan dari 162 pemilih yang tidak memenuhi syarat, baik karena ganda, pindah domisili, meninggal, dan masih dibawah umur, telah ditindaklanjuti oleh penyelenggara. Agar pe-nyebaran Formulir C6 atau pemberitahuan memilih di tiga

TPS tidak memunculkan masalah, maka prosesnya juga melibatkan perwakilan dari pasangan calon serta pihak ke-amanan untuk mendampingi.

Ia menjabarkan dalam pengawasan ditemukan bahwa terdapat nama dalam DPT yang sudah memilih di TPS lain pada 9 Desember 2015. Ada pula nama sama di DPT akan tetapi alamat maupun nomor identitasnya berbeda. Di Kabupaten Muna juga ditemukan adanya dua nama yang mirip dengan alamat yang berdekatan dimana salah satu diantara nama tersebut terdaftar di DPT tempat pelak-sanaan PSU sementara nama lainnya telah memilih di 9 Desember 2015. Kasus-kasus DPT seperti demikian, sem-pat menjadi perdebatan dalam forum yang dihadiri KPU, Panwas, maupun perwakilan paslon.

Pimpinan Bawaslu RI, Nasrullah mengatakan akar per-masalahan DPT seperti di Muna adalah basis penetapan TPS. Basis penetapan TPS berdasarkan Desa atau Kelu-rahan dinilai terlalu luas. Semestinya basis pembentukan TPS berdasarkan RW atau Dusun. Sehingga apabila ter-dapat nama dalam DPT di satu TPS yang diragukan validi-tasnya, proses krosceknya akan mudah dilakukan.

“Kalau basisnya kelurahan seperti ini, dimana satu kelurahan rata-rata tujuh TPS, agak sulit untuk jadi alat pembanding. Rekomendasinya, besok diubah, pembentu-kan TPS diubah menjadi basis RW. Dimana pemilih dari satu RW menjadi tidak bisa campur dengan RW lain di 1 TPS,” paparnya.

Menurutnya pola pembentukan TPS yang demikian membuka ruang untuk memainkan daftar pemilih. “Bisa dalam 1 keluarga, itu dimanfaatkan. Semisal jumlah aslin-ya hanya tiga orang, itu bisa disulap menjadi 9 atau 10 pe-milih tetapi disebar di TPS-TPS lain,” Nasrullah menjelas-kan. Haryo Sudrajat

Page 34: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 34

FOTO-FOTO: KARTIKA

Ketua Bawaslu DIY, Muhammad Najib dalam sambutannya mengatakan

bahwa Pilkada 2015 di DI Yogyakarta yang berlangsung dengan baik, demokratis, dan relatif sesuai aturan main itu adalah hasil kerja bersama. Hadir pada acara Bawaslu DIY Award ini antara lain Pimpinan Bawaslu RI Endang Wihdatiningtyas, Ketua Kesbangpol DIY, Kapolda DIY, Kominda DIY, Ketua KPU DIY, Ketua Komisi Informasi DIY, Ketua Komisi Penyiaran Daerah DIY, panwas kabupaten, panwascam, PPL, pengawas TPS, media massa di Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Bicara soal Pemilu yang berhasil itu bukan hanya KPU saja, tetapi juga keberhasilan Pengawas Pemilu. Hanya saja memang apresiasi yang

diberikan kepada pengawas relatif tidak ada. Oleh karena itu kita mencoba memberikan apresiasi terhadap kinerja pengawas pemilu dan pihak-pihak yang berkontribusi terhadap kinerja pengawasan pemilu yang kita lakukan,” jelas Najib.

Ketua Bawaslu DIY ini mengilustrasikan posisi pengawas itu kalau dalam konteks pembangunan sebuah bangunan ibarat paku. Paku itu seolah-olah tidak penting dalam proses membangun rumah. Harganya sangat murah, tapi sungguh punya makna memastikan posisi rangkaian bangunan itu ada pada posisi yang sesungguhnya. Hal tersebut, sambung Najib sama dengan pemilu. Posisi pengawas memastikan seluruh proses dan hasil pemilu sesuai dengan aturan yang ada.

