Bali

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Study geomorfologi merupakan studi yang menitik beratkan pada bentukanlahan penyusun konfigurasi permukaan bumi. Sedangkan konfigurasi permukaan bumi merupakan pencerminan dari intraksi proses endogen dan eksogen. Kofigurasi permukaan bumi yang dibentuk oleh pross-proses endogen merupakan unit geomorfologi yang bersifat kontruksional, yang dipengaruhi oleh faktor- faktor geologi dan topografi. Kondisi geologi yang bervariasi di setiap wilayah, juga memiliki peran yang sangat besar bagi terbentuknya suatu bentukan lahan di wilayah tersebut. Hal ini terkait dengan dikemukakannya konsep-konsep geomorfologi oleh Thornbury, (1958), yang salah satu konsepnya menyatakan Geologic Structure is a dominant contol factor in the evolution of landforms and is reflected in them. (struktur geoligi merupakan factor pengontrol yang dominan didalam evolusi bentuk lahan dan struktur geologi dicerminkan oleh bentuklahan). Permukaan bumi yang senantiasa mengalami perubahan bantuk dari waktu-kewaktu swbagai akibat dari proses geomorfologi , baik yang bersasl dari dalam bumi (endogen), maupun proses geomorfologi yang berasal dari luar bumi (eksogen). Peoses endogen tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan struktur geologi antara

Transcript of Bali

Page 1: Bali

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Study geomorfologi merupakan studi yang menitik beratkan pada

bentukanlahan penyusun konfigurasi permukaan bumi. Sedangkan konfigurasi

permukaan bumi merupakan pencerminan dari intraksi proses endogen dan eksogen.

Kofigurasi permukaan bumi yang dibentuk oleh pross-proses endogen merupakan

unit geomorfologi yang bersifat kontruksional, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor 

geologi dan topografi.

Kondisi geologi yang bervariasi di setiap wilayah, juga memiliki peran yang

sangat besar bagi terbentuknya suatu bentukan lahan di wilayah tersebut. Hal ini

terkait dengan dikemukakannya konsep-konsep geomorfologi oleh Thornbury,

(1958), yang salah satu konsepnya menyatakan Geologic Structure is a dominant

contol factor in the evolution of landforms and is reflected in them. (struktur geoligi

merupakan factor pengontrol yang dominan didalam evolusi bentuk lahan dan

struktur geologi dicerminkan oleh bentuklahan).

Permukaan bumi yang senantiasa mengalami perubahan bantuk dari waktu-

kewaktu swbagai akibat dari proses geomorfologi , baik yang bersasl dari dalam 

bumi (endogen),  maupun proses geomorfologi yang berasal dari luar bumi

(eksogen). Peoses endogen tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan

struktur geologi antara lain berupa  stuktur horizontal, lipatan, sesar atau blok,

struktur volkan, dan pegunungan kompleks.

Sedangkan factor topografi yang menekankan pada relief muka bumi terbentuk

setelah terjadinya proses geomorfologi tersebut, sehingga menghasilkan kenampakan

bentang alam atau bentuklahan yang beragam akibat perubahan bentuk permukaan

bumi. Proses tersebut menyangkut semua perubahan baik fisik maupun kimia yang

terjadi di permukaan bumi oleh semua tenaga yang ditimbulakan oleh medium alami

yang berada di permukaan bumi temasuk di atmosfer, atau sering disebut tenaga-

tenaga geomorfologis.

Tidak ada tempat di muka bumi ini yang tidak mengalami proses

geomorfologi, termasuk pulau Bali sendiri. Bali merupakan salah satu nama pulau

yang terletak di gugusan pulau-pulau sunda kecil. Secara astronomis pulau Bali

Page 2: Bali

terletak pada 8o3’40 – 8o50’48’’ Lintang Selatan dan 114o25’40 – 115o42’40’’ Bujur

Timur (peta bali,). Sedangkan secara geografis pulau Bali terletak diantara pulau

Jawa di sebelah barat  yang diabatasi oleh Selat Bali, dan pulau Lombok di sebelah

timur yang dibatasi oleh Selat Lombok. Sedangkan di sebelah utara dibatasi oleh

Laut Bali, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.

