Balanced Scorecard Pada Organisasi Pemerintah
Transcript of Balanced Scorecard Pada Organisasi Pemerintah
BALANCED SCORECARD PADA ORGANISASI PEMERINTAH
Balanced scorecard adalah metoda yang dikembangkan Kaplan dan Norton untuk mengukur
setiap aktivitas yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam rangka merealisasikan tujuan perusahaan
tersebut. Balanced scorecard semula merupakan aktivitas tersendiri yang terkait dengan penentuan
sasaran, tetapi kemudian diintegrasikan dengan sistem manajemen strategis. Balanced scorecard
bahkan dikembangkan lebih lanjut sebagai sarana untuk berkomunkasi dari berbagai unit dalam suatu
organisasi. Balanced scorecard juga dikembangkan sebagai alat bagi organisasi untuk berfokus pada
strategi.
SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS
Sistem manajemen strategis adalah proses merumuskan dan mengimplementasikan strategi
untuk mewujudkan visi secara terus menerus secara terstruktur. Strategi adalah pola tindakan terpilih
untuk mencapai tujuan tertentu. Pada mulanya, sistem manajemen strategis bercirikan: mengandalkan
anggaran tahunan, berjangka panjang dan berfokus pada kinerja keuangan. Penerapan sistem
manajemen strategis yang demikian di banyak perusahaan swasta mengalami kegagalan. Sebab-
sebabnya antara lain: hanya 25% manajer yang memiliki insentif yang terhubung ke strategi, 60%
perusahaan tidak menghubungkan anggarannya ke strategi, 85% dari tim eksekutif menghabiskan
waktu kurang dari satu jam untuk membahas strategi tiap bulan, dan hanya 5% pegawai yang
memahami strategi.
Namun sistem manajemen strategis tetap diperlukan karena perusahaan dituntut untuk
berkembang secara terencana dan terukur, sehingga memerlukan peta perjalanan menghadapi masa
depan yang tidak pasti, memerlukan langkah-langkah strategis, dan perlu mengarahkan kemampuan
dan komitmen SDM untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Balanced scorecard yang dikembangkan
oleh Norton dan Kaplan memberikan solusi terhadap tuntutan ini. Peran balanced scorecard dalam
sistem manajemen strategis adalah: memperluas perspektif dalam setiap tahap sistem manajemen
strategis, membuat fokus manajemen menjadi seimbang, mengaitkan berbagai sasaran secara koheren,
dan mengukur kinerja secara kuantitatif.
Penggunaan balanced scorecard dalam konteks perusahan swasta ditujukan untuk menghasilkan
proses yang produktif dan cost effective, menghasilkan financial return yang berlipat ganda dan
berjangka panjang, mengembangkan sumber daya manusia yang produktif dan berkomitmen,
mewujudkan produk dan jasa yang mampu menghasilkan value terbaik bagi customer/pelanggan.
Balanced scorecard diyakini dapat mengubah strategi menjadi tindakan, menjadikan strategi
sebagai pusat organisasi, mendorong terjadinya komunikasi yang lebih baik antar karyawan dan
manajemen, meningkatkan mutu. pengambilan keputusan dan memberikan informasi peringatan dini,
serta mengubah budaya kerja. Potensi untuk mengubah budaya kerja ada karena dengan balanced
scorecard, perusahaan lebih transparan, informasi dapat diakses dengan mudah, pembelajaran
organisasi dipercepat, umpan balik menjadi obyektif, terjadwal, dan tepat untuk organisasi dan individu;
dan membentuk sikap mencari konsensus karena adanya perbedaan awal dalam menentukan sasaran,
langkah-langkah strategis yang diambil, ukuran yang digunakan, dan lain-lain.