“Itulah panwas. Hadirnya penting dan dirasakan saat proses berlangsung. Tapi begitu pemilu selesai, sama seperti bangun rumah, tidak ada yang menganggap paku itu penting. Ada panwas kabupaten dengan lingkup yang lebih luas, tetapi ada juga PPL untuk lingkup desa, masing-masing punya peran dan fungsi yang berbeda, tetapi sama pentingnya. Kami selalu mengatakan panwas di seluruh level posisinya sangat penting. Ujian bagi panwas adalah ujian keikhlasan, bila pihak lain tidak ada yang mengapresiasi itu harus diikhlaskan karena memang sudah takdirnya menjadi pengawas tanpa dipuja banyak orang. Ada pengawas TPS yang luar biasa, paling hebat diantara pengawas TPS lainnya di seluruh Yogya. Disamping juga

Bawaslu DIY Beri PenghargaanKepada Jajaran Pengawas dan Stakeholders

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Daerah Istimewa Yogyakarta kembali menyelenggarakan acara Bawaslu DIY Award 2016. Acara tersebut sebagai bentuk penghargaan yang diberikan oleh Bawaslu Daerah Istimewa Yogyakarta kepada Pengawas Pemilihan yang berprestasi dan stakeholders yang telah berpartisipasi dalam menyukseskan pengawasan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Bantul, Gunungkidul dan Sleman Tahun 2015 yang diselenggarakan pada Hari Kamis (10/3) di Tjokro Style Hotel Yogyakarta.

Ketua Bawaslu Provinsi DIY Mohammad Najib memberikan piagam penghargaan kepada Ketua Panwascam Rongkop Kabupaten Gunung Kidul, Ari Ika Mulyaningsih.

Page 35: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 35

ada PPL dan Panwascam di seluruh Yogya kami beri penghargaan karena prestasinya yang luar biasa,” jelasnya.

Najib menjelaskan pula bahwa dalam Bawaslu DIY Award 2016 ini penghargaan diberikan kepada lembaga pengawas di tingkat kabupaten dan kecamatan yang dinilai memiliki prestasi terbaik dalam 5 kategori yang dikompetisikan. Pertama pengawasan pemilihan, kedua pencegahan pelanggaran, ketiga pengawasan partisipatif, keempat penanganan pelanggaran dan kelima pengelolaan kelembagaan dan administrasi/keuangan. Penghargaan juga diberikan kepada personal Panwascam, PPL dan PTPS yang dinilai telah memiliki kinerja terbaik dalam aspek tertentu dalam menjalankan tugas pengawasan pemilihan.

Selanjutnya Mohammad Najib mengatakan bahwa Bawaslu DIY Award 2016 juga memberikan penghargaan kepada para pihak di

luar pengawas yang meliputi berbagai instansi pemerintah, lembaga semi pemerintah, dan media massa

yang dinilai punya sumbangan besar terhadap kinerja pengawas pemilihan. “Termasuk juga kawan kawan dari non pengawas nanti akan kami beri penghargaan karena kami mendedikasikan suatu lembaga punya peran yang sangat signifikan terkait dengan peran Bawaslu untuk mengawasi pemilu.

Najib menuturkan pula bahwa media adalah kawan yang sangat penting karena media massa yang telah mendukung pengawas pemilu terkait dengan soal pemberitaan pengawasan pemilu yang dilakukan Bawaslu. “Efek jera terhadap pemberian sanksi adalah media. Kalau media memberitakan pasangan calon yang melakukan pelanggaran maka efeknya paling kuat dibanding sanksi administrasi yang diberikan KPU,” katanya.

Christina Kartika

Pimpinan Bawaslu RI, Endang Wihdatiningtyas memberikan piagam penghargaan kepada para stakeholders di Provinsi DIY atas partisipasinya dalam menyukseskan Pilkada di Provinsi DIY.

