Bakteri Itung Angka Kuman

51
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan ini. Dibandingkan dengan organisme lainnya, mikroorganisme ini memiliki populasi paling banyak dan tersebar luas di bumi. Habitatnya sangat beragam, seperti di lingkungan perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan dapat ditemukan di dalam organisme hidup. Berdasarkan keanekaragaman jenisnya, terdapat berbagai jenis bakteri yang menguntungkan sehingga kelompok ini memiliki peranan besar bagi kehidupan di bumi. Contohnya bakteri saprofit yang berperan dalam menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme. Namun, beberapa jenis bakteri lainnya memiliki sifat yang merugikan sehingga keberadaannya membahayakan bagi kelangsungan hidup organisme lainnya. Keberadaan bakteri yang bersifat merugikan sering dikaitan dengan penyakit. Bakteri penyebab penyakit atau yang dikenal dengan sebutan bakteri patogen dapat ditemukan dalam tubuh organisme hidup, seperti pada usus besar, saluran vagina pada wanita, kandung kemih dan lain sebagainya. Masuknya bakteri kedalam jaringan tubuh, kemudian berkembang biak dan menimbulkan gejala penyakit disebut infeksi. Adanya bakteri pada organ-organ tersebut dapat diketahui dengan melakukan berbagai pemeriksaan. Biasanya pemeriksaan tersebut dilakukan dengan menggunakan spesimen

description

Angka Kuman

Transcript of Bakteri Itung Angka Kuman

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan ini. Dibandingkan dengan organisme lainnya, mikroorganisme ini memiliki

populasi paling banyak dan tersebar luas di bumi. Habitatnya sangat beragam, seperti di

lingkungan perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan dapat ditemukan di

dalam organisme hidup. Berdasarkan keanekaragaman jenisnya, terdapat berbagai jenis

bakteri yang menguntungkan sehingga kelompok ini memiliki peranan besar bagi

kehidupan di bumi. Contohnya bakteri saprofit yang berperan dalam menguraikan

tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme. Namun,

beberapa jenis bakteri lainnya memiliki sifat yang merugikan sehingga keberadaannya

membahayakan bagi kelangsungan hidup organisme lainnya.

Keberadaan bakteri yang bersifat merugikan sering dikaitan dengan penyakit.

Bakteri penyebab penyakit atau yang dikenal dengan sebutan bakteri patogen dapat

ditemukan dalam tubuh organisme hidup, seperti pada usus besar, saluran vagina pada

wanita, kandung kemih dan lain sebagainya. Masuknya bakteri kedalam jaringan tubuh,

kemudian berkembang biak dan menimbulkan gejala penyakit disebut infeksi. Adanya bakteri

pada organ-organ tersebut dapat diketahui dengan melakukan berbagai pemeriksaan.

Biasanya pemeriksaan tersebut dilakukan dengan menggunakan spesimen hasil ekskresi

organ-organ tersebut. Hasil eksresi merupakan zat-zat yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh.

Di dalam tubuh, terdapat sistem organ yang berperan dalam memilah mana zat-zat yang

diperlukan oleh tubuh dan mana yang tidak. Zat-zat yang masih diperlukan di dalam tubuh akan

diserap dan disimpan, sedangkan zat-zat yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh akan

dikeluarkan melalui organ-organ tersebut. Oleh karena itu, hasil diagnosis suatu spesimen

hasil eksresi merupakan suatu informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya kelainan-kelainan pada organ-organ yang berhubungan dengan hasil eksresi

tersebut. Salah satu hasil ekskresi yang biasanya mengandung bakteri adalah urine.

Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan oleh ginjal.

Keberadaan bakteri dalam urine dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan

urinalisis. Secara umum, pemeriksaan urinalisis selain untuk mengetahui kelainan ginjal

dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan diberbagai organ

tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain. Pada

pemeriksaan urinalisis ini, urin diperiksa terhadap adanya sel darah putih, sel darah

merah, dan bakteri. Bila diduga ada bakteri di urin, pemeriksaan selanjutnya adalah

mengembangbiakkan (mengkultur) bakteri tersebut sehingga dapat lebih mudah

diketahui jenisnya dan dilakukan perhitungan angka kuman untuk mengetahui seberapa

jauh urine tersebut telah tercemar oleh bakteri. Bakteri dalam urin bisa berasal dari

ginjal, pielum, ureter, vesika urinaria atau dari uretra.

Perhitungan angka kuman urine sangat penting dilakukan untuk mengetahui

banyaknya kandungan mikroba pada urine sehingga dapat ditentukan tingkat kerusakan

organ-organ yang berkaitan dengan produksi urine tersebut. Semakin tinggi angka

kuman, semakin akut kerusakan organ yang diderita pasien. Urine dapat dikatakan baik

jika jumlah mikroba yang terkandung di dalamnya masih di bawah jumlah standar yang

ditentukan oleh suatu lembaga yang bersangkutan.

