Balance Scorecard
-
Upload
asyer-rimbun-nababan -
Category
Documents
-
view
322 -
download
1
Transcript of Balance Scorecard
Perspektif Keuangan
Perspektif ini harus menggambar kan hasil-hasil pilihan strategis yang dibuat dalam
perspektif lainnya, dan secara bersamaan menyusun beberapa sasaran jangka panjang dan
aturan-aturan umum secara luas serta premis-premis untuk perspektif lainnya. Perspektif
Keuangan sering ditunjuk segai “perspektif pemegang saham dan keuangan”
Perspektif Pelanggan
Perspektif ini menjelaskan cara-cara di mana nilai akan diciptakan untuk pelanggan,
bagaimana ia menutun nilai ini harus dipenuhi dan mengapa pelanggan mau membayarnya.
Maka, berbagai proses internal dan upaya pengembangan perusahaan harus diarahkan
berdasarkan perspektif ini.
Strategis-strategi yang dipilih berdasarkan perspektif pelanggan harus melalui analisis yang
dalam istilah konvensional mennjelaskan segmen-segmen pembeli yang akan diprioritaskan,
mengindentifikasi cara-cara bersaing, dan dalam hal ini juga menspesifikasi kebijakan-
kebijakan dan aturan-aturan yang biasa digunakan. Tolak ukur yang merupakan akibat
alamiah dari pilihan strategi ini harus member pandangan komprehensif dari perspektif
pembeli yang menyediakan informasi mutakhir seperti :
Pangsa Pasar
Loyalitas Pelanggan, dihitung misal, untuk frekuensi pembelian baru
Masuknya pelanggan baru
Kepuasan pelanggan terhadap produk/jasa
Profitabilitas pelanggan
Perspektif Proses Bisnis Internal
Proses apa saja yang menghasilkan bentuk nilai yang benar bagi pelanggan dan sekaligus
memenuhi harapan-harapan pemegang saham. Solusinya adalah, pertama, kita harus
mengidentifikasi proses-proses perubahan pada seluruh tingkatan. Model Potter yang
dinamakan model ‘mata rantai nilai” sangat berguna untuk tujuan ini. Model tersebut
menjelaskan seluruh proses perusahaan dari analisis kebutuhan pelanggan melalui
pengiriman produk/jasa.
Perspektif proses bisnis merupakan analisis utama proses internal perusahaan. Analisis ini
sering mencakup identifikasi sumber daya dan kapabilitas yang dibutuhkan perusahaan untuk
meningkatkan kinerjanya. Namun, semakin sering hubungan antara proses-proses internal
perusahaan dan yang lainnya, menyebabkan perusahaan bekerja sama begitu dekat dengan
maksud untuk mendapatkan bahan bagi pertimbangan. Terdapat beberapa pilihan tentang apa
yang tercakup dalam perspektif pelanggan dan proses bisnis :
Kita bisa tetap mempertimbangkan perspektif pelanggan untuk benar-benar difokuskan
pada penerima barang dan jasa perusahaan, dimana kita harus memperluas perspektif
proses bisnis untuk mencakup semua partner yang bekerja sama dengan kita.
Kita bisa member suatu “fokus eksternal” kepada perspektif pelanggan dan menjelaskan
strategi kita mengenai semua hubungan eksternal ini, sementara perspektif proses bisnis
tetap memperjuangkan “fokus internal”-nya.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini memungkinkan perusahaan untuk menjamin adanya pembaruan kapasitas
dalam jangka panjang, suatu prasyarat bagi kelangsungan organiasasi di masa datang. Dalam
perspektif ini, perusahaan harus mendasarkan diri tidak hanya pada menjamin dan
mengembangkan keperluan know-how untuk memahami an memuaskan kebutuhan
pelanggan, tetapi juga bagaimana hal tersebut dapat menjamin efisiensi yang penting dan
produktifias dari proses yang sekarang sedang menciptakan nilai kepada pelanggan.