Pimpinan Bawaslu DIY, Sri Rahayu Werdiningsih memberikan piagam penghargaan kepada media massa yang telah memberikan dukungan pemberitaan pengawasan pada pemilihan bupati dan wakil bupati tahun 2015 di DIY.

Page 36: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 36

Inspirasi

Matematika dan Pemilu Hari itu adalah hari yang istimewa

untuk saya ketika saya mendapat kesempatan mengikuti kuliah umum dengan narasumber Pak Didi, Nama lengkap beliau adalah Didi Achdia dan beliau merupakan Sarjana Matematika dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Spesialisasi Riset Operasi serta Sarjana Matematika Universitya The Philippines dengan spesialisasi Aktuaria.

Sejak tahun 1978 beliau bekerja pada PT Taspen (Persero) membawahi Divisi Aktuaria, Sistem Informasi dan Perencanaan dan Pengembangan. Pada Tahun 1990 sampai dengan 2002 menduduki jabatan Direktur yang membidangi Aktuaria, Operasi dan dan Sistem Informasi.

Dari cara beliau memaparkan hitung-hitungan matematika dikaitkan dengan perolehan suara untuk kursi anggota DPR membuat saya menjadi terpesona dan terkagum-kagum akan penguasaan beliau terhadap matematika.Ungkapan istilah-istilah yang selama ini saya kenal, seperti metode biseksi dan iterasinya pada analisa numerik, fungsi objektif

dan kendalanya pada riset operasi, perbedaan mendasar antara vektor dan skalar, dan masih banyak lagi membuat kerinduan saya pada dunia matematika seakan menemukan ruangnya. Saya diperintahkan oleh Kepala Biro saya untuk mengikuti kuliah umum ini karena beliau tahu saya lulusan Matematika. Sejak beberapa bulan terakhir Biro Hukum, Humas dan Pengawasan Internal (H2PI) khususnya dari Bagian Analisis Teknis Pengawasan (ATP) menyelenggarakan program rutin kuliah umum seminggu sekali setiap Hari Senin. Berbagai pakar

didatangkan sebagai nara sumber untuk mengisi ruang ilmu dikepala kami para staf di lingkungan Biro H2PI. Pilihan beliau menunjuk saya membuat saya merasa beruntung karena betapa ini menjadi suatu pemantik rindu saya kepada Matematika

Yang menarik adalah, matematika terlihat begitu mesra disandingkan dengan ilmu sosial, khususnya di bidang Pemilu. Ternyata untuk menentukan alokasi kursi pada panggung pemilihan wakil rakyat, banyak metode-metode yang menerapkan ilmu Matematika. Ketimpangan dan ketidakproporsionalan alokasi kursi terhadap jumlah penduduk/pemilih dapat dianalisa secara matematis.

Sekali lagi Matematika ternyata tidak hanya teori-teori yang saya terima di bangku kuliah, ilmu yang sekian tahun menjadi menu keseharian kami kini saya jumpai lagi didunia kerja saya.

Mengagumkan yaaa….I Love Matematika

Meytaliana/Nurmalawati Pulubuhu

Dari cara beliau memaparkan hitung-hitungan matematika

dikaitkan dengan perolehan suara untuk

kursi anggota DPR membuat saya menjadi

terpesona dan terkagum-kagum akan penguasaan

beliau terhadap matematika.

Page 37: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 373537

Cerimor (Cerita Humor)

dari berbagai sumber

Istri : Mau dimasakin apa nanti malam?Suami: Terserah..Istri : Jangan bilang terserah donk, bikin bingung yang mau masak aja..Suami: ya udah.. opor ayam Istri : Tapi ayam lagi mahal..Suami: Oreg tempe kalau gituIstri : Tempe di Mang Soleh ngga enak. Kedelainya hancurSuami: Atau sambel sama telor juga aku udah senengIstri : Cabe harganya gila-gilaanSuami: ya udah beli aja di warung padang, praktisIstri : *sensitif*Kamu tuh ngga bisa menghargai aku. Aku pingin masakin buat suami, malah disuruh beli. Bilang aja masakanku ngga enak. Iya kan? Suami: #putusasa#gigitwajan