Untuk meneliti sifat- sifat suatu organisme maupun jumlahnya, mikroorganisme

itu perlu dibiakkan terlebih dahulu dalam biakan murni. Oleh karena itu, sebelum

dilakukan perhitungan angka kuman pada urine, perlu dilakukan inokulasi yaitu suatu

usaha menumbuhkan mikroorganisme dari suatu sumber ke media pertumbuhan yang

steril. Bila bakteri diinokulasi ke dalam suatu medium yang sesuai dan pada keadaan

yang optimum bagi pertumbuhannya, maka terjadi kenaikan jumlah yang amat tinggi

dalam waktu yang relatif pendek. Sel sel yang terletak di atas atau dalam perbenihan

padat, tiap sel akan tumbuh dan akan membentuk koloni terpisah, sehingga setiap

koloni mempunyai kemungkinan besar berasal dari satu sel.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana teknik penanaman bakteri urine pada media dengan metode tuang?

1.2.2 Bagaimana teknik perhitungan angka kuman urine?

1.2.3 Bagaimana hasil perhitungan angka kuman pada media yang telah ditanami

bakteri urine?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui teknik penanaman bakteri urine pada media dengan metode

tuang.

1.3.2 Untuk mengetahui teknik perhitungan angka kuman urine.

1.3.3 Untuk mengetahui hasil perhitungan angka kuman pada media yang telah

ditanami bakteri urine.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penulisan laporan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis

dalam bidang bakteriologi serta laporan penulis jadikan pembelajaran untuk

menulis karya tulis ilmiah dengan baik yang dapat penulis jadikan pedoman

untuk penyusunan karya tulis selanjutnya.

1.4.2 Manfaat praktis

1.4.2.1 Agar penulis dan pembaca teknik penanaman bakteri urine pada media

dengan metode tuang.

1.4.2.2 Agar penulis dan pembaca teknik perhitungan angka kuman urine.

1.4.2.3 Agar penulis dan pembaca mengetahui hasil perhitungan angka kuman

pada media yang telah ditanami bakteri urine.

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Urine

Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari

1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan terbentuk filtrat 120 ml per

menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal

yang akhirnya terbentuk satu mili liter urin per menit. (R. Wirawan, S. Immanuel, R.

Dharma, 2008).

Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh

ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.

Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang

formal disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada

juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori.

Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya

dibuang keluar tubuh melalui uretra. (Riyanto, 1996)

Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti

urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urine berasal

dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi

ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh

melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang

tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang

keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urine dapat diketahui melalui urinalisis.

Urea yang dikandung oleh urine dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk

tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Urine dapat

dijadikan suatu informasi adanya kerusakan organ-orgran yang berhubungan dengan

urine tersebut. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urine. Urine

seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam

urine orang yang sehat.

(http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Urin&oldid=5232842 diakses tanggal 10

Maret 2012)

Anggapan umum menganggap urine sebagai zat yang "kotor". Hail ini berkaitan

dengan fungsi utama urine yaitu untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-

obatan dari dalam tubuh. Dengan kemungkinan urine tersebut berasal dari ginjal atau

saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urine-nya pun akan mengandung bakteri.

Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urine

sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga

bisa dikatakan bahwa urine itu merupakan zat yang steril. (Sondang M., 2010)

Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi

akan mengeluarkan urine yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan

mengeluarkan urine berwarna kuning pekat atau cokelat. Materi yang terkandung di

dalam urine bisa diketahui melalui urinalisis atau pemeriksaan urine. Melalui urinalisis

kita dapat mengetahui fakta tentang ginjal dan saluran urine. Selain itu, juga dapat

diketahui mengenai faal berbagai organ tubuh, seperti hati, saluran empedu, pankreas,

cortex adrenal, dan lain sebagainya,". Namun, ditambahkannya, memilih contoh

(sampel) urine harus disesuaikan dengan tujuan pemeriksaan. Ketika melakukan

urinalisis memakai urine kumpulan sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata susunan

urine itu tidak banyak berbeda dari susunan urine 24 jam berikutnya. Namun, bila

mengadakan pemeriksaan dengan sampel-sampel urine pada saat yang tidak menentu,

seperti di waktu siang atau malam, dapat dilihat perbedaan yang jauh dari sampel-

sampel itu. (Anonim, 2011)

Pemeriksaan urine lengkap di laboratorium akan melihat warna urine,

kepekatannya, pH, berat jenis, sel darah putih, sel darah merah, sedimen, sel epitelial,

bakteri, kristal, glukosa, protein, keton, bilirubin, darah samar, nitrit, dan urobilinogen.

(Surya Sanjaya, 2009)

2.2 Teknik Inokulasi (Penanaman Bakteri) Urine dengan Metode Tuang

Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan

memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat

ketelitian yang sangat  tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih

dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar

tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1998).

Pengambilan sampel urine :

Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari.

Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp),

dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah

diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan

steril. Berikut ini adalah 3 jenis metode pengambilan sampel urine : (Anonim, 2011)

Punksi Suprapubik

Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin

langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan

jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis

yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan

ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka

bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat

dipastikan merupakan penyebab ISK.1

Kateter

Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril.

Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan

ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter

sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung

kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil

biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.1

Urin Porsi Tengah

Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik

pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan

ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan

pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan

pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-

negative.

Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita : (Anonim, 2011)

1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan

muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa

steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan

kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut.

Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah

vagina selesai.

2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan

kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang.

Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.

3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang

dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua

labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan

pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa

steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.

