Bambu Untuk Penghidupan

3
Categories: Artikel Date: May 3, 2011 Title: Bambu Untuk Penghidupan Keunggulan bambu sebagai pengganti kayu yang kuat dan ramah lingkungan sudah tidak diragukan. Sayangnya, masyarakat kita kebanyakan masih enggan menggunakan bambu mengingat selama ini pada bambu menempel citra sebagai bahan milik orang miskin. Bambu merupakan sumber yang dapat diperbaharui dan banyak tersedia di Indonesia. Dari sekitar 1.250 jenis bambu yang sudah dikenal di dunia, 11%-nya merupakan jenis asli Indonesia. Jumlah dan jenis bambu terbanyak terdapat di Sumatera (56 jenis) dan Jawa (60 jenis). Masyaratak Indonesia sudah terbiasa memanfaatkan bambu untuk keperluan hidup sehari-hari, misalnya untuk meubel, konstruksi rumah, bilik, peralatan pertanian, kerajinan, alat musik, dan makanan. Secara ekologis, bambu yang tergolong rumput-rumputan ini sangat menguntungkan bagi lingkungan karena menghasilkan biomassa tujuh kali lipat dibanding hutan pepohonan. Selain itu rumpun bambu berperan dalam mencegah erosi karena dapat memperkuat ikatan partikel tanah dan menahan limpasan air. Bambu yang dipanen dengan baik dan atau diawetkan merupakan bahan yang kuat, fleksibel, dan murah untuk membuat rumah permanen, yang dapat dijadikan pengganti kayu yang kian langka. Bambu dapat dijadikan sebagai bahan alternatif membangun rumah masa depan yang ramah lingkungan dan tahan gempa. Menurut Prof. Morisco, Kepala Laboratorium Teknik Struktur UGM, bambu memiliki kekuatan cukup tinggi. Kuat tariknya dapat dipersaingkan dengan baja. Karena kelenturan dan kekuatannya yang tinggi, rumah bambu tidak hanya tahan gempa tapi juga tahan terhadap terjangan angin. Sayangnya, selama ini kekuatan bambu belum diimbangi dengan teknik sambungan yang kuat. Para pengguna bambu umumnya hanya merangkai bambu menggunakan pasak dan tali ijuk. Sampai saat ini hanya kalangan tertentu yang sudah mengembangkan rumah bambu permanen, diawetkan, dan memakai jasa arsitek profesional. Di Indonesia jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari. Sementara itu masyarakat kebanyakan masih ragu menggunakan bambu untuk rumah mereka karena belum pernah melihat dan belum bisa membayangkan keunggulan rumah bambu jika dibandingkan dengan rumah berbahan semen dan kayu. Kasihan Bambu Dalam masa tanggap darurat dan rekonstruksi Yogyakarta pasca gempa bumi Mei 2006, banyak lembaga Nasional dan Internasional menggunakan bambu untuk membuat rumah, sekolah, community meeting center, dan bangunan-bangunan lainnya. Penggunaan bambu secara besar-besaran untuk membuat rumah darurat bagi korban gempa di Yogyakarta dan sekitarnya tidak lantas membuat nilai bambu meningkat. Yang terjadi justru sebaliknya; nilai bambu makin terpuruk karena hanya ditempatkan sebagai bahan darurat untuk membuat rumah sementara dengan konstruksi dan desain yang seadanya. Ironisnya lagi, rumah bambu yang diperkirakan akan tahan selama dua tahun, baru tiga bulan berdiri sudah rapuh dimakan kumbang bubuk. Hal itu terjadi karena para pengguna tidak memperhatikan proses pemanenan dan pengawetan sebelum digunakan. Dalam setahun hanya ada dua bulan waktu yang baik untuk memanen bambu, yaitu mangsa kapitu dan kasanga. Jika dipanen di luar musim tersebut, maka bambu yang dipanen tidak lebih dari sekedar makanan kumbang bubuk karena kandungan starch-nya sangat tinggi. Jika menebang bambu di luar musimnya, maka mau tidak mau si pengguna harus melakukan pengawetan mengunakan bahan kimia. Banyak sekali teknik pengawetan bambu yang bisa diakses dengan mudah melalui internet. Karena ketidaktahuan mengenai seluk-beluk bambu maka proyek rumah bambu pasca gempa hasilnya sangat menyedihkan. Menurut taksiran, dari sekitar 20.000 rumah/bangunan bambu, hanya tinggal 40% Bambu Untuk Penghidupan http://www.bambubos.com/index.php?mact=News,cntnt01,print,0&cntn... 1 of 3 13/04/2012 23:26

description

Bambu

Transcript of Bambu Untuk Penghidupan

Page 1: Bambu Untuk Penghidupan

Categories: Artikel Date: May 3, 2011 Title: Bambu Untuk Penghidupan

Keunggulan bambu sebagai pengganti kayu yang kuat dan ramah lingkungan sudah tidak diragukan.Sayangnya, masyarakat kita kebanyakan masih enggan menggunakan bambu mengingat selama ini padabambu menempel citra sebagai bahan milik orang miskin.