Kelebihan sistem manajemen strategis berbasis balanced scorecard dibandingkan konsep
manajemen yang lain adalah bahwa ia menunjukkan indikator outcome dan output yang jelas, indikator
internal dan eksternal, indikator keuangan dan non-keuangan, dan indikator sebab dan akibat. balanced
scorecard paling tepat disusun pada saat-saat tertentu, misalnya ketika ada merjer atau akuisisi, ketika
ada tekanan dari pemegang saham, ketika akan melaksanakan strategi besar dan ketika organisasi
berubah haluan atau akan mendorong proses perubahan. balanced scorecard juga diterapkan dalam
situasi-situasi yang rutin, antara lain: pada saat menyusun rencana alokasi anggaran, menyusun
manajemen kinerja, melakukan sosialisasi terhadap kebijakan baru, memperoleh umpan balik,
meningkatkan kapasitas staf.
Menyusun balanced scorecard bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak organisasi gagal
membuat balanced scorecard karena berbagai sebab. Sebab-sebab itu antara lain: tidak ada komitmen
pimpinan, terlalu sedikit staf terlibat, scorecard disimpan saja, proses penyusunan yang lama dan sekali
jadi, menganggap balanced scorecard sebagai sebuah proyek, kesalahan memilih konsultan, atau
menggunakan balanced scorecard hanya untuk keperluan pemberian kompensasi. Banyak organisasi
swasta, pemerintah dan nirlaba yang telah menggunakan balanced scorecard 60% dari 1000 organisasi
dalam Fortune menggunakan balanced scorecard. Balanced scorecard semakin banyak diadopsi di
Eropa, Australia dan Asia oleh organisasi besar, menengah dan kecil. Industri pengguna balanced
scorecard sendiri terdiri dari berbagai macam perusahaan, seperti bank, konstruksi, jasa konsultansi, IT,
perminyakan, farmasi, penerbangan, asuransi, manufacturing, perusahaan dagang dan distribusi.
KONSEPSI BALANCED SCORECARD
Kemunculan gagasan balanced scorecard berawal dari temuan riset Kaplan dan Norton (dari
Harvard Business School) pada awal tahun 1990an. Konsep awal balanced scorecard berdasarkan riset
tersebut ditulis pada tahun 1992 di majalah prestisius Harvard Business Review. Pada tahun 1996
Norton dan Kaplan menerbitkan buku The Balanced Scorecard – Translating Strategy into Action,
berdasarkan pengalaman mereka dalam menerapkan balanced scorecard pada banyak perusahaan di
Amerika. Buku ini semakin mempopulerkan balanced scorecard, sampai ke negara-negara di Eropa,
Australia dan Asia. Belum lama ini mereka menerbitkan buku The Strategy Focused Organisation – How
BSC Companies Thrive in the New Business Environment (2001). Para penemu dan rekan-rekannya
membangun sebuah lembaga Balanced Scorecard Collaboration untuk mempopulerkan penggunaan
balanced scorecard pada berbagai institusi di berbagai negara. Secara teratur Norton dan Kaplan
menyelenggarakan konferensi di berbagai negara untuk memperkenalkan dan membahas konsep-
konsep terbaru mereka. Disayangkan Indonesia sampai saat ini belum mampu menghadirkan pencetus
ide balanced scorecard ini, namun kursus-kursus dan buku-buku mengenai balanced scorecard sudah
ada, walau masih bersifat terbatas.
Balanced scorecard secara singkat adalah suatu sistem manajemen untuk mengelola
implementasi strategi, mengukur kinerja secara utuh, mengkomunikasikan visi, strategi dan sasaran
kepada stakeholders. Kata balanced dalam balanced scorecard merujuk pada konsep keseimbangan
antara berbagai perspektif, jangka waktu (pendek dan panjang), lingkup perhatian (intern dan ekstern).