Secara administrasi Pulau bali termasuk daerah  administratif provinsi Bali,

yang terbagi menjadi delapan kabupaten dan satu kota madya, yaitu kabupaten

Jemberana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem, Bangli, Buleleng,

Kota Madya Denpasar, yang juga merupakan ibukota dari provinsi. Selain Pulau

Bali, Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulaiu kecil lainnya, yaitu Pulau Nusa

Penida, Nusa Lembongan,Nusa Ceningan di wilayah kabupaten Klungkung. Pulau

Serangan di wilayah Kota Denpasar, dan pulau Menjangan di wilayah Kabupaten

Buleleng.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar blakang diatas dapat diatrik rumusan masalah

1.2.1. Bagaimana  kondisi geologi pulau bali?

1.2.2. Bagaimana kondisi geomorfologis pulau Bali?

1.3. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penulis dapat menyajikan  tujuan,

yaitu:

1.3.1.   Mengetahui kondisi geologi pulau Bali!

1.3.2.   Mengetahui kondisi geomorfologi pulau Bali!

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu, secara khusu untuk

memenuhi tugas mata kuliah geomorfologi Indonesia yang dibebankan kepada kami.

Dan secara umum makalah ini dapat memberikan gambaran secara umum mengenai

kondisi giologi dan topografi Pulau Bali.

Page 3: Bali

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 NUSA TENGGARA TIMUR

II.1 KONDISI GEOLOGI

Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda

tediri dari pulau-pulalu kecil dan lembah sungai. Secara fisik, dibagian utara

berbatasan dengan pulau Jawa, bagian timur dibatasi oleh kepulauan Banda, bagian

utara dibatasi oleh laut Floresdan bagian selatan dibatasi oleh Samudra Hindia.

Secara geologi nusa tenggara berada pada busur Banda. Rangkaian pulau ini

dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng tektonik, deretan

pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi indo-australia pada

kerak samudra dan dapat di interpretasikan kedalaman magmanya kira-kira mencapai

165-200 km sesuai dengan peta tektonik Hamilton (1979). Lempeng tektonik

kepulauan Indonesia terletak di penggabungan tiga lempeng utama diantaranya

lempeng Indo-Australia, Eurasia dan pasifik. Interaksi dari ke tiga lempeng tersebut

menimbulkan kompleks tektonik khususnya di perbatasan lempeng yang terletak di

timur Indonesia.

Sebagian besar busur dari kepulauan Nusa Tenggara dibentuk oleh zona

subduksi dari lempeng Indo-australia yang berada tepat dibawah busur Sunda-Banda

selama diatas kurun waktu tertier yang mana subduksi ini dibentuk didalam busur

volkanik kepulauan Nusa Tenggara. Bagaimanapun juga ada perbedaan-perbedaan

hubungan dari análisis kimia diantara batuan volkanik pada kepulauan Nusa

Tenggara. Busur volkanik pada bagian timur wilayah sunda secara langsung

dibatasi oleh kerak samudra yang keduanya memiliki karakteristik kimia yang

membedakanya dari lava pada bagian barat busur Nusa Tenggara.

Menurut Hamilton dibagian barat barisan pegunungan Nusa Tenggara

dibentuk pada massa Senozoic. Batuaan Volkanik didalam busur Banda dari

kepulauan Nusa Tenggara yang diketahui lebih tua dari batuan pada awal

miocene, ditemukan pada kedalaman 150 km dibawah zona gempa. Wilayah

seismic di Jawa terbentang pada kedalaman maksimal 600 km ini merupakan

indikasi dari subduksi dari sub-ocean lithosfer milik lempeng Australia.yang terletak

dibawah busur Banda. Pada awal pleistosen di seberang Timor menunjukkan adanya

Page 4: Bali

2.2 NUSA TENGGARA BARAT

Secara terperinci, jenis tanah di Nusa Tenggara Barat terdiri atas tanah

latosol, aluvial coklat, mediteran atau campuran antara jenis-jenis itu. Secara

morfologi, ada tanah dataran, lipatan maupun gabungan keduanya dengan permukaan

yang datar, berbukit, juga bergunung-gunung. Jenis tanah di Pulau Lombok bagian

tengah dan utara umumnya aluvial coklat, dan di bagian selatan latosol. Bagian

tengah pulau berupa tanah datar, di utara berbukit dan di selatan bergunung-gunung.

Jenis tanah yang ada di wilayah kota Mataram sebagian besar dari jenis tanah liat,

tanah liat berpasir dan tufa. Ini akibat endapan kuarter yang berasal dari hasil

pengikisan atas lereng gunung atau sungai yang banyak terdapat di daerah ini,

kemudian diendapkan di wilayah yang letaknya relatif lebih rendah.