Bambu merupakan sumber yang dapat diperbaharui dan banyak tersedia di Indonesia. Dari sekitar 1.250jenis bambu yang sudah dikenal di dunia, 11%-nya merupakan jenis asli Indonesia. Jumlah dan jenisbambu terbanyak terdapat di Sumatera (56 jenis) dan Jawa (60 jenis). Masyaratak Indonesia sudahterbiasa memanfaatkan bambu untuk keperluan hidup sehari-hari, misalnya untuk meubel, konstruksirumah, bilik, peralatan pertanian, kerajinan, alat musik, dan makanan.

Secara ekologis, bambu yang tergolong rumput-rumputan ini sangat menguntungkan bagi lingkungankarena menghasilkan biomassa tujuh kali lipat dibanding hutan pepohonan. Selain itu rumpun bambuberperan dalam mencegah erosi karena dapat memperkuat ikatan partikel tanah dan menahan limpasanair. Bambu yang dipanen dengan baik dan atau diawetkan merupakan bahan yang kuat, fleksibel, danmurah untuk membuat rumah permanen, yang dapat dijadikan pengganti kayu yang kian langka. Bambudapat dijadikan sebagai bahan alternatif membangun rumah masa depan yang ramah lingkungan dan tahangempa.

Menurut Prof. Morisco, Kepala Laboratorium Teknik Struktur UGM, bambu memiliki kekuatan cukuptinggi. Kuat tariknya dapat dipersaingkan dengan baja. Karena kelenturan dan kekuatannya yang tinggi,rumah bambu tidak hanya tahan gempa tapi juga tahan terhadap terjangan angin. Sayangnya, selama inikekuatan bambu belum diimbangi dengan teknik sambungan yang kuat. Para pengguna bambu umumnyahanya merangkai bambu menggunakan pasak dan tali ijuk. Sampai saat ini hanya kalangan tertentu yangsudah mengembangkan rumah bambu permanen, diawetkan, dan memakai jasa arsitek profesional. DiIndonesia jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari. Sementara itu masyarakat kebanyakan masih ragumenggunakan bambu untuk rumah mereka karena belum pernah melihat dan belum bisa membayangkankeunggulan rumah bambu jika dibandingkan dengan rumah berbahan semen dan kayu.

Kasihan Bambu

Dalam masa tanggap darurat dan rekonstruksi Yogyakarta pasca gempa bumi Mei 2006, banyak lembagaNasional dan Internasional menggunakan bambu untuk membuat rumah, sekolah, community meetingcenter, dan bangunan-bangunan lainnya. Penggunaan bambu secara besar-besaran untuk membuat rumahdarurat bagi korban gempa di Yogyakarta dan sekitarnya tidak lantas membuat nilai bambu meningkat.Yang terjadi justru sebaliknya; nilai bambu makin terpuruk karena hanya ditempatkan sebagai bahandarurat untuk membuat rumah sementara dengan konstruksi dan desain yang seadanya.

Ironisnya lagi, rumah bambu yang diperkirakan akan tahan selama dua tahun, baru tiga bulan berdirisudah rapuh dimakan kumbang bubuk. Hal itu terjadi karena para pengguna tidak memperhatikan prosespemanenan dan pengawetan sebelum digunakan. Dalam setahun hanya ada dua bulan waktu yang baikuntuk memanen bambu, yaitu mangsa kapitu dan kasanga. Jika dipanen di luar musim tersebut, makabambu yang dipanen tidak lebih dari sekedar makanan kumbang bubuk karena kandungan starch-nyasangat tinggi. Jika menebang bambu di luar musimnya, maka mau tidak mau si pengguna harus melakukanpengawetan mengunakan bahan kimia. Banyak sekali teknik pengawetan bambu yang bisa diakses denganmudah melalui internet.

Karena ketidaktahuan mengenai seluk-beluk bambu maka proyek rumah bambu pasca gempa hasilnyasangat menyedihkan. Menurut taksiran, dari sekitar 20.000 rumah/bangunan bambu, hanya tinggal 40%

Bambu Untuk Penghidupan http://www.bambubos.com/index.php?mact=News,cntnt01,print,0&cntn...

1 of 3 13/04/2012 23:26

Page 2: Bambu Untuk Penghidupan

yang masih dipakai hingga sekarang. Di Bantul ada rumah bambu bantuan dari salah stu lembaga malahdipakai untuk kandang sapi, sementara pemiliknya memilih tidur di sisa rumah yang retak-retak. Ratusansekolah terbengkalai ditinggalkan siswa karena tidak nyaman belajar di antara serbuk bambu yangbeterbangan akibat kumbang bubuk.

