BALANCED SCORECARD DisusunUntuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen
-
Upload
novi-ayu-dewi-sartika -
Category
Documents
-
view
30 -
download
2
description
Transcript of BALANCED SCORECARD DisusunUntuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen
BALANCED SCORECARD
DisusunUntuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Akuntansi Manajemen
Kepada
Dr. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si
OLEH :
ASTRI YULIA (24512002)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berisi tentang
Balanced Scorecard.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Ibu Ony, selaku dosen pembimbing mata kuliah
Akuntansi Manajemen yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian
penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Bandung, 29 Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUANLATAR BELAKANG................................................................................................. 3RUMUSAN MASALAH........................................................................................... 3TUJUAN................................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN DEFINISI.................................................................................................................5 SEJARAH.................................................................................................................7 KONSEP UMUM......................................................................................................8 KARAKTERISTIK BALANCED SCORECARD ..............................................................10 KEUNGGULAN BALANCED SCORECARD................................................................12 EMPAT PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD........................................................14
BAB III PENUTUP KESIMPULAN........................................................................................................20 SARAN...................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuai dengan perkembangan jaman dan perkembangan teknologi yang
semakin maju menuntut adanya penggunaan metode yang cocok dan sesuai
dengan perkembangan jaman teknologi, yang mana metode tersebut bisa
digunakan untu memaksimalkan kinerja organisasi atau perusahaan terutama
dalam pengelolaan sumber daya alam. Hal ini dikarena sumber daya alam yang
terbatas dan perlu adanya pemanfaatan secara benar dan bertanggung jawab.
Saat ini metode yang paling mendapat perhatian banyak pihak dalam
hubungannya dengan penyusunan strategi bisnis adalah Balanced Scorecard
(BSC). Termasuk dalam menyusun strategi lingkungan dalam pengelolaan
sumberdaya alam, berdasarkan alasan diatas maka dari itu perlu adaya uraian
mengenai metode tersebut dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
● Apakah yang dimaksud dengan metode balanced scorecard?
●Bagaimana gambaran umum pengelolaan sumber daya alam lingkungan hidup
dalam kerangka manajemen strategis?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain
● Memberikan penjelasan gambaran umum praktek penggunaan metode BSC
dalam manajemen sumber daya alam dan lingkungan proaktif.
● Memberikan penjelasan gambaran umum pengelolaan sumber daya alam
lingkungan hidup dalam kerangka manajemen strategis bervisi sustainable
development.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Definisi balanced scorecard menurut Garrison dalam bukunya
“International Corporate Governance” yang diterjemahkan oleh Amin Widjaja
Tunggal salah satu pakar akuntansi manajemen mengembangkan suatu konsep
yang sama dengan balanced scorecard yang dinamakan “Tableau de Bord”
atau “Dasboard”.
“Tableau de bord adalah pemicu keberhasilan perusahaan”
sedangkan, “Balanced Scorecard adalah sekelompok tolok ukur
kinerja yang terintegrasi yang berasal dari strategi perusahaan dan
mendukung strategi perusahaan di seluruh organisasi”
(2001:1)
Menurut Mulyadi dalam bukunya “Balanced Scorecard Sebagai Alat
Pelipat Ganda Kinerja Keuangan Perusahaan”: mengemukakan bahwa:
“Konsep balanced scorecard berkembang sejalan dengan
perkembangan implementasi konsep tersebut. Balanced scorecard
terdiri dari dua kata yaitu:
1. Kartu Skor (scorecard)
2. Beimbang (balanced)”
(2002:437)
Kartu skor merupakan kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil
kinerja seseorang, kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor
yang yang hendak diwujudkan oleh personel di masa depan. Melalui kartu skor,
skor yang hendak diwujudkan personel dimasa depan dibandingkan dengan hasil
kerja sesungguhnya. Hasil kerja ini digunakan untuk melakukan evaluasi atas
kerja personel yang bersangkutan.
Berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel
diukur suatu berimbang berdasarkan dua aspek, yaitu:
1. Keuangan (financial) dan non keuangan (non financial)
2. Jangka pendek dan jangka panjang
3. Intern dan ekstern
Beberapa pendapat mengenai pengertian balanced scorecard, antara lain
menurut Vincent Gasperz dalam bukunya yang berjudul “Balanced Scorecard
dengan six sigma” mngemukakan bahwa:
“Balanced scorecard merupakan suatu sistem pengukuran kinerja
manajemen atau sistem manajemen strategis yang diturunkan dari visi
dan strategi serta mereflesikan aspek-aspek terpenting dalam suatu
bisnis”.
(2002:9)
Menurut Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya yang berjudul
“Memahami Konsep Balanced Scorecard” adalah sebagai berikut :
“Balanced Scorecard adalah kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi
yang diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi
perusahaan secara keseluruhan”
(2002:1)
Balanced scorecard sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis sebagai sistem
pengukuran kinerja yang mempunyai dampak terhadap perilaku manusia didalam
maupun diluar organisasi. Balanced scorecard tetap mempertahankan ukuran
keuangan sebagai suatu rangkaian penting kinerja manajerial dan bisnis.
Balanced scorecard member para eksekutif kerangka kerja yang kompherensif
menerjemahkan visi dan strategi perusahaan kedalam seperangkat ukuran
kinerja.
Pendapat lain mengemukakan balanced scorecard yang dikemukakan
oleh Mulyadi dalam bukunya “Balanced Scorecard Sebagai Alat
Pelipatgandaan Kinerja Keuangan Perusahaan”, adalah :
“Contemporary management yang digunakan untuk mendongkrak
kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja keuangan”.
(2001:1)
Dari kesimpulan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen yang digunakan oleh
suatu organisasi atau perusahaan untuk meningkatkan efektivitas kinerjanya,
juga dalam melipatgandakan kinerja keuangan perusahaan atau organisasi
tersebut. Balanced scorecard juga digunakan sebagai suatu sistem manajemen
untuk mereflesikan berbagai aspek penting dalam bisnis berdasarkan visi dan
strategi perusahaan.
2.2 Sejarah
Pada tahun 1990, Nolan Norton Institute bagian riset Kantor Akuntan
Publik KPMG di USA yang dipimpin oleh David P Norton menyeponsori studi
tentang pengukuran kinerja dalam organisasi masa depan. Studi ini
didorong oleh kesadaran bahwa pada waktu itu ukuran kinerja keuangan
yang digunakan perusahaan sudah tidak memadai. Balanced scorecard
digunakan untuk menyeimbangkan usaha dan perhatian manajemen kepada
kinerja keuangan dan non keuangan, serta kinerja jangka pendek dan kinerja
jangka panjang. Balanced scorecard ditujukan untuk memperbaiki sistem
pengukuran kinerja manajemen. Balanced scorecard merupakan ukuran
kinerja manajemen dengan ukuran aspek keuangan dan non keuangan.
Berdasarkan pendekatan balance scorecard, kinerja keuangan yang
dihasilkan oleh manajemen harus merupakan akibat diwujudkannya kinerja
dalam pemuasan kebutuhan konsumen, pelaksanaan proses bisnis internal
yang produktif dan efektivitas biaya dan pembangunan personel yang
produktif dan berkomitmen.
Tabel 1. Contoh Pendekatan Balanced Scorecard Untuk Perluasan Ukuran
Kinerja
Perspektif Sasaran dan
strategi
Ukuran kinerja eksekutif
Keuangan Share holder
value
Economic value added
Bauran pendapatan
Arus kas
Asset turn over
biaya
Konsumen Firm equity Kepuasan konsumen harga dan
kualitas
Konsumen baru
kenaikan pangsa pasar
Kualitas hubungan konsumen
Kecepatan waktu layanan
Proses bisnis
internal
Organizational
capital
Jumlah aplikasi baru
Cycle time
On time delivery
Cycle effectivenes
Pembelajaran
dan.