Jenis tanah ini mempunyai karakteristik daya penyerapan air yang lambat akibat

kondisi permeabilitas yang rendah. Kondisi ini sebenarnya baik bagi pengembangan

wilayah saluran pertanian atau irigasi, sehingga tanah di kota Mataram berpotensi

sebagai daerah pertanian. Tetapi apabila curah hujan tinggi, kondisi tanah dan

topografi kota Mataram mempunyai potensi sebagai daerah banjir dan genangan.

Khusus di daerah Bima jenis tanah terdiri dari Kompleks aluvial, Regosol, Litosol

dan Mediteran dengan sebaran dapat dilihat pada Tabel 2. 

Dari tabel terlihat bahwa penyebaran jenis tanah di wilayah Kabupaten Bima

berturut-turut dari yang terluas adalah sebagai berikut :

Penyebaran Jenis Tanah di Kabupaten Bima

Jenis Tanah Luas (Ha) %

Aluvial 31.464 70.07

Regosol 98.934 22.02

Litosol 179481 40.31

Mediteran 116.064 26.07

Lain-lain 19.307 4.34

Sumber : Bima Dalam Angka 2005

Litosol

Jenis tanah ini dicirikan oleh kedalaman efektif tanah sangat dangkal dan

langsung berada diatas batuan dan umumnya berada pada daerah

Page 5: Bali

pegunungan/perbukitan dengan kemiringan yang terjal. Untuk pengembangan, faktor

penghambat jenis tanah ini adalah kedalaman efektif tanah yang dangkal dan lereng.

Mediteran

Jenis tanah ini terbentuk pada wilayah berombak sampai bergelombang, mempunyai

kedalaman efektif relatif dalam, drainase baik dan terbentuk pada itilin mediteran

tekstur halus untuk pengembangan pertanian jenis tanah ini potensial untuk

dikembangkan tanaman perkebunan/tanaman keras. 

Regosol

Tanah ini terbentuk dari batuan induk muda hasil letusan gunung berapi, dicirikan

oleh adanya batuan yang menyebar baik dipermukaan tanah maupun pada lapisan

tanah bagian atas. Tanah Regosol mempunyai drainase tanah sangat cepat sehingga

tidak potensial untuk pengembangan pertanian. Tanah ini dapat meresapkan air

cukup sehingga dapat difungsikan sebagai kawasan lindung untuk resapan air. Di

wilayah Bima tanah Regosol merupakan hasil letusan gunung api Tambora, sehingga

sebarannya sekitar Gunung Tambora.

Aluvial

Tanah Aluvial merupakan tanah muda hasil endapan. Tanah ini mempunyai sifat

kimia dan fisik relatif baik dari pada ke 3 jenis di atas. Di wilayah Kabupaten Bima

jenis tanah ini menyebar di wilayah sekitar (mulai dari wilayah perlembaban). Dalam

pemanfaatan jenis tanah ini merupakan lahan potensial untuk pengembangan

tanaman pangan. Sebagian besar tanah yang ada di wilayah Kabupaten Bima

tergolong dalam tekstur sedang (77.8 %), Tekstur kasar 21.26 % dan tekstur halus

(0.93 %). Kelas tekstur dalam pemanfaatan lahan sangat berhubungan erat dengan

drainase tanah dimana untuk tekstur kasar sangat tidak sesuai untuk tanaman yang

memerlukan banyak air (padi sawah). Berdasarkan kedalaman efektifnya tanah di

wilayah Kabupaten Bima 58.44 % di atas 60 cm, 30,39 % mempunyai kedalaman

efektif antara 0-30 %. Dengan demikian, berdasarkan kedalaman efektifnya tanah

yang baik untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian adalah sebesar 58.44 %. 

Page 6: Bali

2.3 BALI

1. Kondisi  Geologi pulau Bali

Gambar : Citra pulau Bali

Kondisi geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan

selama kala Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang

disisipi oleh batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping

yang kemudian membentuk Formasi Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi

utaranya terjadi pengendapan sedimen yang lebih halus. Pada akhir kala Pliosen,

seluruh daerah pengendapan itu muncul di atas permukaan laut. Bersamaan dengan

pengangkatan, terjadi pergeseran yang menyebabkan berbagai bagian tersesarkan

satu terhadap yang lainnya. Umumnya sesar ini terbenam oleh bahan batuan organik

atau endapan yang lebih muda. Selama kala Pliosen, di lautan sebelah utara terjadi

endapan berupa bahan yang berasal dari endapan yang kemudian menghasilkan

Formasi Asah. Di barat laut sebagian dari batuan muncul ke atas permukaan laut.

Sementara ini semakin ke barat pengendapan batuan karbonat lebih dominan.