Model lain yang telah terbukti manfaatnya dalam strategi pengembangan kompetensi adalah
matriks kompetensi sebagaimana yang dikenalkan oleh Hamel dan Prahalad, 1994, di bawah
ini:
Pasar
Yang Ada Sekarang Yang Baru
Yang Baru Kompetensi pusat baru yang
bagaimana yang kita butuhkan untuk
menjaga dan memperluas monopoli
kita dalam pasar kita saat ini.
Kompetensi pusat baru yang
bagaimana yang kita butuhkan untuk
berpartisipasi dalam pasar-pasar yang
paling menarik di masa datang.
Yang Ada Apa peluang untuk meningkatkan
posisi kita dalam pasar yang ada
dengan mempengaruhi kompetensi
kita yang ada dengan cara yang lebih
baik?
Produk dan jasa baru apa yang dapat
kita ciptakan dengan kembali
menyebarkan dan mengkombinasikan
kompetensi yang kita miliki dewasa
ini?
Matriks Kompetensi dari Hamel dan Prahalad
Langkah 9 : Identifikasi Faktor-faktor Penting bagi Kesuksesan.
Perusahaan sekarang harus menentukan faktor-faktor apa saja yang paling penting bagi
kesuksesan, lalu mentusun prioritasnya.
Contoh faktor-faktor kunci keberhasilan adalah :
tidak adanya produkcacat
tenaga kerja yang terlatih
fleksibilitas untuk mengadopsi perubahan kondisi pasar
memuaskan pelanggan
kerjasama dengan pemasok yang berkualitas tinggi
Langkah 10 : Mengembangkan Tolak Ukur, Identifikasi Sebab dan Akibat, dan
Menyusun Keseimbangan
Pada langkah ini, kita mengembangkan tolak ukur kunci yang relevan bagi pemakaian akhir
kerja. Seperti pada langkah-langkah lainnya, kita harus memulai dengan beberapa bentuk
“brainstorming”, dimana tidak ada ide yang ditolak dan semua pemikiran digunakan dalam
proses tersebut. Langkah ini merupakan langkah tunggal meskipun pada praktiknya
seringkali lebih cocok dibagi dalam dua bagian. Pertama, tolak ukur diusulkan; kemudian
kemungkinan mengambil tolak ukur dipelajari, sementara pada waktu yang sama struktur
diperiksa untuk konsistensi yang logis.
Langkah 11 : Mengembangkan Top-Level Scorecard
Ketika langkah-langkah sebelumnya sudah lengkap, scorecard tingkat tinggi diletakkan
bersama-sama untuk dipresentasikan dan mendapatkan persetujuan pihak-pihak terkait.
Untuk memfasilitasi implementasi, sebelum masuk ke dalam pengembangan scorecard,
semua orang di dalam organisasi perlu berpola pikir efisien dalam beberap ahal yang
dikerjakan dan dipikirkan.
Langkah 12 : Rincian Scorecard dan tolak Ukur oleh Unit Organisasi
Berdasarkan tolak ukur perusahaan dan organisasi, scorecard tingkat tinggi dan tolak ukur
diuraikan dan dilaksanakan ke unit-unit organisasi tingkat yang lebih rendah. Jika organisasi
terlalu datar dan kecil sehingga semua orang bisa mengetahui pengeruh scorecard tingkat
tinggi terhadap pekerjaannya maka biasanya tidak diperlukan lagi perincian scorecard. Jika
perusahaan ingin memanfaatkan potensi maksimal Balance Scorecard, scorecard sebagai
metode harus diuraikan. Perincian Scorecard dalam fase-fase awal kerjanya harus telah
menentukan bentuk organisasi yang paling cocok untuk pemanfaatan secara maksimal
kompetensi internal dan eksternal berdasar pengalaman masa lalu.
Langkah 13 : Merumuskan Tujuan-tujuan
Tiap-tiap tolak ukur yang digunakan harus memiliki sasaran. Suatu perusahaan membutuhkan
sasaran jangka pendek dan panjang sehingga ia akan memeriksa bagiannya secara kontinyu
dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan pada waktunya
Langkah 14 : Mengembangkan rencana Tindakan
Terakhir, untuk melengkapi scorecard, kita juga harus menspesifikasi langkah-langkah yang
akan diambil untuk mencapai sasaran dan visi yang telah ditetapkan. rencana tindakan ini
harus mencakup orang-orang yang bertanggung jawab dan skedul untuk laporan sementara
dan terakhir.