Pertumbuhan
Human capital Skill coverage (kapabilitas karyawan)
Komitmen karyawan
(Sumber : Mulyadi , 2001 : 133)
Ukuran kinerja non keuangan yang ditambahkan akan membuat
eksekutif manajemen terpacu untuk memperhatikan dan melaksanakan
usaha-usaha yang merupakan pemacu sesungguhnya bagi perwujudan
kinerja keuangan. Kinerja keuangan dalam jangka panjang tidak dapat
dihasilkan melalui usaha-usaha semu, tetapi harus diwujudkan melalui
usaha-usaha nyata dengan menghasilkan value bagi konsumen,
meningkatkan produktivitas, cost effectiveness, proses bisnis, dan
meningkatkan kapabilitas dan komitmen karyawan.
2.3. Konsep umum
Balanced Scorecard terdiri dari 2 suku kata yaitu kartu nilai (scorecard)
dan balanced (berimbang). Maksudnya adalah kartu nilai untuk mengukur kinerja
personil yang dibandingkan dengan kinerja yang direncanakan, serta dapat
digunakan sebagai evaluasi. Serta berimbang (balanced) artinya kinerja personil
diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan non-keuangan, jangka
pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern.
Karena itu jika kartu skor personil digunakan untuk merencanakan skor
yang hendak diwujudkan di masa depan, personil tersebut harus
memperhitungkan keseimbangan antara pencapaian kinerja keuangan dan non-
keuangan, kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta antara kinerja
bersifat internal dan kinerja eksternal (fokus komprehensif).
Pada awal perkembangannya, BSC hanya ditujukan untuk memperbaiki
system pengukuran kinerja eksekutif. Sebelum tahun 1990an eksekutif hanya
diukur kinerja mereka dari perspektif keuangan, sehingga terdapat
kecenderungan eksekutif mengabaikan kinerja non keuangan seperti kepuasan
pelanggan, produktifitas, dan kefektifan proses yang digunakan untuk
menghasilkan produk dan jasa, dan pemberdayaan dan komitmen karyawan
dalam menghasilkan produk dan jasa bagi kepuasan pelanggan.
BSC menerjemahkan visi dan strategi perusahaan kedalam tujuan konkrit
terorganisasi disepanjang jalur 4 perspektif yang berbeda: finansial, pelanggan,
proses internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Prinsip dasar BSC adalah
memfokuskan pada pelanggan, proses internal, dan pembelajaran dan
pertumbuhan sekarang, perusahaan akan mengamankan posisi finansial masa
depannya. Mengenali keseimbangan antara pengukuran jangka pendek dan
menengah ini penting bagi perusahaan yang ingin cenderung menginginkan
kesuksesan finansial jangka pendek yang seringkali juga diinginkan oleh para
pemegang saham. Dibandingkan dengan konsep manajemen strategis umum,
BSC memiliki beberapa konsep penting:
1. Menambahkan 3 perspektif tambahan pada perspektif finansial yang telah
ada.
2. Konsep penting kedua adalah penggunaan indikator leading dan lagging.
Indikator lagging adalah pengukuran yang menjelaskan sesuatu telah terjadi,
karena itu jika perusahaan bereaksi pada pengukuran itu akan menjadi
terlambat. Contohnya adalah ukuran finansial itu sendiri. Indikator leading
sebaliknya menceritakan sesuatu mengenai masa depan. Contohnya jika
perusahaan memperbaiki indeks kepuasan pelanggannya, maka perusahaan
akan dalam jalur yang benar mendapatkan penjualan tahunan yang lebih
baik.
3. Hubungan sebab-akibat. Jika kita memiliki sejumlah indikator yang terkait
dalam cara dimana kinerja sekarang satu indikator menjadi indikasi kinerja
yang baik di masa depan dari indikator yang lain, maka kita telah
membangun peta hubungan sebabakibat.