Seluruh jalur itu pada akhir Pliosen terangkat dan tersesarkan.

Kegiatan gunung api lebih banyak terjadi di daratan, yang menghasilkan

gunung api dari barat ke timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera, yaitu mula-

mula kaldera Buyan-Bratan dan kemudian kaldera Batur, Pulau Bali masih

mengalami gerakan yang menyebabkan pengangkatan di bagian utara. Akibatnya,

Formasi Palasari terangkat ke permukaan laut dan Pulau Bali pada umumnya

mempunyai penampang Utara-Selatan yang tidak simetris. Bagian selatan lebih

landai dari bagian Utara. Stratigrafi regional berdasarkan Peta Geologi Bali geologi

Bali tergolong masih muda. Batuan tertua kemungkinan berumur Miosen Tengah.

Menurut Purbohadiwidjoyo, (1974). dan Sandberg, (1909) dalam  K.M

Ejasta,(1995), secara geologi pulau bali masih muda, batuan tertua berumur miosen.

Secara garis besar batuan di Bali dapat dibedakan menjadi beberapa satuan yaitu:

Page 7: Bali

1. Formasi Ulakan

Formasi ini merupakan formasi tertua berumur Miosen Atas, terdiri dari stumpuk

batuan yang berkisar dari lava bantal dan breksi basal dengan sisipan gampingan.

Nama formasi Ulakan diambil dari nama kampung Ulakan yang terdapat di

tengah sebaran formasi itu. Bagian atas formas ulakan adalah formasi Surga 

terdiri dari tufa, nafal dan batu pasir. Singkapan yang cukup luas terdapat

dibagaian tengah daerah aliran sungai Surga. Disini batuan umumnya miring

kearah selatan atau sedikit menenggara (170-190o) dengan kemiringan lereng

hingga cukup curam (20-50o). singkapan lain berupa jendela terdapat di baratdaya

Pupuan, dengan litologi yang mirip.

2. Formasi Selatan

Formasi ini menempati semenanjung Selatan. Batuannya sebagian besar berupa

batugamping keras. menurut Kadar, (1972) dalam K.M Ejasta, (1995) tebalnya

berkisar 600 meter, dan kemiringa menuju keselatan antara 7-10o . kandungan

fosil yang terdiri dari Lepidocyclina emphalus, Cycloclypeus Sp, Operculina Sp,

menunjukan berumur Miosen. Selain di semananjung selatan, formasi ini juga

menempati Pulau Nusa Penida.

3. Formasi Batuan Gunungapi Pulaki

Klompok batuan ini berumur pliosin, merupakan klompok batuan beku yang

umumnya bersifat basal, terdiri dari lava dan breksi. Sebenarnya terbatas di dekat

Pulaki. Meskipu dipastikan berasal dari gunung api, tetapi pusat erupsinya tidak

lagi dapat dikenali. Di daerah ini terdapat sejumlah kelurusan yang berarah barat-

timur, setidaknya sebagian dapat dihubungkan dengan persesaran. Mata air panas

yang terdapat di kaki pegunungan, pada perbatasan denga jalur datar di utara,

dapat dianggap sebagai salah satu indikasi sisa vulkanisme, dengan panas

mencapai 470 C dan bau belerang agak keras.

4.      Formasi Prapatagung

         Klompok  batuan ini berumur Pliosin, menempati daerah Prapatagung di ujung

barat Pulau Bali. Selai batugamping dalam formasi ini terdapat pula batu pasir

gampingan dan napal.

5.      Formasi Asah

         Klompok batuan ini brumur Pliosen menyebar dari baratdaya Seririt ke timur

hingga di baratdaya Tejakula. Pada lapisan bawah umumnya terdiri dari breksi yang

Page 8: Bali

beromponen kepingan batuan bersifat basal, lava, obsidian. Batuan ini umumnya

keras karena perekatnya biasanya gampingan. Dibagian atas tedapat lava yang

kerapkali menunjjukan rongga, kadang-kadang memperlihatkan lempengan dan

umunya berbutir halus. Kerpakali Nampak struktur bantal yang menunjukan suasana

pengendapan laut.

6.      Formasi batuan gunungapi kuarter  bawah

         Kwarter di Bali di Dominasi oleh batuan bersal dari kegiatan gunung api.

berdasarkan morfologinya dapat diperkirakan bahwa bagian barat pulau Bali

ditempati oleh bentukan tertua terdiri dari lava, breksi dan tufa. Batuan yang ada

basal, tetapi sebagian terbesar bersifat andesit, semua batuan volkanik tersebut

dirangkum ke dalam Batuan Gunungapi Jemberana. Berdasarkan kedudukannya

terdapat sedimen yang mengalasinya, umur formasi ini adalah kuarter bawah,

seluruhnya merupakan kegiatan gunung api daratan.