Kata scorecard mengacu pada rencana kinerja organisasi dan bagian-bagiannya serta ukurannya secara
kuantitatif. Balanced scorecard memberi manfaat bagi organisasi dalam beberapa cara:
menjelaskan visi organisasi
menyelaraskan organisasi untuk mencapai visi itu
mengintegrasikan perencanaan strategis dan alokasi sumber daya
meningkatkan efektivitas manajemen dengan menyediakan informasi yang tepat untuk
mengarahkan perubahan
Selanjutnya dalam menerapkan balanced scorecard, Robert Kaplan dan David Norton,
mensyaratkan dipegangnya lima prinsip utama berikut:
(1) menerjemahkan sistem manajemen strategi berbasis balanced scorecard ke dalam terminologi
operasional sehingga semua orang dapat memahami
(2) menghubungkan dan menyelaraskan organisasi dengan strategi itu. Ini untuk memberikan arah
dari eksekutif kepada staf garis depan
(3) membuat strategi merupakan pekerjaan bagi semua orang melalui kontribusi setiap orang dalam
implementasi strategis
(4) membuat strategi suatu proses terus menerus melalui pembelajaran dan adaptasi organisasi dan
(5) melaksanakan agenda perubahan oleh eksekutif guna memobilisasi perubahan.
PENGGUNAAN BALANCED SCORECARD PADA ORGANISASI PEMERINTAH
Pemerintah pada saat sekarang ini, baik pemerintah pusat, daerah maupun lokal diharapkan
untuk menjadi: akuntabel, kompetitif, ramah rakyat, dan berfokus pada kinerja. Organisasi pemerintah
juga ditantang untuk memenuhi harapan berbagai kelompok stakeholders (yaitu penerima layanan,
karyawan, lembaga pemberi pinjaman/hibah, masyarakat, dan pembayar pajak). Tuntutan ini
mengharuskan organisasi pemerintah untuk bertindak profesional sebagaimana yang dilakukan oleh
organisasi swasta. Organisasi pemerintah harus mempunyai sistem manajemen strategis. Karena dunia
eksternal adalah sangat tidak stabil, maka sistem perencanaan harus mengendalikan ketidak-pastian
yang ditemui. Organisasi pemerintah, dengan demikian, harus berfokus strategi. Strategi ini lebih
bersifat hipotesis, suatu proses yang dinamis, dan merupakan pekerjaan setiap staf. Organisasi
pemerintah harus juga merasakan, mengadakan percobaan, belajar, dan menyesuaikan dengan
perkembangan.
Agar organisasi pemerintah dapat berfokus pada strategi yang sudah dirumuskan, maka
organisasi pemerintah juga harus menterjemahkan strategi ke dalam terminologi operasional,
menyelaraskan organisasi dengan strategi (dan bukan sebaliknya), memotivasi staf sehingga membuat
strategi merupakan tugas setiap orang, menggerakkan perubahan melalui kepemimpinan eksekutif, dan
membuat strategi sebagai suatu proses yang berkesinambungan.
Adapun perbedaan karakteristik organisasi swasta dan pemerintah adalah sebagai mana
ditunjukkan dalam tabel berikut.
Perspektif Swasta Pemerintah____________________________
Finansial Pemegang saham DPR, pembayar pajak, konstituen
Pelanggan Pelanggan Orang yang menggunakan jasa/pelayanan
publik
Proses Proses Membuat produk Memberikan pelayanan secara kompetitif
Internal yang diunggulkan
Pertumbuhan &karyawan direksi pejabat politik (menteri), pegawai pemerintah
GAMBAR BALANCED SCORECARD
PENERAPAN BALANCED SCORECARD PADA KEMENTRIAN KEUANGAN
Dengan dimulainya program reformasi birokrasi yang ditetapkan melalui Keputusan Mentri
Keuangan No. 30/KMK.01/2007 tentang Reformasi Birokrasi Departemen Keuangan maka dimulailah
juga manajemen kinerja kemenkeu berbasis Balanced scorecard (BSC). Pengelolaan BSC dilingkungan
Kementrian Keuangan (Kemenkeu) didasarkan pada keputusan Mentri Keuangan No. 12/KMK.01/2010
tentang pengelolaan kinerja di lingkungan Kemenkeu. Keputusan tersebut mengatur tentang penetapan
pengelolaan kinerja, kontrak kinerja, penyusunan dan perubahan peta strategi. Indikator Kerja Utama
(IKU, dan target serta pelaporan capaian kinerja triwulanan kepada Mentri Keuangan.