4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter

urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam

wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.

5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar

wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut

dan kirim segera ke laboratorium.

Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan

menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan

koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat

dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah

penampungan. Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang

diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas,

seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru. Bila pengiriman

terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 4oC selama tidak lebih dari 24

jam. (Anonim, 2011)

Pengenceran

 Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam

spesies diencerkan dalam suatu tabungtersendiri. Dari enceran inii kemudian diambil

barang 1 ml untuk dincerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil

0,1 ml untuk disebarkan pada suatu koloni tumbuh dalam medium tersebut, tetapi

mungkin juga kita hanya memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini

kita memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini kita memperoleh satu

koloni murni. Kalau kita belum yakin, bahwa koloni tunggal yang kita peroleh itu

murni, kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai

sampel (Waluyo, 2005).

Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah

mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat

pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan

perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga

pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisma dari pengenceran

sebelumnya. (Pradhika, 2011)

Teknik Pengenceran Bertingkat (Pradhika, 2011)

Menurunnya koloni pada media akibat pengenceran (Pradhika, 2011)

Penanaman Bakteri Urine pada Media dengan Metode Tuang

Metode Cawan Tuang (Pour Plate) ini memerlukan agar yang belum padat

(>45oC) untuk dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian

dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak

hanya pada permukaan agar saja melainkan sel terendam agar (di dalam agar) sehingga

terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di

dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung oksigen. (Pradhika, 2011)

Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan

pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya

ditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997). 

Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber isolate yang telah diketahui

beratnya kedalam 9 mL garam fisiologi (NaCl 0,85%) atau larutan buffer fosfat. Larutan ini

berperan sebagai penyangga pH agar sel bakteri tidak rusak akibat menurunnya pH lingkungan.

Pengeceran dapat dilakukan beberapa kali agar biakan yang didapatkan tidak perlu padat atau

memenuhi cawan (biakan terlalu padat akan mengganggu pengamatan). Sekitar 1mL suspensi

dituangkan kedalam cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur

(Nutrient Agar) steril hangat (40- 500c) kemudian ditutup rapat dan di ketakan dalam inkubator

(37°C) selama 2 x 24 jam. (http://bakteri-kuman/penanaman-biakan.html, diakseks

tanggal 7 Februari 2012).

Pemberian bakteri pada metode pour plate lebih banyak dibandingkan dengan

pemberian bakteri metode spread plate yaitu pour plate membutuhkan ruang yang lebih

luas untuk penyebarannya sehingga diberikan lebih banyak dari pada spread plate.

Teknik Penanaman Bakteripada Media denganMetode Tuang(Pradhika, 2011)

Inkubasi Media

Media kultur diinkubasi pada inkubator. Inkubator merupakan alat untuk menginkubasi atau

memeram mikroba pada suhuyang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan

pengatur waktu sehingga dengan bantuan media dan inkubator, bakteri dapat tumbuh dan

berkembangbiak dengan baik. Media biasanya diinkubasi pada suhu 37°C maksimal 2 x 24

jam. (Ratna Nugraheni, 2010)

2.3 Teknik Perhitungan Angka Kuman

Menentukan banyaknya mikroba dalam suatu bahan dilakukan untuk mengetahui

sampai seberapa jauh bahan itu tercemar oleh mikroba. Dengan mengetahui jumlah

mikroba, maka dapat diketahui kualitas mikribiologi dari bahan tersebut. (Wiwi

Nidiyanti, 2011)

Jumlah mikroba dapat dihitung dengan beberapa cara, namun secara garis besar

dibedakan menjadi: (Pradhika, 2011)

1.      Cara langsung

Hasil perhitungan secara langsung menunjukkan seluruh jumlah mikroba yang

masih hidup maupun yang sudah mati. Caranya:

a.       Membuat preparat sederhana yang diwarnai

b.      Menggunakan ruang hitung

2.      Cara tidak langsung

Hasil perhitungan akan menunjukkan jumlah mikroba yang masih hidup saja.

Caranya:

a.      Menghitung total jumlah mikroba

b.      Cara pengenceran

c.       Memperkirakan jumlah terkecil mikroba yang ada

d.      Cara kekeruhan

Cara ini dapat digunakan untuk bahan padat maupun cair. Khusus untuk bahan

padat maka sebelum dilakukan perhitungan bahan itu perlu dilakukan pelarutan

atau dibuat suspensi, dengan memperhitungkan faktor pengencerannya. (Pradhika,

2011)

Alat penghitung koloni kuman dinamakan colony counter. Colony counter

didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan

tumbuh menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan

lingkungan yang sesuai. Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan

merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut.

(Pradika, 2011)

Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena

beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai.

Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml.

koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran

bertingkat dari sebuah sampel yang ingin diketahui jumlah bakterinya. (Pradhika, 2008)

    Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah: (Wiwi Nidiyanti, 2008)

a.       Satu koloni dihitung 1 koloni

b.      Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni

c.       Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni

d.      Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni

e.       Koloni yang lebih besar dari setengah cawan tidak dihitung

f.       Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.