4. Penerapan BSC secara berjenjang diseluruh organisasi. Umumnya
perusahaan multinasional dengan beberapa unit bisnis pertama-tama akan
menciptakan BSC bagi tingkat perusahaan kemudian membangun kartu nilai
tingkat unit bisnis di tingkat anak perusahaan. SBU akan mengambil sasaran
(dan bahkan indikator) scorecard perusahaan sebagai awal pertimbangan
dan mengerti bagaimana mereka member sumbangan pada target
perusahaan.
5. Pembelajaran ‘double loop learning’. Perusahaan yang telah
mengembangkan BSC dapat menggunakannya untuk mengontrol
kesuksesan strategi awal (single loop learning) sebagai dasar pertimbangan
ketika strategi tersebut ditantang oleh informasi baru yang diperoleh dari
lingkungan bisnis (double loop learning).
2.4. Karakteristik Balanced Scorecard
Penjelasan mengenai karakteristik balanced scorecard dikemukakan oleh
Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya “Pengukuran Kinerja Dengan Balance
Scorecard” adalah :
“Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategic atau
lebih tepat dinamakan suatu: “Strategic based rensponsibility accounting
system yang menjabarkan misi dan strategi suatu orgaisasi kedalam
tujuan operasional dan tolok ukur kinerja untuk 4 perspektif yang berbeda,
yaitu:
1. Perspektif keuangan (financial perspective)
2. Perspektif pelanggan (customer perspective)
3. Perspektif proses usaha internal (internal business perspective)
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth
infrastructure perspective).
(2001:4)
Balanced Scorecard mempertahankan perspektif keuangan karena tolok
ukur keuangan berguna dalam mengikhtisarkan konsekuensi tindakan ekonomi
terukur yang telah diambil. Tolok ukur kinerja keuangan menunjukkan apakah
strategi, implementasi dan eksekusi perusahaan memberi kontribusi pada
perbaikan laba. Tujuan finansial biasanya berkaitan dengan pengukuran
kemampuan laba, seperti laba operasi, ROCE (Reurn On Capital Employed),
EVA (Economic Value Added) dan lain-lain.
Tujuan keuangan alternatif dapat berupa pertumbuhan penjualan yang
cepat atau perolehan arus kas. Perspektif keuangan menggambarkan
konsekuensi tindakan ekonomi yang diambil dalam ketiga perspektif yang lain.
Perspektif pelanggan mendefinisikan pelanggan dan segmen pasar dimana unit
usaha akan bersaing. Perspektif proses usaha internal melukiskan proses
internal yang diperlukan untuk memberikan nilai untuk pelanggan dan pemilik.
Sebagai contoh, dalam perusahaan manufaktur, perakitan suatu produk
adalah proses usaha internal. Ide dasarnya adalah pembelajaran perlu untuk
memperbaiki kepuasan pelanggan, dan memperbaiki kepuasan pelanggan perlu
untuk memperbaiki hasil keuangan.
Akhirnya, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (infrastructure)
mendefinisikan kapabilitas yang diperlukan induk organisasi untuk menciptakan
pertumbuhan jangka panjang dan perbaikan. Perspektif yang terakhir ini
hubungan dengan tiga faktor utama, yaitu :
1. Kapabilitas karyawan (employed capabilities);
2. Kapabilitas sistem informasi (information system capabilities);
3. Sikap karyawan (motivasi, pemberdayaan/empowerment).
Dalam pendekatan Balanced Scorecard, penekanan adalah pada
perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement) bukan hanya
mencapai tujuan khusus seperti laba sekian milyar rupiah.
Gambar 2.1
Dari strategi ke pengukuran Balanced Scorecard
Performance Measures
Sum: Garrison (2000:465)
Tolok ukur keuangan tampak paling atas pada gambar: 2.1 Pada akhirnya,
eksistensi perusahaan untuk memberikan manfaat keuangan kepada pemilik.