Langkah 15 : Implementasi Scorecard
Dengan munculnya berbagai paradigm baru di dalam bisnis harus digerakkan oleh customer-
focused, suatu sustem pengukuran kinerja yang efektif, paling tidak harus memiliki syarat-
syarat berikut:
1. Diadasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri sesuai
perspektif pelanggan
2. Evaluasi atas berbagai aktivitas, menggunakanberbagai tolak ukur kinerja yang
customer-validated
3. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan, sehingga
menghasilkan penilaian yang komprehensif.
4. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisasi mengenali
masalah-masalah yang ada serta kemungkinan perbaikannya.
Ringkasan:
Konsep Balance Scorecard bukanlah jaminan kesuksesan strategi dan visi organisasi,
melainkan merupakan konsep yang kekuatan besar konsep yang hasilnya tergantung pada
proses pelaksanaan scorecard, yakni proses yang dianggap efektif untuk mengekspresikan
strategi dan visi perusahaan dalam wacana yang lebih jelas dengan dukungan seluruh aspek
organisasi.
BAB IV
KUNCI KEBERHASILAN DALAM MEMBANGUN BSC
Scorecard adalah suatu sarana untuk mengkomunikasikan persepsi strategis suatu
perusahaan secara sederhana dan mudah dimengerti oleh seluruh pihak terutama orang-orang
dalam organisasi yang akan mengeksekusi strategi perusahaan.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan penerapan BSC
Kegagalan implementasi BSC pada umumnya disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Memandang bahwa BSC merupakan suatu pendekatan yang berdiri sendiri, yang
berbeda dengan pendekatan yang lain.
2. Kekeliruan dalam menentukan variable dan tolak ukur BSC yang tidak sejalan dengan
ekspetadi stakeholder, terutama nn-owner stakeholder.
3. Improvement goals (tujuan-tujuan pengembangan manajerial dan bisnis) dalam
perusahaan tidak didasarkan pada kebutuhan stakeholder.
4. Tidak ada system yang dapat diandalkan yang dapat merinci sasaran-sasaran pada
tingkat manajemen puncak hingga level di bawahnya secara efektif, yang pada dasarnya
merupakan alat aktualisasi strategi dan pengembangan bisnis.
5. Karyawan kurang mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaan.
Pengembangan Strategik vs Pengendalian Operasional
Diyakini secara luas bahwa masing-masing organisasi bergerak pada tingkatan yang berbeda
dari waktu ke waktu, Oleh karena itu, mereka harus mulai bekerja berdasarkan skala prioritas
untuk merespons berbagai dorongan dari pihak luar dan juga perubahan internal yang terjadi.
Dalam sebuah artikel, Greiner (1972) menggambarkan suatu rangkaian lima fase
pertumbuhan dalam masa kritis yang memaksa perusahaan untuk mencari praktik-praktik
organisasional yang baru. Masing-masing fase baru memerlukan leadership baru, system
pengendalian manajemen baru, dan cara berpikir/paradigm baru.
Karakteristik Implementasi balance scorecard yang sukses
Tanpa dukungan yang kuat dari manajemen puncak, sangat sulit untuk melaksanakan
implementasi sebuah konsep seperti BSC. Salah satu tujuan utama BSC adalah untuk
menciptakan partisipasi dan komuniaksi mengenai visi dan tujuan strategis suatu perusahaan.
Semua lini dan jenjang yang ada dalam perusahaan hendaknya berpartisipasi dalam proses
actual pengembangan scorecard, yang prosesnya dapat diawali dari visi komprehensif
perusahaan. Cara lain untuk menciptakan partisipasi dan rasa memiliki terhadap proyek
tersebut adalah dengan membiarkan organisais memutuskan langkah menurut versi
konsepnya sendiri.
Prioritas
Adanya kemungkinan BSC dapat memberikan pengaruh baik atau menguntungkan
yang sifatnya berkelanjutan. Pengaturan waktu yang sesuai sangat dibutuhkan. Penting pula
bahwa manajemen puncak harus mampu penjelaskan tujuan proyek BS dan hubungannya
dengan proyek-proyek perusahaan sebelumnya.