Standar perhitungan : (Wiwi Nidiyanti, 2011)

Jumlah kuman = jumlah koloni x 1/faktor pengenceran.

a.      Cawan yang dipilih adalah yang mengandung jumlah koloni 30-300 koloni

b.      Hasil yang dilaporkan terdiri dari 2 angka yaitu angka pertama di depan koma dan

angka kedua di belakang koma. Jika angka ketiga lebih besar dari 5 maka harus

dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua.

c.       Jika semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni, maka hanya

koloni pada pengenceran terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai

kurang dari 30 koloni dikalikan dengan faktor pengenceran tetapi jumlah

sebenarnya harus dicantumkan dengan tanda kurung.

d.      Jika semua pengenceran menghasilkan angka lebih dari 300 koloni maka hanya

koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih

dari 300 koloni dikalikan dengan faktor pengenceran tetapi jumah sebenarnya

harus dicantumkan dengan tanda kurung.

e.       Jika semua pengenceran menghasilkan angka 30-300 koloni maka harus dibuat

perbandingan. Jika perbandingannya < 2 maka yang dilaporkan adalah rata-rata

pengenceran tetapi jika perbandingannya > 2 maka yang dilaporkan adalah

pengenceran terendah.

f.       Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, maka data yang diambil

harus dari kedua cawan tersebut meskipun salah satu dari cawan duplo tidak

memenuhi syarat 30-300 koloni.

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan 3 kali pertemuan yaitu pada Jumat, 2 Maret 2012

pukul 12.00 - 16.00 WITA, Senin 5 Maret 2012 pukul 12.30 - 14.30 WITA dan Kamis,

8 Maret 2012 pukul 07.30 – 11.30 WITA bertempat di Ruangan Laboratorium

Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar.

Pada Jumat, 2 Maret 2012 dilakukan penanaman bakteri urine pada media

pertumbuhan dengan metode tuang. Kemudian, pada Senin 5 Maret 2012 dilakukan

perhitungan angka kuman terhadap media yang telah ditanami bakteri urine dan pada

Kamis 8 Maret 2012 dilakukan pembuatan media Nutrient Agar sebagai media

pertumbuhan bakteri.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat :

a. Cawan Petri h. Pipet ukur 10 mL

b. Tabung reaksi i. Pipet ukur 1 mL

c. Rak tabung reaksi j. Aluminium foil

d. Gelas ukur k. Inkubator

e. Kapas lemak l. Kontainer/wadah sampel urine

f. Erlenmeyer m. Colony counter

g. Api bunsen n. Spidol

3.2.2 Bahan

a. Aquadest steril

b. Urine yang akan diuji

c. Media pertumbuhan Nutrient Agar dalam bentuk cair

3.3 Prosedur Kerja

Pengenceran 10-1

Pengenceran 10-2

Diambil 1 mL Dimasukkan ke dalam tabung reaksi I

Diambil 1 mL Dimasukkan ke dalam tabung reaksi II

Sampel

Tahapan :

Dilakukan pengambilan

sampel

3 buah tabung reaksi disiapkan, Diberi label masing-masing I (10-1)

dan II (10-2)

Kemudian dituangkan 9 mL aquadest steril

Dilakukan pengenceran urine

Pengenceran 10-1

Pengenceran 10-2

Plate I10-1

Plate II10-2

Dipipet 1 mL, dimasukkan ke dalam cawan petri I

Dipipet 1 mL, dimasukkan ke dalam cawan petri II

Kemudian dilakukan Penuangan Media Nutrient Agar Cair ke

dalam cawan petri

Plate I10-1

Plate II10-2

Nutrient Agar Cair

Dituangkan hingga menutupi permukaan dan merata, diamkan sampai membeku

Masing-masing 1 mL hasil pengenceran dituang ke

dalam cawan petri

Rumus perhitungan angka kuman :

Dieramkan dalam inkubator pada suhu 37°C

selama 2 x 24 jam

Plate I10-1

Plate II10-2

Inkubator

Setelah beku, dieramkan pada inkubator pada suhu 37°C selama 2 x 24 jam

Dilakukan perhitungan angka kuman urine

pada media

Plate I10-1

Plate II10-2

Colony Counter

Setelah diinkubasi, dilakukan perhitungan angka kuman urine dengan menggunakan colony counter

n=( n1−nk )10+( n2−nk )100+ (n3−nk ) 1000

jumlah plate yang dihitungkumannya

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Media kontrol

nk = 4

Widyantara

n1 = 100

n2 = 59

Perhitungan angka kuman :

n=(n1−nk )10+ (n2−nk ) 100

jumlah plate yang dihitung kumannya

¿(100−4 ) 10+(59−4 )100

2

¿ 960+55002

¿ 64602

¿3230

Indah Kesuma Dewi

n2 = 68

Perhitungan angka kuman :

n=(n2−nk ) 100

jumlah plate yang dihitung kumannya

¿(68−4 ) 100

2

¿ 64002

Keterangan :

nk = jumlah koloni pada media kontrol

n1 = jumlah koloni pada media pengenceran 10-1

n2 = jumlah koloni pada media pengenceran 10-2

¿3200

Bayu Hendrawan

n1 = 83

n2 = 95

Perhitungan angka kuman :