         Pada daerah Candikusuma sampai Melaya terdapat banyak  bukit rendah yang

merupakan trumbu terbentuk pada alas konglomerat dan diatasnya menimbun

longgokan kedalam formasi Palasari, suatu bentukan muda karena pengungkitan

endapan disepanjang tepi laut.

7.      Formasi batuan gunungapi kwarter

Kegiaan  vulkanis pada kwarter menghasilkan terbentuknya sejumlah kerucut

yang umumnya kini telah tidak aktif lagi. Gunungapi tersebut menghasikan batuan

tufa dan endapan lahar Buyan-Beratan dan Batur, batuan gunungapi  Gunung Batur,

batuan gunungapi Gunung Agung, batuan gunungapi Batukaru, lava dari gunung

Pawon dan batuan gunungapi dari kerucut-kerucut subresen Gunung Pohen, Gunung

Sangiang dan gunung Lesung. Gunungapi-gunungapi tersebut dari keseluruhannya

hanya dua yang kini masih aktif yaitu Gunung Agung dan Gunung Batur di dalam

Kaldera Batur.

Stratigrafi regional pulau Bali berdasarkan Peta Geologi Bali menurut  Dony

Purnomo, (2010).

Kala Geologi Formasi

Kwarter Endapan aluvium terutama di sepanjang pantai,

tepi Danau Buyan, Bratan, dan Batur

Batuan gunung api dari krucut subresen Gunung Pohen,

Page 9: Bali

Gunung Sangiang, Gunung Lesung

Lava dari Gunung Pawon

Batuan dari gunung api Gunung Batukaru

Batuan gunung api Gunung Agung

Batuan gunung api Gunung Batur

Tufa dari endapan lahar Buyan-Bratan dan Batur

Kwarter bawah Formasi Palasari: konglomerat, batu pasir,

batu gamping terumbu

Batuan gunung api Gunung Sraya

Batuan gunung api Buyan-Bratan Purba dan Batur Purba

Batuan gunung api Jembrana: lava, breksi, dan tufa

dari Gunung Klatakan, Gunung Merbuk, Gunung Patas,

dan batuan yang tergabung

Pliosen Formasi Asah: lava, breksi, tufa batuapung,

dengan isian rekahan bersifat gampingan

Formasi Prapat Agung: batu gamping, batu pasir gampingan,

napal

Batuan gunung api Pulaki: lava dan breksi

Miosen - Pleosen Formasi Selatan: terutama batugamping

Miosen Tengah-Atas Formasi Sorga: tufa, napal, batu pasir

Miosen Bawah-Atas Formasi Ulukan: breksi gunung api, lava, tufa

dengan sisipan batuan gampingan

2.2.  Kondisi Topografi  Pulau Bali

            Topografi yang merupakan studi tentang bentuk permukaan bumi dan objek

lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya), dan asteroid. Dalam

pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja,

tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan

bahkan kebudayaan lokal. Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan,

model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan. Penggunaan kata topografi dimulai

sejak zaman Yunani kuno dan berlanjut hingga Romawi kuno, sebagai detail dari

suatu tempat. Kata itu datang dari kata Yunani, topos yang berarti tempat,

Page 10: Bali

dan graphia yang berarti tulisan. Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu

bagian dan secara umum menunjuk pada koordinat secara horizontal seperti garis

lintang dan garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis

lahan juga termasuk bagian dari objek studi ini. Studi topografi dilakukan dengan

berbagai alas an, diantaranya perencanaan militer dan eksflorasi geologi, serta untuk

kebutuhan kontruksi sipil atau pekerjaan umum (Wikipedia bahasa Indonesia,

ensiklopedia bebas).