Organisasi yang tidak mencari keuntungan sekalipun harus menghasilkan
sumber daya keuangan agar dapat bertahan dalam operasi. Biasanya, manajer
puncak bukan manajer tingkat lebih rendah. Gambar tabel: 2.1 menyajikan
contoh tolok ukur kinerja yang dapat ditemukan dalam Balanced Scorecard
perusahaan
Financial
“Has our financial performance
What are our financial goals?
Vision and
Strategy
Internal Business Processes
“Have we improved key business processes so that we can deliver
more value to customers?”
Customer
“Do Customer recognize that we are delivering more value?”
What customer do we want to serve and
hiow are we going to win and retain them?
What internal business processes
are critical to providing value to
custormers?
Learning and Growth
“Are we maintaining our ability to change and improve?”
2.5 Keunggulan Balanced Scorecard
Balance Scorecard sebagai inti sistem manajemen strategik memiliki tiga
keunggulan:
(1) memotivasi personel untuk berfikir dan bertindak strategik dalam
membawa perusahaan menuju ke masa depan
(2) menghasilkan total business plan yang komprehensif
(3) menghasilkan total business plan yang koheren
(4) menghasilkan sasaran-sasaran strategik yang terukur
Strategik
Untuk melipatgandakan kinerja keuangan perusahaan, personel perlu
menempuh langkah-langkah strategik berupa pembangunan tiga macam modal
(capital): firm equity, organizational capital, dan human capital. Tidak ada satu
pun dari ketiga macam modal tersebut yang dapat dibangun secara berhasil
dalam jangka pendek. Diperlukan langkah-langkah besar dan berjangka panjang
untuk secara berhasil membangun firm equity, organizational capital, dan human
capital. Balanced scorecard juga menuntut personel untuk mencari inisiatif-
inisiatif strategik dalam mewujudkan sasaran-sasaran starategik yang telah
ditetapkan.
Dalam memasuki lingkungan bisnnis yang kompetitif, langkah-langkah kecil tidak
menjanjikan keberhasilan perusahaan. Langkah-langkah yang berfokus ke
jangka pendek juga akan menurunkan daya saing perusahaan. Diperlukan
sasarn strategik dan inisiatif strategik untuk membangun daya saing perusahaan
dalam jangka panjang.
Komprehensif
Balanced Scorecard merumuskan sasaran strategik, tidak hanya terbatas pada
perspektif keuangan, namun meluas ke perspektif customer, proses bisnis/intern,
pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan sasaran strategik ke perspektif non
keuangan tersebut mengarahkan perhatian personel dan mengerhakna seluruh
usaha ke pemacu sesungguhnya (the real drivers) kinerja keuangan. Dalam
perspektif customer, sasaran strategik yang perlu diwujudkan adalah frim equity
yang merupakan hasil kali brand equity dengan firm culture. Melalui pencapaian
sasaran strategik frim equity ini diharapkan kinerja keuangan perusahaan akan
berllipat ganda melalui pemerolehan pendapat penjualan dari customers. Dalam
perspektif proses, sasaran strategik yang perlu diwujudkan adalah organizational
capital diharapkan akan menghasilkan peningkatan produktivitas proses dalam
menghasilkan produk dan jasa bagi customer dan pelaksanaan proses yang cost
effective, sehingga perusahaan akan memperoleh pelipatgandaan kinerja
keuangan melalui peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya. Dalam
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, sasaran strategik yang perluy
diwujudkan adalah human capital, yang merupakan hasil kali employee
capability dengan employee commmitment. Melalui pencapaian strategik human
capital ini diharapkan akan meningkatkan kualitas proses yang digunakan untuk
menghasilkan valuie bagi customer.