n=(n1−nk )10+ (n2−nk ) 100

jumlah plate yangdihitung kumannya

¿(83−4 )10+(95−4 ) 100

2

¿ 790+91002

¿ 98902

¿4945

Wijaya Pradharma

n1 = 190

n2 = 56

Perhitungan Angka Kuman :

n=(n1−nk )10+ (n2−nk ) 100

jumlah plate yangdihitung kumannya

¿(190−4 ) 10+(56−4 )100

2

¿ 1860+52002

¿ 70602

¿3530

4.2 Pembahasan

4.2.1 Teknik Inokulasi (Penanaman Bakteri) dengan Metode Cawan Tuang

Teknik Inokulasi (penanaman bakteri) merupakan kegiatan memindahkan

bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian

yang sangat  tinggi. Medium yang baru harus mengandung semua nutrisi yang

diperlukan oleh bakteri sehingga bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak

dengan baik. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) urine, terlebih

dahulu harus disiapkan sampel urine. Bahan urine untuk pemeriksaaan harus

segar dan sebaiknya diambil pagi hari.Untuk urine yang akan dibiakkan,

sebaiknya diambil spesimen midsterm (porsi tengah). Teknik pengambilan urine

porsi tengah yaitu : pasien terlebih dahulu diminta membersihkan bagian luar

uretra dengan kertas tissue sebelum urine dikeluarkan, lalu pasien diminta buang

air kecil dan sambil ditampung porsi tengah dari aliran urine. Tempat

penampungan harus bermulut lebar, steril dan sebelumnya harus diberi label agar

tidak tertukar. Kemudian dilakukan pengenceran 10-1 dan 10-2 terhadap urine

tersebut menggunakan larutan buffer. Larutan buffer yang digunakan biasanya

fosfat pH 7,2, namun boleh juga menggunakan aquadest steril. Penentuan

besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan

jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan

pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya

mengandung 1/10 sel mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya. Fungsi

pengenceran pada tahap ini antara lain : memperkecil atau mengurangi jumlah

kuman yang tersuspensi dalam cairan sehingga dapat memberikan kesempatan

hidup pada kuman dan meningkatkan viabilitas kuman sebab pada urine kuman

masih menempel pada komponen-komponen urine yang membuatnya tidak bebas.

Selain itu, fungsi pengenceran lainnya adalah untuk mempermudah pengamatan

dan perhitungan angka kuman. Kemudian hasil pengenceran tersebut dipipet 1

mL dan dimasukkan ke dalam plate. Dalam memipet, diperlukan cara kerja yang

aseptis, yaitu sebelum dan sesudah memipet, pipet difiksasi terlebih dahulu untuk

membasmi bakteri. Setelah urine dipipet sebelum dimasukkan ke dalam plate,

pipet tidak boleh menyentuh atau terlalu dekat dengan api bunsen. Hal ini

disebabkan karena kuman pada urine akan mati jika terlalu dekat dengan sumber

api. Setelah itu, dilakukan penanaman bakteri pada media dengan metode tuang.

Teknik inokulasi dengan pour plate (cawan tuang) adalah teknik penanaman

dengan cara mencampurkan sampel yang mengandung sel mikroba dengan media

pertumbuhan (agar) sehingga sel-sel tersebut tersebar merata dan diam baik di

permukaan agar atau di dalam agar. Media yang digunakan adalah media Nutrient

Agar. Media Nutrient Agar merupakan media pertumbuhan umum, media

pemerkaya dan termasuk media non-selektif. Artinya pada media Nutrient Agar,

kuman apa saja dapat tumbuh dengan bebas. Pada praktikum ini, dihitung jumlah

kuman secara umum, jadi kuman yang ingin dihitung belum diidentifikasi. Lain

halnya jika telah menentukan perhitungan angka kuman bakteri tertentu, media

yang digunakan juga harus media yang khusus untuk menumbuhkan bakteri

tersebut. Setelah penanaman bakteri pada media, kemudian diinkubasi pada

inkubator pada suhu 37°C selama 2 x 24 jam untuk memberikan kesempatan

kepada bakteri memanfaatkan media untuk pertumbuhannya. Pada saat inkubasi,

setiap sel mikroorganisme hidup dalam urine akan tumbuh menjadi satu koloni.

Setelah diinkubasi, dilakukan penghitungan jumlah koloni untuk memperkirakan

jumlah mikroorganisme dalam urine tersbeut.

4.2.2 Teknik Perhitungan Angka Kuman

Alat penghitung koloni kuman dinamakan colony counter. Colony counter

didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi

akan tumbuh menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan

dan lingkungan yang sesuai. Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh

dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme

dalam suspensi tersebut.

Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme

karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau

berantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units

(CFU’s) per ml. koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh

menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah sampel yang ingin diketahui

jumlah bakterinya. Sebelum dihitung jumlah koloni pada media yang telah

ditanam bakteri, sebelumnya diperiksa jumlah koloni pada media kontrol. Jika

jumlah koloni pada media kontrol >10, maka semua media kultur dianggap gagal,

sebab telah terjadi kontaminasi. Jika jumlah koloni pada media kontrol <10, maka

perhitungan jumlah koloni media yang telah ditanami bakteri dapat dilakukan.

Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut :

- Satu koloni dihitung 1 koloni.

- Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.

- Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.

- Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni.

- Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidah dihitung.

- Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.

Kemudian jumlah koloni yang dihitung dicocokkanm dengan standar,

yaitu :

1. Jika hasil perhitunagn koloni kuman (Colony Count) < 10.000/ml urine

menandakan tidak terjadi infeksi. Adanya kuman pada urine pasien

kemungkinan karena infeksi suprapubik atau kateter.

2. Jika hasil perhitunagn koloni kuman (Colony Count) antara 10.000/ml s/d

100.000/ml urine, menandakan pasien mengalami infeksi daluran kemih.

3. Jika hasil perhitunagn koloni kuman (Colony Count) > 100.000/ml urine,

menunjukkan bahwa pasien mengalami infeksi saluran kantung kemih.

Berdasarkan hasil pengamatan, dari keempat sampel yang diperiksa,

semua urine menunjukkan tidak terjadi infeksi. Hasil perhitungan kuman urine

<10.000/ml. Adanya kuman pada urine yang telah diperiksa mungkin disebabkan

karena infeksi suprapubik atau kateter.

Hasil perhitungan koloni kuman dalam urine Widyantara menunjukkan

tidak terjadi infeksi, dengan jumlah kuman 3230/ml urine.

Hasil perhitungan koloni kuman dalam urine Indah Kesuma Dewi

menunjukkan tidak terjadi infeksi, dengan jumlah kuman 3200/ml urine.

Hasil perhitungan koloni kuman dalam urine Bayu Hendrawan

menunjukkan tidak terjadi infeksi, dengan jumlah kuman 4975/ml urine.

Hasil perhitungan koloni kuman dalam urine Wijaya Pradharma

menunjukkan tidak terjadi infeksi, dengan jumlah kuman 3530/ml urine.

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Dari uraian pembahasan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

1. Penanaman bakteri dilakukan dengan tahapan pengenceran, penanaman bakteri

dengan metode tuang, dan inkubasi media yang telah ditanamkan bakteri.

2. Perhitungan angka kuman dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh suatu

sampel tercemar oleh mikroba.

3. Urine Widyantara mengandung kuman 3230/ml urine.

4. Urine Indah Kesuma Dewi mengandung kuman 3200/ml urine.

5. Urine Bayu Hendrawan mengandung kuman 4975/ml urine.

6. Urine Wijaya Pradharma mengandung kuman 3530/ml urine.

7. Dari keempat sampel yang diperiksa, semua hasil menunjukkan tidak terjadi

infeksi.

5.2. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan adalah :

Menurut saya praktikum inokulasi bakteri dan perhitungan jumlah kuman ini sudah

berjalan sangat lancar dan praktikan berharap praktikum selanjutnya dapat lebih baik

lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Pradhika. 2011. Mikrobiologi Dasar (Prinsip Dasar Menghitung Mikroorganisme pada

Cawan bagian I. diakses dari www.google.com/ prinsip-dasar-teori-menghitung.html

pada tanggal 6 Maret 2012

Pradhika. 2011. Mikrobiologi Dasar (Isolasi Mikroorganisme). diakses dari

www.google.com/ isolasi-mikroorganisme.html pada tanggal 6 Maret 2012

Wiwi Nidiyanti. 2011. Laporan Mikrobiologi Perhitungan Angka Kuman Dan Pewarnaan Gram

Bakteri. diakses dari www.google.com/ laporan-mikrobiologi-perhitungan-

angka.html pada tanggal 6 Maret 2012

Anonim, 2010. Teknik Inokulasi Bakteri. diakses dari www.scribd.com/ teknik-inokulasi-

bakteri.html pada tanggal 12 Maret 2012

Anonim. 2011. Infeksi Saluran Kemih. diakses dari www.google.com/ infeksi-saluran-

kemih.html pada tanggal 6 Maret 2012

Sondang M. Lumbanbatu. Bakteriuria Asimtomatik Pada Anak Sekolah Dasar Usia 9-12

tahun. Sumatera : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara

Wulandari, Rani. 2010. Laporan Praktikum Mikrobiologi Penentuan Angka Kuman. Jakarta:

Universitas Indonesia

Ratna Nugraheni. 2010. Laporan Magang Analisis Mikrobiologi. Jakarta : Universitas

Indonesia

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Teknik Inokulasi Bakteri dan Perhitungan Angka Kuman dibuat dalam rangka

melengkapi tugas dalam mata kuliah Bakteriologi Semester II Jurusan Analis Kesehatan

Politeknik Kesehatan Denpasar.

Mengetahui Denpasar, 16 Maret 2012Dosen Pembimbing Praktikan

( ) (Putu Murnitha Sari Rahayu)

Penanggung JawabMata Kuliah Bakteriologi

(I Made Birnawan, S.Si.)