Komposisi Project Group
Konsep BS dimaksudkan untuk menyediakan suatu gambaran selengkap mungkin
tentang perusahaan. Oleh karen aitu, berbagai bagian dalam organisasi harus dipresentasikan
dalam project group dan menyumbangkan pandangan mereka selama proses penyusunan
scorecard. Project Group terdiri dari 4-15 orang. Angka optimal kesuksesan tidak mungkin
digeneralisasikan. Meskipun penting, project group jangan sampai tumbuh terlalu besar
sehingga menganggu efisiensi dan kebebasan bertindak.
Berbagai Tolak –ukur yang Didefinisikan Secara Jelas dan Konsisten
Ukuran-ukuran yang digunakan dalam BS harus didefinisikan secara jelas dan dengan
cara yang sams disosialisasikan ke seluruh lini atau bagian organisasi. Jika suatu ukuran tidak
jelas, maka bahaya yang timbul adalah apabila hal itukemudian dianggap sebagai soal
keleluasan untuk tidak mengimplementasikan ukuran tersebut.
Kesembangan dan Hubungan Sebab-Akibat antar Berbgaai Tolak Ukur
Tujuan-tujuan perusahaan secara tradisional dinyatakan dalam berbagai netuk sasaran dan
ukuran keuangan. Akibatmya, banyak system dikembangkan untuk memungkinkan
dilakukannya monitoring terhadap ukuran-ukuran keuangan berbasis harian. BS dimaksudkan
tidak hanya untuk memperlengkapi perusahaan dengan suatu pandangan yang lebih luas
tentang bisnisnya, tetapi juga mengharuskannya untuk mennetukan bagaimana berbagai
ukuran yang berbeda tersebut dapat saling mempengaruhi.
Menyusun Sasaran
Sasaran-sasaran harus disusun pada setiap tolak ukur. Jika BSC ditujukan untuk
meningkatkan kredibilitas, maka yang harus diperhatikan adalah, pertama, sasaran harus
konsisten dengan visi komprehensif dan strategi meyeluruh. Kedua, ia harus realistis dan
dapat dicapai. Ketiga sasaran harus sukup ambisius untuk memacu organisasi berkemang.
Efisiensinya, karyawan di seluruh jajaran organisasi hendaknya dapat membuktikan bahwa
sasaran-sasaran tersebuat pada umumnya dapat dicapai.
Hubungan dengan Sistem-sistem Pengendalian yang Ada
BSC merupakan suatu metode untuk mengendalikan strategi suatu bisnis aau operasi lainnya.
Biasanya, metode ini harus dipadukan dengan sistem-sistem pengendalian yang ada,
khususnya pengendalian manajemen. Manajemen khususnya di level eksekutif (dewan
direksi dan manajer korporasi senior), dapat memahayakan posisi perusahaan bila memiliki
pandangan bahwa bisnis pelanggannya dapat dilihat dari ukuran (segi) keuangan saja.
Menyakinkan Kemungkinan Dikerjakannya Tolak Ukur dan pengukuran
Agar scorecard efektif, ia harus dilengkapi secara kontinyu dengan info mutakhir dan relevan
sehingga ia menjadi bagian alami dari proses pembelajaran dan diskusi strategis perusahaan.
Proses perumusan BSC sering berakibat paa sejumlah ukuran yang tidak eksis dalam sistem
yang dimiliki perusahaan saat ini. Di sini, project group harus yakin ahwa data yang
diperlukan akan tersedia.
Pelatihan dan Informasi
Berdasarkan pengalaman, kita tidak mungkin memberikan terlalu banyak informasi dan
pelatihan kepada sebuah organisasi. Yang terpenting adalah informasi tentang konsep BS
selalu tersedia dan mudah dimengerti. Pelatihan dan informasi dapat disediakan dengan
bantuan manual, internet, atau seminar.