Pada dasarnya BSC Kemenkeu harus diturunkan (cascaded) ke seluruh unit organisasi
dibawahnya yaitu ke eselon I (Depkeu-One), ke eselon II (Depkeu-Two), ke eselon III (Depkeu-Three), ke
eselon IV (Depkeu-Four), dan kelevel pelaksana yang disebut Depkeu-Five.
Balanced Scorecard (BSC) pada Kementian Keuangan (Kemenkeu) merupakan alat manajemen
strategis yang menerjemahkan visi, misi an strategi yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) dan
Road-map Kemenkeu kedalam suatu peta strategi. Renstra Kemenkeu merupakan dokumen
perencanaan jangka menengah (5 tahun) Kemenkeu. Sedangkan road-map Kemenkeu
merupakan penjabaran Renstra Kemenkeu secara lebih rinci yang berisi program
dan kegiatan Kemenkeu secara umum dalam jangka waktu 5 tahun. BSC sendiri
dapat digunakan sebagai alat yang menghasilkan umpan balik untuk merevisi
Renstra.
Karena mengacu pada Renstra dan Road-map yang memiliki jangka waktu 5 tahun,
maka BSC yang dibangun di Kemenkeu juga berlaku untuk jangka waktu 5 tahun.
Namun, setiap akhir tahun dilakukan review atas BSC yang dibangun sehingga
Rencana StrategisRencana Strategis
Road-MapRoad-Map
BalancedScorecardBalancedScorecard
dimungkinkan terjadi perubahan strategi sesuai dengan kondisi internal dan
eksternal Kemenkeu.
Visi dan Misi Kementrian Keuangan
Sebagai landasan dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kemenkeu memiliki visi, yaitu
“Menjadi Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara yang Dipercaya dan Akuntabel untuk Mewujudkan
Indonesia yang Sejahtera, Demoratis, dan Berkeadilan”. Adapun misi Kemenkeu adalah :
a. Misi Pembangunan Ekonomi adalah mengembangkan, membangun dan melaksanakan
kebijakan pengelolaan keuangan dan kekayaan negara yang sehat, berkelanjutan, hati-hati, dan
bertanggungjawan
b. Misi Penguatan Kelembagaan adalah :
i. Membangun dan mengembangkan organisasi berlandaskan administrasi publik sesuai
dengan tuntutan masyarakat.
ii. Membangun dan mengembangkan SDM yang akuntabel, responsibel, dan berintegrasi
tinggi.
iii. Membangun dan mengembangkanteknoogi informasi keuangan yang modern dan
terintegrasi serta sarana dan prasarana strategis lainnya.
Cara Membangun BSC Sebagai Suatu Unit
Pembangunan suatu peta strategis hanya dapat dilakukan secara runtut dari level tertinggi ke
level yang lebih rendah. Jadi, ketika kita ingin membangun peta strategi suatu unit eselon II, maka syarat
mutlaknya adalah telah terbangunnya strategi unit eselon I diatasnya.
Studi kasus: Direktorat Barang Milik Negara (BMN) I Pada Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara (DJKN).
Tugas dan fungsi utama Dit.BMN I adalah pengelolaan barang milik negara pada Kementrian
Negara, Lembaga dan Badan Layanan Umum (BLU). Pada strategi Dit.BMN I (Depkeu-Two) baru dapat
disusun apabila peta strategi DJKN (Depkeu-One) telah terbangun. Dalam contoh kasus ini, diasumsikan
bahwa Depkeu-One untuk DJKN sudah diturunkan dari Depkeu-Wide. Adapun penyusunan BSC pada
Dit.BMN I mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Peta Strategi
a. Pastikan unit organisasi memiliki visi dan misi yang dapat dilihat paa renstra unit tersebut
b. Tentukan perspektif pada strategi dengan memperhatikan hal-hal berikut :
- Sebagai institusi publik yang tidak berorientasi pada profit, tentukan stakeholder dari unit
tersebut. Stakeholder adalah pihak yang secara tidak langsung memiliki kepentingan atas
outcome dari suatu organisasi. Stakeholder untuk Dit.BMN I adalah Direktur Jendral Kekayaan
Negara, masyarakat umum, DPR, K/L, Pemda.