LAPORAN PRAKTIKUMBAKTERIOLOGI

“Teknik Inokulasi Bakteri dan Perhitungan Angka Kuman Urine”

Oleh :

Nama : Putu Murnitha Sari Rahayu

NIM : P07134011013

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2012

Berikut ini adalah Skema Langkah Kerja Penanaman Bakteri Urine, yaitu :

Tahap 1 :

I10-1

II10-2

II10-2

Dengan menggunakan pipet ukur atau pipet volume, diisi masing-masing 9 mL aquadest setiap tabung reaksi

Tahap 2 : Pengenceran

Aquadeststeril

I10-1

II10-2

II10-3

Diambil 1 mL, dimasukkan ke tabung reaksi II

Diambil 1 mL, dimasukkan ke tabung reaksi II

Diambil 1 mL, dimasukkan ke tabung reaksi II

I10-1

II10-2

II10-3

Setelah ditambahkan aquadest steril

Sampel Urine

I10-1

II10-2

II10-3

Dari masing-masing pengenceran, dipipet 2 mL kemudian dituang ke dalam plate

Larutan Nutrient Agar

Kemudian ke masing-masing plate dituangkan Nutrient Agar Cair, goyang-goyangkan sampai merata

Media diinkubasi pada suhu 37°C selama 2 x 24 jam.

Inkubator

Gambar alat dan bahan :

Dalam gambar terdapat Aquadest Steril, Media Nutrient Agar Cair, Tabung Reaksi dan Rak Tabung reaksi

Aquadest steril siap dimasukkan ke dalam tabung. Sebelum memipet, pipet harus difiksasi, dan cara kerja harus aseptis

Alat penghitung koloni kuman

(Colony counter)

nontoksik, dan populasi yang tercampur ratpadat yang sesuai, jadi setelah inkubasi setiap unit yang hidup membentuk satukoloni. Jumlah individu yang hidup atau cluster yang ada ditentukan dari jumlahkoloni dan pengenceran. Sampel yang mengandung mikroorganisme lebih dari 100sel per mililiter, seperti urin atau dari sumber air minum, memerlukan pemekatansebelum dilakukan penghitungan. Hal ini dilakukan melalui filter membran sterildengan ukuran pori yang dapat menahan semua bakteri, selanjutnya membran49dipindahkan ke suatu lapisan absorben yang jenuh oleh kaldu nutrien.

Urin sebagai medium biakan adalah ideal bagi bakteri karena mengandung nutrien penting dan menyediakan glukosa sebagai sumber energi pertumbuhan bakteri sampai

106

koloni per ml. Faktor keterbatasan dalam pertumbuhan bakteri adalah zat besi

yang sedikit dan variasi pH dan osmolalitas.16,17

Untuk penapisan pertama adanya ISK, atau untuk mengetahui infeksi berulang dapat digunakan cara dip slide, plastik dip-stick test (untuk mengetahui adanya nitrit dalam urin), menghitung jumlah bakteri dari sediaan langsung urin yang diwarnai dengan

pewarnaan Gram.2,14

Biakan urin merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. 28,29

©2003 Digitized by USU digital library 5 Cara pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan kateter,1 aspirasi suprapubik yang dilakukan secara steril, pediatric urine collector bag,2 atau urin pancar tengah pada anak besar atau anak yang sudah dapat diajak bekerjasama untuk menampung urin dengan kemampuan kontrol kandung kemih yang baik.14,18 Untuk interpretasi hasil biakan urin pancar tengah dipakai kriteria Kass yaitu apabila dijumpai pertumbuhan bakteri ≥100.000 koloni/ml urin dengan organisme sejenis sebagai bakteriuria bermakna. Apabila jumlah tersebut berada di antara 10.000–100.000 koloni/ml biakan harus diulang karena meragukan, antara 1000–10.000 koloni/ml urin kemungkinan kontaminasi dan kurang dari 1000 koloni/ml urin dianggap negatif.6 Pada bakteriuria asimtomatik biakan harus dilakukan 3 kali.12, 1

Jumlah bakteri dalam suatu biakan dapat ditentukan dengan menghitunglangsung jumlah keseluruhan bakteri atau dengan cara tidak langsung, menghitungjumlah sel yang hidup. Jumlah total bakteri yang hidup dan mati dapat dilakukandengan menggunakan alat penghitung seperti Petroff-Houser counter, atau cara yanglebih tepat dengan Coulter counter, suatu alat penghitung partikel elektronik yangmengukur penyebaran ukuran dan jumlah dalam suspensi bakteri.Untuk menghitung jumlah yang hidup, diperlukan pembiakan padapermukaan lempeng agar. Populasi mikroorganisme diencerkan dalam pelarut

2. Pengecekan

Suatu metode yang kurang dapat diandalkan ialah pengeceran sampaui habis. Suspensi diencerkan

secara berantai dan bahan dari tiap tabung pengenceran di tanam pada lempeng parbenihan.

Kelemahan metode ii ialah hanya dapat di pakai untuk mengisolasi bakteri yang paling dominan

dalam polulasi suspensi yang beragam tersebut.

Selain itu membiakan bakteri dapat dilakukan dengan pengembangbiakan dalam media cawan

petri. Pangembangbiakan dalan cawan ini ada beberapa mecode, yaitu :

1. Metode cawan gores (streak plate)

Prinsip metode ini, yaitu mendapatkan kolono yang benar- benar terpisah dari koloni yang lain,

sehingga mempermudah proses isolasi. Cara ini di lakukan dengan membagi cawan ncub menjadi

3- 4bagian. Ose steril yang telah di siapkan, di letakan pada cawan berisi media steril. Goresan

dapat dilakukan 3- 4kali membentuk garis horizontal disatu sisi cawn. Ose disterilkan lagi dengan

api Bunsen, setelah kering ose tersebut digunakan untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi

cawn ke dua.