Pengembangan Suatu Organisasi Pembelanjaran
Dalam proses BS, startegi dirinci ke dalam berbagai ukuran dan spesifik. Proses ini
mengembangkan partisipasi, kesadaran, dan desentralisasi, pemuatan keputusan, serta
tanggung jawab terhadap pencapaian sasaran yang dirumuskan.
Menindaklanjuti Konsep
Agar tetap kompetitif, suatu perusahaan harus meninjau strateginya secara berkala dan
konsisten. Rantai antara tujuan-tujuan strategis perusahaandan berbagai tolak ukur di dalam
scorecard nya bisa dianggap sebagai suatu hipotesis hubungan sebab-akibat tertentu.
BAB V
ASPEK TEKNOLOGI INFORMASI DALAM
IMPLEMENTASI BALANCED SCORECARD
Dalam konteks ini, TI yang diimplementasikan pada Balanced Scorecard (BSC) harus
dapat dikembangkan dari (sebagai) sarana proses eksekusi strategis ke implementasi system
pengendalian manajemen dalam bentuk yang lebih operasional. Ini berrati system TI harus
diarahkan ke isu-isu yang berhubungan dengan keseimbangan antara sistem pengukuran
manual dan otomatis, keseimbangan antar biaya pengukuran dan penggunaan pengetahuan
tentang apa yang diukur, dan mempercayakan karyawan tentang arus operasi dengan
pembuatan keputusan yang didasarkan pada berbagai tolak ukur baik keuangan maupun non-
keuangan dalam system pengendalian manajemen baru yang berbaisi scorecard.
Berbagai solusi TI untuk Balanced Scorecard
Model BSC hanya menyediakan suatu struktur yang mengekspresikan visi dan strategi
perusahaan dalam bentuk sasaran dan tolak ukur yang konkret. Perusahaan tetap menghadapi
tantangan yang cukup besar dalam membangun system terutama untuk mengumpulkan
informasi yang relevan dan mengomunikasikan informasi tersebut kepada para karyawan dan
partner.
Solusi-solusi TI yang dapat dipertimbangkan penggunaannya bersama BSC terdiri dari 3
kategori utama. Masing-masing kategori mempresentasikan tiga level pemanfaatan yang
berbeda-beda sebagaimana digambarkan di bawah ini, dimana yang pertama
mempresentasikan level ambisi paling bawah dan yang ketiga adalah yang teratas.
1. Interface Pengguna – suatu gaya dalam mempresentasikan data danmeungkinkan aanya
perbandingan di antara unit-unit sepanjang waktu
2. Sistem Informasi Eksekutif – di samping bentuk presentasi, system tersebut melengkapi
kumpulan data otomatis dari berbagai system yang telah siap.
3. Model-model simulasi – di sini kita dapat memproyeksikan scorecard perusahaan ke
masa depan atau meniru efek-efek perubahan dalam berbagai tolak ukur.
Solusi-solusi TI yang telah kita temukan merupakan generasi pertama. Masalah penyediaan
data dari system informasi manajemen (generasi kedua) dalam bentuk scorecard adalah
masalah desain laporan dan bagaimana memastikan kulaitas data yang telah ditemukan di
dalam system-sistem yang ada.
Kesulitan-kesulitan dalam menciptakan system-sistem baru yang diperlukan tercakup dalam
dua kategori :
1. Kombinasi berbagai sumber data yang berbeda-beda – masalah ini sama halnya dengan
aspek-aspek logis data, kemudahan dimengerti, frekuensi kumpulan data, dan
sebagainya.
2. Pengumpulan nilai-nilai data melalui hierarki-hierarkinya – isunya di sini adalah bahwa
banyak nilai yang diukur dalam scorecard tidak dapat digunakan untuk penjumlahan
aritmetika sederhana.
Generasi Pertama : Interface Pengguna
Memperkenalkan scorecard biasanya dimulai pada level operasi. Salah satu tujuan TI
adalah memberikan suatu pandangan komprehensif yang memadai tentang berbagai tolak
ukur didefinisikan dalam scorecard. Interface pengguna berarti bahwa data setiap diakses dan
disajikan dalam gaya yang bersahabat atau mudah dilaksanakan oleh pengguna.