*****Istri : Ayam ungkep enaknya pake sambel nih pah, mau disambelin apa?Suami: *belajar dari pangalaman. Pantang bilang terserah*Sambel tomat aja..Istri : Tomatnya ijo-ijo nih..asem..Suami: Sambel terasi deh kalo gituIstri : Yaa...terasinya habis pah..Suami: Udah sambel mentah aja..Istri : Ih papah..bikin sakit perut tauk..sambel teri aja ya? enakSuami: Kan aku alergi teri mah..yang lain dehIstri : Papah nih susah banget sih, mau dibikinin sambel aja protes mulu..Suami: ??????#nelenterihiduphidup*****

REPOTNYA JADI SUAMI

Political Quotes

Ronald ReaganPresiden Amerika Serikat ke-40.

Politics is supposed to be the second – oldest profession. I have come to realize that it bears a very close resemblance to the first.

Politik sebenarnya adalah yang kedua dari profesi tertua. Realitasnya, saya menyadari bahwa politik mirip profesi yang pertama

“Mengapa kami ditindas? Itu membuat kami memberontak. Mengapa kami harus mundur? Mengapa sayap kami harus dipotong? Tak lain karena tuduhan dan fitnah orang-orang kerdil yang berpandangan picik. Untuk memuaskn orang-orang macam

itulah kami harus melepaskan cita-cita kami. Andaikan betul-betul perlu, benar-benar tidak dapat dielakkan, kami akan tunduk. Namun kenyataannya tidak demikian. Segala-galanya berkisar pada pendapat umum. Semua harus dikorbankan untuk

itu. Dikatakan: orang akan bilang ini atau bilang itu, kalau kami lakukan apa yang kami lakukan dengan seluruh jiwa kami. Dan siapakah orang-orang itu? Dan untuk

orang-orang macam itu kami harus menekan keinginan kami, harus membunuh cita-cita kami, dan mundur kembali kea lam gelap.” (Kartini, 1901)

Page 38: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 38

Resensi Buku

Pengawasan Pemilu PartisipatifMelalui Rencana Pembangunan

Jangka Panjang (RPJPN) 2005-2025 negara menyatakan pentingnya peningkatan peran masyarakat sipil dalam demokratisasi di Indonesia. Tafsiran operasional mengenai masyarakat sipil tersebut dirumuskan oleh berbagai pihak. Termasuk mengaitkannya dengan idiom Demokrasi yang mengatakan “Demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.

Pengawasan pemilu yang dilakukan Bawaslu juga didorong sebagai salah satu upaya peningkatan peran masyarakat sipil dalam menciptakan demokrasi di Indonesia. Bawaslu RI periode 2012-2017 melakukan terobosan dengan menggagas Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu (GSRPP). Gerakan inilah yang menjadi pemantik keterlibatan semua lapisan masyarakat dalam mengawasi pemilu secara partisipatif.

Itulah sekiranya yang dibahas Sekretaris Jenderal Bawaslu RI, Gunawan Suswantoro dalam buku Pengawasan Pemilu Partisipatif : Gerakan Masyarakat Sipil Untuk Demokrasi Indonesia. Buku ini diangkat berdasarkan pandangan Gunawan atas kompleksitas penyelenggaraan pemilu di Indonesia. Terlibat langsung membangun dan mengembangkan Bawaslu sebagai satu-satunya lembaga negara di dunia yang menjalankan fungsi pengawasan pemilu, Gunawan melihat betapa pentingnya kerja pengawasan dalam menciptakan pemilu yang demokratis.

Ini menarik, lantaran Gunawan langsung menyoroti perihal Pengawasan Pemilu Partisipatif.

Konsep yang memang diusung Bawaslu RI sebagai metode pengawasan pada pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilu presiden tahun 2014 lalu. Dalam buku ini Gunawan memaparkan Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu sebagai gebrakan dalam melibatkan seluruh lapisan masyarakat untuk ikut mengawasi pemilu bersama-sama dengan Bawaslu.