Selain mubazir, pemanfaatan bambu untuk membantu korban gempa telah mendorong eksploitasi bambu,khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta, sehingga mengancam kelestarian bambu. Bayangkan, dalamsehari tidak kurang dari 12.000 batang bambu apus, peting, dan wulung masuk ke gudang-gudang untukdipabrikasi menjadi potongan-potongan bahan membuat rumah. Jumlah pohon yang ditebang tentunyajauh lebih besar dari angka itu mengingat para suplier umumnya melakukan penebangan bambu dengancara babat habis rumpun, bukan tebang pilih.

Kerja Kolaboratif

Jauh sebelum terjadi gempa di Yogyakarta, para penggiat dan pecinta bambu sesungguhnya sudah bekerjakeras melakukan penelitian dan pengembangan bambu untuk konstruksi bangunan yang ramahlingkungan, kuat, tahan gempa, dan estetis. Berbagai teknik sambungan yang efektif dan kuat telahdihasilkan. Demikian pula dengan pondasi, lantai, dan dinding, telah dihasilkan disain yang mengagumkan.Bagi para pengguna yang masih ragu dengan penggunaan gedek, maka ada alternatif bambu semen yangtampilan akhirnya sama seperti rumah tembok. Untuk rumah tingkat, Laboratorium Teknik Struktur UGMdan Indobamboo Bali sudah berhasil memproduksi papan bambu untuk alternatif lantai. Kekuatannyasudah teruji bisa menahan beban hingga 5 ton.

Namun, mensosialisasikan karya dari bahan bambu ternyata tidak sesederhana teknis pembuatannya,karena masyarakat masih menganggap bambu sebagai bahan murahan dan kampungan. Pada awalFebruari 2007, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengawetan bambu memperkenalkan rumahbambu awet tahan gempa di Yogyakarta. Sebanyak 12 unit rumah dihibahkan pada keluarga korbangempa yang belum tersentuh bantuan dari pihak mana pun. Anehnya, semua keluarga yangdirekomendasikan untuk mendapat rumah contoh nampak sangat ragu menerimanya, bahkan empatkeluarga kemudian mengundurkan diri. Barangkali dalam bayangan mereka rumah bambu tersebut tidakbeda dengan belasan ribu rumah bambu yang sekarang sudah banyak yang rusak, terlantar, dan menjadikayu bakar. Setelah satu unit rumah bambu permanen berukuran 6 x 9 meter dibangun, ternyatamasyarakat mengapresiasi dengan baik rumah bambu tersebut. Yang semula meragukan, akhirnya rumahbambu tersebut pun menjadi rebutan.

Untuk mengangkat potensi dan citra bambu di mata masyarakat memang perlu ditunjukkan contoh-contohyang riil. Inilah yang menjadi tantangan bagi para penggiat bambu di masa depan. Di samping terusberkarya, para praktisi dan penggiat bambu secara perlahan dan pasti harus mampu mendorong gerakansosial sehingga terwujud mayarakat yang bisa menghargai bambu. Untuk itu diperlukan kerja kolaboratifdari berbagai pihak, seperti akademisi, pemerintah, LSM, dan masyarakat.

Pemanfaatan bambu harus didukung oleh upaya reboisasi, pengelolaan rumpun, dan pemanenan yangramah lingkungan. Orang desa belum terbiasa membudidayakan bambu, karena bambu biasanya tumbuhliar dengan sendirinya. Barangkali hal ini yang membuat harga bambu sangat murah, karena si pemilikmerasa tidak mengeluarkan uang dan keringat untuk bambu mereka. Meski masyarakat di pedesaan belumterbiasa menanam bambu, namun pembibitan dan penanaman bambu tidaklah sulit. Petani bisamempelajari pembibitan bambu hanya dalam hitungan 3 – 4 jam.

Masyarakat di pedesaan sesungguhnya memiliki kearifan dalam pemanenan agar mendapat bambu yangberkualitas dan awet. Dengan begitu, berarti mereka sesungguhnya sudah mengenal pengelolaan rumpunyang baik. Hanya yang tua yang ditebang. Penebangan bambu yang tua memang mutlak dilakukan untukmenjaga nutrisi tanah dan kualitas bambu di rumpun tetap baik. Misalnya dalam satu rumpun terdapat 12

Bambu Untuk Penghidupan http://www.bambubos.com/index.php?mact=News,cntnt01,print,0&cntn...

2 of 3 13/04/2012 23:26

Page 3: Bambu Untuk Penghidupan

pohon yang sudah tua, maka yang bisa ditebang 6 – 8 pohon, sedangkan sisanya harus dibiarkan tumbuhuntuk memberikan nutrisi pada anakaknya.

Dengan demikian, pemanfaatan bambu untuk konstruksi bangunan dan pemanfaatan lainnya harusdiintegrasikan dengan upaya-upaya pelestarian agar bambu tetap tersedia dalam jumlah yang cukup dankualitas yang baik. Dalam hal ini pelibatan masyarakat menjadi sangat penting, baik sebagai produsenmaupun konsumen

Bambu Untuk Penghidupan http://www.bambubos.com/index.php?mact=News,cntnt01,print,0&cntn...

3 of 3 13/04/2012 23:26