Secra garis besar kondisi Topografi pulau Bali dapat dibagi menjadi tga zona yaitu

zona Bali selatan, daerah tengah, dan zona bali utara. (Arimuhaimin, 2010)

a. Topografi zone selatan Bali terdiri dari batu gamping yang merupakan plato-

plato yang terbentuk karena pengangkatan dan dataran aluvial pantai yang

banyak terdapat di sekitar Nusa Dua maupun daerah yang terdapat dekat muara-

muara sungai. Pada pantai selatan yang berbatu gamping banyak terbentuk cliff

dan terjadi abrasi membentuk lereng yang sangat curam. Perbukitan kapur

banyak terdapat singkapan batuan gamping terumbu karang yang mengandung

fosil dari formasi palasari. Pantai bertebing terjal, yang terjadi karena abrasi laut

yang sangat kuat sedang batuan induknya breksi vulkanik. Beting gisik dan sand

dunes yang terdapat di pantai selatan Bali.

b. Daerah tengah termasuk vulkanik muda yang terdiri dari gunung Agung, gunung

Batur, gunung Lessung, dan gunung Bratan. Berlereng curam dan banyak

kenampakan danau tektonik seperti danau Batur, Beratan, buyan dan

Tamblingan.

c. Daerah utara Bali berupa aluvial pantai dengan kemirinagan antara 0 – 2%

dengan arah utara selatan. Di bagian selatan terdiri atas perbukitan dengan

ketinggian antara 100-500 meter dengan kemiringan lereng 2-15%. Di daerah

Pulaki terdapat patahan arah timur barat yang telah berisi material aluvium. Ada

juga perbukitan kapur dengan ketinggian 0-500 meter dan kemiringan 15-40%.

Bukit-bukit rendah terdiri dari batuan umur tersier yang berlipat, sering batuan

tersier yang sudah tertutup oleh endapan vulkanik muda tersingkap.

Sedangkan dalam( K.M Ejasta, 1995) topografi Pulau Bali secara garis besar

dapat dibagi menjadi tiga bentukan yaitu dataran aluvial, dataran atau komplek

daerah volkanik, dan daerah batu gamping selatan.

Page 11: Bali

1.      Dataran aluvial

         Datarn alivial merupakan daerah penimbunan (sedimentasi), dan pada dasarnya

bentuklahan yang disebabkan oleh proses fluvial atau bentuklahan yang terjadi akibat

proses air mengalir baik yang memusat (sungai) maupun oleh aliran permukaan

bebas (overland flow). (Suprapto Dibyosaputro, 1997)

         Dataran aluvial di Pulau Bali dapat di bagi menjadi dua, yaitu dataran aluvial

selatan dan dataran alluvial pantai utara.

a.       Dataran Alluvial Selatan

         Wilayah ini melipti sebagian besar kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar, dan

Klungkung, dengan tofografi yang landai sampai datar, terdiri dari endapan material

flovio fulkanik. Karakteristik tanah yang ada lebih banyak dipengaruhi oleh lamanya

material-material volkanis tersebut mengalami pelapukan dan endapan yang terjadi

akibat adanya luapan air sungai yang membawa sedimen disaat banjir maka struktur

endapan pada dataran alluvial berlapis horizontal pada elevasi yang rendah.

         Lebih keselatan sekitar Lapangan Terbang Ngurah Rai terdapat dataran sempit

(tombolo), yang menghubungkan datran utama Bali dengan pegunungan kapur

selatan. Tombolo ini terbentuk akibat adanya arus dan ombak kearah darat. Materian

penyusun tombolo ini merupakan endapan marin.

b.      Dataran Alluvial Pantai Utara

         Wilayah ini membentang disepanjang pantai utara Bali, atau dapat disebutlkan

sebagai jalur dataran aluvial yang sempit. Topografi dataran aluvial utara Bali berupa

aluvial pantai dengan kemirinagan antara 0 – 2% dengan arah utara selatan. Di

bagian selatan terdiri atas perbukitan dengan ketinggian antara 100-500 meter

dengan kemiringan lereng 2-15%. Berdasarka data curah hijan jalur ini termasuk

daerah kering. Pada jalur antara Kubutambahan disebelah timur dan Tukad Gemgem

disebelah barat terdapat benyak meta air, sehingga daerah ini tidak nampakk kering.

Disebelah timur Kubutambahan mata air sudah hampit tidak ada, sering terjadi banjir

yang deras dimusim penghujan. Pada musim kemarau sungai itu kering, dan tidak

dapat digunakan untuk pertanian.

2.      Daerah Batu Gamping Selatan

     Daerah ini terdapat di semenanjung Bali bagian selatan dan juga Nusa

Penida. Daerah batuan gamping (Bukit Jimbaran dan Nusa Penida) mempunyai

kemiringan lereng landai sampai agak terjal (3 – 50 %) dengan beberapa tempat >30

Page 12: Bali

%, terutama pada tebing-tebing laut, terletak pada ketinggian 0 – 210 meter di atas

permukaan laut. Tingkat erosi permukaan kecil hingga sedang dengan beberapa

tempat merupakan daerah abrasi dan berpotensi gerakan tanah berupa

amblasan. .Pada garis besarnya karakteristik lahan pegununga kapur selatan ini mirip

dengan pegunungan batu gamping barat. Bedanya di bagian selatan terdapat dua

jenis kapur yaitu koral dan marl. Kapur koral berkembang menjadi topografi

berbukit-bukit dengan kemiringan lereng lebih terjal dari marl. Karakteristik lahan

yang lain serupa dengan daerah batu gamping barat.