Gunawan menyebut Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu sebagai sebuah Ijtihad Demokrasi.

Dalam buku ini Gunawan tidak serta merta membahas Pengawasan Partisipatif. Gunawan memulai buku ini dengan menjelaskan bagaimana tugas dan tanggung jawab administrasi pemilu sebagai upaya untuk emmpertemukan kepasitas administrasi dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang menajdi sifat alami dalam proses pemilu.Lengkapnya, Gunawan merangkum hal tersebut dalam konsep Manajemen Pemilu.

Figur nomor satu di Kesekretariatan Bawaslu RI ini juga merunut kembali penyelenggaraan pemilu di Indonesia mulai dari Pemilu 1955. Dalam buku ini juga diceritakan sejarah Pengawasan Pemilu di Indonesia beserta semua problematikanya hingga lahirnya Pengawasan Pemilu Partisipatif.

Kelebihan buku ini, setiap paparan dilengkapi dengan data-data penunjang. Gunawan menyajikan data-data bentuk pengawasan partisipatif, metode pengawasan yang dilakukan, pihak-pihak yang terlibat sampai kepada hasil pengawasan. Tak tanggung-tanggung, buku ini juga disertai lampiran dokumen administrasi kegiatan Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu sebagai garda terdepan dalam Pengawasan Pemilu Partisipatif.

Sebagai seorang birokrat, buku ini merupakan karya Gunawan yang bisa dipastikan akan sangat berguna bagi kelanjutan pembangunan demokrasi di Indonesia. Buku ini laik menjadi referensi dalam merumuskan kebijakan dan langkah lebih besar dalam mewujudkan idiom Demokrasi melalui pelibatan masyarakat sipil di Republik ini.

Ira Sasmita

JUDUL : Pengawasan Pemilu

Partisipatif :

Gerakan Masyarakat

Sipil Untuk Demokrasi

Indonesia

PENGARANG : Gunawan Suswantoro

PENERBIT : Erlangga

TAHUN TERBIT : 2015

HALAMAN : 262 Halaman

Page 39: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 39

RegulasiPETUNJUK TEKNIS TUNJANGAN KINERJA

DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL BAWASLU

Page 40: Bandingkan Sistem Pemilu, Bawaslu Gelar Seminar Internasional

BULETIN BAWASLU | EDISI MARET-APRIL 2016 40

BAD

AN

PENGAWAS

PEMILIHAN

UMU

M

B

A

W

A

S

L

U

-

R

IR

EP

U B L I K

I N D O N E SI A

MUHTARPimpinan Bawaslu Nelson Simanjuntak Bawaslu RI memberikan arahan pada penyusunan peraturan terkait pembentukan Panwaslih Aceh. Hadir dalam penyusunan peraturan tersebut, Pimpinan Bawaslu Endang WihdatiningtyasdanSekjenBawasluGunawanSuswantoro.

IRWAN

Ketua DPRK Langsa, Sulaiman menyerahkan daftar usulan anggota Panwaslih Langsa kepada Kepala Biro Hukum, Humas, dan Penga-wasan Internal Sekretariat Jenderal Bawaslu RI Ferdinand ET Sirait di GedungBawasluRI,Kamis(17/3).

HAMID KARTIKA

Ketua Bawaslu RI, Muhammad dan Pimpinan Bawaslu RI, Endang Wihda-tiningtyas bersama-sama dengan peserta dari Bawaslu RI dan Bawaslu ProvinsitampakantusiasmengikutiBimbinganTeknisPengendalianGrati-fikasi di lingkungan Bawaslu yang dipandu narasumber dari KPK, Maruli Tua.

Ketua Bawaslu RI Muhammad saat memberikan masukan Rancangan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) tentangTahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pilkada 2017 pada RapatDengarPendapatdiGedungDPRRI,Rabu(16/3).

HENDRUKetua dan Pimpinan Bawaslu RI serta Sekretaris Jenderal Bawaslu RI berfoto bersama seusai pelantikan pejabat struktural di Sekretariat Jen-deralBawasluRI,15Januari2016.