Koheren
Balanced Scorecard dapat menghasilkan dua macam kekoherenan:
(1) kekoherenan antara misi dan visi perusahaan dengan program dan
rencana laba jangka pendek
(2) kekoherenan antara berbagai sasaran strategik yang dirumuskan dalam
tahap perencanaan strategik
Terukur
Balanced Scorecard menghasilkan sasaran-sasaran startegik yang ditentukan
ukurannya untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategik yang
telah dirumuskan dan untuk mengukur faktor yang memacu pencapaian sasaran
strategik tersebut.
Gambar dibawah ini melukiskan sasaran-sasaran strategik yang merupakan
pemacu sesungguhnya kinerja perusahaan.
PERSPEKTIF SASARAN STRATEGIK
Keuangan Sharebolder Value
Customer Firm Equity
Proses Bisnis/Intern Organizational Capital
Pembelajaran &
Pertumbuhan
Human Capital
Pemacu seseungguhnya kinerja keuangan
2.6. Empat Perspektif Balanced Scorecard
2.6.1 Perspektif Keuangan
Balanced Scorecard menggunakan tolok ukur kinerja keuangan, seperti
laba bersih dan ROI (Return On Investmen), karena tolok ukur tersebut secara
umum digunakan dalam organisasi yang mencari laba. Tolok ukur keuangan
memberikan bahasa umum untuk menganalisis dan membandingkan
perusahaan. Orang-orang yang menyediakan dana untuk perusahaan seperti
lembaga keuangan dan pemegang saham sangat mengandalkan tolok ukur
kinerja keuangan dalam memutuskan apakah meminjamkan atau
menginvestasikan dana. Tolok ukur keuangan yang didesain dengan baik dapat
memberikan pandangan agregat keberhasilan suatu organisasi.
Tolok ukur keuangan adalah penting, akan tetapi tidak cukup
mengarahkan kinerja dalam menciptakan nilai (value). Tolok ukur non keuangan
juga tidak memadai untuk menyatakan angka paling bawah (bottom line).
Balanced Scorecard mencari suatu keseimbangan dari tolok ukur kinerja yang
multiple baik keuangan maupun non keuangan untuk mengarahkan kinerja
organisasional terhadap keberhasilan.
2.6.2 Perspektif Pelanggan
Perspektif pelanggan memfokus pada bagaimana organisasi
memperhatikan pelanggannya agar berhasil. Mengetahui pelanggan dan
harapan mereka tidaklah cukup. Suatu organisasi juga harus memberikan
insentif kepada manajer dan karyawan yang dapat memenuhi harapan
pelanggan.
Perusahaan antara lain menggunakan tolok ukur kinerja berikut, pada
waktu mempertimbangkan perspektif pelanggan, yaitu :
1. Kepuasaan pelanggan (customer satisfaction);
Tolok ukur kepuasan pelanggan menunjukkan apakah perusahaan
memenuhi harapan pelanggan atau bahkan menyenangkannya.
2. Retensi pelanggan (customer retention);
Tolok ukur retensi atau loyalias pelanggan menunjukkan bagaimana baiknya
perusahaan pelanggannya. Secara umum dikatakan bahwa dibutuhkan 5 x
lebih banyak untuk memperoleh seorang pelanggan baru daripada
mempertahankan seorang pelanggan lama.
3. Pangsa Pasar (market share);
Pangsa pasar mengukur proporsi peusahaan dari total usaha dalam pasar
tertentu.
4. Kemampulabaan pelanggan.
Untuk perusahaan yang mencari untung, garis paling bawah (bottom line)
adalah kemampulabaan pelanggan, yakni pelanggan yang memberikan
keuntungan kepada perusahaan. Mempunyai pelanggan yang puas dan
setia dari pangsa pasar yang besar adalah baik, akan tetapi pencapaian
tersebut tidak menjamin kemapulabaan. Kepuasan pelanggan yang lebih
baik mengarah pada peningkatan kemampulabaan pelanggan.
2.6.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Terdapat hubungan sebab akibat antara perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan dengan perspektif poses usaha internal. Karyawan yang
melakukan pekerjaan merupakan sumber ide baru yang terbaik untuk
memproses usaha yang lebih baik.