- Apakah unit tersebut memiliki pelanggan atau customer, jika ada customer perlu dibuat
perspektif customer. Customer merupakan pihak yang terkait langsung dengan suatu organisasi.
Customer Dit.BMN I adalah K/L dan Pemda
- Setiap unit harus memiliki perspektif Learning and Growth.
Pada Dit.BMN I, elemen-elemen perspektif ini adalah SDM, Organisasi, dan informasi
Catatan : Perspektif BSC bersifat fleksibel ehingga dibeberapa unit Kemenkeu dimungkinkan tiga
perspektif yaitu strategic outcomes, internal business process, and learning and growth. Strategi
outcomes disini adalah gabungan antara stakeholeders and customer. Hal ini dimaksudkan agar
mengakomodasi unit yang kesulitan membedakan antara stakeholders dan customer. Intinya dalam
membangun suatu peta strategi harus mencerminkan:
1. Apa yang seharusnya dihasilkan
2. Proses yang harus dilakukan dan
3. Sumber daya yang harus dimiliki.
Menemukan Kata Kunci Sasaran dari Visi dan Misi Unit Organisasi
Visi : Menjadi pengelola kekayaan negara yang professional dan bertanggungjawab untuk sebesar
besarnya kemakmuran rakyat.
Misi : 1. Mewujudkan optimalisasi penerimaan, efisiensi pengeluaran, dan efektivitas pengelolaan
kekayaan negara.
2. Mengamankan kekayaan negara secara fisik, administrasi, dan hukum
Berdasarkan kata kunci yang terdapat pada visi dan misi, maka kondisi ideal dan realistis yang ingin
dicapai oleh Dit.BMN I kemudian diterjemahkan kedalam sejumlah Sasaran Strategis (SS). Sasaran
Perumusan Kebijakan Perumusan Kebijakan
Pelayanan,Pengelolaan, dan PengembanganPelayanan,Pengelolaan, dan Pengembangan
Pengawasan dan penegakkan HukumPengawasan dan penegakkan Hukum
Strategis (SS) yang baik harus singkat dan jelas sehingga mudah dipahami. SS juga merupakan berbagai
sasaran yang bersifat penting dan memperoleh perioritas tinggi dari jajaran manajemen. Setiap sasaran
strategis memiliki satu atau lebih Indikator Kinerja Utama (IKU).
a. Sasaran Strategi (SS) pada perspektif stakeholder:
- Pengelolaan Kekayaan Negara yang optimal
b. SS pada perspektif customer:
- Penatausahaan Kekayaan Negara yang akurat
- Penyelesaian permohonan pengelolaan BMN yang tepat waktu
c. SS pada perspektif internal process:
- Kajian dan kebijakan yang berkualitas serta menjamin kepastian hukum
- Pelayanan prima
- Peningkatan pemahan masyarakat dibidang Kekayaan Negara
- Peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan Kekayaan Negara
- Peningkatan monitoring dan evaluasi, serta kepatuhan pelaporan BMN
d. SS pada perspektif learning and growth:
- Peningkatan pemahaman pegawai dibidang pengelolaan BMN
- Pengembangan organisasi yang andal dan modern
- Perwujudan Good Governance
- Sistem informasi Kekayaan Negara yang handal
BALANCED SCORECARD PADA ORGANISASI PEMERINTAH KEMENTRIAN KEUANGAN
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Kinerja
Dosen :
Nina Karlina, S.IP, M.Si
Hilman Abdul Halim, S.IP
Disusun Oleh :
Sifa Hasanah
170110070016
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2010