3.      Komplek daerah vulkanik

           Vulkanisme ialah peristiwa alam yang berhubungan dengan pembentukan

gunung api, yaitu pergerakan magma di kulit bumi (litosfer) menyusup ke lapisan

lebih atas atau keluar permukaan bumi. Di permukaan bumi ini banyak berbagai

bentukan yang berkaitan dengan vulkanisme, diantaranya gerak tektonik adalah

semua gerak naik dan turun yang menyebabkan perubahan bentuk kulit bumi. Gerak

ini dibedakan menjadi gerak epirogenetik dan gerak orogenetik.

           Komplek daerah volkanik di Bali dapat dibagi menjadi empat komplek  yaitu:

a.       Komplek Vulkanik di Bali Bagian Barat

         Wilayah ini meliputi daerah pegunungan mulai dari Gunung Patas kearah barat

sampai dekat Gilimanuk. Puncak-puncak separti gunung kelatakan, gunung sangiang,

gunung Merbuk, dan Gunung Mesehe termasuk didalam unit ini. Jenis batuannya

lava breksi, batu pasir, dan tufa merupakan bahan induk tanah yang terbentuk di

daerah yang bertofografi barat ini.

b.      Komplek Gunungapi Buyan - Beratan

         Gunung Buyan - Beratan adalah komplek pegunungan di bagian tengah Bali,

dan puncak-puncak gunung yang saat dapat kita lihat seperti membentengi daerah

tersebut merupakan bagian dari gunungapi Beratan Buyan purba. Tetapi karena

proses geomorfologi juga terjadi di sana sepeti terjadinya proses denudasi, sehingga

kenampakannya kini telah berubah dan kaldera gunung beratan buyan kini

kenampakannya tidak sejelas kaldera yang terdapat di Gunung Batur. Daerah ini

mempunyai kemiringan yang landai sampai  terjal di beberapa tempat. Daerah ini

Page 13: Bali

berada di dataran tinggi yang subur sehingga lahan di daerah Candikuning dan

Pancesari dominan dimanfaatkan untuk lahan pertanian.

c.       Gunung api Batur

                             Menurut Kemmerling, (1918) dan Stehn, (1928) dalam I.S.

Sutawidjaja, dkk, (1990). Kaldera Batur merupakan ketel raksasa berukuran 13,8 x

10 km. Kaldera ini tertutup dari segala arah, merupakan salah satu kaldera terbesar

dan terindah di dunia (van Bemmelen, 1949) dalam (I.S. Sutawidjaya, 1990).

Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m  2152 m (Puncak G. Abang). Di

dalam Kaldera I terbentuk Kaldera II yang berbentuk  melingkar dengan garis tengah

lk. 7 km. Dasar Kaldera  II terletak antara 120 - 300 m lebih rendah dari Undak

Kintamani (dasar Kaldera I).  Di dalam kaldera tersebut terdapat danau yang

berbentuk bulan sabit yang menempati bagian tenggara yang panjangnya lk. 7,5 km,

lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya lk. 22 km, luasnya lk. 16 km2. Tinggi

permukaan air 1031 m di atas muka laut. Danau tersebut terjadi karena suatu

penurunan dasar (“Slenk”, “graben”). Menurut van Bemmelen (1949) diperkirakan

terbentuk bersamaan dengan pembentukan Kaldera II; menurut Stehn (1926)

terbentuknya kemudian.

Kegiatan purna kaldera ditandai dengan pertumbuhan kerucut G. Batur.