Pelanggan menilai barang dan jasa yang diterima dapat diandalkan dapat
tepat pada waktunya. Pemasok dapat memuaskan pelanggan apabila mereka
memegang jumlah persediaan yang banyak untuk menyakinkan bahwa barang-
barang tersedia ditangan. Akan tetapi biaya penanganan dan penyimpangan
persediaan menjadi tinggi dan kemungkinan keusangan persediaan. Untuk
menghindari persediaan yang berlebihan, alternatif yang mungkin adalah
membuat pemasok mengurangi throughput time. Throughput time adalah total
waktu dari waktu peasanan diterima oleh perusahaan sampai dengan pelanggan
menerima produk. Memperpendek throughput time dapat berguna apabila
pelanggan menginginkan barang dari jasa segera mungkin.
2.6.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Untuk tujuan insentif, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
memfokus pada kemampuan manusia. Manajer bertanggung jawab untuk
mengembangkan kemampuan karyawan. Tolok ukur kunci untuk menilai kinerja
manajer adalah kepuasan karyawan, retensi karyawan, dan produktivitas
karyawan. Kepuasan karyawan mengakui bahwa moral karyawan adalah penting
untuk memperbaiki produktivitas, umumnya kepuasan pelanggan, dan
ketanggapan terhadap situasi. Manajer dapat mengukur kepuasan karyawan
dengan mengirim survey, mewawancari karyawan, mengamati karyawan pada
saat bekerja.
Produktivitas karyawan mengakui pentingnya keluaran per-karyawan,
keluaran dapat diukur dalam arti tolok ukur fisik seperti halaman yang diproduksi
atau dalam tolok ukur keuangan seperti pendapatan per-karyawan, laba per
karyawan. Contoh pengukuran produktivitas sebuah bank misalnya jumlah
pinjaman yang diproses per loan officer per bulan. Suatu sistem insentif yang
baik akan mendorong manajer meningkatkan kepuasan karyawan yang tinggi,
perputaran karyawan yang rendah dan produktivitas karyawan yang tinggi.
Gambar Tabel: 2.1Contoh tolok ukur kinerja dalam Balanced Scorecard
PERSPEKTIF KEUANGAN/FINANCIAL PERSPECTIVE
PERSPEKTIF PELANGGAN/CUSTOMER PERSPECTIVE
Ukuran kinerja/Performance Measures Perubahan yang diinginkan/Desired
changeKepuasan pelanggan menurut survei/Customer satisfaction as measured by survey results +Jumlah komplain dari pelanggan/Number of customer complaints -Pangsa pasar/Market share +Persentase retur pembelian dari penjualan/Product returns as a percentage of sales -Persentase pelanggan yang masih setia dari periode lalu/Percentage of customers percentage fromlast period +Jumlah pelanggan baru/Number of new customer -
PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL/INTERNAL BUSINESS PERSPECTIVE
Ukuran kinerja/Performance Measures Perubahan yang diinginkan/Desired
changePersentase penjualan produk baru/Percentage of sales from new products +Waktu untuk mengenalkan produk baru ke pasar/Time to introduce new products to market -Persentase telpon diangkat dalam 20 menit/Percentage of customer calls answerd within 20 seconds +Persentase pengiriman tepat waktu dari semua pengiriman/On-time deliveries as a percentage of all +
deliveriesPersentase persediaan barang dalam proses dari penjualan/Work in process inventory as a percentage of sales
-
Selisih biaya standar yang tidak menguntungkan/Unfavorable standars cost variances
-
Pesentase produk cacat dari unit yang sempurna/Defect free units as a percentage of of completed units +Siklus waktu pengiriman/Delivery cycle time -Throughput time -Manufacturing cycle efficiency (MCE) +Biaya mutu/Quality costs -Setup time -Waktu dari telpon dari pelanggan sampai perbaikan produk/Time from call by customer to repair of product -Persentase keluhan yang langsung ditanggapi/Percent of customer complaint settled on first contact +Waktu unuk menaggapi klaim dari pelanggan/Time to settle a customer claim -
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN/LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE
Ukuran kinerja/Performance Measures Perubahan yang diinginkan/Desired
changeUsulan per-karyawan/Suggestions per employed +Karyawan bernilai tambah/Value-added employee +Perputaran karyawan/Employee turnover -Jam penelitian didalam per-karyawan/Hours of in-house training per employee +Sumber: Garrison (2000: 466)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan
non-profit memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi
misi dan perspektif prioritas yang diinginkan seperti perspektif finansial digantikan
oleh perspektif pemenuhan kualitas pelanggan.