Langkah ini di lanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores,. Pada metode ini, goresan di sisi

pertama di harapkan kolom tumbuh padat dan berhimpit, sedangkan opada goresan sisi kedua,

kolom mulai tampak jarang dan begitu pula selanjutnya, sehingga didapatkan koloni yang tampak

tumbuh terpisah denag koloni lain.Seluruh tahap hendaknya dilakukan secara aseptic agar tidak

terjadi kontaminasi.

2. Metode cawan tuang (pour plate)

Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber isolate yang telah diketahui beratnya kedalam

9ml garam fisiologi (NaCl 0,85%) atau larutan buffer fosfat. Larutan ini berperan sebagai penyangga

Ph agar sel bakteri tidak rusak akibat menurunnya Ph lingkungan. Pengeceran dapat dilakukan

beberapa kali agar biakan yang didapatkan tidak perlu padat atau memenuhi cawan ( biakan terlalu

padat akan mengganggu pengamatan ). Sekitar1ml suspensi dituangkan kedalam cawan Petri steril,

dilanjutkan dengan menuangkan medi penyubur ( nutrient agar) steril hangat (40- 500c) kemudian

ditutup rapat dan di ketakan dalam incubator (370c) selama 1- 2 hari.

3. Metode cawan sebar (spread plate)

Pada metode cawan sebar 0,1ml supsensi bakteri yang telah diencerkan di sebar pada media

penyubur steril yang telah di siapkan . Selanjutnya supsensi dalam cawan diratakan dengan batang

dari galski agar koloni tumbuh merata pada media dalam cawan tersebut, kemudian diletakkan

dalam ncubator (370C) selama 1-2 hari. Dengan metode ini, satu sel bakteri akan tumbuh dan

berkembang menjadi satu koloni bakteri. Satu koloni bakteri yang terpisah dengan koloni lainnya

dapat diamati tipe pertumbuhan pada masing-masing media, diantaranya dilakukan terhadap

konsistensi, bentuk koloni, warna koloni dan permukaan koloni.

(http://riesama.blog.friendster.com/dunia-mikrobiologi/ Diakses pada 07 Oktober 2009)

Koloni yang tumbuh terpisah ditumbuhkan kembali untuk mendapatkan isolat murni. Isolat murni

dilakukan dengan mengoleskan ose steril pada koloni dalam kultur campuran yang benar-benar

terpisah satu sama lain. Olesan tersebut digores pada media padat agar miring dalam tabung

reaksi. Koloni yang tumbuh dalam media ini merupakan isolat murni, yang hanya berasal dari satu

jenis bakteri saja. Koloni yang tumbuh dapat dikarakterisasi berdasarkan tipe tumbuhnya pada

media agar miring. (http://riesama.blog.friendster.com/dunia-mikrobiologi/ Diakses pada 07

Oktober 2009)

Kultur Mikroba

Saat bakteri diinokulasi kedalam sebuah medium dan diinkubasi secukupnya, kumpulan sel menjadi

tak terlihat. Untuk mempelajari sifat-sifat dari masing-masing mikroba termasuk sifat

pertumbuhan, morfologi dan sifat fisiologinya, masing-masing mikroba tersebut harus dipisahkan

satu dengan yang lainnya, sehingga terbentuk kultur murni yaitu suatu biakan yang terdiri dari sel-

sel dari satu spesies atau stu jalur mikroba, dengan cara menggoreskan kultur pada agar cawan

yaitu goresan langsung, goresan quadran dan goresan radian. Koloni yang tumbuh pada agar cawan

dapat dibedakan dalam besarannya, warna, penampakan apakah keruh atau bening, bentuk

penyebaranyya, bentuk kemunculannya di atas agar dan bentuk permukaan.

Bila bakteri diinokulasi ke dalam suatu medium yang sesuai dan pada keadaan yang optimum bagi

pertumbuhannya, maka terjadi kenaikan jumlah yang amat tinggi dalam waktu yang relatif pendek.

Perbanyakan seperti ini disebabkan oleh pembelahan sel secara seksual. Proses reproduksi paling

umum di dalam daur pertumbuhan yang biasa pad populasi bakteri ialah pembelahan biner

melintang. Pembelahan biner melintang adlah suatu proses reproduksi aseksual, setelah

pembentukan dinding sel melintang maka satu sel tunggal membelah menjdi dua sel dan disebut

sel anak. (Pelczar, 2006)

Dalam pertumbuhan bakteri, faktor-faktor luar seperti keadaan medium, temperatur, Ph, radiasi

dan lain-lainnya lagi mempunyai pengaruh besar terhadap variasi bakteri secara individual.

Misalnya sel yang satu lebih panjang sedikit dari pada sel yang lain. Perbedaan itu tidak hanya

mengenai bentuk morfologinya saja, melainkan juga dpat mengenai kemampuan-kemampuan

fisiologinya, dengan kata lain di dalam suatu spesies terdapat variasi mengenai fenotif dan

genotifnya (Dwidjoseputro, 1994).