Generasi Kedua : Sistem Informasi Eksekutif
Sistem informasi manajemen menyangkut koneksi system pendukung presentasi dan
alat analitis serta database ke system yang melengkapinya dengan data. Tidak ada hal yang
membedakan tipe sistem informasi manajemen ini dari system informasi eksekutif/system
pendukung keputusan yang lain.
Solusi yang dipilih harus menyediakan interface pengguna untuk tiap-tiap unit,
sementara pada waktu yang sama memungkinkan disimpannya data di dalam database biasa
untuk memastikan adanya data yang benar dan konsisten. Ada beberapa keuntungan lain
dalam menggunakan TIyang ditujukan semata-mata untuk memerin informasi. Untuk
memberikan jawaban dibutuhkan suatu solusi yang lebih cerdas daripada yang menyangkut
penyimpanan dan presentasi data sederhana. Salah satu teknik itu adalah OLAP (On-Line
Analytical Processing). Dengan OLAP, data dapat diakses dalam format multidimensi yang
serupa dengan spreadsheet biasa tetapi dalam bentuk lebih dari dua dimensi.
Suatu aplikasi yang menarik bagi konsep BSC adalah menyeimbangkan berbagai
tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya saling erhadapan dengan maksud untuk
menciptakan suatu model yang menunjukkan bagaimana mereka saling berhubungan. Teknik
OLAP bisa digunakan untuk tujuan ini. OLAP bisa menyederhanakan kombinasi berbagai
dimensi bisnis yang berbeda-beda sebagaimana yang diinginkan dan dalam simulasi serta
optimalisasi.
Perusahaan-perusahaan TI merespons dengan membuat sebagian besar bahkan
seluruh program mereka menjadi web compatible. Hal ini memungkinkan pengguna web
untuk :
Melaporkan data secara sederhana dan dengan biaya yang efektif sifat data tidak bisa
diperoleh kembali dari system-sistem lain yang ada.
Memungkinkan pengumpulan data secara otomatis dari beragai sistem dengan tingkat
“drill-down” tertentu ke berbagai level data.
Memberi sarana yang dapat diakses dengan mudah dan gampang digunakan untuk
presentasi data.
Menyajikan hasil dan kecenderungan untuk data dalam struktur BSC.
Generasi Ketiga : Model-model Simulasi
Bentuk ketiga dari pendukung data yaiu, model-model simulasi, dapat memanfaatkan
peralatan yang tersedia saat ini untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat. Di sini penting
untuk mengingat salah satu ciri mendasar scorecard: membantu kita mempertimbangkan
beberapa perspektif dan tolak ukur secar simultan dan membantu menghindari keterikatan
secara permanen melalui pertimangan tertentu.
Dengan mengintegrasikan ide-ide yang terdapat dalam BSC dan teori sistem, kita
dapat melihat bisnis secara lebih dinamis. scara ringkas, integrasi kedua bidang ini
melengkapi kita dengan:
1. Sebuah struktur yang mendorong dan membantu kita untuk memahami agaimana
mengindentifikasikan hubungan-hubungan sebab akibat di antara berbagai tolak ukur
dan tujuan-tujuan strategis.
2. Sebuah percobaa simulasi sederhana atau hasil-hasil di masa yang akan datang dari
tolak ukur yang teridentifikasi dalam suatu proses BSC.
3. Dasar bagi pembelanjaran dalam bentuk strategi multidimensi.
4. Dasar diskusi tentang bagaimanamengemangkan rencana aksi operasional yang
menuju kepada penciptaan nilai.
Ithink dan Powersim merupakan alat-alat simulasi yang menggunakan teknologi
komputerisasi berdasarkan cara pikir sistem.
Ringkasan
Jika suatu scorecard hendak memainkan perannya dalam proses pembelanjaran dan diskusi
strategi di sebuah perusahaan, ia harus senantiasa diperaharui dengan informasi mutakhir dan
relevan secara professional. Tulisan ini membahas pentingnya memastikan kualitas data dan
menggambarkan 3 tingkatan ambisi yang berbeda dalam hubungannya dengan dukungan TI
untuk BSC. Suatu perusahaan baru akan memperoleh platform tindakan jika telah mencapai
tataran proyek BSC.