Kegiatan ini sekitar diawali 5000 tahun yang lalu oleh pembentukan kerucut G. Batur

berkomposisi basal sampai andesit basalan. Kawah puncaknya berpindah berarah

timurlaut - baratdaya antara G. Payang dan G. Bunbulan. Sejak tahun 1800 G. Batur

telah meletus sekurang-kurangnya 28 kali, umumnya bersifat efusif (leleran lava) dan

strobolian. leelran lava terbanyak terjadi pada bulan September 1963 menutupi

daerah seluas lk. 5.967.550 m2.  Letusan terakhir terjadi 7 Juli 2000, sebanyak 3

kejadian, pusat letusan dari Kawah 1999. Letusan disertai lontaran piroklastik,

seperti pasir, lapili dan bongkah mengendap dengan radius lk. 100 m dari bibir

kawah. Asap letusan mencapai tinggi lk. 300 m di atas bibir kawah. Aktifitas

vulkanik G. Batur purna letusan Juli 2000, berupa kegiatan solfatara di dalam kawah-

kawahnya.

d.      Komplek Gunung Agung dan Gunung Seraya

         Komplek ini terletak pada bagian timur pulau Bali  dengan  titik tertinggi

sekaligus titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m (dpal) dan terakhir meletus

Page 14: Bali

pada Maret 1963. merupakan komplek gunungapi yang cukup luas.  Disebelah timur

klungkung terdapat medan lahar yang cukup luas dari hasil letusan gunung Agung.

Timbunan lahar yang sangat luas juga terdapat di lereng utara Gunung Agung, mulai

dari Batudawa disebelah barat Culik, dekat Tianyar. Diantara medan lahar tersebut

terdapat deretan pegunungan yang terbentuk dari aliran lava pada periode erupsi

sebelumnya. Medan lahar berupa batu-batu, krikil campur pasir, aliran lava berupa

masa padat yang  besar dari batuan beku berongga, berwarna coklat merah.

         Gunung Seraya memiliki karakteristik lahan yang berbeda dengan gunung

Agung. Gunungapi ini sudah tidak aktif pada periode yang cukup lama, sehingga

proses denudasi lebih dominan membentuk lembah-lembah bekas pengikisan yang

sangat dalam. Denudasi yang lanjut ini mengakibatkan solum tanah tipis pada lereng-

lerengnya, sedangkan pada bagian yang agak datar solum tanahnya tebal berwarna

coklat dengan tekstur liat berdebu.

e.       Depresi Karangasem

         Terdapat disebalah barat daerah Gunung Seraya. Daerah ini lebih hijau

dibandingkan dengan di sekitarnya. Ini disebabkan karena daerah ini mendapat

rembesan air tanah yang keluar dari lapisan-lapisan tanah Gunung Agung, dan

sungai-sungai pada daerah ini tidak kering pada musim kemarau.

f.       Gugusan bukit Sidemen

         Terdapat di sebelah barat depresi Karangasem, terdiri dari barisan bukit-bukit

yang renadah, dengan tinggi tidak melebihii 800 m. gugusan Bukit Sidemen ini

dipisahkan dengan gunung Gunung Agung oleh sebuah pelana yang dinamakan

Sebetan. Sedangkan material bukit ini terdiri dari lapisasn breksi.

Page 15: Bali

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Kondisi geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan

selama kala Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang

disisipi oleh batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping

yang kemudian membentuk Formasi Selatan.

secara geologi pulau bali masih muda, batuan tertua berumur miosen. Secara garis

besar batuan di Bali dapat dibedakan menjadi beberapa satuan yaitu:

1.      Formasi Ulakan

2.       Formasi Selatan

3.      Formasi Batuan Gunungapi Pulaki

4.      Formasi Prapatagung

5.      Formasi Asah

6.      Formasi batuan gunungapi kuarter  bawah

7.      Formasi batuan gunungapi kwarter

Sedangkan secra garis besar kondisi pulau Bali dapat dibagi menjadi tiga zona yaitu

zona Bali selatan, daerah tengah, dan zona bali utara.

Page 16: Bali

a.       Topografi zone selatan Bali terdiri dari batu gamping yang merupakan plato-

plato yang terbentuk karena pengangkatan dan dataran aluvial pantai yang banyak

terdapat di sekitar Nusa Dua maupun daerah yang terdapat dekat muara-muara

sungai.

b.      Daerah tengah termasuk vulkanik muda yang terdiri dari gunung Agung,

gunung Batur, gunung Lessung, dan gunung Bratan

c.       Wilayah utara Bali berupa aluvial pantai dan di bagian selatan terdiri atas

perbukitan. Di daerah Pulaki terdapat patahan arah timur barat yang telah berisi

material aluvium. Ada juga perbukitan kapur dengan ketinggian 0-500         

3.2.Saran

Adapun saran dari penulis, setelah pembaca membaca makalah ini

diharapkan dapat memahami isi dari makalah ini sehingga kedepannya, pengetahuan

tersebut dapat bermanfaat bagi kita semua kahususnya dalam bidang pendidikan dan

pembangunan yang berwawasan geografi.