BSC adalah metode yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang
tidak hanya sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui
parameter pendukung kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga
sustainabilitas organisasi dapat lebih terjamin.
Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan
sumberdaya alam-lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar
mampu terintegrasi dengan aktifitas bisnis organisasi tersebut. Hal ini terkait
dengan jaringan infrastruktur informasi yang ada dan kuat-tidaknya budaya yang
melekat dalam organisasi tersebut.
Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam pengelolaan
sumber daya alam akan tergantung pada:
Misi spesifik masing-masing aktor ekonomi masyarakat, dan jalinan kuat
antar misi tersebut berbentuk visi dan nilai bersama (sustainable
development dan cita-cita bersama).
Perlu dilakukan berjenjang dan bertahap untuk mewujudkannya agar efektif
Motivasi mewujudkan visi bersama dan tujuan bersama agar sinergi dan
optimalisasi misi masing-masing dapat tercapai, dengan cara insentif dari
pihak regulator atau dorongan faktor eksternal untuk mewujudkan visi
tersebut.
3.2 Saran
Pengembangan Balanced Scorecard (BLC) perlu di sesuaikan dengan
kondisi yang ada di perusahaan atau organisasi yang ada hal ini perlu dilakukan
agar penerapan Balanced Score (BLC) bisa berjalan dengan lancar dan nanti
bisa menguntunkan perusahaan serta adanya penghematan dalam pemakaian
sumber daya alam yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Makhijani, Naresh (2012).Menciptakan Balanced Scorecard. Jakarta: Erlangga
Rangkuti, Freddy (2011). SWOT Balanced Scorecard. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Gontor (2012). Balanced Scorecard. Jakarta: Erlangga
Mulyadi, (1999). “Strategic Management System dengan Pendekatan Balanced Scorecard. “ Usahawan. Yogyakarta. No. 02 dan 03 TH XXVIII.
------------, (2001) Balanced Scorecard. Jakarta : Salemba Empat.
Norton, David P., Kaplan, Robert S. (1996) The Balanced Scorecard: Translating
StrategyInto Action, HBS Press
Zingales, F., Rourke, Anastasia O., Hockerts, Kai. (2002)Balanced Scorecard
and Sustainability, State of the Art Review, Working Paper, Center for
Management and Environmental Resources, France Press
Lee, S.F., Ko, Andrew Sai On, Building Balanced Scorecard With SWOT
Analysis, andimplementing ‘Sun Tzu’s The Art of Business Management
Strategies’ on QFDMethodology, Management Auditing Journal 15/1/2 (2000),
h.68-76, MCB UniversityPress, 2000
Monika Kussetya Ciptani, (2000). “Balanced Sorecard sebagai Pengukuran
Kinerja Masa Depan : Suatu Pengantar.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Yogyakarta. Vol. 2 No. 1
Sri Pujiningsih, (2002). “Pengukuran Kinerja Perguruan Tinggi Berdasarkan Pendekatan Balanced scorecard (Studi di Universitas Negeri Yogyakarta).” Tesis. Universitas Gadjah Mada.
Kaplan, Robert S. dan David P. Norton. (1996). The Balanced Scorecard. Boston : Harvard Business School Press.